Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar merupakan fondasi dasar dari semua jenjang

pendidikan, sehingga sudah seyogyanya penanaman konsep dasar diberikan

dengan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan pendidikan, begitu juga

dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya

efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Dalam proses

pembelajaran baik siswa maupun guru harus berperan aktif, dimana guru

berperan sebagai pengajar merupakan penciptaan kondisi belajar siswa yang

didesain secara sengaja, sistematik dan berkesinambungan. Sedangkan siswa

berperan sebagai subyek pembelajaran yang merupakan pihak yang

menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru, yang terlibat dalam proses

internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Untuk memenuhi ketiga aspek tersebut (kognitif, afektif, dan

psikomotorik) dalam pembelajaran tidak cukup dengan siswa hanya

mendengar dan membaca tetapi juga tindakan sederhana yang mampu

mewakili kegiatan yang mengarah pada penguatan materi yang sudah

didapatkan. Sehingga selain guru dan siswa serta buku, media juga memiliki

peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Menurut Syaiful bahri djamarah dan Aswan zain (2010:121), media

dapat dipahami sebagai alat bantu yang dijadikan sebagai penyalur pesan

guna mencapai tujuan pembelajaran. Pengadaan media diharapkan mampu

1
mewakili apa yang kurang mampu guru jelaskan melalui kata-kata atau

kalimat.

Pada tingkat sekolah dasar, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan

salah satu mata pelajaran yang menunjang kualitas dari Sumber Daya

Manusia. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah mata pelajaran yang

membelajarkan tentang kehidupan nyata dan berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari.

Menurut Usman sumatowa (2006:2) IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

merupakan natural science, artinya IPA (Ilmu Pengetahuan Alam).

Berhubungan dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu

pengetahuan alam dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan alam, yaitu ilmu

yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terdiri dari alam. IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam) adalah suatu bidang ilmu yang melatih siswa berfikir

secara sistematik dalam menyelesaikan masalah.

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) berupaya membangkitkan minat siswa

agar mau meningkatkan kecerdasan serta pemahaman tentang alam dan

isinya yang penuh dengan rahasia tidak habis-habisnya. Pelajaran IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam) di SD hendaknya membuka kesempatan untuk

mengaktifkan siswa melalui aktivitas-aktivitas yang bisa membangkitkan

semangat siswa di dalam proses pembelajaran, sehingga rasa ingin tahu

siswa bisa tertanam. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan

kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan

fakta serta pengembangan cara berfikir sainstifik (ilmiah).

2
Aspek pokok dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

adalah siswa dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki

rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Ini tentu saja sangat

berkembang dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji

informasi, mengambil keputusan, dan mencari berbagai bentuk aplikasi yang

paling mungkin diterapkan dalam dirinya dan masyarakat. Bila pembelajaran

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) diarahkan dengan tujuan seperti ini, dapat

diharapkan bahwa pendidikan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sekolah dasar

dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan siswa

(Usman Sumatowa, 2006: 5).

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan Depdikbud dalam

Suryosubroto (2009:3-4), seorang guru dapat melaksanakan tugas mengajar

dengan baik, apabila seorang guru memiliki kemampuan profesional berupa

menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, pengelolaan kelas,

menggunaan media atau sumber belajar, menguasai landasan-landasan

pendidikan, mengelola interaksi-interaksi proses belajar mengajar, menilai

siswa untuk kepentingan pelajaran, mengenal fungsi layanan bimbingan dan

penyuluhan di sekolah, mengenal dan menyelenggarakan administrasi

sekolah, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian

pendidikan guna keperluan pengajaran.

Selain itu, dalam interaksi pembelajaran siswa hendaknya lebih aktif

dari pada guru. Jika dilihat dari segi karakter pembelajaran, pada usia sekolah

dasar siswa masih senang belajar sambil bermain seperti yang dikehendaki

3
oleh pembelajaran edutainment yang memadukan dua konsep dalam

pembelajaran yaitu pendidikan dan hiburan, dimana salah satu bentuk

implementasinya berupa permainan yang mampu menghibur siswa, sehingga

pembelajaran lebih menarik dan menghibur siswa. Hal ini diperkuat oleh

Gordon & Browne (dalam Ratna Pangastuti, 2014:66), menurutnya bermain

merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Sehingga

dapat diketahui bahwa bermain memiliki peran penting dalam

mengembangkan segala aspek perkembangan siswa.

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 22-25 Februari dan 29

Februari sampai 2 Maret 2015 di kelas IV SD Negeri 3 Suntalangu bahwa

pada kenyataanya terdapat kesenjangan antara harapan dengan apa yang ada

dilapangan dimana dalam pelaksanaan pembelajaran keaktifan guru masih

mendominasi sedangkan siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru.

