Anda di halaman 1dari 270

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

TERHADAP HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)


PESERTA DIDIK PADA MATERI KOLOID

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:
Royhanah
11150162000027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)


terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik pada Materi
Koloid” disusun oleh Royhanah, NIM 11150162000027, Program Studi
Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 07 Juli 2022

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Tonih Feronika, M.Pd Luki Yunita, M.Pd


NIP. 19760107 200501 1 007 NIDN. 2028068501

Mengetahui,
Ketua Program StudiPendidikan Kimia

Dr. Burhanudin Milama, M.Pd


NIP. 19770201 200801 1 011

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

iii
ABSTRAK

Royhanah, NIM 11150162000027. “Pengaruh Model Problem Based Learning


(PBL) terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik pada
Materi Koloid”. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2022.
Higher order thinking skills (HOTS) merupakan salah satu tuntutan dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 yang harus dimiliki oleh peserta didik. Higher order
thinking skills (HOTS) yang rendah disebabkan salah satunya karena kurang
variasinya model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Model problem based learning (PBL) diterapkan untuk melibatkan peserta didik
dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan tahapan metode ilmiah,
sehingga higher order thinking skills (HOTS) peserta didik dapat dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based
learning (PBL) terhadap higher order thinking skills (HOTS) peserta didik pada
materi koloid. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi experiment dengan
non equivalent control group design. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini yaitu purposive sampling dengan jumlah masing-masing sampel 22 peserta
didik kelas eksperimen dan kontrol. Instrumen yang digunakan berupa tes essay
dengan teknik analisis data menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistic
versi 22. Hasil analisis data diperoleh dari uji hipotesis menggunakan uji
independent sample T-test yang menunjukkan adanya penolakan H0 dan
penerimaan H1 dengan nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,000 < α (0,05). Hasil tersebut
menandakan bahwa terdapat pengaruh model problem based learning (PBL)
terhadap higher order thinking skills (HOTS) peserta didik pada materi koloid,
sehingga model problem based learning (PBL) dapat membantu melatih higher
order thinking skills (HOTS) peserta didik.
Kata kunci: Higher order thinking skills (HOTS), model problem based learning
(PBL), koloid.

iv
ABSTRACT

Royhanah, NIM 11150162000027. “The Effect of Problem Based Learning


(PBL)on Students’ Higher Order Thinking Skills (HOTS) on Colloid
Materials”. Skripsi Chemistry Education Department, Faculty of Tarbiya and
Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2022.

Higher order thinking skills (HOTS) is one of the demands in


implementing the 2013 curriculum that must be possessed by students. Higher
order thinking skills (HOTS) are low due to one of the reasons for the lack of
variety of learning models applied in teaching and learning activities. The
problem based learning (PBL) model is applied to involve students in solving
problems according to the stages of the scientific method, so that higher order
thinking skills (HOTS) of students can be developed. This study aimed to know the
effect of the problem based learning (PBL) model on the students' higher order
thinking skills (HOTS) on colloid materials. The research method used is quasi
experimental with a non equivalent control group design. Sampling used
purposive sampling with a sample size of 22 in each experimental class and
control class. The instrument used is an essay test with data analysis techniques
using IBM SPSS Statistics version 22 software. The results of data analysis were
obtained from hypothesis testing using the independent sample T-test which
showed the rejection of H0 and acceptance of H1 with a Sig value. 2-tailed 0.000 <
(0.05). These results indicate that there is an effect of the problem based learning
(PBL) model on students' higher order thinking skills (HOTS) on colloidal
material, so that the problem based learning (PBL) model can help train students'
higher order thinking skills (HOTS).

Keyword : Higher order thinking skills (HOTS), problem based learning (PBL)
models, colloid.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin. Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu
Wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Model
Problem Based Learning (PBL) terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Peserta Didik pada Materi Koloid”. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya,
para sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman
yamg terang benderang penuh cahaya keimanan ini. Semoga kita selalu berada
dalam syafa’at-Nya. Aamiin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi
ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia sekaligus Penasihat Akademik yang telah memberikan dukungan
kepada penulis selama penyusunan skripsi.
3. Tonih Feronika, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu,
ilmu, arahan, motivasi, semangat serta saran dalam penyusunan skripsi.
4. Luki Yunita, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu,
ilmu, arahan, motivasi, semangat serta saran dalam penyusunan skripsi.
5. Dewi Murniati, M.Si., selaku validator instrumen yang telah memberikan
saran dan masukannya dalam membantu penulis terkait pembuatan instrumen.
6. Rizqy Nur Sholihat, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan
saran dan masukannya dalam membantu penulis terkait pembuatan instrumen.

vi
vii

7. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku dosen penguji I telah memberikan saran dan
masukannya dalam membantu penulis terkait perbaikan skripsi.
8. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku dosen penguji II telah memberikan saran dan
masukannya dalam membantu penulis terkait perbaikan skripsi.
9. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang telah mendidik,
memberikan ilmu serta motivasi kepada penulis selama menjadi mahasiswa
Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
10. Suparman, S.Pd., selaku guru kimia kelas XI di MA Daarul Hikmah
Kabupaten Tangerang yang telah membantu dan memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Kedua orang tua tercinta yaitu Masda Setyawan dan Nesih Nur’afifah yang
senantiasa mendo’akan, mendukung, memberikan semangat dan kasih sayang
serta menjadi inspirasi terbaik bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
12. Keempat Adikku yaitu Ahmad Mujahid, Imam Bayhaqi, Muhammad Azam
Nashrullah dan Azka Nawawi Alghifary yang selalu menjadi penyemangat
terbak sehingga penulis dapat melewai semua kesulitan yang dihadapi.
13. Keluarga besar penulis yang selalu menjadi pengingat dan penyemangat
terbaik dalam menyelesaikan skripsi.
14. Sahabat terbaik penulis yang selalu membantu, menemani, menguatkan dikala
sulit dan menjadi tempat berbagi yang nyaman serta memberikan kebaikan
dalam hal-hal yang positif kepada penulis.
15. Teman-teman seperbimbingan Pak Tonih dan Bu Luki yang selalu
menyemangati, mengingatkan serta berbagi dalam penulisan skripsi ini.
16. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2015 yang sedang berjuang
menyelesaikan skripsi ini hingga akhir dan tetap saling mengingatkan dan
menyemangati satu sama lain.
17. Teman-teman Sabilussalam angkatan 2015 yang sedang berjuang
menyelesaikan skripsi ini hingga akhir dan tetap saling mengingatkan dan
menyemangati satu sama lain.
18. Serta semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu, yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
viii

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan serta ketulusan


semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun terkait penelitian ini. Semoga karya ini dapat memberikan
manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak sehingga dapat bernilai ibadah di
hadapan Allah SWT. Aamiin.

Jakarta, 07 Juli 2022

Royhanah
NIM. 11150162000027
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 6

C. Pembatasan Masalah. ..................................................................................... .7

D. Perumusan Masalah ................................................................................ ..7

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... ..7

F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................................ 9

A. Deskripsi Teoritik………………… …………………………………………9

1. Model Problem Based Learning (PBL) .................................................. 9

2. Higher Order Thinking Skills (HOTS).................................................. 17

3. Koloid ……………………………………………………………………25

B. Hasil Penelitian yang Relevan……… …………………………………35

C. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 37

ix
x

D. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... 40

B. Metode dan Desain Penelitian…… ..................................................... ……40

1. Metode Penelitian .................................................................................... 40

2. Desain Penelitian……… ......................................... ……………………40

C. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 41

1. Tahap Perencanaan .................................................................................. 41

2. Tahap Pelaksanaan……............................................... …………………43

3. Tahap Penyelesaian ................................................................................. 43

D. Populasi dan Sampel… ……………………………………………………..45

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 45

F. Instrumen Penelitian……………… ............................................. …………46

1. Instrumen Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) …………….. 47

2. Lembar Observasi………… .......... ……………………………………..49

G. Kontrol terhadap Validitas Internal ............................................................ 49

1. Uji Validitas.............................................................................................. 49

2. Uji Reliabilitas.......................................................................................... 51

H. Teknik Analisis Data…… .................................. …………………………..52

1. Uji Prasyarat Analisis Data..................................................................... 53

2. Uji Hipotesis ............................................................................................. 55

I. Hipotesis Statistik.......................................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. …57

A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 57

1. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ....... 57
xi

2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator Higher Order


Thinking Skills (HOTS) Kelas Eksperimen dan Kontrol .................... 58

3. Data Hasil Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ................................ 62

4. Data Hasil Lembar Observasi…………………………..... ……………63

5. Hasil Analisis Data Statistik ................................................................... 64

B. Pembahasan………… .………………………………………………………69

1. Menganalisis…… ............………………………………………………..78

2. Mengevaluasi……….……………………………………………………83

3. Penalaran dan Logika ...................................................... …..……….86

4. Pengambilan Keputusan…..................................................................... .88

5. Pemecahan Masalah ............................................................... ………91

6. Kreativitas, Berpikir Kreatif dan Mencipta… .................................... .93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 96

A. Kesimpulan ........................................................................................... ..96

B. Saran ..................................................................................................... ..96

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 106
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-jenis Koloid.................................................................................. 27

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design .................................................. 41

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) ........... 48

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Peserta Didik Materi Koloid ................................................................................. 50

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ......................................................... 52

Tabel 3.6 Kategori Persentase Ketercapaian Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Peserta Didik ......................................................................................................... 53

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .......... 57

Tabel 4.2 Persentase (%) Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ...... 58

Tabel 4.3 Persentase (%) Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..... 60

Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan LKPD .............................................................. 62

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran ............................................... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ...... 64

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest pada Kelas Eksperimen dan
Kontrol .................................................................................................................. 65

Tabel 4.8 Hasil uji Independent Sample T-test Data Pretest Kelas Eksperimen dan
Kontrol .................................................................................................................. 66

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol..... 67

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest pada Kelas Eksperimen dan
Kontrol .................................................................................................................. 68

Tabel 4.11 Hasil uji Independent Sample T-test Data Posttest Kelas Eksperimen
dan Kontrol ........................................................................................................... 68

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Percobaan Efek Tyndall ................................................................... 28

Gambar 2.2 Pergerakan Partikel Secara Acak ...................................................... 29

Gambar 2.3 Senyawa Fe(OH)3 Mengadsorpsi Ion H+ .......................................... 29

Gambar 2.4 Percobaan Elektroforesis ................................................................... 30

Gambar 2.5 Partikel Koloid Pelindung ................................................................. 30

Gambar 2.6 Penggumpalan Partikel ...................................................................... 31

Gambar 2.7 Penyaringan Menggunakan Selaput Semipermeabel ........................ 31

Gambar 2.8 Kerangka Berpikir Model Problem Based Learning (PBL) terhadap
Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta didik ............................................ 39

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian............................................................................ 44

Gambar 4.1 Grafik Persentase Rata-rata Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
dan Kontrol ........................................................................................................... 70

Gambar 4.2 Grafik Presentase Tahapan Model Problem Based Learning (PBL)
Kelas Eksperimen.................................................................................................. 71

Gambar 4.3 Mengorientasi Peserta Didik terhadap Masalah ................................ 72

Gambar 4.4 Mengorganisasi Peserta Didik untuk Belajar .................................... 73

Gambar 4.5 Membimbing Penyelidikan Individu maupun Kelompok ................. 74

Gambar 4.6 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya ................................ 76

Gambar 4.7 Mengevaluasi dan Menganalisis Proses Pemecahan Masalah .......... 77

Gambar 4.8 Grafik Presentase Indikator HOTS Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol .................................................................................................................. 78

Gambar 4.10 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol ............................................. 79

Gambar 4.11 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen ...................................... 81

Gambar 4.12 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol ............................................. 81

Gambar 4.15 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen ...................................... 84

xiii
xiv

Gambar 4.16 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol ............................................. 85

Gambar 4.17 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen (Deduktif) .................... 86

Gambar 4.18 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol (Deduktif) ........................... 86

Gambar 4.19 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen (Induktif) ...................... 87

Gambar 4.20 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol (Induktif) ............................ 87

Gambar 4.21 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen ...................................... 89

Gambar 4.22 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol ............................................. 89

Gambar 4.23 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen ...................................... 90

Gambar 4.24 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol ............................................. 90

Gambar 4.25 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen ...................................... 91

Gambar 4.26 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol ............................................. 91


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis KI dan KD ........................................................................ 104

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...... 118

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol............. 143

Lampiran 4. Lembar Kerja Peserta Didik ........................................................... 158

Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran .................................... 162

Lampiran 6. Lembar Validasi Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta
Didik.................................................................................................................... 171

Lampiran 7. Hasil Validitas dan Releabilitas Instrumen Higher Order Thinking


Skills (HOTS) Peserta Didik ............................................................................... 198

Lampiran 8. Soal Pretest dan Posttest Higher Order Thinking Skills (HOTS) .. 207

Lampiran 9. Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................ 214

Lampiran 10. Persentase Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pretest
Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................................................................... 216

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, Hipotesis Data Pretest ....... 220

Lampiran 12. Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..................... 224

Lampiran 13. Persentase Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) Posttest
Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................................................................... 226

Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, Hipotesis Data Posttest ...... 230

Lampiran 15. Hasil Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) .................................. 234

Lampiran 16. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................... 236

Lampiran 17. Surat Validasi ............................................................................... 237

Lampiran 18. Surat Penelitian ............................................................................. 238

Lampiran 19. Uji Referensi ................................................................................. 239

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan


kita sebagai manusia. “Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”
(Syah, 2014, hal. 10). Menurut UU No. 20 Tahun 2003 “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kemampuan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Undang-Undang Republik
Indonesia, 2003). Dengan begitu, pendidikan dapat diartikan suatu proses
yang harus dilakukan setiap manusia dalam menumbuhkembangkan
potensinya untuk menjadi individu yang berkualitas. Proses
pengembangan potensi yang dilalui harus berorientasi pada ilmu
bermanfaat. Oleh karena itu, proses pendidikan menjadi hal yang sangat
penting untuk dilakukan secara baik dan benar.
Undang-Undang Republik Indonesia (2003), sistem pendidikan
nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu, serta relevansi dan efesiensi manajemen pendidikan
dalam menghadapi tantangan zaman. Oleh karena itu, sistem pendidikan
nasional selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menyeimbangkan
perkembangan teknologi, dapat dilihat dari penyusunan kurikulum.
Menurut UU No. 20/2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Undang-Undang Republik
Indonesia, 2003). Menurut Sofyatiningrum., Sisdiana, Astuti, Hariyanti,

1
2

Efaria, Krisna, & Tola, B. (2018), kurikulum adalah salah satu alat yang
disiapkan agar peserta didik mampu berkecakapan sesuai dengan kondisi
kehidupannya di masa kini ataupun masa yang akan datang dengan segala
tantangan abad ke-21. Pada abad 21 perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin maju dengan pesat. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran yang dikembangkan juga harus terus berinovasi demi
tercapainya kualitas pembelajaran yang baik sesuai dengan kondisi saat ini
(Badjeber & Purwaningrum, 2018). Untuk menghadapi tantangan abad 21,
pendidikan di Indonesia selalu berinovasi dalam menetapkan kurikulum,
mulai dari kurikulum KBK 2004, KTSP 2006, hingga kurikulum 2013.
Penyempurnaan kurikulum ini terdapat dalam Permendikbud No. 160
tentang pemberlakuan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
2014). Penyempurnaan kurikulum ini telah dikaitkan dengan prediksi
cerdas pada masa kini serta kecenderungan yang mungkin terjadi pada
abad ke-21 (Sofyatiningrum, et al., 2018, hal. 3). Selain itu, yang
membedakan kurikulum 2013 dengan yang lainnya yaitu terletak pada
perubahan pola pikir dan pembelajaran; mulai dari guru bukan satu-
satunya sumber belajar, mengajak peserta didik mencari tahu bukan diberi
tahu, menekankan kolaborasi, dan penekanan pada higher order thinking
skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (Kemendikbud,
2014, hal. 37).
Menurut Haryanto, Ahda, & Darussyamsu (2018), kurikulum 2013
menekankan terhadap sistem pembelajaran yang dapat membangun higher
order thinking skills (HOTS) peserta didik. Hal demikian diperjelas oleh
Gradini (2019), higher order thinking skills (HOTS) termasuk tuntutan
dalam kurikulum 2013.
Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang berorientasi
terhadap higher order thinking skills (HOTS) menuntut peserta didik agar
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (Fitriani & Sari, 2019).
Karakteristik higher order thinking skills (HOTS) dalam jurnal penelitian
3

(Widana, 2017) termasuk kemampuan memecahkan masalah (problem


solving), kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan
berpendapat, dan kemampuan membuat keputusan. Menurut
Sofyatiningrum, et al., (2018), karakteristik higher order thinking skills
(HOTS) mencakup keterampilan menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), mencipta (creating), berpikir kritis (critical thinking), dan
pemecahan masalah (problem solving). Oleh karena itu, guru harus
terbiasa mengajarkan peserta didik untuk memahami dan memecahkan
masalah yang kompleks.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat praktik mengajar dan
wawancara dengan salah satu guru kimia di sekolah, pada umumnya
pembelajaran yang diajarkan dengan metode ceramah dan tanya jawab.
Kegiatan pembelajaran terfokus kepada guru (teacher centered) dan
peserta didik hanya sekedar mengingat serta memahami saja, hal tersebut
termasuk lower order thinking skills (LOTS) dan mengakibatkan peserta
didik menjadi kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Retnawati, Djidu, Kartianom, & Apino (2018) mengimplementasikan
pembelajaran higher order thinking skills (HOTS) tidak bisa diajarkan
secara langsung kepada peserta didik. Peserta didik harus dilatih terkait
higher order thinking skills (HOTS) melalui kegiatan pembelajaran yang
dapat mendukung pengembangannya. Oleh karena itu, untuk
mengembangkan higher order thinking skills (HOTS) peserta didik perlu
adanya perubahan model pembelajaran yang tidak hanya memfokuskan
peserta didik pada kemampuan mengingat dan memahami saja.
Model pembelajaran yang dapat mengembangkan higher order
thinking skills (HOTS) peserta didik salah satunya adalah model problem
based learning (PBL). Model problem based learning (PBL) merupakan
cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk
memperhatikan, menelaah, dan berpikir tentang suatu masalah untuk
selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya memecahkan
masalah (Majid, 2013, hal. 142). Menurut Kamdi (2017) dalam penelitian
4

Royantoro, Mujasam, Yusuf, & Widyaningsih (2018), model problem


based learning (PBL) melibatkan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah yang sesuai dengan tahapan metode ilmiah, sehingga higher order
thinking skills (HOTS) peserta didik dapat dikembangkan. Pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik
mengembangkan higher order thinking skills (HOTS), berpikir kritis yang
mengharuskan peserta didik mempunyai kecakapan nalar secara teratur,
kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik
keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian
ilmiah, serta memotivasi pembelajar untuk mencari solusi pemecahan
masalah yang terjadi pada lingkungan terdekat peserta didik dengan
keterampilan intelektualnya (Saefudin & Berdiati, 2014, hal. 54). Tujuan
model problem based learning (PBL) yaitu untuk meningkatkan
kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru
atau nyata, pengintegrasian higher order thinking skills (HOTS), keinginan
dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan
(Ariyana, Pudjiastuti, Bestary, & Zamroni, 2018, hal. 32).
Menurut Arends dalam jurnal penelitian (Flamboyant, Murdani, &
Soeharto, 2018) menyatakan bahwa dalam pembelajaran problem based
learning (PBL) peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian terhadap masalah nyata, sehingga peserta didik
harus menganalisis, mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis,
melakukan eksperimen, serta merumuskan kesimpulan. Menurut
Ratumanan (2002) pembelajaran berdasakan masalah termasuk salah satu
model pendekatan yang efektif untuk proses pengajaran higher order
thinking skills (HOTS) (Trianto, 2007, hal. 68). Hal tersebut dapat dilihat
bahwa model problem based learning (PBL) menekankan peserta didik
untuk mengembangkan higher order thinking skills (HOTS) karena proses
menganalisis, eksperimen dan merumuskan kesimpulan merupakan bagian
dari higher order thinking skills (HOTS).
5

Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan higher order


thinking skills (HOTS) adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
(IPA). Proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar, maka hakikat ilmu
pengetahuan alam (IPA) menurut Depdiknaas 2006 memiliki 4 unsur di
antaranya; sikap, proses, produk, dan aplikasi. Unsur proses merupakan
prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, yang meliputi
pengajuan hipotesis, eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan (Zulfiani, Feronika, & Suartini, 2009, hal. 46-47).
Adapun salah satu bagian dari mata pelajaran ilmu pengetahuan
alam (IPA) yaitu kimia. Menurut Mustapa (2014), tujuan pembelajaran
kimia yaitu untuk memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal fakta,
kemampuan berpikir, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah,
memiliki kemampuan dalam menggunakan alat-alat dan bahan-bahan
laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam
kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-
soal, namun juga mempelajari deskripsi fakta kimia, peristilahan khusus
dan aturan-aturan kimia hingga konsep yang lebih tinggi. Menurut
Marsita, Priatmoko, & Kusuma (2010), mata pelajaran kimia termasuk
salah satu konsep yang abstrak dan kompleks sehingga membuat peserta
didik merasa sulit untuk mempelajarinya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mayasari &
Adawiyah (2015), menyimpulkan bahwa penggunaan model problem
based learning (PBL) berpengaruh positif terhadap keterampilan berpikir
tingkat tinggi peserta didik. Begitu pula pada penelitian Flamboyant,
Murdani, & Soeharto (2018), menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan model problem based learning (PBL) terhadap higher order
thinking skills (HOTS).
Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka peneliti
beranggapan bahwa penggunaan model problem based learning (PBL)
6

dapat meningkatkan higher order thinking skills (HOTS) peserta didik.


Akan tetapi yang membedakan peneliti dengan sebelumnya yaitu pada
penggunaan instrumen soal essay berbasis higher order thinking skills
(HOTS) berdasarkan teori Brookhart (2010). Indikator higher order
thinking skills (HOTS) teori Brookhart memiliki penilaian indikator higher
order thinking skills (HOTS) terbaru berdasarkan gabungan teori
Taksonomi Bloom dan Anderson & Karthwohl. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh
Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Higher Order
Thinking Skills (HOTS) pada Materi Koloid”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah seperti di bawah ini:
1. Model pembelajaran yang digunakan didominasi dengan model
konvensional (ceramah).
2. Kegiatan pembelajaran hanya terfokuskan kepada guru (teacher
centered).
3. Kurangnya partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mata pelajaran kimia yang dianggap sulit oleh peserta didik karena
memiliki konsep yang abstrak dan kompleks.
7

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terarah
dalam pembahasan, maka batasan penelitiannya sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model problem based learning (PBL).
2. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi koloid.
3. Higher order thinking skills (HOTS) peserta didik yang diteliti
menganut teori Susan M. Brookhart berupa tes essay meliputi 6
indikator, di antaranya; menganalisis, mengevaluasi, penalaran dan
logika, pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan berpikir
kreatif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan rincian pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah yang difokuskan pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat
pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap higher order
thinking skills (HOTS) peserta didik pada materi koloid?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh model problem based learning (PBL)
terhadap higher order thinking skills (HOTS) peserta didik pada materi
koloid.
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
berupa:
1. Bagi peserta didik, model problem based learning (PBL) diharapkan
dapat meningkatkan higher order thinking skills (HOTS).
2. Bagi guru, model ini dapat dijadikan salah satu model pembelajaran
yang dapat membantu peserta didik dalam mengkonstruk
pengetahuannya serta meningkatkan higher order thinking skills
(HOTS) baik pada pelajaran kimia ataupun yang lainnya.
8

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah wawasan dan


dijadikan sebagai salah satu acuan serta motivasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terkait pengaruh model problem based learning
(PBL) berpengaruh terhadap higher order thinking skills (HOTS)
peserta didik pada materi koloid.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik
1. Model Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Joyce & Well (1980) adalah
suatu rencana atau pola yang digunakan unuk membentuk
kurikulum serta pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-
bahan, dan membimbing pembelajaran di kelas (Rusman, 2012,
hal. 2). Menurut Jayawardana dan Djukri (2015), model
pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang digunakan
sebagi pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Menurut Suprijono (2016, hal. 64-65), model pembelajaran
merupakan landasan berupa pola yang dijadikan guru sebagai
petunjuk untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sedangkan
menurut Wahab (2005) dalam jurnal Muizaddin & Santoso (2016),
mengatakan bahwa dengan adanya model pembelajaran dapat
membantu guru untuk mendapatkan berbagai macam cara alternatif
dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik. Berdasarkan
pendapat beberapa para ahli terkait pengertian model pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu
pola pembelajaran yang memiliki tahapan sistematis dalam
pelaksanaannya guna mencapai tujuan pendidikan.
b. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
Prof. Howard Barrows sejak tahun 1970-an telah
mengembangkan model problem based learning (PBL) dalam
pembelajaran ilmu medis di Mc Master University Canada (Amir,
2009, hal. 12). Dalam bahasa Indonesia problem based learning
(PBL) disebut juga dengan pembelajaran berbasis masalah.
Menurut Tan (2003), pembelajaran berbasis masalah merupakan
inovasi dalam pembelajaran, karena dalam pembelajaran berbasis

9
10

masalah kemampuan berpikir peserta didik betul-betul


dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga peserta didik dapat memberdayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya
secara berkesinambungan (Rusman, 2012, hal. 229). Model
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan sebuah model
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan
dengan membutuhkan penyelidikan autentik (Trianto, 2007, hal.
67).
Menurut Scott dan Laura, pembelajaran berbasis masalah
merupakan seperangkat model mengajar yang menggunakan
masalah sebagai fokus utama untuk mengembangkan keterampilan,
pemecahan masalah, materi serta pengetahuan diri (Eggen &
Kauchak, 2012, hal. 307). Model problem based learning (PBL)
merupakan suatu pembelajaran yang didesain untuk menyelesaikan
suatu masalah yang telah disajikan. Masalah yang nyata dalam
problem based learning (PBL) mengarahkan peserta didik untuk
menalar dan mencari tahu tentang apa yang mereka ketahui dan
apa yang harus mereka ketahui untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Dijelaskan pula oleh Arends (2012, hal. 397) bahwa
problem based learning (PBL) dirancang untuk membantu peserta
didik mengembangkan keterampilan berpikir, menyelesaikan
masalah, mempelajari dalam menghadapi berbagai situasi nyata
serta menjadikan peserta didik belajar secara mandiri.
Berdasarkan pengertian problem based learning (PBL)
yang dikemukakan oleh beberapa ahli, peneliti menyimpulkan
bahwa problem based learning (PBL) merupakan suatu model
pembelajaran yang menjadikan permasalahan sebagai fokus utama.
Karena melalui permasalahan ini peserta didik dapat terlibat aktif
dalam melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah,
11

sehingga peserta didik dapat mengonstruk pengetahuannya secara


mandiri.
c. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Lynda Wee (2000) dalam (Amir, 2009, hal. 43)
menjelaskan bahwa karakteristik problem based learning (PBL)
sangat menunjang pembentukan kecakapan mengontrol diri sendiri
(self directed), kolaboratif, berpikir secara kognitif, dan menggali
informasi.
Menurut Arends (2012, hal. 397), karakteristik problem
based learning (PBL) sebagai berikut:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Model problem based learning (PBL) didasari dengan
pertanyaan-pertanyaan terkait masalah yang dialami oleh
peserta didik dalam kehidupan nyata serta memberikan
penyelesaian masalah bagi peserta didik.
2) Fokus terhadap disiplin ilmu yang saling terkait
Masalah ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang dipusatkan
kepada peserta didik.
3) Investigasi autentik
Pembelajaran ini mengharuskan peserta didik untuk melakukan
penyelidikan guna menyelesaikan masalah. Peserta didik dapat
mendefinisikan masalah, membuat hipotesis sementara,
mengumpulkan dan mengolah informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), dan membuat kesimpulan.
4) Menghasilkan dan mempresentasikan karya
Pembelajaran ini mengharuskan peserta didik untuk membuat
produk sebagai langkah untuk menemukan solusi
permasalahan. Produk tersebut bisa berupa laporan, makalah,
video dan lain-lain.
12

5) Bekerja secara bersama


Pembelajaran ini ditandai dengan adanya pembentukan
kelompok peserta didik, sehingga saling memotivasi dan
bertukar pendapat untuk menyelesaikan tugas.
Menurut Scott dan Laura, karakteristik pembelajaran
berbasis masalah terdri dari; pembelajaran terfokus pada
pemecahan masalah, tanggung jawab untuk memecahkan maslah
bertumpu pada peserta didik, dan guru mendukung proses peserta
didik dalam pembelajaran (Eggen & Kauchak, 2012, hal. 307).
Adapun karakteristik pembelajaran berbasis masalah yang
lain adalah sebagai berikut:
1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur.
3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective).
4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
peserta didik, sikap, dan kompetensi yang kemudian
membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru
dalam belajar.
5) Belajar pengarahan diri merupakan hal yang utama.
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan
proses esensial dalam pembelajaran berbasis masalah.
7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
8) Pengembangan kemampuan inquiry dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penugasan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan.
9) Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah
meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan
13

10) Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review


pengalaman peserta didik dan proses belajar (Rusman, 2012,
hal. 232-233).
Menurut Barrows (1996), dalam tulisannya yang berjudul
Problem-Based Learning in Medicine and Beyond juga
mengemukakan beberapa karakteristik problem based learning
sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran bersifat student centered.
2) Proses pembelajaran berlangsung dalam kelompok kecil.
3) Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing.
4) Permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam setting
pembelajaran diorganisasi dalam bentuk dan fokus tertentu dan
merupakan stimulus pembelajaran.
5) Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (self-
directed learning).
6) Masalah (problem) merupakan wahana untuk mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah (Sadia, 2014, hal. 69-70).
Berdasarkan karakteristik di atas, sudah jelas terlihat bahwa
dalam model problem based learning (PBL) dimulai dengan
adanya masalah. Dengan begitu, peserta didik dituntut aktif
mencari informasi untuk menyelesaikan masalah.
d. Tahapan Model Problem Based Learning (PBL)
Tujuan dalam model problem based learning (PBL) ini
untuk menginvestigasi masalah dan membantu peserta didik untuk
belajar secara mandiri. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukanlah beberapa tahap model problem based learning
(PBL). Menurut Arends (2012, hal. 411) mengemukakan bahwa
problem based learning (PBL) memiliki 5 tahapan pembelajaran,
di antaranya:
14

No Tahapan Peranan Guru


1. Mengorientasi Menjelaskan tujuan pembelajaran
peserta didik serta mendeskripsikan dan
terhadap masalah memotivasi peserta didik untuk
terlibat aktif dalam menyelesaikan
masalah.
2. Mengorganisasi Membantu peserta didik untuk
peserta didik untuk mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar
terkait dengan permasalahannya.
3. Membimbing Mendorong peserta didik untuk
penyelidikan mengumpulkan berbagai informasi
individu maupun yang sesuai serta melakukan
kelompok eksperimen untuk mendapat
penjelasan yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan masalah.
4. Mengembangkan Membantu peserta didik untuk
dan menyajikan hasil berbagi tugas serta merencanakan
karya atau menyiapkan hasil karya yang
sesuai seperti laporan, video, atau
model.
5. Menganalisis dan Membantu peserta didik untuk
mengevaluasi proses melakukan refleksi dan evaluasi
pemecahan masalah terhadap proses pemecahan masalah
yang dilakukan.

Menurut Rusman (2012, hal. 233), terdapat 5 tahap dalam


model pembelajaran berbasis masalah di antaranya; 1) analisis
masalah, 2) analisis isu-isu belajar, 3) berdiskusi untuk
memecahkan masalah, 4) presentasi hasil pemecahan masalah, 5)
menyimpulkan dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
15

Menurut Savoi & Andrew (1994), mengemukakan ada 6


tahapan proses pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:
1) Penyajian masalah : proses pembelajaran diawali dengan
penyajian masalah berkaitan dengan topik materi yang akan
dipelajari peserta didik.
2) Masalah hendaknya berkaitan dengan dunia peserta didik
(masalah riil) agar masalah tersebut dapat menjadi pemicu
keingintahuan dan motivasi belajar peserta didik.
3) Organisasi materi pembelajaran sesuai dengan masalah.
4) Memberi peserta didik tanggung jawab utama untuk
membentuk dan mengarahkan pembelajarannya sendiri.
5) Menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran
6) Menuntut peserta didik untuk menampilkan apa yang telah
mereka pelajari, guna melatih keterampilan komunikasi peserta
didik (Sadia, 2014, hal. 68).
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, peneliti
menggunakan tahapan model problem based learning (PBL)
menurut Arends. Karena pada tahapan tersebut dijelaskan secara
detail, sehingga peneliti mudah memahami dan menerapkannya
dalam proses pembelajaran.
e. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
1) Kelebihan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, model ini memiliki
beberapa keunggulan diantaranya:
a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik
yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang
kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan
untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran peserta didik.
16

d) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu


peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu
peserta didik mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
f) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa
memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setiap
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan
sesuatu yang harus dimengerti, bukan hanya sekedar belajar
dari guru atau buku-buku saja.
g) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih
menyenangkan dan disukai peserta didik.
h) Pemecahan masalah (problem solving) dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyelesaikan dengan pengetahuan baru.
i) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j) Pemecahan masalah (problem solving) dapat
mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal
telah berakhir (Suryanti, 2010, hal. 118-119).
2) Kekurangan
Di samping kelebihan, model ini juga memiliki kekurangan
di antaranya adalah:
a) Jika peserta didik tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
17

sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan


untuk mencoba.
b) Keberhasilan model ini membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari (Suryanti, 2010, p. 120).

