Anda di halaman 1dari 39

IMPLEMENTASI GUIDED INQUIRY LEARING DENGAN

PENDEKATAN STEM BERBANTUAN ALAT PERAGA


TERHADAP KETERAMPILANPROSES
SAINS PESERTA DIDIK

Proposal

Oleh
HAFIZ AULIA
NPM 1913022042

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah .................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................5
1.5 Ruang Lingkup ......................................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori ...........................................................................................7
2.2 Penelitian Relevan ...............................................................................16
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................19
2.4 Anggapan Dasar...................................................................................21
2.5 Hipotesis Penelitian .............................................................................21

III. METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................22
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................22
3.3 Variabel Penelitian...............................................................................22
3.4 Desain Penelitian .................................................................................23
3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian .........................................................23
3.6 Variabel Penelitian...............................................................................25
3.7 Instrumen Penelitian ............................................................................25
3.8 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ..............................................26
3.9 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................28
3.10 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...................................29

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................32

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Sintaks Guided inquiry learning …………………………………...... 9
2. Penelitian Relevan ……....…………………………………………... 16
3. Postest-pretest control group design…………………………………. 23
4. Tahap Pelaksanaan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………….... 24
5. Koefisien Validitas …………………………………………………… 27
6. Interpretasi Reliabilitas ……………………………………………….. 28
7. Klasifikasi N-gain ……………………….……………….…………… 29
8. Interpretasi Effect Size ……………………………………………….... 31

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran………………………………………………… 20

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan, dan perbaikan


sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan
perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang
terlibat didalamnya salah satunya yaitu mutu pada pendidikan.
Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan cara
salah satunya yaitu perbaikan mutu pembelajaran (Warta, dkk. 2013: 02).

Kurikulum merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang berkaitan


dengan tujuan, isi, bahan ajar, dan cara yang digunakan dan dijadikan
sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. Pada
saat ini hadirlah sebuah kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka, dimana
kurikulum merdeka ini dimaknai sebagai desain pembelajaran yang
memberikan kesempatan keoada siswa untuk belajar secara mandiri untuk
menunjukkan bakat yang ada dalam dirinya. Merdeka belajar berfokus
pada kebebasan da pemikiran kreatif. Saat ini pendidikan lebih
menekankan pada pembelajaran yang akan membawa siswa cakap, kreatif,
dan mandiri pada proses di dalamnya. Pembelajaran yang monoton akan
semakin mematikan daya berpikir kreatif siswa, karena siswa mengalami
kebosanan dalam proses pembelajaran.

Dalam belajar fisika, keaktifan siswa sangat diperlukan. Pembelajaran


fisika memiliki tujuan diantaranya mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap lingkungan dan
2

sekitarnya. Fisika dikatakan sebagai proses karena fisika terdiri atas


kelompok keterampilan proses yang meliputi keterampilan untuk
mengamati, membuat pertanyaan, menggunakan alat, menggolongkan atau
mengelompokkan, menerapkan konsep dan melakukan percobaan.

Salah satu model pembelajaran berbasis konstruktivis yaitu inkuiri


terbimbing (Guided Inquiry). Zacharia (2003) mengklaim pembelajaran
inkuiri menggeser fokus pendidikan sains dari menghafal konsep ilmiah
menjadi memahami proses pembentukan pengetahuan. Tahap
pembelajaran Inkuiri menurut Sanjaya (2010) yaitu orientasi,
merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Tahap pembelajaran
Inkuiri Terbimbing tersebut sangat berpotensi meningkatkan keterampilan
proses sains karena dalam setiap pembelajaran diharapkan pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan semata hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan konsep sendiri.

Tetapi pada proses pengimplementasiannya, model pembelajaran inkuiri


masih memiliki beberapa kendala. Salah satunya yaitu pembelajaran
kurang memiliki relevansi dengan kehidupan nyata. Sebagai upaya
mengatasi hal tersebut, hasil penelitian Kang, J. (2017) menyarankan
untuk menghubungkan ilmu sains yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata pada saat pengimplementasian pembelajaran inkuiri
sehingga meningkatkan ketertarikan siswa. Upaya yang dapat dilakukan
adalah memadukan proses pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
pendekatan yang menghubungkan antara area yang dikaji dengan masalah
aktual dalam kehidupan. Stohlman, M. (2012) mengusulkan STEM
sebagai pendekatan yang mampu mengintegrasikan keterampilan serta
bersifat kontekstual. Pada pendekatan STEM, siswa belajar melalui
pembelajaran berbasis proyek. Namun dalam pembelajaran STEM,
implementasi pembelajaran berbasis proyek berbeda dengan yang sudah
dilakukan. Pada STEM terdapat proses berpikir, desain, buat dan uji,
3

dimana setelah siswa membuat proyek, proyek tersebut akan diuji apakah
sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Jika tidak, maka akan
dilakukan pendesainan ulang. Proses ini dilakukan karena pendekatan
STEM menekankan pada tahap. Engineering atau rekayasa, namun tetap
dilaksanakan dengan metode ilmiah. (Septiani, A. 2016).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis di SMAN 13


Bandar Lampung kepada guru mata pelajaran fisika di dapatkan bahwa
pada pembelajaran fisika, guru masih menggunakan metode ceramah
dalam proses pembelajarannya dan sesekali melakukan diskusi dan
penugasan. Strategi pembelajaran seperti ini bersifat searah (teacher-
centered), dimana pada proses pembelajaran dikelas guru sangat dominan.
dan kurang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kurangnya interaksi antara guru dengan peserta didik, mengakibatkan
peserta didik cenderung pasif dan tidak mempunyai motivasi untuk
belajar. Respon siswa saat guru menjelaskan pembelajaran juga seringkali
kurang antusias dan siswa terlihat kurang tertarik dalam mengikuti proses
pembelajaran, Sehingga guru tidak mengetahui kemajuan pemahaman
materi peserta didik setelah proses pembelajaran selesai dan menyebabkan
peserta didik kurang mampu mengembangkan keterampilan proses sains.
Untuk membantu dalam meningkatkan pemahaman materi peserta didik,
salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran
guided inquiry learning dengan pendekatan STEM yang dianggap
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang diyakini dapat
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa karna
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat
secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran.

