Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE THINK PAIR SHARE


PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
DI MAN 2 PADANG LAWAS

OLEH
MUHAMMAD KHOLIK, S.Pd.I

Jurusan : Pendidikan Profesi Guru (PPG)


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh

Kiranya tiada kalimat yang pantas diucapkan selain Alhamdulillâh, yang merupakan kalimat

terindah yang dapat penulis sampaikan. Segala puji hanya bagi Allah, merupakan manifestasi rasa

syukur terhadap kehadirat Ilâhi Rabbi dengan rahmat dan hidâyah-Nya telah menghadiahkan

anugerah yang begitu mahal nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Şalawat dan

salâm semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, orang yang begitu

mencintai kita sehingga di akhir hayatnya yang beliau sebut dan kenang hanyalah kita umatnya.

Penelitian ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi

Guru (Gr.) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Ali

Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan.

Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi inibukan semata-mata

karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik bantuan moril

ataupun materil. Oleh karena itu sudah menjadi kepatutan untuk penulis sampaikan penghargaan yang

tulus dan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Orang tua penulis, yaitu: Bapak. Mara Togu Siregar dan Ibunda Mukini yang telah merawat,

mendidik putra-putrinya dengan tulus ikhlas, dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta

membimbing, memotivasi dan mendo’akan penulis dalam menempuh langkah hidup di dunia

yang sementara ini.

2. Istri tercinta penulis, yaitu Zuhra Yanti, S.Pd.I yang senantiasa terus menerus memotivasi

suaminya dan memberikan segala nasehat, saran, serta kritik yang membangun sehingga penulis

tetap semangat dan pantang menyerah dalam menuntaskan penelitian ini.

3. Anak-nak penulis tersayang dan tercinta Raisah Aisy Razani Siregar, Kaysa Qisthi Khalishah

Siregar dan Raihana Adzra Kamilah Siregar yang menjadi salah satu pendorong dan
penyemangat penulis dalam menuntaskan skripsi ini dengan penuh perjuangan.

4. Dr. H. Muhammad Darwis Dasopang, M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan.

5. Dr. Lelya Hilda, M.Si selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

6. Dr. Hamka, M.Hum selaku Ketua Jurusan Program Profesi Guru (PPG). Semoga kebijakan yang

telah dilakukan selalu mengarah kepada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.

7. Safril Halim Pohan, S.Pd.I selaku guru pamong yang telah memberikan perhatian, bimbingan,

nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Sahat Parulian, S.Pd.I.,SH selaku kepala MAN 2 Padang Lawas yang telah membimbing dan

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian di sekolah tersebut.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PPG Daljab Batch 1 Mapel Akidah Akhlak UIN Syekh Ali

Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan yang tetap kompak dan saling mendukung dan berbagai

materi dan pengalaman.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI


A. Landasan Teori
1. Metode Think Pair Share
a. Pengertian Metode Think Pair Share
b. Langkah-langkah Metode Think Pair Share
a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Think-Pair-Share
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
b. Pengukuran Hasil Belajar
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajara
d. Indikator Hasil Belajar
3. Mata Pelajaran Akidah Akhlak
a. Pengertian Akidah
b. Pengertian Akhlak
c. Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak
d. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak
e. Ruang Lingkup Akidah Akhlak
B. Penelitian Terdahulu

BAB III METODOLOGI


A. Jenis Penelitian
B. Variabel Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
2. Sumber Data
3. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan besar yang terjadi pada bangsa Indonesia khususnya serta masyarakat dan

bangsa-bangsa di dunia pada umumnya tidak terlepas dari adanya penyesuaian tertentu dalam

bidang pendidikan. Pendidikan tidak cukup diselenggarakan secara tradisioanal, berjalan apa

adanya tanpa target yang jelas dan tidak adanya prosedur pencapaian target yang terbukti efektif

dan efisien.

Kurikulum Akidah Akhlak Madrasah Aliyah (MA) dikembangkan dengan pendekatan

sebagai berikut :

1. Lebih menitik beratkan target kompetensi dari pada penguasaan materi

2. Lebih mengakomondasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang

tersedia

Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk

mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Kurikulum Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang Lawas yang dikembangkan

dengan pendekatan tersebut diharapkan mampu menjamin pertumbuhan keimanan dan

ketaqwaan terhadap Allah SWT, peningkatan, penguasaan, kecakapan hidup, kemampuan

bekerja dan bersikap ilmiah sekaligus menjamin pengembangan kepribadian bangsa yang kuat

dan berakhlak mulia.

Pendidikan Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang Lawas sebagai bagian

yang integral dari Pendidikan Agama Islam, memang bukan satu-satunya faktor yang

menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, tetapi secara subtansial

mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mempraktekkan nilai-nilai agama sebagaimana terkandung dalam Al Qur’an dan

Hadis dalam kehidupan sehari-hari.

Mata Pelajaran Akidah Akhlak bertujuan agar peserta didik termotivasi membaca Al

Qur'an dan Hadis dengan baik dan benar. Serta mempelajari, memahami, meyakini kebenarannya

dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk

dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan.

Dengan semikian, penulis sebagai peneliti tertarik untuk mengangkat judul Penelitian

Tindakan Kelas, dengan judul ”Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Think Pair

Share pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MAN 2 Padang Lawas”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah

penelitian antara lain:

1. Guru Akidah Akhlak masih menggunakan metode yang sederhana dalam melaksanakan

proses belajar mengajar.

2. Rendahnya minat, perhatian dan partisipasi siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

3. Proses pembelajaran kurang mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan

berpikir

4. Model pembelajaran serta penggunaan metode pembelajaran yang monoton yaitu model

pembelajaran ekspositori.

