Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL

DESAIN DAN UJI COBA VIDEO PENGOLAHAN LIMBAH METHYLENE

BLUE SECARA ELEKTROKIMIA SEBAGAI BAHAN AJAR PADA MATERI

ELEKTROLISIS

Dosen Pembimbing : Dr. Yusbarina, M.Si.

OLEH :

NAMA: MARHANA REZKIANA

NIM : 11910720612

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1443 H/ 2022 M
A. Judul Penelitian : Desain dan Uji Coba Video Pengolahan Limbah Methylene

Blue Secara Elektrokimia Sebagai Bahan Ajar Pada Materi Elektrolisis.

B. Latar belakang masalah

“Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang struktur, komposisi, sifat dan perubahan suatu energi”.

Kimia juga merupakan salah satu mata pelajaran yang bersifat ekstrak atau sains

yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu materi ilmu kimia

yang membahas tentang sains ialah elektrokimia (Harianto et al., 2017).

Elektrokimia merupakan suatu ilmu kimia yang membahas tentang adanya

perpindahan elektron yang terjadi pada media penghantar listrik(katoda). Materi

elektrokimia terbagi menjadi dua sub materi yakni materi sel volta dan

elektrolisis, namun pada penelitian ini membahas mengenai materi elektrolisis.

Materi Elektrolisis merupakan materi yang membahas tentang proses

resksi kimia dengan perantara elektroda yang tercelup dalam larutan elektrolit

saat tegangan diterapkan pada elektroda tersebut (Vogel & Dogra dalam

soemargono, 2013). Sesuai dengan pendapat skoog & holler (1993) mengatakan

elektrolisis merupakan peristiwa suatu larutan diuraikan menjadi ion-ionnya,

yaitu ion positif (kation) dan ion negatife (anion) pada saat arus searah dialirkan

ke dalam larutan elektrolit melalui elektroda. Materi elektrolisis ini merupakan

salah satu materi yang dianggap sulit bagi peserta didik dalam pembelajaran

kimia.

Pembelajaran kimia pada saat ini sudah seharusnya menerapkan model

pembelajaran yang mendukung pencapaian kemampuan 21, salah satunya adalah

video pembelajaran dan sebagainya untuk mendukung proses pembelajaran.


Adapun tujuan yang dicapai dari proses pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik yaitu peserta didik diharapkan mampu memiliki keleluasan untuk

berperan aktif dan mandiri membangun pengetahuan serta mencapai

kompetensinya dengan sumber-sumber informasi yang diperolehnya sendiri

melalui proses pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif dan kooperatif

(Apriyanah dkk, 2018). Selain itu proses belajar pada tahap akhir itu dapat

memperoleh Hasil belajar yang tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku

pada peserta didik yang dapat diamati dan di ukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap dan keterampilan (suprijono, 2018). Setiap mata pelajaran

yang diberikan disekolah memberi andil dalam membangun pengetahuan dan

keterampilan peserta didik yang di perlukannya kelak tak terkecuali pelajaran

kimia.

Namun berbeda dengan Fakta disekolah dalam pembelajaran kimia masih

banyak tantangan mempelajari tentang konsep-konsep dan prinsip sains secara

verbalistis atau siswa tidak mengetahui makna yang akan dipelajari secara jelas.

Hal ini yang menyebabkan munculnya kejenuhan siswa belajar sains dengan

cara menghafal. Selain itu bahan ajar yang ada dibeberapa sekolah masih

menjadi pusat permasalahan dalam pembelajaran kimia. Dengan demikian

pemilihan bahan ajar sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam

pembelajaran kimia.

Kemudian peneliti melakukan prariset dengan tujuan untuk menemukan

masalah pada penelitian. Adapun proses yang dilakukan peneliti dengan

melakukan wawancara kepada narasumber yakni guru kimia di sekolah tersbut.

hasil wawancara kepada guru kimia di SMA negri 2 pekanbaru kelas 12 oleh ibu

aisyah sebagai narasumber. Mengenai wawancara tersebut peneliti memberikan


beberapa pertanyaan mengenai masalah yang akan diteliti dengan tujuan

mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang ada. Diperoleh informasi

bahwa masih banyak banyak peserta didik kurang memahami konsep kimia

terutama pada materi elektrolisis dan peserta didik belum mampu menjelaskan

materi secara keseluruhan, tetapi peserta didik mempelajari materi kimia

khususnya materi elektrolis dengan beberapa macam media pembelajaran seperti

LKPD, E-modul dan membagikan video atau link youtube. Kurangnya

pemahaman peserta didik sangat berdampak pada hasil belajar peserta didik

yang kurang optimal. Hal ini ditunjukan dengan nilai keseharian dan nilai rata-

rata ulangan harian peserta didik tahun ajaran 2022/2023 pada pokok bahasa

elektrolisis masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yaitu 70, sedangkan KKM yang telah di tetapkan sekolah yaitu 78.

Selain itu terdapat juga Faktor lain yang memnyebabkan hasil belajar pada

materi tersebut kurang optimal yakni cara pendidik menjelaskan materi kurang.

Pendidk melakukan proses pembelajaran kimia disekolah itu masih melakukan

metode berpusat pada guru, guru masih menggunakan metode ceramah dan

penugasan, sedikit sekali melibatkan peserta didik untuk aktif dalam proses

pembelajaran. Peserta didik cendrung mendengarkan penjelasan guru dan hanya

mengingat dan menghafal konsep yang sudah di dapat. Selain itu media

pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya menggunakan buku paket kimia

kelas XII SMA/MA sederajat. Guru jarang menggunakan power point dan

LKPD ketika pembelajaran. Kegiatan diskusi juga jarang dilakukan karena

waktu pembelajaran yang terbatas sehingga banyak peserta didik yang kurang

paham dengan materi yang disampaikan oleh guru sehingga guru sering

mengulang materi.
Adapun peneliti yang relevan oleh hafiza andini dengan judul

“implementasi model pembelajaran problem based learning flipped classroom

pada pokok bahasa laju reaksi terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI

MiPA di SMA negri 2 pekanbaru” saudari hafiza menggunakan model

pembelajaran flipped classroom diantaranya adalah salah satu model

pembelajaran yang dapat di akses secara online oleh peserta didik yaitu berupa

video pembelajaran yang mendukung materi pembelajran.