2. Higher Order Thinking Skills (HOTS)


a. Pengertian Berpikir
Menurut Irmawati, Supriyati, & Suseno (2018) berpendapat
bahwa berpikir merupakan suatu proses menggunakan pikiran
dalam mncari makna dan pemahaman terhadap sesuatu. Valentine
(1965), berpikir pada kajian psikologis mengkaji proses dan
pemeliharaan suatu kegiatan yang berisi mengenai “bagaimana”
yang dihubungkan menggunakan gagasan-gagasan yang diarahkan
untuk beberapa tujuan yang diharapkan (Kuswana, 2011, hal. 2).
Dalam jurnal Hayon, Wariani, & Bria (2017) mengungkapkan
bahwa berpikir merupakan aktivitas psikis yang intens terhadap
masalah dengan cara menghubungkan masalah yang lalu dengan
masalah saat ini sehingga menemukan cara untuk menemukan
jalan keluar dari masalah yang ditemui.
Sementara itu menurut Wahyuni (2017), berpikir adalah
suatu usaha yang kompleks, reflektif dan kreatif. Berpikir juga
diartikan sebagai usaha yang dilakukan seseorang dalam
pikirannya untuk mencari dan menemukan pengetahuan yang
diinginkan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli terkait
pengertian berpikir dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan
suatu aktivitas yang dilakukan seseorang menggunakan gagasan-
gagasan untuk menemukan solusi terhadap permasalahan yang
sedang ditemui.
18

b. Higher Order Thinking Skills (HOTS)


Ada banyak definisi higher order thinking skills (HOTS).
Menurut (Thomas & Thorne, 2009) higher order thinking skills
(HOTS) adalah cara berpikir yang lebih tinggi daripada menghafal
fakta, menyajikan fakta, atau menerapkan aturan, rumus, dan
prosedur. higher order thinking skills (HOTS) mengharuskan kita
untuk melakukan sesuatu berdasarkan fakta.
Higher order thinking skills (HOTS) merupakan
keterampilan penalaran yang menuntut tidak hanya pada
kemampuan mengingat, tetapi juga kemampuan tingkat tinggi
lainnya, antara lain kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta (Kusuma, Rosidin, Abdurrahman, & Suyatna, 2017).
Diperkuat juga dengan pendapat Bloom, bahwa keterampilan
dibagi menjadi dua bagian. Pertama ialah keterampilan tingkat
rendah yang krusial pada proses pembelajarannya yaitu; mengingat
(remembering), memahami (understanding), serta menerapkan
(applying), dan kedua ialah yang diklasifikasikan ke dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan
menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), serta
mencipta (creating) (Ariyana, Pudjiastuti, Bestary, & Zamroni,
2018, hal. 5). Higher order thinking skills (HOTS) merupakan
suatu sistem berpikir dengan cara menghafal dan mendeskripsikan
kembali pengetahuan yang telah didapat (Halimah, 2021). Menurut
Hayon, Wariani, & Bria (2017) higher order thinking skills
(HOTS), adalah proses berpikir seseorang menggunakan cara
menghubungkan informasi yang lalu dengan informasi yang
diperoleh, informasi tadi bisa dipakai untuk memecahkan masalah
yang melibatkan proses analisis, evaluasi, dan mencipta. Pada
termin ini seseorang secara aktif mencari dan menghubungkan
informasi satu dengan yang lainnya sehingga daya kreativitas,
inovatif, dan kritis bisa meningkat.
19

Lebih lanjut, Brookhart (2010, hal. 4-7) menjelaskan jenis


higher order thinking skills (HOTS) didasarkan dalam tujuan
pembelajaran pada kelas, terdiri dari 3 kategori, yaitu;
● Higher order thinking skills (HOTS) sebagai transfer (HOTS as
transfer)
Didefinisikan menjadi keterampilan untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dikembangkan pada
pembelajaran dalam konteks baru.
● Higher order thinking skills (HOTS) sebagai berpikir kritis
(HOTS as critical thinking)
Didefinisikan untuk melatih peserta didik dalam menalar
dan membuat keputusan yang sesuai.
● Higher order thinking skills (HOTS) sebagai pemecahan
masalah (HOTS as problem solving)
Didefinisikan untuk melatih peserta didik dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
(Brookhart, 2010, hal. 4-7).
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas terkait pengertian
higher order thinking skills (HOTS) disimpulkan bahwa higher
order thinking skills (HOTS) merupakan proses berpikir secara
kritis dan kreatif meliputi proses menganalisis, mengevaluasi,
mencipta, dan menyelesaikan masalah.
c. Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Menurut Brookhart (2010) mendefinisikan beberapa
indikator higher order thinking skills (HOTS) sebagai berikut:
1) Menganalisis
Merupakan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
informasi menjadi bagian-bagian, mencari tahu tentang
keterkaitan informasi satu sama lain dan menyebutkan alasan
yang menghubungkan bagian-bagian yang diperoleh
20

(Brookhart, 2010, hal. 42). Berikut beberapa aspek yang


menunjukan tingkat kemampuan analisis:
a) Memfokuskan pertanyaan atau mengidentifikasi ide utama
Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi ide
utama dari suatu permasalahan (Brookhart, 2010, hal. 43).
b) Menganalisis argumen
Peserta didik disajikan sebuah permasalahan atau
informasi. Adapun untuk penilaiannya, peserta didik
diminta mengidentifikasi suatu argumen meliputi bukti,
mengidentifikasi asumsi yang benar atau membuat
argumen yang valid, menjelaskan struktur logis dari suatu
argumen atau mengidentifikasi hal yang tidak relevan, jika
ada (Brookhart, 2010, hal. 47).
c) Membandingkan dan membedakan
Peserta didik disajikan dua atau beberapa buah teks,
gambar atau perisiwa. Kemudian peserta didik diminta
untuk mengidentifikasi masing-masing elemen atau
mengorganisasi elemen berdasarkan persamaan atau
perbedaannya (Brookhart, 2010, hal. 50).
2) Mengevaluasi
a) Mengevaluasi materi dan metode berdasarkan tujuan yang
dimaksud
Kemampuan peserta didik memberikan konklusi
yang didukung menggunakan logika dan bukti yang
mendukung (Brookhart, 2010, hal. 53).
3) Mencipta
a) Menyatukan hal-hal berbeda dengan cara baru
Kemampuan peserta didik untuk dapat menyatukan
hal-hal yang berbeda menggunakan cara yang baru atau
mengatur ulang info yang ada dalam membuat suatu hal
yang baru (Brookhart, 2010, hal. 55).
21

4) Penalaran dan logika


Penalaran adalah kemampuan peserta didik dalam menilai
kebenaran suatu informasi, sedangkan logika adalah keputusan
yang berasal dari penalaran.
a) Membuat atau mengevaluasi kesimpulan deduktif
Kemampuan peserta didik dalam membuat atau
mengevaluasi kesimpulan deduktif, memberikan
pernyataan yang mereka anggap benar dan satu atau lebih
kesimpulan yang secara logis benar dan keliru. Lalu minta
peserta didik memilih kesimpulan mana yang sinkron
(Brookhart, 2010, hal. 68).
b) Membuat atau mengevaluasi kesimpulan induktif
Kemampuan peserta didik membuat atau
mengevaluasi kesimpulan induktif, memberikan peserta
didik pernyataan, insiden atau beberapa informasi dalam
bentuk grafik, tabel, atau daftar. Kemudian peserta didik
menghasilkan konklusi yang logis dari informasi serta
menjelaskannya (Brookhart, 2010, hal. 74).
5) Pengambilan keputusan
Kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan
untuk membuat semacam penilaian kritis yang diperoleh dari
peristiwa, pidato, atau sumber lainnya (Brookhart, 2010, hal.
86).
a) Mengevaluasi kredibilitas dari suatu sumber
Kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi
kredibilitas suatu sumber, memberikan peserta didik
berupa peristiwa, pidato, iklan, atau sumber informasi
lainnya. Lalu peserta didik memilih bagian mana
informasi yang bisa dipercaya dan bagian mana yang tak
dapat dipercaya (bila ada), serta mengungkapkan
alasannya (Brookhart, 2010, hal. 86).
22

b) Mengidentifikasi asumsi yang tersirat


Kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
asumsi yang tersirat dari berbagai pilihan secara jelas
(Brookhart, 2010, hal. 88).
c) Mengidentifikasi strategi retoris dan persuasif
Kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
strategi dari suatu komunikasi yang dipergunakan untuk
membujuk, akibat yang diperlukan dari taktik-strategi
tersebut, atau mengidentifikasi setiap pernyataan atau
strategi yang sengaja mengecoh (Brookhart, 2010, hal.
92).
6) Pemecahan masalah
Kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
persoalan, mengeksplorasi strategi, atau mengevaluasi solusi
yang paling efisien (Brookhart, 2010, hal. 102).
a) Mengidentifikasi dan menentukan masalah : kemampuan
peserta didik dalam mengajukan pertanyaan terkait
masalah yang perlu dijawab untuk menuntaskan masalah
(Brookhart, 2010, hal. 102)
b) Mengidentifikasi ketidaktepatan untuk mengatasi masalah:
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
ketidaktepatan pada masalah eksklusif yang mungkin
memuat beberapa informasi yang tidak relevan (Brookhart,
2010, hal. 104).
c) Mendeskripsikan dan mengevaluasi beberapa strategi
solusi: kemampuan peserta didik dalam dalam
mendeskripsikan berbagai cara dalam menyelesaikan
masalah (Brookhart, 2010, hal. 107).
23

d) Membuat suatu model dari masalah: kemampuan peserta


didik dalam membuat model dari suatu masalah berupa
gambar atau diagram yang menunujukan situasi masalah
(Brookhart, 2010, hal. 112).
e) Mengidentifikasi hambatan dalam menyelesaikan masalah
Kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
hambatan serta memutuskan terkait informasi tambahan
yang diperlukan. Lalu peserta didik menjelaskan mengapa
masalahnya sulit untuk diselesaikan serta menjelaskan
hambatannya (Brookhart, 2010, hal. 112).
f) Menjelaskan dengan data
Kemampuan peserta didik dalam menjelaskan
menggunakan data, serta menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Brookhart, 2010, hal. 115).
g) Menggunakan analogi
Kemampuan peserta didik dalam menerapkan
strategi penyelesaian suatu masalah dengan masalah lain
yang serupa (Brookhart, 2010, hal. 119).
h) Menyelesaikan masalah secara terbalik
Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah merencanakan strategi untuk mendapatkan kondisi
akhir dari pernyataan masalah atau menggambarkan
bagaimana solusi dari sebuah pertanyaan secara mundur
(Brookhart, 2010, hal. 120).
7) Berpikir kreatif
Kemampuan peserta didik dalam membuat beberapa ide
baru atau produk baru, meminta peserta didik buat mengatur
ulang ide yang ada dengan menggunakan cara baru, atau
membingkai ulang pertanyaan atau masalah dengan cara yg
berbeda (Brookhart, 2010, hal. 132).
24

d. Penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS)


Penilaian memiliki tiga tujuan utama, yaitu untuk
mendukung pembelajaran, mengukur kinerja peserta didik tertentu
dan menilai program secara keseluruhan, sehingga tanpa metode
penilaian yang baik sulit untuk menentukan apakah pembaruan
pengajaran dan kurikulum berjalan dengan baik. Penilaian yang
sesuai yaitu penilaian yang dapat digunakan atau ditargetkan untuk
meningkatkan pembelajaran peserta didik, juga dapat
mengungkapkan kekurangan dan kelebihan peserta didik;
kelebihan untuk ditingkatkan dan kekurangan untuk dipertahankan
(Abosalem, 2016).
Menurut (Widana, 2017) penilaian higher order thinking
skills (HOTS) dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis, yang mana kemampuan tersebut tidak hanya
berdasarkan ingatan, tetapi penilaian HOTS digunakan untuk
menghubungkan konsep, menerapkan informasi, menelaah
informasi yang berbeda, informasi yang digunakan untuk mencari
solusi dan mengkaji informasi Inilah langkah penilaian HOTS.
1) Menganalisis KD yang digunakan untuk mengajukan
pertanyaan HOTS.
2) Mengembangkan materi sesuai KD.
3) Pertanyaan tertulis harus masuk akal.
4) Tentukan kunci solusi.
5) Melakukan analisis kualitatif.
6) Lakukan analisis kuantitatif.
Higher order thinking skills (HOTS) bisa diukur
menggunakan macam-macam item dan format tes. Menurut Sugrue
(1994, 1995) dalam (King, Goodson, & Rohani, hal. 76)
mengintegrasikan fakta berdasarkan contoh penyelesaian kasus
berbasis domain, khusus penelitian dan mengidentifikasi 3 format
respons untuk mengukur higher order thinking skills (HOTS): 1)
25

seleksi (pilihan ganda, pencocokan), 2) generasi (jawaban singkat,


esai, kinerja) dan 3) penjelasan (menaruh alasan buat pemilihan
atau tanggapan).
Menurut Brookhart (2010, hal. 30-35) ada dua cara untuk
menafsirkan respons peserta didik terhadap soal atau tugas, yaitu
dengan peserta didik dan memberikan komentar terhadap tugas
yang dikerjakan peserta didik serta memberikan penilaian.
Penilaian yang dapat dilakukan terdiri dari dua jenis, diantaranya:
1) Penilaian Formatif untuk Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Penilaian formatif diberikan dengan cara mengamati dan
mendiskusikan penalaran peserta didik secara langsung.
Berikan peserta didik penilaian dan umpan balik yang
didasarkan pada kriteria pembelajaran
2) Penilaian Sumatif untuk Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Penilaian sumatif adalah penilaian bagaimana peserta didik
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam
sebuah tes. Penilaian dapat diberikan dengan bentuk soal, yaitu:
a) Soal Pilihan Ganda. Dinilai dengan satu poin untuk pilihan
benar dan tidak ada poin untuk pilihan yang salah.
b) Soal tanggapan terstruktur dan essay. Jawaban yang
dibangun terhadap pertanyaan dirancang dengan
memanfaatkan penalaran, sehingga dibutuhkan rubrik skala
untuk penilaian.
3. Koloid
a. Pengertian Koloid
Menurut Widyatmoko (2009, hal. 121), campuran terbagi
menjadi tiga golongan berdasarkan dari ukuran partikelnya.
Golongan tersebut adalah larutan sejati, koloid, dan suspensi.
Adapun ukuran partikel ketiga golongan tersebut yaitu;
26

● Larutan sejati : < 1 mm


● Koloid : 1 – 100 mm
● Suspensi : > 100 nm
Suatu partikel apabila ukurannya berada diantara larutan sejati
dan suspensi disebut koloid. Partikel-partikel yang berukuran
koloid disebut dengan fase dispersi sedangkan zat cair tempat
menyebarnya partikel koloid disebut medium dispersi
(Widyatmoko, 2009, hal. 120-121). Koloid merupakan campuran
dua zat yang salah satu zatnya memiliki banyak jumlah partikel
disebut medium pendispersi, sedangkan zat lainnya memiliki
sedikit jumlah partikel disebut fase terdispersi (Oxtoby, Gillis,
Nachtrieb, & S, 2001, hal. 178). Menurut Petrucci (2008, hal. 79)
koloid merupakan campuran terdispersi dalam air yang
mengandung sedikit jumlah partikel dibandingkan dengan larutan
sejati dengan konsentrasi terlarut sama.
Diameter koloid yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata,
karena pada umumnya ukuran tersebut berkisar dari 10-9 sampai
10-6 m. Keberadaan itu dapat dilihat dari caranya membaurkan
cahaya, seperti saat lewatnya cahaya dari proyektor bioskop
melalui partikel debu kecil di udara (Oxtoby, Gillis, & Nachtrieb,
2001, p. 178).
b. Penggolongan atau jenis koloid
Menurut Syukri S (1999, hal. 454), berdasarkan kelarutannya
koloid dapat dibedakan menjadi 2 golongan, di antaranya;
1) Koloid dispersi : koloid yang partikelnya tidak larut secara
individu dalam medium, yang terjadi hanyalah penyebaran
partikel tersebut.
2) Koloid asosiasi : koloid yang terbentuk dari gabungan
partikel kecil yang larut dalam medium.
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda,
mungkin berupa gas, cair, atau padat (Syukri, 1999, hal. 454).
27

Berdasarkan hal tersebut, Menurut Widyatmoko (2009, hal. 122)


koloid dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum
dalam Tabel 2.1 di bawah ini:
Tabel 2.1 Jenis-jenis Koloid
Fase Medium
Jenis koloid Contoh
terdispersi pendispersi
Gas Cair Busa / buih Krim kocok, busa bir
Gas Padat Busa padat Batu apung
Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan
Cair Cair Emulsi Mayones, susu
Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu
Padat Cair Sol Tinta, cat
Padat Padat Sol padat Mutiara

Berdasarkan dari interaksi fase terdispersi dengan medium


pendispersi, koloid dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Koloid liofil : koloid yang fase terdispersinya dapat menarik
medium pendispersi sehingga sangat stabil. Apabila
mediumnya air disebut suka air (hidrofil). Contoh kanji, sabun
dan agar-agar.
2) Koloid liofob : koloid yang fase terdispersinya tidak dapat
menarik medium pendispersinya atau cenderung memisah
sehingga berakibat tidak stabil. Apabila mediumnya air disebut
tidak suka air (hidrofob). Contoh koloid Fe(OH)3 dalam air dan
sol emas (Syukri, 1999, hal. 455).
c. Sifat Koloid
Sifat khusus koloid timbul karena partikelnya lebih besar
dari partikel larutan (Syukri, 1999, hal. 455). Sifat-sifat tersebut
antara lain:
1) Efek Tyndall
Partikel kecil berukuran koloid ini memiliki sifat
menghamburkan cahaya. Proses penghamburan cahaya ke
28

segala arah disebut efek Tyndall (Widyatmoko, 2009, hal.


122-123). Contohnya terdapat pada seberkas cahaya yang
masuk melalui celah jendela ke dalam ruangan gelap. Partikel
kecil tersebut adalah debu yang tampak sebagai titik-titik
terang. Selain itu, dapat dilihat pula pada gambar di bawah
ini terdapat perbedaan sorotan cahaya antara larutan dengan
koloid. Ketika disenterkan cahaya pada larutan, cahaya
tersebut dapat diteruskan. Sementara itu ketika disenterkan
pada campuran koloid, cahaya tersebut melebar atau
terhamburkan.

Gambar 2.1 Percobaan Efek Tyndall

2) Gerak Brown
Menurut Brown dalam (Widyatmoko, 2009, hal. 123)
partikel koloid selalu dalam keadaan gerak yang berbelok-
belok dengan arah acak. Menurut Einstein dalam
(Widyatmoko, 2009, hal. 123) gerak acak ini terjadi akibat
tabrakan antara partikel-partikel koloid yang tidak seimbang.
Dapat dilihat pada Gambar 2.2.
29

Gambar 2.2 Pergerakan Partikel Secara Acak

3) Muatan Koloid
a) Adsorpsi
Merupakan proses menarik zat asing yang terjadi
pada permukaan zat. Jika semakin besar permukaan zat,
maka semakin besar pula kemampuan adsorpsinya
(Widyatmoko, 2009, hal. 124).

Gambar 2.3 Senyawa Fe(OH)3 Mengadsorpsi Ion H+

b) Elektroforesis
Partikel koloid yg sudah mengadsorpsi ion akan
bermuatan listrik sesuai menggunakan muatan ion yg
diserapnya. Contoh Fe2O3 bermuatan positif sehabis
mengadsorpsi Fe3+, dan koloid As2S3 bermuatan negatif
lantaran mengadsorpsi ion negatif. Muatan koloid bisa
diketahui menggunakan mencelupkan batang elektroda
yang bermuatan positif akan tertarik ke elektroda negatif,
sedangkan yang bermuatan negatif akan tertarik ke
30

lektroda positif (Syukri, 1999, hal. 457). Dapat dilihat


pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Percobaan Elektroforesis

4) Koloid Pelindung

Gambar 2.5 Partikel Koloid Pelindung

Dalam beberapa proses, koloid harus dipecah. Misalnya,


koagulasi lateks. Di sisi lain, koloid harus dilindungi dari
kerusakan. Koloid dapat distabilkan dengan menambahkan
koloid lain yang disebut kelompok koloid pelindung.
Misalnya pada proses membuat es, gelatin digunakan untuk
mencegah pembentukan kristal es atau gula. Koloid
pelindung bekerja dengan membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid yang lain.
31

5) Koagulasi

Gambar 2.6 Penggumpalan Partikel

Koloid jika dibiarkan pada saat tertentu akan terpengaruh


oleh gaya gravitasi, sehingga akibatnya partikel turun
perlahan ke dasar bejana disebut koagulasi, atau
penggumpalan. Waktu koagulasi impulsif biasanya lambat
dan bisa dipercepat menggunakan indera sentrifugal ultra.
Alat ini memutar koloid menggunakan kecepatan tinggi
sehingga partikel didorong ke dasar tabung reaksi (Syukri,
1999, hal. 458).
6) Dialisis

Gambar 2.7 Penyaringan Menggunakan Selaput


Semipermeabel

Dialisis merupakan suatu cara pemurnian sistem koloid


dari ion-ion pengganggu dengan memakai selaput
32

semipermeabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam


kantong semipermeabel dan diletakkan di air. Selaput
semipermeabel ini hanya bisa dilewati oleh ion-ion,
sedangkan partikel koloid tidak bisa melaluinya.
d. Pembuatan Koloid
Menurut Widyatmoko (2009, hal. 122) koloid dapat
terbentuk melalui dua cara, yaitu:
1) Kondensasi: terbentuk dari partikel kecil sebesar atom atau
ion yang bergabung menjadi satu dan membentuk zat
berukuran koloid. Menurut Syukri (1999, hal. 459-460)
penggabungan itu terjadi dengan cara berikut.
a) Cara reaksi kimia
● Reaksi reduksi
● Reaksi oksidasi
● Reaksi hidrolisis
● Reaksi metatesis
b) Cara pertukaran pelarut
c) Pendinginan berlebih
2) Dispersi : terbentuk dari suatu zat yang terbagi menjadi zat
yang lebih kecil dan berukuran koloid. Menurut Syukri
(1999, hal. 458) membuat koloid dengan memecah gumpalan
disebut dispersi (penyebaran) dengan cara sebagai berikut.
a) Cara mekanik, yaitu menggiling atau menggerus partikel
kasar hingga menjadi partikel koloid. Contoh membuat
belerang dan urea masing-masing dari butirannya.
b) Cara elektronik atau busur bredig, membuat koloid
dengan cara mencelupkan dua elektroda logam, seperti
emas dalam air. Lalu diberi tegangan listrik yang tinggi,
sehingga suhunya menjadi sangat tinggi dan
mengakibatkan atom-atom emas lepas dari elektrodanya
33

dan bergabung menjadi partikel koloid logam lain, seperti


platina dan perak.
e. Kegunaan Koloid
Di lingkungan kita terdapat banyak sistem koloid, baik
alami maupun buatan. Ada sistem yang menguntungkan, ada pula
yang merugikan manusia. Dengan pengetahuan tentang koloid, kita
dapat menghindari atau mengurangi hal-hal yang merugikan dan
memanfaatkan atau menciptakan hal-hal yang menguntungkan.
Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut.
1) Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel
berbahaya bisa diatasi memakai alat yg dianggap pengendap
Cottrell. Asap buangan itu dimasukkan ke dalam ruangan
bertegangan listrik sebagai akibatnya elektron mengionkan
molekul udara. Partikel asap akan menyerap ion positif dan
tertarik ke elektroda negatif, sehingga menggumpal. Akhirnya
gas yang keluar bebas asap dan padatan.
2) Penggumpalan lateks
Lateks merupakan koloid karet dalam air, yang berupa sol
bermuatan negatif. Apabila ditambah ion positif, lateks akan
menggumpal dan dapat dibentuk sesuai cetakan.
3) Membantu pasien gagal ginjal
Darah mengandung banyak partikel koloid, misalnya sel
darah merah, sel darah putih, dan antibodi. Orang yang
ginjalnya tidak bisa mengeluarkan senyawa beracun dari darah;
misalnya urea dan kreatin disebut gagal ginjal. Orang ini bisa
dibantu menggunakan dialisis, yaitu menghisap darahnya dan
dialirkan ke dalam alat sehingga urea, kreatin, serta ion-ion lain
ditarik keluar. Darah yang sudah higienis dimasukkan kembali
ke dalam tubuh penderita.
34

4) Penjernihan air
Air jernih harus bebas dari koloid, sehingga ditambahkan
aluminium sulfat atau tawas ke dalam air. Tawas terurai
menjadi Al3+ dan SO42-, menyebabkan partikel koloid
menggumpal sehingga mengendap di dasar wadah dan air
menjadi jernih
5) Sebagai deodoran
Keringat biasanya mengandung protein yang bisa
menimbulkan bau tak sedap saat diurai oleh bakteri yang
banyak terdapat di tempat lembab seperti ketiak. Jika memakai
deodorant, baunya bisa berkurang atau hilang, karena deodoran
mengandung aluminium klorida untuk mengkoagulasi
(mengendap) protein dalam keringat. Protein ini bisa
menghalangi kerja kelenjar keringat, sehingga keringat dan
protein yang dihasilkan berkurang.
6) Bahan makanan dan obat
Ada bahan makanan atau obat-obatan yang padat, jadi tidak
lezat dan sulit ditelan. Untuk mengatasinya, zat tersebut
dikemas ke dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum,
contohnya susu encer.
7) Bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik dalam bentuk padat, tetapi
paling baik digunakan dalam bentuk cair. Oleh karena itu,
biasanya dibuat sebagai koloid dalam pelarut tertentu.
8) Bahan pencuci
Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak
dalam air. Sabun dalam air terionisasi menjadi ion Na+ dan
asam lemak. Kepala asam lemak bermuatan negatif larut
dalam air, sedangkan ekornya larut dalam minyak. Hal ini
menyebabkan tetesan minyak larut dalam air (Syukri, 1999,
hal. 463-465).
35

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Sebagai acuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa penelitian
yang relevan terkait Model Problem Based Learning dan Higher Order
Thinking Skills (HOTS) Materi Koloid antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian Ria Mayasari (2015) yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada Pelajaran Biologi terhadap
Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi di SMA”
menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa model pembelajaran
berdasarkan masalah berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Penelitian Kiki Nellasari (2018) yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning dengan Metode Brainstorming
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik” menyimpulkan
hasil penelitiannya bahwa model pembelajaran problem based learning
dengan metode brainstorming telah membawa dampak positif pada
kemampuan berpikir kreatif peserta didik dilihat dari data diperoleh
melalui tes esai yang berisi 14 item yang terkait dengan kemampuan
berpikir kreatif. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji independent
sample t-test. Hasil uji independent sample t-test menunjukkan nilai
sig (2-tailed) < 0,05 pada taraf signifikansi 5%, maka H1 diterima.
3. Penelitian Falwi Uji Flamboyant, Eka Murdani, dan Soeharto (2018)
yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Higher Order Thinking Skills Peserta Didik SMA Negeri di Kota
Singkawang pada Materi Hukum Archimedes” menyimpulkan hasil
penelitiannya bahwa (1) HOTS peserta didik berada di bawah rata-rata
tingkat standar kesukaran soal dengan nilai logit sebesar -0,93, (2)
menganalisis merupakan kemampuan yang paling banyak dikuasai
oleh peserta didik dengan nilai logit berturut-turut sebesar -0,71 dan -
0,67 diikuti oleh kemampuan mencipta dengan nilai logit berturut-turut
sebesar -0,12 dan -,028, terakhir kemampuan mengevaluasi dengan
nilai logit berturut-turut sebesar 0,00, 0,95, dan 0,82; dan (3) sebagian
36

besar peserta didik mengalami kesulitan pada saat memformulasikan


persamaan fisika dan proses perhitungan. Persentase HOTS peserta
didik sebelum dan sesudah diterapkannya model PBL adalah: (1)
aspek menganalisis, sebelumnya sebesar 55,43 % menjadi 58,15 %
(naik sebesar 2,72 %); (2) aspek mengevaluasi, sebelumnya sebesar
29,71 % menjadi 35,87 % (naik sebesar 6,16 %); dan (3) aspek
mencipta, sebelumnya sebesar 44,57 % menjadi 47,28 % (naik sebesar
2,72 %). Terdapat pengaruh penggunaan model Problem Based
Learning (PBL) terhadap HOTS peserta didik pada materi hukum
Archimedes berdasarkan nilai effect size sebesar 0,53 dalam kategori
sedang.
4. Penelitian Febry Royantoro, Mujasam, Irfan Yusuf, dan Sri Wahyu
Widyaningsih (2018) yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based
Learning (PBL) terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Peserta Didik” menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa model PBL
berpengaruh terhadap HOTS peserta didik.
5. Penelitian Dwi Fitriyani, Tri Jalmo dan Berti Yolida (2019) yang
berjudul “Penggunaan Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dan Berpikir Tingkat Tinggi”
menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penggunaan model PBL
dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi dan berpikir tingkat
tinggi peserta didik.
6. Penelitian Wuri Utami Dea Sismawarni, Usman, Nur Hamid, dan
Pintaka Kusumaningtyas (2020) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Isu Sosiosantifik dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa” menyimpulkan
hasil penelitiannya bahwa Penggunaan Isu Sosiosaintifik dalam Model
PBM berpengaruh terhadap peningkatn keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa.
7. Penelitian Santi Berlina (2020) yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) terhadap Keterampilan
37

Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) pada Konsep Peredaran Darah”


menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa terdapat pengaruh
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah
(PBM) terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta
didik kelas XI IPA pada konsep sistem peredaran darah.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian relevan di atas, peneliti
berpendapat bahwa model problem based learning (PBL) berpengaruh
positif terhadap higher order thinking skills (HOTS) peserta didik. Hal
tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian relevan,
akan tetapi yang membedakan peneliti dengan penelitian sebelumnya yaitu
pada penggunaan instrumen soal essay higher order thinking skills
(HOTS) teori Susan M. Brookhart.

C. Kerangka Berpikir
Higher order thinking skills (HOTS) merupakan proses berpikir
secara kritis dan kreatif meliputi proses menganalisis, mengevaluasi,
mencipta, dan menyelesaikan masalah. Higher order thinking skills
(HOTS) merupakan salah satu tuntutan dalam pelaksanaan kurikulum
2013 yang harus dimiliki oleh peserta didik. Karena higher order thinking
skills (HOTS) memiliki peran penting dalam kehidupan untuk menghadapi
perkembangan zaman. Akan tetapi, higher order thinking skills (HOTS)
belum dilaksanakan secara menyeluruh, khususnya pada mata pelajaran
kimia. Guru umumnya memberikan pembelajaran dengan metode
konvensional (ceramah), meminta peserta didik untuk membaca dan
menghapal rumus-rumus. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik pasif
dalam kegiatan pembelajaran dan higher order thinking skills (HOTS)
tidak terlatih.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan higher order thinking
skills (HOTS) peserta didik diperlukan suatu model pembelajaran yang
sesuai dengan kompetensi dasar (KD) materi tersebut. Salah satu model
yang dapat mengembangkan higher order thinking skills (HOTS) yaitu
38

problem based learning (PBL). Model problem based learning (PBL)


merupakan salah satu model pembelajaran yang berfungsi untuk
meransang higher order thinking skills (HOTS) dalam situasi yang
merujuk pada permasalahan yang nyata. Masalah yang disajikan
berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, materi
koloid cocok menggunakan model problem based learning (PBL)
dikarenakan konsep materi tersebut penerapannya banyak ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep teori model problem based learning (PBL) yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu teori yang dikemukakan oleh Arends, karena
penulis menganggap tahapan pembelajaran yang dikemukakan lebih jelas
dan terperinci. Tahapan pembelajarannya sebagai berikut: 1)
mengorientasi peserta didik terhadap masalah, 2) mengorganisasi peserta
didik untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Adapun untuk
indikator higher order thinking skills (HOTS) menggunakan teori Susan
M. Brookhart. Berikut kerangka berpikir sederhana yang dapat dilihat pada
Gambar 2.8.
39

Gambar 2.8 Kerangka Berpikir Model Problem Based Learning (PBL)


terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta didik

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis penelitian
ini adalah “Terdapat pengaruh model problem based learning (PBL)
terhadap higher order thinking skills (HOTS) peserta didik pada materi
koloid”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMAS Nusantara Unggul (Pesantren
Modern Daarul Hikmah) yang bertempat di Jalan Pekayon No. KM 1,
Pekayon, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun ajaran 2021.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk
memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,
2011, hal. 2). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi experiment atau eksperimen semu, yaitu metode
penelitian yang memiliki kelompok kontrol tetapi tidak dapat
sepenuhnya berfungsi untuk mengontrol variabel-variabel eksternal
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2011, hal.
77). Metode ini dipilih karena subjek penelitian tidak memiliki kontrol
yang ketat terhadap variabel, sehingga variabel eksternal dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi validitas hasil penelitian.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan nonequivalent control group
design yang hampir sama dengan pretest-posttest control group
design, hanya saja dalam desain ini kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (Sugiyono, 2011, hal. 79).
Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok
yang diberi perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol.
Sebelumnya, dilakukan pretest pada kedua kelompok tersebut untuk
mengetahui pengetahuan awal peserta didik tentang materi koloid.
Kemudian kedua kelompok tersebut diberi perlakuan diberikan yang

40
41

berbeda, kelompok eksperimen berupa model pembelajaran berbasis


problem based learning (PBL), adapun kelompok kontrol berupa
pembelajaran secara konvensional. Setelah perlakuan diberikan,
dilakukan posttest pada kedua kelompok tersebut untuk mengetahui
higher order thinking skills (HOTS) peserta didik. Desain penelitian
terdapat pada Gambar 3.1.
Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2

Keterangan:
O1 : tes awal (pretest) untuk kelompok eksperimen dan kontrol
O2 : tes akhir (posttest) untuk kelompok eksperimen dan
kontrol
X : perlakuan model problem based learning (PBL)
Y : perlakuan pembelajaran konvensional (ceramah) dengan
pendekatan saintifik

C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Melakukan studi literatur melalui buku teks, jurnal-jurnal penelitian
terdahulu, maupun sumber bacaan lain yang berkaitan dengan
penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk mencari kesesuaian pada
variabel-variabel yang digunakan yang akan digunakan.
b. Melakukan analisis kompetensi dasar (KD) dan indikator pada
standar isi mata pelajaran kimia SMA kelas XI sesuai dengan
kurikulum 2013 revisi yang digunakan.
KD 3. Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan
menjelaskan kegunaan koloid dalam kehidupan
berdasarkan sifat-sifatnya.
3.14.1 Membedakan koloid, suspensi dan larutan.
42

3.14.2 Menjelaskan tipe sistem koloid.


3.14.3 Mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol,
aerosol, dan buih).
3.14.4 Menjelaskan kegunaan sifat koloid dalam
kehidupan sehari-hari.
KD 4. Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau
melibatkan prinsip koloid.
4.14.1 Mendiskusikan ide pembuatan produk koloid
yang melibatkan prinsip koloid.
4.14.2 Membuat suatu produk koloid yang melibatkan
prinsip koloid.
4.14.3 Menganalisis sifat-sifat koloid dari produk
koloid yang telah dibuat.
4.14.4 Menyajikan hasil percobaan pembuatan produk
koloid.
c. Menyusun perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan lembar kerja peserta didik (LKPD)
berbasis problem based learning (PBL).
d. Membuat instrumen penelitian yaitu soal tes higher order thinking
skills (HOTS) peserta didik berbentuk essay dan lembar observasi
peserta didik untuk mengukur keterlaksanaan model problem based
learning (PBL).
e. Melakukan validasi instrumen soal tes kepada dosen ahli. Setelah
validasi dengan dosen ahli, dilakukan uji coba empirik kepada peserta
didik yang telah mempelajari materi koloid. Hasil uji empirik
kemudian diolah untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas
dari instrumen soal tersebut. Validitas dan reliabilitas dilakukan
dengan tujuan agar dapat menguatkan bahwa instrumen tes ini dapat
mengukur higher order thinking skills (HOTS) peserta didik.
43

2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol di awal pertemuan untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik.
b. Menerapkan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat.
Penerapan model problem based learning (PBL) untuk kelompok
eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelompok
kontrol.
c. Memberikan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol di akhir pertemuan.
d. Mengumpulkan data.
3. Tahap Penyelesaian
a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
b. Menuliskan hasil penelitian dan pembahasan.
c. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
44

Adapun skema prosedur penelitian ini dapat dilihat pada


Gambar 3.1 di bawah ini:

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian


45

D. Populasi dan Sampel


Batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam setiap
penelitian adalah populasi penelitian. Populasi menurut Isaac (1983) tidak
lain adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan
secara teoritis menjadi target hasil penelitian (Darmadi, 2011, hal. 52).
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMAS Nusantara
Unggul kelas XI tahun ajaran 2021. Sementara itu, sebagian dari jumlah
populasi yang dipilih untuk sumber data disebut sampel atau cuplikan
(Darmadi, 2011, hal. 53).
Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan non probability
sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011, hal. 84). Artinya pengambilan
sampel dalam penelitian ini tidak dipilih secara acak, karena ada suatu
syarat yang harus dipenuhi sampel untuk dilakukannya penelitian,
sehingga sampel yang diambil adalah peserta didik-siswi IPA.
Di antara teknik non probability sampling, peneliti memilih teknik
purposive sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011, hal. 85). Adapun sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA 1 sebagai
kelas eksperimen, sedangkan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol dengan
masing-masing kelas terdiri dari 22 peserta didik. Alasan mengambil
sampel peserta didik kelas XI IPA karena sudah memenuhi persyaratan
teknik purposive sampling yaitu mempelajari materi kimia, khususnyya
koloid.
46

E. Teknik Pengumpulan Data


Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah skor pretest dan
posttest higher order thinking skills (HOTS) peserta didik pada materi
koloid. Teknik pengumpulan data yang digunakan terdapat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Instrumen Subjek Keterangan
1 Higher Order Tes essay Peserta Diberikan pada awal
Thinking Skills didik penelitian (pretest)
(HOTS) dan akhir penelitian
(posttest) di kelas
eksperimen dan
kontrol
2 Keterlaksanaan LKPD Peserta Diberikan saat
model didik proses pembelajaran
Problem Based di kelas eksperimen
Learning Lembar Observer Diberikan saat
(PBL) Observasi proses pembelajaran
di kelas eksperimen
untuk melihat
keterlaksanaan
model PBL
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini, amtara
lain:
1. Memberikan soal tes essay pretest pada awal pembelajaran untuk
melihat kemampuan peserta didik, sedangkan posttest diberikan
setelah pembelajaran selesai bertujuan untuk melihat berpengaruh
atau tidak penerapan model problem based learning (PBL).
2. Memberikan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis moodel
problem based learning (PBL) di kelas eksperimen selama
pembelajaran berlangsung.
47

3. Lembar observasi diberikan kepada observer selama pembelajaran


berlangsung bertujuan untuk melihat ketrlaksanaan model problem
based learning (PBL).

F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2016, hal. 101). Menurut
Suharsaputra (2014, hal. 95), instrumen yang digunakan sebagai alat
pengumpulan data haruslah baik dari keajegan, kesahihan dan objektivitas.
Selain itu juga data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus
jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis datanya guna
memecahkan masalah penelitian. Adapun instrumen yang digunakan
sebagai berikut:
1. Instrumen Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Arikunto, 2010, hal. 193). Tes tertulis adalah tes dimana
soal dan jawaban dalam bentuk bahan tulisan. Secara garis besar, tes
tertulis dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu: (1) Tes objektif
mencakup pilihan ganda, bentuk soal dengan dua pilihan jawaban yang
benar, jawaban singkat atau pendek, (2) Non-objektif seperti soal
uraian (Yaumi, 2013, hal. 191).
Bentuk tes yang digunakan berupa tes essay yang terdiri dari 21
butir soal untuk mengukur higher order thinking skills (HOTS) peserta
didik. Tes ini disusun berdasarkan rumusan indikator pembelajaran
dan indikator higher order thinking skills (HOTS) menurut Susan M.
Brookhart. Tes ini disajikan kepada peserta didik di awal dan akhir
pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berikut
48

kisi-kisi instrumen tes higher order thinking skills (HOTS) yang


disajikan dalam tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Indikator Higher
Soal
Order Thinking Sub Indikator Higher Order
No. yang
Skills (HOTS) Thinking Skills (HOTS)
Valid
Brookhart
1. Menganalisis Memfokuskan pada pertanyaan 1, 2, 3,
atau mengidentifikasi ide utama 4, 5, 6
Menganalisis Argumen
Membandingkan dan
membedakan
2. Mengevaluasi Mengevaluasi materi dan 7, 8, 9
metode berdasarkan tujuan yang
dimaksud
3. Penalaran dan Membuat atau mengevaluasi 10, 11,
Logika kesimpulan deduktif 12, 13,
Membuat atau mengevaluasi 14
kesimpulan induktif
4. Pengambilan Mengevaluasi kredibilitas dari 15, 16,
Keputusan suatu sumber 17
Mengidentifikasi asumsi yang
tersirat
5. Pemecahan Mengidentifikasi atau 18, 19,
Masalah mendefinisikan masalah 20,
Mendeskripsikan dan 21*
mengevaluasi beberapa solusi
6. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 22
Berpikir Kreatif
7. Mencipta Menyatukan hal-hal yang
berbeda dengan cara baru
Jumlah Soal 21
49

Keterangan: * Soal tidak valid.