Penelitian terdahulu yang mendukung, yakni penelitian yang dilakukan


oleh Daniel, D., dkk (2022) dengan judul Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) SMP Berbasis STEM (Science Technology Engineering
Mathematics) dengan Pendekatan Inkuiri didapatkan hasil bahwa produk
4

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan berbasis STEM (Science,


Technology, Engineering, Mathematics) dengan konten pendekatan
inkuiri pada materi suhu dan perubahannya merupakan produk yang valid
dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar.

Selain itu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Islamyah, D. G., dkk
(2018) dengan judul Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbasis STEM guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
kelas X MIPA 4 SMAN tahun ajaran 2018/2019 didapatkan hasil bahwa
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis STEM dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIPA 4 SMAN 2
Singaraja Tahun Ajaran 2018/2019.

Atas dasar permasalahan diatas maka peneliti untuk meneliti proses


pembelajaran dengan “Implementasi Guided Inquiry Learing Dengan
Pendekatan STEM Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Guided Inquiry
Learing Dengan Pendekatan STEM Terhadap Keterampilan Proses Sains
Peserta Didik di SMAN 13 Bandar Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan Implementasi


Guided Inquiry Learing Dengan Pendekatan STEM Terhadap
Keterampilan Proses Sains Peserta Didik di SMAN 13 Bandar Lampung.
5

1.4 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini,
yaitu:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengetahuan dalam
memanfaatkan model pembelajaran Guided Inquiry Learing dengan
pendekatan STEM untuk membantu meningkatkan keterampilan
proses sains siswa.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran
yang sesuai dan dapat membantu guru dalam proses pembelajaran di
sekolah untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
3. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami
konsep fisika dan meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah :


1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini yaitu model
pembelajaran Guided Inquiry Learing dengan pendekatan STEM
2. Materi pelajaran yang digunakan terfokus pada implementasi
kurikulum merdeka pada mata pelajaran fisika materi pengukuran
3. Keterampilan Proses Sains yang melipti 5 kemampuan yaitu
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan,
dan mengkomunikasikan.
4. Subjek penelitian ini yaitu siswa/siswi kelas X SMAN 13 Bandar
Lampung
6
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Guided inquiry learning


Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “Inquiry” secara harfiah berarti
pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Guided inquiry adalah
the process of infestigsting a problem (proses penyelidikan masalah)
sedangkan secara terminologi inquiry berarti proses berpikir kritis
dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari satu
masalah yang dipertanyakan (Amanda. dkk. 2019). Nisa, E., dkk.
(2018) berpendapat model pembelajaran inkuiri merupakan model
pembe-lajaran yang dapat memberikan peluang bagi siswa
memeroleh pemahaman tentang metode ilmiah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Iman, R., dkk
(2017) model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model
pembelajaran yang membantu siswa untuk belajar, membantu
mereka memeroleh pengetahuan dengan cara menemu-kan sendiri
apa yang sedang mereka pelajari.

Mulyasa (2007) mengklasifikasikan model pembelajaran inkuiri


dibagi menjadi 3 jenis yaitu guide inquiry (inkuiri terbimbing)
merupakan pendekatan bagi para siswa yang belum berpengalaman
belajar dengan model inkuiri, yang mana dalam hal ini guru
memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas kepada
siswa. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan
sedikit demi sedikit di kurangi, selaras dengan perkembangan
pengalaman para siswa. Model pembelajaran inkuiri yang kedua
adalah free inquiry (inkuiri bebas) merupakan pendekatan
8

pembelajaran dimana siswa harus dapat mengidentifikasikan dan


merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan diselidiki,
dengan metodenya adalah inquiry role approach yang mana ini
melibatkan siswa dalam kelompok-kelompok tertentu, setiap anggota
kelompok memiliki tugas masing- masing. Model pembelajaran
inquiry yang ketiga yaitu Modified free inquiry (inkuiri bebas yang
dimodifikasi) merupakan pendekatan pembelajaran dimana guru
memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta untuk
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi,
dan prosedur penelitian. Pada intinya pembelajaran guided inquiry
menuntut pembelajaran yang berbasis penyelidikan dan berpusat
pada siswa sehingga guru hanya sebagai fasilitator pada proses
pembelajaran. Pembelajaran berbasis inkuiri menggunakan
pertanyaan autentik sebagai aktivitas untuk menghasilkan
pengetahuan yang baru (Peffer, M.E., 2019).

Pada penelitian ini akan diterapkan Guided inquiry learning


(Pembelajaran Inkuiri Terbimbing) yang mana guru akan
memberikan pengarahan dan pembimbingan kepada para siswa
secara luas. Model pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut
diterapkan dengan basis STEM. Proses pembelajaran guided inquiry
terintegrasi STEM sebagai proses penyelidikan ilmiah dapat
membantu siswa dalam merumuskan dan mengidentifikasi
pendekatan eksperimental secara mandiri. Penguasaan konsep siswa
yang memperoleh pebelajaran inkuiri terintegrasi STEM lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri saja (Yuliati,
L., dkk 2018)

Pembelajaran guided inquiry dapat mengembangkan konseptual


siswa ketika mereka merefleksikan, mendiskusikan, dan
mengevaluasi konsepsi mereka sendiri (Yerdelen, S. Y.. 2019).
9

Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini menekankan pada proses


penemuaan sebuah konsep sehingga muncul sikap ilmiah pada diri
siswa. Kelebihan dari model pembelajaran (inkuiri terbimbing)
adalah guru mampu untuk membimbing siswa dalam melakukan
kegiatan dengan memberikan pertanyaan awal dan mengarahkannya
pada suatu diskusi. Pada model pembelajaran ini guru memiliki
peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya (Apriliani, D. N.M.P., dk 2019).