Pada penelitian yang dilakukan oleh hafizah terdapat Kelebihan dari

penelitian dengan model pembelajaran flipped classroom yaitu salah satu model

pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran yang dapat diakses

secara online oleh peserta didik. Dengan menggunakan model pembelajaran ini

peserta didik dapat belajar materi kapan saja, dimana saja karena video dapat

diulang-ulang jika peserta didik masih belum paahm dengan materi yang di

sampaikan (Chandra & Nugroho, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan modul berbasis

SETS yang dilakukan oleh zainatur rahma pada tahun 2017 pada materi ikatan

kimia dengan hasil penelitian yang diperoleh dikatakan sangat baik sehingga

efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswam (Rahma,2017). E-

modu kimia berbasis SETS merupakan sebuah bahan ajar sekaligus media

pembelajaran yang dikemas dalam bentuk digital dan dapat digunakan siswa

dalam pemeblajaran disekolah maupun pembelajaran mandiri. E-modul ini

dipadukan dengan pendekatan pribadi dengan kemampuan literasi sains,

technologi dan mempunyai kepekaan tentang permasalahan dimasyarakat serta

lingkungan.
Pada permasalahan diatas solusi yang dibutuhkan yaitu dengan adanya

bahan ajar yang mudah dipahami oleh siswa seperti adanya video pembelajaran

sebagai bahan ajar materi elektrolisis. Video pembelajaran merupakan media

yang paling efektif bagi siswa. Dengan adanya video pembelajaran mengenai

praktikum pengolahan limba methylene blue pada materi elektrolisis dapat

menarik motivasi siswa dalam pembelajaran. Melalui media video, materi

pembelajaran elektrolisis akan mampu membangkitkan semangat siswa untuk

belajar karena materi yang di pelajari dapat dengan mudah dimengerti dan di

pahami oleh siswa melalui gambar, suara dan cara kerja sehingga meningkatkan

motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, peneliti mengajukan

media pembelajaran sebagai solusi untuk meningkatkan hasil belajar peserta

didik pada pelajaran kimia disekolah, salah satu media pembelajaranya adalah

video. (sukiman, 2012:187) menyatakan media video pembelajaran yaitu

komponen atau media yang menampilkan gambar serta suara dengan waktu

yang bersamaan.

Berdasarkan permasalahan diatas dibutuhkan media dikarenakan kemajuan

teknilogi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik agar pelaksanaan proses

pembelajaran yang baik dan sangat dipengaruhi oleh suatu perencanaan, agar

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Dengan

adanya pemanfaatan kemajuan teknologi diharapkan dapat menciptakan suasan

belajar edutainment (education and entertainment). Inovasi pembelajaran

mampu meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis teknologi dan mampu menerapkan

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Sesuai dengan perkembangan


zaman, maka dalam perkembangan pembelajaran telah banyak dikembangkan

dengan mengoptimalkan penggunaan bahan ajar yaitu dengan adanya video

pembelajaran.

Video pembelajaran pengolahan limbah Industry tekstil menghasilkan air

limbah yang mengandung senyawa organik non-biogradable berkonsentrasi

tinggi dalam jumlah besar, terutama zat warna (orts et.,al.,2018). Pewarna azo

adalah jenis pewarna yang banyak digunakan dalam industri (Tunc and duman,

2013). Pewarna azo, seperti methylene blue (MB) dan methylene orange (MO),

memiliki banyak dampak negatife yang tidak diinginkan pada ekosistem (Yu et

al., 2012).

Limbah yang dihasilkan industry tekstil mengandung amoniak dan

senyawa organic (Sun et al.2015). kandungan yang terkandung sangat kompleks

menggunakan partikel zat padat yang tidak dapat larut, garam, zat warna dan

logam-logam berat menyebabkan limbah tekstil sangat sulit untuk di degradasi.

Limbah yang dibuang ke lingkungan apat menyebabkan pencemaran air dan

bersifat sangat bahaya atau toksik bagi bioindikator seperti ganggang dan ikan.

Serta menurunkan koefisien nilai nutrisi dari ikan (pratiwi 2010). Selain

berdampak pada lingkugan juga berdampak pada kesehatan masyarakat karena

mengandung logam0logam berat seperti Cadmium (Cd) yang bisa menyebabkan

penyakit paru-paru, hati dan tekanan darah tinggi, gangguan ginhal dan kalenjer

pencernaan serta kerapuhan pada tulang.

Salah satu metode yang bisa mengkonversi limbah zat pewarna menjadi

sepesies yang aman bagi lingkungan perairan adalah elektrodegradasi oksidatif.

Kelebihan metode elektrodegradasi yaitu proses yang sederhana, kondisi

operasional yang dapat diatur pada tekanan atmosfir dan suhu kamar dan juga
menghasilkan produk akhir CO dan H2O (Garcia-segura et al,. 2018).

Keberhasilan elektrodegradasi limbah MB dibuktikan dengan pengukuran

absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis. Absorbansi awal limbah MB dan

absorbansi limbah akhir diukur dengan spektrofotometer UV-Vis, nilai yang

didapatkan dimasukan kedalam rumus persen penurunan (%penurunan). Nilai %

penurunan sama dengan 100% artinya semua MB didalam limbah sudah

terdegradasi dan aman untuk dibuang ke lingkungan.

Elektrolisis dengan limbah tekstil menggunakan elektroda stainless stell

pada anoda maupun katoda. Elektroda pada proses elektrolisis berperan pada

penghantar arus listrik dalam larutan atau limbah agar terjadi proses oksidasi

pada anoda dan reduksi pada katoda. Pada proses elektrolisis terhadap limbah

methylene blue terjadi akibat arus yang dialirkan, karena pada sel elektrolisis

reaksi tidak langsung terjadi. Jadi selama proses elektrolisis terdapat beberapa

reaksi yang terjadi di anode, katode maupun dalam larutanya. Reaksi tersebut

yaitu reaksi dari logam-logam yang terdapat di stainless stell yang teroksidasi.

Reaksi yang teroksidasi membentuk gas oksigen (O2) dan ion lain seperti sulfat (

SO42-) dan sulfit (SO3-) yang tidak dapat dioksidasi dari larutan (Hidayatillah

2014)

Stainless stell yang digunakan yaitu elektroda dengan sifat reaktif dengan

kandungan utama yaitu besi (Fe). Karena Fe sifatnya sangat reaktif

menyebabkan elektroda mudah teroksidasi. Ketika proses elektrolisis, besi

teroksidasi membentuk Fen+ yang kemudian mengikat ion OH- membentuk

Fe(OH)n dengan n=2 atau 3 yang disebut agen koagulan. Dari agen koagulan ini

menetralisasi partikel koloid bermuatan negatife sehingga membentuk kumpulan

material yang cukup besar untuk mengendap seperti lumpur.


Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, terdapat tujuam dari

penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat validitas bahan ajar berupa video

pengolahan limbah Methylene Blue pada materi elektrolisis. Kemudian dengan

latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Desain dan Uji coba video pengelolahan limbah methylene blue secara

elektrokimia sebagai bahan ajar materi elektrolisis”

C. Penegasan istilah

Agar dapat mempermudah dalam penelitian dan memperjelas istilah-

istilah dalam penelitian, berikut istilah dalam penelitian:

1) Desain disebut juga dengan rancangan. Uji coba menurut kamus bahasa

Indonesia pengujian sesuatu sederhana dilakukan. Pada penelitian ini untuk

desain dan uji coba bahan ajar berupa video.

2) Video pembelajaran ialah media yang digunakan pada pembekajaran.

3) Bahan ajar ialah perangkat ajar berupa materi pembelajaran dapat berupa

cetak maupun non cetak seperti video pembelajaran.

4) Materi elektrolisis ialah materi yang mempelajari tentang penguraian zat

yang mengandung e;ektrolit.

D. Identifikasi Masalah

berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang digunakan masih terbatas dalam proses pembelajaran

2. Kurangnya penggunaan media pembelajaran khususnya pada pembelajaran

kimia disekolah tersebut.