2. Lembar Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan terkait kegiatan yang sedang berlangsung
(Sukmadinata, 2013, hal. 220). Lembar observasi yang digunakan
dalam penelitian ini bertujuan untuk memantau keterlaksanaan
seluruh tahapan model problem based learning (PBL).

G. Kontrol terhadap Validitas Internal


Menurut Arikunto (2016, hal. 73) sebuah instrumen dianggap valid
jika dapat menggambarkan data dengan benar sesuai dengan kenyataan
atau kondisi yang sebenarnya. Syarat utama suatu instrumen penelitian
yaitu validitas dan reliabilitas. Uji validitas yang dipersyaratkan terdiri dari
validitas logis dan validitas empiris (Arikunto, 2016, hal. 80).
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau keshahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
instrumen yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010, hal. 211).
a. Validitas Logis
Menurut Arikunto (2016, hal. 81), validitas logis terdiri dari
validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi instrumen
menunjukkan suatu instrumen berdasarkan isi butir soal
bergradasi. Validitas konstruk kemudian menunjukkan instrumen
yang dirangkai dari aspek psikologis untuk dievaluasi. Hal ini
dapat dilakukan mengkonsultasikan setiap butir soal essay,
LKPD, dan lembar observasi yang akan digunakan kepada
50

praktisi sebagai validator ahli. Adapun rinciannya dapat dilihat


pada daftar Lampiran 6.
b. Validitas Empiris
Menurut Arikunto (2016, hal. 81), instrumen memiliki
validitas empiris jika dibuktikan dengan pengalaman. Uji validitas
empiris diujikan ke peserta didik yang tidak menjadi subjek
penelitian, kemudian dihitung validitas masing-masing butir soal.
Validitas empiris hanya dilakukan terhadap instrumen tes soal
essay higher order thinking skills (HOTS), sedangkan validitas isi
dan konstruk dilakukan terhadap soal tes essay, lembar kerja
peserta didik (LKPD) dan observasi. Instrumen tes soal higher
order thinking skills (HOTS) materi koloid diuji cobakan kepada
38 peserta didik kelas XII IPA. Data uji coba instrumen tersebut
kemudian ditabulasi dengan tujuan menghitung hasil uji coba. Uji
coba dapat dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel. Jika diketahui n
= 38, maka rtabel dengan taraf kesalahan 5% sebesar 0,320. Jika
koefisien korelasi setiap butir soal lebih dari 0,320 maka butir
soal instrumen tersebut dinyatakan valid. Berikut hasil uji
validitas instrumen yang terdapat pada Tabel 3.4 dan rincian data
uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes High Order Thinking
Skill (HOTS) Peserta Didik Materi Koloid
No Butir Soal r tabel 5% r hitung Keterangan
1 0,320 0,495 Valid
2 0,320 0,519 Valid
3 0,320 0,518 Valid
4 0,320 0,362 Valid
5 0,320 0,556 Valid
6 0,320 0,385 Valid
7 0,320 0,508 Valid
8 0,320 0,521 Valid
9 0,320 0,449 Valid
51

10 0,320 0,688 Valid


11 0,320 0,545 Valid
12 0,320 0,526 Valid
13 0,320 0,588 Valid
14 0,320 0,655 Valid
15 0,320 0,479 Valid
16 0,320 0,745 Valid
17 0,320 0,560 Valid
18 0,320 0,748 Valid
19 0,320 0,370 Valid
20 0,320 0,416 Valid
21 0,320 0,240 Tidak Valid
22 0,320 0,391 Valid

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010,
hal. 221). Reliabilitas berhubungan dengan suatu kepercayaan.
Menurut Margono (2010, hal. 181), selama kondisinya tidak berubah
pada saat pengukuran, jika digunakan berulang kali, hal tersebut dapat
dikatakan reliabel. Menurut Sukardi (2009, hal. 43) reliabilitas suatu
tes pada umumnya disajikan secara numerik dengan rentang -1 > 0 >
+1, semakin tinggi koefisien suatu tes maka semakin tinggi pula
reliabilitasnya. Begitu juga sebaliknya, koefisien rendah menunjukkan
reliabilitas suatu tes rendah.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan bantuan
software IBM SPSS Statistic versi 22. Hasil uji reliabilitas yang
diperoleh peneliti sebesar 0,863 dan secara rincinya terdapat pada
(Lampiran 7). Hal ini dapat dikatakan bahwa instrumen memiliki
kategori yang sangat tinggi sehingga layak untuk digunakan.
Penentuan tersebut didasarkan pada koefisien reliabilitas dan
52

interpretasi secara kualitatif menurut Arikunto (2013, hal. 319) yang


dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Interval Koefisien Interpretasi
0,80-1,00 Tinggi
0,60-0,80 Cukup
0,40-0,60 Agak Rendah
0,20-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat Rendah

H. Teknik Analisis Data


Penelitian ini digunakan analisis kuantitatif yaitu metode analisis
menghitung dan menganalisis angka-angka mewakili hasil tes yang
diberikan kepada peserta didik. Hasil tes kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dibandingkan dan dianalisis. Data soal tes higher order
thinking skills (HOTS) dapat diolah dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1) Tentukan skor mentah pada tiap jawaban peserta didik berdasarkan
pedoman penskoran yang telah dibuat.
2) Hitung total skor untuk setiap butir jawaban.
3) Hitung nilai pretest dan posttest yang diperoleh peserta didik.
4) Tentukan nilai persentase tiap masing-masing indikator higher
order thinking skills (HOTS).
Menurut Purwanto (Purwanto, 2010, hal. 102) telah disebutkan
dalam bukunya bahwa nilai persentase dicari dengan menggunakan
rumus:

Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh peserta didik
SM = Skor maksimum ideal
53

5) Nilai persentase diinterpretasikan sesuai kategori yang terdapat


pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kategori Persentase Ketercapaian Higher Order
Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik
Skor (%) Kategori
81-100 Sangat Baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
20-40 Kurang
0-20 Sangat Kurang
(Arikunto, 2013, hal. 44).
Perolehan data tersebut diolah dan dianalisis dengan
bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22.
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji hipotesis berdistribusi normal bertujuan untuk
mengetahui apakah sebaran sampel yang dipilih berasal dari
sebaran populasi yang normal atau tidak (Kadir, 2016, hal. 143).
Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software IBM SPSS
Statistic versi 22. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam uji
normalitas adalah sebagai berikut (Kadir, 2016, hal. 156-157).
1) Buka program SPSS.
2) Isikan data nilai dan kode kelas yang akan diuji normalitasnya
pada data view.
3) Kemudian klik Analyze  Descriptive Statistics  Explore.
4) Masukkan variabel “Nilai” ke kotak Dependent List, dan
variabel “Kelas” pada kotak Factor List.
5) Pilih menu Plots.
6) Centang pada Normality Plots with Test  Continue.
7) Klik OK.
54

Penarikan kesimpulan pada uji Kolmogrov-Smirnov


berdasarkan kriteria berikut:
● Jika sig > 0,05 maka H0 diterima, distribusi populasi normal.
● Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak, distribusi populasi tidak
normal (Kadir, 2016, hal. 157).
Uji normalitas dilakukan sebagai persyaratan untuk
menentukan metode analisis statistik yang akan digunakan untuk
pengujian hipotesis. Jika hasil data uji tidak berdistribusi normal,
metode analisis statistik nonparametrik digunakan sebagai
alternatif (Kadir, 2016, hal. 144).

b. Uji Homogenitas
Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk menentukan
apakah populasi yang diteliti dengan varian yang sama atau tidak
(Siregar, 2013, hal. 167). Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah One Way Anova dengan bantuan software
IBM SPSS Statistic versi 22. Tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
1) Buka program SPSS.
2) Isikan data view dengan nama “Hasil’ memuat nama kelompok
yang diberi kode 1,2,3 dan 4.
3) Kemudian klik Analyze  Compare Means.
4) Klik One-Way Anova.
5) Pindahkan variabel “Hasil” ke dalam Dependent List
sedangkan variabel kelompok ke dalam Factor.
6) Centang Homogenity of variance test Continue  OK.
Kriteria untuk menarik kesimpulan pada pengujian One-Way
Anova sebagai berikut:
● Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak, data berasal dari populasi
yang tidak homogen.
55

● Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima, data berasal dari populasi
yang homogen (Kadir, 2016, hal. 170).
2. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan, maka selanjutnya melakukan
uji hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat data yang diperoleh
berdistribusi normal dan bersifat homogen. Oleh karena itu uji
hipotesis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik
analisis statistik parametrik uji independent sample T-test dengan
bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22. Adapun tahapan
dalam uji independent sample T-test sebagai berikut:
a. Buka program SPSS.
b. Isikan data view  setting pada bagian values (1=eksperimen,
2=kontrol).
c. Klik Analyze  Compare means  Independent sample T-
test.
d. Masukan data “Nilai” pada kotak Test Variable, data “Kode
kelompok” pada kotak Grouping Variable.
e. Klik Define Group  Isi grup 1 (kelas eksperimen), grup 2
(kelas kontrol).
f. Klik Continue  Ok.
Uji parametrik independent sample T-test distribusi
populasinya harus normal dan variannya harus homogen (Kadir,
2016, hal. 489). Uji independent sample T-test dilakukan untuk
mengetahui perbedaan rata-rata kedua kelompok dan menguji
pengaruh variabel indpenden terhadap variabel dependen. Kriteria
penarikan kesimpulan uji independent sample T-test sebagai berikut:
Jika, Sig < α (0,05)  H0 ditolak
Sig > α (0,05)  H0 diterima
56

H. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara
yang dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji dua
pihak.
H0 : μ1 = μ2 lawan H1 : μ1 ≠ μ2
Keterangan:
H0 : Tidak terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) dengan
Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik.
H1 : Terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) dengan Higher
Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik.

μ1 : Rata-rata nilai posttest (x) kelas eksperimen.


μ2 : Rata-rata nilai posttest (y) kelas kontrol.

Kriteria pengujian hipotesis:


a. Jika nilai thitung < ttabel, maka H0 diterima, berarti tidak terdapat pengaruh
pada model Problem Based Learning (PBL) dengan Higher Order
Thinking Skills (HOTS) peserta didik.
b. Jika nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak, berarti terdapat pengaruh pada
model Problem Based Learning (PBL) dengan Higher Order Thinking
Skills (HOTS) peserta didik.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan Penelitian yang telah dilaksanakan di SMAS
Nusantara Unggul (Pesantren Modern Daarul Hikmah) Kabupaten
Tangerang diperoleh data hasil pretest dan posttest pada kelas
eksperimen dan kontrol. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan
instrumen tes soal essay higher order thinking skills (HOTS) sebanyak
21 soal. Adapun data hasil penelitiannya yang diperoleh dari kelas
eksperimen dan kontrol sebagai berikut:
1. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Pretest Posttest
Data
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Jumlah Siswa 22 22 22 22
Nilai Tertinggi 30 31 95 80
Nilai Terendah 10 5 60 40
Rata-rata 19,86 17,45 73,91 60,50

Data tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest kelas


eksperimen sebesar 19,86 dengan nilai tertinggi sebesar 30 dan nilai
terendah sebesar 10. Pada kelas kontrol rata-rata nilai pretest yaitu
sebesar 17,45 dengan nilai tertinggi sebesar 31 dan nilai terendah
sebesar 5. Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 73,91
dengan nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 60. Pada
kelas kontrol rata-rata nilai posttest yaitu sebesar 60,50 dengan nilai
tertinggi sebesar 80 dan nilai terendah sebesar 40. Dari data-data

57
58

tersebut dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas


eksperimen lebih besar daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Adapun
hasil data perhitungan yang terdapat pada tabel 4.1 dapat dilihat pada
lampiran 9.

2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator Higher


Order Thinking Skills (HOTS) Kelas Eksperimen dan Kontrol
a. Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data hasil pretest berdasarkan indikator higher order thinking
skills (HOTS) kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Persentase (%) Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen
dan Kontrol
Indikator Kontrol
Sub Indikator Eksperimen
Higher Order
Higher Order No
No. Thinking Skills
Thinking Skills Soal
(HOTS) % Kategori % Kategori
(HOTS)
Brookhart
1. Menganalisis Memfokuskan pada 3 18 Sangat 20 Sangat
pertanyaan atau kurang kurang
mengidentifikasi ide
6 30 Kurang 20 Sangat
utama
kurang

Menganalisis 2 25 Kurang 19 Kurang


Argumen
4 24 Kurang 24 Kurang

5 18 Sangat 27 Kurang
kurang
10 18 Sangat 8 Sangat
kurang kurang

Membandingkan 1 36 Kurang 22 Kurang


dan membedakan
2. Mengevaluasi Mengevaluasi 7 23 Kurang 25 Kurang
materi dan metode
8 17 Sangat 16 Sangat
berdasarkan tujuan
kurang
59

yang dimaksud kurang

9 22 Kurang 19 Sangat
kurang

3. Penalaran dan Membuat atau 12 20 Sangat 18 Sangat


Logika mengevaluasi kurang kurang
kesimpulan deduktif
Membuat atau 11 25 Kurang 24 Kurang
mengevaluasi
13 28 Kurang 20 Sangat
kesimpulan induktif
kurang

14 10 Sangat 1 Sangat
kurang kurang

4. Pengambilan Mengevaluasi 16 28 Kurang 33 Kurang


Keputusan
kredibilitas dari
suatu sumber
Mengidentifikasi 15 20 Sangat 18 Sangat
asumsi yang tersirat kurang kurang

17 13 Sangat 13 Sangat
kurang kurang

5. Pemecahan Mengidentifikasi 19 13 Sangat 11 Sangat


Masalah
atau mendefinisikan kurang kurang
masalah
Mendeskripsikan 18 15 Sangat 11 Sangat
dan mengevaluasi kurang kurang
beberapa solusi
20 13 Sangat 10 Sangat
kurang kurang

6. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 21 6 Sangat 6 Sangat


Berpikir Kreatif
kurang kurang

Rata-rata Sangat Sangat


19,80 17,00
kurang kurang
60

Berdasarkan data pretest pada tabel 4.2, ketercapaian


indikator tertinggi kelas eksperimen terdapat pada indikator
menganalisis (membandingkan dan membedakan) dengan
presentase 36% (kurang). Sementara ketercapaian indikator
tertinggi kelas kontrol terdapat pada indikator pengambilan
keputusan (mengevaluasi kredibilitas dari suatu sumber) dengan
presentase 33% (kurang). Rata-rata yang terdapat pada kelas
eksperimen dan kotrol yaitu sebesar 19,80% (Sangat kurang) dan
17,00% (Sangat kurang). Adapun hasil perhitungannya dapat
dilihat pada lampiran 10.

b. Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Data hasil posttest berdasarkan indikator higher order
thinking skill (HOTS) kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Persentase (%) Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen


dan Kontrol
Indikator Eksperimen Kontrol
Sub Indikator
Higher Order
Higher Order No
No. Thinking
Thinking Skills Soal
Skills (HOTS) % Kategori % Kategori
(HOTS)
Brookhart
1. Menganalisis Memfokuskan 3 80 Baik 70 Baik
pada pertanyaan
6 89 Sangat 73 Baik
atau
baik
mengidentifikasi
ide utama
Menganalisis 2 90 Sangat 90 Sangat baik
Argumen baik
4 78 Baik 74 Baik

5 68 Baik 56 Cukup

10 89 Sangat 90 Sangat baik


baik
61

Membandingkan 1 91 Sangat 88 Sangat baik


dan membedakan baik
2. Mengevaluasi Mengevaluasi 7 73 Baik 66 Baik
materi dan
8 89 Sangat 90 Sangat baik
metode
baik
berdasarkan
9 84 Sangat 61 Baik
tujuan yang
baik
dimaksud
3. Penalaran dan Membuat atau 12 85 Sangat 68 Baik
Logika mengevaluasi baik
kesimpulan
deduktif
Membuat atau 11 90 Sangat 90 Sangat baik
mengevaluasi baik
kesimpulan 13 77 Baik 55 Cukup
induktif
14 78 Baik 49 Cukup

4. Pengambilan Mengevaluasi 16 66 Baik 34 Kurang


Keputusan
kredibilitas dari
suatu sumber
Mengidentifikasi 15 70 Baik 42 Cukup
asumsi yang
17 45 Cukup 24 Kurang
tersirat

5. Pemecahan Mengidentifikasi 19 38 Kurang 18 Sangat


Masalah
atau kurang
mendefinisikan
masalah
Mendeskripsikan 18 28 Kurang 24 Kurang
dan mengevaluasi
20 52 Cukup 22 Kurang
beberapa solusi

6. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 21 38 Kurang 15 Sangat


Berpikir
kurang
Kreatif

Rata-rata 71,00 Baik 58,00 Cukup


62

Berdasarkan data posttest pada tabel 4.3, ketercapaian


indikator tertinggi kelas eksperimen terdapat pada indikator
menganalisis (membandingkan dan membedakan) dengan
presentase 91% (Sangat baik). Sementara ketercapaian indikator
tertinggi kelas kontrol terdapat pada indikator menganalisis
(menganalisis argumen), mengavaluasi dan membuat kesimpulan
dengan presentase 90% (Sangat baik). Rata-rata yang terdapat pada
kelas eksperimen dan kontrol yaitu sebesar 71,00% (Baik) dan
58,00% (Cukup). Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran 13.

3. Data Hasil Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


Lembar kerja peserta didik (LKPD) digunakan sebagai sarana
penunjang terlaksaananya kegiatan pembelajaran. Adapun model
yang digunakan pada pembelajaran ini yaitu model problem based
learning (PBL). Adapun hasil perhitungan lembar kerja peserta didik
(LKPD) dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan LKPD


Persentase (%) Rata-rata Tahapan PBL
LKPD
1&2 3 4 5
1 71 62 63 86
2 88 81 86 100
3 71 91 48 43

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan persentase rata-rata LKPD


pertahapan model problem based learning (PBL). Data tersebut
menunjukan bahwa nilai persentase rata-rata tertinggi LKPD
pertahapan terdapat pada LKPD 2, setiap tahapan termasuk kategori
baik. Adapun data secara rincinya dapat dilihat pada lampiran 15.
63

4. Data Hasil Lembar Observasi


Observasi dilakukan untuk mengetahui terlaksananya kegiatan
pembelajaran menggunakan model problem based learning (PBL).
Keterlaksanaan pembelajaran diamati oleh observer pada setiap
pertemuan. Adapun hasil observasi keterlaksanaan model problem
based learning (PBL) dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran


No Tahapan Model PBL Indikator Keterangan
1 Orientasi siswa kepada Menjelaskan tujuan pembelajaran, Ya
masalah menyajikan wacana terkait materi
pembelajaran.
2 Mengorganisasikan Membantu peserta didik untuk Ya
peserta didik untuk mendefinisikan atau
belajar mengorganisasikan tugas kelompok
yang berhubungan dengan meteri
pembelajaran.
3 Membimbing Mendorong peserta didik untuk Ya
penyelidikan mengumpulkan informasi yang
sesuai untuk mendapatkan
penjelasan terkait materi
pembelajaran.
4 Mengembangkan dan Membantu peserta didik dalam Ya
menyajikan hasil karya merencanakan, mempersiapkan
karya yang akan diselesaikan,
seperti laporan, video dan lain-lain.
5 Menganalisis dan Membantu peserta didik untuk Ya
mengevaluasi hasil merefleksi atau evaluasi terkait
pemecahan masalah pembelajaran yang telah dilakukan.
64

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, aktivitas


pembelajaran terlaksana sesuai tahapan-tahapan model PBL. Adapun
data secara rincinya dapat dilihat pada lampiran 5.
5. Hasil Analisis Data Statistik
a. Uji Prasyarat Sampel
Penentuan kelayakan suatu sampel dilakukan dengan
perhitungan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis
terlebih dahulu. Uji prasyarat sampel dilakukan berdasarkan hasil
data pretest kelas eksperimen dan kontrol. Uji prasyarat sampel
dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22.
Berikut hasil uji prasyarat sampel yang dilakukan dalam
penelitian ini:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
pendistribusian data yang didapat normal atau tidak. Dalam
penelitian ini dilakukan uji Kolmogorov-Smirmov dengan
bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan ketentuan dasar
pengambilan keputusan jika nilai signifikansi > alpha (α =
0,05), maka data penelitian terdistribusi normal begitu pula
sebaliknya. Hasil pengujian uji normalitas data pretest dan
posttest kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel
4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kelas
Eksperimen dan Kontrol
Pretest
Statistik
Eksperimen Kontrol
α 0,05 0,05
Sig. 0,091 0,200*
Kesimpulan Normal Normal
65

Dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa hasil uji normalitas


data pretest kelas eksperimen dan kontrol yang diperoleh
sebesar 0,091 dan 0,200 dengan nilai sig > α (0,05). Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil uji normalitas data
pretest kelas eksperimen dan kontrol terdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas, pengujian prasyarat
selanjutnya yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan
untuk mengetahui apakah data kedua kelompok tersebut
berasaal dari varian yang homogen atau tidak. Dalam
penelitian ini dilakukan uji One Way Anova dengan bantuan
software IBM SPSS Statistic versi 22 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan ketentuan dasar
pengambilan keputusan jika nilai signifikansi > alpha (α =
0,05), maka data penelitian berasal dari varian yang sama atau
homogen begitu pula sebaliknya. Adapun hasil uji
homogenitas dari kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel
4.7.

Tabel 4.7 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest pada Kelas


Eksperimen dan Kontrol
Statistik Pretest
α 0,05
Sig. 0,557
Kesimpulan Homogen

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa data pretest untuk kedua


kelompok penelitian diperoleh nilai signifikan 0,557 > 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua kelompok
berasal dari varian yang sama atau homogen.
66

b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis sampel ini dilakukan setelah melakukan uji
normalitas dan uji homogenitas sampel. Uji hipotesis pada data
pretest ini menggunakan uji independent sample T-test dengan
bantuan software IBM SPSS statistic versi 22. Uji ini bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara data pretest kelas eksperimen dan kontrol. Penarikan
kesimpulan pada uji hipotesis sampel sebagai berikut: Jika, Sig <
α (0,05)  H0 ditolak || Sig > α (0,05)  H0 diterima. Adapun
hasil uji hipotesis sampel data pretest kelas eksperimen dan
kontrol terdapat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Data Hasil uji Independent Sample T-test Pretest
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Statistik Pretest
Α 0,05
Sig. 0,268
Kesimpulan H0 diterima, H1 ditolak

Hasil data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil pretest


kedua kelompok diperoleh nilai signifikan 0,268 > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa H0 diterima artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan dari hasil pretest kelas eksperimen dan
kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan awal
peserta didik setara antar kelas eksperimen dan kontrol sebelum
diberikan perlakuan, sehingga dapat dikatakan sampel tersebut
layak untuk digunakan penelitian.
c. Uji Prasyarat Analisis Data
Tahapan uji prasyarat analisis data hampir sama dengan uji
prasyarat analisis sampel. Yang membedakan adalah data yang
digunakan, jika analisis sampel menggunakan data pretest,
sedangkan uji prasyarat analisis data menggunakan data posttest.
67

Uji prasyarat analisis data menggunakan bantuan software IBM


SPSS statistic versi 22. Rincian hasil uji prasyarat analisis data
sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Berdasarkan perhitungan uji normalitas dengan bantuan
software IBM SPSS statistic versi 22 terhadap data posttest
pada (Lampiran 12), maka hasil uji normalitas data posttest
secara umum dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas
Eksperimen dan Kontrol
Posttest
Statistik
Eksperimen Kontrol
α 0,05 0,05
Sig. 0,104 0,077
Kesimpulan Normal Normal

Berdasarkan data tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil uji


normalitas data posttest kelas eksperimen dan kontrol
diperoleh hasil dengan taraf signifikan (0,05) yang digunakan
pada penelitian sebesar 0,104 > 0,05 (kelas eksperimen) dan
0,077 > 0,05 (kelas kontrol). Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa data posttest kelas eksperimen dan kontrol
berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas dengan bantuan
software IBM SPSS statistic versi 22 terhadap data posttest
pada (Lampiran 12), maka hasil uji homogenitas data posttest
secara umum dapat dilihat pada Tabel 4.10.
68

Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Posttest pada


Kelas Eksperimen dan Kontrol
Statistik Posttest
α 0,05
Sig. 0,90
Kesimpulan Homogen

Berdasarkan data tabel 4.10 menunjukkan baha hasil uji


homogenitas data posttest kelas eksperimen dan kontrol
dengan taraf signifikansi (0,05), diperoleh hasil sig (0,90) > α
(0,05). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data posttest
kelas eksperimen dan kontrol berasal dari data varian sama
atau homogen.
d. Uji Hipotesis
Berdasarkan perhitungan uji hipotesis (independent sample T-
test) dengan bantuan software IBM SPSS statistic versi 22
terhadap data posttest pada (Lampiran 12), maka hasil uji
hipotesis (independent sample T-test) data posttest secara umum
dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Data Hasil uji Independent Sample T-test Posttest
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Statistik Posttest
Α 0,05
Sig. 0,000
Kesimpulan H0 ditolak, H1 diterima

Hasil data pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil posttest


kedua kelompok diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya terdapat perbedaan
yang signifikan dari hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol.
Artinya, berdasarkan hasil uji hipotesis (independent sample T-test)
kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa terdapat
69

pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap higher


order thinking skills (HOTS) peserta didik pada kelas eksperimen.

B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
problem based learning (PBL) terhadap higher order thinking skills
(HOTS) peserta didik pada materi koloid. Pada penelitian ini, kelas
eksperimen diberi perlakuan model problem based learning (PBL)
sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan model pembelajaran
konvensional (ceramah) dengan pendekatan saintifik. Dalam penelitian ini,
peneliti terlebih dahulu melakukan uji prasyarat sampel terhadap data
pretest dan uji prasyarat analisis terhadap data posttest. Berdasarkan Tabel
4.6 dan 4.7 dapat dilihat bahwa data pretest kelompok eksperimen dan
kontrol berdistribusi normal, hal tersebut menunjukkan bahwa sampel
yang diambil memiliki keadaan awal yang sama.
Adapun untuk menganalisis berpengaruh atau tidaknya model
problem based learning (PBL) terhadap higher order thinking skills
(HOTS), maka diperlukanlah uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan pada
data pretest dan posttest. Uji hipotesis yang digunakan peneliti yaitu uji
stastisik parametrik dengan uji independent sample T-test. Berdasarkan
hasil uji hipotesis yang terdapat pada tabel 4.8, menunjukan bahwa hasil
pretest kedua kelompok diperoleh nilai signifikan 0,268 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima artinya tidak terdapat perbedaan higher
order thinking skills (HOTS) peserta didik. Sehingga kedua kelas cocok
untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Hasil uji hipotesis data posttest yang terdapat pada tabel 4.11
diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05 hal tersebut menunjukan adanya
penolakan H0. Artinya terdapat perbedaan higher order thinking skills
(HOTS) peserta didik setelah diberi perlakuan yang berbeda. Hal tersebut
relevan dengan hasil penelitian (Berlina, 2020) yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifkan terhadap keterampilan berpikir tingkat
70

tinggi (HOTS) pada kelas eksperimen dan kontrol. Dengan begitu, dapat
dikatakan bahwa model problem based learning (PBL) berpengaruh
terhadap higher order thinking skills (HOTS) peserta didik. Pengaruh
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 terdapat perbedaan persentase rata-
rata indikator higher order thinking skills (HOTS) peserta didik yaitu
sebesar 71,00% dengan kategori baik, sedangkan untuk kelas kontrol
sebesar 58,00% dengan kategori cukup. Persentase yang diperoleh kelas
eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, sehingga hal tersebut
menunjukan bahwa penerapan model problem based learning (PBL) lebih
efektif daripada pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.1.

80% 71%
70%
60% 58%
50%
Eksperimen
40%
Kontrol
30%
20%
20% 17%

10%
0%
Pretest Posttest

Gambar 4.1 Grafik Persentase Rata-rata Pretest dan Posttest Kelas


Eksperimen dan Kontrol

Adapun kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dibuat


berdasarkan tahapan model problem based learning (PBL). Masalah
menjadi fokus utama pada pembelajaran yang disajikan dalam lembar
kerja peserta didik (LKPD) berbasis problem based learning (PBL).
Menurut Artikasari, dkk dalam jurnal (Yulianingtias, M.A, Tiwow, &
Diah, 2016), pola pembelajaran yang memfokuskan pada masalah serta
menggali ilmu pengetahuan mempunyai pengaruh positif terhadap
peningkatan kemampuan analisis dan rasa ingin tahu peserta didik untuk
meyampaikan solusi dari masalah yang relevan. Sejalan dengan penelitian
71

Rhem (1998) dalam jurnal (Flamboyant, Murdani, & Soeharto, 2018),


model problem based learning (PBL) diartikan sebagai model
pembelajaran dimana peserta didik disajikan masalah yang real,
kontekstual serta berusaha untuk menemukan pemecahan masalahnya.
Dengan begitu peserta didik mempunyai kesempatan untuk memecahkan
masalah tersebut berdasarkan pengalamannya.
Tahapan model problem based learning (PBL) yang peneliti
gunakan yaitu berdasarkan teori Arends (2012) yang terdiri dari
mengorientasi peserta didik terhadap masalah, mengorganisasi peserta
didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individu mapun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Adapun hasil rata-rata tahapan
problem based learning (PBL) pada lembar kerja peserta didik (LKPD)
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
120
100
LKPD 1
100 91
88 86 86 LKPD 2
82
80 71 71 LKPD 3
61 63
60
48
43
40

20

0
Tahap 1 & 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

Gambar 4.2 Grafik Presentase Tahapan Model Problem Based


Learning (PBL) Kelas Eksperimen

Tahapan pertama pada proses pembelajaran ini yaitu


mengorientasi peserta didik terhadap masalah, terdapat tiga masalah
yang disajikan dalam lembar kerja peserta didik (LKPD) di antaranya;
terkait perbedaan larutan, koloid, dan suspensi (bermain masak-masakan
di belakang rumah), terkait tipe koloid (Asap rokok), dan sifat koloid
72

(Penjernihan air dengan tawas). Dalam tahapan ini dapat melatih peserta
didik untuk memahami serta mengungkapkan informasi dari permasalahan
yang disajikan. Sehingga peserta didik mulai terbiasa untuk
mengemukakan ide-ide atau menyampaikan informasi terkait masalah apa
saja yang terdapat dalam wacana. Hal tersebut termasuk salah satu
indikator higher order thinking skills (HOTS) yaitu kemampuan
menganalisis (memfokuskan pertanyaan atau mengidentifikasi ide utama)
(Brookhart, 2010, hal. 42). Kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar
4.3.

Gambar 4.3 Mengorientasi Peserta Didik terhadap Masalah

Menurut Barbara (2001) dalam jurnal penelitian (Rosa & Pujiati,


2016) menyatakan bahwa pemberian masalah dalam proses pembelajaran
dapat membuat peserta didik lebih tertarik hingga dapat merangsangnya
menjadi lebih aktif. Sejalan dengan penelitian Royantoro, Mujasam,
Yusuf, & Widyaningsih (2018), bahwa dengan membiasakan proses
penyelesaian masalah, maka akan melatih kemampuan berpikir peserta
didik.
Tahapan kedua yaitu mengorganisasi peserta didik untuk belajar,
dalam hal ini pada LKPD 1 peserta didik diminta untuk mencari informasi
dari berbagai sumber yang relevan untuk mengidentifikasi perbedaan
larutan, koloid, dan suspensi. Hal tersebut termasuk salah satu indikator
higher order thinking skills (HOTS) yaitu kemampuan pengambilan
keputusan (mengevaluasi kredibilitas dari suatu sumber) dan menganalisis
73

(membandingkan dan membedakan) (Brookhart, 2010). LKPD 2 dan 3


peserta didik diminta untuk merumuskan pertanyaan serta menjawab
beberapa pertanyaan terkait dengan permasalahan yang disajikan. Hal
tersebut termasuk salah satu indikator higher order thinking skills (HOTS)
yaitu kemampuan menganalisis (memfokuskan pada pertanyaan atau
mengidentifikasi ide utama) (Brookhart, 2010, hal. 42). Kegiatan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Mengorganisasi Peserta Didik untuk Belajar

Menurut Gallager et al. (2000) dalam jurnal penelitian (Yuliani,


2022) menyatakan bahwa pada tahapan mengorganisasikan peserta didik
untuk belajar dibutuhkan kemampuan kolaborasi dikarenakan hal tersebut
membantu dalam kegiatan diskusi dan penyelidikan. Sejalan dengan jurnal
penelitian (Fitriyani, Jalmo, & Yolida, 2019) bahwa dengan berkolaborasi
dapat melatih kemampuan berkompromi dalam membagi tugas masing-
masing anggota kelompok untuk mewujudkan hasil yang disertai dengan
fakta atau bukti, serta melatih peserta didik untuk bertanggung jawab
dalam menyelesaikan tugas yang telah dibagikan.
Tahapan ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok, pada LKPD 1 peserta didik diminta melakukan percobaan
terkait larutan, koloid dan suspensi. Hal tersebut termasuk salah satu
indikator higher order thinking skills (HOTS) yaitu kemampuan mencipta
(Brookhart, 2010, hal. 55). Sebelum melakukan percobaan, peserta didik
mencari tahu terlebih dahulu terkait alat, bahan serta prosedur percobaan
74

terkait permasalahan yang disajikan. Sejalan dengan penelitian (Putri,


Suciati, & Ramli, 2014) bahwa sebelum melakukan penyelidikan terlebih
dahulu mengorganisasikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang
disajikan, hal tersebut dapat melatih peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan mengidentifikasi dari percobaan yang mereka lakukan.
Kegiatan investigasi atau percobaan tersebut memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mendapat pengalaman yang terkait terhadap apa yang
mereka lakukan. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Membimbing Penyelidikan Individu maupun Kelompok

LKPD 2 peserta didik diminta untuk menganalisis serta


mengidentifikasi elemen-elemen yang terdapat dalam contoh jenis-jenis
koloid. Hal tersebut termasuk salah satu indikator higher order thinking
skills (HOTS) yaitu kemampuan menganalisis (membedakan dan
membandingkan) (Brookhart, 2010, hal. 50). LKPD 3 peserta didik
diminta untuk menganalisis serta mencari dari berbagai sumber terkait
sifat-sifat koloid yang terdapat dalam kehidupan. Hal tersebut termasuk
salah satu indikator higher order thinking skills (HOTS) yaitu kemampuan
pengambilan keputusan (mengevaluasi kredibilitas dari suatu sumber)
(Brookhart, 2010, hal. 86).
Tahapan keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, dimana pada LKPD 1 dan 2 peserta didik diminta untuk
menyajikan serta mempresentasikan hasil karya (laporan percobaan,
diskusi) masing-masing kelompok secara bergantian dan peserta didik juga
75

diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan ketika kelompok lain


mempresentasikan hasil karyanya.
Sedangkan pada LKPD 3 peserta didik diminta untuk
menemukakan ide terkait pembuatan produk koloid masing-masing
kelompok dari berbagai sumber yang relevan, serta menyajikan dan
mempresentasikan hasil karya (laporan percobaan). Adapun hasil karya
masing-masing kelompok yaitu membuat produk koloid, di antaranya;
brownies, es krim, slime, mayoneis, dan pie susu. Salah satu contohnya
pada pembuatan pie susu yang merupakan salah satu jenis koloid Emulsi.
Emulsi merupakan jenis koloid yang terdiri dari zat cair yang terdispersi
dalam zat cair lain. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair
itu tidak saling melarutkan. Contoh lainnya yaitu pembuatan slime. Slime
termasuk jenis koloid karena pada proses pembuatannya menggunakan
campuran bedak (padat) yang dilarutkan dengan air, sehingga termasuk
dalam jenis koloid sol cair. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang
maksimal ditambahakan baby oil dan pewarna guna menghasilkan suatu
campuran yang kental.
Tahapan ini sejalan dengan penelitian Putri, Suciati, & Ramli
(2014), peserta didik dituntut untuk mencari informasi dari berbagai
sumber terkait informasi yang mereka butuhkan melalui pengamatan
secara langsung. Hal tersebut terrmasuk salah satu indikator higher order
thinking skills (HOTS) yaitu kemampuan pengambilan keputusan
(mengevaluasi kredibilitas dari suatu sumber) (Brookhart, 2010, hal. 86)
serta kemampuan mencipta (Brookhart, 2010, hal. 55). Kegiatan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 4.6.
76

Gambar 4.6 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Tahap terakhir yaitu, mengevaluasi dan menganalisis proses


pemecahan masalah. Pada tahap ini, dalam LKPD 1, 2, dan 3 guru
bersama peserta didik menyimpulkan serta merefleksi hasil belajar terkait
materi koloid. Selain itu, guru perlu mengevaluasi serta mengklarifikasi
terhadap hasil diskusi yang telah peserta didik sampaikan. Hal ini
bertujuan agar terbentuknya konsep dalam benak peserta didik (Putri,
Suciati, & Ramli, 2014).
Selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik berinteraksi
dengan anggota kelompok serta saling bertukar pikiran untuk
menyelesaikan masalah yang terdapat dalam lembar kerja peserta didik
(LKPD). Karena dengan hal tersebut, peserta didik akan lebih mudah
memahami materi yang dikaji. Apalagi masing-masing anggota yang
terdapat dalam suatu kelompok merupakan teman sebaya sendiri, sehingga
meminimalisir terjadinya kecanggungan untuk bertanya kepada teman
yang lebih mengerti, dan proses pembelajaranpun berjalan dengan baik.
Sesuai dengan pendapat Bruner dalam (Dahar 1988: 125) menyatakan
bahwa berusaha sendiri untuk mencari solusi masalah serta pengetahuan
yang menyertainya itu menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Trianto, 2007, hal. 67). Kegiatan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.7.
77

Gambar 4.7 Mengevaluasi dan Menganalisis Proses


Pemecahan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, tahapan dalam model problem


based learning (PBL) yang diterapkan di kelas eksperimen dapat
membantu peserta didik untuk meningkatkan higher order thinking skills
(HOTS) pada materi koloid. Higher order thinking skills (HOTS)
meningkat karena peserta didik terlebih dahulu disajikan sebuah
permasalahan, lalu diminta untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah. Selanjutnya peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan
percobaan terkait koloid. Dengan demikian, model problem based
learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang
menghasilkan pembelajaran bermakna dikarenakan pada setiap tahapannya
peserta didik terlibat aktif. Hal ini sejalan dengan penelitian (Putri, Suciati,
& Ramli, 2014) bahwa penggunaan model problem based learning (PBL)
memberikan banyak manfaat; di antaranya membantu peserta didik untuk
mandiri dalam menemukan konsep yang akan dipelajari. Diperkuat juga
dengan penelitian (Budiarti & Airlanda, 2019) bahwa dalam pembelajaran
model problem based learning (PBL) mempunyai beberapa kelebihan
diantaranya permasalahan disajikan pada awal pembelajaran, kemudian
peserta didik menyelesaikan masalah secara berkelompok. Hal tersebut
dapat menambah pengalaman berkolaborasi dan interaksi dengan sesama
anggota kelompok.
78

Selama pembelajaran berlangsung peserta didik diminta untuk


aktif. Selain itu, peserta didik juga harus selalu diawasi atau dibimbing
agar diskusi dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut didukung dengan
hasil lembar observasi terhadap keterlaksanaan model problem based
learning (PBL) yang dapat dilihat pada lampiran 5.
Adapun dalam penelitian ini juga mengukur beberapa indikator
higher order thinking skills (HOTS) menurut teori Susan M. Brookhart
menggunakan tes essay. Data persentase hasil posttest setiap indikator
higher order thinking skills (HOTS) kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat pada Gambar 4.8.
90% 85% 82% 85%
80%
72% 72% 68% 66%
70%
60%
50%
38% 38%
40%
34%
30%
18% 15%
20%
10%
0%

Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol

Gambar 4.8 Grafik Presentase Indikator HOTS Posttest Kelas


Eksperimen dan Kontrol

1. Menganalisis
a. Memfokuskan pada pertanyaan atau mengidentifikasi ide
utama
Tujuan yang ingin dicapai pada indikator ini adalah
memfokuskan suatu permasalahan dengan cara merumuskan
79

pertanyaan-pertanyaan atau menemukan ide utama yang berkaitan


dengan masalah tersebut. Indikator memfokuskan pertanyaan atau
mengidentifikasi ide utama disajikan wacana terkait pembuatan
produk koloid, dan sebuah informasi terkait contoh koloid dalam
kehidupan sehari-hari yang terdapat pada soal nomor 3 dan 6.
Dalam hal ini peserta didik diminta untuk mengidentifikasi poin
utama yang berkaitan dengan koloid. Gambar 4.9 dan 4.10
merupakan contoh jawaban peserta didik kelas eksperimen dan
kontrol.

