Anda di halaman 1dari 66

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MEDIA LIVEWORKSHEET DALAM MODEL


PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI
IPA SMA NEGERI 3 BARRU
(Studi Pada Materi Pokok Larutan Penyangga)

NUR AZIZAH MUSLIMIN


1813440003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………............. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………........1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………............6
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………......7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori …………………………………………………………....... 8
B. Tinjauan Umum Materi Larutan Penyangga …………………………… 37
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………… 45
D. Hipotesis Penelitian …………………………………………………….. 48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………......49
B. Desain Penelitian ………………………………………………………...49
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ………………..…………...50
D. Populasi dan Sampel …………………………………………………….51
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ……………………………..52
F. Prosedur Penelitian ………………………………………………………52
G. Instrument Penelitian …….……………………………………………...57
H. Teknik Pengumpulan Data ……………………...……………………….62
I. Teknik Analisis Data ……………………………………………………63
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..69
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah membawa

perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai

permasalahan tidak mudah dipecahkan kecuali dengan penguasaan dan

peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Agar mampu bersaing di era

global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan

kualitas bangsa kita dengan cara menjadi orang yang berpendidikan. Pendidikan

merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan

kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun masyarakat. Penekanan

pendidikan dibandingkan dengan pengajaran terletak pada pembentukan

kesadaran dan kepribadian individu atau masyarakat disamping transfer ilmu dan

keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan

nilai – nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi

berikutnya, sehingga mereka betul - betul siap untuk menyongsong masa depan

kehidupan bangsa dan negara yang lebih cerah (Nurkholis, 2013)

Melalui proses pendidikan peserta didik akan dididik dan dibentuk sesuai

dengan keahliannya. Pendidikan dikatakan berhasil apabila tujuan pendidikan

dapat tercapai. Adapun Tujuan Pendidikan Nasional terdapat dalam pasal 3

Undang – undang No.20 Tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan Nasional

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia


yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan

suatu proses, yaitu proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, peserta

didik dituntut untuk aktif , mandiri dan bertanggung jawab untuk mencapai hasil

belajar yang maksimal.

Pendidikan diselenggarakan dengan melibatkan pendidik dan peserta

didik. Pendidik berperan mengarahkan dan membimbing agar peserta didik

tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Tanpa

pendidik belum tentu peserta didik dapat membaca, menggambar, menghitung

dan menulis, serta minat dan bakat peserta didik tidak akan dapat berkembang

dengan baik tanpa bantuan dari seorang pendidik. Setiap anak memiliki minat,

bakat dan tingkat perkembangan yang berbeda-beda, oleh karena itu pendidik

harus selalu memantau proses perkembangan peserta didik. Dengan adanya

pendidikan seseorang dapat mengembangkan potensi kecerdasan serta bakat yang

dimilikinya menjadi sebuah prestasi juga dapat menciptakan manusia yang

mampu menghadapi tantangan kedepannya.

Ilmu kimia telah berkembang pesat sesuai dengan kemajuan teknologi,

akan tetapi fakta menunjukkan bahwa peserta didik menganggap ilmu kimia tidak

menarik untuk dipelajari. Ketidakmampuan peserta didik dalam memahami

konsep kimia yang pada umumnya memiliki cakupan materi yang sangat luas

mengakibatkan hasil belajar peserta didik akan rendah dikarenakan

ketidaktertarikannya untuk mempelajari kimia. Selain itu pembelajaran yang


hanya berpusat pada pendidik pun membuat hasil belajar peserta didik menjadi

rendah (Keter dkk , 2014).

Permasalahan tersebut telah diantisipasi dengan dibentuknya kurikulum

2013 yang bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik sehingga terjadi hubungan

timbal balik atau relasi antara pendidik dan peserta didik, relasi antara peserta

didik dengan peserta didik, relasi antara peserta didik dengan media pembelajaran

yang digunakan serta relasi lain peserta didik terkait proses pembelajaran

sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang bermakna (Slameto,2010).

Keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk

mengkonstruksi pengetahuan peserta didik itu sendiri. Peserta didik aktif

membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi

dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti

giat (bekerja,berusaha). Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana

peserta didik dapat aktif.

Untuk itu pendidik perlu mengembangkan sebuah model dan media

pembelajaran yang tepat sehingga dapat menghilangkan pembelajaran yang pasif.

Berdasarkan Permendikbud No.103 Tahun 2014 pembelajaran pada Kurikulum

2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses

keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti

pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk

pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya

discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry

learning.
Larutan penyangga merupakan salah satu materi yang memiliki karakter

materi yang cakupannya cukup luas dan memerlukan pengetahuan yang

mendalam. Peserta didik dituntut untuk memahami karakteristik senyawa yang

terlibat dalam pembentukan larutan penyangga. Selain itu, materi larutan

penyangga ditujukan kepada peserta didik agar peserta didik secara aktif, kreatif

dan inovatiff dalam proses penemuan konsep dan prinsip materi. Oleh karena itu,

dalam proses pembelajaran dibutuhkan model dan media pembelajaran yang tepat

untuk dapat merangsang keaktifan peserta didik sehingga peserta didik dapat

menemukan konsep sendiri dalam belajar serta membuat proses pembelajaran

tidak membosankan dan lebih interaktif.

Hasil wawancara di SMA Negeri 3 Barru dengan salah satu pendidik

bidang studi kimia diketahui bahwa dalam proses pembelajaran tidak diterapkan

model atau metode pembelajaran tertentu. Akan tetapi, pendidik hanya

menerapkan sistem pembelajaran teacher center dan kegiatan belajar mengajar

didominasi oleh pendidik menjelaskan materi lalu peserta didik hanya mendengar,

mencatat dan mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh pendidik. Hal tersebut

menyebabkan adanya peserta didik yang kurang serius dalam mengikuti proses

pembelajaran dan tidak memperhatikan ketika pendidik sedang menjelaskan.

Termasuk dalam salah satu materi pelajaran kimia untuk SMA kelas XI yaitu

materi larutan penyangga, peserta didik cenderung kurang optimal dan kurang

aktif dalam proses pembelajaran dikarenakan pendidik hanya memberi penjelasan

dengan metode ceramah lalu memberikan tugas, selain itu masih banyak peserta

didik yang kurang mampu menyelesaikan soal – soal perhitungan seperti


perhitungan pH serta mengaitkan materi dengan kehidupan nyata. Hal ini

menyebabkan hasil belajar peserta didik dalam materi larutan penyangga rendah.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi hal itu adalah model

pembelajaran problem based learning.

Model Problem Based Learning memiliki kelebihan yaitu dapat

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dapat mendorong siswa

untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam situasi nyata serta peserta

didik dapat memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui

aktivitas belajar sehingga dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran. Model

Problem Based Learning merupakan salah satu model yang dapat digunakan

untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Dalam model Problem Based Learning,

kemampuan peserta didik dapat dioptimalkan salah satunya dengan pengamatan

secara langsung dan kerja kelompok sehingga mengembangkan kemampuan

berpikir kritis untuk memecahkan masalah dan mendorong peserta didik lebih

aktif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Model

pembelajaran Problem Based Learning memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk aktif dalam proses pembelajaran (Asnita, 2019).

Selain penggunaan model pembelajaran, untuk memudahkan kegiatan

pembelajaran dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran

diperlukan platform atau media pembelajaran untuk membantu pelaksanaan

model Problem Based Learning. Salah satu media pembelajaran yang dapat

digunakan adalah media Liveworksheet dengan aplikasi berbasis web untuk


meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik. Liveworksheet merupakan media

yang dapat mengubah lembar kerja cetak dalam bentuk .doc, .pdf, .jpg menjadi

lembar kerja interaktif yang dapat mengkoreksi secara sistem. Bentuk soal yang

dapat dibuat dengan aplikasi ini sangat bervariasi seperti pilihan ganda, jawaban

singkat, memilih benar salah, dan menjodohkan. Lembar kerja ini memberi

kesempatan pada peserta didik untuk belajar mandiri sehingga peserta didik lebih

aktif dalam pembelajaran yang mengakibatkan hasil belajar peserta didik

meningkat. Liveworksheet dapat dirancang untuk berbagai materi, termasuk

didalamnya mengenai materi larutan penyangga.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan

liveworksheet, liveworksheet yang diterapkan dalam model pembelajaran problem

based learning dapat meningkatkan keaktifan mental dan membuat peserta didik

mandiri dalam mengerjakan lembar kerja, sehingga peserta didik memiliki rasa

percaya diri yang meningkat, rasa ingin tahu peserta didik meningkat. Selain itu,

penggunaan liveworksheet dapat membuat keterampilan berfikir kritis peserta

didik meningkat. Dari penelitian yang sudah pernah dilakukan, penggunaan

liveworksheet dapat meningkatkan keaktifan mental, kemampuan berfikir kritis

dan analitis, serta kemampuan motorik peserta didik. Hasil penelitian tersebut,

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2021) bahwa penggunaan

lembar kerja online dengan aplikasi “Liveworksheet.com” meningkatkan hasil

belajar peserta didik karena peserta didik antusias, percaya diri dalam

pembelajaran dan mandiri, serta tekun dalam mengerjakan lembar kerja online

dengan aplikasi “Liveworksheet.com”.


Hal ini didukung oleh penelitian Tita (2019) menyatakan bahwa

pengembangan lembar kerja interaktif menggunakan liveworksheets sangat praktis

digunakan dalam pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil uji praktikalitas

terhadap peserta didik kelas XI IPA memperoleh nilai 89,06% dalam kategori

praktis dan hasil praktikalitas oleh pendidik memperoleh nilai 81,57% dengan

kategori praktis. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

liveworksheets valid dan sangat praktis digunakan pada proses pembelajaran. Oleh

karena itu, penggunaan media liveworksheets diharapkan dapat membantu

pembelajaran dalam problem based learning dalam meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

Berdasarkan pernyataan dan permasalahan di atas, maka peneliti

berinisiatif melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat judul “ Pengaruh

Media Liveworksheet dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning

terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru pada

Materi Pokok Larutan Penyangga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan

sebuah masalah yaitu apakah ada pengaruh media Liveworksheet dalam model

pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Peserta Didik

Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru pada Materi Pokok Larutan Penyangga ?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh media

Liveworksheet dalam model pembelajaran Problem Based Learning terhadap

Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru pada Materi

Pokok Larutan Penyangga.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitina ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Peserta Didik, diharapkan dapat lebih mudah dalam memahami materi

kimia khususnya larutan penyangga dan hasil belajar peserta didik meningkat.

