Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS

Peningkatan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Kimia pada


Topik Hidrolisis Garam dan Larutan Penyangga
melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Luh Maharani Merta1 (*) Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi belajar dan
maharanimerta@gmail.com penguasaan konsep kimia siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 4 Singaraja
melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini siswa kelas XI MIPA5
SMA Negeri 4 Singaraja, berjumlah 39 orang dan objek penelitian ini adalah
motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus; setiap siklus terdiri atas empat tahap meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Tes hasil belajar
digunakan mengukur penguasaan konsep siswa, inventori digunakan untuk
mengukur motivasi belajar siswa, dan angket digunakan untuk mengukur
pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Data
penguasaan konsep kimia dan motivasi belajar siswa dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan
penguasaan konsep kimia dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
skor rata-rata motivasi belajar siswa dari 2,39 dengan kategori cukup pada
Siklus 1 menjadi 3,53 dengan kategori sangat tinggi pada Siklus 2. Demikian
juga, skor rata-rata penguasaan konsep kimia dari siswa dari 74,36 pada
Siklus 1 menjadi 79,90 pada Siklus 2. Siswa setuju dengan model
pembelajaran yang diterapkan. Mereka berharap agar model pembelajaran ini
dapat digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep kimia yang lain.

Kata Kunci: model pembelajaran inkuiri terbimbing, penguasaan konsep,


motivasi belajar

1
SMA Negeri 4 Singaraja Abstract: This study aimed to improve students’ learning motivation and
mastery of chemistry concepts of Class XI of Natural Sciences of 5 in SMA
Corresponding author (*) Negeri 4 Singaraja through the application of guided inquiry learning models.
This type of study was a classroom action research. The subjects of this study
were students of Class XI of Natural Sciences of 5 in SMA Negeri 4 Singaraja,
totaling 39 people and the objects of this study were students' learning
motivation and mastery of concepts. This classroom action research was
conducted in two cycles; each cycle consisted of four stages including
planning, implementing, observing/evaluating, and reflecting. The learning
outcome test was used to measure students' mastery of concepts, the
inventory was used to measure students' learning motivation, and the
questionnaire was used to measure students' opinions on the applied learning
model. The data on the mastery of chemistry concepts and the learning
motivation were analyzed descriptively. The results of this study indicated that
the application of guided inquiry learning models could increase students’
learning motivation and mastery of chemistry concepts. This could be seen
from the increase in the mean score of students’ learning motivation from 2.39
with the sufficient category in Cycle 1 to 3.52 with the very high category in
Cycle 2. Likewise, the mean score of the students' mastery of chemistry
concepts from 74, 36 in Cycle 1 became 79.90 in Cycle 2. Students agreed

1
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

with the learning model applied. They hoped that this learning model could be
used to teach other chemistry concepts.

Keywords: guided inquiry learning model, conceptual mastery, learning


motivation

PENDAHULUAN pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang


Pendidikan sains diarahkan untuk dimaksud salah satunya berupa penguasaan
mencari tahu dan berbuat sehingga konsep. Penguasaan konsep kimia siswa
membantu siswa memperoleh pemahaman kelas XI MIPA5 SMA Negeri 4 Singaraja
yang lebih mendalam tentang alam sekitar. masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari
Mata pelajaran kimia adalah salah satu mata banyaknya siswa yang mendapat skor
pelajaran dalam rumpun sains yang dapat ulangan yang belum mencapai kriteria baik,
digunakan sebagai fasilitas dalam belajar yaitu 78. Skor rata-rata ulangan yang
untuk menyelesaikan masalah yang diperoleh oleh siswa kelas XI MIPA5 adalah
berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik 70. Dari pengamatan peneliti terhadap siswa
secara kualitatif maupun kuantitatif, dengan saat mengajar di kelas XI MIPA5, hanya
mengembangkan pengetahuan, beberapa siswa saja yang benar-benar
keterampilan, dan sikap percaya diri. berpartisipasi dalam pembelajaran, baik
Konsep-konsep yang dipelajari pada mata dalam diskusi maupun dalam menjawab
pelajaran kimia kebanyakan bersifat abstrak pertanyaan. Walaupun sudah ditunjuk,
sehingga menyulitkan siswa mempelajari dan sepertinya siswa enggan menjawab
memahaminya. Berdasarkan pengalaman pertanyaan dan juga masih ada siswa yang
peneliti mengajar dan hasil diskusi dengan suka berbicara dengan temannya saat
guru lain yang mengajarkan kimia di SMA pembelajaran berlangsung. Akibatnya,
Negeri 4 Singaraja, diperoleh informasi proses pembelajaran tidak dapat
bahwa penguasaan konsep pada mata berlangsung dengan baik.
pelajaran kimia masih rendah. Hal ini Agar dapat meningkatkan motivasi
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (1) belajar dan penguasaan konsep siswa,
siswa relatif sulit memahami konsep yang diperlukan suatu model pembelajaran yang
bersifat mikroskospis, (2) kesiapan siswa mampu menantang siswa bernalar dan
masih kurang dalam menerima pelajaran, menggugah rasa ingin tahu siswa. Model
walaupun sebelumnya sudah diinformasikan pembelajaran yang ditengarai mampu
materi yang akan dipelajari, (3) secara mengatasi permasalahan di atas adalah
umum, aktivitas siswa dalam proses model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran
pembelajaran kimia masih rendah, dan (4) inkuiri merupakan pembelajaran yang
motivasi belajar siswa masih rendah. Hal ini mengharuskan siswa mengolah pesan
mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam sehingga memperoleh pengetahuan dan
pembelajaran di kelas dan terjadinya keterampilan (Yasmin et al., 2015). Model
ketidakbermaknaan dalam belajar. Agar pembelajaran inkuiri merupakan
pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi pembelajaran yang berpusat pada siswa
siswa dan dapat meningkatkan aktivitas, yang dapat meningkatkan kemampuan
kreativitas, motivasi dan penguasaan konsep berpikir logis siswa (Purwanto, 2012)
siswa, sudah semestinya guru berusaha sehingga dalam pembelajaran, siswa lebih
mengemas pembelajaran dengan aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar
menerapkan model-model pembelajaran (Handhika, Kurniadi, & Ahwan, 2016).
yang sesuai dengan karakteristik materi Peningkatan aktivitas siswa ini sesuai
pelajarannya. Model pembelajaran ini akan dengan tujuan utama model pembelajaran
memberikan arah bagi guru dalam inkuiri, yaitu mengembangkan keterampilan
melaksanakan pembelajaran secara efektif intelektual, berpikir kritis, dan mampu
dan efisien dalam mencapai tujuan memecahkan masalah secara ilmiah (Utami