Sintaks model pembelajaran Guided inquiry (Inkuiri Terbimbing)


menurut Khulthau, C.(2006) dalam Manalu, A. (2020) yaitu
menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang
percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat
kesimpulan. Berikut terdapat penjabaran mengenai kegiatan belajar
mengajar pada sintaks model pembelajaran Guided inquiry learning
Tabel 1. Sintaks Guided inquiry learning
No. Tahapan Kegiatan Belajar Mengajar
(1) (2) (3)
1 Menyajikan pertanyaan Guru membimbing siswa
atau masalah mengidentifikasi masalah, dan
masalah dituliskan dipapan.
Guru membagi siswa dalam
kelompok
2 Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk memberikan
pendapat dalam bentuk
hipotesis. Guru membimbing
siswa dalam menentukan
hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi prioritas
penyelidikan.
3 Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk menentukan
langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang akan
dilakukan. Guru membimbing
siswa menguraikan langkah-
10

(1) (2) (3)


langkah percobaan.
4 Mengumpulkan dan Guru memberikan kesempatan
menganalisis data kepada setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil
pengolahan data yang
terkumpul.
5 Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa
dalam membuat kesimpulan.
(Manalu, 2020)

Berdasarkan hal tersebut,dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


inkuiri terbimbing berhubungan dengan keterampilan proses sains
pada mata pelajaran fisika, karena siswa dituntut untuk
mengidentifikasi, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan,
menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi
serta dapat menganalisis dan menyimpulkan sesuatu mengenai
pengetahuan baru yang telah diterima.

2.1.2 Alat peraga

Secara umum alat peraga adalah benda atau alat-alat yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Alat peraga adalah
seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat atau di susun
secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau
mengembangkan konsep-konsep atau prinsip- prinsip dalam
pembelajaran (Iswadji, S. 2003:13). Penggunaan alat peraga sains
diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep
yang terkandung di dalam materi sains serta dapat mempelajari
sesuatu yang abstrak menjadi konkret atau nyata (Kustandi, C.
2013).
11

Salah satu upaya pembelajaran yang dapat memberikan


pengalaman yang bersifat lebih konkret adalah pembelajaran
berbantuan alat peraga sains. Walaupun sederhana dalam tampilan
fisik, akan tetapi dapat mendukung prinsip kerja dan konsep IPA
yang diajarkan sehingga dapat membantu siswa memahami konsep
(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2011:5).

Alat peraga dalam proses pembelajaran IPA memegang peranan


penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan proses
pembelajaran IPA yang efektif (Sudjana, N. 2011). Alat peraga dapat
memperjelas bahan pengajaran yang diberikan guru kepada siswa
sehingga siswa lebih mudah memahami materi atau soal yang
disajikan guru (Prasetyorini, A. 2013). Alat peraga tak harus dibeli
dengan harga mahal. Menurut Widyaningsih, S. W (2015), alat
peraga sederhana dapat dibuat dengan memanfaatkan benda-benda
sederhana yang ada disekitar sekolah, bahkan barang-barang bekas
sekalipun.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa alat peraga dapat
digunakan guru untuk membantu peserta didik meningkatkan
kemampuan mereka dalam proses pembelajaran sains.
Menggunakan alat peraga, guru diharapkan dapat berusaha
memberikan serta menciptakan kesan pada siswa bahwa fisika
merupakan ilmu yang menyenangkan sehingga pemahamannya
tentang konsep-konsep fisika yang abstrak menjadi lebih nyata,
(Widyaningsih, S.W. 2011). Sehingga mudah bagi peserta didik
untuk mengetahui dan memahami konsep-konsep yang telah ada.
Dimana hal tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan
kemampuan dalam proses sains peserta didik.
12

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat peraga


sederhana berupa baling baling pembangkit listrik bertenaga air
sebagai media pembelajaran untuk membantu dalam meningkatkan
kemampuan proses sains peserta didik.

2.1.3 Pendekatan STEM dalam pembelajaran sains

Pendidikan STEM merupakan suatu pendekatan pengajaran dan


pembelajaran antara dua atau lebih dalam komponen STEM atau
antara suatu komponen STEM dengan disiplin ilmu lain (Becker, K.
2011). Winarni, J. dkk., (2016) juga mengatakan bahwa pendidikan
STEM merupakan suatu pembelajaran yang secara terintegrasi antara
empat disiplin ilmu (sains, teknologi, teknik, dan matematika) di
mana tujuan pembelajaran ini untuk mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam mengatasi permasalahan nyata. Reeve. E. M.
(2013) mengungkapkan pendidikan yang berbasis STEM sebagai
pendekatan yang interdisiplin, di mana di pendekatan tersebut, siswa
dituntut untuk memiliki pengetahuan serta keterampilan pada ke
empat bidang ilmu. Pendekatan STEM ini mampu menciptakan
sebuah sistem pembelajaran secara aktif karena keempat aspek
tersebut dibutuhkan secara bersamaan untuk menyelesaikan masalah.
STEM dibutuhkan dalam pembelajaran. STEM mengacu pada
pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang individu untuk
mengatasi masalah dalam kehidupan nyata, menjelaskan dunia alami
dan desain, dan menjelaskan kesimpulan dari berbagai fakta yang
berbeda (Gonzalez. H.B. 2012).

Tujuan Pendidikan STEM menurut Bybee. R. W (2011) adalah


Peserta didik yang melek STEM, diharapkan mempunyai
Pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mengidentifikasi
pertanyaan dan masalah dalam kehidupannya, menjelaskan
13

fenomena alam, mendesain serta menarik kesimpulan berdasar bukti


mengenai isu terkait. Dalam pembelajaran fisika, STEM dapat
membantu peserta didik untuk menggunakan teknologi dan
mengumpulkan eksperimen yang dapat membuktikan hukum atau
konsep sains. Kesimpulan ini didukung oleh data yang dikelola
secara matematis (Permanasari. A. 2016)

Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa STEM


adalah pendekatan yang diintegrasikan dari beberapa disiplin ilmu
yang digunakan untuk menuntun peserta didik untuk lebih lebih aktif
sehingga memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan pada
bidang ilmu yang ada.