2. Bagi Pendidik, sebagai pertimbangan atau saran dalam mengaplikasikan

media pembelajaran dan menentukan model pembelajaran yang efektif,

inovatif dan interaktif seperti media Liveworksheet dalam model Problem

Baesd Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan informasi dalam upaya perbaikan dan

meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran

kimia.

4. Bagi Peneliti, sebagai referensi untuk menggunakan media Liveworksheet

dalam model pembelajaran Problem Baesd Learning pada mata pelajaran

kimia untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003).

Hal ini sesuai dengan pendapat (Darmadi, 2017) Belajar adalah hal yang

mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih

baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan.

Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu dari keadaan

tidak tahu menjadi tahu. Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto, 2010). Sedangkan definisi belajar yang lain yaitu suatu proses interaksi

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku, perubahan ini

diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan) serta merupakan suatu hasil

pengalaman sehingga sifatnya dapat menetap dalam waktu yang relatif

lama (Purwanto, 2011).

Terlepas dari definisi belajar, tentu jika belajar merupakan suatu proses

untuk mencari tahu sesuatu maka dengan ini melalui proses belajar tentu akan

membuahkan hasil yang dinamakan hasil belajar. Menurut Hamalik (2006) hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah belajar dimana seseorang

tersebut akan mengalami perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan

kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah proses belajar berlangsung, yang

dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap

dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari

sebelumnya (Ngalim, 2002).

Menurut Dimyat dan Mundjiono, 2020 hasil belajar merupakan suatu

proses untuk melihat sejauh mana peserta didik dapat menguasai pembelajaran

setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, atau keberhasilan yang

dicapai seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang

ditandai dengan bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh

pihak penyelenggara pendidikan. Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Perubahan ketiga ranah ini akan diperoleh setelah peserta didik

menerima pengalaman belajar. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar peserta

didk meliputi aspek kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dapat dikuasai

oleh peserta didik yang akan berpengaruh pada hasil belajar yang ingin

dicapai (Sudjana, 2008).

Hasil belajar merupakan salah satu indikator dari proses belajar. Dimana

perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas

belajar. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran

adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
(Catharina, 2004). Hasil belajar sangat penting untuk diketahui karena melalui

hasil belajar seorang pendidik dapat mengetahui keberhasilan suatu proses

pembelajaran dan kesesuaian model, metode serta media yang digunakan dan hal

yang terpenting adalah dengan adanya hasil belajar pendidik dapat mengukur

tingkat keberhasilan peserta didiknya dalam belajar (Kunandar, 2014).

Berdasarkan beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh setelah

mengikuti rangkaian proses pembelajaran sehingga mendapatkan hasil. Hasil

pembelajaran ini meliputi tiga aspek yaitu aspek konigtif, aspek afektif, dan aspek

psikomotorik. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai tolak ukur untuk

mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai bahan ajar yang sudah

diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian

pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Pengukuran tersebut dilakukan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah

yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik menurut

Mulyasa (2014) adalah sebagai berikut:

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat

digolongkan kedalam faktor sosial dan faktor non-sosial. Faktor sosial

menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi sosial termasuk

lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan

faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti


lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas

belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

b. Faktor Internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor internal baik secara

fisiologis maupun psikologis. Fisiologis mencakup kondisi fisik atau jasmani

seseorang. Sedangkan psikologis mencakup intelegensi, minat, dan sikap.

Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil

belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi dan hasil belajar

yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya.

Pengukuran hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan tes hasil

belajar. Yang dimaksud tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk

menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh pendidik kepada murid-

muridnya dalam jangka waktu tertentu (Purwanto, 2011). Dalam hal ini

pemberian tes hasil belajar harus disesuaikan dengan tipe hasil belajar mana yang

akan dinilai.

Menurut Rusman (2012), Bloom menggolongkan hasil belajar ke dalam

tiga ranah sebagai berikut:

a. Ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang berkenaan

dengan kemampuan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah.

b. Ranah afektif, berkaitan dengan perasaan, emosi, nilai, dan sikap yang

menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.

c. Ranah psikomotor, berkaitan dengan keterampilan motorik, manipulasi,

bahan atau objek.


Bloom mengemukakan hasil belajar yang dinilai dalam ranah kognitif

yang disempurnakan Anderson terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan (C1),

pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan

kreativitas (C6) yang diukur dengan menggunakan instrument tes hasil belajar

(Setiawan, 2018). Ranah afektif terdiri atas dua yaitu pandangan atau pendapat

(opinion) dan sikap atau nilai (attitude, value). Ranah psikomotor berhubungan

erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan adanya atau timbulnya gerakan

tubuh (Arikunto, 2013).

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Definisi Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Anugraheni (2018:11) Model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dalam model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu

model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

dan mengutamakan permasalahan nyata baik dilingkungan rumah, sekolah, serta

masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui

kemampuan keterampilan dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah. Model

pembelajaran PBL terdiri dari 5 langkah pokok pembelajaran taitu, (1) orientasi

terhadap masalah, (2) pengorganisasian pserta didik untuk belajar, (3)

membimbing penyelidikan baik secara individu maupun kelompok, (4)

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan

sehari-hari. Pembelajaran berbasis masalah juga mendorong peserta didik untuk

dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkan keterampilan yang lebih

tinggi, melatih kemandirian peserta didik, dan dapat meningkatkan kepercayaan

diri peserta didik (Nur, 2011). Suharta (2013) menyatakan bahwa penggunaan

model problem based learning selama kegiatan pembelajaran membuat peserta

didik lebih berpikir dari pada menghafal, memahami pelajaran yang lebih baik

melalui diskusi dan bisa menerima model pembelajaran, juga dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik pada kimia, mendorong demokrasi dalam efektivitas

belajar dan dapat mengembangkan kreativitas.

Model pembelajaran ini dimulai dengan penyajian masalah yang dekat

dengan kehidupan peserta didik. Untuk menemukan penyelesaian permasalahan

tersebut, peserta didik harus mengumpulkan informasi dan data dari berbagai

sumber. Melalui proses pemecahan masalah ini, peserta didik dapat berpikir

secara kritis dan sistematis untuk mengambil kesimpulan berdasarkan

pemahamannya sendiri (Saharsa, Qaddafi, & Baharuddin, 2018). Problem Based

Learning merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip

konstruktivisme yang menekankan keterampilan proses penyelesaian

masalah (Vitasari, 2016)

Shoimin (2014:129) menyatakan bahwa “model pembelajaran Problem

Based Learning ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan

aktual peserta didik, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta
didik”. Model pembelajaran Problem Based Learning melatih peserta didik dalam

berfikir untuk memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran Problem

Based Learning mampu memberikan peserta didik keleluasaan dalam belajar dan

mengembangkan pengetahuan pemecahan masalah. Marhaeni (2013:137)

menyatakan bahwa “Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang

berlandaskan paham konstruktivistik yang melibatkan peserta didik dalam belajar

dan pemecahan masalah”. Di dalam memperoleh infomasi dan mengembangkan

pengetahuan tentang topik-topik, peserta didik belajar bagaimana menyusun

kerangka masalah, mengumpulkan dan menganalisis, menyusun fakta, dan

pendapat mengenai suatu masalah, bekerja secara kelompok maupun individu

dalam pemecahan masalah.

Duch (dalam Shoimin 2014) menyatakan bahwa Problem Based Learning

adalah model pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai

konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan

memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Min Liu (dalam Shoimin

2014) karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning, yaitu:

a) Learning is student-centered. Proses pembelajaran dalam Problem Based

Learning lebih menitikberatkan kepada peserta didik sebagai orang belajar.

Oleh karena itu, Problem Based Learning didukung juga oleh teori

kontruktivisme dimana peserta didik di dorong untuk dapat mengembangkan

pengetahuannya sendiri.

b) Antbentic problems form the organizing focus for learning.Masalah yang

disajikan kepada peserta didik adalah masalah yang otentik sehingga peserta
didik mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

c) New information is acquired through self-directed learnig . Dalam proses

pemecahan masalah mungkin saja peserta didik belum mengetahui dan

memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga peserta didik berusaha

untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi yang

lainnya.

d) Learning occur in small group. Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar

pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, Problem

Based Learning dilaksnakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat

menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.

e) Teacher act as facilitator. Pada pelaksanaan Problem Based Learning,

pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, meskipun begitu pendidik harus

selalu memantau perkembangan aktivitas peserta didik dan mendorong

mereka agar mencapai target yang hendak diacapai.

b. Langkah – langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran PBL adalah suatu model pembelajaran yang

pelaksanaannya dimulai dari menjelaskan tujuan pembelajaran serta mendorong

peserta didik terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah, masalah tersebut

nantinya akan didiskusikan oleh peserta didik, kemudian dipresentasikan dan

diakhir kegiatan, pendidik membantu peserta didik untuk merefleksikan materi

pembelajaran (Putri dkk, 2018).


Menurut Arends (2008), terdapat lima fase pelaksanaan pembelajaran

menggunaka Problem Based Learning, yakni:

1) Orentasi pada masalah

Pada tahap ini menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh

pendidik, selanjutnya disampaikannya penjelasan terkait logistic yang dibutuhkan,

diajukan suatu masalah yang harus langsung di pecahkan peserta didk,

memotivasi peserta didk agar dapat terlibat secara langsung untuk melakukan

aktivitas pemecahan masalah yang menjadi pilihanya.

2) Mengorganisasi

Pada tahap ini pendidik melakukan peranya untuk membantu peserta didk

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait dengan masalah

yang disajikan.

3) Membimbing penyelididkan

Pada tahap ini peserta didik dibimbing mengumpulkan informasi yang

relevan, mendorong peserta didik untuk melaksanakan eksperimen dan mendapat

pencerahan dalam pemecahan masalah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini membimbing peserta didik dalam mengembangkan dan

membuat laporan hasil karya secara individu atau kelompok.

5) Menganalisis dan Mengevaluasi Proses

Pada tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah,

pendidik membantu peserta didik dalam melakukan refleksi ataupun evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dalam setiap proses yang digunakan.


