Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya selalu erat kaitannya dengan pembelajaran,

Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan inti dari proses pendidikan formal,

yang didalamnya melibatkan berbagai komponen pengajaran seperti guru sebagai

pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Keberhasilan dalam proses belajar

mengajar merupakan hal yang sangat diharapkan baik oleh guru maupun siswa.

Proses pembelajaran akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tercermin dalam hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa adalah perolehan hasil yang dicapai seorang siswa dalam

usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui hasil

belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam proses belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa

mampu mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Akan tetapi hal

tersebut sulit dilakukan karena masih banyak siswa yang belum mampu mencapai

standar kompetensi. Hasil belajar yang belum mencapai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum) dikatakan belum berhasil. Jadi hasil belajar merupakan

suatu untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan,

pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa mampu mencapai

kompetensi yang telah ditetapkan sedangkan hasil belajar siswa yang belum

1
2

mencapai kompetensi yang telah ditetapkan maka pembelajaran tersebut

dikatakan tidak berhasil.

Menurut Sudjana (2004:22), menyatakan bahwa : “Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya”. Setiap siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) di berbagai sekolah

harus mencapai KKM khususnya pada mata pelajaran IPS. Seperti halnya di SMP

Negeri 1 Jalaksana Kabupaten Kuningan, ternyata menurut Guru mata pelajaran

IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Jalaksana bahwa hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) pada kenyataannya masih banyak siswa

yang nilainya masih dibawah KKM dari standar KKM sebesar 75. Berdasarkan

data yang diperoleh peneliti dari Guru mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial

(IPS) kelas VIII SMP Negeri 1 Jalaksana Kabupaten Kuningan memberikan

pernyataan bahwa “hasil rata-rata ulangan harian dari seluruh siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Jalaksana pada mata pelajaran IPS yang mampu mencapai nilai

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) hanya 35%, sedangkan siswa yang

mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanyak 65%.”

Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa siswa kelas VIII di SMP Negeri 1

Jalaksana masih banyak yang belum menunjukan hasil belajar seperti yang

diharapkan khususnya pada mata pelajaran IPS (ilmu pengetahuan sosial).

Rendahnya hasil belajar siswa bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah

satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar

mengajar. Pada kenyataannya, pembelajaran lebih banyak di lakukan guru hanya

dalam bentuk penyampaian informasi atau hanya menggunakan metode


3

konvansional didepan kelas, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat

apa yang di sampaikan oleh guru, guru terkadang hanya asal menyampaikan

materi tanpa memikirkan keadaan siswa dan kemampuan siswa, bahkan guru

cenderung monoton dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh dan

tidak bersemangat dalam belajar. Hal ini menyebabkan aktivitas siswa dalam

proses belajar menjadi kurang aktif, pada akhirnya siswa tidak mampu memahami

dan menguasai semua materi pembelajaran, sehingga akan mempengaruhi hasil

belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu guru perlu mencoba menerapkan

suatu metode pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap

hasil belajar siswa, tetapi dalam menentukan metode pembelajaran harus mengacu

pada keadaan dan kemampuan siswa agar metode pembelajaran yang digunakan

dapat membantu siswa dalam memahami materi ajar, sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Adapun metode pembelajaran yang perlu dicoba

untuk diterapkan dan dinilai dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu metode

pembelajaran snowball throwing.

Metode pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu tipe dari

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran snowball throwing lebih menekankan

kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran snowball

throwing dapat membangkitkan keberanian atau dapat mengurangi rasa takut

siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman maupun guru serta dapat

melatih kereatifitas dan imajinasi siswa dalam membuat pertanyaan sesuai dengan

topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut, selain itu dapat pula

melatih kesiapan siswa dalam menerima pertanyaan. Setiap siswa akan membuat
4

satu pertanyaan dalam selembar kertas, kemudian kertas tersebut dibuat seperti

bola dan dilempar dari satu murid ke murid yang lain dan tiap murid akan

mendapat satu pertanyaan yang harus dijawab. Dengan proses seperti itu maka

siswa dituntut untuk dapat bersungguh-sungguh memahami materi yang sedang

diajarkan supaya siswa tersebut bisa membuat pertanyaan dan menjawab

pertanyaan yang diterimanya. Dengan penggunaan metode pembelajaran snowball

throwing diharapkan dapat memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan

hasil belajar siswa.

Beranjak dari alasan pengaruh positif penggunaan metode pembelajaran

snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti sangat

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode

Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa” (Studi

Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 1

Jalaksana Kabupaten Kuningan).


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar (postest) antara siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran konvensional pada konsep “permintaan

dan penawaran” mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Jalaksana

Kabupaten Kuningan?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan (gain) antara siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran konvensional pada konsep “permintaan

dan penawaran” mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Jalaksana

Kabupaten Kuningan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitan ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar (postest) antara siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran konvensional pada konsep “permintaan

dan penawaran” mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Jalaksana

Kabupaten Kuningan.

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan (gain) antara siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran konvensional pada konsep “permintaan


6

dan penawaran” mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 1 Jalaksana

Kabupaten Kuningan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat tercapai dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

pengaruh penggunaan metode pembelajaran, khususnya metode pembelajaran

snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan kepada para

pendidik tentang pentingnya penggunaan metode pembelajaran dalam

meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Batasan Penelitian

Melihat begitu luas dan beragamnya masalah yang akan diteliti, maka

peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Penelitian difokuskan pada variabel X yaitu metode pembelajaran snowball

throwing dan variabel Y yaitu hasil belajar siswa.

2. Objek penelitian dilakukan hanya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Jalaksana Kabupaten Kuningan.

3. Materi pelajaran untuk penelitian diambil satu pokok bahasan dari beberapa

pokok bahasan yang ada di kelas VIII Semester genap tahun pelajaran

2014/2015 yaitu permintaan dan penawaran.


BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Pada dasarnya belajar merupakan proses yang dilakukan oleh siswa yang

mengharapkan terjadi perubahan pada dirinya melalui proses pengalaman

pembelajaran. Kurikulum pendidikan dasar SLTP Depdikbud (1994:3),

menjelaskan bahwa : “Belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah

laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar ini dapat

berupa buku, lingkungan, guru, atau sesama teman”. Sedangkan menurut

Roestiyah (2001:10), dengan sederhana mengemukakan bahwa : “Belajar adalah

suatu proses aktivitas yang membawa perubahan pada individu”. Kemudian,

menurut Hamalik (2002:37), menyatakan bahwa : “Belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar

merupakan proses yang dapat merubah tingkah laku individu ke arah yang lebih

positif, misalkan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak bisa

menjadi bisa setelah individu tersebut melakukan interaksi dengan sumber belajar.

Ini berarti bahwa hasil belajar sangat bergantung pada proses belajar yang dialami

siswa, baik ketika berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau masyarakat.

7
8

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa dan akan menentukan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Hamalik (2001:57), menyatakan bahwa : “Pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran”. Sedangkan Suherman (2001:199), menyatakan bahwa :

“Pembelajaran merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk

memfasilitasi belajar. Dengan menggunakan lingkungan ini dimaksudkan bukan

hanya dimana pembelajaran berlangsung, melainkan juga metode, media,

peralatan yang diperlukan untuk memberikan informasi dan membimbing siswa

belajar”. kemudian, menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:142), mengatakan

bahwa : “Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh memproses

pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa pengertian pembelajaran diatas,

peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran yaitu kegiatan atau upaya

mengorganisir individu atau kelompok dengan melakukan proses belajar mengajar

yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

hasil belajar yang maksimal seperti manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur misalnya berupa metode pembelajaran yang digunakan. Maka

dengan itu pembelajaran sangat menentukan kepada hasil belajar siswa.


