Anda di halaman 1dari 49

PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM

MENINGKATKAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS PESERTA


DIDIK
DI PESANTERN DDI NURUL AZIS BAROBBO
JENEPONTO

Proposal

OLEH
NAMA
HABIBI
NIM 160192008

INSTITUTE PARAHIKMA INDONESIA


TARBIYAH AND TEACHING SCIENCE FACULTY
2022
HALAMAN JUDUL

PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM


MENINGKATKAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS PESERTA
DIDIK
DI PESANTERN DDI NURUL AZIS BAROBBO
JENEPONTO

Proposal

OLEH
NAMA
NIM

ii
INSTITUTE PARAHIKMA INDONESIA
TARBIYAH AND TEACHING SCIENCE FACULTY
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Indikator Kreativitas dalam Pembelajaran...........................................33

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Intervensi Program Sekolah Penggerak...........................................17

Gambar 2. 2. Platform Digital...............................................................................19

Gambar 2. 3. Tahapan Proses Transformasi Sekolah Di Indonesia.......................21

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang masalah.................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................................................6
D. Fokus Penelitian............................................................................................7
E. Kajian Pustaka...............................................................................................7
F. Komposisi Bab (outline)...............................................................................8
BAB II LANDASAN TEORETIS.........................................................................10
A. Landasan Teori............................................................................................10
1. Kurikulum Merdeka.................................................................................10
2. Transformasi Sekolah Melalui Program Sekolah Penggerak..................15
3. Ruang Lingkup Program Sekolah Penggerak.........................................17
4. Kecerdasan..............................................................................................19
5. Konsep Kreativitas..................................................................................27
B. Kerangka Pikir............................................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................35
A. Jenis Penelitian............................................................................................35
B. Pendekatan Penelitian.................................................................................35
C. Sumber Data................................................................................................36
D. Metode Pengumpulan Data.........................................................................36
E. Instrumen Penelitian...................................................................................37
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data........................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi, individu,

masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan

realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan peranan dalam

menentukan sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat (Nurkholis, 2015).

Dengan adanya Pendidikan maka pola pikir anak pun berkembang dengan baik

dan terarah. Sejak dulu sistem Pendidikan di Indonesia berjalan secara monoton

tanpa berani keluar dari zona aman. Ketakutan akan kritikan kebijakan, kegagalan

dalam kepemimpinan menjadi tolok ukur pengatur kebijakan untuk tetap berada di

zona yang aman.

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia memberanikan diri untuk

melakukangebrakan kebijakan dalam dunia Pendidikan di Indonesia. Kebijakan

tersebut familiar dengan sebutan MBKM atau singkatan dari Merdeka Belajar dan

Kampus Merdeka (M. & S. Yamin, 2020). Beberapa kebijakan yang disorot yakni

dihapuskannya ujian nasional dengan catatan ujian sekolah berstandar nasional

akan diselenggarakan oleh sekolah masing-masing karena sekolah lah yang yang

berhak, mampu, dan mengetahui kompetensi siswa. Gebrakan lain yakni

diperluasnya system zonasi (tidak termasuk daerah 3T, hingga administrasi para

guru dipermudah dengan cara penyederhanaan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran). Tak hanya itu saja. Siswa dan guru diperbolehkan melaksanakan

1
2

pembelajaran diluar kelas untuk membaur dengan lingkungan (Kemendikbud,

2013).

Gebrakan merdeka belajar ini menuai pro dan kontra, ada yang beranggapan

bahwa sistem ini merupakan kemunduran nilai Pendidikan yang mana biasanya

mengedepankan aspek disiplin di dalamnya, hingga dianggap sebagai kebijakan

yang mencetak tenaga kerja bukan sebagai pembuat lapangan kerja. Menurut

pendapat lain, kebijakan ini dinilai bagus karena dapat merefresh ulang terhadap

kebijakan yang telah lama menggantung dalam dunia Pendidikan. Di era industri

4.0 saat ini, bukan hanya kecerdasan dalam dunia sains saja yang dapat unggul

didepan, namun kreativitas pun sangat menentukan kemana dan dimana individu

tersebut dapat diterima. Menurut Muhammad Yamin (2020) “Syarat maju dan

berkembang Lembaga pendidikan harus memiliki daya inovasi, dan dapat

berkolaborasi. Jika tidak mampu berinovasi dan berkolaborasi, maka akan

tertinggal jauh ke belakang”. Zaman sekarang jika ingin unggul bukanlah dengan

persaingan, melainkan dengan kolaborasi yang dapat melahirkan kreativitas baru

berdasarkan kemajuan zaman. Kreativitas.