Peranan pendidik dan kegiatan peserta didk dalam tahapan (sintaks) model

Problem Based Learning dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1. Sintaks Model Problem Based Learning

Fase Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta didk


Orientasi peserta Pendidik menyampaikan Kelompok mengamati dan
didik pada masalah masalah yang akan memahami masalah yang
dipecahkan secara kelompok. disampaikan pendidik atau
Masalah yang diangkat yang diperoleh dari bahan
hendaknya kontekstual. bacaan yang disarankan.
Masalah bisa ditemukan
sendiri oleh peserta didik
melalui bahan bacaan atau
lembar kegiatan.
Mengorganisasikan Pendidik memastikan setiap Peserta didik berdiskusi
peserta didik untuk anggota memahami tugas dan membagi tugas untuk
belajar. masing-masing. mencari data/bahan-
bahan/alat yang
diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
Membimbing Pendidik memantau Peserta didik melakukan
penyelidikan keterlibatan peserta didik penyelidikan (mencari
individu maupun dalam pengumpulan data/referensi/sumber)
kelompok. data/bahan selama proses untuk bahan diskusi
penyelidikan. kelompok.
Mengembang kan Pendidik memantau diskusi Kelompok melakukan
dan menyajikan dan membimbing pembuatan diskusi untuk
hasil karya. laporan sehingga karya setiap menghasilkan solusi
kelompok siap untuk pemecahan masalah dan
dipresentasikan. hasilnya
dipresentasikan/disajikan
dalam bentuk karya.
Menganalisis dan Pendidik membimbing Setiap kelompok
mengevaluasi proses presentasi dan mendorong melakukan presentasi,
pemecahan masalah. kelompok memberikan kelompok yang lain
penghargaan serta masukan memberikan apresiasi.
kepada kelompok lain. Kegiatan dilanjutkan
Pendidik bersama peserta dengan merangkum/
didik menyimpulkan materi. membuat kesimpulan
sesuai dengan masukan
yang diperoleh dari
kelompok lain.
(Sumber: Ariyana, dkk, 2019)
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Sanjaya (2009) menyebutkan keunggulan PBL antara lain: 1) PBL

merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran; 2) PBL

dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik; 3) PBL dapat meningkatkan

aktivitas pembelajaran; 4) melalui PBL bisa memperlihatkan kepada peserta didik

setiap mata pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya), pada dasarnya

merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik,

bukan hanya sekadar belajar dari pendidik atau bukubuku saja; 5) PBL dianggap

lebih menyenangkan dan disukai peserta didik; 6) PBL dapat mengem-bangkan

kemampuan berpikir kritis; 7) PBL dapat memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata;

8) PBL dapat mengembangkan minat peserta didik untuk belajar secara terus-

menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Kelebihan dan KekuranganModel Pembelajaran Problem Based learning

Shoimin (2014: 132) menyatakan kelebihan model pembelajaran Problem Based

learning yaitu: 1) peserta didik didorong untuk memiliki kemampua memecahkan

masalah dalam situasi nyata, 2) peserta didik memiliki kemampuan membangun

pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, 3) pembelajaran berfokus pada

masalah isehingga materi yang tidak ada hubungannnya tidak perludipelajari oleh

peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik menghafal atau menyimpan

informasi, 4) terjadi aktifitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok, 5)

peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari


perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi, 6) peserta didik memiiki

kemampuan menilai kemmpuan belajarnya sendiri, 7) peserta didik memiliki

kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau

presentasi hasil pekerjaan mereka, 8) kesulitan belajar peserta didik secara

individual dapat diatasi melaluikerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Kekurangan dari model pembelajaran Problem Based learning yaitu: 1)

tidak dapat diterapkan untuk setiap mata pelajaran, ada bagian pendidik beerperan

aktif dalam menyajikan materi, model ini lebih cocok digunakan pada

pelajaranyang menuntu kemampuan tertentu yang kaitanya dengan pemecahan

masalah, 2) dalam satu kelas memiliki tingkat keragaman peserta didik yang

tinggi sehingga akan kesulitan dlam pembagian tugas.

3. Media Liveworksheet

a. Definisi Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2003). Dalam

pendidikan yang dimaksud pengantar dan penerima adalah pendidik dan peserta

didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media adalah alat; alat

(sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan

spanduk; yang terletak di antara dua pihak; perantara; penghubung. Media

pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari

pemberi pesan kepada penerima pesan.


Banyak pendapat yang diberikan orang atau institusi tentang batasan

media, antara lain, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association

of Education and Communication Technology/AECT) membatasi media sebagai

bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan atau

informasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gagne (1970) yang menyatakan

bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik

yang dapat merangsang untuk belajar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Briggs

(1970) yang menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur

pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002). Muson (2010)

mengemukanan bahwa, media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber

atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan media merupakan

suatu hal atau alat yang berfungsi sebagai perantara dan penghubung dalam

kegiatan belajar dari satu sisi ke sisi yang lain yakni dari pendidik ke peserta didik.

Oleh karena itu, guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, perlu

dikembangkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran tidak terkesan kurang

menarik, monoton dan membosankan sehingga akan menghambat terjadinya

transfer of knowledge. Oleh karena itu peran media dalam proses pembelajaran

menjadi penting karena akan menjadikan proses pembelajaran tersebut menjadi

lebih bervariasi dan tidak membosankan. Selain itu, penggunaan media juga
bertujuan untuk menyampaikan pesan pembelajaran, sehingga mencapai tujuan

yang ingin diperoleh dari proses belajar yang telah dilakukan.

b. Media Liveworksheet

Liveworksheets merupakan platform berbasis web yang bernama

Liveworksheet.com. Platform ini memanfaatkan teknologi baru yang

diimplementasikan dalam dunia pendidikan karena dapat menghasilkan suara,

menampilkan video bahkan menghasilkan pesan suara. Liveworksheeti

memungkinkan seseorang mengubah lembar kerja konvensional/tradisional

menjadi lembar kerja online interaktif karena peserta didik dapat mengerjakan

lembar kerja secara online dan mengirimkan langsung kepada pendidik. Bagi

pendidik, hal ini dapat menghemat waktu, bagi peserta didik dapat memotivasi

dan sangat bermanfaat bagi lingkungan karena dapat menghemat

kertas (Khikmiyah, 2021).

Aplikasi liveworkheet adalah sebuah aplikasi yang dapat diakses di google

dan merupakan aplikasi gratis. Aplikasi ini dapat membantu pendidik mengubah

lembar kerja yang dicetak atau dalam bentuk kertas menjadi latihan online

interaktif dan aplikasi liveworksheets ini pula sekaligus dapat mengoreksi secara

otomatis. Peserta didik dapat mengerjakan serta mengirimkan lembar kerjanya

kepada pendidik secara online. Kelebihan aplikasi liveworksheets untuk

peserta didik yaitu dapat memotivasi belajar karena di dalamnya tersedia berbagai

fitur yang lucu, sehingga anak semangat dalam mengerjakannya, sedangkan

untuk pendidik aplikasi liveworksheets dapat menghemat waktu dan juga

kertas (Nurbayani dkk, 2021: 128).


Aplikasi Liveworksheet ini memungkinkan pendidik mengubah lembar kerja

tradisional yang dapat dicetak (dokumen, pdf, jpg , atau PNG) menjadi latihan online

interaktif sekaligus otomatis mengoreksi. Peserta didik dapat mengerjakan lembar

kerja secara online dan mengirimkan jawaban mereka kepada pendidik juga secara

online. Kelebihan aplikasi ini baik untuk peserta didik karena interaktif dan

memotivasi, pendidik aplikasi ini menghemat waktu dan untuk menghemat kertas

(liveworksheet.com/about). Pendidik dapat menggunakan lembar kerja yang sudah

disediakan oleh aplikasi atau juga dapat membuat sendiri sesuai kebutuhan. Jika ingin

menggunakan lembar kerja milik pendidik lain cukup dengan copy link, kemudian

custom link dan langsung dapat disebarkan kepada peserta didik. Aplikasi ini

memiliki koleksi ribuan lembar kerja interaktif yang mencakup banyak bahasa dan

mata pelajaran (Andriyani dkk, 2020).

Lembar kerja interaktif yang dibuat melalui apliskasi livewroksheet ini

memiliki beberapa keunggulan, yaitu mudah digunakan, praktis serta memiliki

berbagai fitur yang dapat membuat lembar kerja menjadi lebih menarik. Pada

pembuatan lembar kerja dapat memuat materi, video pembelajaran, link, audio

dan berbagai macam jenis soal seperti soal pilihan ganda, isian singkat, drop &

down, dan lainnya. Selain itu, jawaban lembar kerja yang telah diselesaikan oleh

peserta didik akan dikirim ke akun dan email pendidik yang telah didaftarkan

sebelumnya kemudian secara otomatis nilai dari peserta didik akan diproses oleh

system (Lathifah dkk, 2021).

Aplikasi liveworksheets ini merupakan lembar kerja yang dapat dibuat

oleh pendidik secara mandiri atau pendidik juga bisa menggunakan lembar kerja

yang sudah disediakan dalam aplikasi ini. Langkah yang harus dilakukan apabila
pendidik membuat lembar kerja, yaitu mengupload file yang bentuk filenya sudah

tertera dalam aplikasi tersebut yang nantinya akan diganti ke dalam bentuk

gambar, setelah itu pendidik hanya diminta untuk membuat drag atau kotak pada

pilihan (jika soal berbentuk pilihan ganda) sebagai jawaban benar ataupun salah.

Penggunaan aplikasi ini pun sangat mudah diakses peserta didik, dimana nantinya

jawaban dari peserta didik otomatis masuk ke notifikasi pendidik, dan peserta

didik pun dapat melihat langsung skor yang ia peroleh pada saat

itu (Nurbayani dkk, 2021).

Liveworksheet dapat diakses pada halaman web

https://www.liveworksheets.com/. Untuk dapat membuat lembar kerja yang lebih

interaktif dengan aplikasi tersebut, terlebih dahulu harus melakukan registrasi

sehinngga pendidik memiliki akses pada Liveworksheet. Setelah membuat akun,

pendidik dapat mengupload lembar kerja yang sebelumnya telah dibuat dalam

format file PDF menjadi lembar kerja interaktif yang nantinya bisa diakses oleh

peserta didik melalui link yang dibagikan oleh pendidik. Pada saat mengupload

lembar kerja yang dibuat kemudian diberi kode sesuai dengan jenis

soal (Lathifah, 2021).

Perancangan tampilan LKPD menggunakan Canva dan pengembangan

LKPD menjadi Interaktif menggunakan Liveworksheets. Komponen produk yang

telah dibuat digabung menjadi satu bagian dan dikembangkan lebih lanjut

menggunakan liveworksheets. Berikut adalah langkah-langkah perancangannya.

1. Sampul dan keseluruhan tampilan LKPD Interaktif berbasis liveworksheets

dirancang menggunankan Canva dapat dilihat pada gambar 2.1 atau Microsoft
Word dapat dilihat pada gambar 2.2. Hasil rancangan LKPD diubah kedalam

bentuk file PDF.