3. Belum adanya sumber belajar berupa video pembelajaran pada materi

elektrolisis.
E. Batasan masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai sarana, maka masalah dalam

penelitian ini dibatasi, yaitu:

1. Bahan ajar yang digunakan dalam penelitiam ini menggunakan video

pengolahan limbah mythelen blue.

2. Model penelitian ini menggunakan model ADDIE yang memiliki 5 tahapan

yakni analisys, design, development, implementation dan evaluasi.

3. Materi kimia yang digunakan dalam penelitian ini ialah elektrokimia yang

hanya menfokuskan pada materi elektrolisis.

F. Rumusan masalah

berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1. Apakah bahan ajar (video pengolahan limbah) dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar peserta didik?

2. Apakah dengan adanya media video pengolahan limbah sudah dapat

menjelaskan materi elektrokimia khususnya pada materi elektrolisis.

G. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Mengetahui desain dan uji coba bahan ajar menggunakan video

pengelolahan limbah methyle blue pada materi elektrolisis.

b. Mengetahui tingkat validitas bahan ajar menggunakan video

pembelajaran pada materi elektrolisis


2. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini terdiri dari beberapa aspek

yaitu:

a. Teoritis

Mampu menghasilkan desain dan uji coba bahan ajar

menggunakan video pembelajaran pengelolaan limbah methylene blue

sebagai bahan ajar elektrolisis.

b. Praktis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

terlibat dalam pembelajaran kimia di SMA Negri 2 pekanbaru baik

peserta didik, guru, peneliti maupun sekolah yaitu:

1) Peserta didik

Video pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan ajar

peserta didik agar lebih dapat memahami materi elektrolisis. Selain

itu, untuk mempermudah peserta didik dalam mencapai kompetensi

dasar pada materi elektrolisis.

2) Bagi guru

Bahan ajar dengan video pembelajaran dapat digunakan

sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pross pembelajaran dan juga referensi mengenai materi elektrolisis

3) Bagi sekolah

Video pembelajaran dapat menjadi informasi dan sumbangan

pemikiran dalam upaya meningkatkan pendidikan terutama dalam

pembelajaran kimia disekolah. Selain itu, dapat dijadikan sebagai


bahan referensi bagi sekolah dalam pengembangan bahan ajar yang

lebih baik di terapkan pada proess pembelajaran dikelas

4) bagi peneliti

Menambah pengalaman, wawasan, ilmu pengetahuan dan

untuk berbagi informasi mengenai desain dan uji coba video

pengilaan limbah methylene blue menggunakan elektrokimia sebagai

bahan ajar materi elektrolisis.

H. Spesifikasi produk

Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini yaotu video

pembelajaran pengolahan limbah mythelen blue secara elektrokimia yang dibuat

dengan menggunakan alat bantu handphone lalu membuat video proses

praktikum pengolahan limbah di laboratoriu kimia di uin suska riau sehingga

menghasilkan sebuah bahan ajar berbasis elektronik dan bisa dibuka melalui,

computer maupun android pada waktu kapan aja dan dimana saja, dengan

adanya video tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada

pembelajaran kimia.

I. Konsep teoritis

1. Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan salah satu faktor penting dalam

keefektifan sebuah pembelajaran terlebih di tingkat perguruan tinggi.

Kurangnya bahan ajar tentunya dapat mempengaruhi kualitas

pembelajaran peserta didik. Dalam buku pedoman penulisan buku


pelajaran (Depdiknas 2005:3) disebutkan bahwa yang termasuk isi

pendidikan ialah segala sesuatu yang oleh pendidik langsung diberikan

kepada peserta didik dan diharapkan untuk dikuasai peserta didik dalam

rangka untuk mencapai suatu kompetensin tertentu dalam pendidikan.

Jenis bahan ajar dikelompokkan menjadi empat menurut majid

(2006:174), yaitu:

1) Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa,

brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket

2) Bahan ajar dengan audio seperti kaset, radio, piringan hitam, dan CD

audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video CD, film;

dan

4) Bahan ajar interaktif seperti CD interaktif. Empat jenis bahan ajar

tersebut akan sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran jika

digunakan secara tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

Sementara itu, depdiknas (2008) mengklasifikasikan materi ajar

menjadi lima yaitu fakta, konsep, prinsip prosedur dan sikap sebagai

berikut:

1) Fakta ialah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran,

meliputi nama-nama objek, pariwisata sejarah, lambing, nama tempat,

nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda dan sebagainya.

2) Konsep yaitu segala sesuatu yang berwujud pemgertian-pengertian baru

yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, melipiti defenisi, pengertian,

ciri khusus, hakikat, inti atau isi dan sebagainya.


3) Prinsip ialah berupa hal-hal utama, pokok dan memiliki posisi penting

meliputi detail, rumus, adagum, postulant, paradigm, teorema, serta

hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

4) Prosedur ialah langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam

mengerjakan sesuatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.

5) Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai

kejujuran, kasih saying, tolong menolong, semangat dan minar belajar

dan bekerja.

Berdasarkan uraian materi bahan ajar bahwa jenis bahan ajar

dapat disimpulkan bahwa jenis bahan ajar bermacam-macam dilihat dari

bentuk, sifat dan fungsinya.

b. Kriteria bahan ajar

Bahan ajar dapat dikatakan baik apabila telah memenuhi

ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Ketentuan-ketentuan tersebut

kemudian dijadikan karakteristik sebuah bahan ajar atau materi pelajaran.

Adapun karakteristik bahan ajar yang baik menurut Depdiknas (2004)

adalah “substansi materi diakumulasi dari standar kompetensi atau

kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, mudah dipahami,

memiliki daya tarik, dan mudah dibaca”. Adapun kriteria-kriteria menurut

(Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran UPI 2011) Dalam

memilih bahan ajar pendidik harus mempertimbangkan kriteria-kriteria

berikut:

1) relevansi (secara psikologis dan sosiologis),

2) kompleksitas,

3) rasional/ilmiah,
4) fungsional,

5) ke-up to date-an, dan

6) komprehensif/keseimbangan.

Semetara itu, berdasarkan kriteria penilaian bahan ajar berupa

buku pelajaran setidaknya ada empat syarat terpenuhi bila sebuah bahan

ajar dikatakan baik, yaitu:

1) cakupan materi atau isi sesuai dengan kurikulum,

2) penyajian materi memenuhi prinsip belajar,

3) bahasa dan keterbacaan baik, dan

4) format buku atau grafika menarik” (Puskurbuk 2012).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa dalam memilih, menentukan, dan mengembangkan

suatu bahan ajar atau materi ajar harus memperhatikan kriteria atau

karakteristik materi ajar. Dalam hal ini pendidik harus memperhatikan

empat kriteria yang harus terpenuhi dalam materi ajar, yaitu cakupan isi,

penyajian, keterbacaan, dan kegrafikaan. Keempat kriteria tersebut harus

terpenuhi agar materi yang dipilih atau dikembangkan dapat dikatakan

baik atau layak digunakan sebagai sumber informasi dalam pembelajaran.

c. Prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar

Prinsip-prinsip pengembangan yang digunakan dalam bahan ajar

keterampilan penulis kreatif yang bermuatan nilai pendidikan karakter

religius bagi peserta didik. Dibagi menjadi empat aspek, yaitu:

1) kelayakan isi/materi,

2) penyajian.