9

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan, Menurut Sudjana (2004:22),

bahwa : “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Selanjutnya menurut Samsudin

(1998:34), mengemukakan bahwa : “Hasil belajar pada hakekatnya adalah hasil

belajar dari individu berupa perubahan yang terdapat pada diri individu, yang

dimanifestasikan kedalam pola tingkah laku, perbuatan, skill, dan pengetahuan

serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri”.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan

proses belajar dengan ditandai pada perubahan tingkah laku secara keseluruhan,

seperti pengetahuan, skill, tingkah laku, perbuatan dan hasil belajar itu sendiri

melalui proses penilaian.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya

faktor intern (dari siswa itu sendiri) dan faktor ekstern (yang timbul dari luar).

Ahmadi dan Prasetya (1997:103), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

Faktor intern ialah faktor yang terdapat pada diri siswa itu sendiri,
diantaranya sebagai berikut:
1) Kecerdasan.
Yaitu kemampuan kognitif siswa yang meliputi kemampuan mengingat-
ingat faktor atau hubungan, dapat memusatkan perhatian, kemampuan
mengambil makna dari hasil bacaannya atau pendengarannya,
kemampuan mengemukakan pendapat lisan atau tulisan dan kecepatan
belajar.
10

2) Kesiapan.
Yaitu kesiapan siswa untuk mampu mencerna pelajaran, di dalamnya
termasuk pematangan mental, jasmani, emosional, dan sosial.
3) Bakat.
Yaitu kemampuan seorang anak yang ada dan tumbuh secara alami atau
pembawaan sejak lahir. Siswa memiliki bakat yang berbeda-beda satu
sama lain. Bakat tersebut dapat dibina dan dibimbing agar bakat yang
dimiliki dapat disadari oleh siswa sehingga akan memotivasi siswa
untuk belajar lebih giat dan berusaha mencapai hasil belajar yang
maksimal.
4) Kemampuan belajar.
Yaitu suatu proses belajar seseorang (siswa) tidak hanya menerima
informasi baru itu saja, tetapi siswa tersebut harus dapat memproduksi
informasi baru itu agar dapat bermanfaat. Dia harus dapat menemukan
kembali informasi baru yang pernah diterima dan mampu
menerapkannya secara berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.
5) Minat.
Yaitu keinginan/dorongan yang timbul dari dalam diri siswa untuk
menguasai suatu (pelajaran) sehingga menimbulkan usaha untuk
mempelajarinya. Kemampuan seorang siswa dalam belajar harus
didorong agar mereka sungguh-sungguh dalam melakukan proses
pembelajaran dan berusaha untuk mencapai hasil belajar yang
memuaskan.
Sedangkan faktor ekstern ialah yang timbul dari luar, diantaranya sebagai
berikut:
1) Kemampuan guru.
Yaitu kemampuan dalam menciptakan suasana didalam kelas agar
terjadi interaksi belajar-mengajar yang memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik dan sungguh-sungguh.
2) Suasana belajar.
Yaitu suasana yang dapat mendukung dalam proses belajar-mengajar
seperti bersikap wajar (menerima) terhadap jawaban yang tidak benar
yang diberikan oleh siswa. Memberi kebebasan dan kesempatan (cukup
waktu) untuk melakukan penelaahan kepada siswa yang diberi
pertanyaan serta hati-hati dalam menilai siswa yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan respon lisan.
3) Pribadi guru.
Yaitu pribadi yang baik dan seorang guru yang meliputi sikap, tingkah
laku dan perbuatannya akan menjadi teladan baik siswa pada khususnya
dan bagi masyarakat pada umumnya.
4) Metode penyajian materi pelajaran.
Yaitu keterampilan guru dalam penyampaian pelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa sudah sangat

jelas hasil belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya baik
11

faktor intern maupun ekstern. Hasil belajar siswa dapat dirubah oleh diri siswa itu

sendiri mengenai perasaan-sikap-minat atau dapat diatur oleh guru sebagai

pengajar di sekolah mengenai motivasi belajar siswa, penguasaan kelas dalam

pembelajaran dan penyajian materi pelajaran yang menyenangkan dan inovatif,

dimana seorang guru sebagai pengajar harus pandai dan jeli dalam menentukan

metode pembelajaran apa yang sesuai dengan keadaan siswa, sehinnga dengan

penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

4. Pengukuran Hasil Belajar

Menurut Syaodih (2005:103), mengemukakan bahwa : “Alat untuk

mengukur hasil belajar disebut tes hasil belajar atau tes prestasi belajar atau

achievement test”. Sedangkan menurut Bahri (2002:120), berpendapat bahwa :

berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes hasil belajar dapat


digolongkan kedalam jenis penilaian, yaitu:
1) Test formatif.
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
2) Test subsumatif.
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkaan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar
siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan untuk menentukan nilai raport.
3) Test sumatif.
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu
atau dua tahun pelajaran.Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat
atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode tertentu. Hasil
dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun
peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
12

Melihat dari pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa untuk

mengukur hasil belajar siswa atau mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman

siswa terhadap pelajaran yang sudah diberikan bisa menggunakan suatu

pengukuran tes atau penilaian kepada siswa. Adapun tes tersebut meliputi tes

formatif, tes subsumatif, dan tes sumatif, dan masing-masing tes dapat

dipergunakan sesuai dengan fungsi dan tujuan pengukuran keberhasilan yang

ingin diketahuinya, misalnya yaitu tes formatif digunakan untuk mengetahui

keberhasilan terhadap pokok bahasan yang telah dipelajari, tes subsumatif

digunakan untuk menetukan keberhasilan nilai raport, dan tes sumatif digunakan

untuk mengetahui keberhasilan peringkat (ranking). Dari hasil pengukuran maka

dapat digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa.

5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS dipadukan memuat

materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi, sehingga di sebut Mata

Pelajaran IPS Terpadu.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan

berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap

saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS Terapdu dirancang untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang


13

dinamis. Mata pelajaran IPS Terpadu disusun secara sistematis, komprehensif,

dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan

dalam kehidupan di masyarakat.

Berdasarkan pemahaman diatas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu adalah bidang studi yang

mempelajari, menelaah, menganalisa gejala dan masalah sosial di

masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu.

6. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan teknik yang digunakan guru

dalam melakukan proses belajar mengajar. Menurut Hamalik (2001:62),

menyatakan bahwa : “Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan

tentang cara-cara mengajar yang diperlukan oleh seorang guru atau

instruktur”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, peneliti

menyimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian

yang digunakan guru sebagai pengajar untuk mengajar atau

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar

mengajar dikelas, baik secara individu atau secara kelompok, hal ini agar

materi pelajaran dapat lebih mudah diserap, dipahami, dan dimanfaatkan

oleh siswa dengan baik, selain itu metode pembelajaran juga dapat

membuat proses belajar mengajar dikelas menjadi lebih menyenangkan


14

dan kreatif. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan baik akan

sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

b. Prinsip dalam Memilih Metode Pembelajaran

Engkoswara (1984:46), mengemukakan prinsip-prinsip dalam memilih

metode pembelajaran, diantaranya :

1) Azas maju berkelanjutan (continuous progress) yaitu memberi


kemungkinan kepada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan
kemampuannya.
2) Penekanan pada belajar sendiri, artinya siswa diberi kesempatan untuk
mempelajari dan mencari sendiri bahan pelajaran lebih banyak lagi dari
pada yang diberikan oleh guru.
3) Bekerja secara tim, yaitu siswa dapat mengerjakan sesuatu yang
memungkinkan siswa bekerjasama.
4) Fleksibel, artinya dapat dilakukan menurut keperluan dan keadaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam

menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan, seorang guru

harus jeli dan melihat kepada prinsip-prinsip tersebut, seorang guru tidak

hanya menggunakan sembarang metode pembelajaran dalam proses

belajar, tetapi harus melihat keadaan materi pelajaran terlebih dahulu

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan serta

mendapat hasil belajar yang memuaskan.