2
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

et al., 2013). Sementara itu, model siswa. Halimah et al. (2015) menyatakan
pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian bahwa penerapan model inkuiri terbimbing
kegiatan belajar yang melibatkan secara dapat meningkatkan motivasi belajar dan
maksimal seluruh kemampuan siswa mencari penguasaan konsep siswa. Sementara,
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, Widiartini (2012) menyatakan bahwa
logis, dan analisis sehingga mereka dapat pembelajaran pemecahan masalah dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan meningkatkan motivasi belajar dan
penuh percaya diri (Amijaya et al., 2018). penguasaan konsep siswa.
Model pembelajaran inkuiri Berdasarkan pemaparan sebelumnya,
merupakan model pembelajaran yang peneliti merasa perlu menerapkan model
memungkinkan siswa mengumpulkan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
informasi melalui penyelidikan secara kritis meningkatkan motivasi belajar dan
sehingga diperoleh data atau informasi yang penguasaan konsep kimia siswa. Penerapan
memadai untuk memecahkan masalah. model pembelajaran inkuiri terbimbing ini
Proses inkuiri dapat ditingkatkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi
siswa dapat diajarkan prosedur pemecahan belajar dan penguasaan konsep siswa.
masalah secara alamiah. Pada penelitian ini, Rumusan masalah yang diajukan dalam
yang diterapkan pada siswa adalah model penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)
pembelajaran inkuiri terbimbing, yang Apakah penerapan model pembelajaran
merupakan suatu proses untuk memecahkan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
masalah yang diberikan oleh guru, motivasi belajar siswa? (2) Apakah
merencanakan eksperimen, melakukan penerapan model pembelajaran inkuiri
eksperimen, mengumpulkan dan terbimbing dapat meningkatkan penguasaan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan konsep siswa? Dengan demikian tujuan
sehingga siswa menjadi termotivasi untuk penelitian ini adalah meningkatkan motivasi
belajar. Model pembelajaran ini menekankan belajar dan penguasaan konsep kimia siswa
pada proses berpikir secara kritis untuk melalui penerapan model pembelajaran
mencari dan menemukan sendiri jawaban inkuiri terbimbing.
dari suatu masalah yang dipertanyakan dan Penerapan model pembelajaran
melatih keterampilan proses sains siswa dan inkuiri terbimbing dapat memberikan manfaat
sekaligus memperoleh pembelajaran yang sebagai berikut. Bagi siswa, hasil penelitian
bermakna (Yasmin et al., 2015). Melalui ini dapat memberikan pengalaman langsung
model ini, siswa belajar lebih berorientasi dalam menemukan konsep-konsep kimia
pada bimbingan dan petunjuk guru sehingga secara ilmiah dan merangsang mereka untuk
mereka dapat memahami konsep-konsep berpikir kritis, kreatif, dan inovatif sehingga
kimia yang dipelajari. dapat meningkatkan motivasi belajar dan
Hasil-hasil penelitian menunjukkan penguasaan konsep siswa. Bagi guru, hasil
bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar satu alternatif model pembelajaran inovatif
siswa. (Budiasa et al., 2013) menyimpulkan sehingga dapat meningkatkan motivasi
bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing belajar dan penguasaan konsep siswa.
dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa SMA. Ratnaningrum et al. METODE
(2016) menyatakan bahwa penerapan model Jenis penelitian ini adalah penelitian
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat tindakan kelas model Kemmis dan McTaggart
meningkatkan motivasi dan hasil belajar (1988) yang telah dilakukan sedikit
siswa. Lewe et al. (2020) melaporkan bahwa modifikasi. Bagan penelitian tindakan kelas
implementasi model inkuiri terbimbing dapat model Kemmis dan Mc.Taggart yang telah
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar dimodifikasi ditunjukkan sebagai berikut.
siswa SMK. Di lain pihak, Qomaliyah et al.
(2017) juga menemukan bahwa model
pembelajaran inkuiri berbasisi literasi sains
dapat meningkatkan hasil belajar kimia
3
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