3) kebahasaan dan
4) kegrafikan.

Prinsip pengembangan tersebut, yaitu (1) (2) penyajian

dikembangkan berdasarkan prinsip menarik, kreatif dan inovatif,

sistematis dan keaktifan, (3) kebahasaan dikembangkan berdasarkan

prinsip kemudahan dan komunikatif dan (4) kegrafikaan dikembangkan

berdasarkan prinsip menarik, kreatif dan inovatif, serta kepraktisan. Jadi

masing-masing aspek dikembangkan dengan prinsip pengembangan

yang berbeda.

d. Tujuan bahan ajar

Adapun manfaat adanya bahan ajar yaitu :

1) Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu

2) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah

timbulnya rasa bosan peserta didik

3) Memudahkan peserta didik dalam melaksankan pembelajaran

4) Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

e. Manfaat pembuatan bahan ajar

Manfaat pembuatan bahan ajar mengacu bagi pendidik dan

peserta didik (prastowo, 2014:27-28). Sebagai berikut:

1) Adapun manfaat bagi pendidik yaitu membantu pelaksanaan

pembelajaran, sebagai karya yang dapat menambah angka kredit

pendidik dalam kenaikan pangkat, dan menambah penghasilan bila

karyanya diterbitkan

2) Manfaat bagi peserta didik yaitu pembelajaran lebih menarik, lebih

banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar mandiri dengan


bimbingan pendidik, dan mendapatkan kemudahan dalam

mempelajarai setiap kompetensi yang harus dipelajari.

Tomlinson (2011:2) menjelaskan bahwa bahan ajar dapat

terfasilitas melalui berbagai bahan. Bahan ajar dapat terdiri dari: video,

buku teks, DVD, you tube, email,native speaker, instruksi pendidik/guru,

dan lainnya. Penelitian ini memusatkan bahan ajar berbentuk video,

karena memiliki efek yang sempurna dan termasuk dalam kategori bahan

pandang dengar, meskipun demikian keberadaanya tetap memiliki

kelebihan menurut Anderson. Adapun kelebihan dari bahan ajar yaitu:

1) Mampu menunjukkan kembali gerakan tertentu.

2) Penampilan peserta didik dapat dilihat kembali untuk di kritik atau di

evaluasi.

3) Memperkokoh proses belajar maupun nilai hiburan dan penyajian

4) Mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran

dan latihan

5) Informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama,

dilokasi yang berbeda dan jumlah peserta yang tidak terbatas

6) Pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan pembelajaran

yang mandiri.

Menurut prastowo (2014) keterbatasan bahan ajar video terdapat

beberapa hal, yaitu :

1) Ketika akan digunakan, peralatan video harus sudah tersedia di

tempat penggunaan

2) Menyusun naskah/scenario video bukan hal yang mudah dan dapat

menyita banyak waktu


3) Biaya produksi sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu

mengerjakannya

4) Apabila gambar pita video dipindahkan ke film, hasilnya tidak bagus

5) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton kecuali

jaringan monitor dan sistem proyeksi video di perbanyak

6) Jumlah grafis padan garis untuk video terbatas

7) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan

sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan (Prastowo,

2014:304-307)

2. Media pembelajaran

Media pembelajaran adalah sesuatu yang digunakan sebagai

perantara komunikasi dalam kegiatan pembelajaran (Setyosari, 2009).

Menurut taksonomi Leshin, media pembelajaran dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Media berbasis manusia, seperti guru, instruktur, tutor, main peran,

kegiatan kelompok, dan lain-lain

b. Media berbasis cetakan, seperti buku, penuntun, buku kerja/ latihan,

dan lembaran lepas

c. Media berbasis visual, seperti buku, charts, grafik, peta, figur/gambar,

transparansi, film bingkai atau slide.

d. Media berbasis audio-visual, seperti video, film, silde bersama tape,

televise.

e. Media berbasis komputer, yaitu pengajaran dengan bantuan computer

dan video interaktif (Arsyad, 2010).


Secara umum, media pembelajaran mempunyai kegunaan-

kegunaasn sebagai berikut :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

a) objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan gambar, film

atau model,

b) objek yang kecil, bisa dibantu dengan film, gambar,

c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse,

d) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu, bisa di

tampilkan dengan rekaman film, video,

e) objek yang terlalu kompleks, dapat disajikan dengan model,

diagram,

f) konsep yang terlalu luas, dapat divisualkan dalam bentuk film dan

gambar.

3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi

dapat diatasi sifat pasif anak. Dalam hal ini media pembelajaran

berfungsi untuk :

a) menimbulkan kegairahan belajar,

b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan

c) memungkinkan siswa belajar mandiri menurut kemampuan dan

minatnya (Sadiman, 2003)


Dari berbagai pendapat tentang media di atas, dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar

berlangsung secara efektif. Media digunakan untuk mempermudah

komunikasi dan proses belajar. Media pembelajaran yang

digabungkan dengan pengalaman langsung dapat membantu siswa

mempersatukan pengalaman sebelumnya dan memfasilitasi belajar

dari konsep yang abstrak. Salah satunya media pembelelajaran

adalah buku teks atau buku pelajaran. Dengan adanya buku teks,

guru dan siswa akan terbantu dalam memperlancar proses

belajarmengajar.

Buku ajar merupakan salah satu sarana keberhasilan proses

belajar mengajar. (Lamb, 2013). Buku ajar merupakan suatu

kesatuan unit pembelajaran yang berisi informasi, pembahasan serta

evaluasi. Buku ajar yang tersusun secara sistematis akan

mempermudah peserta didik dalam materi sehingga mendukung

ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu, buku ajar harus

disusun secara sistematis, menarik, aspek keterbacaan tinggi, mudah

dicerna, dan mematuhi aturan penulisan yang berlaku. Buku ajar

termasuk salah satu buku pelajaran.

Buku pelajaran yang dimaksud adalah karya tulis yang

digunakan guru dalam proses belajar mengajar, maka semua karya

tulis tersebut termasuk ke dalam buku pelajaran. Buku/bahan ajar


yang baik memiliki kriteria tertentu atau standar tertentu seperti

tentang relevansinya dengan kurikulum yang sedang berlaku saat

ini, kesesuaian metode dengan materi yang disampaikan, isi buku

atau sudut keilmuannya yaitu apakah teoriteori yang digunakan di

dalam penulisan buku ajar ini sudah sesuai atau belum,. Oleh karena

itu, perlu diadakannya analisis terhadap buku teks tersebut, dalam

hal apakah buku tersebut telah benar-benar memenuhi kriteria buku

teks yang baik.

Media pembelajaran berupa video adalah alat yang sangat

efektif digunakan karena menawarkan metode belajar yang fleksibel

dan asinkron yang memungkinkan untuk belajar dengan kecepatan

mereka sendiri dan dalam lingkungan mereka sendiri (Kay,2012;

Lloyd dan Robertson, 2012; Rackaway, 2012).