NRC (2014) telah mendefinisikan masing-masing empat disiplin


STEM beserta perannya masing- masing sebagai berikut: (1) Sains
adalah tubuh pengetahuan yang telah terakumulasi dari waktu ke
waktu dari sebuah pemeriksaan ilmiah yang menghasilkan
pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan dari sains berperan
menginformasikan proses rancangan teknik, (2) Teknologi adalah
keseluruhan sistem dari orang dan organisasi, pengetahua n, proses
dan perangkatperangkat yang kemudian menciptakan benda dan
mengoperasikannya. Manusia telah menciptakan teknologi untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhannya. Banyak dari teknologi
modern ialah produk dari sains dan teknik, (3) Teknik merupakan
tubuh pengetahuan tentang desain dan penciptaan benda buatan
manusia dan sebuah proses untuk memecahkan masalah. Teknik
memanfaatkan konsep dalam sains, matematika, dan alat-alat
teknologi, (4) Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan
antara jumlah, angka, dan ruang. Matematika digunakan dalam sains,
teknik, dan teknologi.
14

Dengan pembelajaran STEM, peserta didik diminta mengamati


kondisi alam dan sosial yang ada disekitar mereka. Selanjutnya,
peserta didik diajak untuk mengasah kemampuan literasi yang baik
dari ragam disiplin ilmu terutama teknologi dan sains. Tahap tersebut
mengajak siswa mempertajam konsep sains. Kemudian, peserta didik
memecahkan dan atau menciptakan solusi berupa produk teknologi
melalui rangkaian kemampuan sains yang telah diasah. Akhirnya,
peserta didik melakukan proses dan sikap ilmiah (sains) untuk
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat sekitar. (Jatmika,
S., dkk 2020)

2.1.4 Penerapan Model Pembelajaran Guided Inquiry Berbasis STEM


dengan Alat Peraga Pada Materi Energi Terbarukan

Energi terbarukan merupakan solusi dari masalah ketersediaan energi


dalam skala lokal, regional, serta dapat memanfaatkan sumber daya
energi setempat. Hal penting lainnya adalah tidak merusak
lingkungan. Sistem penyediaan energi yang dapat memenuhi kriteria
adalah sistem konversi energi yang memanfaatkan sumber daya
energi terbarukan, seperti matahari, angin, air, dan biomassa
(Puspaningsih.A. R., dkk 2021)
Model pembelajaran Guided inquiry (Inkuiri Terbimbing) adalah
pembelajaran saintifik yang menekankan pada proses siswa berpikir
kritis dan analitis untuk menemukan jawaban dari suatu
permasalahan, dan dalam pelaksanaanya siswa mampu untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, logis, dan kritis
sehingga dapat merumuskan temuannya (Putri SD, N.H., dkk. 2019).
Dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran guided
inquiry learning dapat menekankan proses berpikir kritis dan analisis
pesertaa didik sehingga diharapkan mampu untuk meningkatkan
kemampuan proses sains dari pesera didik tersebut. Dalam
pembelajaran peserta didik mampu untuk mencari dan menyelidiki
15

sesuatu secara sistematis dan logis sehingga dapat merumuskan


jawaban dari suatu permasalahan. Model pembelajaran inquiry
terbimbing yang diterapkan dengan basis STEM dapat membantu
peserta didik mengidentifikasi pendekatan eksperimental dan
penguasaan konsep.
Pembelajaran mengenai energi terbarukan dapat dirancang untuk
melibatkan peserta didik secara aktif, serta dapat meningkatkan
keterampilan proses sains. Keterampilan ptoses sains
mencangkupserangkaian keteramilan yang diperlukan untu
menyelidiki, memahami, dan menjelaskan fenomena dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu indikator keterampilan proses sains
yaitu merencanakan percobaan, dimana peserta didik mampu
merancang percobaan dengan merincikan langkah- langkahnya serta
dapat mrmahami cara kerja dari alat peraga yang dgunakan Dengan
ini penerapan model inquiry learning berbasis STEM dengan
berbantuan alat peraga.
Dalam penerapan model pembelajaran Guided Inquiry berbasis
STEM pada materi energi terbarukan, pendekatan ini memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses
pembelajaran. Guru bertindak sebagai fasilitator yang membimbing
peserta didik melalui serangkaian pertanyaan dan kegiatan
penyelidikan yang dirancang untuk merangsang pemikiran kritis dan
eksplorasi konsep-konsep energi terbarukan.

2.1.5 Keterampilan Proses Sains

Keterampilan berarti ke.mampuan menggunakan pikiran, nalar, dan


perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil
tertentu, termasuk kreativitas. Proses merupakan konsep besar yang
dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai
seseorang bila akan melakukan penelitian (Devi, 2013).
16

Keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang


dirancang agar peserta didik mampu menemukan fakta-fakta,
membangun konsep, dan teori dalam pembelajaran yang diterima.
Peserta didik diarahkan untuk melibatkan diri dalam kegiatan ilmiah
pada proses pembelajaran. Keterampilan proses sains merupakan
salah satu keterampilan yang digunakan untuk memahami
fenomenafenomena sains. Keterampilan ini diperlukan untuk
memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep,
prinsip hukum, dan teori-teori sains (Amnie. E., 2015).

Keterampilan proses sains, merupakan keterampilan dasar yang


harus dimiliki siswa saat mempelajari sains. Keterampilan proses
melibatkan keterampilan kognitif, manual, dan sosial. Keterampilan
kognitif terlibat, karena dalam keterampilan proses siswa
menggunakan pemikirannya. Hal ini setara dengan menalar dalam
keterampilan saintifik. Keterampilan manual sangat dominan dalam
keterampilan proses, karena dalam keterampilan ini melibatkan
penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan
alat. Hal ini pun terdapat dalam mengamati dan mencoba dalam
keterampilan saintifik.