7. Metode Pembelajaran Snowball Throwing

a. Pengertian Metode Pembelajaran Snowball Throwing

Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu tipe dari

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan tipe

pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok, yang dimana


15

masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Metode

pembelajaran tersebut mengandung unsur-unsur pembelajaran kooperatif.

“snowball” artinya bola salju sedangkan “throwing” artinya melempar. Snowball

Throwing dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang menggunakan bola

pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan

secara bergiliran di antara sesama siswa untuk menjawab pertanyaan.

Menurut Suprijono (2011:8), mengemukakan bahwa :

Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana


murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian
masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas
dari guru lalu masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang
masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Berdasar pada uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan snowball throwing yaitu metode pembelajaran

yang didalamnya terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai

upaya dalam rangka mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang

disampaikan oleh guru.

b. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Snowball Throwing

Langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dalam melaksanakan

pembelajaran Snowball Throwing sebagaimana dikemukakan Suprijono

(2011:10), adalah sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.


2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
pembelajaran.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada teman kelompoknya.
16

4) Kemudian masing-masing murid diberi satu lembar kerja untuk


menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
murid ke murid yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6) Setelah tiap murid mendapat satu bola/satu pertanyaan, diberikan
kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian di papan tulis.
7) Guru bersama dengan murid memberikan kesimpulan atas meteri
pembelajaran yang diberikan.
8) Guru memberikan evaluasi sebagai bahan penilaian pemahaman
muridakan materi pembelajaran.
9) Guru menutup pembelajaran dengan memberikan pesan-pesan moral
dan tugas di rumah.

c. Manfaat Metode Pembelajaran Snowball Throwing

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam metode

pembelajaran  Snowball Throwing diantaranya ada unsur permainan yang

menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian murid. Sementara menurut

Asrori (2010:3), dalam metode pembelajaran Snowball Throwing terdapat

beberapa manfaat  yaitu : “Dapat meningkatkan keaktifan belajar murid, dapat

menumbuhkembangkan potensi intelektual sosial, dan emosional yang ada di

dalam diri murid, dapat melatih murid mengemukakan gagasan dan perasaan

secara cerdas dan kreatif”.

Dari pertanyaan diatas sudah sangat jelas bahwa metode pembelajaran

snowball throwing sangat bermanfaat bagi siswa baik dalam proses belajar

mengajar maupun dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adanya metode

pembelajaran Snowball Throwing yang dilaksanakan dalam bimbingan kelompok

dapat meningkatkan kepercayaan diri murid dalam menyampaikan pendapat.

Karena metode Snowball Trowing adalah teknik diskusi yang membentuk

kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru,
17

kemudian masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola

(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke murid lain yang masing-masing murid

menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Dengan demikian semua murid

mendapat kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapat sesuai dengan

pertanyaan yang mereka dapat.

d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Snowball Throwing

Metode pembelajaran Snowball Throwing memiliki kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran metode

Snowball Throwing menurut Suprijono (2011:9), diantaranya : “Melatih

kedisiplinan murid, dan Saling memberi pengetahuan”. Sedangkan menurut Safitri

(2011:19), kelebihan  metode Snowball Throwing antara lain :

1) Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan


bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan
pengetahuan.
2) Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi
pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena murid mendapat
penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru
serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara
mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.
3) Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan
pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
4) Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya
dengan baik.
5) Merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik
yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
6) Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada
temanmaupun guru.
7) Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan
pemecahan suatu masalah.
8) Murid akan memahami makna tanggung jawab.
9) Murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku,
sosial,budaya, bakat dan intelegensia.
10) Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya
18

Selain itu, metode ini juga memiliki kelemahan sebagaimana yang

dirumuskan oleh Suprijono (2011:9), diantaranya : “Pengetahuan tidak luas hanya

terkuat pada pengetahuan sekitar murid, dan kurang efektif digunakan untuk

semua materi pelajaran”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

metode pembelajaran snowball throwing mempunyai kelebihan yang berdampak

positif khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi metode

pembelajaran snowball throwing juga mempunyai kekurangan yang harus

diketahui oleh guru, oleh karena itu guru harus pintar-pintar dalam menggunakan

metode pembelajaran snowball throwing agar bisa meminimalisir kekurangan

tersebut.

8. Metode Pembelajaran Konvensional

a. Pengertian Metode Pembelajaran Konvensional

Metode Konvensional atau ceramah yaitu sebagai salah satu metode

pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dari

dulu sampai sekarang. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode

pembelajaran ceramah lebih banyak dikuasai oleh guru sehingga siswa terkesan

lebih pasif karena hanya mendengarkan penuturan dari guru. Menurut Ruseffendi,

(1991:286), bahwa : “Metode ceramah adalah satu cara menyampaikan informasi

secara lisan kepada sejumlah pendengar di dalam ruangan dimana pendengar

melakukan pencatatan seperlunya. Komunikasi pada umumnya hanya satu arah,

dari pembicara ke pendengar”. Sementara itu menurut Sagala (2003:201),

mengatakan bahwa : “Metode konvensional (ceramah) adalah sebuah bentuk


19

interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik”.

Demikian pula menurut Bahri (2002:110), yang berpendapat bahwa : “Metode

konvensional adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan

penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa”.

Dengan memperhatikan definisi-definisi diatas, peneliti menyimpulkan

bahwa metode ceramah atau metode konvensional adalah suatu penyampaian atau

penyaluran informasi berupa materi pengetahuan yang disampaikan atau disajikan

oleh guru kepada peserta didik dikelas. Metode ceramah ini sangat bergantung

kepada guru dengan penguasaan materinya yang baik, karena jika guru tidak

menguasai materi yang disampaikan kepada siswa maka siswa tidak akan

menerima materi yang sebenarnya dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar

siswa.

b. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Metode Konvensional

Dalam menggunakan metode ceramah dalam proses belajar mengajar

guru harus memperhatikan prosedur yang ada seperti menurut Sagala (2003:202),

mengemukakan bahwa :

Agar metode ceramah itu menjadi metode yang baik, perlu diperhatikan hal-
hal berikut:
1) Metode konvensional digunakan jika jumlah khalayak cukup banyak.
2) Metode konvensional dipakai jika guru akan memperkenalkan materi
pelajaran baru.
3) Metode konvensional dipakai jika khalayaknya telah mampu menerima
informasi melalui kata-kata.
4) Sebaiknya konvensional diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan
alat-alat visual lainnya.
5) Sebelum konvensional dimulai sebaiknya guru berlatih dulu
memberikan ceramah-ceramah.
20

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menggunakan

metode ceramah guru harus memperhatikan beberapa hal agar penggunaan

metode ini dapat berjalan secara baik dan siswa dapat mencerna materi

pengetahuan yang disampaikan oleh guru.

c. Langkah-langkah Metode Konvensional

Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, maka perlu

dipersiapkan dalam menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan. Menurut

Ruseffendi (1988:297), mengemukakan langkah-langkah pembelajran dengan

metode ceramah sebagai berikut :

1) Guru memberikan informasi dan menerangkan suatu konsep serta


mendemonstrasikan konsep itu kepada siswa.
2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui mengerti
atau belum materi yang telah diterangkan.
3) Siswa diberi contoh-contoh soal serta aplikasi konsep.
4) Siswa diberikan soal-soal latihan dan menyelesaikan didepan kelas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah dalam menggunakan pembelajaran metode ceramah guru harus

memperhatikan hal-hal diatas agar siswa dapat menyerap materi yang

disampaikan oleh guru.Pembelajaran metode ceramah didominasi oleh

guru dan siswa hanya mendengarkan sehingga siswa menjadi pasif dalam

pembelajaran, kelancaran metode ini sangat bergantung kepada

pemahaman materi guru dan kesiapan siswa dalam pembelajaran.

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Konvensional

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang

paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan metode ini sangat laris

dingunaakan oleh guru-guru dalam mengajar, hal ini karena metode ceramah
21

mempunyai kelebihan seperti yang dikemukakan Bahri (2002:110), mengatakan

bahwa :

Metode konvensional memiliki beberapa kelebihan yaitu :


1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3) Dapat dikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5) Guru mudah menerangkan pelajaran.

Namun demikian, dari kenyataan sehari-hari metode ceramah

juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut seperti yang

dikemukakan oleh Muhibbin (2001:204), yaitu sebagai berikut :

“Membuat siswa pasif, Mengandung unsur paksaan kepada siswa,

Menghambat daya kritis siswa”.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran dikelas mempunyai

kelebihan dalam pembelajarannya tetapi kelebihan tersebut mengarah

kepada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, bukan mengarah

kepada hasil belajar siswa, metode ceramah juga mempunyai kelemahan

yang akan berdampak kepada baikdan buruknya hasil belajar siswa.

9. Konsep Pembelajaran

Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah pada pokok

bahasan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar dengan standar

kompetensi memahami kegiatan perekonomian Indonesia pada mata pelajaran IPS

kelas VIII SMP Negeri 1 Jalaksana.

a. Permintaan
22

Permintaan merupakan berbagai macam kebutuhan akan barang dan jasa

yang ingin dibeli atau dibutuhkan oleh konsumen pada berbagai macam tingkat

harga dalam periode waktu tertentu.

permintaan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : pendapatan

konsumen, harga barang lainnya, selera konsumen, jumlah penduduk, perkiraan

dan pendapatan konsumen, harga barang pelengkap dan pengganti.

Permintaan berdasarkan subjek konsumennya dapat dibedakan menjadi

dua yaitu :

1) Permintaan individual, artinya kebutuhan dari setiap konsumen untuk

membeli barang atau jasa pada tingkat harga tertentu dan pada waktu

tertentu pula.

2) Permintaan pasar, artinya kebutuhan dari kebanyakan konsumen

untuk membeli barang atau jasa pada tingkat harga tertentu dan pada

waktu tertentu pula.

Permintaan berdasarkan daya beli konsumen dibedakan menjadi dua

yaitu :

1) Permintaan efektif, artinya permintaan akan barang dan jasa yang

diimbangi dengan daya beli konsumen atau masyarakat pemakai.

2) Permintaan absolut, artinya permintaan akan barang dan jasa yang

tidak diimbangi oleh daya beli masyarakat pemakai atau konsumen.

Bunyi hukum dari permintaan adalah “semakin rendah harga

barang atau jasa, maka semakin besar jumlah permintaan akan barang dan
23

jasa tersebut, sebaliknya jika semakin tinggi harga suatu barang dan jasa,

maka semakin kecil jumlah permintaan akan barang dan jasa tersebut”.

b. Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang akan dijual atau

dipasarkan dengan berbagai tingkat harga dalam waktu tertentu.

Penawaran sangat berhubungan dengan pihak produsen, oleh karena itu

yang menentukan harga barang atau jasa tersebut adalah pihak produsen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah : biaya

produksi, kemajuan teknologi, harga barang lainnya, jumlah produsen, dan

harapan produsen.

Bunyi hukum penawaran yaitu “ semakin tinggi harga barang atau

jasa, maka semakin besar pula jumlah penawaran barang dan jasa tersebut

dari pihak produsen, sebaliknya jika semakin rendah harga suatu barang

atau jasa, maka semakin kecil jumlah penawaran barang dan jasa tersebut

dari pihak produsen”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum penawaran antara lain :

1) Pada harga atau jasa rendah, ternyata hanya produsen yang efisien

saja yang mampu menjual. Produsen seperti ini mampu menghemat

biaya produksi. Akibatnya, harga pokok barang dan jasa hasil

produksinya rendah sehingga harga jual pun dapat ditekan.

2) Pada harga tinggi, produsen kurang efisien pun dapat menjual hasil

produksinya dengan laba yang diinginkan, walaupun jumlah yang


24

terjual tidak seperti yang diharapkan. Akibatnya, akan timbul sekian

banyak hasil produksi yang ditawarkan kepada konsumen.

3) Bagi penjual, semakin tinggi harga maka semakin banyak keuntungan

yang mereka terima, terlebih jika kuantitas yang dijual semakin

banyak.

c. Harga Pasar

Harga pasar adalah titik keseimbangan antara permintaan dan

penawaran terhadap suatu barang atau jasa, sehingga harga pasar terjadi

apabila jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran, oleh karena

itu harga pasar dapat diartikan sebagai harga yang telah disepakati oleh

penjual dan pembeli atau produsen dan konsumen.

Dalam peristiwa jual beli telah terjadi tawar menawar antara

penjual dengan pembeli yang dalam prosesnya, penjual cenderung

menurunkan harga dari harga yang ditawarkan semula, sedangkan pembeli

cenderung menaikan harga dari harga yang diminta semula.

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadini Husna (2010). Dengan judul

“Pengaruh Metode Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing Terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa” dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan

uji-t menunjukan t-hitung 2,37 dan t-tabel 1,66 pada taraf signifikansi 5% yang

berarti t-hitung > t-tabel (2,37>1,66) maka H0 di tolak dan Ha diterima. Sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang

diajar dengan metode cooperative learning tipe snowball throwing lebih tinggi
25

dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

pembelajaran konvensional. Dengan demikian metode cooperative learning tipe

snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sartika (2012). Dengan judul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Dikelas V SD

Negeri 147 Palembang” Dalam Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), dalam penelitian ini terdapat 2 siklus, tiap siklus terdiri dari: perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Indikator kerja yang ditetepkan untuk

mengukur keberhasilaan siswa adalah jika siswa memperoleh hasil belajar 60 dan

ketuntasan secara klasikal 85%. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I diperoleh

hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 71,57 dan ketuntasan hasil belajar

sebesar 81,57%, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 77,10 dan

ketuntasan hasil belajar sebesar 89,47%. Hasil dari penelitian ini disimpulkan

bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran Snowball Throwing hasil

belajar IPA silkus II lebih besar dari siklus I.

3. Penelitian yang dilkukan oleh Tri Yudi Waluyo Pambudi (2013). Dengan

judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif TPS Melalui Snowball

Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Yang

Berkaitan Dengan Redoks” dalam penelitian ini Kelompok eksperimen (X2)

menggunakan Metode pembelajaran kooperatif tps (think pair share) melalui

snowball throwing, sedangkan kelompok kontol (X1) menggunakan Metode

pembelajaran kooperatif tps (think pair share) tanpa melalui snowball throwing.
26

Berdasarkan data pretest dan posttest terjadi peningkatan nilai kelas eksperimen

51% dan pada kelas kontrol 48% dan melalui uji-t diperoleh untuk kelas

eksperimen 1,2 dan kelas kontrol 0,8 jadi dapat disimpulkan hasil belajar siswa

kelas ekperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa kelas kontrol.