Ayat Al-Quran pada surah An-Nahl ayat 89 dijelaskan

tentang media yang berbunyi:

َ‫ث فِ ْي ُك ِّل اُ َّم ٍة َش ِه ْيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ِه ْم َو ِجْئنَا بِكَ َش ِه ْيدًا ع َٰلى ٰهُٓؤاَل ۤ ۗ ِء َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْيك‬
ُ ‫َويَوْ َم نَ ْب َع‬

َ‫َي ٍء َّوهُدًى َّو َرحْ َمةً َّوبُ ْش ٰرى لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْين‬ َ ‫ْال ِك ٰت‬
ْ ‫ب تِ ْبيَانًا لِّ ُك ِّل ش‬

Artinya:

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat

seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami datangkan

kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan kami

turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala

sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang

yang berserah diri.”

Ayat ini secara tidak langsung allah mengajarkan kepada manusia untuk

menggunakan sebuah alat/benda sebagai salah satu media dalam


menjelaskan segala sesuatu. Sebagaimana Allah SWT menurunkan Al-

Quran kepada nabi muhammad SAW untuk menjelaskan segala sesuatu,

maka sudah sepatutnya jika seorang menggunakan suatu media tertentu

dalam menjelaskan segala hal.

Kustandi dan Bambang (2013), mengatakan beberapa

keuntungan apabila menggunakan media video dalam pembelajaran,

yaitu:

1) Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar

berdiskusi, membaca, dan praktik.

2) Video dapat menunjukkan objek secara normal yang tidak dapat

dilihat, seperti kerja jantung ketika berdenyut

3) Mendorong dan meningkatkan motivasi peserta didik serta

menanamkan sikap dan segi afektif lainnya,

4) Video mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengundang

pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik

5) Video dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar atau

kelompok kecil dan kelompok yang heterogen atau perorangan.

3. Pengolaan limbah methylene blue

Industri tekstil menghasilkan air limbah yang mengandung senyawa

organik non-biodegradable berkonsentrasi tinggi dalam jumlah besar,

terutama zat warna (Orts et al., 2018). Pewarna azo adalah jenis pewarna

yang paling banyak digunakan dalam industri (Tunc & Duman, 2013).

Pewarna azo, seperti methylene blue (MB) dan methyl orange (MO),

memiliki banyak dampak negatif yang tidak diinginkan pada ekosistem (Yu

et al., 2012).
Salah satu metode yang bisa mengkonversi limbah zat warna

menjadi spesies yang aman bagi lingkungan perairan adalah

elektrodegradasi oksidatif. Kelebihan metode elektrodegradasi adalah proses

yang sederhana, kondisi operasional yang dapat diatur pada tekanan

atmosfir dan suhu kamar, serta menghasilkan produk akhir CO 2 dan H2O

(Garcia-segura et al., 2018). Keberhasilan elektrodegradasi limbah MB

dibuktikan dengan pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer UV-

Vis. Absorbansi awal limbah MB dan absorbansi limbah akhir MB diukur

dengan spektrofotometer UV-Vis. Nilai yang didapat dimasukkan ke dalam

rumus persen penurunan (% penurunan).

A awal− A akhir
% penurunan= x 100 %
A awal
Nilai % penurunan sama dengan 100% artinya semua MB di dalam limbah
sudah terdegradasi dan aman untuk dibuang ke lingkungan.

4. Materi Elektrolisis

Elektrolisis merupakan proses reaksi kimia dengan perantara

elektroda yang tercelup dalam larutan elektrolit saat tegangan diterapkan

pada elektroda tersebut (Vogel & Dogra dalam Soemargono, 2013). Hal ini

sesuai dengan pendapat Skoog & Holler (1993) mengungkapkan elektrolisis

adalah peristiwa ketika suatu larutan diuraikan menjadi ion – ionnya, yaitu

ion positif (kation) dan ion negatif (anion) pada saat arus searah dialirkan ke

dalam larutan elektrolit melalui elektroda.


5. Pengembangan perangkat pembelajaran Model ADDIE

Dalam mengembangkan bahan ajar perlu diperhatikan model

pengembangan untuk memastikan kualitas bahan ajar dalam menunjang

efektifitas pembelajaran, karena pengembangan bahan ajar pada dasarnya

merupakan proses yang bersifat linear dengan proses pembelajaran.

Ketersediaan bahan ajar selama ini masih minim. Bahan ajar semestinya

disusun berdasarkan kebutuhan tujuan pembelajaran.

Salah satu desain pengembangan bahan ajar yang sering digunakan ialah

ADDIE model melalui 5 tahapan yaitu: : Analysis, Design, Development,

Implementation dan Evaluation. Proses pengembangan memerlukan

beberapa kali pengujian tim ahli, subyek penelitian secara individu, skala

terbatas maupun skala luas(lapangan) dan revisi guna penyempurnaan

produk akhir sehingga meskipun prosedur pengembangan dipersingkat

namun didalamnya sudah mencakup proses pengujian dan revisi sehingga

produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria produk yang baik,

teruji secara empiris dan tidak ada kesalahan lagi. Model intruksional

ADDIE merupakan proses instruksional yang terdiri dari lima fase, yaitu
analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi yang

dinamis.Tahapan dari Model ADDIE diimplementasikan sebagai berikut:

6. Penerapan model ADDIE

Dalam mengembangkan bahan ajar dibutuhkan model

pengembangan guna memasikan hasilnya. Penggunaan model

pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan dengan teori akan menjamin

kualitas bahan ajar. Model model tersebut antara lain; model ADDIE,

ASSURE, Hannafin and Peck, Gagne and Brigs, serta Dick and Carey.

Dari model tersebut tentu memiliki karakteristik masing-masing yang

perlu lebih dalam lagi dipahami. Model intruksional ADDIE merupakan

proses instruksional yang sudah umum digunakan baik secara tradisional

oleh pengembang diklat. Ada lima frase, yaitu analisis, desain,

pengembangan, implementasi dan evaluasi yang mempresentasikan

panduan perangkat pengembangan pelatihan dan kinerja yang dinamis.

Bila digambarkan adalah sebagai berikut:

a. Analisis (Analysis)
Dalam tahapan ini, kegiatan utama adalah menganalisis

perlunya pengembangan bahan ajar dalam tujuan pembelajaran,

beberapa analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Analisis kinerja

Dalam tahapan ini, mulai dimunculkan masalah dasar yang

dihadapi dalam pembelajaran

2) Analisis siswa

Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa berdasarkan

pengetahuan, keterampilan dan perkembangannya. Analisis ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa yang

beragam. Hasil analisis siswa berkenaan dengan kemampuan

berpikir kritis dan kreatif dapat dijadikan gambaran dalam

mengembangkan bahan ajar dalam pembelajaran. Beberapa poin

yang perlu didapatkan dalam tahapan ini diantaranya:

a) Karakteristik siswa berkenaan dengan pembelajaran

b) Pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki siswa

berkenaan dengan pembelajaran

c) Kemampuan berpikir atau kompetensi yang perlu dimiliki

siswa dalam pembelajaran

d) Bentuk pengembangan bahan ajar yang diperlukan siswa agar

dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan kompetensi

yang dimiliki

3) Analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi pembelajaran

Analisis materi berkenaan dengan fakta, konsep, prinsip dan

prosedur merupakan bentuk identifikasi terhadap materi agar


relevan dengan pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran.