Gambar 2.1. Perancangan Sampul dan Keseluruhan Tampilan LKPD


menggunakan Microsoft Word

Gambar 2.2. Perancangan Sampul dan Keseluruhan Tampilan LKPD


menggunakan Canva

2. Tautan www.liveworksheets.com diakses menggunakan peramban PC atau

laptop. Akun dibuat dengan klik tombol register menggunakan email aktif.

3. Memilih menu Make interactive woksheets dan klik menu Get started

4. Menu choose file dipilih untuk mengunggah berkas LKPD Interaktif dengan

format PDF yang tersimoan dalam data penyimpanan PC atau laptop (Ukuran

berkas tidak lebih dari 5 MB) lalu klik tombol Upload.

5. Setelah berkas terunggah, halaman pengeditan Liveworksheets dapat diakses

untuk menambahkan beberapa fitur ke dalam produk.

6. Penambahan video dilakukan dengan mengklik kotak media video terlebih

dahulu lalu video yang telah diunggah di Youtube disalin tautannya kedalam
kotak yang disediakan. Tampilan setelah penambahan video dapat dilihat pada

gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3. Tampilan setelah ditambahkan video

7. Penambahan MP3 dilakukan dengan mengeklik kotak media audio terlebih

dahulu. Lalu pada kotak ketik Kode “playmp3:” lalu akan muncul pilihan

untuk mengupload MP3 dengan mengeklik “choose file” lalu upload.

8. Pereview LKPD dapat dilihat pada bagian kiri atas Liveworksheets. Menu

preview dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Menu Preview untuk Melihat Tampilan LKPD

9. Menurut Novena/Rasuh, 2021 dalam membuat LKPD Interaktif menggunakan

livewoksheets bisa menambahkan beberapa fitu menjawab seperti :

a. Fitur Join With Arrows yaitu fitur yang mengaitkan dua bagian yang

berhubungan. Kotak pada kata kunci soal dan jawaban dibuat terlebih dahulu.

Kode “Join:1” dimasukkan pada kotak soal dan jawaban yang benar. Soal dan
jawaban berikutnya mengikuti kode yang sama dengan nomor selanjutnya

(Misalnya “join:2”). Tampilan fitur dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5. Tampilan Fitur Join with Arrows

b. Fitur multiple choice yaitu fitur memilih satu jawaban yang benar dari

beberapa pilihan. Kotak setiap opsi dibuat terlebih dahulu, kode “select:yes”

diketik pada jawaban yang benar dan kode “select:no” pada jawaban yang

salah. Kode dan tampilan fitur dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.6. Kode dan Tampilan Fitur Multiple Choice

c. Fitur Drag and Drop yaitu fotur yang meletakkan jawaban pada tempatnya.

Kotak dibuat terlebih dahulu pada jawaban dan tempat yang ditempati.

Setelah itu, kode “Drag:1” diketik pada jawaban A dan kode “Drop:1” diketik

pada tempat A. Kode dan tampilan fitur dapat dilihat pada gambar 2.7

berikut.
Gambar 2.7. Kode untuk Fitur Drag and Drop

10. Apabila pengeditan telah selesai dilakukan, menu save dipilih untuk

menyimpan dokumen tersebut. pembatalan dokumen dilakukan dengan cara

memilih menu discard yang berada disamping kanan menu save. Menu save

dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8. Menu Save untuk Menyimpan Dokumen

11. Setelah disimpan, terdapat dua pilihan untuk membagikan LKPD atau dibuat

sebagai dokumen pribadi. Nama dokumen LKPD tersebut diketik dan

disimpan. Tunggu beberapa saat sampai dokumen selesai disimpan oleh

sistem.

12. Dokumen yang telah berhasil tersimpan telah memiliki tautan yang dapat

dibagikan langsung. Jika masih membutuhkan pengaturan lain, pilih open

worksheet dan klik custom link. Pengaturan ini berupa durasi waktu

pengerjaan, jadwal berlakunya tautan, default action, pengecekan jawaban


otomatis, dan lain – lain yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pengaturan

tersebut menghasilkan tautan baru yang dapat dibagikan.

4. Penggunaan Media Liveworksheet dalam Model Problem Based Learning

Problem based learning merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang

dapat mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam PBL,

peserta didik bekerja dalam kelompok kecil yang mencoba untuk memecahkan

masalah. Mereka membahas kemungkinan penyebab mengembangkan hipotesis

dan strategi, mencari informasi lebih lanjut, memperbaiki solusi, dan akhirnya

mencapai kesimpulan. Selama proses ini, mereka mengembangkan dan

menggunakan keterampilan yang berbeda seperti berpikir reflektif, pemecahan

masalah, pengambilan keputusan, dan komunikasi (Veneranda, 2014).

Menurut Asnita (2019) penggunaan model pembelajaran yang kurang

bervariasi dapat menurunkan motivasi peserta didik dan berimbas pada kurang

berkembangnya rasa keingintahuan peserta didik terhadap obyek yang menjadi

materi pokok. Melalui penggunaan media pembelajaran, komunikasi pendidik dan

peserta didik dapat berjalan lancar sehingga materi dapat tercapai dengan

maksimal. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pendidik untuk

menciptakan pembelajaran yang aktif diantaranya, yaitu model, metode,

pendekatan, media dan masih banyak lagi. Salah satu yang harus diperhatikan

oleh pendidik bagaimana pengetahuan dapat diterima oleh peserta didik melalui

media liveworksheet dan model Problem Based Learning.

Pendidik dalam membelajarkan suatu pokok bahasan harus memilih

model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan akan dicapai serta harus
memperhatikan beberapa hal lainnya seperti materi pelajaran, tingkat

perkembangan kognitif peserta didik, dan saran serta fasilitas yang tersedia

(Trianto, 2007).

Pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan proses

pembelajaran yang akan dilakukan oleh pendidik, karena model pembelajran yang

digunakan adalah model Problem Based Learning (model berbasis masalah) maka

seharusnya pendidik memilih media yang mampu mengaitkan peserta didik

memecahkan masalah dalam pembelajaran tersebut, sehingga melalui media

livewoksheets tersebut peserta didik dapat aktif serta mampu memcahkan masalah

dalam pembelajaran

Tabel 2.2. Penggunaan Media Liveworksheet dalam Model Problem Based


Learning
Fase Peran Pendidik
Orientasi peserta didik pada Menyampaikan masalah yang akan
masalah dipecahkan secara kelompok. Masalah bisa
ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui
Lembar Kegiatan atau video yang terdapat
dalam liveworksheet tentang materi larutan
penyangga
Mengorganisasikan peserta Pendidik memastikan setiap anggota
didik untuk belajar memahami tugas masing – masing
Membimbing penyelidikan Pendidik memantau keterlibatan peserta
individu maupun kelompok didik dalam pengumpulan data/bahan
selama proses penyelidikan
Mengembangkan dan Pendidik memantau diskusi dan
menyajikan hasil karya membimbing pembuatan laporan dalam
liveworksheet sehingga karya setiap
kelompok siap untuk dipresentasikan
Menganalisis dan Pendidik membimbing presentasi dan
mengevaluasi proses mendorong kelompok memberikan
pemecahan masalah penghargaan serta masukan kepada
kelompok lain.
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa media liveworksheet disisipkan pada

sintask orientasi peserta didik pada masalah. Media liveworksheet disisipkan


pada tahapan orientasi peserta didik pada masalah karena pada sintaks ini peserta

didik diharapkan dapat menemukan sendiri masalah melalui lembar kegiatan

sehingga masalah yang diangkat bukan hanya berasal dari pendidik.

Menurut Dewi (2010) bahwa Pembelajaran yang dilakukan dengan LKPD

interaktif dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan dan tidak

membosankan, peserta didik tidak akan merasa tertekan, tidak takut untuk

bertanya dan suasana pembelajaran tidak akan membuat peserta didik tegang.

Kemudian Prastowo (2015) mengemukakan bahwa LKPD memiliki 4 fungsi

sebagai berikut:1) Sebagai bahan ajar yang meminimalkanperan pendidik, namun

lebih mengaktifkan peserta didik. 2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah

untuk memahami materi yang diberikan. 3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan

kaya tugas untuk berlatih. 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada

peserta didik. LKPD ini nantinya dapat diakses oleh peserta didik melalui jaringan

internet dengan harapan dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami

materi yang diberikan oleh pendidik sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai (Lathifah, 2021).

B. Tinjauan Umum Materi Larutan Penyangga

1. Alokasi Waktu

Materi larutan penyangga merupakan salah satu kajian ilmu kimia kelas XI

MIA/IPA SMA/MA semester genap tahun pelajaran 2021/2022. Materi ini

merupakan materi ketiga pada semester genap. Alokasi waktu materi larutan

penyangga yaitu 3 minggu x 2 JP. Pertemuan dilakukan sebanyak 4 kali

pertemuan dengan rincian yaitu setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x
45 menit). Proses pembelajaran dilaksanakan 3 kali pertemuan (3 x 2JP) dan

posttest dilakukan satu kali pertemuan (2 x 45menit).

2. Kompetensi Inti

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena

dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,

bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan.

3. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

a. Kompetensi Dasar (KD)

3.12 Menjelaskan prinsip kerja, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga

dalam tubuh makhluk hidup.

4.12 Membuat larutan penyangga dengan pH tertentu.

b. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Pertemuan I

3.12.1 Menjelaskan pengertian larutan penyangga.

3.12.2 Menganalisis komponen larutan penyangga.

3.12.3 Menganalisis prinsip kerja larutan penyangga.


Pertemuan II

3.12.4 Menghitung pH larutan penyangga asam dari campuran asam lemah dan

basa konjugasinya.

3.12.5 Menghitung pH larutan penyangga basa dari campuran basa lemah dan

basa konjugasinya.

3.12.6 Menghitung pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam, basa

atau pengenceran.

Pertemuan III

3.12.7 Menjelaskan peranan larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari baik

dalam tubuh makhluk hidup dan industri.

4.12.1 Membuat larutan penyangga dengan pH tertentu.

4. Materi Larutan Penyangga

a. Pengertian Larutan Penyangga

Larutan penyangga adalah suatu larutan yang berfungsi mempertahankan

harga pH larutan. Larutan penyangga disebut juga larutan buffer merupakan

larutan dari asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam

konjugasinya. Sifat utama dari larutan buffer adalah ketahanannya terhadap

perubahan pH meskipun ditambahkan sedikit asam, basa atau air.

b. Komponen larutan penyangga

Komponen penyusun larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan

penyangga asam dan larutan penyangga basa.

1) Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).
Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah dan basa

konjugasinya yang dapat dibuat dengan berbagai cara, misalnya:

a) Sistem campuran dibuat secara langsung dari asam lemah dengan garam yang

mengandung basa konjugasi pasangan dari asam lemah tersebut, atau sering

disebut campuran asam lemah dengan garamnya.

b) Sistem campuran dibuat secara tidak langsung yaitu dengan mereaksikan

asam lemah berlebih dan basa kuat.

2) Larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7)

Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah dan asam

konjugasinya yang dapat dibuat dengan berbagai cara, misalnya:

a) Sistem campuran dibuat secara langsung dari basa lemah dengan garam yang

mengandung asam konjugasi pasangan dari basa lemah tersebut, atau sering

disebut campuran basa lemah dengan garamnya.

b) Sistem campuran dibuat secara tidak langsung yaitu dengan mereaksikan basa

lemah berlebih dan asam kuat.

c. Prinsip larutan penyangga

Sistem penyangga bekerja melalui fenomena yang terkait dengan pengaruh

ion senama. Dalam suatu sistem penyangga apabila dilakukan perlakuan berikut

ini:

1) Ditambahkan sedikit asam, ion H+ dari asam tersebut akan dinetralkan oleh

basa konjugasinya sehingga pengaruhnya tetap terhadap [H+]. Hal ini berarti

pH sistem penyangga relatif tetap (tidak berubah).


2) Ditambahkan sedikit basa, ion OH- dari basa tersebut akan dinetralkan oleh

asam konjugasinya dan tidak banyak mempengaruhi [H+] dalam sistem

sehingga pH sistem penyangga relatif tetap (tidak berubah).

3) Diencerkan, konsentrasi masing-masing komponen akan berubah tetapi

perbandingan asam dan basa konjugatnya tetap. Dengan demikian, [H+]

dalam larutan juga tetap sehingga pH sistem relatif tetap.

d. Nilai pH Larutan Penyangga

1) Larutan Penyangga yang Mengandung Campuran Asam Lemah dan Garamnya

Persamaan reaksi ionisasi dan tetapan kesetimbangan asam lemah adalah

sebagai berikut:

HA (aq) ⇌ H+(aq) + A-(aq) ………………(1)

NaA (aq) → Na+(aq) + A-(aq) ……………(2)

Dari reaksi kesetimbangan (1) didapt :

Ka = ¿ ¿ ¿ …………………………(3)

Sehingga konsentrasi ion H+ dalam system dapat dinyatakan :

Ka[HA ]
Ka = …………………………(4)
¿ ¿¿

Dari persamaan (4) maka untuk menentukan konsentrasi [H+] larutan penyangga

asam lemah dengan basa konjugasinya dapat dirumuskan:

[ Asam]
[H+] = Ka
[Garam]

Jika konsentrasi dinyatakan sebagai banyaknya mol tiap liter lartuan atau M =

n/V, maka:
n HA
V
[H+] = Ka
nA
V

Oleh karena system merupakan campuran dalam satu wadah maka volumenya

akan selalau sama, sehingga rumusan tersebut dapat dituliskan dengan:

[mol asam]
[H+] = Ka
[mol garam]

pH = - log [H+]

[mol asam]
pH = - log (Ka x ¿
[mol garam]

pH = - log Ka – log mol asam + log mol garam

pH = log mol garam – log Ka – log mol asam

2) Larutan Penyangga yang Mengandung Campuran Basa Lemah dan Garamnya

Persamaan reaksi ionisasi dan tetapan kesetimbangan basa lemah adalah

sebagai berikut:

[mol basa ]
[OH-] = Kb
[mol garam]

pOH = - log [OH+]

[ mol basa ]
pOH = - log (Kb x ¿
[mol garam]

pOH = - log Kb – log mol basa + log mol garam

pOH = log mol garam – log Kb – log mol basa

e. Larutan Penyangga dalam Kehidupan Sehari - hari

Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh manusia merupakan reaksi

enzimatis, yaitu reaksi yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai
katalis hanya dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimum). pH yang

terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi,

sehingga akan menurunkan aktivitas enzim. Agar enzim tetap bekerja secara

optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang relatif tetap. Di dalam

tubuh selalu terdapat pasangan asam-basa konjugasinya. Hal ini terjadi karena

cairan dalam tubuh manusia membentuk sistem larutan penyangga (buufer).

1) Sistem Penyangga Ekstra Sel

Sistem penyangga ekstra sel (luar sel) yang penting adalah penyangga

karbonat (H2CO3/HCO3-) yang berperan menjaga pH darah agar tetap konstan,

yaitu sekitar 7,4.. Cairan ini merupakan pasangan asam-basa konjugasi asam

karbonat-bikarbonat. Perbandingan konsentrasi HCO3- terhadap H2CO3 yang

diperlukan adalah 20 : 1. Jumlah HCO3- yang relatif jauh lebih banyak dapat

dimengerti mengingat hasil-hasil metabolisme yang diterima oleh darah lebih

banyak yang bersifat asam. Proses metabolisme dalam jaringan terus-menerus

membebaskan asam-asam seperti asam laktat, asam fosfat, dan asam sulfat.

Jika darah kemasukan zat yang bersifat asam, maka ion H+ dari asam akan

bereaksi dengan ion HCO3-.

H+(aq) + HCO3-(aq) ⇌ H2CO3(aq)

Sebaliknya, jika darah kemasukan zat yang bersifat basa, maka ion OH - akan

bereaksi dengan H2CO3

OH-(aq) + H2CO3(aq) ⇌ HCO3-(aq) + H2O(l)

Jika metabolisme tubuh meningkat (misalnya akibat olahraga atau

ketakutan), maka proses metabolisme tersebut banyak dihasilkan zat-zat bersifat


asam yang akan masuk kedalam aliran darah. Zat-zat asam tersebut akan

menghasilkan H2CO3 dalam darah, yang mengakibatkan turunnya nilai pH. Untuk

menjaga agar pH darah tidak turun secara drastis, maka H 2CO3 akan segera terurai

menjadi gas CO2 dan H2O. Akibatnya, pernapasan berlangsung lebih cepat agar

darah dapat membuang CO2 ke dalam paru-paru.

Hal sebaliknya, pada kondisi tertentu darah banyak mengandung basa.

Adanya basa dalam darah akan diikat oleh H 2CO3 yang selanjutnya akan berubah

menjadi ion HCO3-. Sehingga diperlukan gas CO3 dari paru-paru yang harus

dimasukkan ke dalam darah untuk menggantikan H 2CO3. Hal inipula yang

mengakibatkan pernapasan berlangsung lebih cepat.

2) Sistem Penyangga Intra Sel

Sistem penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) berperan menjaga pH cairan

intra sel (dalam sel). Cairan ini merupakan pasangan asam-basa konjugasi

dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat. Cairan intra sel sangat penting dalam

membantu reaksi metabolisme tubuh yang akan menghasilkan zat-zat yang

bersifat asam maupun basa. Selama proses metabolisme, banyak enzim yang

terlibat. Oleh karena itu pH cairan intra sel harus selalu tetap dan semua enzim

dapat bekerja dengan baik. Jika dari proses metabolisme dihasilkan banyak zat

yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42-.

HPO42-(aq) + H+(aq) ⇌ H2PO4-(aq)

Jika dari proses metabolism dihasilkan banyak zat yang bersifat basa, maka akan

segera bereaksi dengan ion H2PO4-.

H2PO4-(aq) + OH-(aq) ⇌ HPO42-(aq) + H2O(l)


Sehingga perbandingan [H2PO4-]/[ HPO42-] akan selalu tetap dan pH cairan intra

sel pun akan selalu tetap.

3) Sistem Penyangga Asam Amino

Asam amino adalah asam karboksilat yang memiliki gugus amino. Asam

amino merupakan komponen protein yang mempunyai gugus –NH2 pada atom 𝛼

dari posisi gugus –COOH. Apabila asam amino larut dalam air, maka gugus

karboksilat akan melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion

H+. Reaksi yang terjadi adalah:

-COOH ⇌ -COO- + H+

-NH2 + H+ ⇌ -NH3+

Karena kedua gugus tersebut dapat membentuk ion positif (asam) dan membentuk

ion negatif (basa), maka asam amino memiliki zwitter ion (bersifat amfoter).

Apabila tubuh kelebihan asam, maka kelebihan ion H+ akan diikat oleh gugus

basa, begitupula sebaliknya. Karena kelebihan asam atau basa dinetralkan oleh

asam atau basa dari gugus asam amino, maka pH asam amino relatif bersifat tetap.

C. Kerangka Pikir

Proses kegiatan pembelajaran memiliki peranan penting dalam pencapaian

hasil belajar. Pendidik tidak hanya dituntut untuk mentransfer ilmu namun

diharapkan dapat membangkitkan, mendidik, dan menjaga semangat peserta didik

untuk belajar. Model pembelajaran pada kurikulum 2013 menuntut peserta didik

untuk aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran yang

kurang maksimal serta penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik

akan menyebabkan peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses


pembelajaran sehingga mengakibatkan hasil belajar peserta didik menjadi rendah.

Pemilihan model pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013

disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan dibelajarkan.

Pembelajaran kimia yang biasa diterapkan selama ini hanya berpusat pada

pendidik. Sebagian besar peserta didik belajar dengan pendidik sebagai sumber

informasi utama dan tidak berusaha untuk mencari solusi serta jawaban dari

permasalahan yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas.

Pendidik hanya menyampaikan ilmu dari satu arah yang menyebabkan peserta

didik tidak berminat untuk belajar kimia karena mereka hanya berperan sebagai

objek yang menerima ilmu tanpa harus megolah ilmu tersebut terlebih dahulu. Hal

inilah yang membuat hasil belajar peserta didik rendah.

Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik lebih

aktif di dalam kelas adalah model Problem Based Learning. Model Problem

Based Learning adalah model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk

berperan aktif dalam pembelajaran yang dimulai dengan menyajikan

permasalahan nyata berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dari lingkungan

yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama tim yang sistematis sehingga

peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan

kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.

Salah satu materi pelajaran kimia yang memiliki cakupan materi yang luas

dan memerlukan pengetahuan mendalam adalah larutan penyangga. Peserta didik

dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pemecahan permasalahan pada materi

larutan penyangga. Oleh karena itu, proses pembelajaran dibutuhkan model dan
media pembelajaran yang tepat untuk dapat merangsang keaktifan peserta didik untuk

menemukan konsep sendiri dalam belajar serta membuat proses pembelajaran lebih

interaktif dan menyenangkan. Salah satu media yang diharapkan dapat membantu

peserta didik dalam meningkatkan hasil belajarnya yaitu media pembelajaran

berupa lembar kerja peserta didik. Lembar kerja sangat dibutuhkan untuk

menunjang pembelajaran yang lebih efektif untuk beberapa pelajaran yang

membutuhkan pemahaman melalui latihan-latihan soal seperti pada pelajaran

kimia.