Gambar 4.9 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen

Gambar 4.10 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Perolehan presentase indikator memfokuskan pertanyaan


atau mengidentifikasi ide utama pada kelas eksperimen termasuk
80

kategori baik (80%) dan sangat baik (89%), sedangkan pada kelas
kontrol termasuk kategori baik (70%, 73%). Berdasarkan jawaban
tersebut, terlihat jawaban kelas eksperimen lebih baik dari kelas
kontrol. Hal tersebut dapat dilihat pada jawaban peserta didik
kelas eksperimen yang mulai bisa fokus terhadap suatu masalah
sehingga dapat mengidentifikasi poin utama dari masalah yang
disajikan.
Selain itu, perbedaan perlakuan pada kegiatan pembelajaran
juga mempengaruhi hasil tersebut. Dalam hal ini kelas
eksperimen diberikan lembar kerja peserta didik (LKPD) berisi
wacana-wacana yang berkaitan dengan materi koloid, sedangkan
kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol hanya diberikan sebuah
video-video atau hanya mengadalkan dari penjelasan guru. Hal ini
sejalan dengan penelitian (Royantoro, Mujasam, Yusuf, &
Widyaningsih, 2018), dengan menyajikan suatu permasalahan
diawal kegiatan pembelajaran dapat membantu melatih higher
order thinking skills (HOTS) peserta didik ditandai dengan hasil
jawaban peserta didik yang mampu mengurai informasi sesuai
maksud dalam soal. Diperkuat juga dengan pendapat Ennis
(1996) dalam Pusparini, Feronika, & Bahriah (2018), fokus
penting untuk mengetahui suatu hal yaitu dengan membuat
pertanyaan yang berkaitan dengan suatu permasalahan yang dapat
membuat pikiran menjadi lebih terarah untuk mengetahui poin
utama dari suatu permasalahan.
b. Menganalisis argumen
Perolehan presentase indikator menganalisis argumen pada
kelas eksperimen termasuk kategori sangat baik (90%), baik
(78%), baik (68%), dan sangat baik (89%). Sedangkan kelas
kontrol sangat baik (90%), baik (74%), cukup (54%), dan sangat
baik (90%). Dalam indikator ini peserta didik diminta untuk
memberikan suatu argumen seperti yang terdapat pada soal
81

nomor 2, 4, 5 dan 10. Gambar 4.11 dan 4.12 disajikan contoh


jawaban peserta didik kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar 4.11 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen

Gambar 4.12 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada indikator ini adalah


menganalisis suatu argumen dengan mengidentifikasi alasan
(sebab) yang sesuai. Sejalan dengan pendapat Ennis dalam
82

penelitian Pusparini, Feronika, & Bahriah (2018),


mengidentifikasi suatu permasalahan dengan alasan yang tepat
dapat melatih higher order thinking skills (HOTS) peserta didik
indikator menganalisis argumen. Diperkuat juga dalam penelitian
Redhana (2013), kemampuan berargumen atau peserta didik
terlatih dengan kebiasaaan peserta didik dalam merumuskan
solusi. Karena dalam merumuskan solusi peserta didik dituntut
untuk selalu berkomunikasi dengan memberikan alasan-alasan
yang sesuai. Dapat dilihat pada gambar 4.12 menunjukkan bahwa
peserta didik mulai mampu mengidentifikasi mana yang berperan
sebagai fase terdispersi dan medium pendispersinya, serta pada
kelas eksperimen peserta didik sudah bisa memberikan alasan dari
suatu jawaban.
c. Membandingkan dan membedakan
Tujuan yang ingin dicapai pada indikator ini adalah peserta
didik mampu membandingkan atau membedakan mana yang
termasuk koloid atau bukan. Sejalan dengan pendapat Brookhart
(2010, hal. 50), bahwa pada indikator membandingkan atau
membedakan peserta didik disajikan beberapa gambar atau
peristiwa, kemudian peserta didik mengidentifikasi elemen-
elemen tersebut baik dari persamaan ataupun perbedaannya.
Adapun dalam indikator ini, peserta didik disajikan tiga
campuran pada saat percobaan. Berdasarkan percobaan tersebut
peserta didik diminta untuk mengamati perbedaan yang terdapat
pada tiga campuran. Hal tersebut terdapat pada soal nomor 1.
Sejalan dengan penelitian Fernanda, Haryani, Prasetya, & Hilmi
(2019), dengan percobaan peserta didik dapat membuktikan
kebenaran dari suatu teori yang dimilikinya sehingga
pengetahuannya menjadi lebih matang. Percobaan juga dapat
dijadikan suatu landasan untuk menjawab permasalahan yang
83

dihadapi. Gambar 4.13 dan 4.14 disajikan contoh jawaban peserta


didik kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar 4.13 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen

Gambar 4.14 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Adapun perolehan persentase indikator membedakan dan


membandingkan pada kelas eksperimen dan kontrol termasuk
sangat baik (91%, 88%). Walaupun persentase yang diperoleh
termasuk kategori yang sama, tapi jika dilihat berdasarkan
jawaban peserta didik kelas eksperimen lebih rinci daripada kelas
kontrol.

2. Mengevaluasi
a. Mengevaluasi materi dan metode berdasarkan tujuan yang
dimaksud
Menurut Gunawan (2006) dalam penelitian Hayon, Warani
& Bria (2017), evaluasi merupakan kemampuan menentukan nilai
suatu materi untuk tujuan tertentu. Dijelaskan juga oleh
(Brookhart, 2010, hal. 53) bahwa indikator mengevaluasi materi
dan metode berdasarkan tujuan yang dimaksud merupakan
kemampuan peserta didik dalam memberikan konklusi yang
didukung menggunakan logika dan bukti yang sesuai. Sejalan
dengan penelitian Sismawarni, Usman, Hamid, &
Kusumaningtyas (2020), kemampuan mengevaluasi berhubungan
dengan kemampuan membuat hipotesis serta memberikan
84

penilaian terhadap solusi dari permasalahan berdasarkan


pemahaman yang dimilikinya. Dalam hal ini peserta didik
disajikan suatu permasalahan atau gambar, kemudian peserta
didik diminta untuk mengidentifikasi hubungan permasalahan
yang terjadi dengan materi. Hal tersebut pada soal nomor 7,8 dan
9. Gambar 4.15 dan 4.16 disajikan contoh jawaban peserta didik
kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar 4.15 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen


85

Gambar 4.16 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Adapun perolehan persentase indikator mengevaluasi


materi dan metode dan berdasarkan tujuan yang dimaksud kelas
eksperimen termasuk kategori baik dan sangat baik (73% dan
89%, 84%) sedangkan kelas kontrol termasuk kategori baik,
sangat baik (66%, 90% dan 61%). Dilihat dengan hasil presentase
kelas eksperimen memperoleh hasil lebih baik daripada kelas
kontrol, karena pada lembar kerja peserta didik (LKPD) disajikan
sebuah permasalahan yang hampir serupa. Peserta didik kelas
eksperimen lebih baik dalam menyampaikan tujuan materi yang
dimaksud. Sejalan dengan penelitian (Sismawarni, Usman,
Hamid, & Kusumanigtyas, 2020), bahwa kemampuan
mengevaluasi kelas eksperimen lebih tinggi dikarenakan pada
kelas eksperimen diberikan isu sosisiosaintifik yang melibatkan
opini peserta didik dalam memberikan penilaian opini mana yang
benar terkait isu yang diberikan.
86

3. Penalaran dan Logika


a. Membuat atau mengevaluasi kesimpulan deduktif dan
induktif
Tujuan yang ingin dicapai pada indikator ini adalah peserta
didik dapat menarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang
disajikan. Menurut Susan M Brookhart (2010) menyatakan bahwa
kemampuan membuat atau mengevaluasi kesimpulan deduktif dan
induktif merupakan kemampuan menghasilkan konklusi yang logis
dari permasalahan atau informasi yang disajikan. Dalam hal ini
peserta didik disajikan beberapa wacana atau informasi, kemudian
peserta didik diminta untuk menentukan sebuah cara pembuatan
koloid atau menentukan fase terdispersi dan medium pendispersi
dari beberapa jenis koloid yang disajikan. Hal tersebut terdapat
pada soal nomor 11, 12, 13 dan 14. Gambar 4.17, 4.18, 4.19, dan
4.20 disajikan contoh jawaban peserta didik kelas eksperimen dan
kontrol.

Gambar 4.17 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen (Deduktif)

Gambar 4.18 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol (Deduktif)


87

Gambar 4.19 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen (Induktif)

Gambar 4.20 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol (Induktif)

Adapun perolehan persentase indikator membuat atau


mengevaluasi kesimpulan deduktif dan induktif pada kelas
eksperimen termasuk kategori sangat baik dan baik (85%, 90%,
88

77% dan 78%) sedangkan kelas kontrol baik dan cukup (68%,
90%, 55% dan 49%). Terdapat perbedaan yang signifikan,
terutama pada indikator membuat atau mengevaluasi kesimpulan
induktif. Peserta didik kelas eksperimen memperoleh presentase
lebih tinggi daripada kelas kontrol, karena pada indikator ini
terdapat dalam tahapan lembar kerja peserta didik (LKPD) problem
based learning (PBL). Dapat dilihat pada jawaban peserta didik
kelas eksperimen yang mampu menyimpulkan jenis-jenis koloid
berdasarkan fase terdispesi dan medium pendispersinya serta dapat
menentukan proses membuat produk koloid. Sejalan dengan
penelitian (Pusparini, Feronika, & Bahriah, 2018) bahwa peserta
didik kelas eksperimen lebih baik dalam menarik kesimpulan,
karena dilatih melalui LKPD yang sesuai dengan tahapan PBL.

4. Pengambilan Keputusan
a. Mengevaluasi kredibilitas dari suatu sumber
Tujuan yang ingin dicapai pada indikator ini adalah
mempertimbangkan kesesuaian dari suatu sumber. Menurut Susan
M Brookhart (2010, hal. 86) pada indikator mengevaluasi
kredibilitas suatu sumber, peserta didik memilih bagian mana
yang bisa dipercaya atau tidak dipecaya (jika ada) dari suatu
sumber baik dari buku, koran atau internet. Sejalan dengan
Fernanda, et.al.,(2019), kemampuan mempertimbangkan
kredibilitas suatu sumber merupakan kemampuan peserta didik
dalam menerapkan prosedur yang telah ada dari sumber
terpercaya dalam menyelesaikan suatu pemasalahan.
Pada indikator ini, peserta didik disajikan bahan-bahan
pembuatan es krim dari suatu sumber, kemudian peserta didik
diminta untuk menentukan apakah sumber tersebut valid dan
bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai untuk membuat es krim, hal
tersebut terdapat pada soal nomor 16. Gambar 4.21 dan 4.22
89

disajikan contoh jawaban peserta didik kelas eksperimen dan


kontrol.

Gambar 4.21 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen

Gambar 4.22 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Menurut Kurniahtunnisa, Dewi, & Utami (2016, p. 313),


kegiatan membaca permasalahan pada model problem based
learning (PBL) dapat melatih kemampuan peserta didik
mempertimbangkan suatu sumber belajar apakah dapat dipercaya
atau tidak. Adapun perolehan persentase indikator mengevaluasi
kredibilitas dari suatu sumber pada kelas eksperimen termasuk
kategori baik (66%) sedangkan kelas kontrol termasuk kategori
kurang (34%).
b. Mengidentifikasi asusmsi yang tersirat
Menurut Fischer dalam penelitian Pusparini, Feronika &
Bahriah (2018), asumsi merupakan keyakinan yang secara jelas
diterima atau dianggap benar oleh penulis tetapi mereka tidak
meyatakannya secara eksplisit. Indikator mengidentifikasi asumsi
yang tersirat merupakan suatu kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi asumsi dari berbagai pilihan secara jelas
90

(Brookhart, 2010, hal. 88). Pada salah satu soal indikator ini
peserta didik disajikan sebuah gambar proses pembuatan tahu,
kemudian peserta didik diminta untuk menjelaskan adakah sifat
koloid dalam proses pembuatan tahu tersebut. Soal essay terkait
indikator mengidentifikasi asumsi yang tersirat terdapat pada
nomor 15 dan 17. Gambar 4.23 dan 4.24 disajikan contoh
jawaban peserta didik kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar 4.23 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen

Gambar 4.24 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Adapun perolehan persentase indikator mengidentifikasi


asumsi yang tersirat kelas eksperimen termasuk kategori baik dan
cukup (70% dan 45%), sedangkan pada kelas kontrol termasuk
kategori cukup dan kurang (42% dan 24%). Dari perolehan
presentase tersebut kelas eksprimen lebih baik dalam
mengidentifikasi asumsi yang tersirat daripada kelas kontrol.
Sejalan dengan penelitian (Budiarti & Airlanda, 2019) bahwa
rata-rata skor indikator mengidentifikasi asumsi pada siklus I dan
siklus II mengalami peningkatan. Dijelaskan juga dalam
penelitian (Fernanda, Haryani, Prasetya, & Hilmi, 2019) bahwa
pada indikator mengidentifikasi asumsi memperoleh nilai dengan
91

rata-rata presentase 83,33% (kelompok siswa tinggi), 61,35%


(kelompok siswa sedang) dan 35,56 (kelompok siswa rendah).
Hasil tersebut menunjukan sebagian besar kelompok siswa tinggi
sudah memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi asumsi
dengan baik. Sedangkan pada kelompok siswa sedang dan rendah
masih sedikit kesulitan dalam mengidentifikasi asumsi.

5. Pemecahan Masalah
a. Mengidentifikasi atau mendefinisikan masalah
Indikator mengidentifikasi atau mendefinisikan masalah
merupakan kemampuan peserta didik dalam mengajukan
pertanyaan terkait masalah yang perlu dijawab untuk menuntaskan
suatu masalah (Brookhart, 2010, hal. 102). Dalam indikator ini
peserta didik disajikan sebuah permasalahan, kemudian peserta
didik diminta untuk mengidentifikasi masalah. Hal tersebut
terdapat pada soal nomor 19. Gambar 4.25 dan 4.26 disajikan
contoh jawaban peserta didik kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar 4.25 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen

Gambar 4.26 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Adapun perolehan persentase indikator mengidentifikasi atau


mendefinisikan masalah kelas eksperimen termasuk kategori
92

kurang (38%) sedangkan sangat kurang (18%). Dari presentase


tersebut dapat dilihat bahwa pada proses model problem based
learning (PBL) yang lebih melibatkan peserta didik, membuat hasil
presentase peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol. Akan tetapi dari hasil presentase kelas eksperimen
juga belum terlalu baik dikarenakan kurangnya peserta didik dalam
berkomunikasi kelompok dan saling mengandalkan saat
menyelasaikan tugas. Hal itu sejalan dengan pendapat Roh (2003)
dalam penelitian Prasetyani, et al., (2016, hal. 37) bahwa pada
proses pembelajaran berbasis masalah masih terdapat beberapa
indikator yang kurang efektif, karena kesulitan peserta didik dalam
bekerjasama dan kemauan untuk belajar mandiri.
b. Mendeskripsikan dan mengevaluasi beberapa solusi
Indikator mendeskripsikan dan mengevaluasi beberapa solusi
merupakan kemampuan peserta didik dalam mendeskripsikan
berbagai cara dalam menyelesaikan masalah (Brookhart, 2010, hal.
107). Dalam indikator ini peserta didik disajikan sebuah
permasalahan, kemudian peserta didik diminta untuk
menyelesaikan masalah dengan beberapa solusi. Hal tersebut
terdapat pada soal nomor 18 dan 20. Gambar 4.27 dan 4.28
disajikan contoh jawaban peserta didik kelas eksperimen dan
kontrol.

Gambar 4.27 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen


93

Gambar 4.28 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Menurut Kurniahtunnisa, Dewi & Utami (2016), proses


model problem based learning (PBL) peserta didik membaca
permasalahan, mendiskusikan serta mencari solusi yang membuat
peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mendeskripsikan
dan mengevaluasi beberapa solusi. Adapun perolehan persentase
indikator mendeskripsikan dan mengevaluasi beberapa solusi kelas
eksperimen termasuk kategori kurang dan cukup (28% dan 52%)
sedangkan kelas kontrol termasuk kategori kurang (24% dan 22%).
Dilihat dari hasil presentase yang didapat baik kelas eksperimen
maupun kontrol termasuk kategori yang kurang memuaskan. Hal
tersebut karena kurangnya komunikasi dan kolaborasi antar
anggota kelompok. Sejalan dengan pendapat Roh (2003) dalam
penelitian Prasetyani, et al., (2016, hal. 37) bahwa pada proses
pembelajaran berbasis masalah masih terdapat beberapa indikator
yang kurang efektif, karena kesulitan peserta didik dalam
bekerjasama dan kemauan untuk belajar mandiri.

6. Kreativitas, Berpikir Kreatif, dan Mencipta


a. Berpikir kreatif dan Mencipta
Indikator berpikir kreatif merupakan kemampuan peserta
didik dalam membuat beberapa ide baru atau mengatur ulang ide
dengan cara yang berbeda (Brookhart, 2010, hal. 132). Dijelaskan
juga dengan pendapat Hmelo-Silver dalam penelitian (Raiyn &
Oleg, 2015), kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan
mengidentifikasi masalah, esfisiensi (menghasilkan ide),
94

fleksibilitas menghasilkan berbagai ide yang mencirikan


pemahaman fleksibel), orisinalitas (menghasilkan ide tidak
umum) dan elaborasi (mengembangkan ide). Dijelaskan juga oleh
(Ariyana, Pudjiastuti, Bestary, & Zamroni, 2018) bahwa berpikir
kreatif dapat berupa pemikiran imajinatif, mengahasilkan banyak
kemungkinan solusi, berbeda dan bersifat lateral. Sementara itu,
indikator mencipta merupakan kemampuan peserta didik
menyatukan hal-hal baru atau mengatur ulang ide yang ada
(Brookhart, 2010, hal. 55). Indikator berpikir kreatif peserta didik
disajikan sebuah informasi mengenai pembuatan produk koloid
dengan cara peptisasi, kemudian peserta didik diminta untuk
mndiskusikan ide pembuatan produk koloid yang lain dengan
cara peptisasi, hal tersebut terdapat pada soal nomor 22.
Sedangkan pada indikator mencipta peserta didik diminta untuk
mendiskusikan ide untuk membuat suatu produk koloid. Gambar
4.29 dan 4.30 disajikan contoh jawaban peserta didik kelas
eksperimen dan kontrol.

Gambar 4.29 Jawaban Peserta Didik Kelas Eksperimen

Gambar 4.30 Jawaban Peserta Didik Kelas Kontrol

Adapun perolehan persentase indikator berpikir kreatif


kelas eksperimen termasuk kategori kurang (38%) sedangkan
kelas kontrol termasuk kategori sangat kurang (15%). Dari hasil
95

perolehan persentase tersebut, kemampuan bepikir kreatif peserta


didik kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini
dipengaruhi salah satunya terdapat pada tahapan model problem
based learning (PBL), peserta didik diminta untuk mendiskusikan
ide pembuatan produk koloid beserta prosedur percobaannya
kemudian membuat produk koloid tersebut. Hal ini sejalan
dengan penelitian Nellasari (2018, hal. 66), dengan meminta
peserta didik untuk mengidentifikasi masalah, mendiskusikan ide
serta melakukan percobaan dapat meningkatkan higher order
thinking skills (HOTS) peserta didik indikator berpikir kreatif dan
mencipta. Sejalan dengan penelitian Oktaviani, et al., (2017, hal.
15), kreatifitas merupakan salah satu aspek penilaian
psikomotorik peserta didik. Kreatifitas peserta didik dinilai dari
hasil poster, video, atau laporan (produk) yang telah disusun
bersama teman sekelompok.

Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan di atas, diperoleh


rata-rata persentase indikator higher order thinking skills (HOTS)
peserta didik tertinggi kelas eksperimen yaitu pada indikator
menganalisis dan mengevaluasi yang terdapat pada (Gambar 4.8),
sedangkan kelas kontrol yaitu pada indikator menganalisis dan
mengevaluasi yang terdapat pada (Gambar 4.8). Hal tersebut
menunjukkan bahwa model problem based learning (PBL) memiliki
pengaruh positif dalam meningkatkan higher order thinking skills
(HOTS).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, telah diperoleh hasil uji hipotesis
berbantuan software SPSS versi 22 diperoleh nilai Sig. (2-tailed) < α
(0,000 < 0,005), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut
menandakan adanya perbedaan rata-rata posttest yang signifikan antara
kelas eksperimen dan kontrol. Perbedaan rata-rata nilai possttest yang
diperoleh kelas eksperimen sebesar 71% (Baik) dan nilai rata-rata kelas
kontrol sebesar 58% (Cukup). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap higher
order thinking skills (HOTS) peserta didik SMAS Nusantara Unggul pada
materi koloid.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang
dapat diberikan sebagai berikut:
1. Penggunaan model problem based learningi (PBL) dapat dijadikan
salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan higher
order thinking skills (HOTS) peserta didik, terlebih pada materi yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Model problem based learningi (PBL) membutuhkan alokasi waktu
yang cukup banyak, sehingga guru disarankan mengatur waktu sebaik
mungkin supaya tahapan pada model problem based learningi (PBL)
dapat berjalan dengan baik dan maksimal.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dan
memperkuat lagi hasil penelitian mengenai model problem based
learningi (PBL) dalam meningkatkan kemampuan berpikir yang
lainnya serta materi yang berbeda.

96
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning:


Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajaran di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana.

Arends, R. I. (2012). Learnig to Teach, Ninth Edition. New York: The Mc Graw
Hill Companies.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka cipta.

Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., & Zamroni. (2018). Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan Kebudayaan.

Badjeber, R., & Purwaningrum, J. P. (2018). Pengembangan Higher Order


Thinking Skills. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 1(1), 36-43.
Dipetik November 2018

Berlina, S. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL)


terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) pada Konsep
Sistem Peredaran Darah. Jakarta.

Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skills In Your


Classroom. Amerika Serikat: Alexandria, Virginia USA.

Budiarti, I., & Airlanda, G. S. (2019, January). Peneapan Model Problem Based
Learning Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis. Jartika (Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan,
2(1), 167-183.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Eggen, P., & Kauchak, D. (2012). Strategic and Models for Teachers: Teaching
Content and Thinking Skills, Sixth Edition. Dalam W. T. S, Strategi dan
Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir,
Edisi 6. In Tim Indeks (Ed.). Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media.

Fernanda, A., Haryani, S., Prasetya, A. T., & Hilmi, M. (2019). Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Materi Larutan
Penyangga dengan Model Pembelajaran Predict Observe Explain. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1), 2326-2336.

97
98

Fitriani, S. A., & Sari, D. E. (2019). Penerapan Kemampuan Berpikir Tingkat


Tinggi Pada Penyelesaian Soal High Order Thinking Skill (HOTS) Dalam
Pembelajaran Akuntansi. Seminar Nasional Pendidikan Pengembangan
Kualitas Pembelajaran Era Generasi Milenial 2019, 73-76.

Fitriyani, D., Jalmo, T., & Yolida, B. (2019). Penggunaan Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dan Berpikir
Tingkat Tinggi. Jurnal Bioterdidik, 7(3), 77-87. Retrieved May 2019

Flamboyant, F. U., Murdani, E., & Soeharto. (2018). Pengaruh Model Problem
Based Learning Terhadap Higher Order Thinking Skills Peserta Didik
SMA Negeri di Kota Singkawang pada Materi Hukum Archimedes.
Variabel, 1(2), 51-59.

Gradini, E. (2019, Oktober 2). Menilik Knsep Kemampuan Berpikir Tingkat


Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Dalam Pembelajaran Matematika.
Jurnal Numeracy, 6(2), 189-203.

Haryanto, Ahda, Y., & Darussyaamsu, R. (2018). Analisis Aspek Kemampuan


Berpikir Tingkat Tinggi pada Instrumen Penilaian Materi Fungi untuk
Peserta Didik SMA/MA Kelas X. 3(1), 32-40.

Hayon, V. H., Wariani, T., & Bria, C. (2017). Pengaruh Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi (High Order Thinking) Terhadap Hasil Belajar Kimia
Materi Pokok Laju Reaksi Mahasiswa Semester I Program Studi
Pendidikan Kimia FKIP Unwira Kupang Tahun Akademik 2016/2017.
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017, 309-316.

Irmawati, R. D., Supriyati, Y., & Suseno, M. (2018, Agustus). Pengaruh Strategi
Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Higher Order Thinking Skills
(HOTS) dalam Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal
Tunas Bangsa, 5(2), 143-156.

Kadir. (2016). Statistika Terapan (Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan
Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.

Kemendikbud. (2014). Perubahan Pola Pikir dalam Kurikulum 2013. 20. Diambil
kembali dari Kemendikbud.go.id

King, F., Goodson, L., & Rohani, F. (t.thn.). Higher Order Thinking Skills:
Definition, Teaching Strategies, Assesment. Educational Services Program.

Kurniahtunnisa, Dewi, N. K., & Utami, N. R. (2016). Pengaruh Model Problem


Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi Sistem
Ekskresi. Journal of Biology Education, 5(3), 310-318.
99

Kusuma, M. D., Rosidin, U., Abdurrahman, & Suyatna, A. (2017). The


Development of Higher Order Thinking Skill (HOTS) Instrument
Assessment in Pysics Study. IOSR Journal of Research & Method in
Education, 7(1), 26-32. Retrieved from http://www.iosrjournals.org

Kuswana, W. S. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Majid, A. (2013). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Marsita, R. A., Priatmoko, S., & Kusuma, E. (2010). Analisis Kesulitan Belajar
Kimia Siswa SMA dalam Memahami Materi Larutan Penyangga dengan
Menggunakan Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1), 512-520.

Mayasari, R., & Adawiyah, R. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran


Berdasarkan Masalah pada Pembelajaran Biologi terhadap Hasil Belajar
dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi di SMA. Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia, 1(3), 255-262.

Mustapa, K. (2014). Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Kemampuan


Berpikir Tingkat Tinggi. Jurnal Pendidikan Humaniora, 2(4), 348-357.
Dipetik November 18, 2014

Nellasari, K. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning Dengan Metode


Brainstorming Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jakarta.

Oktaviani, C., Nurmaliah, C., & Mahidin. (2017). Implementasi Model Problem
Based Learning terhadap Kreativitas Peserta Didik pada Materi Laju
Reaksi di SMAN 4 Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 5(1),
12-19. Diambil kembali dari http://jurnal.unsyiah.ac.id

Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., Nachtrieb, N. H., & S, L. S. (2001). Prinsip-prinsip


Kimia Modern; Edisi keempat Jilid 1. In D. W. Dalam A. T. S.S,
Principles of Modern Chemistry. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014).


Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

Petrucci, Harwood, Herring, & A, S. (2008). Kimia Dasar: Prinsip-Prinsip dan


Aplikasi Modern. Dalam A. T. S.S, General Chemistry: Prinsip-Prinsip
dan Aolikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 2.

Prasetyani, E., Hartono, Y., & Susanti, E. (2016). Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa Kelas XI dalam Pembelajaran Trigonometri Berbasis
100

Masalah di SMA Negeri 18 Palembang. Jurnal Gantang Pendidikan


Matematika, 1(1), 31-40. Dipetik August 2016

Purwanto, M. N. (2010). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pusparini, S. T., Feronika, T., & Bahriah, E. S. (2018). Pengaruh Model


Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Koloid. Jurnal Riset Pendidikan Kimia,
8(1), 35-42. Retrieved from https://doi.org/10.21009/JRPK.081.04

Putri, A., Suciati, & Ramli, M. (2014). Pengaruh Model Problenm Based Learning
Berbasis Potensi Lokal pada Pembelajaran Biologi terhadap Kemampuan
Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cepogo. Bio-Pedagogi, 3(2),
81-94. Retrieved October 2014

Raiyn, J., & Oleg, T. (2015, July). Higher Order Thinking Development throught
Adaptive Problem Based Learning. Journal of Education and Training
Studies, 3(4), 93-100. doi:10.11114/jets.v3i4.769

Redhana, I. W. (2013). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan


Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan
dan Pengajaran, 76-86.

Retnawati, H., Djidu, H., Kartianom, Apino, E., & Anazifa, R. D. (2018).
Teachers Knowledge About Higher Order Thinking Skills and Its
Learning Strategy. Problems of education in the 21th century, 76(2), 215-
230.

Rosa, N. M., & Pujiati, A. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis


Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Berpikir
Kreatif. Jurnal Formatif, 6(3), 175-183.

Royantoro, F., Mujasam, Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018). Pengaruh


Model Problem Basd Learning terhadap Higher Order Thinking Skills
Peserta Didik. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3), 371-382.
doi:http://dx.doi.org/10.20527/bipf.v6i3.5436

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sadia, I. W. (2014). Model-Model Pembelajaran Sains Kontruktivistik.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saefudin, A., & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
101

Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT.


Bumi Aksara.

Sismawarni, W. U., Usman, Hamid, N., & Kusumanigtyas, P. (2020). Pengaruh


Penggunaan Isu Sosiosaintifik dalam Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Jambura
Journal of Educatonal Chemistry, 2(1), 10-17. Dipetik July 09, 2020, dari
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjec

Sofyatiningrum, E., Sisdiana, E., Astuti, R., Hariyanti, E., Efaria, L., Krisna, F.
N., & Tola, B. (2018). Muatan HOTS Pada Pembelajaran Kurikulum 2013
Pendidikan Dasar. Dalam Mahdiansyah, Y. Wirda, & L. H. Winingsih
(Penyunt.). Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan
Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan tindakan.


Bandung: PT. Refika Aditama.

Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Suprijono, A. (2016). Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suryanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syah, M. (2014). Psikologi Pendidikan; Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Syukri, S. (1999). Kimia Dasar 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung (ITB).

Thomas, A., & Thorne, G. (2009). Higher level thinking - It's HOT! The Center
for Development and Learning, 1. Retrieved April 17, 2016, from
http://www.cdl.org/articles/higher-order-thinking-its-hot/

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. (20).


102

Wahyuni, S. (2017). Development Test System Based on Linear Equations Two


Variable Revised Taxonomy Bloom to Measure High Order Thinking
Skills at Students Class VII SMPN Sungguminasa Gowa. Jurnal Daya
Matematis, 5(1), 129-152.

Widana, I. W. (2017, February 1). Higher Order Thinking Skills Assesment


(HOTS). JISAE, 3(1), 32-44.

Widyatmoko, H. (2009). Kimia Dasar Tingkat Universitas. Jakrta: Universitas


Trisakti.

Yaumi, M. (2013). Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dnegan


Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana Ptrnadamedia Group.

Yuliani, N. K. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning


(PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal
Pendidikan dan Profesi Keguruan, 1(2), 82-91.

Yulianingtias, H. P., M.A, V., Tiwow, & Diah, W. A. (2016). Pengaruh Model
Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
dan Hasil Belajar Siswa Pelajaran IPA VII SMP Negeri 3 Palu. e-Jurnal
Mitra Sains, 4(2), 62-70.

Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K. (2009). Strategi Pembelajaran SAINS.


Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
103

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis KI dan KD

ANALISIS KOMPETENSI DASAR


KIMIA

Mata Pelajaran : Kimia


Kelas/Semester : XI/Ganjil
Alokasi Waktu : 6 pertemuan
Materi Pokok : Koloid

A. Kompetensi Inti (KI):


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung
jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan kawasan internasional”.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.