Berdasarkan uji perbedaan rata-rata hasil belajar, diperoleh t-hitung (4) > t-tabel

(1), maka disimpulkan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. Pada uji ketuntasan belajar, secara klasikal jumlah siswa

yang telah mencapai ketuntasan pada kelas eksperimen sebanyak 30 siswa

sedangkan pada kelas control sebanyak 27 siswa yang berarti kelas eksperimen

telah mencapai ketuntasan belajar dan kelompok kontrol belum mencapai

ketuntasan belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

kooperatif tps ( think pair share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar

siswa kelas x pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks dengan memberikan

kontribusi sebesar 33,56%.

C. Kerangka Pemikiran

Sekolah sebagai lembaga pelayanan pendidikan siswa secara

formal, harus memberikan semua kebutuhan dalam proses pembelajaran

yang dilakukan guru terhadap siswa serta memberikan pelayanan terbaik

agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat

digambarkan melalui hasil belajar. Pada kenyataannya masih banyak siswa

yang masih rendah hasil belajaranya. Sementara itu, upaya yang dilakukan

sekolah atau guru sebagai pengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa

yaitu dengan menciptakan proses belajar mengajar yang dapat merangsang


27

aktivitas belajar siswa untuk mengoptimalkan hasil belajar. hal ini bisa

dicapai dengan proses pembelajaran yang baik dan tepat khususnya

penggunaan metode pembelajaran, terdapat benyak metode pembelajaran

yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode pembelajran snowball

throwing. Metode pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu

dari sekian banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru

dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran tipe ini lebih

menekankan kepada komunikasi antar siswa melalui tanya jawab sehingga

menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan

menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari dan

memahami materi pelajaran. Hal ini akan membangkitkan semangat siswa

dalam belajar dan meraih hasil belajar yang maksimal.

Hasil belajar merupakan pencapaian siswa atau kemampuan-

kemampuan siswa yang diperoleh melalui gambaran perubahan tingkah

laku dengan tingkat pengetahuan, skill, dan keterampilan siswa setelah

proses belajar mengajar selsesai dilakukan. Hasil belajar dapat digunakan

untuk mengetahui sejauhmana kemajuan-kemajuan khususnya pemahaman

materi yang telah didapat siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh

karena itu sudah sepantasnya siswa yang mendapatkan proses

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan

baik dari guru maka akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Dengan menggunakan metode pembelajaran snowball throwing

diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar


28

siswa dengan ditunjukan dalam peningkatan hasil belajar siswa sehingga

dapat tercapainya tujuan pembelajaran.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Masalah :
Hasil Belajar Siswa Masih
Rendah

Pembelajaran Pembelajaran
Menggunakan Metode Menggunakan Metode
Snowball Throwing Konvensional

Terjadi Peningkatan Pengetahuan Terjadi Peningkatan Pengetahuan


29

Hasil Belajar

Hipotesis

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Sugiyono (2007:85), mengatakan bahwa : “Hipotesis adalah suatu

jawaban sementara terhadap rumusan pada suatu masalah penelitian”. Agar dalam

pemecahan masalah lebih terarah dan sesuai dengan permasalahan yang telah

dirumuskan, maka peneliti dalam penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai

berikut :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar (postest) antara siswa yang mendapatkan

metode pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang mendapatkan

metode pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan peningkatan (gain) antara siswa yang mendapatkan

metode pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang mendapatkan

metode pembelajaran konvensional.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan sebuah metode

yang tepat, sebab dengan pemilihan metode yang tepat dapat membantu

proses penelitian berlangsung sesuai dengan yang diharapkan serta akan

mempermudah peneliti dalam melakukan langkah-langkah penelitian.

Jadi sebuah penelitian harus membutuhkan metode penelitian,

oleh karena itu untuk membantu proses penelitian dan mempermudah

penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen karena penelitian

ini mengandung perbandingan mengenai akibat suatu metode

pembelajaran.

Menurut Subana dan Sudrajat (2005:95), mengatakan bahwa :

“Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis

berbentuk hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variable

independent dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh

pemanipulasian tadi”.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian metode eksperimen yaitu

penelitian dengan memberikan treatment atau perlakuan pada objek

penelitian, untuk itu desain atau pola yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pretest-postest control group design. Pola atau rancangannya

menurut Arikunto (2006:86), adalah sebagi berikut :

30
31
31

Tabel 3.1
Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan :

E = Kelompok/kelas eksperimen

K = Kelompok/kelas kontrol

O1 = Tes awal

O2 = Tes akhir

X1 = Pembelajaran dengan metode pembelajaran snowball throwing

X2 = Pembelajaran dengan metode pembelajaran ceramah

Desain dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua

kelompok yang terbagi kedalam dua kelas. Kelompok pertama yaitu kelompok

eksperimen, dimana kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapat

perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran tipe snowball

throwing. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok kontrol, dimana

kelompok kontrol adalah kelompok pembanding atau sebagai kelompok yang

menjadi akibat karena tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran snowball throwing, dan akan mendapatkan

perlakuan dengan metode pembelajaran ceramah. Adapun tes dilakukan sebanyak

dua kali, yaitu pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan sebelum kelompok
32

eksperimen dan kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh peserta didik, sedangkan post-

test dilakukan setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan

perlakuan yang berbeda, dari hasil post-test tersebut, maka akan diketahui apakah

metode pembelajaran snowball throwing lebih baik dibandingkan dengan metode

konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Variabel dan Pengukuran

1. Variabel

Sugiyono dalam bukunya Statistika Untuk Penelitian (2007:2),

mengungkapkan bahwa : “Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Selanjutnya menurut

Sugiyono (2007:3), menyatakan bahwa : “Variabel didefinisikan sebagai atribut

seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang

lain atau satu objek dengan objek yang lain”.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka

macam-macam variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu :

a. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat).


33

b. Variabel Dependen

Variabel ini disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa variabel

penelitian merupakan sesuatu yang berbentuk apa saja yang mempunyai variasi

antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain yang

dipelajari oleh peneliti untuk mendapatkan informasi dan menyimpulkannya. Oleh

karena itu penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek

yang bervariasi.

Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu variabel

independen (X) dan veriabel dependen (Y). Penggunaan metode pembelajaran

snowball throwing akan berakibat atau berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran

snowball throwing, sedangkan yang menjadi veriabel dependen (Y) adalah hasil

belajar siswa. Jadi antara variabel independen dan variabel dependen dalam

penelitian ini memiliki hubungan sebab akibat.

2. Pengukuran

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini melalui desain pretest-

posttest dengan menggunakan tes tertulis berupa butir soal yang berbentuk Pilihan

Ganda (Multiple Choice) sebanyak 20 soal pretest dan 20 soal postest. Untuk

pretest diberikan sebelum dilakukannya pembelajaran yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol, sedangkan postest diberikan setelah dilakukan pembelajaran, hasil belajar


34

evaluasi tersebut akan dikaji dan diteliti oleh peneliti, sehingga bisa dibandingkan

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

C. Subjek Penelitian

Sugiyono (2013:117), menyatakan bahwa : “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpualannya”. Subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Jalaksana Tahun Ajaran 2014/2015.

Menurut Sugiyono (2013:118), menyatakan bahwa : “Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam

penelitian ini, sampel hanya diambil dua kelas yaitu kelas VIII B sebanyak 35

siswa dan kelas VIII C sebanyak 36 siswa, dimana kedua kelas tersebut akan

mendapatkan perlakuan berbeda yaitu kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yang

mendapatkan perlakuan pembelajaran snowball throwing, sedangkan kelas VIII C

sebagai kelas kontrol yang mendapat perlakuan pembelajaran konvensional.

Dipilihnya kedua kelas tersebut didasari atas pertimbangan dan pengalaman guru

mata pelajaran IPS kelas VIII di SMPN 1 Jalaksana bahwa kedua kelas tersebut

cenderung memiliki kemampuan yang sama dari kelas yang lainnya. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat tabel berikut :

Tabel 3.2
Subjek Penelitian

Kelompok Kelas Jumlah Siswa


Eksperimen VIII B 35
Kontrol VIII C 36
35

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti

menggunakan 2 metode yaitu metode dokumentasi dan metode tes:

1. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2003:234), menyatakan bahwa : “metode

dokumentasi adalah cara mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda, dan sebagainya”. dalam penelitian ini metode dokumentasi

digunakan untuk memperoleh data tentang nama siswa, jumlah siswa dan hasil

belajar siswa.

2. Tes

Menurut Arikunto (2003:530), menyatakan bahwa : “Tes adalah alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana

dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Oleh karena itu dalam

penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu berupa tes

pilihan ganda (Multiple Choice) berkenaan dengan materi permintaan dan

penawaran, tes ini diberikan pada siswa SMP Negeri 1 Jalaksana yaitu kelas VIII

B sebagai kelas eksperimen sebanyak 35 siswa dan VIII C sebagai kelas kontrol

sebanyak 36 siswa.

Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes pilihan ganda

(Multiple Choice) sebanyak 20 (dua puluh) soal untuk pretest dan 20 (dua puluh)

soal untuk postest.


36

Sebelum tes diberikan maka terlebih dahulu diujicobakan untuk

mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran dari tiap-tiap

butir soal. Jika terdapat butir soal yang tidak valid dan bedanya tidak signifikan,

maka butir soal tersebut tidak digunakan dalam penelitian, sedangkan butir soal

yang valid, signifikan dan reliabel akan digunakan dalam penelitian dan diberikan

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Sebelum proses belajar dilaksanakan, kedua kelompok terlebih dahulu

diberikan tes awal (pre-tes), yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa

sebelum diberikan perlakuan dan setelah dilakukan pembelajaran akan diberikan

tes akhir (post-tes).

E. Uji Coba Instrumen

Setelah perangkat tes disusun, maka dilakukan uji coba untuk

mengetahui validitas, tingkat kesukaran soal, daya beda soal, dan reliabilitas.

Dalam penelitian ini instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada kelas

uji coba. Uji coba instrumen penelitian dilakukan peneliti di kelas IX. Dalam hal

ini peneliti memilih kelas IX A karena dengan alasan bahwa kelas IX A yang

berjumlah 36 siswa sudah mendapatkan materi tentang permintaan dan penawaran

dari guru mata pelajaran IPS SMP Negeri 1 Jalaksana.

Setelah perangkat tes diujicobakan, langkah selanjutnya dilakukan

analisis dengan tujuan supaya instrument yang dipakai untuk memperoleh data

benar-benar dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Analisis perangkat uji coba

meliputi:
37

1. Menguji Tingkat Kesukaran (TK) Setiap Butir Soal

Yang dimaksud dengan tingkat kesukaran tes adalah kemampuan tes

tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan

dengan betul. Tingkat kesukaran dinyatakan dengan TK dan dicari dengan rumus:

U +L
TK =
Rumus: T

Keterangan:

U = Jumlah siswa dikelompok atas yang menjawab benar (kelompok atas

25% dari seluruh peserta uji).

L = Jumlah siswa dikelompok bawah yang menjawab benar (kelompok

bawah 25% dari seluruh peserta uji)

T = Jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah

Kriteria indeks kesukaran yang digunakan adalah:

0,0 – 0,25 = sukar

0,26 – 0,75 = cukup (sedang)

0,76 – 1,00 = mudah

2. Menguji Daya Pembeda (DP) Setiap Butir Soal

Yang dimaksud dengan daya pembeda tes adalah kemampuan tes

tersebut dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang

pandai. Rumus yang digunakan adalah:

U−L
DP= 1
T
Rumus: 2

Keterangan: DP = daya pembeda butir

U = banyaknya kelompok atas yang menjawab betul


38

(25% dari seluruh peserta tes)

L = banyaknya kelompok bawah yang menjawab betul

(25% dari seluruh peserta tes)

T = banyaknya subjek kelompok bawah dan atas

Kriteria daya pembeda yang digunakan adalah:

0,00 – 0,20 = Diganti

0,21 – 0,39 = Diperbaiki

> 0,40 = Digunakan

3. Menguji Validitas

Menurut Arikunto (2006:168), menyatakan bahwa : “Validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen”. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika memiliki kesejajaran

antara hasil tes dengan kriterium.

U−L
Rumus: Vi =
N

Keterangan:

U = Jumlah siswa dikelompok atas yang menjawab benar (kelompok atas

25% dari seluruh peserta uji).

L = Jumlah siswa dikelompok bawah yang menjawab benar (kelompok

bawah 25% dari seluruh peserta uji)

T = Jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah

N = 25% jumlah seluruh peserta uji

Adapun kriteria acuan untuk validitas, yaitu:


39

0,00 - 0,20 = buruk/jelek

0,21 - 0,29 = cukup

0,30 - 0,39 = baik

> 0,40 = sangat baik

4. Menguji Reliabilitas

Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut

tidak berubah walaupun diberikan pada situasi yang berbeda-beda. Pengujian

reliabilitas pada tes ini menggunakan rumus sebagai berikut:

{
2n ∑ ( WL+WH )−∑ ( WL+WH )
}
2
K
KR 20 = 1−
K −1 0 , 677 ( WL−WH )
2
Rumus:

Keterangan:

KR20 = reliabilitas secara keseluruhan

K = jumlah item

WL = jumlah peserta uji kelompok rendah yang menjawab salah

WH = jumlah peserta uji kelompok tinggi yang menjawab salah

N = 25% dari seluruh peserta uji

Tolak ukur harga koefisien reliabilitas menggunakan indeks korelasi

sebagai berikut:

0,00-0,19 = sangat rendah

0,20-0,39 = rendah

0,40-0,59 = cukup

0,60-0,79 = tinggi

0,80-1,00 = sangat tinggi


40

F. Hasil Uji Coba Instrumen

Uji instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis yang

berupa pilihan ganda yang terdiri dari 20 item soal untuk pretest dan dari 20 item

soal lagi untuk postest, dengan 4 option yaitu a, b, c, dan d. Uji coba ini dilakukan

pada kelas IX yaitu diluar kelas objek penelitian dan pernah belajar materi

permintaan dan penawaran. Dimana peneliti memilih kelas IX A yang berjumlah

36 siswa. Kemudian alat pengumpul data yang telah diujicobakan dianalisis

tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, realibilitas sehingga data yang

diperoleh dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil ukur sesuai dengan makna

dan tujuan diadakannya penelitian. Berikut peneliti tampilkan rekapitulasi hasil uji

instrumen :

Tabel 3.3
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal (Pretest)
Tk, Dp, Vi, Reliabilitas

No Tingkat
Skor Daya Pembeda Validitas Reliabilitas
Item Kesukaran
Soal U L ITK Kriteria IDP Kriteria IVal Kriteria IRel Kriteria
1 9 6 0,83 Mudah 0,33 Diperbaiki 0,33 Baik
2 9 6 0,83 Mudah 0,33 Diperbaiki 0,33 Baik
3 9 4 0,72 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
4 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
5 8 3 0,61 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
6 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
7 8 3 0,61 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
8 3 1 0,22 Sukar 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup
0,721 Reliabel
9 9 5 0,78 Mudah 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
10 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
11 8 3 0,61 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
12 3 1 0,22 Sukar 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup
13 8 3 0,61 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
14 9 4 0,72 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
15 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
16 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
41