2.2 Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian Relevan

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


(1) (2) (3) (4)
1. Sakdiah, H., Ginting, STEAM Learning Hasil penelitian
F. W., Rejeki, N. S., & Against Science membuktikan
Miranda, A. (2022). Process Skills Viewed bahwa penerapan
17

(1) (2) (3) (4)


from the Scientific pendekatan
Attitude of Students in pembelajaran
the Vocational Physics STEAM
Study Course menggunakan
model
pembelajaran
PjBL terbukti
mampu
meningkatkan
keterampilan
proses sains
siswa.
2. Azizah, A. N., Penerapan Model Hasil penelitian
Prayitno, B. A., & Guided inquiry menyimpulkan
Nurmiyati, N. (2019). learning untuk bahwa penerapan
Meningkatkan model Guided
Kemampuan Berpikir inquiry learning
Tingkat Tinggi Siswa dapat
SMA meningkatkan
kemampuan
berpikir tingkat
tinggi peserta
didik yang
meliputi aspek C4
(menganalisis),
C5
(mengevaluasi),
dan C6
(mencipta).
3. Alifa, D. M., Penerapan Metode Hasil penelitian
Azzahroh, F., & STEM (Science, menunjukkan
Pangestu, I. R. (2018). Technology, bahwa STEM
Engineering, berbasis proyek
Mathematic) Berbasis dapat digunakan
Proyek Untuk sebagai media
Meningkatkan pendukung proses
Kreativitas Siswa Sma pembelajaran
Kelas XI Pada Materi yang efektif dan
Gas Ideal mengasyikan bagi
peserta didik.
Perpaduan
metode STEM
berbasis proyek
merupakan
perpaduan yang
18

(1) (2) (3) (4)


efektif karena
melibatkan peran
aktif siswa dan
meningkatkan
kreativitas siswa
untuk belajar.
4. Fitriyah, L., Pengembangan LKPD Hasil penelitian
Madlazim. (2021) Pembelajaran Inkuiri menunjukkan
Terbimbing bahwa LKPD
Terintegrasi Stem berbasis inkuiri
Menggunakan Phet terbimbing
Simulation Untuk terintegrasi
Meningkatkan STEM
Keterampilan Berpikir menggunakan
Kritis media PhET
simulation telah
memenuhi
kriteria valid,
praktis dan efektif
dalam
meningkatkan
keterampilan
berpikir kritis
peserta didik.
5. Daniel, D., Pramuda, Lembar Kerja Peserta Hasil penelitian
A., & Sukadi, E. Didik (LKPD) SMP menunjukkan
(2022). Berbasis STEM bahwa produk
(Science Technology Lembar Kerja
Engineering Peserta Didik
Mathematics) dengan (LKPD) dengan
Pendekatan Inkuiri berbasis STEM
(Science,
Technology,
Engineering,
Mathematics)
dengan konten
pendekatan
inkuiri pada
materi suhu dan
perubahannya
merupakan
produk yang valid
dan dapat
digunakan
sebagai salah satu
sumber belajar
19

(1) (2) (3) (4)


baik mandiri
maupun
kelompok dalam
memahami
konsep suhu dan
perubahannya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan


model pembelajaran quided inquiry learning dengan pendekatan Stem.
Penelitian ini menggunakan dua kelas dalam percobaannya, dimana satu
kelas diberikan perlakuan yaitu kelas eksperimen dan satu kelas tanpa
diberikan perlakuan yaitu kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan
model pembelajaran quided inquiry learning dengan pendekatan Stem,
sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan model pembelajaran tertentu .
Sebelum dilakukannya proses pembelajaran antara kedua kelas tersebut .
masing- masing kelas Eksperimen dan kelas kontrol diadakan pretest dengan
soal yang sama, untuk melihat kemampuan awal peserta didik. Selanjutnya
peneliti memberi perlakuan kepada kelas eksperimen berupa pemberian
model pembelajaran quided inquiry learning dengan pendekatan Stem.
Setelah itu dilakukan post test untuk melihat kemampuan akhir peserta didik
dan membandingkan nilai antara kelas yang diberikan perlakuan (Kelas
Eksperimen) dan kelas tanpa perlakuan (Kelas Kontrol).
20

Latar Belakang Rumusan Masalah

Pretest

Proses Pembelajaran Terhadap


Keterampilan Proses Sains

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Menerapkan Model Pembelajaran Menerapkan Model
Guided inquiry learning Pembelajaran
Pendekatan STEM Konvensional

Posttest
Data

Analisis Data

Diterima Hipotesis Ditolak

Kesimpulan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


21

2.4 Anggapan Dasar

Anggapan dasar berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah:


1. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama.
2. Nilai rata-rata kemampuan awal peserta didik pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol sama.
3. Kurikulum yang dilaksanakan pada kedua kelas sama.

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, tinjauan pustaka dan kerangka


pemikiran, maka diajukan hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh
penggunaan model pembelajaran guided inquiry learning dengan pendekatan
STEM terhadap keterampilan proses sains peserta didik.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran


2023/2024 di SMA N 13 Bandar Lampung.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas X IPA di SMA N 13


Bandar Lampung semester ganjil tahun 2023/2024. Berdasarkan populasi,
peneliti akan mengambil dua kelas sebagai sampel yang mana satu kelas
sebagai kelas eksperimen dan salah satunya sebagai kelas kontrol. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random
sampling. Teknik simple random sampling merupakan sebuah metode untuk
memilih anggota sampel dari anggota populasi, dimana seluruh anggota
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.

3.3 Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel pada penelitian ini, yaitu varibel bebas dan variabel
terikat. Dimana variabel bebasnya merupakan model pembelajaran guided
inquiry learning dengan pendekatan STEM, sedangkan variabel terikatnya
adalah keterampilan proses sains peserta didik.
23

3.4 Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode quasi eksperimen
dengan jenis desain pretest-posttest control group design. Pada desain ini
peserta didik dibagi menjadi dua kelompok secara acak. Satu kelompok
menerima perlakuan tertentu (kelompok eksperimen), sedangkan kelompok
lain tidak menerima perlakuan (kelompok kontrol). Kedua kelompok diukur
menggunakan pretest sebelum diberikan perlakuan, setelah itu kedua
kelompok diukur lagi menggunakan posttest setelah diberikan perlakuan.
Desain penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Tabel 3. Postest-pretest control group design


Ekperiment O1 X1
Kontrol O3 X2
Keterangan :
X1 = Perlakukan kelas eksperimen dengan menggunakan guided inquiry
learning dengan pendekatan STEM
X2 = Perlakuan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensional
O1 = Pretest pada kelas eksperimen
O2 = Posttest pada kelas eksperimen
O3 = Pretest pada kelas kontrol
O4 = Posttest pada kelas kontrol

3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu


sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
24

Adapun kegiatan pada tahap ini yaitu sebagai berikut.


a. Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian di SMA N 13
Bandar Lampung
b. Peneliti melakukan wawancara dengan guru fisika kelas X SMA N 13
Bandar Lampung mengenai masalah yang dihadapi siswa.
c. Peneliti menentukan sampel penelitian
d. Peneliti mengkaji teori yang relevan dengan judul penelitian yang
akan dilakukan.
e. Peneliti menyusun RPP dan instrumen yang akan digunakan dalam
proses pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, yaitu dapat
dilihat pada Tabel 4. berikut ini.