Dalam tahap ini, analisis dilakukan dengan metode studi pustaka.

Tujuan dari analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi

pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian utama

materi yang akan diajarkan dan disusun secara sistematik.

Analisis ini dapat dijadikan dasar untuk menyusuk rumusan

tujuan Analisis pembelajaran.

4) Analisis tujuan pembelajaran

Tujuan pembejaran merupakan langkah yang diperlukan

untuk menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu

dimiliki oleh siswa. Pada tahap ini, ada berapa poin yang perlu

didapatkan diantaranya:

a) Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan

b) Ketercapaian tujuan pembelajaran.

Dengan demikian, tahapan ini dapat dijadikan acuan untuk

mengembangkan bahan ajar dalam pembelajaran.

b. Desain (Design)

Tahapan desain meliputi beberapa perencanaan pengembangan

bahan ajar diantaranya meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Penyusunan bahan ajar dalam pembelajaran kontektual dengan

mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk

menentukan materi pembelajaran berdasarkan fakta, konsep,

prinsip dan prosedur, alokasi waktu pembelajaran, indikator dan

instrumen penilaian siswa.


2) Merancang skenario pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar

dengan pendekatan pembelajaran

3) Pemilihan kompetensi bahan ajar

4) Perencanaan awal perangkat pembelajaran yang didasarkan pada

kompetensi mata pelajaran.

5) Merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi belajar dengan

pendekatan pembelajaran.

c. Pengembangan (Development)

Dalam melakukan langkah pengembangan bahan ajar, ada dua

tujuan penting yang perlu dicapai. Antara lain adalah : 1.

Memproduksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 2. Memilih

bahan ajar terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Beberapa poin yang perlu didapatkan dalam tahapan ini

diantaranya : 1. Bentuk bahan ajar yang perlu dibuat dalam mencapai

tujuan pembelajaran. 2. Bentuk bahan ajar yang perlu dibuat dan

dimodifikasi sehingga dapat memenuhi tujuan pembelajaran.

d. Implementasi (Implementation)

Pada tahapan implementasi dalam penelitian ini merupakan

tahapan untuk mengimplementasikan rancangan bahan ajar yang telah

dikembangkan pada situasi yang nyata dikelas. Selama implementasi,

rancangan bahan ajar yang telah dikembangkan diterapkan pada

kondisi yang sebenarnya. Materi bahan ajar yang telah dikembangkan


disampaikan sesuai dengan pembelajaran. Seteleh diterapkan dalam

bentuk kegiatan pembelajaran kemudian dilakukan evalusai awal

untuk memberikan umpan balik pada penerapan pengembangan bahan

ajar berikutnya. Tujuan utama dalam langkah implemtasi antara lain:

1. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Menjamin terjadinya pemecahan masalah untuk mengatasi

persoalan yang sebelumnya dihadapi oleh siswa dalam proses

pembejaran.

3. Memastikan bahwa pada akhir pembelajaran, kemampuan siswa

meningkat.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem

pembelajaran ADDIE untuk memberikan nilai terhadap

pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran. Evalusi dilakukan

dalam dua bentuk yaitu evalusi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka

(mingguan) sedangkan evalusi sumatif dilakukan setelah kegiatan

berakhir secara keseluruhan (semester). Evalusi sumatif mengukur

kompetensi akhir atau tujuan pembejaran yang ingin dicapai. Hasil

evalusi digunakan untuk memberikan umpan balik terhadap

pengembangan bahan ajar

J. Penelitan yang Relevan

Penelitian yagn relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:


1. Rina agustina dalam penelitiannya yang berjudul “Desain dan uji coba

video pembelajaran sebagai alternative media pembelajaran dimasa

pandemic dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)

pada materi asam basa” kelayakan video pembelajaran dengan

pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada materi asam basa

didasarkan hasil validasi ahli materi mencapai presentase sebesar 86%

dengan kategori valid, hasil validasi ahli desain media mencapai persentase

84% dengan kategori sangat valid. Tanggapan penilaian guru kimia melalui

uji praktikalitas memperoleh persentase sebesar 92,6% dengan kategori

sangat praktis. Respon peserta didik kelas XI di SMA IT Al-ittihad terhadap

keseluruhan desain video pembelajaran dengan pendekatan contextual

teaching and learning (CTL) mendapatkan persentase 81,4% dengan

kategori sangat praktis.

2. Astari shakina dalam penelitian yang berjudul “Desain dan uji coba media

pembelajaran berbasis videoscribe sebagai sumber belajar pada materi

bentuk molekul kelas X IPA SMA” tingkat validitas media pembelajaran

berbasis videoscribe pada pada materi bentuk molekul berdasarkan hasil

analisis data validasi oleh ahli media dengan persentase kevalidan sebesar

87,5% yang dikategorikan sangat valid, sedangkan dari hasil validasi oleh

ahli materi dengan persentase kevalidan sebesar 96,25% yang dikategorikan

sangat valid.

K. Konsep Operasional

Definisi operasional adalah fitur yang dapat diamati berdasarkan fitur

yang didefenisikan. Dengan kata lain, yaitu konsep yang dapat diubah dalam

bentuk yang kontruktif dan menggunakan kata-kata yang menggambarkan


perilaku maupun fenomena yang dapat diamati dan diuji sebagai benar

(Hironymus & Hantono,2020).

1. Bahan Ajar Kimia

Bahan ajar merupakan salah satu faktor penting dalam keefektifan sebuah

pembelajaran terlebih di tingkat perguruan tinggi. Bahan ajar kimia pada

penelitian ini ialah bahan ajar yang menggunakan media video pengolahan

limbah mythelen blue secara elektrokimia, maksudnya peneliti melakukan

praktikum di laboratorium kimia uin suska riau dan tahapan-tahapannya

direkam menggunakan handphone dan hasil rekaman video ini di convert ke

format mp4. Kemudian video tersebut ditayangkan pada pembelajaran

elektrolisis di SMA 2 pekanbaru.

2. Model Pengembangan ADDIE

Bahan ajar yang didesain ini dibuat melalui model pengembangan ADDIE,

adapun tahapannya sebagai berikut:

a. Analisis (Analysis)

Dalam tahapan ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya

bahan ajar dalam tujuan pembelajaran:

1) Analisis kinerja

Dalam tahapan ini, mulai dimunculkan masalah dasar yang

dihadapi dalam pembelajaran

2) Analisis siswa

Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa

berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan perkembangannya.


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa

yang beragam.

3) Analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi pembelajaran

Analisis materi berkenaan dengan fakta, konsep, prinsip dan

prosedur merupakan bentuk identifikasi terhadap materi agar

relevan dengan pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran.

Dalam tahap ini, analisis dilakukan dengan metode studi pustaka.

Tujuan dari analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi

pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian utama

materi yang akan diajarkan dan disusun secara sistematik.

