Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP DAN


AUDIOVISUAL PADA MATERI SISTEM KOLOID UNTUK
MENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
SMA KELAS XI MIA DI SMA NEGERI 1 PS

DISUSUN OLEH :

MEISSY M. AMBARITA

1901090002

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1999). Dari pengertian tersebut maka pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah.
Kimia sebagai salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum pembelajaran di SMA
merupakan ilmu yang kaya akan konsep yang bersifat abstrak. Kimia bukanlah pelajaran yang baru
bagi siswa, namun seringkali dijumpai siswa-siswa yang menganggap materi kimia rumit dan sulit
dipelajari, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya.
Hal ini mungkin disebabkan oleh penyajian materi yang rumit, kurang menarik, monoton dan
membosankan, dimana konsep dasar kimia menjadi tidak menarik dan semakin sulit dipahami
siswa. Untuk mengatasinya diperlukan inovasi dalam penerapan model maupun metode
pengajaran kimia, karena keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar yang dalam hal ini dipengaruhi oleh penerapan model maupun
metode pengajaran yang tepat.
Koloid merupakan pokok bahasan kimia pada semester genap yang menarik untuk
dipelajari karena dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Namun, pemahaman siswa pada pokok
bahasan koloid ternyata masih rendah, hal ini mungkin disebabkan karena guru di dalam
menjelaskan pokok bahasan koloid tersebut belum menggunakan strategi pengajaran yang tepat
atau lebih cenderung menggunakan metode ceramah, akibatnya hasil belajar siswa kurang
memuaskan.
Dari beberapa hasil penelitian yang membahas tentang penggunaan model pembelajaran
problem based learning sebelumnya, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Radiawati.
Dimana penelitiannya menggunakan model pembelajaran problem based learning yang didukung
media animasi pada pokok bahasan pesawat sederhana diperoleh peningkatan dalam hasil belajar
siswa dengan rata-rata di akhir pembelajaran adalah sebesar 75,29, (Radiawati,2017). Dengan
menggunakan media yang berbeda terdapat pula penelitian dengan model pembelajaran problem
based learning yakni penelitian yang dilakukan oleh Heni Purwaningsih yang menggunakan media
peta konsep untuk meningkatkan metakognisi siswa. Dimana dari hasil analisis penelitiannya
menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep pada model PBL mempengaruhi metakognisi siswa
dan memberikan kontribusi sebesar 47,8%.
Oleh karena karakteristik dari pokok bahasan koloid adalah banyak menekankan pada
hapalan, bersifat abstrak, dan tidak banyak hitungan, maka dalam penelitian ini diusulkan untuk
menggunakan model pembelajaran problem based learning yang didukung media baik visual
maupun audiovisual untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Problem Based Learning
(PBL), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
berkelompok untuk memecahkan suatu masalah secara bertahap sehingga mendapat pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut serta memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah. PBL menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari pelajaran tersebut. PBL cocok untuk diterapkan pada
mata pelajaran atau bahasan lanjutan seperti sistem koloid, karena pelajaran dilakukan dengan cara
membangun penalaran siswa dari semua pengetahuan yang sudah dimiliki dan yang diperoleh
sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu.
Media merupakan alat penunjang bagi berbagai bentuk pendidikan dan untuk
menyampaikan informasi. Media pengajaran yang menarik dan mampu mengaktifkan alat indera
siswa, meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta menghindari
kejenuhan pada peserta didik.
Media visual adalah media yang hanya terdiri dari proses melihat saja. Salah satu contoh
media visual peta konsep. Peta konsep adalah suatu teknik mengorganisasi atau menyusun
informasi yang menujukkan keterkaitan antara satu konsep lainnya. Keunggulan peta konsep
sebagai media pembelajaran yaitu merupakan suatu alat yang efektif untuk menghadirkan secara
visual hirarki generalisasi-generalisasi, untuk mengekspresikan keterkaitan proporsi dalam sistem
konsep-konsep yang saling berhubungan. Sedangkan media audiovisual adalah media yang terdiri
dari proses mendengarkan sekaligus dengan pengelihatan karena ditampilkan pada layar.
Keunggulan media audiovisual bila dibandingkan dengan media lain adalah dapat membawa dunia
nyata, menyajikan gambar dan suara sekaligus sehingga proses pembelajaran lebih menarik, dapat
diputar ulang serta hemat dalam hal waktu, tenaga, dan biaya karena materi dapat disajikan dalam
bentuk CD yang juga mudah untuk diperbanyak.
Dari uraian di atas peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul:
“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Menggunakan
Media Peta Konsep Dan Audiovisual Pada Materi Sistem Koloid Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Siswa.”
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

DI SMA NEGERI 2 PEMATANGSIANTAR

DISUSUN OLEH :