5. Prestasi belajar siswa yang rendah.

C. Batasan Masalah

Karena cakupan materi pada mata pelajaran Akidah Akhlak sangat luas ditambah lagi

rombel yang sangat banyak peneliti merasa perlu untuk membatasi masalahnya dan objek
penelitiannya. Adapun yang menjadi batasan masalahnya adalah:

1. Fokus pada materi tentang sifat-sifat wajib bagi Allah Swt (nafsiyah, salbiyah, ma’ani dan

ma’nawiyah)

2. Penelitian ini hanya dilaksanakan di kelas X-1

3. Veriable x yang dijadikan sebagai variabel independen adalah model pembelajaraan berbasis

projek dengan menggunakan metode Think Pair Share. Sedangkan Varabel y atau dependen

adalah prestasi belajar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya

adalah: Apakah penerapan metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Akidah Akhlak di MAN 2 Padang Lawas.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui

penerapan metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Akidah Akhlak di MAN 2 Padang Lawas.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoretis, sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang strategi

pembelajaran.

2. Secara praktis, sebagai bahan masukan agar lebih menggunakan media dengan metode yang

bervariasi dalam pembelajaran.


BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori

1. Metode Think Pair Share

a. Pengertian Metode Think Pair Share

Menurut Suyatno metode pembelajaran Think Pair Share merupakan

pembelajaran yang kolaboratif dengan sintak, guru menyajikan materi klasikal,

memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara

berpasangan dengan teman sebangkunya (think-pair), kemudian presentasi

kelompok (share) (Suyatno : 2016).

Sedangkan menurut Triyanto, think adalah pikiran, pair adalah berpasangan,

dan share berarti berbagi. Oleh karena itu, Think Pair Share merupakan jenis

pembelajaran kolaboratif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa,

dan membuat diskusi di kelas menjadi lebih efektif (Triyanto : 2015).

Metode Think Pair Share adalah metode pembelajaran sederhana namun

sangat berguna yang dikembangkan oleh Frank Lyman di University of Maryland

pada tahun 1981. Think Pair Share adalah metode pembelajaran kolaboratif,

memberikan suasana yang menyenangkan, dan kerja kelompok. Metode ini

merupakan pengembangan dari Think (berpikir), Pair (berpasangan), dan Share

(berbagi) (E.E. Barkley dkk. : 2012).

Menurut Agus Suprijono, think merupakan suatu pembelajaran yang dimulai

dengan cara guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan yang berkaitan

menggunakan pelajaran yang membuat siswa berpikir. Kemudian guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawabannya. Selanjutnya ialah pair

atau berpasangan, guru menempatkan siswa secara berpasangan. Selanjutnya, yaitu


guru memberi pasangan kesempatan buat berbicara dengan harapan diskusi ini bisa

memperdalam makna jawaban yang dipikirkan secara intersubjektif dengan cara

berpasangan. Hasil diskusi intersubjektif masing-masing pasangan dibahas pada

seluruh pasangan kelas. Fase ini disebut sharing atau berbagi dalam fase ini siswa

diharapkan untuk berperan aktif dalam menyampaikan tanya jawab yang

memfasilitasi konstruksi pengetahuan secara terpadu supaya siswa bisa

menemukan struktur pengetahuan yang dipelajari (Agus Suprijono : 2015). Metode

pembelajaran Think-Pair-Share dapat membuat siswa untuk berpikir terlebih

dahulu sebelum berdiskusi dengan pasangannya. Selanjutnya, yaitu siswa akan

melakukan presentasi di depan kelas, dan berkolaborasi dengan teman kelompok.

Dengan melakukan diskusi atau bertukar pendapat secara berpasangan hal ini dapat

memotivasi siswa untuk memecahkan masalah.

Kemudian siswa dapat menyimpulkan secara berpasangan untuk

menyelesaikan materi yang di anggap sulit (Trianto Ibnu Badar : 2015). Think-Pair-

Share merupakan metode pembelajaran kolaboratif yang menawarkan siswa

kesempatan untuk bekerja sendiri atau dengan orang lain (kelompok). Siswa juga

memiliki kesempatan untuk membagikan jawaban mereka yang paling benar.

Metode ini dapat menumbuhkan semangat siswa, dan dengan menerapkan metode

Think-Pair-Share ini diharapkan hasil belajar lebih baik dari siswa yang belajar

sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

metode pembelajaran Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dengan cara berpikir, berpasangan dan berbagi.

Kemudian, didasarkan pada pengelompokan siswa menjadi berpasangan untuk

meningkatkan interaksi siswa, kemandirian, tanggung jawab, dan aktivitas dalam


pembelajaran. Selanjutnya, siswa dilatih untuk aktif memecahkan masalah yang

dihadapinya dan mendiskusikannya dengan pasangannya. Siswa dilatih untuk lebih

percaya diri dan menghargai perbedaan pendapat.

b. Langkah-langkah Metode Think Pair Share

Menurut Trianto langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan

metode Think Pair Share yaitu sebagai berikut:

1) Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan

pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu bebepara menit untuk

berpikir sendiri jawaban atau masalah.

2) Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan

apa yang telah mereka peroleh.

3) Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi

dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. (Trianto : 2016)

Menurut Miftahul Huda langkah-langkah dalam penerapan metode

pembelajaran Think-Pair-Share, yaitu sebagai berikut:

1) Membagi beberapa kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari

empat orang siswa.

2) Guru membagikan soal yang berisikan pertanyaan untuk setiap

kelompok.

3) Setiap anggota kelompok menganalisis dan mencari jawaban serta


mengerjakan tugas tersebut secara individu.

4) Kemudian, setiap kelompok mengatur anggotanya secara

berpasangan. Selanjutnya setiap pasangan bertemu kembali di

kelompoknya masing-masing untuk membagikan hasil diskusinya.

(Miftahul Huda : 2013)

Sedangkan menurut Hidayah dan Faishol langkah-langkah metode Think-

Pair-Share yaitu sebagai berikut;

Langkah 1: Guru mengajukan pertanyaan Guru menjelaskan materi

Aktifitas : pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan

mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan

dibagikan.

Langkah 2: Peserta siswa secara individual Guru memberikan

Aktifitas : kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atas

masalah yang diajukan oleh guru. Langkah ini dapat

dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan

hasil dari setiap jawaban.

Langkah 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masingmasing

Aktifitas : dengan pasangan. Guru memasangkan siswa dan memberi

mereka kesempatan untuk mendiskusikan jawaban yang

menurut mereka benar atau menarik. Guru memotivasi

siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kerja kelompok.

Implementasi model ini dapat dilengkapi dengan LKS,

sehingga terkumpul soal latihan atau soal kelompok.

Langkah 4: Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas. Siswa

Aktifitas : mempresentasikan jawabannya secara individu atau


kelompok di depan kelas.

Langkah 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Aktifitas : Guru membantu siswa merefleksikan atau mengevaluasi

hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.

(Fatih Hidayah dan Riza Faishol : 2019)

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

langkah-langkah metode pembelajaran Think-Pair-Share adalah meminta siswa

untuk memikirkan (thinking) masalah secara individu terlebih dahulu kemudian

mendiskusikan jawabannya secara berpasangan (pairing). Kemudian dilanjutkan

dengan (sharing) membagikan jawaban yang telah disepakati.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Think-Pair-Share

Menurut Hamdayama kelebihan metode pembelajaran Think-Pair-Share yaitu

sebagai berikut:

1) Menggunakan metode pembelajaran Think-Pair-Share memungkinkan siswa

memaksimalkan waktu yang dihabiskan untuk memecahkan masalah yang

diajukan guru di awal pertemuan, sehingga siswa akan mampu belajar jauh

sebelum guru memberikan materi pada pertemuan berikutnya. Memperbaiki

kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar

siswa dapat selalu berusaha hadir setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali

tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan

mempengaruhi hasil belajar mereka.

2) Menurunkan angka putus sekolah. Metode pembelajaran Think-Pair-Share

diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar, sehingga hasil belajar siswa

dapat lebih unggul dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan


metode ceramah.

3) Berkurangnya ketidakpedulian. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa

cenderung merasa malas karena proses pembelajaran di kelas hanya

mendengarkan guru dan menjawab pertanyaan guru. Dengan melibatkan siswa

secara aktif dalam proses belajar mengajar, pembelajaran Think-Pair-Share

menjadi lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode ceramah.

4) Penerimaan pribadi yang lebih besar. Dalam metode pembelajaran

konvensional (ceramah), satu-satunya siswa yang aktif di dalam kelas

adalah siswa tertentu yang benar-benar dan antusias menyerap materi yang

disampaikan oleh guru, sedangkan siswa lainnya hanya “mendengarkan” materi

yang disampaikan oleh guru. Kemudian, metode pembelajaran Think-Pair-Share

ini dapat dapat membuat semua siswa terlibat dalam masalah yang ditetapkan oleh

guru.

5) Kemudian ada pun hasil belajar yang lebih dalam. Tolak ukur dalam

proses belajar mengajar adalah hasil yang dicapai siswa. Dengan metode

pembelajaran Think-Pair-Share, guru dapat melihat kemajuan hasil belajar siswa

secara bertahap. Sehingga guru dapat mengoptimalkan apa yang telah dicapai

siswa pada akhir pembelajaran.

6) Siswa harus mampu belajar berempati, menerima dan menghargai

perbedaan pendapat, sehingga siswa mampu bekerja sama dengan baik seperti

yang diterapkan pada metode pembelajaran Think-Pair-Share yang menuntut

siswa kemampuan bekerja sama dalam tim. (Hamdayama : 2014)

Menurut Miftahul Huda kelebihan dan kelemahan metode Think-PairShare

yaitu sebagai berikut:

1) Siswa dapat bekerja sendiri atau berkolaborasi dengan orang lain.


2) Memberikan siswa kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mereka dan

menunjukkan partisipasi kepada orang lain.

Kemudian, adapun kelemahan metode pembelajaran Think-Pair-Share

yaitu sebagai berikut:

1) Tidak selalu mudah bagi siswa untuk mengorganisasikan pikirannya

secara sistematis, lebih sedikit ide yang masuk.

2) Jika terjadi perselisihan, banyak kelompok yang melapor dan terpantau

karena tidak ada mediator di antara siswa kelompok yang bersangkutan.

3) Jumlah siswa yang ganjil mempengaruhi pembentukan kelompok, karena

ada satu siswa yang tidak berpasangan.

4) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

5) Menggantungkan pada pasangan. (Miftahul Huda : 2011)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Dalam dunia pendidikan, hasil belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (kemampuan). Aspek kognitif yang

berkaitan dengan hasil belajar intelektual terdiri dari enam aspek:

pengetahuan, memori atau recall, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.

Aspek afektif berhubungan dengan sikap dan terdiri dari lima aspek: penerimaan,

respon, evaluasi, organisasi dan internalisasi. Aspek psikomotor terkait dengan

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. (Widiantono : 2017)

Menurut Arifin, hasil belajar adalah kemampuan, keterampilan, atau sikap

individu untuk melakukan sesuatu. Ketika belajar (kegiatan belajar mengajar)

berlangsung, maka hasil belajar (kompetensi, keterampilan, dan sikap) yang dapat
terwujud. (Arifin Z. : 2015)

Menurut Firdaus hasil belajar dapat dengan mudah dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuk hasil belajar yaitu hasil dan pembelajaran.

Istilah hasil mengacu pada produk atau keuntungan yang merupakan hasil dari

suatu proses yang menyebabkan perubahan input dari sistem. Pembelajaran

menggambarkan suatu proses yang ditandai dengan adanya interaksi

komponenkomponen pembelajaran. Oleh karena itu, hasil belajar merupakan dasar

untukcmenentukan tingkat keberhasilan seorang siswa dalam proses pembelajaran.

(Taman Firdaus : 2012)

Hasil belajar siswa yang baik merupakan tujuan utama dari semua proses

pembelajaran dan ada pun upaya yang dilakukan untuk mencapai hasil belajar

yang memuaskan secara alami meliputi komponen proses belajar mengajar:

tujuan, kerjasama yang baik dari bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, metode dan

alat yang diperlukan, sumber informasi dan penilaian. (Saiful Bahri Djamarah : 2006)

Belajar adalah suatu sistem dari faktor-faktor yang saling terkait yang

mengarah pada perubahan perilaku. Item yang dimaksud adalah siswa, stimulus,

memori, dan respon siswa. Kegiatan belajar akan lebih efektif bila kerjasama guru

dan siswa dimaksimalkan. Kemudian terjadi interaksi yang baik antara guru dan

siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar

yang nyaman.

Menurut Hasan Bahrun hasil belajar mempunyai peranan yang sangat

penting dalam proses pembelajaran. Kemudian, dalam proses penilaian hasil

belajar dapat memberikan informasi kepada guru mengenai perubahan dan

kemajuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran melalui kegiatan

pembelajaran. Selain itu, guru dapat menggunakan informasi ini untuk mengatur dan
mendorong kegiatan lain, baik secara keseluruhan kelas maupun secara

individu. (Hasan Bahrun : 2015)

Berdasarkan beberapa uraian hasil belajar di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap siswa

selama proses pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang

tepat dan sesuai serta untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Pengukuran Hasil Belajar

Hasil belajar digunakan sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu

tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran.

Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu yang diukur

dengan alat ukurnya dan kemudian menerapkan angka menurut sistem aturan tertentu

menurut Zaenal Arifin dalam Purwanto. Hopkins dan Antes dalam Purwanto

mendefinisikan bahwa pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari obyek,

orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukan perbedaan dalam jumlah.

Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut

dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara,

skala sikap dan angket. (Purwanto : 2012)

Berdasarkan pengertian pengukuran di atas untuk mengukur hasil belajar

peserta didik digunakan instrumen penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar

dapat diukur melalui teknik tes dan non tes. Tes menurut Nana Sudjana yaitu: Tes

sebagai alat penilaian adalah pertanyaan pertanyaan yang diberikan

kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),

dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes
tindakan). (Nana Sudjana : 2013)

1) Tes Lisan

Tes lisan yaitu pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam

bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu

penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak

menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrument asesmen yang lain.

2) Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal

maupun jawabannya misalnya tes formatif.

3) Tes Tindakan

Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator

pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor misalnya unjuk

kerja.

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar

siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan

pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran, namun demikian dalam

batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar

bidang afektif dan psikomotoris. Menurut Endang Poerwanti, dkk, mengemukakan

bahwa tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Endang Poerwanti : 2012)

Berdasarkan dari pengertian tes di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa alat penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik

berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur


ketrampilan, pengetahuan dan sikap peserta didik dalam bentuk lisan, tulisan, dan

perbuatan.

Non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban

benar atau salah. Teknik non tes sangat penting dalam mengukur kemampuan peserta

didik pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih

menekankan pada aspek kognitif. Kemudian, ada beberapa macam teknik non tes

menurut Endang Poerwanti, yaitu:

1) Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang

sengaja dirancang untuk mengamati untuk kerja dan kemajuan belajar peserta

didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa

menggunakan instrumen.

2) Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

diberikan secara lisan dan spontan.

3) Angket

Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh

informasi yang berupa data deskriptif. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan

diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis dengan alat

pengukuran seperti tes, observasi, wawancara, angket. Alat yang dipergunakan

untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan

instrumen. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian

tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah

benar atau valid. (Endang Poerwanti : 2012)


c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Mahmud faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, secara

sampel ada tiga macam, yaitu faktor individu, sosial dan faktor struktural. Faktor

individual adalah faktor internal siswa, seperti kondisi rohani dan jasmaninya.

Faktor sosial adalah faktor eksternal siswa, seperti kondisi lingkungan. Faktor

struktural adalah pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa dan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. (Mahmud : 2012)

Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu. (Slameto : 2011)

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibagi

menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan

belajar.

1) Faktor-faktor Internal

Faktor fisologis (jasmani), kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan

otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya

dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

2) Faktor psikologis yaitu intelejensi dan kemampuan otak, perhatian,

minat, bakat dan motif siswa.

3) Faktor-Eksternal

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan

(kepala sekolah dan wakilnya) dan teman-teman. Lingkungan sosial yang

banyak mempengaruhi kegiatan belajar yaitu orang tua dan keluarga siswa itu
sendiri.

b) Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-

alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-

faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor yang termasuk pendekatan belajar adalah segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efesiensi

proses belajar tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah

operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah

atau mencapai tujuan belajar tertent. Faktor pendekatan belajar sangat

berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses siswa. (Muhibbin Syah :

2015)

d. Indikator Hasil Belajar

Indikator hasil belajar dapat dipahami sebagai kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dalam hal ini aspek

yang dilihat antara lain:

1) Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan

pengalaman belajarnya.

2) Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan intruksional oleh siswa.

3) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan intruksional 75 dan jumlah

intruksional yang harus dicapai.

4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam

mempelajari bahan berikutnya.


Menurut Benyamin Bloom Moore secar garis besar membagi hasil belajar

menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik.

1) Ranah kognitif berkaitan dengan hasil intelektual yang terdiri dari enam aspek

yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai organisasi, dan

krakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah psikomotorik dikelompokkan dalam tiga kelompok utama yaitu

keterampilan motorik, manipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular.

(Benyamin Bloom Moore : 2014)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar terdiri dari

tiga ranah yaitu ranah kognitf adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Dimana dalam ranah kognitif ini mencakup enam jenjang diantaranya

pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan

(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation).

Sedangkan ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai pada

ranah ini terdapat lima jenjang yaitu: receiving, responding,valuing, organization,

dan characterization by a value or value complex, dan ranah psikomotorik adalah

ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemapuan bertindak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

3. Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Akidah merupakan akar atau pokok agama. Syariah/Fikih (ibadah, muamalah) dan

akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari

keimanan dan keyakinan hidup. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian

hidup manusia, yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt dan hubungan
manusia dengan manusia yang lainnya. (Kementerian Agma RI : 2014)

Mata pelajaran Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami

keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu

mempertahankan keyakinan/keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

al-asma‟ al-husna. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan dan

menghiasi diri akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari

akhlak tercela (madzmumah) dalam kehidupan sehari-hari.

a. Pengertian Akidah

Yang dimaksud dengan aqidah dalam bahasa arab (dalam bahasa Indonesia

ditulis akidah), menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian,

karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam

pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. (Mohammad Daud Ali : 2011)

Setelah terbentuk menjadi kata, akidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat,

terpatri dan tertanam didalam lubuk hati yang paling dalam. Secara terminologis

berarti credo, creed, keyakinan hidup iman dalam arti khas yakni pengikraran yang

bertolak dari hati. (Muhammad Alim : 2011)

Jamil Shaliba dalam Kitab Mu‟jam al-Falsafi, mengartikan akidah (secara

bahasa) adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara

kokoh. Ikatan tersebut berbeda dengan terjemahan kata ribath yang berarti juga

ikatan, tetapi ikatan yang mudah dibuka, karena akan mengandung unsur yang

membahayakan. Dalam bidang perundang- undangan akidah berarti menyepakati

antara dua perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama. . (Muhammad Alim :

2011)

Sebagian ulama fiqih mendefinisikan akidah, sebagai berikut : Akidah ialah

sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman
berdasarkan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman kepada Allah,

kitab-kitab Allah, dan Rasul-rasul Allah, adanyakadar baik dan buruk, dan adanya

hari kiamat. (Muhammad Abdul Qadir Ahmad : 2008)

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa akidah ialah kepercayaan

yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur dengan

keraguan, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan

perbuatan sehari-hari.

Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui

perantara. Akidah demikian yang akan melahirkan bentuk pengabdian hanya pada

Allah, berjiwa bebas, merdeka dan tidak tundukpada manusia dan makhluk Tuhan

yang lainnya. Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah

sebagai Tuhan yang wajibdisembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimah

syahadat; dan perbuatan dengan amal saleh. (Muhammad Alim : 2011)

Pada umumnya, inti materi pembahasan mengenai akidah, ialah mengenai

rukun iman yang enam, yaitu: iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya,

kepada kitab-kitab-Nya, kepada hari akhirat dan kepada Qada dan Qadar. Akidah

Islam merupakan akar pokok agama Islam.

b. Pengertian Akhlak

Akhlak dalam Islam mulai dari akhlak yang berkaitan dengan diri pribadi,

keluarga, sanak famili, tetangga, masyarakat, lalu akhlak yang berkaitan dengan flora

dan fauna hingga akhlak yang berkaitan dengan alam yang luas ini. Akhlak

merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat

ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tampil mengawal dan

memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia akhirat

Secara bahasa pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang berarti:(a)
perangai, tabiat, adat, (diambil dari kata dasar khuluqun), (b) kejadian, buatan,

ciptaan, (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun pengertian akhlak secara

terminologis, para ulama telah banyakmendefinisikan diantaranya Ibn Maskawaih

dalam bukunya Tahdzib al- Akhlaq, beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan

jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih

dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam al-Ghazali dalam

kitabnya Ihya‟ Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah

lakudalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudahtanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (Muhammad Alim : 2011)

Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap

dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam

jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak

adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti

bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak

sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila. Ketiga, perbuatan akhlak adalah

perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan

dan tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan

dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena bersandiwara.

Menurut Sidi Ghazalba akhlak adalah sikap kepribadian yang melahirkan

perbuatan manusia terhadap Tuhan dan manusia, diri sendiri dan makhluk lain sesuai

dengan suruhan dan larangan serta petunjuk al-Qur’an dan Hadis. (Aminuddin :

2006)

Selain dengan kata-kata tersebut dalam kamus besar Bahasa Indonesia,

perkataan akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun.
Bahkan supaya kedengarannya lebih „modern‟ dan „mendunia‟,perkataan akhlak

kini sering diganti dengan kata moral dan etika. Pergantianitu sah-sah saja dilakukan,

asal orang mengetahui dan memahami perbedaan arti kata-kata yang dimaksud.

(Mohammad Daud Ali : 2011)

Pendidikan akhlak berkisar tentang persoalan kebaikan dan kesopanan, tingkah

laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari

dan bagaimana seharusnya seorang siswa bertingkah laku. (Muhammad Abdul Qadir

Ahmad : 2008)

Pendidikan akhlak didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist Rasul, serta

memberikan contoh-contoh yang baik yang harus diikuti. Jika diteliti isi Al-Qur‟an

akan kita jumpai ajaran yang mengajak berbuat baik dan mencegah perbuatan yang

buruk. Al-Qur‟an memberikan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan sebagai

berikut: “kebaikan ialah setiap perintah Allah untuk mengerjakannya, sedangkan

kejahatan ialah setiap larangan Allah untuk mengerjakannya”. (Muhammad Abdul

Qadir Ahmad : 2008)

Allah tidak akan memerintah manusia kecuali hal-hal yang baik bagi mereka

dan tidak akan melarang sesuatu kecuali ada hal-hal yang jelek bagi mereka. Firman

Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl : 90)


Sasaran pengajaran akhlak sebenarnya ialah keadaan jiwa, tempat berkumpul

segala rasa, pusat yang melahirkan berbagai karsa, dari sana kepribadian terwujud,

disana iman tertanam. Dengan demikian tidak salah jika pada sekolah kedua bidang

pembahasan ini dijadikan satu bidang studi yang dinamakan bidang studi Akidah

Akhlak.

Jadi mata pelajaran Akidah Akhlak mengandung arti pembelajaran yang

membicarakan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai suatu perbuatan

baik atau buruk, yang dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak

dicampuri keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama.

c. Fungsi Pembelajaran Akidah Akhlak

Adapun di antara fnngsi pembelajaran Akidah Akhlak adalah sebagai berikut:

1) Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir.

Manusia sejak lahir telah memiliki potensi keberagamaan (fitrah), sehingga

sepanjang hidupnya membutuhkan agama dalam rangka mencari keyakinan

terhadap Tuhan.

2) Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa.

Agama sebagai kebutuhan fitrah akan senantiasa menuntut dan mendorong

manusia untuk terus mencarinya. Akidah memberikan jawaban yang pasti

sehingga kebutuhan rohaninya dapat terpenuhi.

3) Memberikan pedoman hidup yang pasti.

Keyakinan terhadap Tuhan memberikan arahan dan pedoman yang pasti sebab akidah

menunjukkan kebenaran keyakinanyang sesungguhnya. Akidah memberikan

pengetahuan asal dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan lebih

jelas dan lebih bermakna. (https://www.scribd.com/documen/Makalah-Agama )

d. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak

Sasaran pengajaran Aqidah Akhlak ialah untuk mewujudkan maksud- maksud


sebagai berikut:

1) Memperkenalkan kepada murid akan kepercayaan yang benar, yang

menyelamatkan mereka dari siksaan Allah Ta‟ala.

2) Memperkenalkan tentang rukun iman, ketaatan kepada Allah, dan beramal

dengan amal yang baik untuk kesempurnaan iman mereka.

e. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak

Ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak adalah sama dengan ruang lingkup

ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan polahubungan. Aqidah

Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek, dimulai terhadap Allah,

hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-

benda tak bernyawa). ( Muhammad Alim : 2011)

1) Akidah Akhlak terhadap Allah

Akidah Akhlak terhadap Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan

yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan

sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri- ciri perbuatan

akhlaki. Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan

mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu: pertama, karena Allah

telah menciptakan manusia. Dengan demikian sudah sepantasnya manusia

berterima kasih kepada yang menciptakan-nya.

Kedua, karena Allah yang telah memberi perlengkapan panca indera,

berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, di samping

anggota badan yang kokoh dan sempurna. Perlengkapan itu diberikan kepada

manusia agar manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan.

Ketiga, karena Allah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana yang

diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang


berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan lain

sebagainya.

Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya

kemampuan menguasai daratan dan lautan. (Muhammad Alim : 2011)

Bagi Allah dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemuliaan- Nya.

Akan tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah sewajarnya manusia

menunjukkan sikap akhlak yang pas kepada Allah.

2) Akidah Akhlak terhadap Manusia

Untuk pegangan operasional dalam menjalankan pendidikan keagamaan,

kiranya nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia (nilai-nilai kemanusiaan)

berikut ini patut sekali untuk dipertimbangkan, antara lain yaitu:

a) Silahturahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia,

khususnya antar saudara, kerabat, handai taulan, tetangga dan sebagainya.

b) Persaudaraan (ukhuwah), yaitu semangat persaudaraan, lebih- lebih antara

sesama kaum beriman (biasa disebut ukhuwah islamiyah).

c) Persamaan (al-musawah), yaitu pandangan bahwa semua manusia sama

harkat dan martabatnya. Tanpa memandang jenis kelamin, ras dan suku

bangsa.

d) Adil, yaitu wawasan yang seimbang (balanced) dalam memandang,

menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang.

e) Baik sangka (husnuzh-zhan), yaitu sikap penuh baik sangka kepada

sesama manusia. Berdasarkan ajaran agama, pada hakikat aslinya bahwa

manusia itu adalah baik, karena diciptakan Allah dan dilahirkan atas fitrah.

f) Rendah hati (tawadhu„), yaitu sikap yang tumbuh karenakeinsafan bahwa

segala kemuliaan hanya milik Allah SWT


g) Tepat janji (al-wafa‟) salah satu sifat orang yang benar-benar beriman

ialah sikap yang selalu menepati janji bila membuat perjanjian.

h) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap penuh kesediaan menghargai pendapat

dan pandangan orang lain. Al-Qur‟an menuturkan sikap insyiraf ini

merupakan akhlak Nabi SAW.

i) Dapat dipercaya (al-amanah), salah satu konsekuensi iman ialah amanah

atau penampilan diri yang dapat dipercaya.

j) Perwira (‘iffah atau ta’affuf), yaitu sikap penuh harga diri namun tidak

sombong, tetap rendah hati, dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas

atau iba.

k) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap tidak boros (israf) dan tidak pulakikir

(qatr) dalam menggunakan harta, melainkan sedang (qawam) antara

keduanya.

l) Dermawan (al-munfiqun, menjalankan infaq), yaitu sikap kaum beriman

yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia.

(Muhammad Alim : 2011)

B. Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi pembanding bagi peneliti

antara lain:

1. Skripsi dari saudara Nailah Alfiani tahun 2018 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayataullah Jakarta tentang Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share Dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan

Agama Islam Siswa Kelas VIII SMP N 2 Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa peningkatan miat belajar peserta
didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan kooperatif tipe

Think (Berfikir), Pair (Berpasangan), Share (Berbagi) dapat meningkatkan hasil uji soal

dengan nilai diatas KKM yaitu 7,5 dengan minat belajar peserta didik yang tergolong

tinggi dengan presentase 90,7 %.

2. Skripsi dari saudara Marwan Fahrozi tahun 2018 pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Raden Intan Lampung tentang Penerapan Metode Think Pair Share (TPS) dalam

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V di MI Al-Khairiyah Kaliawi Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan dengan menggunakan metode think pair share (TPS) pada siswa kelas VI

MI Al-Khairiyah Bandar Lampung, hal ini dapat dilihat dari sebelum penerapan nilai

tes hasil belajar peserta didik yang mencapai KKM adalah 43,8% kemudian yang tidak

mencapai KKM adalah 56,2%. Kemudian setelah menggunakan metode think pair

share (TPS) dapat diketahui hasil belajar mengalami peningkatan. Pada siklus pertama

hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan hanya 62.5%. Kemudian pada siklus

kedua tes hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan mencapai 86.7%.Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan Hasil belajar siswa kelas VIMI Al-Khairiyah

Bandar lampung.