104
105

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi


(IPK):
3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan
menjelaskan kegunaan koloid dalam kehidupan
berdasarkan sifat-sifatnya.
3.14.1 Membedakan koloid, suspensi dan larutan
3.14.2 Menjelaskan tipe sistem koloid
3.14.3 Mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, aerosol
dan buih)

3.14.4 Menejelaskan kegunaan sifat koloid dalam kehidupan


sehari-hari
4.14 Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau
melibatkan prinsip koloid
4.14.1 Mendiskusikan ide pembuatan produk koloid yang
melibatkan prinsip koloid
4.14.2 Membuat suatu produk koloid yang melibatkan prinsip
koloid
4.14.3 Menganalisis sifat-sifat koloid dari produk koloid yang
telah dibuat
4.14.4 Menyajikan hasil percobaan pembuatan produk koloid
106

3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya
4.14 Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid

Indikator Materi Tahapan Problem Indikator HOTS


Pencapaian Aktifitas Pembelajaran
Pembelajaran Based Learning Brookhart
Kompetensi
(IPK)
Orientasi peserta  Guru memberikan apersepsi kepada
didik pada masalah peserta didik dengan memberikan
pertanyaan untuk apersepsi awal kepada
peserta didik terkait:
1. Masih ingatkah kalian dengan
campuran?
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
terkait materi koloid yang akan dicapai
pada pembelajaran ini.
 Guru membentuk kelompok secara
heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta
didik
 Guru memberikan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) berbasis Problem Based
Learning (PBL) kepada peserta didik
107

3.14.1 Membedakan  Koloid, suspensi Mengorganisasikan  Guru meminta peserta didik untuk mencari  Pengambilan
dan larutan informasi terkait permasalahan Keputusan
koloid, suspensi dan peserta didik untuk
yang telah disajikan dalam LKPD untuk (mempertimb
larutan. belajar
mengidentifikasi larutan, koloid dan angkankredib
suspensi dari berbagai sumber yang ilitas suatu
relevan. sumber)
 Guru mengarahkan peserta didik
menyiapkan alat dan bahan untuk
mengetahui perbedaan dari larutan,
koloid, dan suspensi.
 Guru meminta peserta didik untuk
membuat diagram alur atau prosedur
percobaan.
Membimbing  Guru membimbing peserta didik untuk
Penyelidikan mengamati apa yang terjadi selama
percobaan berlangsung.
108

Mengembangkan  Guru meminta peserta didik untuk


dan Menyajikan menemukan fakta-fakta dari hasil
Hasil Karya percobaan yang telah dilakukan.
 Guru meminta peserta didik untuk membuat
laporan percobaan berupa powerpoint lalu  Penalaran
dipresentasikan di depan dan Logika
kelas.
Menganalisis dan  Guru meminta peserta didik untuk  Menganalisis
Mengevaluasi Hasil menganalisis keterkaitan masalah dengan (Menganalisis
Pemecahan Masalah percobaan yang telah dilakukan bersama argumen)
anggota kelompoknya dengan menjawab
pertanyaan yang telah
disajikan di dalam LKPD.
 Guru meminta peserta didik untuk  Penalaran
menyimpulkan pembelajaran terkait : dan Logika
1. Perbedaan larutan, koloid dan
suspensi.
 Guru mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi
merefleksi pembelajaran bersama peserta
didik terkait:
1. Perbedaan larutan, koloid dan
suspensi.
109

 Tipe-tipe sistem Orientasi peserta  Guru memberikan apersepsi kepada


koloid didik pada masalah peserta didik dengan memberikan
pertanyaan untuk apersepsi awal kepada
peserta didik terkait:
1. Masih ingatkah kalian apa itu
campuran?
2. Masih ingatkah kalian apa yang
membedakan larutan, koloid dan
suspensi?
3. Tahukah kalian ada berapa jenis atau
tipe sistem koloid?
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
terkait materi koloid yang akan dicapai
pada pembelajaran ini.
 Guru meminta peserta didik untuk
berkumpul dengan anggota kelompoknya
masing-masing seperti minggu lalu.
 Guru memberikan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) berbasis Problem Based
Learning (PBL) kepada peserta didik.
110

3.14.2  Tipe-tipe sistem Mengorganisasikan  Guru meminta peserta didik untuk  Menganalisis
Menjelaskan tipe koloid Peserta Didik untuk menelaah serta mengidentifikasi (memfokuska n
sistem koloid Belajar permasalahan yang telah disajikan dalam pertanyaan atau
LKPD terkait wacana materi koloid: mengidentifikasi
1. Asap (Aerosol Padat) ide utama)

 Guru mengarahkan peserta didik untuk  Pemecahan


memecahkan masalah yang diberikan Masalah
kepada masing-masing anggota kelompok (mengidentifi
dengan menjawab pertanyaan yang kasi masalah)
terdapat pada LKPD.
111

3.14.3 Membimbing  Mengarahkan peserta didik untuk  Menganalisis


Mengelompokkan Penyelidikan menganalisis contoh koloid yang telah (Menganalisis
tipe sistem disajikan di dalam LKPD seperti kabut, Argumen)
koloid(emulsi, sol, pomade, batu apung, lateks, dan minyak
aerosol dan buih) ikan.
 Mengarahkan peserta didik
 Menganalisis
mengidentifikasi masing-masing elemen
(membedakan
dengan cara menentukan fase terdispersi,
)
medium pendispersi dan nama koloidnya
untuk mengelompokkan tipe-tipe koloid
berdasarkan wacana dan hasil pengamatan
di sekitar lingkungan.

Medium Fase
Pendisper Terdisper Nama
Contoh si si Koloid

Aerosol
Asap Gas Padat Padat
112

Mengembangkan  Guru meminta peserta didik untuk  Penalaran


dan Menyajikan menyajikan hasil diskusi dan memberi dan Logika
Hasil Karya kesempatan kepada peserta didik untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di
kelas.
Menganalisis dan  Guru memberikan kesempatan kepada
Mengevaluasi Hasil peserta didik lain untuk memberikan
Pemecahan Masalah tanggapan, saran, ataupun pertanyaan
terkait hasil diskusi yang telah
dipresentasikan.
 Guru meminta peserta didik untuk  Penalaran
menyimpulkan pembelajaran terkait : dan Logika
1. Tipe-tipe koloid.
 Guru mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi
merefleksi pembelajaran bersama peserta
didik terkait:
1. Tipe-tipe koloid.
Orientasi peserta  Guru memberikan apersepsi kepada
didik pada masalah peserta didik dengan memberikan
113

pertanyaan pembuka, seperti:


1. Ada berapa sifat-sifat koloid?
2. Apa saja kegunaan sifat-sifat koloid
dalam kehidupan?
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
terkait materi koloid yang akan dicapai
pada pembelajaran ini.
 Guru membentuk kelompok secara
heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta
didik
 Guru memberikan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) berbasis Problem Based
Learning (PBL) kepada peserta didik
3.14.4  Sifat-sifat koloid Mengorganisasikan  Guru meminta peserta didik untuk  Menganalisis
Menejelaskan  Penerapan sifat- peserta didik untuk menelaah serta mengidentifikasi
kegunaan sifat sifat koloid dalam belajar permasalahan yang telah disajikan dalam
koloid dalam kehidupan sehari- LKPD terkait wacana kegunaan sifat- sifat
kehidupan sehari- hari koloid dalam kehidupan sehari-hari
hari (penjernihan air menggunakan tawas)
(koagulasi)
 Guru mengarahkan peserta didik untuk  Pemecahan
114

memecahkan masalah yang diberikan masalah


kepada masing-masing anggota kelompok
dengan menjawab pertanyaan yang
terdapat pada LKPD.
4.14.1 Mendiskusikan ide Membimbing  Guru meminta peserta didik untuk  Menganalisis
pembuatan produk Penyelidikan menganalisis contoh koloid yang telah (Menganalisi
koloid yang melibatkan
disajikan (Proses cuci darah) dalam s Argumen)
prinsip koloid
LKPD apakah termasuk sifat koloid?
Lalu apa hubungannya?
 Guru meminta peserta didik untuk  Pengambilan

mencari informasi dari berbagai sumber Keputusan


yang relevan terkait kegunaan sifat-sifat (Mempertimba
koloid dalam kehidupan dan ngkan
mendefinisikan sifat koloid tersebut. kredibilitas
suatu sumber)
 Guru meminta dan membimbing peserta
didik untuk berdiskusi terkait ide
pembuatan salah satu produk koloid yang
melibatkan prinsip koloid atau sifat
koloid.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk
115

mencari informasi dari berbagai sumber  Pengambilan


yang relevan terkait proses pembuatan keputusan
produk koloid. (Mempertimb
angkankredib
ilitas suatu
sumber)

 Guru meminta peserta didik untuk


membuat diagram alur atau prosedur  Mencipta
percobaan produk koloid yang akan
dibuat.
4.14.2 Membuat suatu Mengembangkan  Menugaskan peserta didik untuk  Mencipta
produk koloid dan Menyajikan membuat produk koloid yang melibatkan
yang melibatkan Hasil Karya prinsip koloid.
prinsip koloid  Meminta peserta didik untuk  Menganalisis
4.14.3 Menganalisis menganalisis sifat koloid apa yang
sifat-sifat koloid digunakan untuk membuat produk
dari produk koloid.
koloid yang telah  Menugaskan peserta didik untuk  Berpikir
dibuat membuat slide show atau poster terkait Kreatif
4.14.4 Menyajikan hasil produk koloid yang dibuat.
116

percobaan  Guru memberikan kesempatan kepada  Penalaran


pembuatan peserta didik untuk mempresentasikan dan Logika
produk koloid hasil pembuatan produk koloidnya di
kelas secara bergantian.
Menganalisis dan  Mengarahkan peserta didik lain untuk
Mengevaluasi Hasil menyimak dan menuliskan di LKPD
Pemecahan Masalah terkait point-point hasil presentasi
kelompok penyaji.
 Meminta peserta didik untuk berdiskusi  Penalaran
dan menyimpulkan keseluruhan dan Logika
pembelajaran terkait:
1. Perbedaan larutan, koloid dan
suspensi.
2. Tipe-tipe koloid
3. Sifat-sifat koloid
4. Proses pembuatan koloid
5. Penerapan koloid dalam kehidupan
sehari-hari.
117

 Mengevaluasi kembali atau merefleksi  Mengevaluasi


bersama peserta didik terkait
pembelajaran pada materi koloid.
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Kelas Eksperimen

Satuan Pendidikan : SMAS Nusantara Unggul Kabupaten Tangerang


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/genap
Materi Pokok : Koloid
Alokasi Waktu : 6 x 2 JP (@45 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif,
dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional”.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

118
119

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK):


3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan
kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya.
3.14.1 Membedakan koloid, suspensi dan larutan
3.14.2 Menjelaskan tipe sistem koloid
3.14.3 Mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, aerosol dan
buih)
3.14.4 Menejelaskan kegunaan sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari
4.14 Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau melibatkan
prinsip koloid.
4.14.1 Mendiskusikan ide pembuatan produk koloid yang melibatkan
prinsip koloid
4.14.2 Merancang pembuatan suatu produk koloid yang melibatkan
prinsip koloid
4.14.3 Menganalisis sifat-sifat koloid dari produk koloid yang telah
dibuat
4.14.4 Menyajikan hasil percobaan pembuatan produk koloid

C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah pertemuan mengikuti proses pembelajaran ini, peserta
didik diharapkan mampu:
1) Membedakan koloid, suspensi dan larutan
2) Menjelaskan tipe sistem koloid
3) Mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, aerosol dan buih)
4) Menejelaskan kegunaan sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari
5) Mendiskusikan ide pembuatan produk koloid yang melibatkan prinsip
koloid
6) Merancang pembuatan suatu produk koloid yang melibatkan prinsip
koloid
7) Menganalisis sifat-sifat koloid dari produk koloid yang telah dibuat
8) Menyajikan hasil percobaan pembuatan produk koloid
120

D. Materi Pembelajaran
1. Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi.
 Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri atas zat terlarut
dan zat pelarut. Contohnya larutan gula dan larutan sirup.
 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang ukuran partikelnya di
antara ukuran partikel larutan dan suspensi. Contohnya agar- agar,
susu, dan asap.
 Suspensi merupakan campuran yang kasar dan heterogen. Suspensi
terdiri dari dua fase. Contohnya air sungai yang keruh bercampur
pasir, campuran tepung dan air, serta bubuk kopi.
Tabel Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi

2. Tipe atau Jenis Koloid


Kusnawati (2005) menjelaskan beberapa jenis koloid antara lain :
a. Aerosol sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi
dalam gas, jika yang trerdispersi berupa zat cair di sebut aerosol
cair.
b. Sol sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan
medium pendispersinya berupa zat padat, disebut sol padat.
c. Emulsi sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan
medium pendispersinya berupa berupa zat cair. Bila medium
pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi zat padat.
121

d. Busa sisitem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan


medium pendispersinya berupa cair, bila medium pendispersinya
berupa zat padat disebut busa padat.
e. Gel adalah sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah
cair.
Oleh karena itu, tipe atau jeni koloid dapat dikelompokkan menjadi
sebagai berikut:
Tabel Pengelompokkan Tipe atau Jenis Koloid

3. Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya
ke segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan
larutan dengan koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat
menghamburkan cahaya dan dapat menjelaskan buramnya dispersi
koloid (minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya, namun jika
keduanya dicampur akan menghasilkan koloid yang nampak seperti
susu).
b. Gerak brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak dan lurus tapi tidak menentu, hal ini diakibatkan tabrakan
dengan medium pendispersinya.
c. Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa
lain pa partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
122

partikel Catatan: absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang


terjadi di dalam suatu partikel.
d. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispesi tidak lagi
membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan
koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh
medan listrik. koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam
medan li dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid
bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan
sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan
koloid akan menggumpal (koagulasi). bermuatan listrik dengan tujuan
untuk menggumpalkan debunya.
E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Problem Based Learning (PBL)
3. Metode : Diskusi, Presentasi, Penugasan
F. Media Pembelajaran
1. Media : Powerpoint dan Mind Map
2. Alat : Papan tulis, Spidol, Proyektor
G. Sumber Belajar
1. Buku kimia kelas XI kurikulum 2013 revisi
2. Buku referensi yang relevan
3. Internet
123

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2x45 menit)
Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Tahapan
Guru Peserta Didik Waktu

Pretest 90 menit

Pertemuan ke-2 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Indikator Higher
Order Thinking Skills Alokasi
Tahapan
Guru Peserta Didik (HOTS) teori Waktu
Brookhart

PENDAHULUAN
 Mengucapkan salam dan meminta  Menjawab salam dan berdoa. 15 menit
salah satu peserta didik untuk
memimpin doa.
 Mengabsen kehadiran peserta
didik.
 Mereview materi sebelumnya.  Meriview kembali materi
sebelumnya.
124

 Memberikan pertanyaan untuk  Menjawab pertanyaan


apersepsi awal kepada peserta apersepsi yang disampaikan
didik terkait: oleh guru
1. Masih ingatkah kalian dengan
campuran?
2. Apakah koloid termasuk
campuran?
 Menyampaikan tujuan
pembelajaran terkait materi koloid  Menyimak penjelasan guru

yang akan dicapai pada terkait tujuan pembelajaran

pembelajaran ini. yang akan dicapai.

INTI
 Meminta peserta didik untuk  Berkumpul dengan masing-
membentuk kelompok secara masing anggota
Orientasi heterogen yang terdiri dari 4-6 kelompoknya.
Peserta peserta didik.  Menerima Lembar Kerja
Didik pada  Memberikan Lembar Kerja Peserta Peserta Didik (LKPD)
Masalah Didik (LKPD) berbasis Problem berbasis Problem Based
Based Learning (PBL) materi Learning (PBL)
125

koloid
 Meminta peserta didik untuk  Mencari informasi terkait  Pengambilan
mencari informasi terkait permasalahan yang telah Keputusan
permasalahan yang telah disajikan dalam LKPD (mempertimbangka
disajikan dalam LKPD untuk untuk mengidentifikasi nkredibilitas suatu
mengidentifikasi larutan, koloid larutan, koloid dan suspensi sumber)
Mengorganis dan suspensi dari berbagai dari berbagai sumber yang
asikan sumber yang relevan. relevan.
Peserta  Mengarahkan peserta didik  Menyiapkan alat dan bahan
Didik untuk menyiapkan alat dan bahan untuk untuk mengetahui perbedaan
Belajar mengetahui perbedaan dari larutan, dari larutan, koloid, dan
koloid, dan suspensi. suspensi.
 Meminta peserta didik untuk  Membuat diagram alur atau
membuat diagram alur atau prosedur percobaan.
prosedur percobaan.
 Membimbing peserta didik untuk  Mengamati apa yang terjadi
Membimbin
mengamati apa yang terjadi selama percobaan
g
selama percobaan berlangsung. berlangsung.
Penyelidikan
Mengemban  Meminta peserta didik untuk  Menemukan fakta-fakta dari
126

gkan dan menemukan fakta-fakta dari hasil hasil percobaan yang telah
Menyajikan percobaan yang telah dilakukan. dilakukan.
Hasil Karya  Meminta peserta didik untuk  membuat laporan percobaan  Penalaran dan
membuat laporan percobaan berupa powerpoint lalu Logika
berupa powerpoint lalu dipresentasikan di depan
dipresentasikan di depan kelas. kelas.
 Meminta peserta didik untuk  Menganalisis keterkaitan  Menganalisis
menganalisis keterkaitan masalah masalah dengan percobaan (Menganalisis
dengan percobaan yang telah yang telah dilakukan argumen)
dilakukan bersama anggota bersama anggota
kelompoknya dengan menjawab kelompoknya dengan
Menganalisis
pertanyaan yang telah disajikan menjawab pertanyaan yang
dan
di dalam LKPD. telah disajikan di dalam
Mengevaluas
LKPD.
i Hasil
Pemecahan  Meminta peserta didik untuk  Menyimpulkan  Penalaran Logika

Masalah menyimpulkan pembelajaran pembelajaran terkait :


terkait : 1. Perbedaan larutan, koloid
1. Perbedaan larutan, koloid dan dan suspensi.
suspensi.
 Mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi
127

merefleksi pembelajaran bersama merefleksi pembelajaran


peserta didik terkait: bersama guru terkait:
1. Perbedaan larutan, koloid dan 1. Perbedaan larutan, koloid
suspensi. dan suspensi.

PENUTUP
 Memberikan informasi kepada  Menyimak informasi yang
peserta didik terkait materi yang disampaikan guru terkait
akan dipelajari pada pertemuan materi yang akan dipelajari
selanjutnya. pada pertemuan selanjutnya.
 Menutup pembelajaran dan  Menutup pembelajaran dan
mempersilahkan peserta didik berdoa.
untuk berdoa.
128

Pertemuan ke-3 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Indikator Higher
Order Thinking Skills Alokasi
Tahapan
Guru Peserta Didik (HOTS) teori Waktu
Brookhart

PENDAHULUAN
 Mengucapkan salam dan meminta  Menjawab salam dan berdoa. 15 menit
salah satu peserta didik untuk
memimpin doa.
 Mengabsen kehadiran peserta
didik.
 Mereview kembali materi  Meriview kembali materi
sebelumnya. sebelumnya.
 Memberikan pertanyaan untuk  Menjawab pertanyaan
apersepsi awal kepada peserta apersepsi yang disampaikan
didik terkait: oleh guru.
1. Masih ingatkah kalian apa itu
campuran?
2. Masih ingatkah kalian apa
129

yang membedakan larutan,


koloid dan suspensi?
3. Tahukah kalian ada berapa
jenis atau tipe sistem koloid?
 Menyampaikan tujuan  Menyimak penjelasan guru
pembelajaran terkait materi koloid terkait tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada yang akan dicapai.
pembelajaran ini.

INTI
 Meminta peserta didik untuk  Berkumpul dengan masing-
membentuk kelompok secara masing anggota
heterogen yang terdiri dari 4-6 kelompoknya.
Orientasi
Peserta
peserta didik.  Menerima Lembar Kerja

Didik pada  Memberikan Lembar Kerja Peserta Peserta Didik (LKPD)

Masalah Didik (LKPD) berbasis Problem berbasis Problem Based


Based Learning (PBL) materi Learning (PBL)
koloid.
 Meminta peserta didik untuk  Menelaah wacana yang telah  Menganalisis
Mengorganis menelaah serta mengidentifikasi disajikan dalam LKPD secara
130

asikan permasalahan yang telah individu.


Peserta disajikan dalam LKPD terkait
Didik untuk wacana Asap (Aerosol Padat)
Belajar  Mengarahkan peserta didik untuk  Berdiskusi dengan anggota  Pemecahan
memecahkan masalah yang kelompok untuk masalah
diberikan kepada masing-masing memecahkan masalah
anggota kelompok dengan dengan menjawab
menjawab pertanyaan yang pertanyaan yang terdapat
terdapat pada LKPD. pada LKPD.
 Mengarahkan peserta didik untuk  Menganalisis contoh koloid  Menganalisis
menganalisis contoh koloid yang yang telah disajikan di (Menganalisis
telah disajikan di dalam LKPD dalam LKPD seperti kabut, Argumen)
seperti kabut, pomade, batu pomade, batu apung, lateks,
apung, lateks, dan minyak ikan. dan minyak ikan.
Membimbin
g  Mengarahkan peserta didik  Mengidentifikasi masing-  Menganalisis

Penyelidikan mengidentifikasi masing-masing masing elemen dengan cara (membedakan)


elemen dengan cara menentukan menentukan fase terdispersi,
fase terdispersi, medium medium pendispersi dan
pendispersi dan nama koloidnya nama koloidnya untuk
untuk mengelompokkan tipe-tipe mengelompokkan tipe-tipe
131

koloid berdasarkan wacana dan koloid berdasarkan wacana


hasil pengamatan di sekitar dan hasil pengamatan di
lingkungan. sekitar lingkungan.
Medium Fase
Cont Nama
Pendisp Terdis
oh Koloid
ersi persi
Aerosol
Asap Gas Padat
Padat
 Meminta peserta didik untuk  Menyajikan dan  Penalaran dan

Mengemban menyajikan hasil diskusi dan Mempresentasikan hasil Logika

gkan dan memberi kesempatan kepada diskusi di kelas.

Menyajikan peserta didik untuk

Hasil Karya mempresentasikan hasil


diskusinya di kelas.
 Memberikan kesempatan kepada  Memberikan tanggapan,
Menganalisis peserta didik lain untuk saran, ataupun pertanyaan
dan memberikan tanggapan, saran, kepada kelompok penyaji
Mengevaluas ataupun pertanyaan terkait hasil terkait hasil diskusi yang
i Hasil diskusi yang telah dipresentasikan. telah dipresntasikan.
Pemecahan  Meminta peserta didik untuk  Menyimpulkan
132

Masalah menyimpulkan pembelajaran pembelajaran terkait :  Penalaran dan


terkait : 1. Tipe-tipe koloid. Logika
1. Tipe-tipe koloid  Mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi
 Mengevaluasi kembali atau merefleksi pembelajaran
merefleksi pembelajaran bersama bersama peserta guru terkait:
peserta didik terkait: 1. Tipe-tipe koloid
1. Tipe-tipe koloid

PENUTUP
 Memberikan informasi kepada  Menyimak informasi yang
peserta didik terkait materi yang disampaikan guru terkait
akan dipelajari pada pertemuan materi yang akan dipelajari
selanjutnya. pada pertemuan selanjutnya.
 Menutup pembelajaran dan  Menutup pembelajaran dan
mempersilahkan peserta didik berdoa.
untuk berdoa.
133

Pertemuan ke-4 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Indikator Higher
Order Thinking Skills Alokasi
Tahapan
Guru Peserta Didik (HOTS) teori Waktu
Brookhart

PENDAHULUAN
 Mengucapkan salam dan meminta  Menjawab salam dan berdoa. 15 menit
salah satu peserta didik untuk  Meriview kembali materi
memimpin doa. sebelumnya.
 Mengabsen kehadiran peserta  Menjawab pertanyaan
didik. apersepsi yang disampaikan
 Mereview materi sebelumnya. oleh guru.
 Memberikan pertanyaan untuk  Menyimak penjelasan guru
apersepsi awal kepada peserta terkait tujuan pembelajaran
didik terkait: yang akan dicapai.
1. Ada berapa sifat-sifat koloid?
2. Apa sajakah kegunaan sifat-
sifat koloid dalam kehidupan?
 Menyampaikan tujuan
134

pembelajaran terkait materi koloid


yang akan dicapai pada
pembelajaran ini.

INTI
 Meminta peserta didik untuk  Berkumpul dengan masing-
membentuk kelompok secara masing anggota
heterogen yang terdiri dari 4-6 kelompoknya.
Orientasi
Peserta
peserta didik.  Menerima Lembar Kerja

Didik pada  Memberikan Lembar Kerja Peserta Peserta Didik (LKPD)

Masalah Didik (LKPD) berbasis Problem berbasis Problem Based


Based Learning (PBL) materi Learning (PBL)
koloid.
 Meminta peserta didik untuk  Menelaah wacana yang telah  Menganalisis

Mengorganis menelaah serta mengidentifikasi disajikan dalam LKPD secara

asikan permasalahan yang telah individu.

Peserta disajikan dalam LKPD terkait

Didik untuk wacana kegunaan sifat-sifat koloid

Belajar dalam kehidupan (Penjernihan air


dengan menggunakan tawas).
135

 Mengarahkan peserta didik untuk  Pemecahan


 Berdiskusi dengan anggota
memecahkan masalah yang masalah
kelompok untuk
diberikan kepada masing-masing
memecahkan masalah
anggota kelompok dengan
dengan menjawab pertanyaan
menjawab pertanyaan yang
yang terdapat pada LKPD.
terdapat pada LKPD.
 Meminta peserta didik untuk  Menganalisis contoh koloid  Menganalisis
menganalisis contoh koloid yang yang telah disajikan (Proses (Menganalisis
telah disajikan (Proses cuci cuci darah) dalam LKPD. Argumen)
darah) dalam LKPD apakah
termasuk sifat koloid? Lalu apa
hubungannya?
Membimbin  Meminta peserta didik untuk  Mencari informasi dari
g mencari informasi dari berbagai berbagai sumber yang  Pengambilan
Penyelidikan sumber yang relevan terkait relevan terkait kegunaan keputusan

kegunaan sifat-sifat koloid dalam sifat-sifat koloid dalam


kehidupan dan mendefinisikan kehidupan dan
sifat koloid tersebut. mendefinisikan sifat koloid
tersebut.
 Meminta dan membimbing peserta  Berdiskusi dengan anggota
136

didik untuk berdiskusi terkait ide kelompok terkait ide


pembuatan salah satu produk pembuatan salah satu produk
koloid yang melibatkan prinsip koloid yang melibatkan
koloid. prinsip koloid.
 Mengarahkan peserta didik untuk  Mencari informasi dari
mencari informasi dari berbagai berbagai sumber yang
 Pengambilan
sumber yang relevan terkait relevan terkait proses
keputusan
proses pembuatan produk koloid. pembuatan produk koloid
sesuai instruksi dan
bimbingan guru.
 Meminta peserta didik untuk  Membuat diagram alur atau
membuat diagram alur atau prosedur percobaan produk  Mencipta
prosedur percobaan produk koloid yang akan dibuat..
koloid yang akan dibuat..
 Meminta peserta didik untuk  Menyajikan dan  Penalaran dan

Mengemban menyajikan hasil diskusi dan Mempresentasikan hasil Logika

gkan dan memberi kesempatan kepada diskusi di kelas.

Menyajikan peserta didik untuk

Hasil Karya mempresentasikan hasil


diskusinya di kelas.
137

 Memberikan kesempatan kepada  Memberikan tanggapan,


peserta didik lain untuk saran, ataupun pertanyaan
memberikan tanggapan, saran, kepada kelompok penyaji
ataupun pertanyaan terkait hasil terkait hasil diskusi yang
diskusi yang telah dipresentasikan. telah dipresntasikan.
 Meminta peserta didik untuk  Menyimpulkan
 Penalaran dan
menyimpulkan pembelajaran pembelajaran terkait :
Logika
Menganalisis terkait : 1. Penerapan kegunaan sifat

dan 1. Penerapan kegunaan sifat koloid dalam kehidupan.

Mengevaluas koloid dalam kehidupan. 2. Pembuatan produk koloid

i Hasil 2. Pembuatan produk koloid yang yang melibatkan prinsip

Pemecahan melibatkan prinsip atau sifat atau sifat koloid.

Masalah koloid.
 Mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi
merefleksi pembelajaran bersama merefleksi pembelajaran
peserta didik terkait: bersama peserta guru terkait:
1. Penerapan kegunaan sifat 1. Penerapan kegunaan sifat
koloid dalam kehidupan. koloid dalam kehidupan.
2. Pembuatan produk koloid yang 2. Pembuatan produk koloid
melibatkan prinsip koloid. yang melibatkan prinsip
138

koloid.

PENUTUP
 Menugaskan peserta didik untuk  Menyimak informasi yang  Mencipta
membuat produk koloid yang disampaikan guru terkait
melibatkan prinsip koloid. tugas membuat produk
 Menugaskan peserta didik untuk koloid yang melibatkan
membuat slide show atau poster prinsip koloid dan membuat
terkait produk koloid yang dibuat. slide show atau poster.  Berpikir Kreatif

 Menutup pembelajaran dan  Menutup pembelajaran dan


mempersilahkan peserta didik berdoa.
untuk berdoa.
139

Pertemuan ke-5 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Indikator Higher
Order Thinking Skills Alokasi
Tahapan
Guru Peserta Didik (HOTS) teori Waktu
Brookhart

PENDAHULUAN
 Mengucapkan salam dan meminta  Menjawab salam dan berdoa. 15 menit
salah satu peserta didik untuk  Mendengarkan arahan guru
memimpin doa. untuk mempresentasikan
 Mengabsen kehadiran peserta hasil pembuatan produk
didik. koloid secara bergantian.
 Meminta peserta didik untuk
duduk sesuai kelompok pada
pertemuan sebelumnya.
 Memberikan arahan kepada
peserta didik untuk
mempresentasikan hasil
pembuatan produk koloid secara
bergantian.
140

INTI
 Memberikan kesempatan kepada  Mempresentasikan hasil  Penalaran dan
Mengemban peserta didik untuk pembuatan produk koloid di Logika
gkan dan mempresentasikan hasil kelas secara bergantian.
Menyajikan pembuatan produk koloidnya di
Hasil Karya kelas secara bergantian.
 Mengarahkan peserta didik lain  Menyimak arahan yang
untuk menyimak dan menuliskan disampaikan oleh guru.
di LKPD terkait point-point hasil  Menyimpulkan keseluruhan  Penalaran dan
presentasi kelompok penyaji. pembelajaran terkait: Logika
Menganalisis  Meminta peserta didik untuk 1. Perbedaan larutan,
dan berdiskusi dan menyimpulkan koloid dan suspensi.
Mengevaluas keseluruhan pembelajaran 2. Jenis-jenis koloid
i Hasil terkait: 3. Sifat-sifat koloid
Pemecahan 1. Perbedaan larutan, koloid dan 4. Proses pembuatan koloid
Masalah suspensi. 5. Penerapan koloid dalam
2. Jenis-jenis koloid kehidupan sehari-hari.
3. Sifat-sifat koloid
4. Proses pembuatan koloid
141

5. Penerapan koloid dalam


kehidupan sehari-hari.
 Mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi kembali atau  Mengevaluasi
merefleksi bersama peserta didik merefleksi bersama guru
terkait pembelajaran pada materi terkait pembelajaran pada
koloid. materi koloid.

PENUTUP
 Memberikan informasi kepada  Menyimak informasi yang
peserta didik untuk disampaikan oleh guru dan
mempersiapkan diri karena pada mempersiapkan diri untuk
pertemuan selanjutnya akan ulangan harian pertemuan
diadakan ulangan harian. selanjutnya.
 Menutup pembelajaran dan  Menutup pembelajaran dan
mempersilahkan peserta didik berdoa.
untuk berdoa.
142

Pertemuan ke-6 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Tahapan
Guru Peserta Didik Waktu

Posttest 90 menit

I. Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Essay
3. Instrumen : Terlampir
Tangerang, Mei-Juni 2021
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti

Suparman, S.Pd Royhanah


Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Kelas Kontrol

Satuan Pendidikan : SMAS Nusantara Unggul Kabupaten Tangerang


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/genap
Materi Pokok : Koloid
Alokasi Waktu : 6 x 2 JP (@45 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif,
dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional”.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

143
144

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK):


3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan
kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya.
3.14.1 Membedakan koloid, suspensi dan larutan
3.14.2 Menjelaskan tipe sistem koloid
3.14.3 Mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, aerosol dan
buih)
3.14.4 Menejelaskan kegunaan sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari
4.14 Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau melibatkan
prinsip koloid
4.14.1 Mendiskusikan ide pembuatan produk koloid yang melibatkan
prinsip koloid
4.14.2 Merancang pembuatan suatu produk koloid yang melibatkan
prinsip koloid
4.14.3 Menganalisis sifat-sifat koloid dari produk koloid yang telah
dibuat
4.14.4 Menyajikan hasil percobaan pembuatan produk koloid

C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah pertemuan mengikuti proses pembelajaran ini, peserta
didik diharapkan mampu:
1) Membedakan koloid, suspensi dan larutan
2) Menjelaskan tipe sistem koloid
3) Mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, aerosol dan buih)
4) Menejelaskan kegunaan sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari
5) Mendiskusikan ide pembuatan produk koloid yang melibatkan prinsip
koloid
6) Merancang pembuatan suatu produk koloid yang melibatkan prinsip
koloid
7) Menganalisis sifat-sifat koloid dari produk koloid yang telah dibuat
8) Menyajikan hasil percobaan pembuatan produk koloid
145

D. Materi Pembelajaran
1. Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi.
 Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri atas zat terlarut
dan zat pelarut. Contohnya larutan gula dan larutan sirup.
 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang ukuran partikelnya di
antara ukuran partikel larutan dan suspensi. Contohnya agar- agar,
susu, dan asap.
 Suspensi merupakan campuran yang kasar dan heterogen. Suspensi
terdiri dari dua fase. Contohnya air sungai yang keruh bercampur pasir,
campuran tepung dan air, serta bubuk kopi.
Tabel Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi

2. Tipe atau Jenis Koloid


Kusnawati (2005) menjelaskan beberapa jenis koloid antara lain :
a. Aerosol sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi
dalam gas, jika yang trerdispersi berupa zat cair di sebut aerosol
cair.
b. Sol sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan
medium pendispersinya berupa zat padat, disebut sol padat.
c. Emulsi sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan
medium pendispersinya berupa berupa zat cair. Bila medium
pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi zat padat.
146

d. Busa sisitem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan


medium pendispersinya berupa cair, bila medium pendispersinya
berupa zat padat disebut busa padat.
e. Gel adalah sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah
cair
Oleh karena itu, tipe atau jeni koloid dapat dikelompokkan menjadi
sebagai berikut:
Tabel Pengelompokkan Tipe atau Jenis Koloid

3. Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya
ke segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan
larutan dengan koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat
menghamburkan cahaya dan dapat menjelaskan buramnya dispersi
koloid (minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya, namun jika
keduanya dicampur akan menghasilkan koloid yang nampak seperti
susu).
b. Gerak brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak dan lurus tapi tidak menentu, hal ini diakibatkan tabrakan
dengan medium pendispersinya.
c. Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa
lain pa partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
147

partikel Catatan: absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang


terjadi di dalam suatu partikel.
d. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispesi tidak lagi
membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan
koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh
medan listrik. koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam
medan li dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid
bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan
sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan
koloid akan menggumpal (koagulasi). bermuatan listrik dengan tujuan
untuk menggumpalkan debunya.
4. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
 Pendekatan : Saintifik
 Model : Konvensional (Ceramah)
 Metode : Diskusi, Tanya Jawab, dan Praktikum
5. Media Pembelajaran
 Media : Powerpoint
 Alat : Papan tulis, Spidol, Proyektor, dan Alat dan Bahan
Praktikum
6. Sumber Belajar
 Buku kimia kelas XI kurikulum 2013 revisi
 Buku referensi yang relevan
 Internet
148

7. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2x45 menit)
Aktivitas Pembelajaran Alokasi
No Tahapan
Guru Peserta Didik Waktu

Pretest 90 menit

Pertemuan ke-2 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Tahapan
No Guru Peserta Didik Waktu

Pendahuluan

1. Memberikan
apersepsi kepada
peserta didik terkait Menjawab
 Masih pertanyaan
15
ingatkah apersepsi yang
menit
kalian dengan disampaikan oleh
larutan? guru
 Apakah koloid
termasuk
larutan?

Inti
 Menampilkan  Mengamati
2.
video terkait video yang
perbedaan larutan, ditampilkan
suspensi, dan guru terkait 60
Mengamati
koloid perbedaan menit
 Menjelaskan larutan,
konsep koloid suspensi dan
campuran
149

serta  Mendengarkan
penerapannya penjelasan
dalam kehidupan guru mengenai
 Mengelompokkan konsep koloid
jenis-jenis sistem dan
koloid penerapannya
berdasarkan fase dalam
terdispersi dan kehidupan
medium  Mendengarkan
pendispersinya penjelasan
guru mengenai
jenis-jenis
sistem koloid
berdasarkan
fase terdispersi
dan medium
pendispersinya
 Memberikan  Menanyakan
kesempatan hal-hal yang
kepada peserta belum
didik untuk dimengerti
bertanya hal-hal terkait konsep
yang belum koloid dan
Menanya dimengerti terkait jenis-jenis
konsep koloid dan sistem koloid
jenis-jenis sistem berdasarkan
koloid fase terdispersi
berdasarkan fase dan medium
terdispersi dan pendispersinya
medium
150

pendispersinya
 Mengarahkan  Mencari tahu
peserta didik mencari tahu
untuk mencari contoh jenis-
tahu contoh jenis- jenis koloid
Mencoba
jenis koloid dalam dalam
kehidupan kehidupan
sesuai yang
diarahkan guru
 Memberikan  Menjawab soal
beberapa yang telah
pertanyaan atau diberikan oleh
Menalar
soal terkait materi guru
yang telah
disampaikan
 Mengarahkan  Perwakilan
peserta didik peseta didik
untuk maju ke depan
menyampaikan untuk
hasilnya di depan menyampaikan
kelas hasil dari soal
Mengkomunikasikan
 Mengarahkan yang telah
peserta didik diberikan guru
lainnya untuk  Peserta didik
memperhatikan lainnya
apa yang akan memperhatika
disampaikan n

Penutup
 Melakukan  Bersama guru 15
refleksi dan merefleksi dan menit
151

mereview kembali mereview


proses kembali proses
pembelajaran pembelajaran
yang telah yang telah
berlangsung berlangsung
 Mengingatkan
peserta didik
materi yang akan
dipelajari
selanjutnya

Pertemuan ke-3 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Alokasi
No Tahapan
Guru Peserta Didik Waktu

Pendahuluan

1. Memberikan
apersepsi kepada Menjawab
peserta didik terkait pertanyaan
15
apersepsi yang
 Apa saja menit
disampaikan oleh
contoh jenis-
guru
jenis sistem
koloid?

Inti
 Menampilkan  Mengamati
2.
gambar atau gambar atau video
video terkait yang ditampilkan 60
Mengamati
fenomena guru terkait menit
sifat-sifat fenomena sifat-
koloid sifat koloid
152

 Menjelaskan  Mendengarkan
sifat-sifat penjelasan guru
koloid serta mengenai sifat-
penerapannya sifat koloid dan
dalam penerapannya
kehidupan dalam kehidupan
 Memberikan
kesempatan
kepada peserta
didik untuk
bertanya hal-  Menanyakan hal-
hal yang hal yang belum
belum dimengerti terkait
Menanya dimengerti mengenai sifat-
terkait sifat koloid dan
mengenai penerapannya
sifat-sifat dalam kehidupan
koloid dan
penerapannya
dalam
kehidupan
 Mengarahkan  Mencari tahu
peserta didik mencari tahu tahu
untuk mencari contoh lain sifat-
Mencoba tahu contoh sifat koloid dalam
lain sifat-sifat kehidupan sesuai
koloid dalam yang diarahkan
kehidupan guru
 Memberikan  Menjawab soal
Menalar
beberapa yang telah
153

pertanyaan diberikan oleh


atau soal guru
terkait materi
yang telah
disampaikan
 Mengarahkan
peserta didik
 Perwakilan peseta
untuk
didik maju ke
menyampaika
depan untuk
n hasilnya di
menyampaikan
depan kelas
hasil dari soal
Mengkomunikasikan  Mengarahkan
yang telah
peserta didik
diberikan guru
lainnya untuk
 Peserta didik
memperhatika
lainnya
n apa yang
memperhatikan
akan
disampaikan

Penutup
 Melakukan
refleksi dan
mereview
 Bersama guru
kembali
merefleksi dan
proses
mereview kembali 15
pembelajaran
proses menit
yang telah
pembelajaran yang
berlangsung
telah berlangsung
 Mengingatkan
peserta didik
materi yang
154

akan dipelajari
selanjutnya

Pertemuan ke-4 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Alokasi
No Tahapan
Guru Peserta Didik Waktu

Pendahuluan
1. Memberikan Menjawab
apersepsi kepada pertanyaan
peserta didik apersepsi yang
terkait disampaikan oleh
 Ada guru
15 menit
berapa
cara
pembuata
n sistem
koloid?

Inti
 Menampilkan  Mengamati
2.
video terkait gambar atau
pembuatan video yang
sistem koloid ditampilkan
 Menjelaskan guru terkait
cara pembuatan
Mengamati 60 menit
pembuatan sistem koloid
sistem koloid  Mendengarkan
penjelasan
guru mengenai
pembuatan
sistem koloid
155

yang terdiri
dari dua cara
yaitu
kondensasi
dan dispersi
 Memberikan  Menanyakan
kesempatan hal-hal yang
kepada belum
peserta didik dimengerti
untuk terkait
bertanya hal- mengenai
Menanya hal yang pembuatan
belum sistem koloid
dimengerti
terkait
mengenai
pembuatan
sistem koloid
 Mengarahkan  Mencari tahu
peserta didik contoh
untuk mencari pembuatan
tahu contoh koloid dalam
pembuatan kehidupan
koloid dalam sehari-hari
Mencoba
kehidupan yang dibuat
sehari-hari dengan cara
yang dibuat kondensasi
dengan cara maupun
kondensasi dispersi sesuai
maupun yang
156

dispersi diarahkan guru


 Memberikan  Menjawab
beberapa soal yang telah
pertanyaan diberikan oleh
Menalar atau soal guru
terkait materi
yang telah
disampaikan
 Mengarahkan
 Perwakilan
peserta didik
peseta didik
untuk
maju ke depan
menyampaika
untuk
n hasilnya di
menyampaika
depan kelas
n hasil dari
Mengkomunikasikan  Mengarahkan
soal yang telah
peserta didik
diberikan guru
lainnya untuk
 Peserta didik
memperhatika
lainnya
n apa yang
memperhatika
akan
n
disampaikan

Penutup
 Melakukan  Bersama guru
refleksi dan merefleksi dan
mereview mereview
kembali kembali proses
15 menit
proses pembelajaran
pembelajaran yang telah
yang telah berlangsung
berlangsung
157

 Mengingatkan
peserta didik
akan diadakan
ulangan
harian untuk
pertemuan
selanjutnya
serta menutup
pembelajaran

Pertemuan ke-5 (2x45 menit)


Aktivitas Pembelajaran Alokasi
No Tahapan
Guru Peserta Didik Waktu

Posttest 90 menit

8. Penilaian
Teknik Instrumen : Tertulis
Bentuk Instrumen : Essay
Instrumen : Terlampir
Tangerang, Mei-Juni 2021
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti

Suparman, S.Pd Royhanah


Lampiran 4. Lembar Kerja Peserta Didik

158
159
160
161
Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN


Nama Mahasiswa : Royhanah
Judul Skripsi : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap
Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik pada
Materi Koloid
Tempat Penelitian : SMAS Nusantara Unggul Kabupaten Tangerang
Kelas : XI IPA 1
Pertemuan ke- :1
Dilakukan
No Aspek yang Diobservasi Catatan
Ya Tidak
I Pendahuluan
1. Mengucapkan salam dan meminta salah satu √
peserta didik untuk memimpin doa.
2. Menayakan kabar dan mengabsen kehadiran √
peserta didik.
II Inti
1. Peserta didik diarahkan untuk mengerjakan √
soal pretest materi koloid
III Penutup
1. Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa √
dan mengucapkan salam
Mengetahui,
Observer

Suparman, S.Pd

162
163

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN


Nama Mahasiswa : Royhanah
Judul Skripsi : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Higher
Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik pada Materi Koloid
Tempat Penelitian : SMAS Nusantara Unggul Kabupaten Tangerang
Kelas : XI IPA 1
Pertemuan ke- :2
Dilakukan
No Aspek yang Diobservasi Catatan
Ya Tidak
I Pendahuluan
1. Mengucapkan salam dan meminta salah satu peserta didik √
untuk memimpin doa.
2. Menayakan kabar dan mengabsen kehadiran peserta didik. √
3. Memberikan pertanyaan untuk apersepsi awal kepada √
peserta didik terkait materi yang akan dipelajari.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran terkait yang akan √
dicapai.
II Inti
A. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
1. Membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri √
dari 4-6 peserta didik.
2. Memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) √
berbasis Problem Based Learning (PBL) materi koloid.
B. Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
1. Meminta peserta didik untuk mencari informasi terkait √
permasalahan yang telah disajikan dalam LKPD untuk
mengidentifikasi larutan, koloid dan suspensi dari
berbagai sumber yang relevan.
2. Mengarahkan peserta didik menyiapkan alat dan bahan √
untuk mengetahui perbedaan dari larutan, koloid, dan
suspensi.
3. Meminta peserta didik untuk membuat diagram alur √
atau prosedur percobaan.
C. Membimbing Penyelidikan
1. Membimbing peserta didik untuk mengamati apa yang √
terjadi selama percobaan berlangsung.
D. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1. Meminta peserta didik untuk menemukan fakta-fakta √
dari hasil percobaan yang telah dilakukan.
2. Meminta peserta didik untuk membuat laporan √
percobaan berupa powerpoint lalu dipresentasikan di
depan kelas.
E. Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Pemecahan Masalah
1. Meminta peserta didik untuk menganalisis keterkaitan √
masalah dengan percobaan yang telah dilakukan
bersama anggota kelompoknya dengan menjawab
pertanyaan yang telah disajikan di dalam LKPD.
2. Meminta peserta didik untuk menyimpulkan √
164

pembelajaran.
3. Mengevaluasi kembali atau merefleksi pembelajaran √
bersama peserta didik
III Penutup
1. Memberikan informasi kepada peserta didik terkait materi √
yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
2. Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan √
mengucapkan salam.
Mengetahui,
Observer

Suparman, S.Pd
165

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN


Nama Mahasiswa : Royhanah
Judul Skripsi : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Higher
Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik pada Materi Koloid
Tempat Penelitian : SMAS Nusantara Unggul Kabupaten Tangerang
Kelas : XI IPA 1
Pertemuan ke- :3
Dilakukan
No Aspek yang Diobservasi Catatan
Ya Tidak
I Pendahuluan
1. Mengucapkan salam dan meminta salah satu peserta didik √
untuk memimpin doa.
2. Menayakan kabar dan mengabsen kehadiran peserta didik. √
3. Memberikan pertanyaan untuk apersepsi awal kepada √
peserta didik terkait materi yang akan dipelajari.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran terkait yang akan √
dicapai.
II Inti
A. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
1. Membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri dari √
4-6 peserta didik.
2. Memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) √
berbasis Problem Based Learning (PBL) materi koloid.
B. Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
1. Meminta peserta didik untuk menelaah serta √
mengidentifikasi permasalahan yang telah disajikan dalam
LKPD terkait wacana Asap (Aerosol Padat).
2. Mengarahkan peserta didik untuk memecahkan masalah √
yang diberikan kepada masing-masing anggota kelompok
dengan menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKPD.
3. Meminta peserta didik untuk membuat diagram alur atau √
prosedur percobaan.
C. Membimbing Penyelidikan
1. Mengarahkan peserta didik untuk menganalisis contoh √
koloid yang telah disajikan di dalam LKPD seperti kabut,
pomade, batu apung, lateks, dan minyak ikan
2. Mengarahkan peserta didik mengidentifikasi masing- √
masing elemen dengan cara menentukan fase terdispersi,
medium pendispersi dan nama koloidnya untuk
mengelompokkan tipe-tipe koloid berdasarkan wacana dan
hasil pengamatan di sekitar lingkungan.
D. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1. Meminta peserta didik untuk menyajikan hasil diskusi dan √
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di kelas
E. Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Pemecahan Masalah
1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk √
memberikan tanggapan, saran, ataupun pertanyaan terkait
166

hasil diskusi yang telah dipresentasikan.


2. Meminta peserta didik untuk menyimpulkan √
pembelajaran.
3. Mengevaluasi kembali atau merefleksi pembelajaran √
bersama peserta didik
III Penutup
1. Memberikan informasi kepada peserta didik terkait materi √
yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
2. Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan √
mengucapkan salam.
Mengetahui,
Observer

Suparman, S.Pd
167

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN


Nama Mahasiswa : Royhanah
Judul Skripsi : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Higher
Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik pada Materi Koloid
Tempat Penelitian : SMAS Nusantara Unggul Kabupaten Tangerang
Kelas : XI IPA 1
Pertemuan ke- :4
Dilakukan
No Aspek yang Diobservasi Catatan
Ya Tidak
I Pendahuluan
1. Mengucapkan salam dan meminta salah satu peserta didik √
untuk memimpin doa.
2. Menayakan kabar dan mengabsen kehadiran peserta didik. √
3. Memberikan pertanyaan untuk apersepsi awal kepada √
peserta didik terkait materi yang akan dipelajari.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran terkait yang akan √
dicapai.
II Inti
A. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
1. Membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri dari √
4-6 peserta didik.
2. Memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) √
berbasis Problem Based Learning (PBL) materi koloid.
B. Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
1. Meminta peserta didik untuk menelaah serta √
mengidentifikasi permasalahan yang telah disajikan dalam
LKPD terkait wacana kegunaan sifat-sifat koloid dalam
kehidupan (Penjernihan air dengan menggunakan tawas).
2. Mengarahkan peserta didik untuk memecahkan masalah √
yang diberikan kepada masing-masing anggota kelompok
dengan menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKPD.
C. Membimbing Penyelidikan
1. Meminta peserta didik untuk menganalisis contoh koloid √
yang telah disajikan (Proses cuci darah) dalam LKPD
apakah termasuk sifat koloid? Lalu apa hubungannya?
2. Meminta peserta didik untuk mencari informasi dari √
berbagai sumber yang relevan terkait kegunaan sifat-sifat
koloid dalam kehidupan dan mendefinisikan sifat koloid
tersebut.
3. Meminta dan membimbing peserta didik untuk berdiskusi √
terkait ide pembuatan salah satu produk koloid yang
melibatkan prinsip koloid.
4. Mengarahkan peserta didik untuk mencari informasi dari √
berbagai sumber yang relevan terkait proses pembuatan
produk koloid.
5. Meminta peserta didik untuk membuat diagram alur atau √
prosedur percobaan produk koloid yang akan dibuat.
D. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
168

1. Meminta peserta didik untuk menyajikan hasil diskusi dan √


memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di kelas.
E. Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Pemecahan Masalah
1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk √
memberikan tanggapan, saran, ataupun pertanyaan terkait
hasil diskusi yang telah dipresentasikan.
2. Meminta peserta didik untuk menyimpulkan √
pembelajaran.
3. Mengevaluasi kembali atau merefleksi pembelajaran √
bersama peserta didik.
III Penutup
1. Menugaskan peserta didik untuk membuat produk koloid √
yang melibatkan prinsip koloid.
2. Menugaskan peserta didik untuk membuat slide show atau √
poster terkait produk koloid yang dibuat.
3. Memberikan informasi kepada peserta didik terkait materi √
yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
4. Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan √
mengucapkan salam.
Mengetahui,
Observer

Suparman, S.Pd
169

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN


Nama Mahasiswa : Royhanah
Judul Skripsi : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Higher
Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik pada Materi Koloid
Tempat Penelitian : SMAS Nusantara Unggul Kabupaten Tangerang
Kelas : XI IPA 1
Pertemuan ke- :5
Dilakukan
No Aspek yang Diobservasi Catatan
Ya Tidak
I Pendahuluan
1. Mengucapkan salam dan meminta salah satu peserta didik √
untuk memimpin doa.
2. Menayakan kabar dan mengabsen kehadiran peserta didik. √
3. Memberikan pertanyaan untuk apersepsi awal kepada √
peserta didik terkait materi yang akan dipelajari.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran terkait yang akan √
dicapai.
5. Memberikan arahan kepada peserta didik untuk √
mempresentasikan hasil pembuatan produk koloid secara
bergantian
II Inti
A. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk √
mempresentasikan hasil pembuatan produk koloidnya di
kelas secara bergantian.
B. Menganalisis dan Mengevaluasi Hasil Pemecahan Masalah
1. Mengarahkan peserta didik lain untuk menyimak dan √
menuliskan di LKPD terkait point-point hasil presentasi
kelompok penyaji.
2. Meminta peserta didik untuk berdiskusi dan √
menyimpulkan keseluruhan pembelajaran.
3. Mengevaluasi kembali atau merefleksi pembelajaran √
bersama peserta didik
III Penutup
1. Memberikan informasi kepada peserta didik untuk √
mempersiapkan diri karena pada pertemuan selanjutnya
akan diadakan ulangan harian (posttest).
2. Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan √
mengucapkan salam.
Mengetahui,
Observer

Suparman, S.Pd
170

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN


Nama Mahasiswa : Royhanah
Judul Skripsi : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta
Didik pada Materi Koloid
Tempat Penelitian : SMAS Nusantara Unggul Kabupaten Tangerang
Kelas : XI IPA 1
Pertemuan ke- :6
Dilakukan
No Aspek yang Diobservasi Catatan
Ya Tidak
I Pendahuluan
1. Mengucapkan salam dan meminta salah satu √
peserta didik untuk memimpin doa.
2. Menayakan kabar dan mengabsen kehadiran √
peserta didik.
II Inti
1. Peserta didik diarahkan untuk mengerjakan √
soal posttest materi koloid
III Penutup
1. Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa √
dan mengucapkan salam
Mengetahui,
Observer

Suparman, S.Pd
Lampiran 6. Lembar Validasi Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK

Mata Pelajaran : Kimia Alokasi waktu : 2 x 45 menit

Kelas/Semester : XI/Genap Jumlah soal : 22 soal

Materi Pokok : Koloid Bentuk soal : Essay

Kompetensi Dasar : 3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya.

4.14 Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid.

Kesesuai
an
Indikato
r
Pembela
Level
jaran,
Kognitif N
Indikato Indikato
Indikato o Rubrik
r Indikato Sk r Soal Keter
r Hot S Butir Soal Kunci Jawaban Penskora
Pembelaj r Soal or Dan angan
oa n
aran Indikato
Brookha l
rt r HOTS
Brookha
rt

Y Tid
a ak

171
172

Membeda Disajikan Mengana 1 Perhatikan gambar di bawah ini! 1. Gambar A : Larutan Memberi 4
kan sebuah lisis Gambar B : Koloid kan
Larutan, gambar (Memban Gambar C : Suspensi jawaban
Koloid dari dingkan 2. Gambar A : Karena air garam keseluruh
dan campuran dan memiliki ukuran partikel- an
Suspensi. A, B dan membeda partikel yang sangat kecil. dengan
Air Santan Kopi
C, kan) Sehingga dapat larut dalam air. tepat
Garam
kemudian Gambar B : Memiliki ukuran
peserta partikel yang sedang sehingga Memberi 3
didik santan akan larut dalam air, kan
Termasuk jenis campuran apakah
membeda akan tetapi lama kelamaan jawaban
ketiga campuran tersebut? Mengapa
kan terjadi endapan. 2 point
bisa demikian?
ketiga Gambar C : Memiliki ukuran kurang
campuran partikel yang dapat dilihat tepat
terssebut. dengan jelas dan besar sehingga
Memberi 2
kopi tidak dapat larut dalam air.
kan
jawaban
1 point
dengan
tepat

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat
Tidak 0
memberik
an
173

jawaban

Menjelas Disajikan Mengana 2 Ketahuilah olehmu, bahwa pada 1. Pada saat lampu mobil Memberi 4
kan suatu lisis malam hari pada saat lampu mobil menyoroti jalanan, jalanan kan
kegunaan fenomena (Mengan menyoroti jalanan, sinar dari lampu tersebut dipenuhi debu. jawaban
sifat di dalam tersebut seakan-akan terlihat Sehingga bisa dikatakan bahwa keseluruh
alisis
koloid kehidupa semakin terang serta dapat benda yang bertebrangan an
dalam n sehari- argumen) menyinari jalanan. Lalu apabila tersebut adalah debu. dengan
kehidupa hari, diperhatikan dengan seksama, 2. Hubungan dengan sifat koloid tepat
n sehari- kemudian ketika lampu menyinari jalanan adalah: Memberi 3
hari peserta seakan-akan terdapat benda-benda  Debu merupakan salah satu kan
didik kecil yang berterbangan. Benda partikel koloid yang jawaban
menganal apakah yang bertebrangan? Lalu, memiliki fase terdispersi keseluruh
isis identifikasikanlah hubungannya padat dalam gas. Sehingga an
adakah dengan sifat koloid! ketika lampu menyinari dengan
hubungan jalanan, maka lampu tepat
fenomena tersebut akan mengenai Memberi 2
yang debu tersebut, sehingga kan
terjadi cahaya pun terhamburkan. jawaban
dengan  Sifat koloid tersebut adalah 1 point
koloid. efek Tyndall, dimana efek dengan
Tyndall adalah proses tepat
penghamburan cahaya oleh Memberi 1
partikel koloid. kan
jawaban
namun
tidak
tepat
Tidak 0
memberik
an
jawaban
Menganal Disajikan Mengana 3 Syifa sedang melakukan percobaan 1. Temuan yang diperoleh bahwa Memberi 4
174

isis tipe suatu lisis pembuatan slime. Dari hasil slime merupakan salah satu kan
atau sifat informasi percobaan diketahui bahwa slime contoh tipe koloid yang jawaban
koloid terkait (Mengide merupakan salah satu produk termasuk ke dalam tipe sol cair. keseluruh
dari pembuata ntifikasi koloid. Slime terbuat dari campuran 2. Dimana sol cair terdiri dari fase an
produk n produk atau bedak yang berwujud padat yang terdispersinya padat dan fase dengan
koloid koloid, Memfoku dilarutkan dengan air yang medium pendispersinya cair. tepat
yang kemudian skan merupakan wujudnya cair dengan
telah peserta Pertanya bantuan tambahan baby oil dan Memberi 3
dibuat didik an) pewarna guna untuk menghasilkan kan
jawaban
mengiden suatu campuran yang kental.
2 point
tifikasi kurang
suatu tepat
pertanyaa Memberi 2
Berdaarkan kegiatan yang Syifa
n. kan
lakukan, apa yang akan kamu
jawaban
temukan terkait dengan koloid?
1 point
Jelaskan!
dengan
tepat

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
175

jawaban

Menganal Disajikan Mengana 4 Ketahuilah, tahu dibuat dengan cara 1. Ada, yaitu koagulasi. Memberi 4
isis tipe informasi lisis menghaluskan kacang kedelai yang 2. Hubungan koagulasi dengan kan
atau sifat mengenai (Mengan bercampur dengan air. Kemudian proses pembuatan tahu yaitu jawaban
koloid pembuata alisis disaring hingga diperoleh filtrat dimana pada salah satu keseluruh
dari n tahu, argumen) susu kedelai. Susu kedelai tersebut tahapnyaa terjadi penggumpalan an
produk kemudian ditambahkan zat elektrolit ketika ditambahkan zat elektrolit dengan
koloid peserta CaSO4.2H2O yang biasa dikenal CaSO4.2H2O (batu tahu) atau tepat
yang didik batu tahu. Penambahan batu tahu asam asetat.
telah menganal berfungsi untuk menggumpalkan Memberi 3
dibuat isis protein yang ada pada susu kedelai kan
adakah sehingga menjadi tahu. jawaban
sifat 2 point
koloid kurang
yang tepat
Berdasarkan informasi di atas.
muncul
Menurutmu adakah sifat koloid Memberi 2
pada
yang muncul pada proses kan
proses
pembuatan tahu tersebut? Lalu, apa jawaban
pembuata
hubungannya dengan proses 1 point
n tahu
pembuatan tahu? dengan
tersebut.
tepat

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat
176

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menjelas Disajikan Mengana 5 Ketahuilah, Mutiara merupakan 1. Mutiara termasuk tipe system Memberi 4
kan tipe sebuah lisis salah satu contoh koloid. Secara koloid, yaitu emulsi padat. kan
sistem informasi (Mengan alamiah mutiara berasal dari kerang 2. Pada mutiara terdapat fase jawaban
koloid mengenai alisis yang disebut dengan kerang terdispersinya cair, yaitu berupa keseluruh
pembuata argumen) mutiara. Ter bentuknya mutiara nacre dan medium an
n bahan dimulai saat sebutir pasir atau benda pendispersinya padat yaitu dengan
baku padat masuk ke dalam tubuh kerang berupa pasir. tepat
produk mutiara. Moluska ini kemudian
koloid, menggunakan getah di perutnya Memberi 3
kemudian untuk membalut pasir yang kan
peserta melukainya dengan nacre. Nacre jawaban
didik merupakan bagian dari cangkang 2 point
diminta dalam yang berkilau yang berfungsi kurang
untuk sebagai pelindung tubuh. Proses ini tepat
menganal sama dengan proses pembentukan
Memberi 2
isis jenis tulang pada manusia. Nacre inilah
kan
koloid yang disebut dengan mother of
jawaban
yang pearls atau ibu mutiara. "Nacre akan
1 point
terdapat menyelimuti benda asing tersebut..
dengan
pada
tepat
produk
tersebut.
Dari informasi di atas, apakah Memberi 1
mutiara termasuk dari tipe sistem kan
jawaban
177

koloid? Jika iya, jelaskan namun


berdasarkan fase terdispersi dan tidak
medium pendispersinya! tepat

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menganal Disajikan Mengana 6 Deodoran merupakan zat yang 1. Ada, yaitu Adsopsi. Memberi 4
isis tipe suatu lisis diterapkan pada tubuh untuk 2. Prinsip kerja adsorpsi yaitu kan
atau sifat informasi (Memfok mencegah bau badan yang kemampuan partikel koloid jawaban
koloid terkait uskan disebabkan oleh pemecah bakteri menyerap berbagai macam zat keseluruh
dari produk pertanny dari keringat di ketiak atau dari area pada permukaannya. Dimana an
produk koloid, aan atau lain. pada deodoran ini mengandung dengan
koloid kemudian mengiden Aluminium klorida , sehingga tepat
peserta tifikasi protein dalam keringat akan
didik ide mengendap atau menyerap. Memberi 3
Dari informasi di atas, adakah sifat kan
mengiden utama) Selain itu deodoran
koloid pada deodorant? Jika ada, jawaban
tifikasi mengandung zat anti septik
jelaskan dan berikan contoh lain 2 point
apakah yang dapat menghentikan
dalam kehidupan sehari-hari! kurang
terdapat aktivitas bakteri sehingga dapat
sifat menghilangkan bau tidak sedap.. tepat
koloid Contoh lain : Penjernihan air,
Memberi 2
dalam pemutihan gula pasir
kan
deodoran.
jawaban
1 point
dengan
tepat
178

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menjelas Disajikan Mengeva 7 Suatu hari Rini mau pergi ke rumah 1. Asap adalah sisa pembakaran Memberi 4
kan tipe sebuah luasi temannya, ia menggunakan yang sebenarnya berwujud kan
sistem wacana, (Mengev transportasi umum. Di kendaraan padat, akan tetapi ukuran dan jawaban
koloid kemudian beratnya yang sangat ringan keseluruh
aluasi tersebut ada seseorang yang
peserta sehingga terlihat seakan-akan an
didik materi merokok, dan rini pun merasakan bercampur dengan udara dan dengan
diminta dan asap rokok dari perkok tersebut. bersifat seperti udara. Oleh tepat
menganal metode Asap rokok itu seketika membuat karena itu wajah rini akan terasa Memberi
Misis berdasar wajah rini terasa berdebu. seperti berdebu. kan
hubungan kan 2. Asap rokok termasuk partikel jawaban
wacana tujuan Mengapa bisa demikian? padat yang terdispersi di dalam keseluruh
dengan Hubungkanlah jawabanmu dengan medium pendispersinya berupa an
yang
tipe atau fase terdispersi dan medium gas (udara) sehingga jenis atau dengan
jenis dimaksud tipe koloid ini adalah aerosol tepat
) pendispersinya!
sistem padat. Memberi 3
koloid. kan
jawaban
2 point
kurang
tepat
179

Memberi 2
kan
jawaban
1 point
dengan
tepat
Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat
Tidak 0
memberik
an
jawaban
Menjelas Disajikan Mengeva 8 Perhatikan gambar di bawah ini! 1. Karena partikel tersebut Memberi 4
kan suatu luasi bergerak bebas dan tidak kan
kegunaan gambar, (Mengev ditebak pergerakannya sehingga jawaban
sifat kemudian aluasi gerakan partikel tersebut keseluruh
koloid peserta materi digambarkan secara acak. an
dalam didik dan 2. Ada, sifat tersebut adalah gerak dengan
kehidupa diminta metode brown. Dimana gerak brown tepat
n sehari- untuk berdasar adalah gerak partikel koloid
hari mengiden kan dalam keadaan berbelok-belok Memberi 3
Gambar di atas merupakan gambar kan
tifikasi tujuan dengan arah acak.
dari suatu partikel. Mengapa jawaban
gambar yang
partikel tersebut disajikan seperti 2 point
tersebut dimaksud
itu? Apakah ada hubungannya kurang
apakah )
dengan sifat koloid? Jelaskan! tepat
ada
180

hubungan Memberi 2
nya kan
dengan jawaban
koloid. 1 point
dengan
tepat

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menjelas Disajikan Mengeva 9 Tahukah kamu, selain sorot lampu, 1. Hal tersebut disebabkan karena Memberi 4
kan sebuah luasi contoh lain fenomena efek tyndall cahaya matahari yang menyoroti kan
kegunaan fenomena (Mengev yaitu diwaktu siang hari langit suatu sistem koloid. Lalu cahaya jawaban
sifat , aluasi berwarna biru. Sedangkan ketika tersebut akan terhamburkan dan keseluruh
koloid kemudian materi sore hari langit berwarna jingga. terpecah menjadi berbagai an
dalam peserta dan Lalu, mengapa bisa demikian? gelombang warna. dengan
kehidupa didik metode Kemudian berilah fenomena lain  Semakin kecil panjang tepat
n sehari- menganal berdasar yang merupakan contoh efek gelombang cahaya, semakin
hari isis kan tyndal! besar intensitas Memberi 3
mengapa tujuan hamburannya (warna langit kan
jawaban
181

fenomena yang terlihat biru). 2 point


tersebut dimaksud  Begitu pula sebaliknya. kurang
bisa ) semakin besar panjang tepat
terjadi. gelombangnya, semakin
kecil pula intesitas Memberi 2
hamburannya (warna langit kan
jingga). jawaban
2. Contoh lain yaitu cahaya 1 point
matahari yang masuk ke rumah dengan
melewati celah akan terlihat tepat
jelas. Hal tersebut dikarenakan
Memberi 1
partikel koloid debu akan
kan
menghamburkan sinar yang
jawaban
datang.
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menjelas Diberika Mengana 10 Dalam kehidupan sehari-hari 1. Kabut Memberi 4


kan tipe n suatu lisis tentunya tanpa disadari banyak kita a. Termasuk tipe system kan
sistem gambar, (Mengan temukan tipe system koloid, seperti koloid jawaban
koloid kemudian alisis yang terdapat pada gambar di b. Aerosol cair keseluruh
peserta argumen) bawah ini. Amatilah gambar c. Fase terdispersi: cair an
didik berikut: Medium pendispersi: gas dengan
menentuk 2. Pomade tepat
182

an a. Termasuk tipe system Memberi 3


apakah koloid kan
termasuk b. Sol keseluruh
tipe c. Fase terdispersi: padat an
system Medium pendispersi: cair jawaban
koloid? 3. Batu apung kurang
1. Kabut
Jika iya a. Termasuk tipe sistem tepat
termasuk koloid
tipe apa? b. Buih padat Hanya 2
Dan c. Fase terdispersi: gas memberik
identifika Medium pendispersi: padat an
sikanlah 4. Lateks jawaban a
berdasark a. Termasuk tipe ssistem dan b
an fase koloid atau c
2. Krim Rambut dengan
terdispers b. Emulsi padat
i dan c. Fase terdispersi: cair tepat
medium Medium pendispersi: padat
Hanya 1
pendisper 5. Minyak ikan
memberik
sinya. a. Termasuk tipe ssistem
an
koloid
jawaban a
b. Emulsi cair
3. Batu apung atau b
c. Fase terdispersi: cair
atau c
Medium pendispersi: cair
Tidak 0
memberik
an
jawaban

4. Lateks atau getah


183

karet

5. Minyak ikan

a. Tentukanlah apakah termasuk


kedalam tipe sistem koloid?
b. Jika iya, tipe sistem koloid apa?
c. Lalu identifikasikanlah
berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersinya?
Mendisku Disajikan Penalaran 11 Telah kita ketahui, bahwa anak- 1. Obat puyer dibuat dengan cara Memberi 4
sikan ide informasi dan anak cukup sulit untuk menggerus atau menghaluskan kan
pembuata mengenai Logika mengkonsumsi obat berbentuk obat tablet. jawaban
n produk pembuata (Membua tablet.Oleh karena itu, dibuatlah 2. Hubungannya dengan koloid keseluruh
koloid n obat, t atau obat puyer untuk memudahkan yaitu dengan cara an
yang kemudian mengeval anak-anak dalam mengkonsumsi pembuatannya. Proses dengan
melibatka peserta uasi obat. pembuatan obat tersebut tepat
n prinsip didik kesimpul dilakukan dengan cara dispersi.
koloid menentuk an Berdasarkan informasi di atas, Dimana proses dispersi adalah Memberi 3
an induktif) bagaimana proses pembuatan obat proses merubah partikel koloid kan
dengan puyer tersebut? Lalu apa yang lebih besar menjadi jawaban
cara apa hubungannya dengan koloid? partikel koloid yang lebih kecil. 2 point
kurang
184

pembuata Jelaskan! Hal tersebut dilakukan untuk tepat


n obat memudahkan anak dalam
tersebut. mengkonsumsi obat tesebut. Memberi 2
kan
jawaban
1 point
dengan
tepat

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menganal Disajikan Penalaran 12 Perhatikanlah beberapa fakta 1. Ada, yaitu koloid pelindung. Memberi 4
isis tipe informasi dan campuran di bawah ini! 2. Hubungannya yaitu dimana kan
atau sifat atau Logika  Pada proses pembuatan es pada proses pembuatan es krim jawaban
koloid fakta- (Membua krim. keseluruh
dari fakta t atau Es krim yang tidak mengkristal an
produk mengenai mengeval sehingga tetap terus kenyal hal dengan
koloid contoh uasi ini dikarenakan pada proses tepat
yang produk kesimpul pembuatan es krim tersebut
telah koloid, an ditambahkan gelatin. Memberi 3
185

dibuat kemudian deduktif)  Pada proses pembuatan susu kan


peserta Susu tidak menggumpal karena jawaban
didik ditambahkan kasein pada 2 point
menganal proses pembatan susu tersebut. kurang
isis  Pada proses pembuatan tinta tepat
adakah Tinta tidak mengendap karena
sifat pada prosesnya dicampur Memberi 2
koloid dengan gom. kan
yang jawaban
terdapat 1 point
pada Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dengan
produk adakah sifat koloid yang terdapat tepat
tersebut. pada fakta-fakta produk tersebut?
Lalu apa hubungannya? Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menjelas Disajikan Penaaran 13 Pak Andi sudah lama mengidap 1. Mesin dialisator bekerja dengan Memberi 4
kan suatu an penyakit gagal ginjal. Oleh karena cara memisahkan ion-ion kan
kegunaan gambar, Logika itu, pak Andi rutin melakukan cuci pengotor dalam darah melalui jawaban
sifat kemudian keseluruh
(Membua darah atau hemodialisis dengan alat pipa semipermeable yang dialiri
koloid peserta an
dalam didik t atau bantu yang disebut dialisator. cairan. Setelah itu, darah yang dengan
186

kehidupa diminta mengeval Adapun proses kerja mesin telah bersih dimasukan kembali tepat
n sehari- menganal uasi dialisator terdapat pada gambar ke tubuh pasien. Memberi 3
hari isis kesimpul dibawah ini. 2. Prinsip kerja yang diterapkan kan
gambar jawaban
an pada alat pencuci darahnya yaitu
tersebut. 2 point
induktif) sifat dialisis. Dimana dialisis kurang
adalah proses pemisahan ion tepat
dari koloid dengan difusi Memberi 2
melalui pori-pori selaput kan
semipermeable. jawaban
1 point
dengan
tepat
Berdasarkan peristiwa pada gambar Memberi 1
kan
tersebut berikanlah kesimpulan
jawaban
yang mendasar mengenai cara kerja namun
mesin dialisator tersebut? Lalu, tidak
adakah prinsip sifat koloid yang tepat
diterapkan? Jelaskan! Tidak 0
memberik
an
jawaban
Mengelo Disajikan Penalaran 14 Fs Mediu Nam Conto Dapat 4
mpokkan beberapa dan terdisp m a h mengelo
tipe gambar, Logika ersi Pendis mpokkan
sistem kemudian (Membua Asap Kaca Santan persi tipe
koloid peserta t atau berwarn koloid
didik mengeval a \Padat Cair Sol Tinta, dengan
diminta uasi cat lengkap
untuk kesimpul dan benar
187

mengelo an Gas Cair Emu Keju, Mengelo 3


mpokkan induktif) lsi marga mpokkan
tipe pada rin tipe
sistem Buih t koloid
Keju
koloid Cat kurang
sabun
berdasark Padat Gas Aero Asap, lengkap
an fase sol debu
terdispers Pada Hanya 2
i dan Debu Margarin t dapat
Tinta
medium mengelo
pendisper Cair Cair Emu Susu, mpokkan
sinya. lsi santan 3 tipe
cair koloid
Intan saja
Padat Padat Sol Kaca
hitam Krim
Susu pada berwa Hanya 1
kocok
t rna, dapat
intan mengelo
hitam mpokkan
Dari beberapa gambar di atas, 1 tipe
kelompokkanlah masing-masing Gas Cair Buih Buih koloid
gambar sesuai dengan sabun,
saja
karakteristiknya dan tentukan fase krim
terdispersi dan medium kocok Tidak 0
pendispersinya! memberik
an
jawaban

Menganal Disajikan Pengamb 15 Apakah kamu mengetahui tentang 1. Sifat koloid yang terdapat pada Memberi 4
isis tipe prinsip ilan norit? Norit merupakan suatu prinsip kerja obat norit yaitu kan
188

atau sifat kerja Keputusa karbon aktif yang digunakan untuk adsorpsi. Ditandai dengan jawaban
koloid sebuah n mengatasi gangguan pencernaan. fungsi dari zat arang aktif keseluruh
dari obat, (Mengide Karbon aktif didalam norit memiliki tersebut yaitu penyerapan zat an
produk kemudian ntifikasi daya serap yang kuat terhadap racun racun. dengan
koloid peserta asumsi- atau bakteri. Menurut kamu, adakah 2. Adsorpsi adalah proses tepat
yang didik asumsi) sifat koloid yang diterapkan pada penyerapan yang terjadi pada
telah diminta prinsip kerja obat tersebut? permukaan koloid. Memberi 3
dibuat menganal Jelaskan! Sifat koloid tersebut mampu kan
isis sifat menyerap ion pada jawaban
koloid permukaannya. Sehingga 2 point
yang mengkibatkan partikel koloid kurang
diterapka tersebut memiliki muatan. tepat
n dalam
Memberi 2
prinsip
kan
kerja obat
jawaban
tersebut.
1 point
dengan
tepat

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
189

jawaban

Mendisku Disajikan Pengamb 16 Susan ingin membuat es krim 1. Bahan-bahan yang dipilih Susan Memberi 4
sikan ide bahan- ilan karena cuaca pada hari ini sangat dan Ana sudah tepat sesuai kan
pembuata bahan Keputusa panas. Akan tetapi susan tidak sumber. jawaban
n produk pembuata n mengetahui bahan-bahan apa saja 2. Fungsi gelatin dalam pembuatan keseluruh
koloid n es krim (Mengev yang dibutuhkan untuk membuat es es krim sebagai koloid an
yang dari suatu aluasi krim tersebut. Ia pun bingung, pelindung. Dimana koloid dengan
melibatka sumber, kredibilit kemudian datanglah Ana teman pelindung merupakan salah satu tepat
n prinsip kemudian as dari Susan. Lalu Susan pun langsung sifat koloid. Koloid pelindung
koloid peserta suatu bertanya kepada Ana, “Na, aku mau memiliki kemampuan untuk Memberi 3
didik sumber) buat es krim nih. Nah kamu tau menstabilkan koloid yang kan
jawaban
diminta tidak bahan-bahan apa saja yang lainnya. Sehingga dengan
2 point
untuk dibutuhkan?”. Dan Ana menjawab adanya gelatin tersebut dapat kurang
menentuk “Aku tidak tahu San, tapi jangan menjaga agar es krim yang tepat
an khawatir kita kan bisa searching di terbentuk tidak meengeras Memberi 2
apakah internet”. seperti es batu. kan
bahan jawaban
tersebut Akhirnya Susan dan Ana mencari di 1 point
Internet hingga mereka memutuskan dengan
sudah
untuk menggunakan bahan-bahan di tepat
tepat Memberi 1
untuk bawah ini:
kan
meembua  Susu kental manis putih (2 jawaban
t es krim sachet) namun
serta  Gula pasir (8 sdm) tidak
menentuk  Maizena (2 sdm) tepat
Tidak 0
an fungsi  Gelatin powder (1/4 sdt)
memberi
gelatin  Essen vanilla (1 sdm)
jawaban
dalam (Sumber:
190

pembuata https://cookpad.com/id/resep/842 Memberi 3


n es krim 6373-vanilla-ice- kan
tersebut. cream?via=search&search_term=es jawaban
%20krim%20gelatin) 2 point
kurang
tepat

Memberi 2
kan
jawaban
1 point
dengan
tepat

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberi
jawaban

Menjelas Disajikan Pengamb 17 Perhatikan dan identifikasikanlah 1. Berdasarkan gambar di atas Memberi 4
kan sebuah ilan yang dapat ditemukan yaitu kan
proses pembuatan tahu pada gambar
kegunaan gambar, Keputusa pada salah satu proses jawaban
sifat kemudiaa dibawah ini! pembuatan tahu terdapat emulsi keseluruh
n
koloid n peserta sari kedelai yang akan an
dalam didik (Mengide menggumpal jika ditambahkan dengan
191

kehidupa diminta ntifikasi batu tahu (CaSO4. 2H2O) atau tepat


n sehari- untuk asumsi asam cuka (asam asetat). Memberi 3
hari menganal yang Sehingga dalam gambar tersebut kan
isis terbentuklah konsep dari sifat jawaban
tersirat)
kegunaan koloid yaitu koagulasi. 2 point
sifat 2. Contohnya yaitu pada kurang
koloid pengolahan lateks, penjernihan tepat
dalam air. Memberi 2
kehidupa kan
n sehari- jawaban
hari. Dari gambar di atas, apa yang dapat
1 point
kamu temukan dan adakah dengan
hubungannya dengan sifat koloid?
Memberi 1
Berikan contoh kegunaan lainnya
kan
dalam kehidupan sehari-hari!
jawaban
namun
tidak
tepat
Tidak 0
memberik
an
jawaban
Menjelas Disajikan Pemecah 18 Tahukah kamu, gula pasir dibuat 1. Dengan cara melarutkan gula Memberi 4
kan sebuah an dari bahan baku tebu. Pada kedalam air, lalu larutan kan
kegunaan permasal masalah pembuatan gula pasir tidak serta dialirkan melalui sistem koloid jawaban
sifat ahan (Mendesk merta langsung putih bersih seperti karbon yang digunakan sebagai keseluruh
koloid mengenai ripsikan yang kita lihat di supermarket. Pada adsorben . Lalu partikel koloid an
dalam gula pasir dan awalnya, gula pasir mengandung zat akan menyerap zat warna dengan
kehidupa yang mengeval pengotor sehingga warnanya tersebut sehingga gula menjadi tepat
n sehari- berwana uasi menjadi kecoklatan. Lalu, mengapa lebih bersih.
hari kecoklata beberapa gula pasir yang kita konsumsi 2. Ada, yaitu sifat koloid adsropsi Memberi 3
kan
192

n apabila solusi) berwarna putih pada umumnya. atau penyerapan. jawaban


masih 2 point
mengand Bagaimana cara untuk mengubah kurang
ung zat gula pasir dari kecoklatan menjadi tepat
pengotor, putih bersih? Adakah penerapan
kemudian sifat koloid yang digunakan untuk Memberi 2
peserta mengatasi masalah tersebut? kan
didik jawaban
diminta 1 point
untuk dengan
menemuk tepat
an solusi
Memberi 1
bagaiman
kan
a
jawaban
menghila
namun
ngkan zat
tidak
pengotor
tepat
tersebut.
Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menjelas Disajikan Pemecah 19 Pada suatu hari, Ani, Ina dan Lani Air sungai yang mengandung Memberi 4
kan sebuah an berkemah di bumi perkemahan lumpur jika disaring akan kan
kegunaan permasal masalah Cibubur. Suatu ketika, mereka ingin membutuhkan waktu yang cukup jawaban
sifat ahan, (Mengide menanak nasi. Akan tetapi, di lama. Oleh karena itu, perlu sesuai
koloid kemudian ntifikasi daerah tersebut tidak terdapat air dilakukan teknik lain untuk dengan
dalam peserta atau yang jernih, hanya ada air sungai menyelesaikannya. Teknik tersebut kunci
193

kehidupa didik mendefini yang mengandung lumpur. Lalu, adalah dialisis. Dimana pada proses jawaban
n sehari- diminta sikan bagaimana cara Ani dan kawan- dialisis beras dimasukkan ke dalam
hari untuk masalah) kawan agar tetap bisa menanak kertas selofan dan dibungkus erat- Memberi 3
mencari nasi? erat hingga tidak memungkinkan kan
solusi lumpur masuk ke dalam beras jawaban
untuk tersebut. Selanjutnya, beras tersebut namun
menyeles direbus dengan air dari sungai. kurang
aikan Kertas selofan merupakan membran tepat
masalah yang hanya dapat dilalui oleh
Memberi 2
tersebut partikel berukuruan molekul seperti
kan
air, sedangkan lumpur memiliki
jawaban
ukuran partikel yang lebih besar dari
dengan
air sehingga tidak dapat menembus
teknik
membran. Sehingga selama proses
dialisis
perebusan beras, lumpurnya akan
tetap berada di luar membran,
Hanya 1
sedangkan air panas yang dapat
memberik
menembus membran berfungsi untuk
an
mematangkan beras.
jawaban
dengan
proses
menyarin
g air
sungai
yang
mengand
ung
lumpur
194

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menjelas Disajikan Pemecah 20 Tahukah kamu, koloid tidak hanya 1. Iya, aerosol padat Memberi 4
kan tipe sebuah an berdampak positif. Tetapi juga bisa Fase terdispersinya: gas kan
sistem informasi masalah berdampak negatif bagi kehidupan Medium pendispersinya: padat jawaban
koloid jenis (Mendesk karena menimbulkan suatu 2. Beberapa cara untuk mengatasi keseluruh
koloid ripsikan pencemaran. Salah satu contohnya dampak asap rokok: an
yang dan adalah asap. Asap adalah zat padat o Bersihkan rumah atau mobil dengan
merugika mengeval (debu) yang terdispersi dalam udara secara menyeluruh tepat
n, uasi (gas). Sehingga apabila terkena bertujuan untuk
kemudian beberapa asap, wajah akan merasakan menghilangkan residu yang Memberi 3
peserta solusi) keberadaan debu. Contohnya yaitu mungkin tertinggal oleh kan
didik asap rokok. perokok. jawaban
diminta o Penyegar udara bertujuan 2 point
untuk Berdasarkan informasi di atas untuk menyamarkan aroma kurang
menyeles apakah asap termasuk tipe koloid? asap rokok. tepat
aikan Jika iya, jelasakan! Lalu, bagaimana o Ketika merokok di mobil
cara mengatasi dampak yang Memberi 2
masalah atau rumah, bukalah jendela
disebabkan oleh asap rokok kan
berdasark agar asap rokok tidak
tersebut, kemukakan berdasarkan jawaban
an berkumpul disatu ruangan
suatu sumber! 1 point
sumber. dan bertujuan agar udara
dengan
segar masuk.
tepat
http://www.p2ptm.kemenk
es.go.id/infographic- Memberi 1
p2ptm/penyakit-paru- kan
kronik/page/2/bagaimana- jawaban
195

tips-mengurangi-dampak- namun
asap-rokok-di-lingkungan tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Menjelas Disajikan Pemecah 21 Kadar polusi di perkotaan 1. Untuk mengurangi polusi udara Memberi 4
kan sebuah an khususnya Jakata dan Bekasi yang disebabkan oleh asap kan
kegunaan permasal masalah semakin meningkat dari tahun ke pabrik adalah dengan jawaban
sifat ahan, tahun. Hal ini selain disebabkan menggunakan alat Cottrel. keseluruh
koloid kemudian oleh asap kendaraan, tetapi 2. Ada, yaitu elektoforesis. an
dalam peserta disebabkan juga oleh asap pabrik Dimana pada alat Cottrel dengan
kehidupa didik yang dikeluarkan melalui cerobong berfungsi untuk menyaring tepat
n sehari- diminta asap. Lalu bagaimana cara partikel asap pabrik sebelum
hari untuk mengatasi atau mengurangi polusi dikeluarkan ke udara. Memberi 3
mencari yang disebabkan oleh buangan asap kan
solusi pabrik? Adakah sifat koloid yang jawaban
untuk diterapkan? Jika ada, jelaskan! 2 point
menyeles kurang
aikan tepat
masalah
Memberi 2
tersebut
kan
jawaban
1 point
dengan
tepat
196

Memberi 1
kan
jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberi
jawaban

Mendisku Disajikan Berpikir 22 Ketahuilah oleh kalian, bahwa salah 1. Salah satu contoh produk yang Memberi 4
sikan ide informasi Kreatif satu pembuatan produk koloid dapat dapat dibuat dengan cara kan
pembuata mengenai menggunakan cara peptisasi. peptisasi yaitu agar-agar. jawaban
n produk pembuata Dimana peptisasi dilakukan dengan 2. Zat yang berperan sebagai zat keseluruh
koloid n koloid memecah butir-butir kasar dari pemeptisasi adalah air. Dimana an
yang dengan suatu endapan dengan bantuan suatu Air memecahkan butir-butir dengan
melibatka cara zat pemeptisasi (pemecah). Zat kasar menjadi butir-butir koloid, tepat
n prinsip peptisasi, pemeptisasi akan memecah partikel- sehingga terbentuk suatu sistem
koloid kemudian partikel kasar menjadi partikel- koloid deengan jenis sol padat. Memberi 3
peserta partikel berukuran koloid. kan
didik jawaban
menentuk Contohnya pada pembuatan Sol 2 point
an ide Perak Iodida (AgI), proses kurang
produk peptisasinya dengan cara tepat
koloid menambahkan larutan KI ke
endapan AgI. Memberi 2
apa yang
kan
dapat
jawaban
dibuat
1 point
197

dengan Berdasarkan informasi di atas, dengan


cara berikanlah contoh produk lain yang tepat
tersebut dapat dibuat dengan cara peptisasi!
Tentukan mana yang berperan Memberi 1
sebagai zat pemeptisasi pada produk kan
tersebut! jawaban
namun
tidak
tepat

Tidak 0
memberik
an
jawaban

Kesimpulan hasil validasi (diterima / diterima dengan revisi / tidak diterima):

diterima dengan revisi


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………

Tangerang Selatan, 31 Maret 2021 Tangerang Selatan, 31 Maret 2021

Tanda Tangan Validator Tanda Tangan Validator

(Rizqy Nur Sholihat, M.Pd) (Dewi Murniati, M.Si)


Lampiran 7. Hasil Validitas dan Releabilitas Instrumen Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik

A. Hasil Uji Validitas


Correlations

soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 soal9 soal10 soal11 soal12 soal13 soal14 soal15 soal16 soal17 soal18 soal19 soal20 soal21 soal22 Skor_total

soal1 Pearson
1 .445** .235 .231 .094 .062 .210 .049 .053 .284 .193 .220 .311 .145 .166 .352* .489** .380* .305 .189 -.008 .206 .495**
Correlation

Sig. (2-
.005 .155 .164 .574 .710 .205 .768 .753 .084 .245 .185 .058 .384 .321 .030 .002 .018 .063 .257 .963 .214 .002
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal2 Pearson
.445** 1 .396* .144 .269 .207 .295 .082 .020 .377* -.095 -.033 .396* .143 .518** .353* .273 .310 -.153 .591** .242 .332* .519**
Correlation

Sig. (2-
.005 .014 .390 .103 .212 .073 .625 .905 .020 .571 .844 .014 .393 .001 .030 .097 .058 .358 .000 .143 .041 .001
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal3 Pearson
.235 .396* 1 .315 .205 .118 .422** .397* .175 .273 .358* .240 .149 .212 .088 .382* .159 .446** .015 .128 .068 .110 .518**
Correlation

198
199

Sig. (2-
.155 .014 .054 .218 .482 .008 .014 .293 .097 .027 .147 .371 .202 .601 .018 .342 .005 .930 .442 .685 .511 .001
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal4 Pearson
.231 .144 .315 1 .309 -.156 .110 .170 .013 .300 .169 .212 .105 .131 .149 .296 -.015 .356* .116 .082 .055 .147 .362*
Correlation

Sig. (2-
.164 .390 .054 .059 .350 .511 .307 .936 .067 .310 .201 .529 .433 .372 .071 .927 .028 .487 .624 .745 .377 .026
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal5 Pearson
.094 .269 .205 .309 1 .218 .172 .173 .213 .521** .381* .069 .272 .332* .287 .190 .408* .518** .139 .074 .302 .451** .556**
Correlation

Sig. (2-
.574 .103 .218 .059 .190 .303 .300 .199 .001 .018 .681 .099 .042 .081 .252 .011 .001 .404 .661 .065 .005 .000
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal6 Pearson
.062 .207 .118 -.156 .218 1 .672** -.028 .061 .116 .230 .041 .542** .191 .195 .226 .237 .055 -.074 .207 .262 .218 .385*
Correlation

Sig. (2-
.710 .212 .482 .350 .190 .000 .869 .715 .487 .165 .807 .000 .252 .240 .173 .153 .742 .657 .212 .111 .189 .017
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
200

soal7 Pearson
.210 .295 .422** .110 .172 .672** 1 .141 -.039 .343* .340* .121 .598** .297 .203 .274 .217 .322* -.182 .056 .238 .058 .508**
Correlation

Sig. (2-
.205 .073 .008 .511 .303 .000 .398 .817 .035 .037 .470 .000 .071 .222 .096 .191 .049 .275 .737 .150 .729 .001
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal8 Pearson
.049 .082 .397* .170 .173 -.028 .141 1 .531** .511** .234 .393* -.077 .597** .117 .407* .093 .357* .342* .023 -.230 .048 .521**
Correlation

Sig. (2-
.768 .625 .014 .307 .300 .869 .398 .001 .001 .158 .015 .646 .000 .486 .011 .577 .028 .035 .890 .165 .775 .001
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal9 Pearson
.053 .020 .175 .013 .213 .061 -.039 .531** 1 .098 .323* .400* -.052 .240 .108 .613** .138 .243 .336* .323* .105 .094 .449**
Correlation

Sig. (2-
.753 .905 .293 .936 .199 .715 .817 .001 .557 .048 .013 .756 .146 .520 .000 .407 .142 .039 .048 .531 .573 .005
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal10 Pearson
.284 .377* .273 .300 .521** .116 .343* .511** .098 1 .193 .227 .302 .777** .203 .402* .457** .627** .181 .032 -.054 .211 .688**
Correlation
201

Sig. (2-
.084 .020 .097 .067 .001 .487 .035 .001 .557 .244 .171 .065 .000 .221 .012 .004 .000 .277 .847 .746 .204 .000
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal11 Pearson
.193 -.095 .358* .169 .381* .230 .340* .234 .323* .193 1 .421** .274 .248 -.080 .320 .344* .495** .596** -.095 .149 .209 .545**
Correlation

Sig. (2-
.245 .571 .027 .310 .018 .165 .037 .158 .048 .244 .008 .096 .134 .632 .050 .035 .002 .000 .571 .373 .207 .000
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal12 Pearson
.220 -.033 .240 .212 .069 .041 .121 .393* .400* .227 .421** 1 .210 .410* .200 .450** .241 .338* .435** .079 .006 -.086 .526**
Correlation

Sig. (2-
.185 .844 .147 .201 .681 .807 .470 .015 .013 .171 .008 .206 .011 .228 .005 .145 .038 .006 .637 .973 .609 .001
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal13 Pearson
.311 .396* .149 .105 .272 .542** .598** -.077 -.052 .302 .274 .210 1 .173 .395* .410* .374* .443** -.014 .342* .542** .257 .588**
Correlation

Sig. (2-
.058 .014 .371 .529 .099 .000 .000 .646 .756 .065 .096 .206 .298 .014 .011 .021 .005 .932 .036 .000 .119 .000
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
202

soal14 Pearson
.145 .143 .212 .131 .332* .191 .297 .597** .240 .777** .248 .410* .173 1 .422** .397* .381* .569** .251 .032 -.149 .037 .655**
Correlation

Sig. (2-
.384 .393 .202 .433 .042 .252 .071 .000 .146 .000 .134 .011 .298 .008 .013 .018 .000 .128 .847 .373 .824 .000
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal15 Pearson
.166 .518** .088 .149 .287 .195 .203 .117 .108 .203 -.080 .200 .395* .422** 1 .236 .161 .422** -.091 .491** .223 .171 .479**
Correlation

Sig. (2-
.321 .001 .601 .372 .081 .240 .222 .486 .520 .221 .632 .228 .014 .008 .153 .333 .008 .588 .002 .177 .305 .002
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal16 Pearson
.352* .353* .382* .296 .190 .226 .274 .407* .613** .402* .320 .450** .410* .397* .236 1 .299 .481** .281 .567** .182 .250 .745**
Correlation

Sig. (2-
.030 .030 .018 .071 .252 .173 .096 .011 .000 .012 .050 .005 .011 .013 .153 .068 .002 .088 .000 .274 .130 .000
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal17 Pearson
.489** .273 .159 -.015 .408* .237 .217 .093 .138 .457** .344* .241 .374* .381* .161 .299 1 .475** .291 .052 -.064 .286 .560**
Correlation
203

Sig. (2-
.002 .097 .342 .927 .011 .153 .191 .577 .407 .004 .035 .145 .021 .018 .333 .068 .003 .076 .755 .705 .082 .000
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal18 Pearson
.380* .310 .446** .356* .518** .055 .322* .357* .243 .627** .495** .338* .443** .569** .422** .481** .475** 1 .215 .033 .142 .254 .748**
Correlation

Sig. (2-
.018 .058 .005 .028 .001 .742 .049 .028 .142 .000 .002 .038 .005 .000 .008 .002 .003 .196 .843 .394 .124 .000
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal19 Pearson
.305 -.153 .015 .116 .139 -.074 -.182 .342* .336* .181 .596** .435** -.014 .251 -.091 .281 .291 .215 1 .049 -.341* .089 .370*
Correlation

Sig. (2-
.063 .358 .930 .487 .404 .657 .275 .035 .039 .277 .000 .006 .932 .128 .588 .088 .076 .196 .768 .036 .596 .022
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal20 Pearson
.189 .591** .128 .082 .074 .207 .056 .023 .323* .032 -.095 .079 .342* .032 .491** .567** .052 .033 .049 1 .366* .332* .416**
Correlation

Sig. (2-
.257 .000 .442 .624 .661 .212 .737 .890 .048 .847 .571 .637 .036 .847 .002 .000 .755 .843 .768 .024 .041 .009
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
204

soal21 Pearson
-.008 .242 .068 .055 .302 .262 .238 -.230 .105 -.054 .149 .006 .542** -.149 .223 .182 -.064 .142 -.341* .366* 1 .287 .240
Correlation

Sig. (2-
.963 .143 .685 .745 .065 .111 .150 .165 .531 .746 .373 .973 .000 .373 .177 .274 .705 .394 .036 .024 .080 .147
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

soal22 Pearson
.206 .332* .110 .147 .451** .218 .058 .048 .094 .211 .209 -.086 .257 .037 .171 .250 .286 .254 .089 .332* .287 1 .391*
Correlation

Sig. (2-
.214 .041 .511 .377 .005 .189 .729 .775 .573 .204 .207 .609 .119 .824 .305 .130 .082 .124 .596 .041 .080 .015
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

Skor_total Pearson
.495** .519** .518** .362* .556** .385* .508** .521** .449** .688** .545** .526** .588** .655** .479** .745** .560** .748** .370* .416** .240 .391* 1
Correlation

Sig. (2-
.002 .001 .001 .026 .000 .017 .001 .001 .005 .000 .000 .001 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .022 .009 .147 .015
tailed)

N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


205

Rekap hasil uji validitas


No Butir Soal r tabel 5% r hitung Keterangan

1 0,320 0,495 Valid

2 0,320 0,519 Valid

3 0,320 0,518 Valid

4 0,320 0,362 Valid

5 0,320 0,556 Valid

6 0,320 0,385 Valid

7 0,320 0,508 Valid

8 0,320 0,521 Valid

9 0,320 0,449 Valid

10 0,320 0,688 Valid

11 0,320 0,545 Valid

12 0,320 0,526 Valid

13 0,320 0,588 Valid

14 0,320 0,655 Valid

15 0,320 0,479 Valid

16 0,320 0,745 Valid

17 0,320 0,560 Valid

18 0,320 0,748 Valid

19 0,320 0,370 Valid

20 0,320 0,416 Valid

21 0,320 0,240 Tidak Valid

22 0,320 0,391 Valid


206

B. Hasil Uji Realibilitas

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %

Cases Valid
38 100.0

Excludeda
0 .0

Total
38 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.863 22
Lampiran 8. Soal Pretest dan Posttest Higher Order Thinking Skills (HOTS)

TES HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PESERTA DIDIK


SMAS Nusantara Unggul Kab Tangerang
(Pretest dan Posttest)

Mata Pelajaran : Kimia


Pokok Bahasan : Sistem Koloid
Waktu :

Petunjuk :
1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal
2. Tulislah terlebih dahulu identitas diri dilembar jawaban
 Nama :
 Kelas :
 No WA :
3. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab pertanyaan
4. Kerjakan sejujurnya dengan usaha sendiri

1. Perhatikan gambar di bawah ini!

Air Garam Santan Kopi

Termasuk jenis campuran apakah ketiga campuran tersebut? Mengapa bisa


demikian?
2. Ketahuilah olehmu, bahwa pada malam hari pada saat lampu mobil menyoroti
jalanan, sinar dari lampu tersebut seakan-akan terlihat semakin terang serta
dapat menyinari jalanan. Lalu apabila diperhatikan dengan seksama, ketika
lampu menyinari jalanan seakan-akan terdapat benda-benda kecil yang
berterbangan. Benda apakah yang bertebrangan? Lalu, identifikasikanlah
hubungannya dengan sifat koloid!

207
208

3. Syifa sedang melakukan percobaan pembuatan slime. Dari hasil percobaan


diketahui bahwa slime merupakan salah satu produk koloid. Slime terbuat dari
campuran bedak berwujud padat kemudian dilarutkan dengan air yang
wujudnya cair dengan bantuan tambahan baby oil dan pewarna guna
menghasilkan suatu campuran yang kental. Berdasarkan kegiatan yang Syifa
lakukan, apa yang akan kamu temukan terkait dengan koloid? Jelaskan!
4. Ketahuilah, tahu dibuat dengan cara menghaluskan kacang kedelai yang
bercampur dengan air. Kemudian disaring hingga diperoleh filtrat susu
kedelai. Susu kedelai tersebut ditambahkan zat eektrolit CaSO4.2H2O yang
biasa dikenal batu tahu. Penambahan batu tahu berfungsi untuk
menggumpalkan protein yang ada pada susu kedelai sehingga menjadi tahu.
Berdasarkan informasi di atas. Menurutmu adakah sifat koloid yang muncul
pada proses pembuatan tahu tersebut? Lalu, apa hubungannya dengan proses
pembuatan tahu?
5. Ketahuilah, Mutiara merupakan salah satu contoh koloid. Secara alamiah
mutiara berasal dari kerang yang disebut dengan kerang mutiara. Dalam
proses pembuatan mutiara diperlukan zat pengganggu, misal jaringan atau
pasir yang masuk ke dalam kerang. Kemudian kerang secara otomatis akan
melapisi zat pengganggu tersebut dengan nacre. Nacre adalah zat kapur
dengan unsur dasar kabon yang jernih yang dikeluarkan oleh kerang sebagai
alat pertahanan diri dari zat asing yang masuk ke dalamnya. Setelah zat
pengganggu diselimuti nacre, maka akan terbentukah mutiara. Dari informasi
di atas, apakah termasuk tipe atau jenis system koloid dari mutiara? Jelaskan
berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya!
6. Deodoran merupakan zat yang diterapkan pada tubuh untuk mencegah bau
badan yang disebabkan oleh pemecah bakteri dari keringat di ketiak atau dari
area lain. Dari informasi di atas, adakah sifat koloid pada deodorant? Jika ada,
jelaskan dan berikan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari!
7. Suatu hari Rini mau pergi ke rumah temannya, ia menggunakan transportasi
umum. Di kendaraan tersebut ada seseorang yang merokok, dan rini pun
merasakan asap rokok dari perkok tersebut. Asap rokok itu seketika membuat
209

wajah rini terasa berdebu. Mengapa bisa demikian? Hubungkanlah jawabanmu


dengan fase terdispersi dan medium pendispersinya!
8. Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar di atas merupakan gambar dari suatu partikel. Mengapa partikel


tersebut disajikan seperti itu? Apakah ada hubungannya dengan sifat koloid?
Jelaskan!
9. Tahukah kamu, selain sorot lampu, contoh lain fenomena efek tyndall yaitu
diwaktu siang hari langit berwarna biru. Sedangkan ketika sore hari langit
berwarna jingga. Lalu, mengapa bisa demikian? Kemudian berilah fenomena
lain yang merupakan contoh efek tyndal!
10. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya tanpa disadari banyak kita temukan tipe
system koloid, seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini. Amatilah
gambar berikut:

1. Kabut

2. Krim Rambut

3. Batu apung
210

4. Lateks atau getah karet

5. Minyak ikan
a. Tentukanlah apakah termasuk kedalam tipe system koloid?
b. Jika iya, tipe sistem koloid apa?
c. Lalu identifikasikanlah berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersinya?
11. Telah kita ketahui, bahwa anak-anak cukup sulit untuk mengkonsumsi obat
berbentuk tablet. Oleh karena itu, dibuatlah obat puyer untuk memudahkan
anak-anak dalam mengkonsumsi obat. Berdasarkan informasi di atas,
bagaimana proses pembuatan obat puyer tersebut? Lalu apa hubungannya
dengan koloid? Jelaskan!
12. Perhatikanlah beberapa fakta campuran di bawah ini!
 Pada proses pembuatan es krim.
Es krim yang tidak mengkristal sehingga tetap terus kenyal hal ini
dikarenakan pada proses pembuatan es krim tersebut ditambahkan gelatin.
 Pada proses pembuatan susu
Susu tidak menggumpal karena ditambahkan kasein pada proses pembatan
susu tersebut.
 Pada proses pembuatan tinta
Tinta tidak mengendap karena pada prosesnya dicampur dengan gom.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, adakah sifat koloid yang terdapat pada fakta-
fakta produk tersebut? Lalu apa hubungannya?
13. Pak Andi sudah laama mengidap penyakit gagal ginjal. Oleh karena itu, pak
Andi rutin melakukan cuci darah atau hemodialysis dengan alat bantu yang
disebut dialisator. Pada prosesnya, darah kotor akan dilewatkan dalam pipa-
pipa yang terbuat dari bahan semipermeable. Selama darah berjalan, pipa
semipermeeabel tersebut dialiri cairan untuk memisahkan ion-ion dalam darah
kotor. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh
pasien. Berikanlah kesimpulan yang mendasar mengenai cara kerja mesin
dialisator tersebut? Lalu, adakah prinsip sifat koloid yang diterapkan?
Jelaskan!
211

14.

Asap Kaca
berwarna Santan

Buih sabun Keju


Cat

Debu Tinta Margarin

Susu Intan hitam Krim kocok


Dari beberapa gambar di atas, kelompokkanlah masing-masing gambar sesuai
dengan karakteristiknya dan tentukan fase terdispersi dan medium
pendispersinya!
15. Apakah kamu mengetahui tentang norit? Norit adalah salah satu obat sakit
perut. Didalam obat tersebut mengandung zat arang aktif dimana berfungsi
untuk menyerap berbagai racun yang terdapat dalam usus. Menurut kamu,
adakah sifat koloid yang diterapkan pada prinsip kerja obat tersebut? Jelaskan!
16. Susan ingin membuat es krim karena cuaca pada hari ini sangat panas. Akan
tetapi susan tidak mengetahui bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan untuk
membuat es krim tersebut. Ia pun bingung, kemudian datanglah Ana teman
Susan. Lalu Susan pun langsung bertanya kepada Ana, “Na, aku mau buat es
krim nih. Nah kamu tau tidak bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan?”. Dan
Ana menjawab “Aku tidak tahu San, tapi jangan khawatir kita kan bisa
searching di internet”.
Akhirnya Susan dan Ana mencari di Internet hingga mereka memutuskan
untuk menggunakan bahan-bahan di bawah ini:
 Susu full cream (2 gelas)
 Susu kental manis putih (2 sachet)
 Gula pasir (8 sdm)
 Maizena (2 sdm)
 Gelatin powder (1/4 sdt)
 SP (1 sdt)
212

 Essen vanilla (1 sdm)


(Sumber:https://cookpad.com/id/resep/8426373-vanilla-ice-
cream?via=search&search_term=es%20krim%20gelatin)
Berdasarkan informasi di atas, apakah bahan-bahan yang disajikan sesuai
untuk membuat es krim? Jika iya, bagaimana proses pembuatannya? Lalu
tentukan fungsi gelatin pada proses pembuatan es krim tersebut.

17. Perhatikan dan identifikasikanlah gambar di bawah ini!

“Proses Pembuatan Tahu”

Dari gambar di atas, apa yang dapat kamu temukan dan adakah hubungannya
dengan sifat koloid? Berikan contoh kegunaan lainnya dalam kehidupan
sehari-hari!

18. Tahukah kamu, gula pasir dibuat dari bahan baku tebu. Pada pembuatan gula
pasir tidak serta merta langsung putih bersih seperti yang kita lihat di
supermarket. Pada awalnya, gula pasir mengandung zat pengotor sehingga
warnanya menjadi kecoklatan. Lalu, mengapa gula pasir yang kita konsumsi
berwarna putih pada umumnya.
Bagaimana cara untuk mengubah gula pasir dari kecoklatan menjadi putih
bersih? Adakah penerapan sifat koloid yang digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut?
19. Pada suatu hari, Ani, Ina dan Lani berkemah di bumi perkemahan Cibubur.
Suatu ketika, mereka ingin menanak nasi. Akan tetapi, di daerah tersebut tidak
terdapat air yang jernih, hanya ada air sungai yang mengandung lumpur. Lalu,
bagaimana cara Ani dan kawan-kawan agar tetap bisa menanak nasi?
213

20. Tahukah kamu, koloid tidak hanya berdampak positif. Tetapi juga bisa
berdampak negatif bagi kehidupan karena menimbulkan suatu pencemaran.
Salah satu contohnya adalah asap. Asap adalah zat padat (debu) yang
terdispersi dalam udara (gas). Sehingga apabila terkena asap, wajah akan
merasakan keberadaan debu. Contohnya yaitu asap rokok.
Berdasarkan informasi di atas apakah asap termasuk tipe koloid? Jika iya,
jelasakan! Lalu, bagaimana cara mengatasi dampak yang disebabkan oleh asap
rokok tersebut, kemukakan berdasarkan suatu sumber!
21. Ketahuilah oleh kalian, bahwa salah satu pembuatan produk koloid dapat
menggunakan cara peptisasi. Dimana peptisasi dilakukan dengan memecah
butir-butir kasar dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemeptisasi akan memecah partikel-partikel kasar menjadi
partikel-partikel berukuran koloid. Contohnya pada pembuatan Sol Perak
Iodida (AgI), proses peptisasinya dengan cara menambahkan larutan KI ke
endapan AgI.
Berdasarkan informasi di atas, berikanlah contoh produk lain yang dapat
dibuat dengan cara peptisasi! Tentukan mana yang berperan sebagai zat
pemeptisasi pada produk tersebut!
Lampiran 9. Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

a. Hasil Pretest Kelas Eksperimen


No Soal
No Nama Skor %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Altia Oktavia Ananda 2 1 1 1 1 1 1 2 1 11 13,0952381 13
2 Asmatul Kholisah 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 16 19,04761905 19
3 Aulia Salsabila 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 19 22,61904762 23
4 Devika Nur Ashifa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 19 22,61904762 23
5 Dwi Amelia Putri 2 1 1 1 1 2 2 3 13 15,47619048 15
6 Febrina 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 16 19,04761905 19
7 Icha Mutiara S 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 16 19,04761905 19
8 Indri Nur Indah Sari 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 23 27,38095238 27
9 Intan Sri Wahyuni 1 1 1 1 1 1 2 8 9,523809524 10
10 Lailatul Kholifah 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 22 26,19047619 26
11 Listi Putri Aura 2 1 1 1 1 1 1 1 9 10,71428571 11
12 Lutfiah Asih Azizah 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 23 27,38095238 27
13 Naila Salsabila 2 1 1 1 1 1 1 1 9 10,71428571 11
14 Niken Sagita Rina 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 24 28,57142857 29
15 Nur Afifah 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 22 26,19047619 26
16 Putri Maharani 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 25 25
17 Putri Nabilah 1 1 1 1 1 1 2 8 9,523809524 10
18 Riana Sari 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 4 1 2 1 1 1 25 29,76190476 30
19 Silvia Agustriyani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 20 23,80952381 24
20 Siti Indah Khaerunnisa 2 1 1 1 1 1 1 2 1 11 13,0952381 13
21 Siti Sulistiawati 1 1 1 1 1 1 1 1 8 9,523809524 10
22 Siti Syamsiah 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 23 27,38095238 27
Skor 32 22 16 21 16 26 20 15 19 16 22 18 25 9 13 25 11 13 11 11 5
% 36 25 18 24 18 30 23 17 22 18 25 20 28 10 15 28 13 15 13 13 6 19,80519481 19

214
b. Hasil Pretest Kelas Kontrol
No Soal
No Nama Skor %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Alya Apriliany 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 13 15,47619048 15
2 Anggun Rahmah Aliah 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 3 1 1 1 1 1 26 30,95238095 31
3 Aulya Safa 1 1 1 1 4 4,761904762 5
4 Ayu Nurfadilah 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 21 25 25
5 Bunga Aprilia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 15 17,85714286 18
6 Elly Suryani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 17,85714286 18
7 Faunanda Rahman 2 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 15 17,85714286 18
8 Heryanti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 21 25 25
9 Lisa Atuliah 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 15 17,85714286 18
10 Livia 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 23 27,38095238 27
11 Lutfiah Sungkar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 23,80952381 24
12 Meva Purnamelia 2 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 15 17,85714286 18
13 Nur Afiyah 1 1 1 1 1 2 2 1 10 11,9047619 12
14 Nur Suci Rahmah 2 1 3 1 7 8,333333333 8
15 Nurkholifah 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 23 27,38095238 27
16 Nurpadilah 1 2 1 2 2 8 9,523809524 10
17 Nurul Imalatul 3 1 1 1 1 7 8,333333333 8
18 Nyla Zahry 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 12 14,28571429 14
19 Putri Anggraeni 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 16,66666667 17
20 Putri Oktaviani 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 15 17,85714286 18
21 Rattu Anggun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 18 21,42857143 21
22 Salsa Novita Ramadhani 1 1 1 3 6 7,142857143 7
Skor 19 17 18 21 24 18 22 14 17 7 21 16 18 1 16 29 11 10 10 9 5
% 22 19 20 24 27 20 25 16 19 8 24 18 20 1 18 33 13 11 11 10 6 17 17

215
Lampiran 10. Persentase Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

A. Persentase Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pretest


Kelas Eksperimen
Indikator Higher Sub Indikator Higher Eksperimen
No
No. Order Thinking Skills Order Thinking Skills
Soal
(HOTS) Brookhart (HOTS) % Kategori
1. Menganalisis Memfokuskan pada 3 18 Sangat
pertanyaan atau kurang
mengidentifikasi ide utama
6 30 Kurang

Menganalisis Argumen 2 25 Kurang

4 24 Kurang

5 18 Sangat
kurang

10 18 Sangat
kurang

Membandingkan dan 1 36 Kurang


membedakan
2. Mengevaluasi Mengevaluasi materi dan 7 23 Kurang
metode berdasarkan tujuan
8 17 Sangat
yang dimaksud
kurang

9 22 Kurang

3. Penalaran dan Logika Membuat atau 12 20 Sangat


mengevaluasi kesimpulan kurang
deduktif
Membuat atau 11 25 Kurang
mengevaluasi kesimpulan
13 28 Kurang
induktif

14 10 Sangat
kurang

216
217

4. Pengambilan Mengevaluasi kredibilitas 16 28 Kurang


Keputusan
dari suatu sumber
Mengidentifikasi asumsi 15 20 Sangat
yang tersirat kurang

17 13 Sangat
kurang

5. Pemecahan Masalah Mengidentifikasi atau 19 13 Sangat


mendefinisikan masalah kurang

Mendeskripsikan dan 18 15 Sangat


mengevaluasi beberapa kurang
solusi
20 13 Sangat
kurang

6. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 21 6 Sangat


Berpikir Kreatif
kurang

Rata-rata Sangat
19,80
kurang
218

B. Persentase Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pretest


Kelas Kontrol
Indikator Higher Sub Indikator Higher Kontrol
No
No. Order Thinking Skills Order Thinking Skills
Soal
(HOTS) Brookhart (HOTS) % Kategori
1. Menganalisis Memfokuskan pada 3 20 Sangat
pertanyaan atau kurang
mengidentifikasi ide utama
6 20 Sangat
kurang

Menganalisis Argumen 2 19 Kurang

4 24 Kurang

5 27 Kurang

10 8 Sangat
kurang

Membandingkan dan 1 22 Kurang


membedakan
2. Mengevaluasi Mengevaluasi materi dan 7 25 Kurang
metode berdasarkan tujuan
8 16 Sangat
yang dimaksud
kurang

9 19 Sangat
kurang

3. Penalaran dan Logika Membuat atau 12 18 Sangat


mengevaluasi kesimpulan kurang
deduktif
Membuat atau 11 24 Kurang
mengevaluasi kesimpulan
13 20 Sangat
induktif
kurang

14 1 Sangat
kurang

4. Pengambilan Mengevaluasi kredibilitas 16 33 Kurang


Keputusan
219

dari suatu sumber


Mengidentifikasi asumsi 15 18 Sangat
yang tersirat kurang

17 13 Sangat
kurang

5. Pemecahan Masalah Mengidentifikasi atau 19 11 Sangat


mendefinisikan masalah kurang

Mendeskripsikan dan 18 11 Sangat


mengevaluasi beberapa kurang
solusi
20 10 Sangat
kurang

6. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 21 6 Sangat


Berpikir Kreatif
kurang

Rata-rata Sangat
17,00
kurang
Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, Hipotesis Data Pretest

A. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Uji normalitas data pretest ini menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov dengan bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pretest Eks .172 22 .091 .889 22 .018
Pretes
.152 22 .200* .960 22 .486
Kontrol
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Jika Sig. > 0,05  Data terdistribusi normal

Jika Sig. < 0,05  Data tidak terdistribusi normal

Perhitungan uji normalitas dengan bantuan software IBM SPSS


statistic versi 22, dengan taraf nyata (α) adalah 5% (0,05) dan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
1) = Data berdistribusi normal
= Data tidak berdistribusi normal
2) Kriteria Pengujian
Sig > α, maka diterima, ditolak.
Sig < α, maka ditolak, diterima.
3) Sig
Kelas XI MIPA 1 (Kelas Eksperimen) Sig (0,091) > α (0,05)
sehingga diterima. Dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas
eksperimen berdistribusi normal.
Kelas XI MIPA 2 (Kelas Kontrol) Sig (0,200) > α (0,05) sehingga
diterima. Dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas
eksperimen berdistribusi normal.