4) Analisis tujuan pembelajaran

Tujuan pembejaran merupakan langkah yang diperlukan

untuk menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu

dimiliki oleh siswa. Pada tahap ini, ada berapa poin yang perlu

didapatkan diantaranya:

a) Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan

b) Ketercapaian tujuan pembelajaran.

b. Desain (Design)

Tahapan desain meliputi beberapa perencanaan pengembangan

bahan ajar duantaranya meliputi: 1. Penyususnan bahan ajar dalam

pembelajaran kontektual dengan mengkaji kompetensi ini dan

kompetensi dasar untuk menentukan materi pembelajaran berdasarkan

fakta, konsep, prinsip dan prosedur, alokasi waktu pembelajaran,

indicator dan instrument penelitian, 2. Merangcang scenario


pembelajaran atau atau kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan

pembelajaran. 3. Pemilihan kompetensi bahan ajar, 4. Perencanaan awal

perangkat pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi mata

pelajaran, 5. Merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi belajar

dengan pendekatan pembalajaran.

c. Pengembangan (Development)

Pengembangan dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi

rancangan produk dalam hal ini adalah bahan ajar. Langkah

pengembangan dalam penelitian ini meliputi kegiatan membuat dan

memodufikasi bahan ajar. Dalam tahap desain telah disusun karangka

konseptual pengembangan bahan ajar. Dalam tahap pengembangan

karangka konseptual tersebut direalisasikan dalam bentuk produk

pengembangan bahan ajar yang siap diimplementasikan sesuai dengan

tujuan. Dalam melakukan langkah penbembangan bahan ajar,n ada dua

tujuan penting yang perlu dicapai antara lain yaitu: 1. Memproduksi

atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan, 2. Memilih bahan ajar terbaik

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

d. Implementasi (Inplementation)

Pada tahapan implementasi dalam penelitian ini merupakan

tahapaan untuk mengimplementasikan rancangan bahan ajar yang telah

dikembangkan pada situasi yang nyata dikelas. Selama implementasi,

rancangan bahan ajar yang telah dikembangkan disampaikan sesuai


dengan pembelajaran. Setelah diterapkan dalam bentuk kegiatan

pembelajaran kemudian dilakukan evaluasi awal untuk memberikan

umpan balik pada penerapan pengembangan bahan ajar berikutnya:

tujuan utama dari langkah implementasi adalah 1. Membimbing siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran, 2. Menjamin terjadinya

pemecahan masalah untuk mengatasi persoalan yang sebelumnya

dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran, 3. Memastikan bahwa

pada akhir pembelajaran, kemampuan siswa meningkat.

e. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sitem

ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk

memberikan nilai terhadap pengembangan bahan ajar dalam

pembelajaran. Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evalusi formatif dilaksanakan pada

setiap akhir tahap muka (mingguan) sedangkan evaluasi sumatif

dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester).

Evaluasi sumatif mengukur kompetensi akhir atau tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberikan umpan

balik terhadap pengembangan bahan ajar. Kemudian revisi dibuat

sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi

oleh tujuan pengembangan bahan ajar. Evaluasi terhadap

pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran bertujuan untuk

L. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan

dapat dilihat bahwa pembelajaran kimia membutuhkan sumber belajar yang

dapat membantu siswa memahami materi pengolaan limbah pada materi

elektrolisis dengan mudah. Salah satu sumber belajar yang dikembangkan

adalah video pembelajaran. Berdasarkan studi awal yang dilakukan di SMA 2

pekanbaru, dengan melakukan wawancara dengan salah satu guru kimia di

SMA 2 pekanbaru yaitu ibu aisyah mengatakan bahwa bahan ajar yang

digunakan oleh peserta didik salah satunya adalah buku pelajaran, LKPD

namun buku pelajaran digunakan pada proses pembelajaran berlangsung. Oleh

karena itu peneliti melakukan penelitian desain dan uji coba video pengolaan

limbah methylene blue secara elektrokimia sebagai bahan ajar materi

elektrolisis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan varietif.

M. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA negri 2 pekanbaru yang beralamat di

jalan nusa indah budi utomo kota pekanbaru. Penelitian ini dilakukan pada

semester genap tahun ajaran 2022/2023.

N. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pihak yang melakukan validasi

terhadap video pembelajaran yang dihasilkan, yaitu:


a. Ahli uji praktikum

Ahli praktikalitas minimal memiliki pendidikan sarjana S1 yang

memiliki pengalaman dan wawasan yang luas pada pembelejaran

kimia. Uji praktikalitas dilakukan oleh ibu aisyah guru di SMA 2

pekanbaru.

b. Peserta didik

Peserta didik bertindak sebagai subjek dalam uji coba untuk

mengetahui respon peserta didik terhadap bahan ajar video. Uji

praktikalitas oleh peserta didik dilakukan di kelas XII IPA SMA negri

2 pekanbaru.

2. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah bahan ajar video pengolahan limbah

methylene blue secara elektrokimia pada materi elektrolisis.

O. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan untuk kelas XII MIPA SMA negri 2

pekanbar, jumlah popilasinya yaitu guru bidang studi kimia dan peserta didik di

kelas XII MIPA 1. Untuk sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu guru

bidang studi dan peserta didik. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan

teknik sampling-non acak, salah satunya purposive sampling. Teknik sampling

purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya siswa tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi yang diteliti. Sampel yang

dipilih berdasarkan pengalaman peserta didik yang telah mempelajari materi

elektrolisis dan berdasarkan pertimbangan dari guru kimia yang mengajar di

kelas XII MIPA.

P. Jenis dan desain penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian dan pengembangan

Research and Development (R&D). terdapat banyak definisi R&D, ini terjadi

karena R&D digunakan dalam banyak sekali bidang, sehingga ada tekanan dan

focus yang berbeda ketika definisi R&D itu dirumuskan. Secara sederhana R&D

bisa didefiniskan sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis,

bertujuan/terarahkan untuk mencari, merumuskan, memperbaiki,

mengembangkan, memhasilkan, menguji keefektifan produk, model,

metode/strategi, tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efesien, dan bermakna.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan atau research

and development (R&D). model pengembangan dalam penelitian ini adalah

model pengembangan ADDIE. Model ini terdiri dari 5 tahap pengembangan,

yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi.

Q. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan model ADDIE,

kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam model pengembangan ini akan

dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis (Analysis)
Dalam tahapan ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya

bahan ajar dalam tujuan pembelajaran, beberapa analisis yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Analisis kerja: dalam tahapan ini, mulai dimunculkan masalah dasar yang

dihadapi dalam pembelajaran.

b. Analisis siswa: analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa

berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan perkembangannya. Analisis

ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa yang beragam.

Hasil analisis siswa berkenaan dengan kemampuan berfikir kritis dan

kreatif dapat dijadikan gambaran dalam mengembangkan bahan ajar

dalam pembelajaran. Beberapa poin yang perlu didapatkan dalam tahapan

ini diantaranya: 1. Karakteristik siswa berkenaan dengan pembelajaran, 2.

Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa berkenaan

dengan pembelajaran, 3. Kemampuan berpikir atau kompetensi yang

perlu dimiliki siswa dalam pembelajaran, 4. Bentuk pengembangan bahan

ajar yang diperlukan siswa agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir

dan kompetensi yang dimiliki

c. Analisis fakta, konsep prinsip dan prosedur materi pembelajaran:

merupakan bentuk identifikasi terhadap materi agar relevan dengan

pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran. Dalam tahapan ini,

analisis dilakukan dengan metode studi pustaka. Tujuan dari analisis,

fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi pembelajaran adalah untuk

mengidentifikasi bagian-bagian utama materi yang akan diajarkan dan

disususn secara sistematik. Analisis ini dijadikan dasar untuk menyusu

rumusan tujuan pembelajaran.


d. Analisis tujuan pembelajaran ialah langkah yang diperlukan untuk

menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa.

Pada tahap ini ada beberapa poin yang perlu didapatkan diantaranya: 1.

Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, 2.ketercapaian tujuan

pembelajaran. Dengan demikian tahapan ini dapat dijadikan acuan untuk

bahan ajar dalam pembelajaran.

2. Desain (Desaign)

Tahapan desain meliputi beberapa perencanaan pengembangan

bahan ajar duantaranya meliputi: 1. Penyususnan bahan ajar dalam

pembelajaran kontektual dengan mengkaji kompetensi ini dan

kompetensi dasar untuk menentukan materi pembelajaran berdasarkan

fakta, konsep, prinsip dan prosedur, alokasi waktu pembelajaran,

indicator dan instrument penelitian, 2. Merangcang scenario

pembelajaran atau atau kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan

pembelajaran. 3. Pemilihan kompetensi bahan ajar, 4. Perencanaan awal

perangkat pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi mata

pelajaran, 5. Merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi belajar

dengan pendekatan pembalajaran.

3. Pengembangan (Development)

Pengembangan dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan

produk dalam hal ini adalah bahan ajar. Langkah pengembangan dalam

penelitian ini meliputi kegiatan membuat dan memodufikasi bahan ajar. Dalam

tahap desain telah disusun karangka konseptual pengembangan bahan ajar.


Dalam tahap pengembangan karangka konseptual tersebut direalisasikan dalam

bentuk produk pengembangan bahan ajar yang siap diimplementasikan sesuai

dengan tujuan. Dalam melakukan langkah penbembangan bahan ajar,n ada dua

tujuan penting yang perlu dicapai antara lain yaitu:

a. Memproduksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

b. Memilih bahan ajar terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

4. Implementasi (Implemntation)

Pada tahapan implementasi dalam penelitian ini merupakan tahapaan

untuk mengimplementasikan rancangan bahan ajar yang telah dikembangkan

pada situasi yang nyata dikelas. Selama implementasi, rancangan bahan ajar

yang telah dikembangkan disampaikan sesuai dengan pembelajaran. Setelah

diterapkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran kemudian dilakukan evaluasi

awal untuk memberikan umpan balik pada penerapan pengembangan bahan ajar

berikutnya: tujuan utama dari langkah implementasi adalah

a. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,

b. Menjamin terjadinya pemecahan masalah untuk mengatasi

persoalan yang sebelumnya dihadapi oleh siswa dalam proses

pembelajaran,

c. Memastikan bahwa pada akhir pembelajaran, kemampuan siswa

meningkat.

5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sitem ADDIE.

Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap

pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran. Evaluasi dilakukan dalam dua

bentuk yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evalusi formatif

dilaksanakan pada setiap akhir tahap muka (mingguan) sedangkan evaluasi

sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester).

Evaluasi sumatif mengukur kompetensi akhir atau tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberikan umpan balik terhadap

pengembangan bahan ajar. Kemudian revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi

atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh tujuan pengembangan bahan

ajar. Evaluasi terhadap pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran bertujuan

untuk mengetahui beberapa hal, yaitu:

a. Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan,

b. Peningkatan kemampuan siswa yang merupakan dampak dari keikutsertaan

dalam kegiatan pembelajaran,

c. Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan

kompetensi siswa melalui kegiatan pengembangan bahan ajar dalam

pembelajaran.

R. Prosedur Penelitian

Analisis kerja,siswa, fakta,


konsep prinsip dan Analisis Tahap Define
prosedur materi
pembelajaran dan tujuan

storyboard
Desain: video
pembelajaran

Validasi ahli praktikum dan


Tidak valid Tahap Design
ahli media

Valid Revisi

Uji coba Tidak praktis


(skala kecil)

Penyempurnaan
Praktis
produk

Produk akhir
Gambar.prosedur penelitian

S. Teknik Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian. Pada penelitian ini teknik pengumpulan datanya digunakan

adalah wawancara, angket uji respon siswa, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara bertatap mata dan mendengarkan secara langsung

untuk mengumpulkan informasi-informasi atau keterangan-keterangan.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang


harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

respondennya sedikit/kecil.

Pada penelitian ini dilakukan wawancara tidak secara struktur

dengan guru bidang studi kimia di SMA negri 2 Pekanbaru yaitu Ibu

Aisyah untuk mengetahui permasalahan dan informasi yang ada. Yang

mana di sekolah SMA negri 2 Pekanbaru telah menerapkan Kurikulum

2013 pada proses pembelajaran, sedangkan permasalahan yang terdapat

pada SMA negri 2 Pekanbaru yaitu buku atau sumber belajar yang

digunakan oleh peserta didik. Yang mana buku tersebut hanya digunakan

pada proses pembelajaran saja. sehingga peserta didik harus mencari

sumber belajar yang lain diluar jam sekolah.

2. Angket

Angket adalah alat untuk mengumpulkan informasi dengan cara

menyampaikan beberapa pertanyaan dan jawaban tertulis. Bentuk

lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya

untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami.

Angket ini nantinya mengharuskan responden memilih alternatif jawaban

yang telah disediakan dalam bentuk checklist (√ ).checklist yakni sebuh

daftar dimana responden memberikan tanda check (√) pada pilihan

jawaban. Angket ini sebelumnya telah melalui tahap konsultasi dan

validasi dengan dosen pembimbing. Adapun responden yang dimaksud

adalah ahli materi, ahli media, guru kimia, dan peserta didik.

Penilaian instrument validitas ahli media, ahli materi, praktikalitas

guru dan praktikalitas peserta didik ini disusun menggunakan rating scale.

Rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam model rating scale

responden akan menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang telah

disediakan. Tipe rating scale yang digunakan dalam penelitian ini adalah

numerical rating scale. Komponen numerical rating scale adalah

pertanyaan tentang kualitas tertentu dari sesuatu yang akan diukur, yang

diikuti dengan angka yang menunjukkan skor yang diukur. Setiap jawaban

kuntitatif yang dipilih responden dihubungkan dengan bentuk pernyataan

atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Sangat kurang : 1

Kurang :2

Sedang :3

Baik :4

Sangat baik :5

Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk memperoleh data

mengenai kevalidan dan kepraktisan media pembelajaran menggunakan video

pembelajaran pada materi elektrolisis.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian. Selain itu dokumentasi dilakukan untuk melengkapi, mendukung

informasi mengenai proses penelitian agar menjadi penelitian yang jelas dan

dipercaya. Salah satu informasi yang diperoleh dari dokumentasi, yaitu

tentang sejarah sekolah, organisasi sekolah dan lain sebagainya.

T. Teknik Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai