Anda di halaman 1dari 11

Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

THE EFFECTIVENESS OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL BASED


ON ETHNOSCIENCE ON STUDENT’S CRITICAL THINKING SKILLS

Jihan Nisa Amini *1, Dedi Irwandi2, Evi Sapinatul Bahriah3

1
Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

*Corresponding author: evi@uinjkt.ac.id

Abstract. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the problem-based learning
model based on ethnoscience on students' critical thinking skills on colloidal material. Experiments
were conducted on a sample of 36 experimental class students with an ethnoscience-based problem-
based learning model and 36 experimental class students with a convention learning model. This
research method is a quasi-experimental design with a nonequivalent control group design. The
instruments used are essay tests and observation sheets. The results of this study indicate that the
average posttest in the experimental class is 76.08, which is higher than the control class, which is
69.33. These results indicate that the use of ethnoscience-based learning problem-based learning
models on colloidal material is effective in improving students' critical thinking skills compared to using
conventional models.

Keywords: problem based learning, ethnoscience, critical thinking skills, colloid

PENDAHULUAN menandakan bahwa siswa di Indonesia masih


Pendidikan pada abad 21 diharapkan lemah dalam menyelesaikan soal yang
dapat menghasilkan sumber daya manusia membutuhkan kemampuan HOTS sehingga
yang berkualitas agar mampu memproses dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir
informasi dengan baik dan benar. Oleh karena kritis siswa dalam menyelesaikan masalah
itu, Indonesia menerapkan kurikulum 2013 masih tergolong rendah [4]. Begitupun yang
yang merubah pola pembelajaran dari pasif terjadi di SMA Negeri 1 Kota Tangerang
menjadi aktif sehingga menuntut peserta didik Selatan, berdasarkan wawancara dengan guru
untuk kritis dalam pembelajaran [1]. Berpikir kimia diperoleh informasi bahwa kemampuan
kritis merupakan suatu proses terorganisir yang siswa untuk mengerjakan soal berkategori
memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, HOTS masih rendah. Hal ini dikarenakan
asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari siswa terbiasa mengerjakan soal yang bersifat
pernyataan orang lain yang bertujuan agar teori saja. Guru bahkan masih sulit untuk
tercapainya pemahaman yang mendalam [2]. membuat siswa fokus dalam pembelajaran dan
Berpikir kritis harus ditanamkan di kalangan minimnya kemampuan siswa dalam
siswa agar pembelajaran berjalan aktif memecahkan masalah menjadi faktor
sehingga siswa tidak hanya menghafal materi penyebab kurang aktifnya siswa dalam
maupun hanya mendengarkan penjelasan dari menyelesaikan soal-soal HOTS.
guru saja, tetapi siswa berusaha menggali Pentingnya memperhatikan model
informasi sendiri melalui penemuan masalah pembelajaran yang digunakan menjadi faktor
sehingga adanya keterlibatan siswa dapat dalam meningkatkan keterampilan berpikir
meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri ktitis siswa. Salah satu model pembelajaran
[3]. Berdasarkan survei Programme for yang dapat digunakan untuk meningkatkan
International Student Assessment (PISA) tahun keterampilan berpikir kritis siswa adalah
2015 menunjukkan skor siswa di Indonesia problem based learning. Hal ini dikarenakan
berada di urutan 69 dari 76 negara. Hal ini terdapat sintaks yang dapat digunakan untuk

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

77
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

menstimulus keterampilan berpikir kritis [5]. METODE


Selain itu, pembelajaran yang dapat Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1
mengembangkan keterampilan berpikir kritis Kota Tangerang Selatan. Metode yang
siswa adalah pembelajaran berbasis etnosains digunakan pada penelitian ini adalah quasi
[1]. Etnosains merupakan kegiatan experiment. Desain penelitian yaitu
mentransformasikan sains asli berupa nonequivalent control group design [10]
pengetahuan yang berkembang di masyarakat dengan menggunakan kelas eksperimen
menjadi sains ilmiah [6]. Penggunaan (penerapan model PBL berbasis etnosains) dan
etnosains dalam proses pembelajaran dapat kelas kontrol (pembelajaran konvensional).
menjadi salah satu upaya melestarikan dan Adapun desain penelitiannya sebagai berikut.
mengembangkan kearifan lokal serta budaya
daerah melalui bidang pendidikan. Tabel 1 Desain Penelitian
Kimia merupakan salah satu pelajaran Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
yang pada setiap materinya terdapat
keterkaitan yang erat dengan kehidupan sehari- Eksperimen O1 X O2
hari. Namun, pada materi koloid siswa kurang
tertarik untuk mempelajarinya. Hal ini Kontrol O3 Y O4
dikarenakan materi koloid adalah materi yang Keterangan:
berkarakteristik teori yang abstrak dengan
O1 : Kelas eksperimen sebelum diberikan
banyaknya hafalan [7]. Selain itu, penggunaan
metode ceramah dan kurangnya media perlakuan
pembelajaran yang menarik merupakan faktor O2 : Kelas eksperimen setelah diberikan
penyebab rendahnya nilai siswa pada materi perlakuan
ini. Materi koloid akan mudah tersalurkan X : Perlakuan pembelajaran dengan
apabila siswa memiliki keaktifan, rasa ingin model problem based learning
tahu, serta motivasi yang tinggi dalam berbasis etnosains
pembelajaran [8]. Oleh karena itu, guru harus
memiliki kreatvitas dan inovasi guna Y : Perlakuan pembelajaran dengan
menciptakan pembelajaran yang menarik dan model konvensional
tidak membosankan bagi siswa [8]. O3 : Kelas kontrol sebelum diberikan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk perlakuan
mengetahui efektivitas model problem based O4 : Kelas kontrol setelah diberikan
learning berbasis etnosains terhadap perlakuan
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi
koloid. Beberapa hasil penelitian yang relevan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
memberikan hasil yang positif. Budiarti dan
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kota Tangerang
Airlanda (2019) dalam penelitiannya
Selatan tahun ajaran 2019/2020. Sampel
menyatakan bahwa terdapat peningkatan
penelitian ini ditentukan menggunakan teknik
keterampilan berpikir kritis siswa setelah
purposive sampling agar menghasilkan sampel
dilaksanakan pembelajaran menggunakan
yang secara logis dapat mewakili populasi
model PBL berbasis kearifan lokal yaitu
sehingga diperoleh kelas XI IPA 4 sebanyak 36
dengan data pra siklus sebesar 41%, siklus I
siswa sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 5
meningkat 68,18%, dan pada siklus II
sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen.
meningkat sebesar 81,81% [4]. Begitupun
penelitian Arfianawati, Sudarmin, dan Adapun alur dalam penelitian ini yaitu
Sumarni (2016) memperoleh hasil rerata sebagai berikut.
keterampilan berpikir kritis kelas yang
melakukan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kimia berbasis etnosains lebih
baik daripada kelas yang menggunakan
pembelajaran konvensional [9].

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

78
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

No. Indikator Keterampilan No. No.


Berpikir Kritis Soal Soal
yang
Dipa-
kai
8. Membuat keputusan 7, 17 7, 17
dan mempertimbangkan
hasilnya
9. Mendefinisikan istilah 12, 12,
dan mempertimbangkan 15, 15
definisi 18
10. Mengidentifikasi 8, 19, 8, 26
asumsi 26
11. Memutuskan suatu 16, 20
tindakan 20,
25
Jumlah Soal 26 17

Selain itu, teknik pengumpulan data pada


penelitan ini yaitu non tes berupa lembar
Gambar 1 Alur Penelitian observasi yang digunakan khusus untuk
mengukur keterampilan berpikir kritis siswa
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada indikator berinteraksi dengan orang lain
dalam penelitian ini adalah tes esai berupa 17 dan lembar observasi keterlaksanaan model
butir soal untuk mengukur keterampilan PBL berbasis etnosains yang digunakan
berpikir kritis siswa dan lembar kerja siswa sebagai data pendukung. Adapun lembar
yang telah disesuaikan dengan indikator observasi keterampilan berpikir kritis siswa dan
keterampilan berpikir kitis. Adapun kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan model PBL
instrumen tes keterampilan berpikir kritis berbasis etnosains sebagai berikut.
sebagai berikut.

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes KBK


No. Indikator Keterampilan No. No.
Berpikir Kritis Soal Soal
yang
Dipa-
kai
1. Memfokuskan 3*, 9 9
pertanyaan
2. Menganalisis argumen 5, 23 5
3. Bertanya dan menjawab 1, 4* 1
pertanyaan
4. Mempertimbangkan 11, 11,
kredibilitas suatu 13 13
sumber
5. Mengobservasi dan 2, 10 2, 10
mempertimbangkan
hasil observasi
6. Membuat deduksi dan 6*, 24
mempertimbangkan 22,
hasil deduksi 24
7. Membuat induksi dan 14, 14, Gambar 2 Lembar Observasi Keterampilan
mempertimbangkan 21 21 Berpikir Kritis Siswa
hasil induksi

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

79
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

mempertimbangkan definisi, mengidentifikasi


asumsi dan memutuskan suatu tindakan. Pada
kelas eksperimen pembelajaran menggunakan
model problem based learning berbasis
etnosains sedangkan pada kelas kontrol
pembelajaran menggunakan model
konvensional dengan metode ceramah dan
penggunaan video sebagai media
pembelajaran. Pada penelitian ini dilakukan uji
prasyarat terhadap data pretest dan posttest
kemudian dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis
dilakukan terhadap kedua data yaitu pretest dan
posttest dari kelas kontrol dan kelas eksperimen
menggunakan uji Mann-Whitney dengan
bantuan software SPSS versi 22.
Berdasarkan uji normalitas menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf
signifikansi 5%, diperoleh signifikansi data
pretest pada kelas kontrol sebesar 0,107
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar
0,000 yang menunjukkan bahwa populasi data
tidak berdistribusi normal. Kemudian data
posttest pada kelas kontrol dan kelas
Gambar 3 Lembar Observasi Keterlaksanaan
eksperimen memperoleh signifikansi sebesar
PBL Berbasis Etnosains 0,200 yang menunjukkan bahwa populasi data
berdistribusi normal. Selanjutnya yaitu uji
homogenitas menggunakan uji Levene’s
Teknik analisis data pada penelitian ini
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji
menggunakan analisis kuantitatif. Pada tahap
homogenitas data pretest pada kelas kontrol
awal dilakukan uji prasyarat terhadap data yang
dan kelas eksperimen memperoleh signifikansi
diperoleh yaitu dengan uji Kolmogorov-
sebesar 0,599. Begitupun data posttest pada
Smirnov untuk menguji normalitas, uji
kelas kontrol dan kelas eksperimen
Levene’s untuk menguji homogenitas, dan uji
memperoleh signifikansi sebesar 0,709
Mann-Whitney untuk menguji hipotesis
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data
menggunakan bantuan software SPSS versi 22
tersebut bersifat homogen. Kemudian hasil uji
dengan kriteria uji hipotesis H0 ditolak dan H1
hipotesis data pretest menunjukkan H0 diterima
diterima jika Sig < 0,05.
sehingga dapat dikatakan bahwa antara kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan siswa. Hal ini
efektivitas penggunaan model problem based berarti kedua kelas tersebut dapat dijadikan
learning berbasis etnosains dalam sebagai sampel dalam penelitian.
meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa pada materi koloid. Penelitian ini Tabel 3 Hasil Uji Mann-Whitney Pretest dan
menggunakan 12 indikator untuk mengukur Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
keterampilan berpikir kritis siswa, diantaranya
Statistik Uji Mann- Uji Mann-
memfokuskan pertanyaan, menganalisis Whitney Data Whitney Data
argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan, Pretest Posttest
mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, 𝜶 0,05 0,05
mengobservasi dan mempertimbangkan hasil
Sig 0,143 0,003
observasi, membuat deduksi dan
Kesimpulan Sig > 𝛼 (tidak Sig < 𝛼
mempertimbangkan hasil deduksi, membuat
terdapat (terdapat
induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, perbedaan yang perbedaan
membuat keputusan dan mempertimbangkan signifikan) yang
hasilnya, mendefinisikan istilah dan signifikan)

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

80
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa data Grafik 2 Persentase (%) Indikator


posttest memperoleh Sig < 𝛼 yaitu 0,003 < Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Hasil
0,05 pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diartikan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata 78,47 %
1
53,47 %
keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas
89,58 %
eksperimen dan kelas kontrol sehingga 2 86,81 %
penggunaan model problem based learning
berbasis etnosains efektif dalam meningkatkan 77,08 %
3 75,69 %
keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat
82,99 %
dilihat dari perbedaan nilai rata-rata 4 79,86 %
keterampilan berpikir kritis berdasarkan data
81,6 %
pretest dan posstest sebagai berikut. 5 80,21 %

Indikator KBK
70,49 %
Grafik 1 Persentase Keterampilan Berpikir 6 56,25 %
Kritis Siswa Berdasarkan Hasil Pretest dan
69,1 %
Posttest 7 54,51 %
Kontrol Eksperimen
80 81,94 %
76,08 8 73,61 %
69,33
70 77,43 %
9 73,61 %
60 66,67 %
10 63,89 %
50
Rata-rata

73,61 %
11 72,2 %
40

30 0 50 100

20
19,1 17,2 Persentase

10 Ket: 1 = memfokuskan pertanyaan; 2 =


menganalisis argumen; 3 = bertanya dan
0 menjawab pertanyaan; 4 = mempertimbangkan
Pretest Posttest kredibilitas suatu sumber; 5 = mengobservasi
dan mempertimbangkan hasil observasi; 6 =
Grafik 1 di atas menunjukkan bahwa nilai membuat deduksi dan mempertimbangkan
rata-rata pretest pada kelas kontrol dan kelas hasil deduksi; 7 = membuat induksi dan
eksperimen memiliki perbedaan yang tidak mempertimbangkan hasil induksi; 8 = membuat
terlalu jauh sehingga kedua kelas tersebut dapat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya; 9
dijadikan sampel dalam penelitian. Setelah = mendefinisikan istilah dan
diberikan perlakuan yang berbeda antara kelas mempertimbangkan definisi; 10 =
kontrol dan kelas eksperimen, terlihat rata-rata mengidentifikasi asumsi; 11 = memutuskan
nilai posttest kelas eksperimen lebih unggul suatu tindakan
daripada kelas kontrol. Pada penelitian ini digunakan 12 indikator
Persentase yang lebih besar pada kelas keterampilan berpikir kritis siswa menurut
eksperimen menunjukkan bahwa penggunaaan Ennis, 11 indikator diukur menggunakan
model problem based learning berbasis instrumen tes esai dan 1 indikator diukur
etnosains lebih efektif dalam meningkatkan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa
keterampilan berpikir kritis dibandingkan berdasarkan indikator berinteraksi dengan
dengan kelas kontrol yang menggunakan model orang lain. Grafik 2 di atas menunjukkan bahwa
konvensional. Berikut hasil posttest persentase ketercapaian indikator tertinggi
berdasarkan indikator keterampilan berpikir yaitu pada indikator menganalisis argumen;
kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber;
eksperimen. membuat keputusan dan mempertimbangkan

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

81
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

hasilnya; mengobservasi dan Indikator membuat keputusan dan


mempertimbangkan hasil observasi; dan mempertimbangkan hasilnya menuntut siswa
memfokuskan pertanyaan. agar mempertimbangkan setiap keputusan yang
Pada indikator menganalisis argumen akan diambil. Berikut soal yang digunakan
menggunakan soal berikut. pada indikator membuat keputusan dan
mempertimbangkan hasilnya.

Gambar 4 Soal Menganalisis Argumen

Pada soal tersebut, disajikan makanan


khas Betawi yaitu roti buaya serta proses Gambar 5 Soal Membuat Keputusan dan
pembuatannya. Berdasarkan sajian wacana Mempertimbangkan Hasilnya
tersebut, siswa diminta untuk menganalisis
mengapa tekstur roti buaya memiliki pori-pori Pada soal ini, disajikan wacana mengenai
udara serta mengaitkannya dengan fase tradisi ngaluru yaitu membersihkan kotoran
terdispersi pada roti buaya. Ennis menjelaskan yang menempel pada tubuh menggunakan batu
bahwa indikator menganalisis argumen dapat apung. Berdasarkan wacana tersebut siswa
dilatih melalui kegiatan mengidentifikasi diminta menjelaskan mengapa masyarakat
kesimpulan atau solusi disertai alasan yang menggunakan batu apung untuk membersihkan
tepat [11]. Indikator ini memperoleh persentase tubuh serta menjelaskan keterkaitan batu apung
paling tinggi dikarenakan kegiatan dengan koloid. Mengambil keputusan tentang
pembelajaran pada kelas ekperimen suatu yang diyakini merupakan bagian dari
menggunakan model problem based learning keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu,
berbasis etnosains yang pada tahapan dengan membiasakan siswa berpikir kritis
pembelajarannya siswa diminta untuk adalah cara melatih siswa dalam mengambil
menganalisis permasalahan hingga mencari sebuah keputusan berdasarkan pertimbangan
solusi atas permasalahannya bersama yang logis dan valid sehingga dapat
kelompok sehingga terdapat proses berargumen dipertanggungjawabkan [15].
pada siswa itu sendiri. Keterampilan berpikir Mengobservasi dan mempertimbangkan
kritis siswa adalah cara berpikir untuk hasil observasi yaitu kemampuan siswa dalam
menganalisis argumen dan memunculkan membuktikan kebenaran terhadap data yang
wawasan terhadap setiap makna serta diperoleh dari hasil observasi [13]. Indikator ini
interpretasi dalam mengembangkan pola menggunakan soal yang menyajikan data hasil
penalaran yang logis [12]. pengamatan seorang siwa kemudian siswa
Mempertimbangkan kredibilitas suatu diminta untuk membuat tabel data pengamatan
sumber merupakan kemampuan seseorang serta menentukan sampel mana yang
dalam menggunakan prosedur dari sumber merupakan larutan, koloid, dan suspensi
terpercaya baik berupa rumus, pernyataan, berdasarkan hasil observasi tersebut. Indikator
maupun fakta dalam pemecahan masalah [13]. ini unggul pada kelas eksperimen dikarenakan
Persentase ketercapaian indikator pada kelas siswa membuat produk koloid yang berkaitan
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan etnosains bersama kelompoknya secara
dikarenakan membaca wacana berupa masalah langsung sehingga membuat pemahaman siswa
di dalam model problem based learning dapat jauh lebih baik. Peningkatan pemahaman
melatih siswa untuk mengembangkan melalui model problem based learning
kemampuan dalam mempertimbangkan apakah memberikan kesempatan kepada siswa berada
suatu sumber dapat dipercaya atau tidak [14]. pada situasi masalah yang otentik sehingga

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

82
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

mudah bagi siswa dalam melakukan normal. Kemudian uji homogenitas


penyelidikan [16]. Sejalan dengan penelitian menggunakan uji Levene’s memperoleh
terdahulu yang menyatakan bahwa kegiatan signifikansi sebesar 0,923 sehingga data
penyelidikan yang dilakukan siswa bersifat homogen serta uji hipotesis
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima.
memperoleh pengalaman nyata terkait Artinya, terdapat perbedaan rata-rata yang
fenomena dalam kehidupan sehari-hari terkait signifikan antara data lembar observasi
materi yang dipelajari sebagai dasar indikator berinteraksi dengan orang lain pada
pembelajaran kontekstual [17]. Berikut adalah kelas kontrol dan kelas eksperimen.
soal untuk indikator mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi. Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis Lembar Observasi
Indikator Berinteraksi dengan Orang Lain
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik Uji Mann-Whitney
𝜶 0,05
Sig 0,000
Kesimpulan Sig < 𝛼 (terdapat perbedaan
yang signifikan)

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa Sig < 𝛼


yaitu 0,000 < 0,05 pada taraf signifikansi 5%
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti terdapat perbedaan rata-rata yang
signifikan antara hasil lembar observasi
aktivitas siswa berdasarkan indikator
berinteraksi dengan orang lain pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan model
Gambar 6 Soal Meengobservasi dan problem based learning berbasis etnosains
Mempertimbangkan Hasil Observasi
efektif dalam meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa pada indikator berinteraksi
Indikator memfokuskan pertanyaan dengan orang lain. Hasil ini dapat dilihat
bertujuan agar siswa fokus terhadap masalah berdasarkan persentase ketercapaian indikator
melalui adanya kegiatan merumuskan berinteraksi dengan orang lain sebagai berikut.
pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan
yang tersajikan di dalam pembelajaran. Grafik 3 Persentase Ketercapaian Indikator
Pembelajaran pada kelas eksperimen Berinteraksi dengan Orang Lain Berdasarkan
menggunakan LKS yang berisikan Lembar Observasi Aktivitas Siswa
permasalahan yang berkaitan dengan koloid
berbasis etnosains dan siswa diminta untuk 80
membuat rumusan masalah yang mewakili 66,94
70
wacana tersebut. Hal ini membuat kelas
eksperimen memiliki perolehan persentase 60
Persentase

yang lebih besar dibandingkan kelas kontrol. 50


Membuat rumusan masalah dari wacana pada Kontrol
tahap problem based learning dapat melatih 40
32,85 Eksperimen
keterampilan berpikir kritis siswa [18]. 30
Hasil uji normalitas menggunakan uji
20
Kolmogorov-Smirnov pada data lembar
observasi indikator berinteraksi dengan orang 10
lai, pada kelas kontrol memperoleh signifikansi 0
sebesar 0,185 dan kelas eksperimen sebesar Indikator Berinteraksi dengan Orang Lain
0,007 sehingga data tersebut tidak berdistribusi

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

83
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

Grafik 3 di atas menunjukkan bahwa pengetahuan melalui pengalaman langsung


persentase ketercapaian indikator berinteraksi [21]. Penggunaan model problem based
dengan orang lain pada kelas eksperimen lebih learning membuat siswa lebih berpengalaman
tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini dalam mengumpulkan, mengatur, dan
dikarenakan pada kelas eksperimen dilakukan memperoleh informasi untuk menyelesaikan
pembelajaran menggunakan model problem permasalahan di kehidupan nyata [22]. Proses
based learning berbasis etnosains yang pada inilah yang dapat meningkatkan keterampilan
tahapannya siswa belajar berkelompok untuk berpikir mereka [23]. Hal ini sesuai dengan
berdiskusi mencari permasalahan dan pernyataan yang menjelaskan bahwa kegiatan
mengumpulkan informasi untuk menemukan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam
solusi pemecahan masalah tersebut sehingga belajar sering melibatkan pertanyaan-
kelas eksperimen akan lebih sering berinteraksi pertanyaan dari siswa sebagai hasil dari proses
baik sesama kelompok maupun antarkelompok. berpikir mereka [24].
Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran Begitupun penelitian lain berpendapat
dilakukan hanya dengan mendengarkan bahwa adanya penerapan pendekatan etnosains
penjelasan dari guru saja. Tujuan utama akan meningkatkan hasil belajar siswa
problem based learning bukan pada jumlah dikarenakan adanya ketertarikan dan antusias
ilmu yang tersampaikan melainkan untuk siswa sehingga mereka akan lebih senang
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dalam belajar [25]. Melalui model problem
kemampuan siswa untuk aktif membangun based learning berbasis etnosains, setiap siswa
pengetahuan, kemandirian belajar, serta belajar secara berkelompok sehingga setiap
kemampuan sosial siswa yang diperoleh siswa bertanggung jawab terhadap jalannya
melalui kegiatan diskusi [19]. Proses diskusi pembelajaran. Hal ini membuat siswa turut
pada pembelajaran di kelas eksperimen dapat aktif bekerjasama memecahkan masalah dalam
dilihat pada gambar berikut. pembelajaran yang dilakukan. Model
pembelajaran yang mengaitkan pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari membuat siswa
lebih mudah memahami materi sehingga
mampu menerapkannya dalam lingkungan
masyarakat [26]. Hal yang sama juga
menyatakan bahwa dengan menggunakan
kasus dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik memiliki kesempatan untuk aktif
menggali pengetahuan dalam mencari solusi
terhadap masalah melalui pengalaman mereka
[27].
Gambar 7 Kegiatan Diskusi Siswa Berbeda dengan kelompok kontrol, hasil
keterampilan berpikir kritis yang diperoleh
siswa lebih rendah. Hal ini karena pembelajaran
Berdasarkan hasil tersebut membuktikan dilakukan dengan metode ceramah dan tanya
bahwa model problem based learning berbasis jawab. Siswa hanya mendengarkan penjelasan
etnosains berpengaruh terhadap keterampilan dari guru tanpa terlibat langsung dalam
berpikir kritis siswa dan efektif dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran tersebut,
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa menjadi kurang aktif dalam memahami
siswa pada materi koloid. Sesuai dengan materi sehingga menyebabkan keterampilan
penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa berpikir kritis siswa kurang meningkat. Sesuai
tahapan problem based learning mulai dari dengan penelitian yang menyatakan bahwa
merumuskan pertanyaan, mengumpulkan pembelajaran tersebut membuat siswa kurang
informasi, membuat kesimpulan, menyajikan antusias, kurang aktif, dan kurang terasah
karya, hingga mengevaluasi kebenaran akan berpikirnya [28].
melatih keterampilan berpikir kritis siswa [20].
Keterampilan berpikir kritis siswa dapat
Hal ini sejalan dengan penelitian yang ditingkatkan melalui pengalaman belajar yang
menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis dapat membantu siswa melakukan aktivitas
akan terlatih apabila siswa memperoleh belajarnya secara langsung seperti pada model

