PENDAHULUAN
Kajian pengetahuan dalam mata pelajaran IPA terkadang masih abstrak bagi
siswa sekolah dasar, bukan berati IPA tidak dapat diberikan di sekolah dasar. IPA
untuk siswa SD harus dimodifikasi agar siswa dapat mempelajarinya. Guru harus
dapat kreatif dalam menyederhanakan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip
serta teori-teori secara sistematis dan sesuai dengan kemampuan kognitif dan
karakteristik siswa SD. Menurut Piaget dalam Heruman (2007:1) siswa SD
berumur bekisar antara 6/7-12/13 tahun. Mereka masih berada dalam tahap
operasional konkrit, kemampuan yang nampak pada tahapan ini adalah
kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika,
meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat kongkret yang dapat ditangkap
oleh panca indra. Sehingga, untuk dapat membelajarkan IPA di SD secara
sistematis selain meyederhanakan kajian pengetahuan, IPA juga harus dapat
menghadirkan benda yang bersifat nyata atau benda tiruan yang dapat memberi
kesempatan pada siswa untuk menyentuh, melkukan tindakan, melihat dan
merasakan benda-benda yang ada dihadapannya tersebut. HIngga pada akhirnya
siswa dapat memperoleh fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip serta teori-
teori tersebut secara langsung melalui proses penemuian. Hal ini telah tertulis
dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa:
"Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
perngetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prisip-prinsip serta teori-
teori saja, tetapi juga merupakan proses penemuan ".
2
menyebabkan terjadinya proses belajar. Penyediaan kondisi dapat dilakukan
dengan bantuan guru (pendidik) atau ditemukan sendiri oleh siswa (otodidak).
Pengertian pembelajaran yang lain juga diungkapkan oleh Trianto (2009:17)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar pada diri seorang guru untuk
membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan,
sehingga, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA pada dasarnya merupakan
usaha seorang guru untuk menyediakan wadah atau menciptakan sebuah kondisi
yang dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara guru, siswa, dan sumber
belajar. dalam proses penyediaan kondisi dan sumber belajar harus dapat
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses penemuan. Jadi proses
pembelajaran yang diharapkan siswa adalah pembelajaran yang inovatif dan
bermakna guna meningkatkan hasil belajar mereka.
Hasil observasi terhadap pembelajaran IPA pada kelas V SDN Sidorejo Lor
05 Kota Salatiga, yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran IPA , diketahui bahwa dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan menggunakan metode ceramah yang membuat siswa cenderung
pasif dan mudah merasa bosan dengan pembalajaran. Pembelajaran IPA dilakukan
dengan menerangkan materi yang ada dalam buku paket siswa dan contoh-contoh
lain yang belum terdapat dalam buku paket siswa, kemudian meminta siswa untuk
mengerjakan soal latihan yang ada sebagai eveluasi pembelajaran. Selain itu,
pembelajaran yang dilakukan belum memfasilitasi siswa yang sebagian besar
cenderung siswa menjadi pasif. Sehingga, banyak siswa yang sibuk dengan
kegiatannya sendiri, seperti berbincang dengan teman sebelahnya, bermain hp ada
juga yang lari-larian. Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi dapat dikatakan
sbelum pemperlihatkan karakteristik mata pelajaran IPA dan karakteristik siswa
itu sendiri. Data tentang kondisi peserta didik yang demikian selain diperoleh
dengan observasi secara langsung terhadap proses pembelajaran, juga diperoleh
dari hasil wawancara terhadap guru kelas.
3
Guru harusnya dapat memfasilitasi atau menciptakan kondisi yang dapt
membuat siswa aktif belajar melalui proses penemuan dan memberikan contoh-
contoh secara langsung. Hal ini berkaitan dengan karakteristik pembelajaran IPA
yang harus dilakukan dengan proses penemuan dan karketristik peserta didik kelas
V yang berbeda dalam tahap operasional kongkret, yang mana siswa mudah
merasa jenuh dan cepat bosan ketika dihadapkan dengan pembelajaran yang
abstrak, sehingga perhatian dan konsentrasi siswa terhadap proses pembelajaran
masih rendah. Hal ini berdampak pada hasil belajar IPA kelas V SDN Sidorejo
Lor 05 Kota Salatiga tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 39 orang,
terdiri dari 12 laki-laki dan 27 perempuan. Sebagian besar siswa mendapatkan
nilai yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Ketidaktuntasan
ini dapat dilihat dari hasil yang masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 65.
Didasarkan pada Tabel 1.1, hasil belajar siswa kelas 5 SD N Sidorejo Lor
05, nilai matapelajaran IPA yang didapatkan masih belum mencapai standar
kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Tabel 1.1
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Siswa SD Sidorejo Lor 05 Semester 1 Tahun Pelajaran
2016 - 2017
KKM = 65 Frekuensi (siswa) Presentase (%) Keterangan
≥ 65 14 36% Tuntas
Jumlah 30 100%
Nilai Terendah 45
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Sidorejo Lor 05
yang masih rendah seperti pada tabel di atas, maka akan dilakukan penelitian
tindakan kelas di kelas V SDN Sidorejo Lor 05 dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan salah satu model pembelajaran
yang ideal untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA . Pokok bahasan IPA sangat
luas, desain tugas atau sub-sub topik yang mengarah pada kegiatan metode ilmiah,
diharapkan siswa dan kelompoknya akan saling memberikan kontribusi
berdasarkan pengalaman sehari-hari, (Rusman, 2010:221).
Berdasarkan uraian yang ada, Maka akan dilakukan penelitian dengan judul
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning
Siswa Kelas 5 SD N Sidorejo Lor 05 Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018".
Rendahnya hasil belajar IPA kelas V SDN Sidorejo Lor 05 Kota Salatiga,
beradasarkan latas belakang di atas dikarenakan dalam kegiatan belajar masih
menggunakan pendekatan pembelajaran yang belum inovatif, belum
memperlihatkan karakteristik mata pelajaran IPA dan karakteristik siswa itu
sendiri, sehingga selama kegiata pembelajaran, siswa cenderung pasif dan merasa
cepat bosan dengan kegiatan pembelajaran, hal tersebut berdampak pada hasil
belajar siswa yang masih rendah
5
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dibuat suatu
rumusan masalah yaitu “Apakah dengan penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL ) dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5 SD Negeri
Sidorejo Lor 05 Salatiga ?”.
a. Bagi sekolah
6
a. Bagi guru
Dapat dijadikan acuan oleh guru untuk sarana di dalam monitoring dan
evaluasi pembelajaran yang sudah berlangsung, selain itu informasi dari hasil
penelitian akan menjadi masukan berharga bagi guru dalam melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar. Dengan menggunakan media lingkungan,
akan memudahkan guru dalam menyampaiakan materi kepada siswa.
b. Bagi siswa