4, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora September 2019 eISSN 2657- 0998
Ismail
SD Negeri 5 Teunom
Email : Ismail.teunom@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistimatis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Sebagai pengetahuan, IPA mempunyai ciri-ciri khusus antara lain
abtrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soedjadi (1999) “Menyatakan bahwa
keabtrakan IPA karena objek dasanya abtrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip”.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam hidup sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
453
Ismail
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Bab XII pasal 45 ayat (1) “Setiap satuan pendidikan
menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional,
dan kejiwaan peserta didik”. Sarana dan prasana tersebut pada dasarnya adalah media atau
yang biasa kita kenal sebagai alat peraga yang digunakan sebagai perantara agar informasi
atau bahan ajar tersebut dapat diterima dan diserap dengan baik oleh para siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran, metoda mengajar merupakan salah satu komponen yang harus
dilaksanakan. Pada dasarnya metoda mengajar merupakan teknik yang digunakan guru
dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran. “Penggunaan
metoda yang tepat dalam mengajar, akan dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi
belajar siswa”(Winataputra, 1997:44). Dengan penggunaan metoda yang tepat dapat
membantu cara berfikir anak, hal ini sesuai pendapat Carol Gestwicki (1995:321) bahwa
dalam perkembangan terdapat perubahan yang dapat diramalkan. Anak terlibat langsung
dalam praktek pembelajaran IPA.
Mengajar didepan kelas tidak terlepas dari metode, karena metode atau cara
didalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Menurut Subiyanto (1990:40)
bahwa metode mengajar menyangkut pengertian yang luas dan merupakan garis-garis
besar. Lanjut menurut Udin S.Wiranata (2001:217) bahwa metode mengajar diartikan
sebagai cara menyajikan atau mengantarkan materi pelajaran. Sedangkan menurut Nana
Sujana (2000:76) bahwa metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pembelajaran.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiri)
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar langsung
melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan standar minimum
yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan
pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Dari hasil tes formatif pelajaran IPA, pada materi pokok organ pernapasan
manusia, di kelas IV SD Negeri 5 Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya,
diperoleh data dari 10 siswa hanya 5 siswa (50.%) yang mendapat nilai tuntas (70 ke atas).
Sedangkan 5 siswa (50 %) mendapat nilai di bawah 70, atau belum mencapai ketuntasan
(KKM 7.0).
Berdasarkan refleksi di atas penulis melakukan diskusi dengan teman sejawat dan
supervisor untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran yang dilakukan.
Berdasarkan hasil diskusi terungkap beberapa masalah pembelajaran yang muncul yaitu
sebagai berikut :
a. Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran kurang.
b. Keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran kurang.
c. Siswa tidak berani menjawab pertanyaan-pertanyaan guru.
d. Siswa belum dapat menyerap materi pembelajaran sesuai dengan harapan.
454
Serambi Akademica Vol. 7, No. 4, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora September 2019 eISSN 2657- 0998
METODE PENELITIAN
Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dikelas IV SD Negeri 5 Teunom
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, selama tiga minggu yaitu mulai pada tanggal
26 Maret sampai dengan 09 April 2017. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV
pada Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa sebanyak 10 orang
terdiri 1 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswi perempuan. Data yang diperoleh berasal
dari kelas IV SD Negeri 5 Teunom, guru dan teman sejawat yang merupakan guru
kolaborasi dalam melaksanakan kegiatan ini
Hasil observasi guru terhadap aktivitas pada saat proses belajar mengajar
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi siswa yaitu aktivitas 63%. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas siswa tergolong katagori baik dari yang diharapkan oleh
peneliti.
455
Ismail
Setelah siklus I selesai dilakukan beserta penilaian terhadap hasil belajar siswa
aktivitas siswa dam kemampuan guru dalam dilaksanakan PBM, Peneliti dan kelompok
untuk menemukan permasalahan dan menentukan permasalahan dan menentukan langkah
perbaikan selanjutnya akan terjadi hal-hal unik yang muncul pada saat perbaikan
pembelajaran yaitu:
Terjadinya peningkatan prestasi siswa dengan pesat
Hampir semua siswa berani mengajukan pertanyaan
Terlihat hampir semua siswa sudah percaya diri dalam melakukan sesuatu
tugas yang diberikan guru.
Kondisi belajar siswa sangat menyenangkan.
Kondisi siswa sudah terlihat mampu memberikan tanggapannya masing-masing
Siswa sudah terlihat tidak takut lagi dalam mengkritik temannya jika tanggapan
temannya dianggap kurang bermanfaat.
Setelah dilakukan kegiatan kerja kelompok untuk mengukur keberhasilan secara
klasikal diberikan tugas sebanyak sepuluh soal sesuai dengan materi yang telah di
pelajari.
456
Serambi Akademica Vol. 7, No. 4, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora September 2019 eISSN 2657- 0998
Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II terjadi
peningkatan 23%. Kenaikan persentase aktivitas siswa disebabkan adanya tindakan guru
yang terus membimbing siswa secara individu. Selanjutnya observasi juga dilakukan oleh
guru yang sama di siklus II, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table dibawah ini :
457
Ismail
Catatan : Dari data yang diperoleh rata-rata, kemampuan guru dalam melakukam PBM
adalah termasuk dari katagori Baik, ini disebabkan karena telah dilakukan perbaikan
terhadap proses PBM pada siklus II.