Sehingga pembelajaran terkesan kurang melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran yang dapat berpengaruh terhadap minat dan motivasi belajar

siswa. Selain itu siswa juga sering di temukan bermain-main atau sibuk

sendiri di dalam kelas, siswa tidur walaupun guru sedang menjelaskan,

banyak siswa beranggapan belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) itu sulit,

selain itu juga membosankan karena hanya membaca buku dan

mendengarkan penjelasan guru, bahkan beberapa siswa didapati belum lancar

membaca.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wali

kelas, guru agama dan guru penjaskes kelas IV SD Negeri 3 Suntalangu,

dapat disimpulkan bahwa hal tersebut juga disebabkan oleh penerapan

4
metode pembelajaran yang masih monoton seperti ceramah, berdiskusi dan

mencatat dikarenakan kurangnya referensi dan pengetahuan untuk

memvariasikan metode atau pendekatan dalam proses pembelajaran. Selain

itu fasilitas yang kurang mendukung dimana KIT IPA atau alat peraga dari

pemerintah juga kurang memadai karena rusak dan beberapa juga yang

hilang, kurangnya kemampuan untuk membuat dan mengembangkan media.

Adapun media yang sudah tersedia di lingkungan sekitar belum

mampu dimanfaatkan dengan maksimal sehingga dalam proses pembelajaran

di kelas IV SD Negeri 3 Suntalangu jarang menggunakan media sebagai alat

bantu dalam menyampaikan pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Diketahui bahwa pengadaan media diharapkan mampu mewakili apa yang

kurang mampu guru jelaskan melalui kata-kata atau kalimat. Tentu saja

suasana kelas menjadi kurang menyenangkan, dan siswa tidak sepenuhnya

memperhatikan guru dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut juga berdampak pada hasil belajar yang dibuktikan dengan

nilai rata-rata siswa rendah pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Rendahnya nilai siswa tersebut

dapat dilihat pada tabel nilai rata-rata ulangan semester I dan II siswa kelas IV

SD Negeri 3 Suntalangu dalam 3 Tahun yaitu sebagai berikut:

Tabel 1
Daftar rata-rata nilai ulangan 5 mata pelajaran semester I dan II
Kelas IV SD Negeri 3 Suntalangu

Nilai rata-rata

No Mata Pelajaran 2013/2014 2014/2015 2015/2016


Smstr Smstr Smstr Smstr Smstr
1 2 1 2 1
1 Bahasa Indonesia 69,8 74,16 72,23 78,55 75,35

5
2 Matematika 70,6 69,7 71,25 68,19 73,05
3 IPS 72,4 68,06 70,60 71,66 72,7
4 IPA 70,35 59,52 70,23 67,24 60,56
5 PKn 71,85 75,15 74,45 71,19 73,7

Salah satu cara untuk menangani permasalahan tersebut yaitu dengan

mengembangkan sebuah media pembelajaran yang menarik dan menghibur,

sehingga mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Salah

satunya adalah dengan mengembangkan media pembelajaran berbasis

edutainment. Metode edutainment menekankan pembelajaran yang

menghibur baik itu dengan bermain, bercerita, proyek, bercakap-cakap atau

memanfaatkan tekhnologi komputer. Salah satu cara penerapan metode

edutainment yang menarik yaitu dengan bermain. Jadi siswa tidak hanya

belajar tetapi juga bisa bermain dengan teman sekelasnya, sehingga terbangun

proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan efektif mengingat bahwa

siswa sekolah dasar masih senang belajar sambil bermain. Jika proses

pembelajaran menyenangkan maka minat dan motivasi belajar siswa akan

terbangun dan secara otomatis akan berdampak kepada hasil belajar yang

diharapkan.

Untuk itu, upaya yang dipilih dalam menyelesaikan masalah tersebut

yang hasilnya membawa manfaat dan mampu dilaksanakan yakni

“Pengembangan Media Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis

Makanannya Berbasis Edutaintment Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD

Negeri 3 Suntalangu Tahun Pelajaran 2015/2016”.

6
B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada paparan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi

masalah-msalah yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diangkat

dalam observasi awal yang dilakukan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran keaktifan guru masih mendominasi

sedangkan siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru.

2. Pembelajaran terkesan kurang melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran yang dapat berpengaruh terhadap minat dan motivasi

belajar siswa, hal ini dibuktikan dengan sering kali siswa bermain-main

atau sibuk sendiri di dalam kelas bahkan terdapat siswa tidur walaupun

guru sedang menjelaskan.

3. Pembelajaran IPA dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan

membosankan, hal ini disebabkan oleh penerapan metode pembelajaran

yang masih monoton seperti ceramah, berdiskusi dan mencatat

dikarenakan kurangnya refrensi dan pengetahuan untuk memvariasikan

metode atau pendekatan dalam proses pembelajaran

4. Fasilitas yang kurang mendukung dimana KIT IPA atau alat peraga dari

pemerintahan belum memadai dikarenakan sebagian rusak dan juga

hilang.