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

84
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

problem based learning berbasis kearifan lokal dalam meningkatkan keterampilan berpikir
[4]. Begitupun penelitian terdahulu kritis siswa pada materi yang berbeda.
menyatakan bahwa peningkatan keterampilan UCAPAN TERMAKASIH
berpikir kritis dapat dilakukan dengan
Ucapan terimakasih penulis persembahkan
menggunakan model problem based learning kepada almamater mahasiswa jurusan
yang disesuaikan dengan materi, karakter, dan
pendidikan kimia kelas B UIN Syarif
kebutuhan peserta didik [3]. Dengan demikian,
Hidayatullah Jakarta angkatan 2015, kepala
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model
sekolah, guru kimia, siswa kelas XI IPA 4 dan
problem based learning berbasis etnosains
XI IPA 5 SMA Negeri 1 Kota Tangerang
efektif dalam meningkatkan keterampilan Selatan yang telah memberikan kesempatan
berpikir kritis siswa. kepada penulis untuk melakukan penelitian,
SIMPULAN DAN SARAN serta dosen pembimbing I Bapak Dedi Irwandi,
Simpulan M.Si dan dosen pembimbing II Ibu Evi
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Sapinatul Bahriah, M.Pd yang telah
siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 SMA Negeri memberikan dukungan dan bimbingan
1 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran sehingga terlaksananya penelitian ini.
2019-2020, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pada materi koloid dengan model DAFTAR PUSTAKA
problem based learning berbasis etnosains
[1] Falah, C. M. N., Sistiana, W., &
efektif dalam meningkatkan keterampilan
Suhendar. 2018. Peningkatan
berpikir kritis siswa dengan rata-rata posttest
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta
eksperimen lebih tinggi (76,08) dibandingkan Didik Melalui Model Pembelajaran
dengan kelas kontrol (69,33) serta hasil uji
Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
hipotesis diperoleh Sig < 𝛼 yaitu 0,003 < 0,05 Berbasis Etnosains. Didaktika
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini Biologi,2(1), 25-32.
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan [2] Astuti, I. A. D. 2016. Peningkatan
dalam penerapan model problem based Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
learning berbasis etnosains terhadap Melalui Model Pembelajaran Problem
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi Based Instruction (PBI) pada Mata
koloid. Kuliah Filsafat Sains. Jurnal Pendidikan
Saran Fisika, 4(2), 68.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian https://doi.org/10.24127/jpf.v4i2.538
maka dapat dikemukakan beberapa saran, [3] Rahayu, S., Sapri, J., & Alexon. 2017.
diantaranya: (1) Bagi peneliti selanjutnya Penerapan Model Problem Based
diharapkan mencari sumber referensi yang Learning untuk Meningkatkan
lebih banyak agar memperoleh keterkaitan Keterampilan Berpikir Kritis dan Prestasi
etnosains dengan materi yang lebih variatif dan Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Teknologi
erat dengan kehidupan sehari-hari; (2) Pendidikan, 7(2), 98–110.
Penerapan model problem based learning [4] Budiarti, I., & Airlanda, G. S. 2019.
berbasis etnosains memerlukan waktu yang Penerapan Model Problem Based
cukup banyak, sehingga diharapkan guru yang Learning Berbasis Kearifan Lokal untuk
ingin menerapkannya dapat mengatur waktu Meningkatkan Keterampilan Berpikir
dengan baik agar seluruh tahapan pembelajaran Kritis. Jurnal Riset Teknologi Dan
dapat terlaksana secara optimal; (3) Hendaknya Inovasi Pendidikan, 2(1), 167–183
sebelum menerapkan model problem based [5] Masrinah, E. N., Aripin, I., Gaffar, A.
learning berbasis etnosains dalam 2019. Problem Based Learning (PBL)
pembelajaran, terlebih dahulu memeriksa untuk Meningkatkan Keterampilan
ketersediaan fasilitas yang mendukung agar Berpikir Kritis. Seminar Nasional
pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif; Pendidikan, 924–932.
(4) Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut [6] Rahayu, W. E., & Sudarmin. 2015.
yang dapat mengembangkan dan memperkuat Pengembangan Modul IPA Terpadu
hasil penelitian ini mengenai penerapan model Berbasis Etnosains Tema Energi dalam
problem based learning berbasis etnosains Kehidupan untuk Menanamkan Jiwa