17 3 1 0,22 Sukar 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup


18 9 7 0,89 Mudah 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup
19 9 4 0,72 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
20 4 0 0,22 Sukar 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali

Keterangan :

U : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

L : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

ITK : Indeks Tingkat Kesukaran

IDP : Indeks Daya Pembeda

Ival : Indeks Validitas

Irel : Indeks Reliabilitas

Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal (Postest)
Tk, Dp, Vi, Reliabilitas

No Tingkat
Skor Daya Pembeda Validitas Reliabilitas
Item Kesukaran
Soal U L ITK Kriteria IDP Kriteria IVal Kriteria IRel Kriteria
1 9 4 0,72 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
2 9 7 0,89 Mudah 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup
3 9 6 0,83 Mudah 0,33 Diperbaiki 0,33 Baik
4 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
5 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
6 3 1 0,22 Sukar 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup
7 8 3 0,61 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
8 3 1 0,22 Sukar 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup
9 9 7 0,89 Mudah 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup
10 8 3 0,61 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
0,684 Reliabel
11 9 5 0,78 Mudah 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
12 3 0 0,17 Sukar 0,33 Diperbaiki 0,33 Baik
13 8 3 0,61 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
14 9 4 0,72 Sedang 0,56 Digunakan 0,56 Baik Sekali
15 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
16 8 4 0,67 Sedang 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
17 3 1 0,22 Sukar 0,22 Diperbaiki 0,22 Cukup
18 9 6 0,83 Mudah 0,33 Diperbaiki 0,33 Baik
19 8 5 0,72 Sedang 0,33 Diperbaiki 0,33 Baik
20 4 0 0,22 Sukar 0,44 Digunakan 0,44 Baik Sekali
42

Keterangan :

U : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

L : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

ITK : Indeks Tingkat Kesukaran

IDP : Indeks Daya Pembeda

IVal : Indeks Validitas

IRel : Indeks Reliabilitas

1. Tingkat kesukaran

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran peneliti sajikan dalam

tabel sebagai berikut :

Tabel 3.5
Tingkat Kesukaran Soal

Soal Pretest Soal Postest


Interpretas
No.
i %
No Soal Jumlah No Soal Jumlah %

1 Mudah 1, 2, 9, 18 4 20 2, 3, 9, 11, 18 5 25
3, 4, 5, 6, 7, 1, 4, 5, 7, 10,
2 Sedang 10, 11, 13, 12 60 13, 14, 15, 16, 10 50
14, 15, 16, 19 19
6, 8, 12, 17,
3 Sukar 8, 12, 17, 20 4 20 5 25
20
TOTAL 20 100 20 100

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa soal pretest yang

digunakan dalam penelitian ini mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi

dengan kategori mudah 4 item soal (20%), sedang 12 item soal (60%), dan sukar 4

item soal (20%). Sedangkan untuk soal postest mempunyai tingkat kesukaran

yang bervariasi juga dengan kategori mudah 5 item soal (25%), sedang 10 item
43

soal (50%), dan sukar 5 item soal (25%). Untuk perhitungan lebih jelasnya dapat

dilihat di lampiran.

2. Daya Pembeda

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda peneliti sajikan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 3.6
Daya Pembeda Soal

Soal Pretest Soal Postest


No
Interpretasi
. %
No Soal Jumlah No Soal Jumlah %

1 Diganti 0 0 0 0 0 0
1, 2, 8, 12, 17, 2, 3, 6, 8, 9,
2 Diperbaiki 6 30 9 45
18 12, 17, 18, 19
3, 4, 5, 6,7, 9, 1, 4, 5, 7, 10,
3 Digunakan 10, 11, 13, 14, 14 70 11, 13, 14, 11 55
15, 16, 19, 20 15, 16, 20
TOTAL 20 100 20 100

Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh soal pretest yang digunakan dalam

penelitian ini mempunyai daya pembeda yang berbeda, dengan kategori 14 item

soal (70%), yang bisa langsung digunakan dan 6 item soal (30%), yang harus

diperbaiki lagi. Sedangkan untuk soal postest mempunyai daya pembeda yang

berbeda, dengan kategori 11 item soal (55%), yang bisa langsung digunakan dan 9

item soal (45%), yang harus diperbaiki lagi. Untuk perhitungan selengkapanya

dapat dilihat di lampiran.


44

3. Validitas

Hasil analisis uji validitas soal dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.7
Uji Validitas Soal

Soal Pretest Soal Postest


N Interpreta
o. si Jumla % Jumla
No Soal No Soal %
h h
3, 4, 5, 6, 7, 1, 4, 5, 7,
Baik 9, 10, 11, 10, 11, 13,
1 14 70 11 55
Sekali 13, 14, 15, 14, 15, 16,
16, 19, 20 20
2 Baik 1, 2 2 10 3, 12, 18, 19 4 20

3 Cukup 8, 12, 17, 18 4 20 2, 6, 8, 9, 17 5 25

4 Jelek 0 0 0 0 0 0

TOTAL 20 100 20 100

Berdasarkan data yang tertera di atas bahwa dari 20 soal pretest dan 20

soal postest yang telah di ujicobakan, validitas soal dibagi menjadi 3 kriteria soal,

yaitu soal baik sekali, soal baik dan soal cukup. Diperoleh soal pretest yang

digunakan dalam penelitian ini mempunyai tingkat validitas yang berbeda, dengan

kategori baik sekali 14 item soal (70%), kategori baik 2 item soal (10%), kategori

cukup 4 item soal (20%) dan tidak ada soal yang berkategori jelek. Sedangkan

untuk soal postest mempunyai tingkat validitas yang berbeda pula, dengan

kategori baik sekali 11 item soal (55%), kategori baik 4 item soal (20%), kategori

cukup 5 item soal (25%) dan tidak ada soal yang berkategori jelek. Untuk

perhitungan selengkapanya dapat dilihat di lampiran.


45

Dengan memperhatikan perhitungan tingkat kesukaran, daya pembeda,

dan validitas soal, maka dapat disimpulkan soal-soal yang harus diganti,

diperbaiki, dibuang, atau langsung digunakan. Dari 20 soal pretest dan 20 soal

postets yang telah diujicobakan pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Jalakasana

diperoleh untuk 20 soal pretest diantaranya 14 soal bisa langsung digunakan, dan

6 soal harus diperbaiki. Sedangkan untuk 20 soal postest diantaranya 11 soal bisa

langsung digunakan dan 9 soal harus diperbaiki.

4. Reliabilitas

Instrumen yang baik, disamping harus valid juga harus reliabel (dapat

dipercaya) artinya nilai ketepatan yang mana bila digunakan pada kelompok yang

sama pada waktu yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula. Berikut

hasil analisis uji reliabilitas soal Pretest dan soal Postest dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 3.8
Uji Reliabilitas Soal Pretest

WL +
WL WH (WL + WH)2 WL - WH
∑ WH
109 32 141 1273 77

( 2n ∑ (WL+WH )−∑ ( WL+WH )


)
2
K
KR 20 = 1−
K −1 0 , 677(WL−WH )2

KR 20 =
20
20−1 (
1−
2(9)(141 )−(1273 )
0 , 677(77 )2 )
KR 20 =
20
19
1−
(( 2538)−( 1273)
0 ,677 ( 5929) )
46

KR 20 =1 ,053 1−
( ( 1265 )
(4013 , 933 ) )
KR 20 =1 ,053(1−0 , 315)

KR 20 =0 , 721

Tabel 3.9
Uji Reliabilitas Soal Postest

WL WH WL+WH (WL+WH)2 WL-WH


∑ 108 37 145 1417 71

( 2n ∑ (WL+WH )−∑ ( WL+WH )


)
2
K
KR 20 = 1−
K −1 0 , 677(WL−WH )2

KR20 =
20
20−1
1−
(
2(9)(145 )−(1417 )
0 ,677 (71)2 )
KR 20 =
20
19
1−
(
( 2610)−( 1417 )
0 , 677( 5041) )
KR 20 =1 ,053 1−
( ( 1193)
( 3412 ,757 ) )
KR 20 =1 ,053(1−0 , 350)

KR 20 =0 , 684

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas diatas dengan menggunakan

rumus KR 20 diperoleh nilai reliabilitas soal pretest sebesar 0,721 dan soal

postest sebesar 0,684 sehingga hasil analisis uji reliabilitas soal Pretest dan

soal Postest tersebut memiliki nilai tingkat reliabilitas yang tinggi, hal ini

menunjukan bahwa soal instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data.