5. Kurangnya kemampuan dan waktu guru untuk membuat ataupun

mengembangkan media. Adapun media yang sudah tersedia di lingkungan

sekitar belum mampu dimanfaatkan dengan maksimal.

7
6. Proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri 3 Suntalangu jarang

melibatkan media sebagai alat bantu yang dijadikan sebagai penyalur

pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.

7. Suasana kelas menjadi kurang menyenangkan, dan siswa tidak

sepenuhnya memperhatikan guru dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah terbatas pada masalah

Proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri 3 Suntalangu, dimana dalam

proses pembelajaran jarang melibatkan media sebagai alat bantu untuk

menyampaikan materi yang berdampak pada minat dan motivasi belajar

siswa. Oleh sebab itu melalui penelitian ini dikembangkan media

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya berbasis edutainment di

kelas IV SD Negeri 3 Suntalangu tahun pelajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

mengembangkan media penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya

berbasis edutaintment pada mata pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 3

Suntalangu tahun pelajaran 2015/2016?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penilitian ini adalah

untuk mengembangkan media penggolongan hewan berdasarkan jenis

makanannya berbasis edutaintment pada mata pelajaran IPA di Kelas IV SD

Negeri 3 Suntalangu.

8
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berupa media

pembelajaran berbentuk 3 (Tiga) dimensi yaitu media penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya berbasis edutainment dengan ukuran 48 cm x

64 cm. Media ini dikemas dengan model permainan dan dikembangkan

berdasarkan nuansa pembelajaran dengan metode edutaintment dalam

pendidikan yang harus memperhatikan beberapa hal menurut Hamruni (dalam

Ratna pangastuti,2014:63-64) yaitu :

1. Memberikan kemudahan dan nuansa yang gembira

2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

3. Menarik minat

4. Menyajikan materi yang relevan

5. Melibatkan emosi yang positif dalam pembelajaran

6. Melibatkan semua indra dan pemikiran

7. Menyesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik

8. Memberikan pengalaman yang sukses dalam arti pembelajaran yang

didapatkan bermakna bagi siswa

9. Merayakan hasil

Adapun bahan-bahan yang di butuhkan dalam pembuatan media

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya berbasis edutainment

yaitu kayu, paku, cat, gambar hewan, gelang mainan, bola pimpong,

pegangan lemari, gembok, engsel lemari dan perekat. Selain bahan-bahannya

diperlukan juga alat-alat untuk membuat media tersebut berupa palu, mesin

pemotong kayu, mesin penghalus kayu, lim kayu, kuas dan gunting.

9
G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain, yakni sebagai salah

satu referensi bagi penelitian lanjutan.

2. Manfaat Praktis

Dalam praktiknya, proses penelitian ini merupakan praktik bagi

peneliti dalam mengembangkan alat bantu atau media pembelajaran. Bagi

siswa, penelitian ini dapat menjadi salah satu proses peningkatan hasil

belajar dan keaktifan dalam proses pembelajaran. Bagi sekolah, hasil

penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pengambilan

keputusan seputar pemilihan media dalam pembelajaran.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah pengembangan media

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya berbasis edutainment

dapat meningkatkan aktivitas, minat dan motivasi belajar siswa, sehingga

hasil proses pembelajaran IPA semakin meningkat. Sedangkan keterbatasan

yang terdapat dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penentuan kelayakan produk dalam penelitian pengembangan ini sebatas

melalui validasi ahli dan praktisi pendidikan, serta uji coba lapangan,

belum sampai pada tingkat penyebarluasan (desiminasi).

2. Tempat uji coba lapangan dilakukan pada satu sekolah, yaitu di kelas IV

SD Negeri 3 Suntalangu

10
3. Uji coba dilakukan dengan satu kali tahap yaitu uji coba lapangan, tanpa

melakukan uji coba satu-satu dan uji coba kelompok kecil.

4. Produk yang dihasilkan melalui pengembangan ini mengangkat satu

materi yaitu materi penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.

I. Definisi Istilah

Untuk menghindari perbedaan pengertian dalam penelitian ini

maka diperlukan penegasan istilah yang berbeda dalam judul penelitian ini.

Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan

berbagai langkah-langkah ilmiah untuk menghasilkan produk yang baru

dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu cabang

ilmu pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta menemukan

fenomena alam dengan segala aspeknya yang tersusun berdasarkan fakta

yang diperoleh dari kegiatan ilmiah.

3. Media adalah alat bantu yang di gunakan sebagai penyalur pesan atau

materi pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik dan guru lebih

mudah dalam menyampaikan isi materi sehingga tercapainya tujuan

pembelajaran.

4. Edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang mengkombinasikan

dua konsep yaitu pendidikan dan hiburan untuk membantu guru

membangun suasana belajar yang menyenangkan.

11

Anda mungkin juga menyukai