Gambar 1. Diagram alir penelitian tindakan kelas Model Kemmis dan McTaggart yang telah
dimodifikasi

Subjek penelitian ini adalah siswa berlangsung dengan tujuan untuk


kelas XI MIPA5 SMA Negeri 4 Singaraja mengetahui keefektifan proses pembelajaran
sebanyak 39 orang. Objek penelitian adalah yang meliputi keterlaksanaan proses belajar
motivasi belajar yang diukur menggunakan mengajar, seperti situasi, kondisi kelas, dan
inventori, dan penguasaan konsep kimia kegiatan siswa. Pada akhir setiap siklus,
siswa yang diukur menggunakan tes dilakukan evaluasi dan refleksi. Evaluasi
penguasaan konsep. Penelitian ini dilakukan dilakukan terhadap penguasaan konsep
dalam dua siklus, masing-masing siklus siswa, sedangkan refleksi dilakukan untuk
terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan proses pembelajaran. Informasi yang
refleksi. Topik kimia yang diteliti meliputi diperlukan untuk melakukan refleksi adalah
hidrolisis garam dan larutan penyangga. skor hasil penguasaan konsep dan hasil
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang observasi terhadap proses pembelajaran.
dilakukan adalah pembuatan perangkat Data penelitian dikumpulkan dengan
pembelajaran (silabus, rencana pelaksanaan menggunakan instrumen berupa tes
pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa penguasaan konsep yang berbentuk tes
(LKS)) dan instrumen penelitian (tes objektif dengan jumlah soal 25 butir (Tabel 1),
penguasaan konsep, inventori, angket, dan data motivasi belajar siswa dikumpulkan
pedoman observasi). Tahap pelaksanaan menggunakan inventori (Tabel 2), dan data
tindakan berupa pelaksanaan pembelajaran tanggapan siswa terhadap model
sesuai dengan RPP. Tahap observasi pembelajaran yang diimplementasikan
dilakukan pada saat proses pembelajaran dikumpulkan dengan angket (Tabel 3).

4
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

Tabel 1. Hubungan antara kompetensi dasar, indikator dan nomor soal


Kompetensi dasar Indikator Nomor Soal

3.12 Menganalisis 1. Mampu mengidentifikasi jenis-jenis garam 3, 10, 17, 20, 24


garam-garam yang yang mengalami hidrolisis dalam air
mengalami hidrolisis. berdasarkan asam dan basa pembentuknya.
2. Mampu mengidentifikasi garam yang
mengalami hidrolisis parsial dan hidrolisis 1, 2, 4, 16
total.
3. Mampu menentukan tetapan hidrolisis (Kh)
dan pH larutan garam yang terhidrolisis 5, 7, 8, 11, 12, 13, 14,
melalui perhitungan. 18, 22, 23,
4. Mampu menentukan sifat garam yang
terhidrolisis berdasarkan data hasil 6, 9, 15, 19, 25
percobaan.

13.3 Menganalisis 1. Mampu menjelaskan pengertian dan sifat 7, 12


peran larutan larutan penyangga.
penyangga dalam 2. Mampu mengidentifikasi jenis-jenis larutan 1
tubuh makhluk hidup. penyangga berdasarkan komponen
penyusunnya
3. Mampu menentukan pH larutan penyangga 2, 3, 5, 6, 10, 11, 19, 20,
melalui perhitungan 22, 23, 24, 25
4. Mampu menjelaskan sifat dan larutan 4, 8, 9, 13, 14, 15, 21
penyangga dalam makhluk hidup
5. Mampu menganalisis sifat larutan penyangga
berdasarkan data hasil percobaan 16, 17, 18

Tabel 2. Hubungan antara dimensi motivasi belajar dan nomor pernyataan


No Motivasi Belajar Nomor Pernyataan

1 Motivasi intrinsik 1, 2, 3, 16

2 Motivasi ekstrinsik 4, 5, 6, 17

3 Tanggung jawab dalam belajar kimia 7, 8, 9, 18

4 Kepercayaan diri 10, 11, 12, 19

5 Kecemasan akan tes 13, 14, 15, 20

Tabel 3. Hubungan antara indikator tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dan nomor
pernyataan
No. Indikator Nomor Pernyataan