Tabel 4. Tahap Pelaksanaan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
(1) (2)
a. Peneliti telah mengukur a. Peneliti telah mengukur
kemampuan proses sains kemampuan proses sains
awal siswa dengan awal siswa dengan
memberikan pretest memberikan pretest
b. Peneliti memberikan b. Peneliti tidak memberikan
perlakukan menggunakan perlakuan menggunakan
pembelajaran guided pembelajaran
inquiry learning dengan konvensional
pendekatan STEM
c. Peneliti telah memberikan c. Peneliti telah memberikan
posttest kepada siswa posttest kepada siswa

3. Tahap Akhir
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir ini, yaitu.
a. Mengolah data hasil pretest dan posttest siswa serta instrumen
pendukung lainnya.
b. Membandingkan hasil analisis data instrumen tes sebelum perlakuan
dan setelah diberi perlakuan untuk menentukan apakah terdapat
25

perbedaan keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan


kelas kontrol.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh melalui
analisis data dan selanjutnya menyusun laporan penelitian.

3.6 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan
variabel terikat dan terdapat satu moderator. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran guided inquiry learning, sedangkan variabel
terikatnya adalah keterampilan proses sains peserta didik dan dimoderatori
oleh pendekatan STEM.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan


pengukuran, dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu
penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yakni
instrument tes dan non tes.
1. Instrumen Tes
Dalam penelitian ini data tes hasil belajar ranah kognitif menggunakan
instrumen tes soal pilihan jamak. Tes ini diberikan sebanyak dua kali
dalam pembelajaran, yaitu pretest yang berfungsi untuk mengetahui
kemampuan awal sebelum diberikan perlakuan, dan posttest yang
berfungsi untuk mengetahui kemampuan akhir setelah diberikan
perlakuan.

2. Instrumen Non Tes


1) Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains
26

Instrumen ini digunakan untuk menilai Keterampilan Proses Sains


peserta didik. Lembar observasi terdiri dari pernyataan yang disusun
berdasarkan indikator - indikator keterampilan proses ains. Lembar
observasi diisi dengan skala penilaian 4, 3, 2, 1. Keterampilan Proses
Sains peserta didik dapat diketahui melalui bobot nilai dalam lembar
observasi. Bobot nilai untuk jawaban 1 = kurangbaik, 2 = cukup baik,
3 = baik, 4 =sangat baik.

3.8 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam sampel harus diuji terlebih dahulu dengan
menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas menggunakan program IBM
SPSS Statistics 21.
1. Uji Validitas
Valid atau tidaknya suatu instrumen dapat menunjukan bahwa pengukuran
yang dilakukan untuk memperoleh data tersebut valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur dengan tepat apa
yang seharusnya diukur . Untuk menguji validitas instrument digunakan
rumus korelasi product moment sebagai berikut :

𝑟 𝑁∑𝑋𝑌 −(∑𝑁)(∑𝑌)
𝑥𝑦=
√{𝑁∑𝑋 2 −( ∑𝑋 2 ) }{𝑁∑𝑌2 −( ∑𝑌2 ) }

Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Jumlah peserta didik yang dites
X : Skor butir soal
Y : Skor total

Uji validitas penelitian ini menggunakan SPSS versi 21.0 dengan


menggunakan metode pearson correlation. Jika rhitung ≥ rtabel dengan taraf
27

signifikan (α = 0,05) maka instrumen tersebut valid. Namun jika rhitung <
rtabel maka instrumen tersebut tidak valid. Adapun koefisien validitas
mengacu pada Tabel.

Tabel 5. koefisien validitas


Nilai rxy Interpretasi Validitas
(1) (2)
0,80-1,00 Sangat tinggi
0,60-0,80 Tinggi
0,40-0,60 Sedang
0,20-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
(Arikunto,2013:213)

2. Uji Reliabilitas
Reliabel atau tidaknya suatu instrumen adalah apabila digunakan untuk
mengukur objek yang sama beberapa kali maka akan menghasilkan
data yang sama. Perhitungan untuk mencari reliabilitas instrumen
dengan menggunakan rumus alpha, yaitu:
𝑟 𝑛 ∑𝛿 2
11=( )(1− 𝑖2 )
𝑛−1 ∑𝛿 𝑡

Keterangan:
R11 : Reliabilitas yang dicari
∑𝛿𝑖2 : Jumlah varian skor tiap item
∑𝛿𝑡2 : varians total

Uji reliabilitas diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan


tujuan pengukuran. Instrumen yang dinyatakan reliabel dapat
diinterpretasikan seperti pada Tabel 6.
28

Tabel 6. Interpretasi Reliabilitas


Nilai Alpha Cronbach’s Interpretasi Reliabilitas
(1) (2)
0,81-1,00 Sangat Reliabel
0,61-0,80 Reliabel
0,41-0,60 Cukup Reliabel
0,21-0,40 Sedikit Reliabel
0,00-0,20 Kurang Reliabel
(Arikunto,2013:239)

Setelah uji instrumen dilakukan, dan didapatkan hasil uji validitas dan
reliabilitas yang diinginkan, maka instrument sudah siap digunakan kemudian
diberikan pada sampel yang sesungguhnya.