Pada era revolusi industri 4.0 pendidikan dituntut untuk mengikuti

perkembangan teknologi serta memanfaatkan Teknologi Informasi dan

Komunikasi sebagai fasilitas canggih untuk memperlancar proses pembelajaran

seperti sekarang lembar kerja konvensional diubah menjadi lembar kerja

interaktif. Lembar kerja ini dibuat melalui aplikasi liveworksheet yang memiliki

beberapa keunggulan, yaitu mudah digunakan, praktis serta memiliki berbagai

fitur yang dapat membuat lembar kerja menjadi lebih menarik. Lembar kerja ini

dapat memuat materi, video pembelajaran, link, audio dan berbagai macam jenis

soal seperti soal pilihan ganda, isian singkat, drop & down, dan lainnya. Selain

itu, jawaban lembar kerja yang telah diselesaikan oleh peserta didik akan dikirim

ke akun dan email pendidik yang telah didaftarkan sebelumnya kemudian secara

otomatis nilai dari peserta didik akan diproses oleh sistem

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ada
pengaruh Media Liveworksheet dalam Model Pembelajaran Problem Based

Learning terhadap Hasil Belajar Peserta Didik kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru

pada materi pokok Larutan Penyangga”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment).

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh media liveworksheet dalam

model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar peserta didik

kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru pada materi pokok larutan penyangga.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest-Only

Control Design. Pada desain Posttest-Only Control Design akan diberikan posttest

untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Pada penelitian ini terdapat dua

kelas yang dipilih secara random yaitu kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Kelompok eksperimen diajar dengan menggunakan media

Liveworksheet dalam model Problem Based Learning sedangkan kelompok

kontrol diajar dengan model Problem Based Learning. Desain penelitian Posttest-

Only Control Design (Sugiyono, 2011), dapat dilihat pada Gambar 3.1.

R1 T1 O1
R2 T2 O2
Gambar 3.1. Desain Penelitian Posttest-Only Control Design

Keterangan :
R1 : Kelompok yang menggunakan model Problem Based Learning dengan
menggunakan media livewoksheet.
R2 : Kelompok yang menggunakan model Problem Based Learning tanpa
menggunakan media livewoksheet.
T1 : Pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning
dengan menggunakan media livewoksheet.
T2 : Pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning tanpa
menggunakan media livewoksheet
O1 : Hasil post-test kelompok eksperimen.
O2 : Hasil post-test kelompok kontrol.

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen).

a. Variabel bebas yaitu model problem based learning dengan menggunakan

media livewoksheet dan model problem based learning tanpa media

liveworksheet.

b. Variabel terikat yaitu hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3

Barru pada materi pokok Larutan penyangga.

2. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:
a. Model Problem Based Learning dengan menggunakan media Liveworksheet

adalah model pembelajaran berbasis masalah, yang memiliki sintaks awal

orientasi peserta didik pada masalah, yang mana pada sintaks ini sejak awal

pembelajaran dihadapkan pada suatu masalah yang ditemukan dalam Lembar

Kegiatan yang dibuat menggunakan Liveworksheet, media ini memuat materi,

video pembelajaran, link, audio dan berbagai macam jenis soal seperti soal

pilihan ganda, isian singkat, drop & down, dan lainnya

b. Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang dapat

melatih dan mengembangkan kemampuaan peserta didik dalam menyelesaikan

masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan nyata peserta

didik. Adapun tahapan-tahapan Problem based Learning yaitu orientasi

peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar,

membimbing penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan

menganalisis mengevaluasi hasil pemecahan masalah.

c. Hasil belajar merupakan nilai post-test yang diperoleh peserta didk berupa tes

pilihan ganda yang telah divalidasi. Hasil belajar pada penelitian ini hanya

berkenaan dengan hasil belajar ranah kognitif pada materi larutan penyangga

setelah mengikuti rangkaian proses pembelajaran menggunakan media

Liveworksheet dalam model pembelajaran Problem Based Learning di kelas

eksperimen sedangkan tanpa menggunakan media Liveworksheet dalam model

pembelajaran Problem Based Learning pada kelas kontrol.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah selutuh peserta didik kelas XI IPA

SMA Negeri 3 Barru tahu pelajaran 2021/2022, yang terdiri dari tigas kelas yaitu

dari kelas XI IPA 1 sampai XI IPA 3. Di sekolah ini menempatkan peserta didik

dengan tingkat kemampuan sama di tiap kelasnya atau tidak menggunakan kelas

unggulan.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara

simple random technique yaitu pengambilan kelompok sampel dari populasi

secara acak dengan mempertimbangkan hal tertentu. Hal ini dikarenakan semua

kelas memiliki tingkat kemampuan yang sama (homogen). Dari tiga kelas dipilih

dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2021/2022 di SMA Negeri 3 Barru, Kabupaten Barru, Provinvsi Sulawesi Selatan

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Barru pada semester genap

tahun ajaran 2021/2022 sebanyak empat kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri

dari dua jam pelajaran, satu jam pelajarannya berlangsung selama 45 menit.

Proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan (3 x 2 JP), dan

posttest dilakukan satu kali pertemuan (1 x 2 JP). Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan, yaitu:


a. Melakukan wawancara dengan pendidik bidang studi kimia kelas XI dan

observasi mengenai keadaan sekolah, keadaan peserta didik, hasil belajar

peserta didik, materi pelajaran yang akan diteliti, dan waktu peneliti.

b. Mengurus surat izin penelitian dari Universitas Negeri Makassar.

c. Menyusun perangkat pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

d. Menyediakan media dan alat bantu yang dibutuhkan dalam melakukan proses

pembelajaran.

e. Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar materi pokok larutan

penyangga sebanyak 25 butir soal pilihan ganda.

f. Melakukan validasi terhadap instrument tes hasil belajar

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu:

a. Menyampaikan maksud dan tujuan penelitian.

b. Kelas eksperimen, dibagi ke dalam 5 kelompok yang terdiri dari 6 peserta

didik, pembagian kelompok dilakukan secara heterogen. Pada kelas kontrol

dilakukan dengan cara yang sama.

c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) di dalam kelas, menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning dengan menggunaan media liveworksheet pada kelas

eksperimen dan model pembelajaran Problem Based Learning tanpa

menggunaan media liveworksheet pada kelas kontrol.

d. Adapun langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol

disajikan pada Tabel 3.1.


Tabel 3.1 Langkah – langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen (Model Problem Kelas Kontrol (Model Problem Based
Based Learning dengan Learning tanpa menggunakan media
menggunakan media Liverwoksheet) Liverwoksheet)
Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan
Pembuka Pembuka
a. Guru mengucapkan salam. a. Guru mengucapkan salam.
b. Guru meminta salah satu peserta. b. Guru meminta salah satu peserta

Tabel 3.1 Langkah – langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas


Kontrol (lanjutan)
Kelas Eksperimen (Model Problem Kelas Kontrol (Model Problem Based
Based Learning dengan Learning tanpa menggunakan media
menggunakan media Liverwoksheet) Liverwoksheet)
Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan
didik memimpin doa sebelum proses didik memimpin doa sebelum proses
pembelajaran dimulai. pembelajaran dimulai.
c. Guru mengecek kehadiran peserta c. Guru mengecek kehadiran peserta
didik didik
d. Guru membagi peserta didik d. Guru membagi peserta didik
kedalam kelompok yang terdiri dari kedalam kelompok yang terdiri dari
3-5 orang dalam satu kelompok. 3-5 orang dalam satu kelompok.
Apersepsi Apersepsi
e. Guru memberikan apersepsi dengan e. Guru memberikan apersepsi dengan
bertanya kepada peserta didik bertanya kepada peserta didik
tentang materi yang pernah tentang materi yang pernah
dipelajari sebelumnya. dipelajari sebelumnya.
Motivasi Motivasi
f. Guru memberikan motivasi kepada f. Guru memberikan motivasi kepada
peserta didik mengenai materi yang peserta didik mengenai materi yang
akan dipelajari. akan dipelajari.
g. Guru menentukan kriteria hasil g. Guru menentukan kriteria hasil
belajar siswa, yang menunjukkan belajar siswa, yang menunjukkan
apakah seorang siswa telah apakah seorang siswa telah
mencapai tujuan pembelajaran atau mencapai tujuan pembelajaran atau
belum. belum.
h. Guru menyampaikan tujuan dari h. Guru menyampaikan tujuan dari
pembelajaran yang akan dicapai. pembelajaran yang akan dicapai.
i. Guru menyampaikan kegiatan yang i. Guru menyampaikan kegiatan yang
akan dilakukan dalam proses akan dilakukan dalam proses
pembelajaran. pembelajaran.
j. Guru meminta peserta didik untuk j. Guru meminta peserta didik untuk
duduk secara berkelompok. duduk secara berkelompok.
Kegiatan Inti Kegiatan Inti
Orientasi Masalah Orientasi Masalah
a. Pendidik memotivasi peserta didik a. Pendidik memotivasi peserta didik
dalam aktivitas pemecahan masalah dalam aktivitas pemecahan masalah
nyata yang dipilih atau ditentukan nyata yang dipilih atau ditentukan
b. Peserta didik mendengarkan b. Peserta didik mendengarkan
penejalasan pendidik penejalasan pendidik
c. Pendidik memaparkan kebutuhan c. Pendidik memaparkan kebutuhan
yang diperlukan untuk pembelajaran. yang diperlukan untuk
pembelajaran.