47

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya adalah dengan melakukan

pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Jenis data yang di peroleh

dari hasil penelitian ini yaitu data interval yang bersifat kuantitatif, sedangkan

analisis data yang digunakan yaitu uji statistik parametrik.

Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan langkah-

langkah sebagai beriukut:

1. Menguji Normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normalitas data apakah data

tersebut berdistribusi normal dengan menggunakan uji chi kuadrat karena jumlah

sampelnya lebih dari 30 atau n > 30.

a. Membuat daftar distribusi

1) Menentukan rentang (r)

r = Data terbesar - Data terkecil

2) Menentukan banyak kelas interval (k)

Keterangan: k = banyak kelas interval

n = banyak data

3) Menentukan panjang kelas interval (p)


48

Keterangan: P = panjang kelas

r = rentang

k = banayak kelas interval

4) Menentukan ujung bawah kelas interval pertama, ujung bawah kelas

interval pertama yang diambil yaitu data terkecil.

b. Mencari nilai rata-rata dan varians dari dua kelompok

1) Menghitung nilai rata-rata x.

2) Mencari nilai deviasi standar

Keterangan: Sd = deviasi standar

f 1 = frekuensi

x 1 = nilai tengah

n = banyaknya data

c. Menguji normalitas data.

1) Menentukan batas kelas interval (bk).

2) Mentransformasikan batas kelas interval kedalam bentuk normal

standar (Z) dengan rumus:


49

Keterangan :

BK = Batas kelas.

x = Nilai rata-rata.

Sd = Standar deviasi.

3) Menghitung luas kelas interval (i).

Dihitung dengan menggunakan daftar Z dengan cara Z1 – Z2.

4) Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei).

5) Menghitung nilai χ² (Chi-Kuadrat)

Keterangan: χ² = Nilai Chi-Kuadrat

Oi = Frekuensi observasi

Ei = Frekuensi ekspektasi

d. Menentukan derajat kebebasan (db)

Keterangan: db = derajat kebebasan

k = banyak kelas distribusi frekuensi


50

e. Menentukan Chi-Kuadrat dari daftar tabel.

f. Menentukan normalitas

1) Jika χ2hitung < χ2tabel 0,95 (db), maka dinyatakan normal. Untuk

perhitungan selanjutnya menggunakan uji kesamaan rata-rata (ujit).

2) Jika χ2hitung > χ2tabel 0,95 (db), maka dinyatakan tidak normal. Untuk

perhitungan selanjutnya menggunakan statistik non parametrik

yaitu uji wilcoxon.

2. Menguji Homogenitas

Untuk pengujian homogenitas maka dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Besaran yang diperlukan.

1) Untuk kelompok eksperimen (S1 ), maka variansinya S1².

2) Untuk kelompok kontrol (S2), maka variansinya S2².

b. Mencari nilai Fhitung

Vb
Rumus: F =
Vk

Keterangan: V b = varians besar

V k = varians kecil

c. Menentukan derajat kebebasan

Rumus: db 1 = n1 - 1

db 2 = n2 - 1
51

Keterangan: db 1 = derajat kebebasan pembilang

db 2 = derajat kebebasan penyebut

n1 = ukuran sampel varians besar

n2 = ukuran sampel varians kecil

d. Menentukan nilai F dari daftar tabel

Rumus: f 0,05 (db pembilang/db penyebut)

e. Penentuan homogenitas

1) Jika F hitung≤ F tabel maka varians tersebut homogen, dan

2) jika F hitung≥ F tabel maka varians tersebut tidak homogen

jika kedua data penelitian berdistribusi normal dan homogen, maka

dilanjutkan dengan uji-t, sedangkan apabila kedua data berdistribusi normal tetapi

tidak homogen maka dilakukan uji-t’.

3. Uji N-Gain

Gain yang merupakan dinormalisasikan (N-Gain), digunakan untuk

menyatakan peningkatan hasil belajar siswa setelah mendapatkan metode

pembelajaran snowball throwing pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol dengan rumus sebagai berikut:

Spost – Spre
N gain=
Smakes−Spre

Keterangan: Spost = skor posttes

Spre = skor pretest

Smakes = skor maksimum ideal

Tabel 3.10
52

Batasan Kategori N-Gain

Batasan Kategori
Ngain> 0,700 Tinggi
0,7 >Ngain ≥ 0,3 Sedang
Ngain< 0,300 Rendah

4. Menguji hipotesis

a. Uji Hipotesis No 1

Untuk menguji Hipotesis ini, peneliti mengujinya dengan ketentuan bila

data berdistribusi normal dan mempunyai varians homogen, maka

dilakukan uji perbedaan dua rata-rata pada hasil postest, yaitu dengan

prosedur yang ditempuh adalah:

1) Menetukan nilai deviasi standar gabungan.

Keterangan :

n1 = Jumlah sampel variabel 1

n2 = Jumlah sampel variabel 2

v1 = Varians variabel 1

v2 = Varians variabel 2

2) Menetukan nilai t hitung.


53

Keterangan:

X 1 = Rata-rata nilai kelompok 1

X 1 = Rata-rata nilai kelompok 2

n1 = Jumlah sampel variabel 1

n2 = Jumlah sampel variabel 2

3) Menentukan derajat kebebasan (db).

db = n1 + n2 – 2

4) Menentukan nilai ttabel

5) Pengujian hipotesis No 1

- jika thitung > ttabel 0,95 (db), maka H1 diterima, Terdapat perbedaan

hasil belajar (postest) antara siswa yang mendapatkan metode

pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran konvensional.

- Jika thitung < ttabel 0,95 (db), maka H1 ditolak, Tidak terdapat

perbedaan hasil belajar (postest) antara siswa yang mendapatkan

metode pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang

mendapatkan metode pembelajaran konvensional.

b. Uji Hipotesis No 2

Untuk menguji Hipotesis ini, peneliti mengujinya dengan perhitungan uji

perbedaan dua rata-rata pada data gain yaitu untuk mengetahui


54

peningkatan kemampuan siswa, perhitungan tersebut diperoleh dari

selisih nilai postes dan pretes masing-masing kelas yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Kreteria pengambilan keputusan untuk hipotesis No 2 adalah sebagai

berikut:

- Terima H0 jika thitung < ttabel , Tidak terdapat perbedaan peningkatan (gain)

antara siswa yang mendapatkan metode pembelajaran snowball throwing

dengan siswa yang mendapatkan metode pembelajaran konvensional.

- Tolak H0 jika thitung > ttabel , Terdapat perbedaan peningkatan (gain) antara

siswa yang mendapatkan metode pembelajaran snowball throwing

dengan siswa yang mendapatkan metode pembelajaran konvensional.

Anda mungkin juga menyukai