Dari semua data yang ada setelah di analisis menunjukan hasil evaluasi yang
meningkat dengan rata-rata tujuh, namun disini pada saat pembelajaran tidak semua anak
dapat didekati untuk diberikan perhatian dan motivasi. Sehingga masih ada juga anak-
anak yang hanya duduk saja dalam kelompok mengharapkan pada temannya untuk
diselesaikan. Selanjutnya dirasa masih kurang aktif dalam menanggapi dari setiap laporan
kelompok lain yang disampaikan didepan kelas. Untuk mengukur keberhasilan siswa
setelah diadakan perbaikan, guru mengadakan evaluasi dan setelah melaksanakan
perbaikan pembelajaran maka untuk mengukur keberhasilan itu siswa secara individu dan
klasikal maka diadakan evaluasi kembali. Untuk rincian hasil dari perbaikan pembelajaran
seperti terlampir dibawah ini :
yang berarti. Karena peneliti merasa bahwa hal yang serupa demikian tidak mungkin
terjadi dengan maksimal dalm waktu satu minggu tetapi hal yang dilakukan secara
berulang-ulang.
Data hasil observasi terhadap aktivitas siswa terjadi peningkatan 63 % pada siklus
I menjadi 86 % di siklus II dan 97 % pada silkus III, Kenaikan persentase aktivitas siswa
disebabkan adanya tindakan guru yang terus membimbing siswa secara individu ikut
mempengaruhi kenaikan aktivitas tersebut. Dari data yang diperoleh masih ada siswa yang
belum aktif telah dilakukan tindak lanjut memperpendekatan individu berulang-ulang.
Selanjutnya hasil observasi yang dilakukan guru terhadap PBM yang dilakukan
oleh guru juga terjadi peningkatan karena dapat memperbaiki kekurangan dalam siklus I.
Observasi juga dilakukan oleh guru yang sama di siklus II, dan siklus III untuk lebih jelas
dapat dilihat pada table dibawah ini :
459
Ismail
Observasi yang dilakukan terdapat aktivitas siswa pada siklus I sebanyak 63% siswa
aktif dalam kegiatan PBM, angka persentase keaktifan siswa belum maksimal, karena
masih ada siswa yang belum dapat membaca dan menulis dengan benar. Hal ini
disebabkan karena kurangnya bimbingan guru pendekatan secara individu kepada siswa
setelah dilakukan perbaikan dalam PBM pada siklus II 86 %. dan pada siklus III 97 %.
460
Serambi Akademica Vol. 7, No. 4, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora September 2019 eISSN 2657- 0998
Persentase kemampuan guru dalam melaksanakan PBM pada antar siklus I juga
terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengolah PBM dengan katagori cukup dan
pada siklus II dengan katagori baik serta pada siklus III dengan katagori amat baik. Maka
menandakan bahwa peningkatan ini terjadi karena perbaikan tindakan yang dilakukan
pada siklus II dan siklus III terhadap kekurangan PBM yang dilaksanakan pada siklus I.
Data kemampuan guru pada saat melaksanakan PBM antar siklus dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 15. Data Kemampuan PBM Guru Antar Siklus
Katagori/Siklus
No Aspek yang Diamati
I II II
1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Cukup Baik Amat Baik
Guru memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran
2 Kurang Cukup Baik
dengan baik
Guru mengelola PBM dengan menggunakan
3 Kurang Baik Baik
media belajar
4 Guru membimbing siswa menulis secara individu Cukup Baik Amat Baik
5 Guru membimbing siswa membaca dengan benar Cukup Baik Baik
6 Guru memberikan penjelasan akhir dan penguatan Kurang Baik Baik
7 Guru melakukan penilaian Cukup Baik Baik
Rata-rata Katagori Cukup Baik Amat Baik
Berdasarkan dari seluruh hasil tindakan yang menunjukkan terjadi peningkatan hasil
belajar siswa, peningkatan kreatif siswa serta meningkatkan terhadap kemampuan dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, maka dapat disimpulkan bahwa gambar
merupakan sebagai media pembelajaran yang digunakan pada materi organ pernapasan
manusia dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khusus untuk kelas IV SD Negeri 5
Teunom.
461
Ismail
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan belajar IPA dalam konsep organ
Pernafasan Manusia melalui demontrasi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Pertama
rancangan kegiatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang dirancang sesuai dengan tahap-tahap yang
digunakan dalam pemanfaatan alat peraga, lembar observasi guru dalam KBM, lembar
observasi siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS), serta media dan sumber belajar yang
digunakan disesuaikan dengan materi yang dibahas yaitu tentang cahaya dan sifatnya.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran sebelum pemanfaatan alat peraga pada konsep organ
prnapasan manusia, prestasi belajar siswa nilai rata-rata pada kondisi awal 61 % pada
siklus I, 87 %, pada siklus II, dan 100 % pada siklus III. Ketiga, keaktifan siswa selama
pembelajaran berlangsung dijaring dengan lembar angket menunjukan kriteri cukup pada
siklus I mencapai sebesar 63%, sedangkan pada siklus II mencapai sebesar 86 %. Dan
pada siklus III makin meningkat sebesar 97 %. Dengan demikian respon siswa
menunjukan kriteria amat baik.
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara berkesinambungan
menjadi siswa berfikir dan kreatif. Perbaikan pembelajaran membantu guru menghidupkan
suasana pembelajaran dikelas. Terciptanya suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.
Getwicki, C. 1995. Developmentally Appropriate Practice: Curriculum and Development
in Early Aducation. Albany: Delmar Publiser Inc.
Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Subiyanto. 1990. Strategi Belajar Mengajar IPA. Malang: IKIP Malang.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru
Algensindo.
Teoti Soekamto dan Udin S. Winataputra, 1997. Teori Belajar dan Model-model
Pembelajaran. Jakartya: Dirjen Dikti, Depdikbud.
Winataputra, Udin S. 2001. Model-model pembelajaran Inovatif. Universitas Terbuka,
Jakarta.
462