Tabel 3.1 Langkah – langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas


Kontrol (lanjutan)
Kelas Eksperimen (Model Problem Kelas Kontrol (Model Problem Based
Based Learning dengan Learning tanpa menggunakan media
menggunakan media Liverwoksheet) Liverwoksheet)
Kegiatan Inti Kegiatan Inti
d. Pendidik membagikan link d. Pendidik membagikan LKPD
liveworksheet e. Peserta didik mengamati dan
e. Peserta didik mengamati dan memahami masalah yang diberikan
memahami masalah yang diberikan pendidik dalam LKPD
pendidik dalam liveworksheet
Mengorganisasi Mengorganisasi
a. Peserta didik bersama kelompoknya a. Peserta didik bersama kelompoknya
membagi tugas untuk mencari membagi tugas untuk mencari
informasi yang diperlukan untuk informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah
b. Pendidik memastikan setiap anggota b. Pendidik memastikan setiap anggota
memahami tugas masing – masing memahami tugas masing – masing

Membimbing Penyelidikan Membimbing Penyelidikan


a. Pendidik mendorong peserta didik a. Pendidik mendorong peserta didik
berdiskusi untuk menyelesaikan berdiskusi untuk menyelesaikan
liveworksheet yang diberikan dengan LKPD yang diberikan dengan cara
cara masing – masing anggota masing – masing anggota kelompok
kelompok menyumbangkan ide atau menyumbangkan ide atau
pendapatnya pendapatnya
b. Pendidik memantau keterlibatan b. Pendidik memantau keterlibatan
peserta didik dalam pengumpulan peserta didik dalam pengumpulan
data selama proses penyelidikan data selama proses penyelidikan
c. Peserta didik melakukan c. Peserta didik melakukan
penyelidikan (mencari data/referensi penyelidikan (mencari data/referensi
dan juga sumber yang telah dan juga sumber yang telah
disediakan atau mencari sumber disediakan atau mencari sumber
lainnya) untuk bahan diskusi lainnya) untuk bahan diskusi
kelompok kelompok
Mengembangkan dan Menyajikan Mengembangkan dan Menyajikan
Hasil Karya Hasil Karya
a. Pendidik memantau diskusi dan a. Pendidik memantau diskusi dan
membimbing pengisian membimbing pengisian LKPD
liveworksheet sehingga hasil karya sehingga hasil karya setiap
setiap kelompok siap untuk kelompok siap untuk
dipresentasikan dipresentasikan
b. Peserta didik bersama kelompoknya b. Peserta didik bersama kelompoknya
melakukan diskusi untuk melakukan diskusi untuk
menghasilkan solusi pemecahan menghasilkan solusi pemecahan
Tabel 3.1 Langkah – langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol (lanjutan)
Kelas Eksperimen (Model Problem Kelas Kontrol (Model Problem Based
Based Learning dengan Learning tanpa menggunakan media
menggunakan media Liverwoksheet) Liverwoksheet)
Kegiatan Inti Kegiatan Inti
Mengembangkan dan Menyajikan Mengembangkan dan Menyajikan
Hasil Karya Hasil Karya
masalah dan hasilnya masalah dan hasilnya
dipresentasikan dalam bentuk dipresentasikan dalam bentuk
laporan yang telah disediakan di laporan yang telah disediakan di
liveworksheet LKPD
c. Pendidik memberikan kesempatan c. Pendidik memberikan kesempatan
kepada tiap kelompok untuk kepada tiap kelompok untuk
bertanya dan mempresentasikan bertanya dan mempresentasikan
hasil kerja sama antar hasil kerja sama antar kelompoknya
kelompoknya dan mendorong dan mendorong peserta didik untuk
peserta didik untuk aktif dalam aktif dalam berdiskusi secara
berdiskusi secara komunikatif komunikatif

Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil


Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah
a. Setiap kelompok melakukan a. Setiap kelompok melakukan
presentasi, kelompok lain yang presentasi, kelompok lain yang
memberika apresiasi memberika apresiasi
b. Pendidik mendorong peserta didik b. Pendidik mendorong peserta didik
untuk menyimpulkan yang telah untuk menyimpulkan yang telah
dlakukan secara bersama – sama dlakukan secara bersama – sama

Penutup Penutup
a. Peserta didik mengumpulkan semua a. Peserta didik mengumpulkan semua
jawaban yang telah mereka kerjakan jawaban yang telah mereka kerjakan
dalam liveworksheet dalam LKPD
b. Pendidik memberikan evaluasi b. Pendidik memberikan evaluasi
kepada masing – masing peserta kepada masing – masing peserta
didik untuk dikerjakan secara didik untuk dikerjakan secara
mandiri dalam liveworksheet mandiri.
c. Pendidik menyampaikan materi c. Pendidik menyampaikan materi
selanjutnya untuk dipelajari selanjutnya untuk dipelajari
dirumah. dirumah.
d. Pendidik penutup pembelajaran d. Pendidik penutup pembelajaran
dengan memberi salam. dengan memberi salam.

3. Tahap Akhir

a. Memberikan posttest kepada peserta didik pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol pada pertemuan terakhir

b. Mengolah data hasil penilaian posttest hasil belaajr peserta didik setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media liveworksheet dalam

model problem based leraning untuk kelompok eksperimen dan model

problem based learning tanpa memnggunakan media liveworksheet pada

kelas kontrol

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data

G. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian berupa tes hasil belajar yaitu aspek kognitif

berupa soal pilihan ganda dan lembar obsevasi keterlaksanaan pembelajaran

1. Tes Hasil Belajar

Instrumen ini bertujuan untuk mengukur aspek kognitif yang dimiliki oleh

peserta didik setelah melewati pembelajaran dengan menggunakan media

liveworksheet dalam model pembelajaran Problem Based Learning untuk kelas

eksperimen sedangkan kelompok kontrol diajar tanpa menggunakan media

liveworksheet dalam model pembelajaran Problem Based Learning. Tes hasil


belajar disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda. Tes hasil belajar akan melalui

proses validasi item oleh pihak yang berkompeten. Setiap jawaban benar diberi

skor satu dan jawaban salah diberi skor nol. Setiap item disusun berdasarkan

indikator pencapaian kompetensi. Validasi item meliputi penentuan indeks

kesukaran, daya pembeda, validitas dan realibilitas.

a. Indeks kesukaran

Indeks kesukaran menujukkan taraf kesukaran soal. Rumus mencari

indeks kesukaran (Arikunto, 2016) yaitu :

B
P=
JS

Keterangan :
P = indeks kesukaran/proporsi
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada soal tersebut
JS = jumlah seluruh peserta didik yang di tes

Indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan berdasarkan taraf kesukarannya.

Klasifikasi indeks kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Klasifikasi Indeks Kesukaran


Nilai P Kriteria
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
0,71 – 1,00 Soal mudah
(Sumber: Arikunto, 2016).

b. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara

peserta didk yang berkemampuan tinggi dengan peserta didk berkemampuan


rendah (Arikunto, 2016). Adapun rumus untuk menghitung daya pembeda soal

yaitu:

JBA JBB
D= -
JTA JTB
atau D = PA – PB

Keterangan :
D = daya pembeda atau deskriminasi
JBA = jumlah peserta didik jawab benar pada bagian atas
JTA = jumlah seluruh peserta didik pada bagian atas
JBB = jumlah peserta didik jawab benar pada bagian bawah
JTB = jumlah seluruh peserta didik pada bagian bawah
PA = indeks kesukaran bagian atas
PB = indeks kesukaran bagian bawah

Daya pembeda soal dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai daya pembedanya.

Klasifikasi daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Klasifikasi Daya Pembeda


Nilai D Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
Negatif Tidak Baik
(Sumber : Arikunto, 2016).

c. Validitas

Menurut Arikunto (2016), sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes

tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Atau umumnya valid biasa diartikan

dengan shahih. Pembicaraan terkait validitas bukan ditekankan pada tes itu sendiri

akan tetapi pada hasil pengetesan atau skornya. Seperti dikatakan dimuka bawa

sebuah tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti

memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium. Teknik yang digunakan

untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang


dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment ada 2 yaitu korelasi

product moment dengan simpangan dan korelasi product moment dengan angka

kasar. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar :

rxy = N ∑ XY −¿¿ ¿

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
Koefisien korelasi selalu terdapat antara – 1,00 sampai + 1,00. Koefisien negatif

menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan

adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien

korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Klasifikasi Nilai Koefisien Korelasi


Nilai Koefisien Korelasi Kriteria
0,800 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,600 < r ≤ 0,800 Tinggi
0,400 < r ≤ 0,600 Cukup

0,200 < r 0,400 Rendah
0,00 < r ≤ 0,200 Sangat Rendah
(Sumber : Arikunto, 2016)

d. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek

yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran

hasil (Arikunto, 2016). Kriteria yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada

yang berada di luar tes (consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency
internal). Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus

Spearman – Brown sebagai berikut :

2 r 1/ 21 /2
r11 =
(1+r 1 /2 1 /2)

Keterangan
r ½ ½ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

Adapun klasifikasi nilai derajat reliabilitas (Arikunto, 2016) dapat dilihat pada
Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Klasifikasi Nilai Koefisien Reliabilitas
Nilai Koefisien Reliabilitas Kriteria
0,800 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,600 < r 0,800 Tinggi
0,400 < r ≤ 0,600 Cukup
0,200 < r ≤ 0,400 Rendah
0,00 < r ≤ 0,200 Sangat Rendah
(Sumber : Arikunto, 2013).

2. Lembar observasi aktivitas peserta didik

Lembar observasi aktivitas peserta didik digunakan untuk mengetahui

aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen ini

diisi oleh observer sesuai dengan proses yang terjadi selama pembelajaran.

Lembar observasi aktivitas peserta didik memuat indikator aktivitas yang

berhubungan dengan proses pembelajaran. Setiap langkah – langkah dalam proses

pembelajaran diobservasi lalu dibandingkan antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol. Sehingga selama proses pembelajaran pendidik dapat melihat

perkembangan aktivitas peserta didik.

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes Hasil Belajar


Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar

peserta didik dengan pemberian test akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Test akhir (posttest) diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda

dengan jumlah tertentu dan jawaban yang benar diberikan poin 1 serta jawaban

yang salah diberikan poin 0. Akumulasi hasil tes dari kedua kelas yakni kelas

eksperimen dan kelas kontrol inilah yang kemudian dibandingkan untuk

mengetahui pengaruh penggunaan media liveworksheet dalam model

pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar peserta didik pada

materi larutan penyangga.

2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Peserta Didik

Teknik observasi digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar

peserta didik. Data pengukuran hasil belajar peserta didik berdasarkan aktivitas

belajar peserta didik yang menggunakan media liveworksheet dalam model

pembelajaran Problem Based Learning berupa skor. Data ini digunakan untuk

mengetahui persentase aktivitas belajar peserta didik selama proses pembelajaran.

Semakin besar persentase aktivitasnya, diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajarnya.