3. Skripsi dari saudara Nurislahul Jannah pada tahun 2023 pada Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar tentang Pengaruh Penerapan Metode Think-

Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam Kelas VIII SMP Negeri 1 Barombong. Berdasarkan hasil penelitiannya

menyatakan bahwa penerapan metode Think-PairShare pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam materi “Meneladani Sifatsifat Mulia dari Rasul Allah Swt” pada kelas

VIII C SMP Negeri 1 Barombong, berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini

ditunjukkan pada rata-rata hasil belajar siswa sebelum diterapkannya metode Think-
Pair-Share pada pelaksanaan pretest yaitu sebesar 50,93 dan rata-rata hasil belajar siswa

sesudah diterapkannya metode Think-Pair-Share pada pelaksanaan posttest yaitu

sebesar 81,06. Kemudian, hasil uji hipotesis dengan bantuan SPSS versi 25.0 for

Windows menggunakan statistik uji Paired Sample t-test yang menunjukkan nilai

signifikansi 0,000 atau kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat

simpulkan bahwa penerapan metode Think-Pair-Share berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa karena terjadi peningkatan hasil belajar siswa sesudah diterapkannya

metode Think-Pair-Share pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas

VIII C SMP Negeri 1 Barombong.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Peneltian

Sesuai dengan tujuan penelitian, dalam penelitian ini digunakan metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sangat cocok bagi guru untuk

mengembangkan pembelajaran yang dilakukan karena dalam pembelajaran melalui penelitian

tindakan kelas relatif sederhana dan mudah diterapkan.

Istilah Penelitian Tindakan berasal dari kata Action Research dalam bahasa Inggris.

Penilitian tidakan adalah riset aksi, kaji tindak, dan riset tindakan. penelitian tindakan ini di kenal

dengan istilah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam beberapa literatur berbahsa inggris, PTK

memiliki beberapa nama yang berbeda meskipun konsepnya sama. Nama-nama tersebut antara

lain classroom research dan action research adalah PTK. Dengan kata lain, Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Clasroom Action Researchyaitu suatu Action Research

(penelitian tindakan) yang dilakukan dikelas. (Miftahul Huda : 2015)

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu penyelidikan refleksi-diri yang

dilaksanakan sebagai usaha pengembangan kebijakan dan perencanaan sistem, penelitian

tindakan befokus pada bagaimana bisa memenuhi kebutuhan siswa untuk reformulasi program

pengajaran yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa.

Oleh karena itu, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran

di sekolah. Pada sisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan apa yang mereka

lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya. Mereka akan kritis terhadap apa yang mereka

lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk dan bersifat universal yang di

temukan oleh para pakar peneliti yang seringkali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas.
B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Sehingga diperoleh informasi hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya. (Sugiyono : 2009) Dengan kata lain, variabel adalah segala sesuatu yang

akan menjadi objek pengamatan dalam peneltian.

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas atau independen dan variabel

terikat atau dependen. Variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab timbuknya variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Think Pair Share (x).

2. Variabel terikat adalah variabel yang timbul sebagau akibat langsung dari manipulasi dan

pengaruh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Akidah

Akhlak kelas X-1 MAN 2 Padang Lawas (y).

C. Populasi dan Sampel

Dari semua jumlah kelas X di MAN 2 Padang Lawas hanya akan dipilih satu kelas yang

memiliki kendala dalam proses pembelajaran yang akan dijadikan subjek penelitian. Oleh karena

itu, subjek penelitian tindakan ini adalah seluruh siswa kelas X-1 MAN 2 Padang Lawas yang

berjumlah 32 orang terdiri dari putri dan putra. Observer yang terlibat dalam penelitian ini yaitu

guru mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas X-1 MAN 2 Padang Lawas.

D. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Berdasarkan jenisnya, secara umum data statistik dapat dikategorikan menjadi 2 macam,

yaitu data kualitatif adalah data yang digunakan untuk bahan analisis yang dinyatakan tidak

dalam bentuk angka dan data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka.
(Slameto :

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah Pendidik dan Peserta Didik Kelas X-1 di

MAN 2 Padang Lawas, guna untuk memperoleh data tentang

penerapan metode Think Pair Share (TPS) dalam meningkatkan hasil belajar

maka semua siswa kelas X-1 (subjek penelitian) dilibatkan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting diperoleh dalam metode

ilmiah, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknikpengumpulan data sebagai

berikut :

a. Kuesioner (Angket)

Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia

ketahui. Angket adalah pertanyaan untuk mendapatkan data dengan membagikan daftar

pertanyaan kepada objek yang memiliki hubungan dengan penelitian.(Edi Kusnadi :

2012)

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data kuesioner (angket)akan ditujukan

kepada peserta didik kelas X-MAN 2 Padang Lawas yang menggunakan soal pilihan

ganda dengan 4 alternatif jawaban yaitu A , B, C dan D untuk memperoleh data tentang

hasil belajar Akidah Akhlak dengan menggunakan metode Think Pair Share.

b. Dokumentasi

Dokumen adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan dalam bentuk teks atau

artefak. Teknik dokumentasi ini sering digunakan menjadi teknik utama dalam

penelitian sejarah atau analisis teks.

Namun, hampir setiap penelitian teknik ini digunakan sebagai teknik


pengumpulan data sekunder. Misalnya: untuk mencari data tentang sejarah berdirinya

sekolah, tokoh pendiri, serta jumlah murid dan guru. (Musfiqon : 2012)

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi bertujuanuntuk mempermudah dalam

memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian misalnya untuk mengumpulkan data

tentang sejarah sekolah, letak geografis, visi dan misi sekolah, jumlah peserta didik,

dan sarana prasarana yang ada disekolah.