220
221

B. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Uji homogenitas data pretest ini menggunakan uji One Way Anova
dengan bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22.
Test of Homogeneity of Variances
Hasil

Levene Statistic df1 df2 Sig.


.350 1 42 .557

Jika Sig. > 0,05  Data berasal dari varian yang sama atau homogen

Jika Sig. < 0,05  Data tidak berasal dari varian yang sama atau homogen

Perhitungan uji homogenitas dengan bantuan software IBM SPSS


Statistic versi 22, dengan taraf nyata (α) adalah 5% (0,05) dan
menggunakan uji One Way Anova.
1) = Data homogen
= Data tidak homogen
2) Kriteria Pengujian
Sig > α, maka diterima, ditolak
Sig < α, maka ditolak, diterima
3) Sig (0,577) > α (0,05) maka diterima
4) Kesimpulan
Data berasal dari varian yang sama atau homogen
222

C. Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Perhitungan uji hipotesis dengan bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22, taraf nyata (α) adalah 5% (0,05) dan
menggunakan uji independent sample T-test. Adapun kriteria untuk menarik kesimpulan pada uji independent sample T-test
sebagai berikut.
1) Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak
2) Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima

Uji independent sample T-test


Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Hasil Equal variances
.350 .557 1.122 42 .268 2.409 2.147 -1.924 6.742
assumed
Equal variances
1.122 41.987 .268 2.409 2.147 -1.924 6.742
not assumed
223

1. = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol.
= Terdapat perbedaan yang signifikan nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol.

2. Kriteria Pengujian
Sig (2-tailed) > α, maka diterima, ditolak
Sig (2-tailed) < α, maka ditolak, diterima
3. Sig (2-tailed) (0,268) > α (0,05) sehingga diterima
4. Kesimpulan
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol.
Lampiran 12. Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

A. Hasil Posttest Kelas Eksperimen


No Soal
No Nama Skor %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Altia Oktavia Ananda 4 3 2 2 2 4 2 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 50 59,52380952
2 Asmatul Kholisah 4 3 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 2 1 3 4 2 64 76,19047619
3 Aulia Salsabila 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 75 89,28571429
4 Devika Nur Ashifa 4 3 3 3 2 2 2 4 2 4 3 2 2 2 2 2 1 1 4 48 57,14285714
5 Dwi Amelia Putri 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 74 88,0952381
6 Febrina 3 4 2 4 2 4 3 4 2 4 4 4 4 2 2 2 2 2 1 2 57 67,85714286
7 Icha Mutiara S 4 4 4 3 2 4 2 3 4 4 4 2 4 3 2 2 2 1 2 2 58 69,04761905
8 Indri Nur Indah Sari 4 3 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 63 75
9 Intan Sri Wahyuni 4 4 2 2 2 4 2 3 2 4 2 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 50 59,52380952
10 Lailatul Kholifah 3 4 2 2 2 4 2 4 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 1 2 50 59,52380952
11 Listi Putri Aura 4 3 4 2 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 1 2 63 75
12 Lutfiah Asih Azizah 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 1 1 1 2 2 65 77,38095238
13 Naila Salsabila 3 4 4 4 2 4 2 3 4 4 4 3 3 2 2 2 1 1 4 56 66,66666667
14 Niken Sagita Rina 4 4 2 4 2 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 1 1 2 50 59,52380952
15 Nur Afifah 4 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 2 2 2 2 2 62 73,80952381
16 Putri Maharani 4 4 4 3 2 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 1 1 2 2 66 78,57142857
17 Putri Nabilah 3 4 2 2 2 4 2 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2 1 1 48 57,14285714
18 Riana Sari 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 1 1 2 2 67 79,76190476
19 Silvia Agustriyani 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 1 1 1 2 2 67 79,76190476
20 Siti Indah Khaerunnisa 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 1 1 2 2 68 80,95238095
21 Siti Sulistiawati 3 4 2 2 2 2 2 4 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 1 2 1 51 60,71428571
22 Siti Syamsiah 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 72 85,71428571
Skor 80 79 70 69 60 78 62 78 74 78 79 75 68 69 62 58 40 31 33 48 33

224
225

B. Hasil Posttest Kelas Kontrol


No Soal
No Nama Skor %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Alya Apriliany 3 4 2 4 2 2 2 3 2 4 4 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 51 60,71428571
2 Anggun Rahmah Aliah 4 4 2 4 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 49 58,33333333
3 Aulya Safa 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 1 2 1 1 41 48,80952381
4 Ayu Nurfadilah 3 3 4 4 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 2 1 1 1 1 56 66,66666667
5 Bunga Aprilia 4 4 2 4 2 4 2 4 3 4 4 2 2 2 2 1 46 54,76190476
6 Elly Suryani 3 4 4 2 2 4 2 3 2 4 3 4 3 2 2 2 2 1 1 1 1 52 61,9047619
7 Faunanda Rahman 3 4 4 2 2 4 2 3 2 4 3 4 2 3 2 2 2 2 1 1 52 61,9047619
8 Heryanti 4 4 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 50 59,52380952
9 Lisa Atuliah 3 4 4 2 2 4 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2 1 1 1 51 60,71428571
10 Livia 3 4 2 4 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 1 1 1 44 52,38095238
11 Lutfiah Sungkar 4 4 2 2 2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2 2 2 1 1 1 51 60,71428571
12 Meva Purnamelia 4 4 2 4 3 4 2 3 2 3 4 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 53 63,0952381
13 Nur Afiyah 4 4 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 1 1 1 39 46,42857143
14 Nur Suci Rahmah 3 3 2 4 2 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 2 1 2 2 61 72,61904762
15 Nurkholifah 4 4 2 4 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 51 60,71428571
16 Nurpadilah 4 4 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 1 2 2 1 1 43 51,19047619
17 Nurul Imalatul 3 4 4 3 2 2 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 52 61,9047619
18 Nyla Zahry 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 1 2 2 62 73,80952381
19 Putri Anggraeni 3 3 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 3 3 4 1 1 1 53 63,0952381
20 Putri Oktaviani 3 3 4 2 4 2 4 4 2 3 4 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 52 61,9047619
21 Rattu Anggun 4 3 4 2 2 2 2 4 2 3 4 2 2 2 2 2 1 1 1 45 53,57142857
22 Salsa Novita Ramadhani 4 3 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 1 2 4 2 1 2 45 53,57142857
Skor 77 79 62 65 49 64 58 79 54 79 79 60 48 45 50 39 36 24 19 20 13
% 88 90 70 74 56 73 66 90 61 90 90 68 55 51 57 44 41 27 22 23 15 59
Lampiran 13. Persentase Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

A. Persentase Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) Posttest


Kelas Eksperimen

Indikator Higher Sub Indikator Eksperimen


Order Thinking Higher Order No
No.
Skills (HOTS) Thinking Skills Soal % Kategori
Brookhart (HOTS)
1. Menganalisis Memfokuskan pada 3 80 Baik
pertanyaan atau
6 89 Sangat
mengidentifikasi ide
baik
utama

Menganalisis 2 90 Sangat
Argumen baik

4 78 Baik

5 68 Baik

10 89 Sangat
baik

Membandingkan dan 1 91 Sangat


membedakan baik

2. Mengevaluasi Mengevaluasi materi 7 73 Baik


dan metode
8 89 Sangat
berdasarkan tujuan
baik
yang dimaksud

9 84 Sangat
baik

3. Penalaran dan Membuat atau 12 85 Sangat


Logika mengevaluasi baik
kesimpulan deduktif
Membuat atau 11 90 Sangat
mengevaluasi baik

226
227

kesimpulan induktif 13 77 Baik

14 78 Baik

4. Pengambilan Mengevaluasi 16 66 Baik


Keputusan
kredibilitas dari suatu
sumber
Mengidentifikasi 15 70 Baik
asumsi yang tersirat
17 45 Cukup

5. Pemecahan Mengidentifikasi atau 19 38 Kurang


Masalah
mendefinisikan
masalah

Mendeskripsikan dan 18 28 Kurang


mengevaluasi
20 52 Cukup
beberapa solusi

6. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 21 38 Kurang


Berpikir Kreatif

Rata-rata 71,00 Baik


228

B. Persentase Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS) Posttest


Kelas Kontrol

Indikator Higher Kontrol


Sub Indikator Higher
Order Thinking No
No. Order Thinking Skills
Skills (HOTS) Soal % Kategori
(HOTS)
Brookhart
1. Menganalisis Memfokuskan pada 3 70 Baik
pertanyaan atau
6 73 Baik
mengidentifikasi ide
utama
Menganalisis 2 90 Sangat baik
Argumen
4 74 Baik

5 56 Cukup

10 90 Sangat baik

Membandingkan dan 1 88 Sangat baik


membedakan
2. Mengevaluasi Mengevaluasi materi 7 66 Baik
dan metode
8 90 Sangat baik
berdasarkan tujuan
yang dimaksud
9 61 Baik

3. Penalaran dan Membuat atau 12 68 Baik


Logika mengevaluasi
kesimpulan deduktif

Membuat atau 11 90 Sangat baik


mengevaluasi
13 55 Cukup
kesimpulan induktif

14 49 Cukup

4. Pengambilan Mengevaluasi 16 34 Kurang


Keputusan
kredibilitas dari suatu
sumber

Mengidentifikasi 15 42 Cukup
229

asumsi yang tersirat 17 24 Kurang

5. Pemecahan Mengidentifikasi atau 19 18 Sangat kurang


Masalah
mendefinisikan
masalah

Mendeskripsikan dan 18 24 Kurang


mengevaluasi
20 22 Kurang
beberapa solusi

6. Kreativitas dan Berpikir Kreatif 21 15 Sangat kurang


Berpikir Kreatif

Rata-rata 58,00 Cukup


Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, Hipotesis Data Posttest

A. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Uji normalitas data posttest ini menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov dengan bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Posttest Eks .169 22 .104 .925 22 .096
Posttest
.175 22 .077 .945 22 .254
Kontrol
a. Lilliefors Significance Correction

Jika Sig. > 0,05  Data terdistribusi normal

Jika Sig. < 0,05  Data tidak terdistribusi normal

Perhitungan uji normalitas dengan bantuan software IBM SPSS


statistic versi 22, dengan taraf nyata (α) adalah 5% (0,05) dan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
1) = Data berdistribusi normal
= Data tidak berdistribusi normal
2) Kriteria Pengujian
Sig > α, maka diterima, ditolak.
Sig < α, maka ditolak, diterima.
3) Sig
Kelas XI MIPA 1 (Kelas Eksperimen) Sig (0,104) > α (0,05) sehingga
diterima. Dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas eksperimen
berdistribusi normal.
Kelas XI MIPA 2 (Kelas Kontrol) Sig (0,077) > α (0,05) sehingga
diterima. Dapat disimpulkan bahwa data posttest kelas eksperimen
berdistribusi normal.

230
231

B. Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Uji homogenitas data posttest ini menggunakan uji One Way
Anova dengan bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22.
Test of Homogeneity of Variances
Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.014 1 42 .090
Jika Sig. > 0,05  Data berasal dari varian yang sama atau homogen

Jika Sig. < 0,05  Data tidak berasal dari varian yang sama atau homogen

Perhitungan uji homogenitas dengan bantuan software IBM SPSS Statistic


versi 22, dengan taraf nyata (α) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji
One Way Anova.
1) = Data homogen
= Data tidak homogen
2) Kriteria Pengujian
Sig > α, maka diterima, ditolak
Sig < α, maka ditolak, diterima
3) Sig (0,090) > α (0,05) maka diterima
4) Kesimpulan
Data berasal dari varian yang sama atau homogen
232

C. Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol


Perhitungan uji hipotesis dengan bantuan software IBM SPSS Statistic versi 22, taraf nyata (α) adalah 5% (0,05) dan
menggunakan uji independent sample T-test. Adapun kriteria untuk menarik kesimpulan pada uji independent sample T-test
sebagai berikut.
1) Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak
2) Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima
Uji independent sample T-test
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
t-test for Equality of Means
of Variances
95% Confidence Interval
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df of the Difference
tailed) Difference Difference
Lower Upper
Equal variances
3.014 .090 4.579 42 .000 12.182 2.660 6.814 17.550
assumed
Hasil
Equal variances not
4.579 36.669 .000 12.182 2.660 6.790 17.573
assumed
233

1. = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai posttest antara kelas eksperimen dan kontrol.
= Terdapat perbedaan yang signifikan nilai posttest antara kelas eksperimen dan kontrol.
2. Kriteria Pengujian
Sig (2-tailed) > α, maka diterima, ditolak
Sig (2-tailed) < α, maka ditolak, diterima
3. Sig (2-tailed) (0,000) < α (0,05) sehingga diterima
4. Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol.
Artinya terdapat pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap higher order thinking skills (HOTS) peserta
didik pada kelas eksperimen.
Lampiran 15. Hasil Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
REKAP LKPD
MA Daarul Hikmah
LKPD 1 LKPD 2 LKPD 3
Kel Nama 4 5 1&2 1&2 3 4 5
1&2 3 3 4 5
Fakta1 Laporan2 Presentasi1 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1 2 3 1 2 AlatBahan1 Prosedur1 Pertanyaan2 DiskusiKel
Aulia Salsabila 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 33 75 4 4 3 3 4 4 4 26 93 3 3 3 3 4 4 2 2 3 27 75
Siti Syamsiah 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 33 75 4 4 3 3 4 4 4 26 93 3 3 3 3 4 4 2 2 3 27 75
1
Dwi Amelia P 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 33 75 4 4 3 3 4 4 4 26 93 3 3 3 3 4 4 2 2 3 27 75
Siti Sulistiawati 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 33 75 4 4 3 3 4 4 4 26 93 3 3 3 3 4 4 2 2 3 27 75
Lailatul Kholifah 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 32 72,7 4 4 3 3 2 4 4 24 86 3 2 3 4 4 4 2 1 2 25 69
2 Icha Mutiara 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 32 72,7 4 4 3 3 2 4 4 24 86 3 2 3 4 4 4 2 1 2 25 69
Intan Sri W 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 32 72,7 4 4 3 3 2 4 4 24 86 3 2 3 4 4 4 2 1 2 25 69
Riana Sari 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 35 79,5 4 4 3 3 4 4 4 26 93 2 3 3 3 4 4 4 2 3 28 78
3 Silvia Agustrianti 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 35 79,5 4 4 3 3 4 4 4 26 93 2 3 3 3 4 4 4 2 3 28 78
Meva Purnamelia 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 35 79,5 4 4 3 3 4 4 4 26 93 2 3 3 3 4 4 4 2 3 28 78
Niken Sagita Rina 2 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 33 75 4 4 3 3 3 0 4 21 75 3 3 3 3 4 0 0 0 0 16 44
4 Febrina Dyah Putri 2 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 33 75 4 4 3 3 3 0 4 21 75 3 3 3 3 4 0 0 0 0 16 44
Putri Nabilla 2 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 33 75 4 4 3 3 3 0 4 21 75 3 3 3 3 4 0 0 0 0 16 44
Indri Nurindah Sari 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 33 75 4 4 3 3 2 4 4 24 86 4 3 3 3 4 4 3 1 2 27 75
Naila Salsabila 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 33 75 4 4 3 3 2 4 4 24 86 4 3 3 3 4 4 3 1 2 27 75
5
Asmatul Kholisah 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 33 75 4 4 3 3 2 4 4 24 86 4 3 3 3 4 4 3 1 2 27 75
Faunanda Rachman 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 33 75 4 4 3 3 2 4 4 24 86 4 3 3 3 4 4 3 1 2 27 75
Luthfiah Asih Azizah 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 37 84,1 4 4 3 3 4 4 4 26 93 3 4 3 3 4 4 2 1 2 26 72
Siti Indah Khaerunnisa 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 37 84,1 4 4 3 3 4 4 4 26 93 3 4 3 3 4 4 2 1 2 26 72
6
Putri Maharani 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 37 84,1 4 4 3 3 4 4 4 26 93 3 4 3 3 4 4 2 1 2 26 72
Listi Puti Aura 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 37 84,1 4 4 3 3 4 4 4 26 93 3 4 3 3 4 4 2 1 2 26 72
Devika Nur Ashifa 2 2 2 2 3 3 4 3 3 4 4 32 72,7 4 4 3 3 4 4 4 26 93 2 3 3 4 4 0 0 0 0 16 44
7 Nur Afifah 2 2 2 2 3 3 4 3 3 4 4 32 72,7 4 4 3 3 4 4 4 26 93 2 3 3 4 4 0 0 0 0 16 44
Altia Oktaviananda 2 2 2 2 3 3 4 3 3 4 4 32 72,7 4 4 3 3 4 4 4 26 93 2 3 3 4 4 0 0 0 0 16 44

234
235

Tahapan PBL
1&2 3 4 5 Skor
Kel
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Total %

1 3 4 4 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 3 4 4 3 80 80
2 2 4 4 3 3 3 3 2 4 4 2 2 3 4 4 2 1 3 4 3 3 3 4 4 2 76 76
3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 83 83
4 2 4 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 0 0 0 0 3 4 3 3 4 4 4 0 64 64
5 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 2 2 3 4 4 3 1 3 4 3 3 3 4 4 2 78 78
6 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 4 4 2 1 4 4 3 3 4 4 4 2 81 81
7 2 4 4 3 3 2 2 4 4 4 2 2 3 4 0 0 0 3 4 3 3 4 4 4 0 68 68
Skor 20 98 20 17 23 51 53 24 40 144 28 12
% 71 88 71 61 82 91 63 86 48 86 100 43
Lampiran 16. Surat Bimbingan Skripsi

236
Lampiran 17. Surat Validasi

237
Lampiran 18. Surat Penelitian

238
Lampiran 19. Uji Referensi

UJI REFERENSI
Judul Penelitian : Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap
Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik pada
Materi Koloid.
Penulis : Royhanah
NIM : 11150162000027
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA / Pendidikan Kimia
Paraf
No Referensi Pembimbing Pembimbing
I II
BAB I
1 Syah, M. (2014). Psikologi Pendidikan;
Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
2 Undang-Undang Republik Indonesia.
(2003). Sistem Pendidikan Nasional. (20).

3 Sofyatiningrum, E., Sisdiana, E., Astuti, R.,


Hariyanti, E., Efaria, L., Krisna, F. N., et al.
(2018). Muatan HOTS Pada Pembelajaran
Kurikulum 2013 Pendidikan Dasar. In
Mahdiansyah, Y. Wirda, & L. H. Winingsih
(Eds.). Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan
Pendidikan dan Kebudayaan, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
4 Badjeber, R., & Purwaningrum, J. P.
(2018). Pengembangan Higher Order
Thinking Skills. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 1(1), 36-43.

239
240

5 Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia. (2014).
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013.
6 Kemendikbud. (2014). Perubahan Pola
Pikir dalam Kurikulum 2013. Retrieved
from www.kemendikbud.go.id

7 Haryanto, Ahda, Y., & Darussyaamsu, R.


(2018). Analisis Aspek Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi pada Instrumen
Penilaian Materi Fungi untuk Peserta Didik
SMA/MA Kelas X. 3(1), 32-40.
8 Gradini, E. (2019, Oktober 2). Menilik
Knsep Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
(Higher Order Thinking Skills) Dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal
Numeracy, 6(2), 189-203.
9 Fitriani, S. A., & Sari, D. E. (2019).
Penerapan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Pada Penyelesaian Soal High Order
Thinking Skill (HOTS) Dalam
Pembelajaran Akuntansi. Seminar Nasional
Pendidikan Pengembangan Kualitas
Pembelajaran Era Generasi Milenial 2019,
73-76.
10 Widana, I. W. (2017, February 1). Higher
Order Thinking Skills Assesment (HOTS).
JISAE, 3(1), 32-44.
11 Sofyatiningrum, E., Sisdiana, E., Astuti, R.,
Hariyanti, E., Efaria, L., Krisna, F. N., et al.
241

(2018). Muatan HOTS Pada Pembelajaran


Kurikulum 2013 Pendidikan Dasar. In
Mahdiansyah, Y. Wirda, & L. H. Winingsih
(Eds.). Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan
Pendidikan dan Kebudayaan, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
12 Retnawati, H., Djidu, H., Kartianom, Apino,
E., & Anazifa, R. D. (2018). Teachers
Knowledge About Higher Order Thinking
Skills and Its Learning Strategy. Problems
of education in the 21th century, 76(2), 215-
230.
13 Majid, A. (2013). Perencanaan
Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
14 Royantoro, F., Mujasam, Yusuf, I., &
Widyaningsih, S. W. (2018). Pengaruh
Model Problem Basd Learning terhadap
Higher Order Thinking Skills Peserta Didik.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3),
371-382.
15 Saefudin, A., & Berdiati, I. (2014).
Pembelajaran Efektif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
16 Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., &
Zamroni. (2018). Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
242

Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan


Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan Kebudayaan.
17 Flamboyant, F. U., Murdani, E., &
Soeharto. (2018). Pengaruh Model Problem
Based Learning terhadap Higher Order
Thinking Skills Peserta Didik SMA Negeri
di Kota Singkawang pada Materi Hukum
Archimedes. Variabel, 1(2), 51-59.
18 Trianto. (2007). Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
19 Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K.
(2009). Strategi Pembelajaran SAINS.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
20 Mustapa, K. (2014). Pengaruh Strategi
Pembelajaran terhadap Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi. Jurnal Pendidikan
Humaniora, 2(4), 348-357.
21 Marsita, R. A., Priatmoko, S., & Kusuma,
E. (2010). Analisis Kesulitan Belajar Kimia
Siswa SMA dalam Memahami Materi
Larutan Penyangga dengan Menggunakan
Two-Tier Multiple Choice Diagnostic
Instrument. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia, 4(1), 512-520.
22 Mayasari, R., & Adawiyah, R. (2015).
Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah pada Pembelajaran Biologi
terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan
243

Berpikir Tingkat Tinggi di SMA. Jurnal


Pendidikan Biologi Indonesia, 1(3), 255-
262.
BAB II
Rusman. (2012). Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan
1
Profesionalisme Guru. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Jayawardana, H. B., & Djukri. (2015,
Oktober). Pengembangan Model
Pembelajaran Hypnoteaching Untuk
2
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar
Biologi Siswa SMA/MA. Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA, 1(2), 167-177.
Suprijono, A. (2016). Cooperative
3 Learning; Teori dan Aplkasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muizaddin, R., & Santoso, B. (2016,
Agustus). Model Pembelajaran Core
4 Sebagai Sarana Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran, 1(1), 224-232.
Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan
melalui Problem Based Learning:
5 Bagaimana Pendidik Memberdayakan
Pembelajaran di Era Pengetahuan. Jakarta:
Kencana.
Trianto. (2007). Model-Model
6 Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
244

Eggen, P., & Kauchak, D. (2012). Strategi


dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6.
In Tim Indeks (Ed.), Strategic and Models
7
for Teachers: Teaching Content and
Thinking Skills, Sixth Edition (S. Wahono,
Trans., 6 ed., p. 307). Jakarta: PT. Indeks
Permata Puri Media.
Arends, R. I. (2012). Learnig to Teach,
8 Ninth Edition. New York: The Mc Graw
Hill Companies.
Sadia, I. W. (2014). Model-Model
9 Pembelajaran Sains Kontruktivistik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryanti, R. D. (2010). Strategi
10 Pembelajaran Kimia. Yogyakrta: Graha
Ilmu.
Irmawati, R. D., Supriyati, Y., & Suseno,
M. (2018, Agustus). Pengaruh Strategi
Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap
11 Higher Order Thinking Skills (HOTS)
dalam Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar. Jurnal Tunas Bangsa, 5(2),
143-156.
Kuswana, W. S. (2011). Taksonomi
12 Berpikir. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Hayon, V. H., Wariani, T., & Bria, C.
10 (2017). Pengaruh Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi (High Order Thinking)
245

Terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok


Laju Reaksi Mahasiswa Semester I Program
Studi Pendidikan Kimia FKIP Unwira
Kupang Tahun Akademik 2016/2017.
Seminar Nasional Pendidikan Sains II
UKSW 2017, 309-316.
Wahyuni, S. (2017). Development Test
System Based on Linear Equations Two
Variable Revised Taxonomy Bloom to
11 Measure High Order Thinking Skills at
Students Class VII SMPN Sungguminasa
Gowa. Jurnal Daya Matematis, 5(1), 129-
152.
Thomas, A., & Thorne, G. (2009). Higher
12 level thinking - It's HOT! The Center for
Development and Learning, 1.
Kusuma, M. D., Rosidin, U., Abdurrahman,
& Suyatna, A. (2017). The Development of
Higher Order Thinking Skill (HOTS)
13
Instrument Assessment in Pysics Study.
IOSR Journal of Research & Method in
Education, 7(1), 26-32.
Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., &
Zamroni. (2018). Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada
14 Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan Kebudayaan.
246

Halimah, S. (2021, Agustus 12).


Implementasi Pendekatan HOTS (Higher
15 Order Thinking Skills) Dalam Pembelajaran
PAI. Evaluasi: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 5(2), 342-362.
Brookhart, S. M. (2010). How to Assess
Higher Order Thinking Skills In Your
16
Classroom. Amerika Serikat: Alexandria,
Virginia USA.
Abosalem, Y. (2016). Assessment
Techniques and Students’ Higher Order
17
Thinking Skills. International Journal of
Secondary Education, 4(1), 1-11.
Widana, I. W. (2017, February 1). Higher
18 Order Thinking Skills Assesment (HOTS).
JISAE, 3(1), 32-44.
King, F., Goodson, L., & Rohani, F. (n.d.).
Higher Order Thinking Skills: Definition,
19
Teaching Strategies, Assessment.
Educational Services Program.
Widyatmoko, H. (2009). Kimia Dasar
20 Tingkat Universitas. Jakarta: Universitas
Trisakti.
Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Nachtrieb,
N. H. (2001). Prinsip-prinsip Kimia
Modern; Edisi keempat Jilid 1. In D. W.
21 Oxtoby, H. P. Gillis, N. H. Nachtrieb, & S.
L. Simarmata (Ed.), Principles of Modern
Chemistry (S. S. Ahmadi, Trans.). Jakarta:
Erlangga.
247

Petrucci, Harwood, & Herring. (2008).


Kimia Dasar: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi
Modern. In Petrucci, Harwood, Herring, &
22 A. Safitri (Ed.), General Chemistry: Prinsp-
Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi
Kesembilan - Jilid 2 (S. S. Achmad, Trans.).
Jakarta: Erlangga.
Syukri, S. (1999). Kimia Dasar 2. Bandung:
23
Institut Teknologi bandung (ITB).
Mayasari, R., & Adawiyah, R. (2015).
Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah pada Pembelajaran Biologi
24 terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi di SMA. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia, 1(3), 255-
262.
Nurkhasanah, A. (2016). Pengaruh Model
Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap
25 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
Kelas X SMAN 1 Depok Pada Materi Listrik
Dinamis. Yogyakarta..
Nellasari, K. (2018). Pengaruh Model
Problem Based Learning Dengan Metode
26
Brainstorming Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa. Jakarta.
Flamboyant, F. U., Murdani, E., &
Soeharto. (2018). Pengaruh Model Problem
27 Based Learning terhadap Higher Order
Thinking Skills Peserta Didik SMA Negeri
di Kota Singkawang pada Materi Hukum
248

Archimedes. Variabel, 1(2), 51-59.


Fitriyani, D., Jalmo, T., & Yolida, B.
(2019). Penggunaan Problem Based
Learning untuk Meningkatkan
28
Keterampilan Kolaborasi dan Berpikir
Tingkat Tinggi. Jurnal Bioterdidik, 7(3),
77-87.
Sismawarni, W. U., Usman, Hamid, N., &
Kusumanigtyas, P. (2020). Pengaruh
Penggunaan Isu Sosiosaintifik dalam Model
29 Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa. Jambura Journal of Educatonal
Chemistry, 2(1), 10-17.
Berlina, S. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL)
30 terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi (HOTS) pada Konsep Sistem
Peredaran Darah. Jakarta.
BAB III
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
1 Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian
2
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian
3 Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian.
4
Bandung: PT. Rineka Cipta.
249

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian


5 Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yaumi, M. (2013). Prinsip-Prinsip Desain
Pembelajaran Disesuaikan dengan
6
Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Sukmadinata, N. S. (2013). Metode
7 Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian
8
Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian
9 Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian.
10
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Purwanto, M. N. (2010). Prinsip-prinsip
11 dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Kadir. (2016). Statistika Terapan (Konsep,
Contoh dan Analisis Data dengan Program
12
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik
13 untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
BAB IV
Berlina, S. (2020). Pengaruh Model
1
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL)
250

terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat


Tinggi (HOTS) pada Konsep Sistem
Peredaran Darah. Jakarta.
Yulianingtias, H. P., M.A, V., Tiwow, &
Diah, W. A. (2016). Pengaruh Model
Problem Based Learning (PBL) terhadap
2 Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil
Belajar Siswa Pelajaran IPA VII SMP
Negeri 3 Palu. e-Jurnal Mitra Sains, 4(2),
62-70.
Flamboyant, F. U., Murdani, E., &
Soeharto. (2018). Pengaruh Model Problem
Based Learning terhadap Higher Order
3
Thinking Skills Peserta Didik SMA Negeri
di Kota Singkawang pada Materi Hukum
Archimedes. Variabel, 1(2), 51-59.
Arends, R. I. (2012). Learnig to Teach,
4 Ninth Edition. New York: The Mc Graw
Hill Companies.
Brookhart, S. M. (2010). How to Assess
Higher Order Thinking Skills In Your
5
Classroom. Amerika Serikat: Alexandria,
Virginia USA.
Rosa, N. M., & Pujiati, A. (2016). Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
6 terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan
Kemampuan Berpikir Kreatif. Jurnal
Formatif, 6(3), 175-183.
Royantoro, F., Mujasam, Yusuf, I., &
7
Widyaningsih, S. W. (2018). Pengaruh
251

Model Problem Basd Learning terhadap


Higher Order Thinking Skills Peserta Didik.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3),
371-382.
Yuliani, N. K. (2022). Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning
8 (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Peserta Didik. Jurnal Pendidikan dan
Profesi Keguruan, 1(2), 82-91.
Fitriyani, D., Jalmo, T., & Yolida, B.
(2019). Penggunaan Problem Based
Learning untuk Meningkatkan
9
Keterampilan Kolaborasi dan Berpikir
Tingkat Tinggi. Jurnal Bioterdidik, 7(3),
77-87.
Putri, A., Suciati, & Ramli, M. (2014).
Pengaruh Model Problenm Based Learning
Berbasis Potensi Lokal pada Pembelajaran
10
Biologi terhadap Kemampuan Literasi Sains
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cepogo. Bio-
Pedagogi, 3(2), 81-94.
Trianto. (2007). Model-Model
11 Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Budiarti, I., & Airlanda, G. S. (2019,
January). Peneapan Model Problem Based
Learning Berbasis Kearifan Lokal untuk
12
Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis. Jartika (Jurnal Riset Teknologi dan
Inovasi Pendidikan, 2(1), 167-183.
252

Pusparini, S. T., Feronika, T., & Bahriah, E.


S. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) terhadap
13
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Koloid. Jurnal Riset Pendidikan
Kimia, 8(1), 35-42.
Redhana, I. W. (2013). Model Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Peningkatan
14 Keterampilan Pemecahan Masalah dan
Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran, 76-86.
Fernanda, A., Haryani, S., Prasetya, A. T.,
& Hilmi, M. (2019). Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Materi
15 Larutan Penyangga dengan Model
Pembelajaran Predict Observe Explain.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1),
2326-2336.
Hayon, V. H., Wariani, T., & Bria, C.
(2017). Pengaruh Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi (High Order Thinking)
Terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok
16 Laju Reaksi Mahasiswa Semester I Program
Studi Pendidikan Kimia FKIP Unwira
Kupang Tahun Akademik 2016/2017.
Seminar Nasional Pendidikan Sains II
UKSW 2017, 309-316.
Sismawarni, W. U., Usman, Hamid, N., &
17 Kusumanigtyas, P. (2020). Pengaruh
Penggunaan Isu Sosiosaintifik dalam Model
253

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap


Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa. Jambura Journal of Educatonal
Chemistry, 2(1), 10-17.
Kurniahtunnisa, Dewi, N. K., & Utami, N.
R. (2016). Pengaruh Model Problem Based
Learning terhadap Kemampuan Berpikir
18
Kritis Siswa Materi Sistem Ekskresi.
Journal of Biology Education, 5(3), 310-
318.
Prasetyani, E., Hartono, Y., & Susanti, E.
(2016). Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa Kelas XI dalam Pembelajaran
19
Trigonometri Berbasis Masalah di SMA
Negeri 18 Palembang. Jurnal Gantang
Pendidikan Matematika, 1(1), 31-40.
Raiyn, J., & Oleg, T. (2015, July). Higher
Order Thinking Development throught
20 Adaptive Problem Based Learning. Journal
of Education and Training Studies, 3(4), 93-
100.
Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., &
Zamroni. (2018). Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada
21 Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan Kebudayaan.
Nellasari, K. (2018). Pengaruh Model
22
Problem Based Learning Dengan Metode
254

Brainstorming Terhadap Kemampuan


Berpikir Kreatif Siswa. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Oktaviani, C., Nurmaliah, C., & Mahidin.
(2017). Implementasi Model Problem Based
Learning terhadap Kreativitas Peserta Didik
23
pada Materi Laju Reaksi di SMAN 4 Banda
Aceh. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia,
5(1), 12-19.

Jakarta, 07 Juli 2022


Pembimbing I Pembimbing II

Tonih Feronika, M.Pd Luki Yunita, M.Pd


NIP. 19760107 200501 1 007 NIDN. 2028068501

Anda mungkin juga menyukai