1. Motivasi belajar 1, 2, 3, 4, 5

2 Keberanian untuk mengemukakan pendapat atau bertanya 6, 7, 8, 9

3. Bimbingan guru dalam pembelajaran 10, 11, 12, 13, 14, 15

4. Kebermaknaan pembelajaran 16, 17, 18, 19, 20

Kriteria sangat setuju = SS, Tidak tahu = TT, Tidak setuju = TS

5
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

Skor motivasi belajar (skala 4) dan pembelajaran, kegiatan pembelajaran


penguasaan konsep siswa (skala 100) disesuaikan dengan langkah-langkah model
dianalisis secara deskriptif dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Pertemuan
menghitung rata-rata kelas dan standar pertama, siswa belajar tentang materi
deviasi. Skor rata-rata motivasi belajar siswa hidrolisis garam, yaitu menuliskan reaksi
baik secara keseluruhan maupun per dimensi ionisasi garam dan reaksi hidrolisisnya.
Pertemuan kedua, materi yang dibahas
selanjutnya diklasifikasikan menggunakan
adalah perhitungan pH larutan garam.
konversi skor seperti ditunjukkan dalam Tabel
Pertemuan ketiga, siswa belajar di
4. Pembuatan interval skor rata-rata motivasi laboratorium dengan melakukan praktikum
belajar siswa didasarkan atas mean ideal untuk mengetahui sifat larutan garam yang
(mean ideal = (skor maksimum + skor terhidrolisis. Pertemuan keempat adalah
minimum)/ 2 dan standar deviasi ideal (SD = pelaksanaan tes penguasaan konsep dan
(skor maksimum – skor minimum)/6). pengukuran motivasi belajar siswa.
Pada Siklus 1 diperoleh skor rata-rata
Tabel 4. Konversi skor rata-rata motivasi motivasi belajar siswa secara keseluruhan
belajar ke dalam kategori sebesar 2,39, termasuk kategori cukup.
Untuk skor rata-rata motivasi belajar siswa
per dimensi ditunjukkan dalam Tabel 5.
No. Interval Kategori
Tabel 5. Skor rata-rata motivasi belajar siswa
1 3,25 ≤ Sangat tinggi
untuk setiap dimensi
2 2,75 ≤ < 3,25 Tinggi No. Dimensi Skor SD Klasifi
motivasi belajar rata-rata kasi
3 2,25 ≤< 2,75 Cukup
1. Motivasi intrinsik 2,40 0,84 Cukup
4 1,75 ≤ < 2,25 Rendah
2. Motivasi 2,51 0,75 Cukup
ekstrinsik
5 < 1,75 Sangat rendah
3 Tanggung jawab 2,21 0,89 Cukup
dalam belajar
Skor rata-rata penguasaan konsep kimia
siswa secara klasikal ditentukan oleh jumlah
4. Kepercayaan 2,34 0,83 Cukup
skor penguasaan konsep seluruh siswa diri
dibagi dengan jumlah siswa. Persentase
siswa yang telah mencapai kriteria 5. Kecemasan 2,47 0,75 Cukup
akan tes
ketuntasan minimal (KKM) klasikal dihitung
dari jumlah siswa yang memperoleh skor Skor rata-rata 2,39 0,82 Cukup
hasil belajar lebih dari atau sama dengan 78 keseluruhan
dibagi jumlah seluruh siswa kali 100%.
Penelitian ini dianggap berhasil jika (1) skor
rata-rata motivasi belajar siswa minimal Skor rata-rata penguasaan konsep siswa
tergolong tinggi, (2) skor penguasaan konsep sebesar 74,36 (SD = 11,26) dengan
siswa minimal mencapai KKM individu 78 ketuntasan 61,54%. Dengan kata lain, siswa
(kriteria baik), dan (3) jumlah siswa yang yang mengikuti remidi sekitar 38,56% (Tabel
telah mencapai KKM klasikal paling sedikit 6). Dengan hasil ini, penelitian tindakan kelas
85%.
pada Siklus 1 belum mencapai kriteria
keberhasilan yang ditetapkan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini, yaitu KKM individu 78 dan KKM
Hasil
Hasil Siklus I klasikal 85%. Hal ini berarti penelitian
Pada Siklus 1, materi pokok yang dilanjutkan pada Siklus 2. Tahapan-tahapan
dipelajari siswa adalah hidrolisis garam yang penelitian pada Siklus 2 sama seperti
dikemas menjadi satu RPP dengan 3 kali tahapan Siklus 1.
pertemuan dan dilengkapi dengan
penggunaan LKS. Dalam proses
6
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

Tabel 6. Sebaran ketuntasan belajar siswa lebih mandiri sesuai dengan


untuk penguasaan konsep pada langkah-langkahnya, (4) memotivasi siswa
Siklus 1 agar lebih berani dalam mengemukakan
pertanyaan dan pendapat, dan (5)
Kategori Frekuensi Persentase memberikan bimbingan kepada siswa dalam
berdiskusi dalam kelompoknya agar siswa
Tuntas 24 61,54% dengan kemampuan akademik baik
membantu temannya yang kemampuan
Tidak tuntas 15 38,46%
akademiknya kurang.
Jumlah 39 100,00 %
Hasil Siklus 2
Pelaksanaan tindakan Siklus 2 didasarkan
Belum tercapainya ketuntasan hasil belajar
atas hasil refleksi pada Siklus 1, dengan
kognitif siswa disebabkan oleh karena siswa
melakukan beberapa tindakan perbaikan.
kurang menyiapkan diri sebelum
Proses pembelajaran pada Siklus 2 dikemas
pembelajaran, seperti membaca literatur
menjadi tiga kali pertemuan pembelajaran
sebelum melaksanakan pembelajaran dan
tatap muka dan satu kali pertemuan untuk
praktikum, kemampuan siswa dalam
pelaksanaan pengukuran pemahaman
mengajukan pertanyaan dan menjawab
konsep dan motivasi belajar, masing-masing
pertanyaan masih belum sesuai dengan
menggunakan tes dan inventori. Pada
harapan, dan dalam melaksanakan praktikum
pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, siswa
beberapa siswa masih mengobrol dengan
berturut-turut belajar tentang materi
siswa lainnya. Pada pembelajaran Siklus 2,
jenis-jenis larutan penyangga, perhitungan
dilakukan perbaikan terhadap semua
pH larutan penyangga, dan praktikum untuk
masalah yang muncul pada pembelajaran
mengetahui sifat larutan penyangga. Pada
Siklus 1. Tindakan perbaikan yang dilakukan
pertemuan keempat di Siklus 2 diberikan tes
pada pembelajaran Siklus 2 meliputi (1)
penguasaan konsep yang berupa tes objektif
mengajukan pertanyaan dengan menunjuk
dan dikerjakan selama 90 menit dan juga
siswa secara acak pada awal pembelajaran
diberikan inventori motivasi belajar. Pada
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari
Siklus 2, skor rata-rata motivasi belajar siswa
sehingga siswa termotivasi membaca literatur
secara keseluruhan sebesar 3,53, tergolong
sebelum pembelajaran maupun praktikum,
kategori sangat tinggi. Untuk skor rata-rata
(2) mengintensifkan bimbingan kepada siswa
pada masing-masing dimensi motivasi belajar
agar dapat memahami materi yang
siswa dapat terlihat pada Tabel 7.
dibacanya, (3) melakukan praktikum secara