E. Teknis Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka dilanjutkan dengan analisis data. Ini

dimaksudkan untuk menginterprestasikan data dari hasil penelitian. Analisis data adalah proses

penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun

analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus chi

kuadrat :

Keterangan :

χ2 = Chi Kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan. (Sugiyono : 2010)

Setelah data diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat tersebut

diatas, maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan hasil perhitungan atau Chi Kuadrat

hitung dengan harga Chi Kuadrat tabel.

Selanjutnya untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat, kemudian dimasukkan kedalam rumus C (Koefisien Kontingensi), yaitu:

Keterangan:
C = Koefisen Kontingensi

X2= Chi Square hasil perhitunganN = Total banyaknya observasi. (Andi Supangat : 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad Abdul Qadir. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008
Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011
Aminuddin. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Graha Ilmu, 2006
Badar, Trianto Ibnu. Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2015
Bahrun. Hasan. Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
di Madrasah. Probolinggo: 2015
Barkley, E.E., Cross, K.P., Major, C.H. Collaborative Learning Techniques. Alih Bahasa: Narulita
Yus-ron. Bandung: Nusa Indah, 2012
Blom, Benyamin. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2014
Djamarah, Saiful Bahri. Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Fatih, Hidayah dan Rizal Faishol. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa Madrasah Ibtidaiyyah
Firdaus, Taman. Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Elmatera, 2012
Hamdayama, J. Model dan metode pembelajaran kreatif dan berkarakter, Bogor: Ghalia Indonesia,
2014
Hayati, M. Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 014
Simpang Ttetap Darul Ihsan Dumai Tahun 2016/2017, Dumai: Jurnal Ilmu Pendidikan,
2017
https://www.scribd.com/documen/Makalah-Agama
Huda, Miftahul. Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
Huda, Miftahul. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik, Yogyakarta : PT Pustaka Pelajar, 2015
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Guru Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum, Jakarta: 2014
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012
Miftahul, Huda. Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013
Musfiqon, Metedologi Pendidikan Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012
Poerwanti, Endang dkk. Asesmen Pembelajaran SD Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Depertemen Pendidikan Nasional, 2012
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2012
Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2011
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo 2013
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta,2010
Supangat, Andi. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2010
Suprijono, Agus. Cooperative Learning, Surabaya: Pustaka Pelajar, 2015
Suyanto. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Jurnal Online. Sumatera,
2016
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015
Trianto. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Jurnal Pendidikan.
Sumatera, 2016
Triyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik: Konsep, Landasan,
Teristik-Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2015
Widiantono, Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD. 2017
Z, Arifin. Evaluasi Instruksional, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015
Angket
Mata Pelajaran Akidah Akhlak

A. Identitas Responden
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :

B. Petunjuk
1. Isilah biodata anda dengan lengkap!
2. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan teliti!
3. Jawablah setiap pernyataan tersebut dengan memberikan tanda ceklist (√) pada kolom
jawaban sesuai dengan jawaban anda.
Keterangan :
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang – Kadang
TP : Tidak Pernah

C. Pernyataan

No Pernyataan Jawaban
SL SR KK TP
1. Ketika ditanya oleh guru atau seseorang saya berkata dengan
jujur
2. Apabila meminjam buku di perpustakaan saya
mengembalikan tepat pada waktunya
3. Saya menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh guru
4. Apabila guru memberikan tugas saya menyampaikan kepada
teman–teman yang lain
Saya mengucapkan rasa syukur atas segala kenikmatan yang
5. Allah Swt berikan
Saya merasa percaya diri ketika ingin mengungkapkan
6. pendapat didepan kelas
Ketika teman berbuat salah saya menegur dan memberikan
7. saran yang baik
Ketika bertemu teman atau seseorang saya menyapa dengan
8. mengucapkan salam
Memberikan bantuan kepada teman disekolah dengan ikhlas
9. dan tidak mengharapkan pujian dari teman
Ketika teman sedang membawa barang yang cukup berat,
10. saya membantunya.
Saya senang ketika melihat teman mendapatkan nilai yang
11. memuaskan
Saya menyembunyikan buku teman ketika tau buku saya
12. disembunyikan
Ketika teman sebangku tidak masuk sekolah saya berbicara
13. tentang kejelekannya pada orang lain
Ketika teman kehilangan uang saya menuduh orang lain yang
14. mengambilnya
Pedoman Wawancara Dengan Guru PAI (Akidah Akhlak)
Terkait Masalah Proses Pembelajaran di Kelas

1. Apa tujuan pembelajaran PAI (Akidah Akhlak) di sekolah ini?


2. Bagaimana proses pembelajaran PAI (Akidah Akhlak) di kelas?
3. Bagaimana minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI(Akidah Akhlak) (tinggi atau
rendah)?
4. Metode apa yang digunakan pada saat pembelajaran PAI (Akidah Akhlak)?
5. Apakah metode pembelajaran tersebut efektif diterapkan pada mata pelajaran PAI (Akidah
Akhlak)?
6. Apakah hambatan yang ditemui pada saat kegiatan belajar mengajar PAI (Akidah Akhlak)?
7. Bagaimana hasil belajar PAI (Akidah Akhlak) siswa (tinggi atau rendah)
8. Apakah anda sudah mengenal metode pembelajaran Think Pair Share?
9. Apakah metode pembelajaran Think Pair Share efektif diterapkan pada mata pelajaran PAI
(Akidah Akhlak)?
10. Menurut anda, apakah metode pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar PAI (Akidah Akhlak)?
PEDOMAN DOKUMENTASI

Hal-hal yang didokumentasikan :

1. Denah lokasi MAN 2 Padang Lawas


2. Keadaan guru dan karyawan MAN 2 Padang Lawas
3. Keadaan struktur organisasi MAN 2 Padang Lawas
4. Keadaan sarana dan prasarana MAN 2 Padang Lawas

Anda mungkin juga menyukai