MEISSY M. AMBARITA

1901090002

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU No. 20 tahun 2003).
Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang berorientasi pada kemampuan 4C (communication,
colabolative, critical thinking, creativity). Creative thinking merupakan salah satu dari tuntutan kurikulum
2013 ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif perlu
dikembangkan dalam pembelajaran sains, salah satunya pembelajaran kimia karena mampu membantu
memecahkan permasalahan, melahirkan ide-ide baru yang orisinil, mengembangkan gagasan-gagasan serta
dapat membantu peserta didik dalam mengambil keputusan terhadap masalah-masalah yang berkaitan
dengan sains (Tendrita et al., 2016; Fitriani & Yarmayani, 2018). Peserta didik yang memiliki tingkat
kemampuan berpikir kreatif tinggi cenderung akan merasa tertantang dan tertarik untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan dalam pembelajaran (Mardhiyana & Sejati). Mengacu pada hasil observasi
dilapangan yang dilakukan oleh peneliti pada saat PPL II dan wawancara dengan guru kimia diperoleh
creative thinking maupun self regulation peserta didik tergolong rendah. Permasalahan yang ditemukan
yaitu, (a) peserta didik masih terlihat pasif ketika diberikan permasalahan, (b) ketika menjawab
permasalahan yang diberikan, peserta didik hanya memberikan jawaban sesuai apa yang
diajarkan/dicontohkan, karena kebanyakan masih menghafalkan apa yang disajikan oleh guru, dan (c)
peserta didik belum mampu menjelaskan secara rinci dan runtut suatu masalah yang diberikan. Selain itu,
banyak yang mencontek ketika ulangan, keterlambatan mengumpulkan tugas, tidak memperhatikan
penjelasan guru, tidak mempunyai inisiatif sendiri untuk belajar dan hanya tergantung pada penjelasan guru.
Menyikapi permasalahan tersebut maka diperlukan suatu tindakan untuk mengurangi persoalan
pembelajaran yang timbul, dengan menerapkan salah satu model pembelajaran yakni model discovery
learning karena mampu mengembangkan keaktifan, menumbuhkan motivasi belajar dan membangkitkan
keingintahuan peserta didik. Model ini dapat meningkatkan ingatan peserta didik menjadi lebih baik dan
menumbuhkan kreativitas pada aktivitas 21 Mahdian, et al. belajarnya. Penyampaian materi tidak rinci,
berpusat pada peserta didik, menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan kemandirian, keterampilan
kreatif dan penyelesaian masalah (Fidiana et al., 2018).
Langkah-langkah pada pembelajaran discovery bisa mempengaruhi kecakapan berpikir kreatif,
karena model ini mengharuskan pelajar untuk mendapatkan alternatif penyelesaian masalah dengan cara
bervariasi. Proses untuk menemukan alternatif penyelesaian masalah tersebut diperlukan suatu kreativitas
(Hasanah et al., 2018).
Materi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit. Pengambilan
materi ini berdasarkan pertimbangan bahwa materi elektrolit memerlukan pemahaman yang cukup
mendalam karena materi ini erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat marangsang dan
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan
yang menuntut pemecahan masalah, sehingga peserta didik dirangsang untuk berpikir aktif. Berdasarkan
pemaparan masalah yang disajikan, maka dilakukanlah sebuah penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi
Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit Di SMA Negeri 2 Pematangsiantar”.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA MATERI

IKATAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS X DI SMA NEGERI 2 PEMATANGSIANTAR

DISUSUN OLEH :

MEISSY M. AMBARITA

1901090002

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.2.Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka
membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar,
pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum memenuhi
harapan. Kondisi seperti ini merupakan gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.
Ilmu kimia merupakan ilmu mengenai proses yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari dan
merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Salah satu manfaat yang
didapatkan dari mempelajari ilmu kimia adalah pemahaman yang lebih baik terhadap alam sekitar dan
bernagai proses yang berlangsung didalamnya. Kenyataannya, banyak siswa disekolah yang kurang
memahami materi pelajaran kimia. Kurangnya pemahaman terhadap materi pelajaran kimia dapat dilihat
pada rendahnya prestasi belajar kimia siswa.
Menyadari pentingnya peranan ilmu kimia, maka didalam mempelajari ilmu kimia dibutuhkan
pemahaman yang tinggi dalam memahami konsep pelajaran kimia tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat
mengajar efektif dan efisien seorang guru harus memiliki cara pelaksanaan yang sesuai dengan pokok
bahasan yang disajikan. Sebagaimana tujuan yang hendak di capai dalam kegiatan belajar mengajar adalah
perubahan tingkah laku, yang lebih penting persoalan yang akan kita hadapi adalah bagaimana perubahan
yang kita harapkan itu dapat terjadi.
Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Guru sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran, harus mampu memilih model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Ketidak tuntasan belajar di sebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya yaitu kurang tepatnya model pembelajaran dengan materi. Salah satu model pembelajaran
yang di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
Quantum Teaching. Model belajar quantum muncul untuk menanggulangi masalah yang paling sukar di
sekolah, yaitu “kebosanan”. Tujuan pokok dari pembelajaran Quantum yaitu meningkatkan partisipasi
siswa, melalui pengubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat
dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku.
Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum
Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan maksimal momen belajar.
Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang
mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Model pembelajaran Quantum Teaching adalah sebuah
model dalam pembelajaran, agar suasana kelas menjadi menyenangkan. Model pembelajaran ini
menggunakan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasi, Ulangi, Rayakan). Penggunaan kerangka TANDUR dalam proses pembelajaran membuat
suasana kelas menjadi menyenangkan, sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uaraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna menerapkan
model pembelajaran Quantum Teaching pada mata pelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan Larutan
Elektrolit dan Non-Elektrolit dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Di
SMA Negeri 2 Pematangsiantar”.

Anda mungkin juga menyukai