Tabel 7. Skor rata-rata masing-masing dimensi motivasi belajar


No. Dimensi motivasi belajar Skor rata-rata SD Klasifikasi

1. Motivasi intrinsik 3,49 0,56 Sangat tinggi

2. Motivasi ekstrinsik 3,50 0,51 Sangat tinggi

3 Tanggung jawab dalam belajar kimia 3,44 0,51 Sangat tinggi

4. Kepercayaan diri 3,61 0,52 Sangat tinggi

5. Kecemasan akan tes 3,59 0,49 Sangat tinggi

Skor rata-rata keseluruhan 3,53 0,52 Sangat tinggi

7
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

lain-lain. Dengan diterapkannya tindakan


Skor rata-rata penguasaan konsep siswa tambahan pada Siklus 2, jumlah siswa yang
pada Siklus 2 sebesar 79,90 (SD = 8,38) dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
dengan KKM klasikal sebesar 87,18% (Tabel mengalami peningkatan. Artinya, siswa lebih
8). Dengan hasil ini, kriteria keberhasilan termotivasi dan berperan aktif dalam
yang ditetapkan dalam penelitian ini telah pembelajaran. Dengan diberikan bimbingan
tercapai pada Siklus 2, yaitu KKM individu 78 secara lebih intensif, terjadi peningkatan skor
dan KKM klasikal 85%. Skor rata-rata rata-rata motivasi belajar dan penguasaan
penguasaan konsep ini tergolong kategori konsep siswa, siswa menjadi lebih tekun
baik (B). Hal ini berarti bahwa telah terjadi dalam menyiapkan diri sebelum mengikuti
peningkatan penguasaan konsep siswa dari pembelajaran di sekolah, baik pembelajaran
Siklus 1 ke Siklus 2 sebagai akibat dari di kelas maupun melakukan praktikum di
proses pembelajaran yang telah dilakukan. laboratorium, menjawab dan memecahkan
Demikian juga, ketuntasan penguasaan masalah-masalah dalam LKS, berdiskusi,
konsep yang dicapai oleh siswa pada Siklus dan siswa sangat antusias siswa mengikuti
2 lebih baik daripada ketuntasan penguasaan pembelajaran kimia. Hal ini mendorong
konsep yang dicapai oleh siswa pada Siklus terjadinya peningkatan interaksi belajar, yaitu
1. interaksi antara siswa dengan siswa dan
siswa dengan guru, serta interaksi dengan
Tabel 8. Sebaran ketuntasan belajar siswa sumber-sumber belajar. Hal ini berdampak
untuk penguasaan konsep pada Siklus 2 pada kegiatan pembelajaran menjadi lebih
kondusif. Sementara itu, konsep-konsep
Kategori Frekuensi Persentase kimia yang keliru dipahami oleh siswa
Tuntas 34 87,18 % diperbaiki dengan memberikan bimbingan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan
Tidak tuntas 5 12,82% pengarahan (guiding questions) sehingga
Jumlah 39 100,00 % siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Jika siswa tidak
Upaya perbaikan pada proses mampu mengkonstruksi pengetahuannya
pembelajaran berpengaruh pada motivasi melalui penemuan sendiri, maka peneliti
belajar dan penguasaan konsep siswa. menjelaskan konsep-konsep yang sulit atau
Berdasarkan skor rata-rata penguasaan yang dipahami keliru oleh siswa. Peningkatan
konsep yang telah diuraikan di atas, tampak penguasaan konsep siswa ini membuktikan
bahwa skor rata-rata penguasaan konsep bahwa implementasi model pembelajaran
siswa pada Siklus 2 lebih baik daripada skor inkuiri terbimbing dapat diterima oleh siswa
rata-rata penguasaan konsep siswa pada dalam pembelajaran kimia. Hal ini
Siklus 1. Hal ini berarti terjadi peningkatan menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri
penguasaan konsep siswa akibat proses terbimbing dapat meningkatkan penguasaan
pembelajaran yang telah dilakukan. Demikian konsep siswa (Sulisthia et al., 2014).
juga, ketuntasan penguasaan konsep yang Motivasi belajar meliputi (1) motivasi
dicapai oleh siswa pada Siklus 2 lebih baik intrinsik, (2) motivasi ekstrinsik, (3) tanggung
daripada ketuntasan penguasaan konsep jawab dalam belajar kimia, (4) kepercayaan
yang dicapai siswa pada Siklus 1. diri, dan (5) kecemasan akan tes.
Berdasarkan temuan-temuan pada Berdasarkan kualifikasi pada masing-masing
Siklus 1, perbaikan tindakan yang dilakukan dimensi motivasi belajar, dapat dilihat bahwa
pada Siklus 2 dengan pembagian kelompok pada Siklus 1 motivasi belajar siswa
siswa diatur oleh guru sehingga tergolong kategori cukup. Di lain pihak, pada
mempertimbangkan heterogenitas dari segi Siklus 2, semua dimensi tergolong kategori
jenis kelamin, kemampuan akademik, dan sangat tinggi. Hal ini berarti penggunaan
model pembelajaran inkuiri terbimbing
8
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

memberikan dampak yang sangat baik sikap percaya diri tentang apa yang
terhadap motivasi belajar yang datangnya dipelajari.
dari dalam diri siswa (Hermayani et al., Rizkiana et al. (2016) menyatakan
2015). Semua dimensi motivasi belajar siswa bahwa pengetahuan awal siswa memiliki
pada Siklus 2 tergolong kategori sangat peran yang sangat penting dalam
tinggi, sedangkan pada Siklus 1 semuanya memaksimalkan motivasi belajar siswa.
tergolong cukup. Ini berarti terjadi Pengalaman siswa yang diperoleh melalui
peningkatan motivasi belajar siswa sebagai bekerja merupakan hasil belajar yang tidak
akibat penerapan model pembelajaran inkuiri mudah dilupakan dan dengan sendirinya
terbimbing (Lukma, 2017). memberikan hasil yang paling baik.
Skor rata-rata penguasaan konsep Selanjutnya, siswa diberikan kesempatan
siswa mengalami peningkatan, yaitu pada mengamati fenomena dari percobaan yang
Siklus 1 sebesar 74,36, sedangkan pada dilakukan. Dengan mengamati
Siklus 2 sebesar 79,90. Siswa yang fenomena-fenomena secara langsung, siswa
mengikuti remidi pada Siklus 1 sebesar akan memiliki gambaran dalam pemikirannya
38,46%, sedangkan pada Siklus 2 sebesar terhadap konsep-konsep yang dipelajari
12,82,%. Jadi, jumlah siswa yang mengikuti sehingga dapat membangun
remidi berkurang sebesar 25,64% dari Siklus pengetahuannya sendiri yang dimulai dari
1 ke Siklus 2. Hal ini dapat disebabkan oleh objek/fenomena yang bersifat nyata. Dengan
model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan model ini, siswa belajar lebih
merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada bimbingan dan petunjuk
berorientasi kepada siswa. Artinya, siswa dari guru sehingga siswa dapat memahami
memegang peranan penting selama proses konsep-konsep yang dipelajari dengan lebih
pembelajaran berlangsung. Siswa mudah dan penguasaan konsepnya menjadi
memperoleh petunjuk-petunjuk berupa lebih baik (Chusni, 2016).
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan Dari uraian di atas, tampak jelas
dan membimbing siswa untuk menemukan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing
jawaban dari masalah yang dihadapinya berperan penting dalam meningkatkan
sehingga dapat mengurangi kekeliruan siswa motivasi belajar dan penguasaan konsep
dalam memahami konsep-konsep kimia yang siswa. Penerapan model pembelajaran inkuiri
dipelajari. Dengan demikian, siswa lebih terbimbing selalu melibatkan seluruh siswa
mudah memahami konsep-konsep kimia secara langsung menemukan apa yang
yang dipelajarinya. Selain itu, berdasarkan mereka pelajari sehingga mereka berlatih
tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing, mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas,
sasaran utama dari kegiatan pembelajaran kejujuran, dan keterampilan berpikir kritisnya
inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut. (1) yang nantinya dapat digunakan untuk
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam memecahkan masalah-masalah yang
proses kegiatan belajar mengajar. Pada dihadapinya. Dengan demikian, siswa akan
tahap ini, guru memberikan kesempatan cepat tanggap terhadap situasi, baik yang
kepada siswa beraktivitas, baik secara fisik menguntungkan maupun yang tidak
maupun mental, sehingga kemampuan siswa menguntungkan, mampu menolong dirinya
berkembang secara maksimal karena siswa dan orang lain, dan mampu mengatasi
sangat menikmati aktivitasnya. Dengan cara tantangan dalam kehidupannya. Suarseni
ini, siswa menjadi semakin sadar bahwa (2011) menyatakan bahwa penerapan model
pengetahuan bersifat tentatif yang berarti pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
bahwa pengetahuan selalu terbuka untuk meningkatkan hasil belajar kimia. Winanto
dikaji terus menerus (Lewe et al., 2020). (2) dan Makahube (2016) menyatakan bahwa
Arah kegiatan pembelajaran berlangsung penerapan model pembelajaran inkuiri
secara logis dan sistematis pada tujuan terbimbing dapat meningkatkan motivasi dan
pembelajaran. (3) Siswa mengembangkan hasil belajar IPA siswa. Rahmawati et al.
9
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