3.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
pengumpulan data tes dan non-tes . Instrumen tes yang digunakan yaitu data
hasil belajar peserta didik. Bentuk tes berupa soal pilihan jamak yang terdiri
dari 35 soal pada topik pengukuran yang diberikan pada kelas eksperimen dan
dengan soal yang sama diberikan pada kelas kontrol. Tes yang diberikan
bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains peserta
didik dengan pendekatan STEM menggunakan model guided inquiry learning
pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol . Data
hasil pretest dan posttest peserta didik, selanjutnya akan dilakukan tabulasi
data, yaitu penyusunan data ke dalam bentuk Tabel dengan tujuan agar data
dapat mudah disusun, dijumlah, dianalisis, dan disajikan. Instrumen non-tes
yang digunakan berupa angket respon peserta didik pada kelas eksperimen
mengenai model pembelajaran guided inquiry learning berbasis STEM.
29

3.10 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil pretest dan
posttest kemampuan berpikir sistem yang kemudian dianalisis
menggunakan N-gain untuk mengetahui perbedaan pretest dan posttest
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui hal tersebut
menggunakan rumus berikut ini:
𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 max − 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Hasil perhitungan N -gain kemudian diinterpretasikan dengan


menggunakan klasifikasi seperti pada Tabel

Tabel 7. Klasifikasi N-gain


Rata-rata N-Gain Klasifikasi
(1) (2)
(g) ≥ 0,07 Tinggi
0,30 ≤ (g) > 0,07 Sedang
(g) < 0,30 Rendah
(Meltzer, 2002)

2. Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui sampel penelitian berdistribusi
secara normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan Ketentuan:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Dengan dasar pengambilan keputusan
a. Apabila nilai Sig atau nilai probabilitas > 0,05, maka H0
diterima.
b. Apabila nilai Sig atau nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.
30

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenan dari
sample yang diberikan pada penelitian ini. Uji homogenitas ini
menggunakan rumus:
𝑆12
𝐹= 2
𝑆2
Keterangan :
𝑆12 = Varians terbesar
𝑆22 = Varians terkecil

Jika Fhitung < Ftabel maka data dapat disebut homogen, namun jika
data Fhitung>Ftabel , maka data dikatakan tidak homogen. Data
yang homogen selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis statistik
parametrik, apabila data tidak homogen maka dapat dilakukan uji
hipotesis non-parametrik.

3. Uji Hipotesis
Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui terdapat
perbedaan atau tidak antara kedua kelompok sampel. Hipotesis
yang akan diujikan dengan Independent Sampel T-test sebagai
berikut.
a. Hipotesis
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan system
thinking peserta didik dengan menggunakan IBL STEM
berbasis flipped classroom.
H1 : terdapat perbedaan rata-rata kemampuan systems thinking
peserta didik dengan menggunakan IBL STEM berbasis
flipped classroom.
b. Pengambilan keputusan
1. H0 ditolak jika Sig atau probabilitas lebih kecil dari 0,05
2. H0 diterima jika Sig atau probabilitas lebih besar dari 0,05
31

4. Effect Size
Nilai effect size menunjukkan besarnya pengaruh dari variabel
terhadap variabel lainnya dalam sebuah penelitian. Berikut adalah
rumus effect size menurut Cohen, L., at al (2007).

𝑌𝑒 − 𝑌𝑐
𝛿=
𝑆𝑐
Keterangan: :
𝛿 : Effect size :
Ye : Nilai rata-rata perlakuan eksperimen
Yc: Nilai rata-rata perlakuan kontrol
Se: Simpangan baku kelompok pembanding
Adapun hasil perhitungan dapat diinterpretasikan dalam Tabel 10
berikut :

Tabel 8. Interpretasi Effect Size


Nilai Effect Size Interpretasi
(2) (2)
0,8 ≤ d ≤ 1,0 Besar
0,5 ≤ d ≤ 0,8 Sedang
0,2 ≤ d ≤ 0,5 Kecil
(Cohen, L., at al, 2007)

5. Uji Analysis of Covariance (ANCOVA)


Menurut Mackey, A. (2005) uji ANCOVA merupakan analisis
statistika dalam menguji hipotesis untuk meningkatkan ketelitian
terhadap variabel lain. Tujuan ANCOVA yaitu untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap variabel terikat dengan mengontrol
variabel lainnya. Adapun variabel yang diuji yaitu :
Variabel bebas : Guided inquiry learning dan STEM
Variabel terikat : Keterampilan proses sains
Covariat : Pretest keterampilan proses sains
DAFTAR PUSTAKA

Alifa, D.M., F. Azzahroh., I.R. Pangestu. (2018). Penerapan Metode STEM


(Science, Technology, Engineering, and Mathematics) berbasis Proyek
untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMA Kelas XI pada Materi
Gas Ideal. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS). 88-
109.

Amanda, Nova Listia & Edy Surya. (2019). Model Pembelajaran Inquiry
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis, Medan: Universitas Negeri
Medan. 1-9

Amnie, E., Abdurrahman, & Ertikanto, C. (2015). Pengaruh Keterampilan


Proses Sains Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Ranah
Kognitif. Jurnal Pembelajaran Fisika , 2(7), 123-327.

Apriliani, D. N. M. P., Wibawa, I. M. C., & Rati, N. W. (2019). Pengaruh


Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
IPA.Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 3(2), 122-131.

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Azizah, A. N., Prayitno, B. A., & Nurmiyati, N. (2019). Model Guided inquiry
learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa SMA. Bio-Pedagogi: Jurnal Pembelajaran Biologi. 8(1), 39-43.

Becker, K., & Park, K. (2011). Effects of integrative approaches among


science, technology,engineering, and mathematics (STEM) subjects on
students' learning: A preliminary metaanalysis. Journal of STEM
Education: Innovations and Research, 12(5), 23.

Bybee, R. W. (2011). Scientific and engineering practices in K-12


classrooms. Science Teacher, 78(9), 34-40.

Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research Methods in Education
(6th ed.). London, New York: Routllege Falmer. 657 p.