I. Teknik Analisis Data

1. Tes Hasil Belajar

a. Analisis statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran umum data yang diperoleh. Data hasil belajar diperoleh dari

hasil posttest peserta didik setelah pelaksanaan proses pembelajaran. Data yang
didapatkan oleh masing-masing peserta didik berbentuk skor, kemudian skor

diubah ke nilai. Data yang diperoleh selanjutnya dikategorikan dalam kategori

tuntas dan tidak tuntas.

a) Ketuntasan Perorangan

B
Tp = x 100
JS

Keterangan :
Tp = Tuntas Perorangan
JB = Skor tiap peserta didk
Js = Skor maksimal
Pengelompokan tingkat ketuntasan belajar peserta didik dalam memahami

materi kimia pada kategori tuntas atau tidak tuntas berdasarkan acuan KKM yang

ditentukan SMA Negeri 3 Barru pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Klasifikasi Ketuntasan Perorangan Peserta didk Kelas XI IPA


SMA Negeri 3 Barru
Nilai Kategori
≥80 Tuntas
¿80 Tidak tuntas
(Sumber: SMA Negeri 3 Barru)

b) Ketuntasan Kelas
TK =
∑ T p x 100%
n

Keterangan :
Tk = Tuntas Kelas
Σ𝑇𝑝 = Jumlah Tuntas Perorangan
n = Jumlah Peserta Didik

kriteria ketuntasan kelas untuk mata pelajaran kimia di SMA Negeri 3 Barru

dilihat pad tabel 3.9.

Tabel 3.9 Klasifikasi Ketuntasan Kelas Peserta didk Kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Barru
Tuntas Kelas Kategori
≥80 % Tuntas
¿80 % Tidak tuntas
(Sumber: SMA Negeri 3 Barru).

b. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji – t.

sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat sebagai

berikut;

1) Uji Prasyarat

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh

berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diuji

menggunakan rumus sebagai berikut:

x2hitung = ∑ ¿¿ ¿

Keterangan:
x2hitung = chi kuadrat (chi square)
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan

Kriteria pengujian normalitas dengan taraf signifikan α = 0,05, dan kebebasan

(dk) = k - 3. Jika, x2hitung < x2tabel maka data berdistribusi normal (Subana, 2000).

b) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui data yang diteliti

berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Variansbesar
Fhitung =
Varians kecil
Kriteria pengujian homogenitas dengan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat

kebebasan (dk) masing-masing sesuai dengan dk pembilang (n 1-1) dan dk

penyebut (n2-1) yaitu jika Fhitung < Ftabel, maka data bersifat homogen

(Subana, 2000).

2) Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t satu pihak, yaitu:

H0 : μ1 ≤ : μ2 H 1 : μ 1 ¿ : μ2

Keterangan :
H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan media liveworksheet dalam model Problem
Based Learning terhadap hasil belajar peserta didk kelas XI IPA SMA
Negeri SMA Negeri 3 Barru studi materi pokok larutan penyangga.
H1 : Ada pengaruh penggunaan media liveworksheet dalam model Problem Based
Learning terhadap hasil belajar terhadap hasil belajar peserta didk kelas XI
IPA SMA Negeri 3 Barru studi materi pokok larutan penyangga.
μ1 : Rata-rata nilai peserta didik pada kelas eksperimen
μ2 : Rata-rata nilai peserta didik pada kelas kontrol.
(Subana, 2000).

Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan Uji t dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a) Mencari standar deviasi gabungan

dsg =
√ ( n1−1 ) V 1 +(n 2−1)V 2
n 1+ n2−2

Keterangan:
n1 : Banyaknya data kelas eksperimen
n2 : Banyaknya data kelas kontrol
V1 : Varians data kelas eksperimen
V2 : Varians data kelas kontrol
Dsg : Nilai standar deviasi gabungan

b) Menentukan t hitung
X 1−¿ X 2
¿


t= 1 1
dsg −
n1 n 2

Keterangan:
n1 : Banyaknya data kelas eksperimen
n2 : Banyaknya data kelas kontrol
X̅1 : Rata-rata kelas eksperimen
X̅2 : Rata-rata kelas kontrol
Dsg : Nilai standar deviasi gabungan

Adapun kriteria pengujian hipotesis yaitu pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan

(dk) = (n1 + n2 - 2) (Puspita, 2020). Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima berarti ada pengaruh media liveworksheet dalam model Problem Based

Learning terhadap hasil belajar peserta didik. Sebaliknya, jika thitung < ttabel, maka

H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada pengaruh media liveworksheet dalam

model Problem Based Learning terhadap hasil belajar peserta didik

2. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik

Teknik analisis data untuk aktivitas peserta didik menggunakan analisis

deskriptif. Berikut adalah rumus yang digunakan:

F
Presentasi Keterlaksanaan = x 100
A

Keterangan:
F : Jumlah skor rencana tindakan pembelajaran yang terlaksana
A : Jumlah skor rencana pembelajaran keseluruhan

Tabel 3.7 Kategori Aktivitas Peserta Didik Tabel


Persentase Kriteria Aktivitas
85% - 100% Sangat Baik
65% - 84% Baik
55% - 64% Cukup
35% - 54% Kurang
0% - 34% Tidak Baik

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Novi, Yahya Hanafi, Irma Yulianti Budi Safitri, dan Sri Hartini.
Penerapan Model Problem Based Learning Berbantuan LKPD Live
Worksheet untuk Meningkatkan Keaktifan Mental Ssiwa Pada
Pembelajaran Tematik Kelas VA SD Negeri Nogopuro. Prosiding
Pendidikan Profesi Guru. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Anugraheni, I. 2018. Meta Analisis Model Pembelajaran Problem Based Learning
dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis di Sekolah Dasar [A
Meta-analysis of Problem-Based Learning Models in Increasing Critical
Thinking Skills in Elementary Schools]. Polyglot: Jurnal Ilmiah, Vol.14
Nomor 1
Arends, R. I. (2008). Belajar untuk mengajar. (Terjemahan Helly Prajitno
Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto). New York: McGraw Hills. (Buku
asli diterbitkan tahun 2007).

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Ariyana, Yoki, MT. 2019. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada


Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. 2019. Direktorat Jenderal Pendidik
dan Tenaga Kependidikan: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Asnita. 2019. Penagruh Model Pembelajaran Problem Baesd Learning dilengkapi
Media Kartu Soal terhadap Minat Belaajr Siswa pada Materi Ikatan
Kimia DI SMK Muhammadiyah Cerenti. JOM FTK UNIKS .Volume 1,
Nomor 1.
Catharina Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang
Darmadi. 2017. Pengembangan Model Dan Metode Pembelajaran Dalam
Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish
Dewi, P. F. (2010). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif pada
Pelajaran Kimia Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMA Negeri 5
Palembang. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya.
Dimyati dan Mudjiono. 2020. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002 Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta).
Hadi. 2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Keter, K J. Barchok, H. K. Nge’no, J. K. 2014. Effect of Cooperative Mastery
Learning Approach on Students’ Motivation to Learn Chemistry by
Gender. Journal of Education and Practice. Volume 5, Issue 8.
Khikmiyah, Fatimatul. 2021. Implementasi Web Live Worksheet Berbasis
Problem Baesd learning dalam Pembelajaran Matematika. Pedagogy. p-
ISSN: 2502-3802. e-ISSN: 2502-3799. Volume 6 Nomor 1.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Edisi Revisi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lathifah, Miqro’ Fajari. 2021. Efektivitas LKPD Elektronik sebagai Media
Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19 untuk Guru di YPI
Bodyatul Hidayah Ampenan. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan
IPA. ISSN:2655-5263. Volume 2, Nomor 4.
Marhaeni, A. A. I. N. 2013. Landasan dan Inovasi Pembelajaran. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha. Asesmen Otentik Dalam Rangka
KTSP. Makalah. Disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kinerja
Guru SMA 1 Kediri Tabanan, dalam Rangka Implementasi SKM.
Marsita, Resti Ana. Priatmoko, Sigit. Kusuma, Ersanghono. 2010. Analisis
Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA dalam Memahami Materi Larutan
Penyangga dengan Menggunakan Two-Tier Multiple Choice Diagnostic
Instrument. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Volume 4, Nomor 1.
Muhson, A. (2010). Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Volume 8, NOmor
2.
Mulyasa. 2014. Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nur, M., 2011, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya:UNESA.
Nurbayani Anisa, Elisya Rahmawati, Isma Inayah Nurfaujiah, Nita Dinda
Putriyanti, Nur’afni Fitria Fajriati, Yosy Safira dan Acep Ruswan.
2021. Sosialisasi Penggunaan Aplikasi Liveworksheets sebagai LKPD
Interaktif Bagi Guru-guru SD Negeri 1 Tegalmunjul Purwakarta.
Indonesia Journal of Community Service in Engineering & Education
(IJOCSEE). Vol.1, No.2
Nurkholis, N. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal
Kependidikan, 1(1), 24-44.

70
Prabowo Andi. 2021. Penggunaan Liveworksheet dengan Aplikasi Berbasis Web
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
dan Teknologi Indonesia (JPTI). p-ISSN: 2775-4227. e-ISSN: 2775-
4219. Vol. 1. No.10.
Prastowo, A. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
DIVA Press.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Putri, Ayu Ade Anjelina, Ign.Wayan Swatra, dan I Made Tegeh. 2018. Pengaruh
Model Pembelajaran PBL Berbantuan Media Gambar terhadap Hasil
Belaajr IPA Siswa Kelas II SD. Jurnal Mimbar Ilmu. ISSN: 1829-
87XX. Vol.23 No,1.
Rusman, 2012. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. PT
Rajagrafindo Persada.
Sadiman, Arief S. 2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Depok: Rajawali Press.
Saharsa, Ulfi, Qaddafi, Muhammad, & Baharuddin, Baharuddin. (2018).
Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbantuan Video Based Laboratory Terhadap Peningkatan
Pemahaman Konsep Fisika. JPF (Jurnal Pendidikan Fisika)
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 6(2), 57–64.
Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernada Media Grup
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Subana, Moersetyo Rahada dan Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Sudjana, N. 2008. Dasar-Dasar Proses Beajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya .
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

71
Suharta., & Luthan, Putri Lynna A., 2013. Application of Cooperative
ProblemBased Learning Model to Develop Creativity and Foster
Democracy, and Improve Student Learning Outcomes in Chemistry in
High School. Journal of Education and Practice, 4 (25), 55-60.
Supardi. 2015. Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan
Psikomotorik (Konsep dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Pers.
Syamsidah dan Hamidah Suryani. 2018. Buku Model Problem Based Learning
(PBL). Yogyakarta: Deepublish (CV Budi Utama)
Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif:Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Veneranda, Hajrullah. 2014. Facilitating Problem Based Learning Through
EPortofoliosin EFL. European Scientific Journal, Vol 10(7).
Vitasari, Ita. 2016. Kejenuhan Belajar Ditinjau Dari Kesepian Dan Kontrol Diri
Siswa Kelas XI SMAN 9 Yogyakarta. E-Journal Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: UNY Shoimin, Aris. 2014. 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.

Anda mungkin juga menyukai