(2014) melaporkan bahwa pembelajaran kimia siswa materi pokok hidrokarbon.


dengan model inkuiri terbimbing dapat Chemistry Education Practice, 3(1).
meningkatkan motivasi dan penguasaan
konsep siswa. Halek et al. (2016) Budiasa, K., Nyeneng, I. D. P., & Iyanti, V.
menyatakan penerapan model pembelajaran 2013. Perbandingan metode inkuiri
inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terbimbing dan bebas termodifikasi
terhadap motivasi dan hasil belajar kognitif. terhadap motivasi dan hasil belajar.
Temuan ini sejalan dengan temuan-temuan Jurnal Pembelajaran Fisika Universitas
penelitian sebelumnya (Merta, 2012; Lampung, 1(2), 1–12.
Widiartini, 2012; Sumarni et al., 2017; Asni et
al., 2020). Chusni, M. M. 2016. Penerapan pendekatan
inkuiri terbimbing dengan metode
SIMPULAN DAN SARAN pictorial riddle untuk meningkatkan
Berdasarkan hasil-hasil yang dicapai pemahaman konsep fisika siswa. Jurnal
dalam penelitian ini, dapat disimpulkan Pendidikan Fisika, 4(2), 111.
bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing pada
topik hidrolisis garam dan larutan penyangga Halek, E. F., Oetpah, V., & Seran, Y. 2016.
dapat meningkatkan motivasi belajar dan Peningkatan motivasi dan hasil belajar
penguasaan konsep siswa. Hal ini dapat siswa melalui model pembelajaran
dilihat dari peningkatan skor motivasi belajar inkuiri pada siswa SMA. Teori,
siswa dari 2,39 dengan kategori cukup pada Penelitian, dan Pengembangan, 1(10),
Siklus 1 menjadi 3,53 dengan kategori sangat 2047–2049.
tinggi pada Siklus 2 dan skor rata-rata
Halimah, S. N., Rudibyani, R. B., & Efkar, T.
penguasaan konsep kimia siswa meningkat
2015. Penerapan model inkuiri
dari 74,36 pada Siklus 1 menjadi 79,90 pada
terbimbing dalam meningkatkan
Siklus 2. Indikator keberhasilan dari
motivasi belajar dan penguasaan
penelitian ini dapat dicapai pada Siklus 2
konsep siswa. Jurnal Pendidikan dan
dengan jumlah siswa yang telah mencapai
Pembelajaran Kimia, 4(3), 997–1010.
ketuntasan belajar sebesar 87,18%. Siswa
berpendapat bahwa mereka setuju dengan
Handhika, J., Kurniadi, E., & Ahwan, A.
diterapkannya pembelajaran inkuiri
2016. Peningkatan hasil belajar
terbimbing dalam pembelajaran kimia. Dari
mahasiswa pokok bahasan analisis
temuan-temuan ini, dapat disarankan kepada
vektor melalui inkuiri terbimbing. Jurnal
guru-guru, khususnya guru-guru kimia, agar
Pendidikan Fisika dan Keilmuan, 2(1),
menerapkan model pembelajaran inkuiri
12–15.
terbimbing dalam pembelajaran kimia
sehingga motivasi belajar dan penguasaan Hermayani, A. Z., Dwiastuti, S., & Marjono,
konsep kimia siswa dapat ditingkatkan. M. 2015. Motivasi belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa pada
DAFTAR PUSTAKA materi ekosistem melalui penerapan
Amijaya, L. S., Ramdani, A., & Merta, I. W.
model inkuiri terbimbing. BIOEDUKASI
2018. Guided inquiry learning model
(Jurnal Pendidikan Biologi), 6(2),
towards student learning outcomes and
79–85.
critical thinking ability. Jurnal Pijar MIPA,
13(2), 94–99. Kemmis, W. C., & McTaggart, R. M. 1988.
The action research planner. Victoria:
Asni, A., Wildan, W., & Hadisaputra, S.
Deakin University Press.
2020. Pengaruh model pembelajaran
inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar Lewe, R. N. A., Sholikhan, S., & Pratiwi, H.
2020. Implementasi model inkuiri
10
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