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

85
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

Konservasi Siswa. USEJ - Unnes Science [14] Kurniahtunnisa, Dewi, N. K., & Utami,
118 Education Journal, 4(2). N. R. 2016. Pengaruh Model Problem
https://doi.org/10.15294/usej.v4i2.794 Based Learning terhadap Kemampuan
3 Berpikir Kritis Siswa Materi Sistem
[7] Nuraeni, Nurhayati, & Haryono. 2015. Ekskresi. Journal of Biology Education,
Studi Komparasi Pembelajaran 5(3), 310–318.
Menggunakan Kartu Destinasi dan Kotak [15] Widowati, C., & Purwanto, A. 2018.
Kartu Misterius Ditinjau dari Pengembangan Media Pembelajaran
Kemampuan Memori terhadap Prestasi Berbasis Prezi dalam Meningkatkan
Belajar Siswa pada 117 Materi Pokok Berpikir Kritis 120 Siswa pada Materi
Koloid SMA Muhammadiyah 1 Sistem Pernapasan Makhluk Hidup.
Karanganyar. Jurnal Pendidikan Kimia, Prosiding Seminar Naisonal Pendidikan,
4(2), 38–46. 115–119.
[8] Setyaningsih, A., Ariani, S.R.D., & [16] Susilo, A. 2012. Pengembangan Model
Saputro, S. 2015. Studi Komparasi Pembelajaran IPA Berbasis Masalah
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Heads Together (NHT) dan Think Pair dan Berpikir Kritis Siswa SMP. Journal
Share (TPS) terhadap Prestasi Belajar of Primary Educational, 1(1).
pada Materi Koloid Ditinjau dari [17] Putri, Amytia, Suciati, & Ramli, M.
Kemampuan Memori Siswa Kelas XI 2014. Pengaruh Model Problem Based
SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Learning Berbasis Potensi Lokal pada
Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Pembelajaran Biologi terhadap
Kimia, 4(1), 165-173. Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas
[9] Arfianawati, Sudarmin, & Sumarni. X SMA Negeri 1 Cepogo. BIO-
2016. Model Pembelajaran Kimia PEDAGOGI, 3(2), 81–94.
Berbasis Etnosains untuk Meningkatkan [18] Iriani, R., & Kurniasih, I. 2019. The
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Difference in Critical Thinking and
Jurnal Pengajaran MIPA, 21(1), 46–51. Learning Outcome Using Problem Based
https://doi.org/10.15575/psy.v2i2.454 Learning Asissted with Sasirangan
[10] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Ethnoscience Student Worksheet.
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, International Journal of Recent
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Technology and Engineering, 7(6), 709–
Alfabeta. 716.
[11] Pusparini, S. T., Feronika, T., & Bahriah, [19] Desriyanti, R. D., & Lazulva, L. 2016.
E. S. 2018. Pengaruh Model Penerapan Problem Based Learning Pada
Pembelajaran Problem Based Learning Pembelajaran Konsep Hidrolisis Garam
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Materi Sistem Koloid. Jurnal Siswa. Jurnal Tadris Kimiya, 1(2), 70–
Riset Pendidikan Kimia, 8(1), 28–34. 78.
https://doi.org/https://doi.org/10.21009/J https://doi.org/10.15575/jta.v1i2.1247
RPK.072.10 [20] Apriyani, T. D., Fadiawati, N., &
[12] Kartimi & Liliasari. 2012. Syamsuri, M. F. 2019. The Effectiveness
Pengembangan Alat Ukur Bepikir Kritis of Problem-Based Learning on the Hoax
pada Konsep Termokimia untuk Siswa to Improve Students Critical Thinking
SMA Peringkat Atas dan Menengah. Skills. International Journal of
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1), Chemistry Education Research, 3(1), 35–
21-26. 42.
[13] Fernanda, A., Haryani, S., & Prasetya, A. https://doi.org/10.20885/ijcer.vol3.iss1.a
T. 2019. Analisis 115 Kemampuan rt
Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada [21] Hastuti. 2014. Kemampuan Berpikir
Materi Larutan Penyangga dengan Model Kritis Siswa SMA Muhammadiyah 2
Pembelajaran Predict Observe Explain. Surakarta pada Pembelajaran Biologi
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1), Berbasis Praktikum. Naskah Publikasi.
2326–2336.

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

86
Journal of Chemistry Education Research ISSN: 2549 - 1644

[22] Abanikannda, M. O. 2016. Influence of


Problem-Based Learning in Chemistry
on Academic Achievement of High
School Students in Osun State, Nigeria.
International Journal of Education,
Learning and Development, 4(3), 55–63.
[23] Aidoo, B., Boateng, S. K., Kissi, P. S., &
Ofori, I. 2016. Effect of Problem-Based
Learning on Students’ Achievement in
Chemistry. Journal of Education and
Practice, 7(33), 103–108.
[24] Jaelani, Elan, Wahidin, & R. E. 2016.
Penerapan Media Ular Tangga Bercerita
untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Kelas VII pada
Konsep Pencemaran Lingkungan di MTs
Al-Muatawally Kuningan. Jurnal Sains
Dan Pendidikan Sains, 5(1), 25–38.
[25] Atmojo, S. E. 2012. Profil Keterampilan
Proses Sains dan Apresiasi Siswa
terhadap Profesi Pengrajin Tempe dalam
Pembelajaran IPA Berpendekatan
Etnosains. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 1(2), 115–122.
https://doi.org/10.15294/jpii.v1i2.2128
[26] Dinissjah, M. J., Nirwana, N., &
Risdianto, E. 2019. Penggunaan Model
Pembelajaran Direct Instruction Berbasis
Etnosains dalam Pembelajaran Fisika
untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Kumparan
Fisika, 2(2), 99–104.
https://doi.org/10.33369/jkf.2.2.99-104
[27] Birgili, B. 2015. Creative and Critical
Thinking Skills in Problem-based
Learning Environments. Journal of
Gifted Education and Creativity, 2(2),
71–71.
https://doi.org/10.18200/jgedc.20152142
53
[28] Oktaviana, I. Catur, N., & Utami, B.
2016. Upaya Peningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (Pbl)
Dilengkapi Modul pada Materi Kelarutan
dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI SMA
Negeri 1 Gondang Tahun Pelajaran 2014.
Jurnal Pendidikan Kimia, 5(1), 143–152

Vol. 5, No. 2, December 2021 (77-87)

87

Anda mungkin juga menyukai