Daniel, D., Pramuda, A., & Sukadi, E. (2022). Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) SMP Berbasis STEM (Science Technology Engineering
Mathematics) dengan Pendekatan Inkuiri. In SNPF (Seminar Nasional
Pendidikan Fisika). E-ISSN: 2830-4535, 1-9.
33

Devi, Poppy kamalia. (2013). Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA


untuk Guru SMP. Bandung:PPPPTK IPA.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. (2011). Pedoman


Pembuatan Alat Peraga untuk SMA. Jakarta: Dirjen Dikmen
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Fitriyah, L., Madlazim. (2021). Pengembangan LKPD Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing Terintegrasi Stem Menggunakan Phet Simulation Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis

Gonzalez, H. B., & Kuenzi, J. J. (2012). Science, technology, engineering, and


mathematics (STEM) education: A primer. Washington, DC:
Congressional Research Service, Library of Congress. 38p

Iman, R., Ibnu, K., & Nasrullah. (2017). Meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dengan model inkuiri terbimbing pada materi pesawat
sederhana. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 5(1), 52-58.

Islamyah, D. G., Yasa, P., & Rachmawati, D. O. (2018). Penerapan model


pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis STEM guna meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIPA 4 SMAN tahun ajaran
2018/2019. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, 8(2), 86-94.

Jatmika, S., Lestari, S., Rahmatullah, R., Pujianto, P., & Dwandaru, W. S. B.
(2020). Integrasi project based learning dalam science technology
engineering and mathematics untuk meningkatkan keterampilan proses
sains dalam pembelajaran fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Dan
Keilmuan (JPFK), 6(2), 107-119.

Kang , J., & Keinonen, T. (2017). The Effect of Student-Centered Approaches


on Students Interest and Achievement in Science: Relevant Topic-
Based, Open and Guided Inquiry-Based,and Discussion-Based
Approaches. Research Science Education. (48), 865-885.

Khulthau, C.C. (2006). Guided inquiry learning in the 21st Century. United
States of America: Libraries Unlimited. 253p.

Kustandi, C. (2013). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Ghalia


Indonesia.

Mackey, A., & Gass. 2005. Second Language Research : Method and Design
London: London Lawrence Erlbaun Associate Publishers.

Manalu, A. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided


Inquiry) Terhadap Keterampilan Proses Sains. Jurnal Ilmiah Simantek,
4(2), 22-28.
34

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation


And Conceptual Learning Gains In Physic: A Possible Hidden
Variable In Diagnostic Pre-Test Score. Journal of am J Phys, 70 (12),
1259-1268.

Mulyasa.(2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 232 hal

Nisa, E. K., Jatmiko, B., & Koestiari, T. (2018). Development of guided


inquiry-based physics teaching materials to increase critical thinking
skills of highschool students. Jurnal Pendidikan Fisika (JPFi), 14(1),
18-25.

NRC. (2014). STEM integration in K-12 education: status, prospects, and an


agenda for research. Washington DC: The National Academies of
Sciences. 180p.

Peffer, M. E., & Ramezani, N. (2019). Assessing Epistemological Beliefs of


Experts and Novices Via Practices in Authentic Science Inquiry.
International Journal of STEM Education, 6(1), 23p.

Permanasari, A. (2016). STEM education: Inovasi dalam pembelajaran sains.


In Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 3 (1), 23-34.

Prasetyorini, A. (2013). Pemanfaatan Alat Peraga IPA Untuk Peningkatan


Pemahaman Konsep Fisika Pada Siswa SMP Negeri I Bulus pesantren
Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan, 2hal

Puspaningsih, Ayu Ratna. Elizabeth Tjahjadarmawan., dan Niken


Resminingpuri Krisdianti. (2021). Buku Panduan Guru Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembukuan

Putri SD, N.H., Fitri, R., Darussyamsu, R. (2022). Penggunaan Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Ketrampilan
Proses Sains. Journal on Teacher Education, 3(1), 160-169.
https://doi.org/10.31004/jote.v4i1.7040

Reeve, E. M. (2013). Implementing Science, Technology, Mathematics,


andEngineering (STEM) Education in Thailand and in ASEAN. USA:
Utah State University. 22p.

Sakdiah, H., Ginting, F. W., Rejeki, N. S., & Miranda, A. (2022). STEAM
Learning Against Science Process Skills Viewed from the Scientific
Attitude of Students in the Vocational Physics Study Course. J.
Penelit. Pendidik. IPA, 8(5), 2531-2536.

Sanjaya Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana. 294 hal.
35

Septiani, A. (2016). Penerapan Asesmen Kinerja dalam Pendekatan Stem


(Sains Teknologi Engineering Matematika) untuk Mengungkap
Keterampilan Proses Sains.

Soemar Iswadji. 2003 Pembelajaran Alat-alat Peraga. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Stohlmann, M., Moore, T. J., & Roehrig, G. H. (2012). Considerations for


Teaching Integrated STEM Education. Journal of Pre-College
Engineering Education Research (J-PEER), 2(1), 28-34.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja


Rosdakarya

Warta, I. W., Yudana, M., & Natajaya, N. (2013). Pengaruh model


pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar IPS
ditinjau dari konsep diri akademik siswa kelas VIII SMPN 3
Sukawati. Jurnal Administrasi Pendidikan Indonesia, 4(1), 3-10.

Widyaningsih, S. W. (2011). Pembentukan Karakter Bertanggung Jawab Dan


Rasa Ingin Tahu Melalui Penerapan Metode Quantum Learning
Dengan Menggunakan Media Alat Peraga Sederhana Pada
Pembelajaran Fisika. Seminar Nasional MIPA dan Pendidikan MIPA
UNP.

Winarni, J., Zubaidah S., & Soepriono K. H. (2016). STEM : Apa, Mengapa,
dan Bagaimana. Pros. Semnas. Pendidikan IPA Pascasarjana UM

Yerdelen-Damar, S., & Eryılmaz, A. (2021). Promoting conceptual


understanding with explicit epistemic intervention in metacognitive
instruction: Interaction between the treatment and epistemic
cognition. Research in science education, (51), 547-575.

Yuliati, L., Yogismawati, F., & Nisa, I. K. (2018). Building scientific literacy
and concept achievement of physics through inquiry-based learning
for STEM education. In Journal of Physics: Conference Series, Vol.
1097(1), 012022.

Zacharia, Z. (2003). Belief, Attitudes, and Intentions of Science Teachers


Regarding the Educational Use of Computer Simulations and Inquiry-
based Experiments in Physic. Journal of Research in Science
Teaching, 40(8), 792–823.

Anda mungkin juga menyukai