terbimbing sebagai upaya terhadap motivasi belajar siswa materi


meningkatkan motivasi dan prestasi asam basa ditinjau dari kemampuan
belajar siswa SMK. Terapan Sains Dan awal. Jurnal Pendidikan: Teori,
Teknologi, 2(1), 1–8. Penelitian, dan Pengembangan, 1(3),
354–362.
Lukma, H. N. 2017. Pembelajaran fisika
dengan inkuiri terbimbing menggunakan Suarseni. 2011. Model pembelajaran inkuiri
animasi dan pictorial Riddle di tinjau terbimbing terhadap hasil belajar kimia
dari motivasi belajar dan sikap ilmiah. siswa. Tesis. Universitas Pendidikan
Jurnal Qua Teknika, 7(1), 21–29. Ganesha.

Merta, L. M. 2012. Pengaruh model Sulisthia, P. S., Wiarta, I. W., & Manuaba, I.
pembelajaran kontekstual terhadap B. S. 2014. Penerapan model inkuiri
penguasaan konsep dan sikap ilmiah terbimbing berbantuan media animasi
siswa. Tesis. Universitas Pendidikan komputer untuk meningkatkan motivasi
Ganesha. dan hasil belajar matematika siswa
kelas V di SD Negeri 2 Manukaya tahun
Purwanto, A. 2012. Kemampuan berpikir pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar
logis siswa SMA Negeri 8 Kota PGSD Universitas Pendidikan
Bengkulu dengan menerapkan model Ganesha, 2(1).
inkuiri terbimbing dalam pembelajaran
fisika. Exacta, 10(2), 133–135. Sumarni, S., Santoso, B. B., & Suparman, A.
R. 2017. Pengaruh model pembelajaran
Qomaliyah, E. N., Sukib, S., & Loka, I. N. inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar
2017. Pengaruh model pembelajaran kognitif peserta didik di SMA Negeri 01
inkuiri terbimbing berbasis literasi sains Manokwari (Studi pada pokok bahasan
terhadap hasil belajar materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan).
larutan penyangga. Jurnal Pijar MIPA, Nalar Pendidikan, 5(1), 21–30.
11(2), 105–109.
Utami, W. D., Dasna, I. W., & Sulistina, O.
Rahmawati, R., Hasan, M., & Gani, A. 2014. 2013. Pengaruh penerapan model
Meningkatkan motivasi dan pembelajaran inkuiri terbimbing
penguasaan konsep siswa SMA pada terhadap hasil belajar dan keterampilan
pokok bahasan larutan asam basa proses sains siswa pada materi
dengan metoda pembelajaran inkuiri kelarutan dan hasil kali kelarutan.
terbimbing. Jurnal Pendidikan Sains Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran,
Indonesia, 2(1), 65–74. 2(2), 1–7.

Ratnaningrum, D., Chamisijatin, L., & Widiartini, D. 2012. Studi komparatif problem
Widodo, N. 2016. Penerapan solving dan problem possing dalam
pembelajaran guided inquiry untuk meningkatkan motivasi belajar dan
meningkatkan motivasi dan hasil belajar pemahaman konsep kimia siswa SMA
IPA pada siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Singaraja. Tesis. Universitas
Muhammadiyah 2 Batu. Jurnal Pendidikan Ganesha.
Pendidikan Biologi Indonesia, 1(2),
230–239. Winanto, A., & Makahube, D. 2016.
Implementasi strategi pembelajaran
Rizkiana, F., Dasna, I. W., & Marfu’ah, S. inkuiri untuk meningkatkan motivasi dan
2016. Pengaruh praktikum dan hasil belajar IPA siswa Kelas 5 SD
pengaruh praktikum dan demonstrasi Negeri Kutowinangun 11 Kota Salatiga.
dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
11
JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS (JPPSI) Volume 4, Nomor 1, April 2021 ISSN: 2623-0852

Scholaria : Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan, 6(2), 119.

Yasmin, N., Ramdani, A., & Azizah, A. 2015.


Pengaruh metode inkuiri terbimbing
terhadap keterampilan proses sains dan
hasil belajar Biologi siswa Kelas VIII di
SMPN Gunung Sari tahun akademik
2013/2014. Jurnal Pijar MIPA, X(1),
69–75.

12

Anda mungkin juga menyukai