0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan3 halaman
Model pembelajaran probing prompting dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Metode ini melibatkan guru mengajukan pertanyaan menuntun untuk menggali pengetahuan siswa dan menghubungkannya dengan materi baru. Penerapannya di SD Negeri 1 Ambal meningkatkan ketuntasan belajar dari 40% menjadi 80% dan rata-rata nilai dari 66,5 menjadi 82,5.
Model pembelajaran probing prompting dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Metode ini melibatkan guru mengajukan pertanyaan menuntun untuk menggali pengetahuan siswa dan menghubungkannya dengan materi baru. Penerapannya di SD Negeri 1 Ambal meningkatkan ketuntasan belajar dari 40% menjadi 80% dan rata-rata nilai dari 66,5 menjadi 82,5.
Model pembelajaran probing prompting dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Metode ini melibatkan guru mengajukan pertanyaan menuntun untuk menggali pengetahuan siswa dan menghubungkannya dengan materi baru. Penerapannya di SD Negeri 1 Ambal meningkatkan ketuntasan belajar dari 40% menjadi 80% dan rata-rata nilai dari 66,5 menjadi 82,5.
“PROBING PROMPTING” TINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
Oleh: Retno Sulistiyorini, S.Pd. SD
Guru SD N 1 Ambal. Karangkobar – Banjarnegara
Salah satu fungsi pembelajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan
pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada siswa. mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarakat sekitarnya. Sebagai contoh tradisi dan nilai-nilai dalam masyarakat, kebudayaan dari berbagai lingkungan serta pengaruhnya terhadap hubungan dengan warga masyarakat lainnya, Pengelolaan dan penggunaan sumber- sumber ekonomi oleh masyarakat. . Melihat luasnya materi IPS mengakibatkan hasil ulangan harian IPS di kelas VI SD Negeri 1 Ambal, Kecamatan Karangkobar untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Dikarenakan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas VI memang sarat akan materi. Jika dilihat dari hasil nilai rapor semester 1 sebagian besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. Hanya 40 % yang sudah memenuhi KKM, sedangkan rerata baru mencapai 66,5. Rendahnya prestasi belajar IPS di kelas VI SD Negeri 1 Ambal , Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara adanya kecenderungan guru tetap menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, yang mengakibatkan pembelajaran tampak kering dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subyek bahkan guru cenderung membatasi partisipasi dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran. Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik secara individual atau kelompok terhadap proses pembelajaran IPS. Maka masalah ini harus dicari pemecahannya dengan menggunakan model pembelajaran inovatif. Salah satu alternatif untuk pemecahan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Probing Prompting. Menurut Suherman (2008, hlm. 116), model pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya, siswa mengontruksi konsep, prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, Sedangkan menurut Hamdani (2011:23), pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Model pembelajaran probing prompting sangat berkaitan dengan pertanyaan. Dalam pembelajaran probing prompting ini guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang sifatnya menggali pengetahuan siswa dan menuntun siswa untuk mengaitkan pengetahuan baru yang didapatkan dengan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam pembelajaran probing prompting terdapat dua bentuk pertanyaan, yaitu probing question dan prompting question. Mayasari (2014:68) Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran probing promting adalah sebagai berikut Mayasari, dkk (2014:57): Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sebelumnya telah dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai, Guru memberikan waktu untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut kira-kira 1-15 detik sehingga siswa dapat merumuskan apa yang ditangkapnya dari pertanyaan tersebut, Setelah itu secara acak, guru memilih seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut sehingga semua siswa berkesempatan sama untuk dipilih, Jika jawaban yang diberikan siswa benar, maka pertanyaan yang sama juga dilontarkan kepada siswa lain untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran namun, Meminta siswa lain untuk memberi contoh atau jawaban lain yang mendukung jawaban sebelumnya sehingga jawaban dari pertanyaan tersebut menjadi kompleks, Guru memberikan penguatan atau tambahan jawaban guna memastikan kepada siswa bahwa kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran tersebut sudah tercapai dan mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran tersebut. Penerapan strategi pembelajaran Probing Prompting di kelas VI SD Negeri 1 Ambal, Kecamatan Karangkobar dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, hal ini berimbas meningkatkan prestasi belajar. Ketuntasan belajar dari sebelum pelaksanaan Probing Prompting semula 40% meningkat menjadi 80% dengan KKM 75% serta dapat meningkatkan rata-rata dari 66,5 menjadi 82,5.