Menurut Erdogan dan Akkaya (2015), adalah gaya pemikiran yang

memungkinkan individu untuk menghasilkan produk baru dan autentik,

menemukan solusi baru, dan mencapai sebuah sintesis. Salah unsur dari

kreativitas tidak terikat dengan aturan. Aturan-aturan yang dimaksud adalah

formalitas yang menyulitkan guru atau pendidik dalam mengembangkan

pembelajaran. Guru dengan gebrakan merdeka belajar dapat memanfaatkan

momentum untuk mengkreasikan pembelajaran yang biasannya dilaksanakan di


3

dalam kelas kini dapat beranjak ke luar kelas dengan waktu yang ditentukan,

kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan khususnya guru seni budaya dalam

menganalisis daya kreativitas tiap-tiap individu siswa.

Selanjutnya penelitian ini akan membahas tentang kreativitas siswa saat

melaksanakan program merdeka belajar yakni pembelajaran di luar kelas dengan

tujuan untuk menganalisis kreativitas siswa terhadap dalam menghafal di

Pesantern DDI Nurul Azis Barobbo Jeneponto.

Penerapan sekolah merdeka pada program hafalan peserta didik di di

Pesantern DDI Nurul Azis Barobbo Jeneponto mampu meningkatkan kecerdasan

dan kreativitas peserta didik melalui struktur kurikulum yang lebih fleksibel,

fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasan bagi guru menggunakan

berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta

aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus

mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.

Kebijakan merdeka belajar memberikan makna yang tersirat dalam

pesannya bahwa peserta didik diberi kebebasan dalam menentukan masa

depannya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya bukan berdasarkan tekanan

yang menyebabkan peserta didik stres dan kehilangan rasa percaya dirinya

sebagaimana kasus terjadi disebabkan adanya pelaksanaan ujian nasional (Alaika

M. Bagus Kurnia PS, 2020).

Pendidikan Islam berusaha merealisasikan misi agama Islam dalam tiap

pribadi manusia, yaitu: menjadikan manusia sejahtra dan bahagia dalam cita Islam

(Arifin, 2015). Dalam penerapannya, Islam tidak hanya mendidik dan mengajar
4

para pemeluknya hanya sampai pada tataran transfer ilmu semata, tapi Islam juga

mendorong para pemeluknya agar menjadikan pendidikan sebagai basis trasfer

ilmu, sehingga ilmu yang didapatkan tidak hanya berhenti dalam otak saja,

melainkan ilmu itu terinternalisasi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, pemahaman tentang materi, institusi, kultur dan sistem

pendidikan merupakan satu kesatuan yang holistik, bukan persial, dalam

mengembangkan sumber daya manusia yang beriman, berislam, dan berihsan.

Pada kesempatan kali ini mari kita telaah Q.S al-Alaq/96: 4-5:

ِ ۙ ‫اذَّل ِ ْي عَمَّل َ اِب لْ َقمَل‬


ۗ ْ ‫عَمَّل َ ااْل ِن ْ َس َان َما ل َ ْم ي َ ْعمَل‬
Terjemahnya: “Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan penafsiran ayat diatas adalah

menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah swt. dalam mengajar manusia yaitu:

Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua

melalui pengajaran secara langsung tanpa alat, cara yang kedua dikenal dengan

istilah ilmu Ladunniy. Pada awal surah ini, Allah telah memperkenalkan diri

sebagai yang Mahakuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Pemurah,

pengetahuanNya meliputi segala sesuatu, sedangkan kemurahan-Nya tidak

terbatas sehingga dia kuasa dan berkenang untuk mengajar dengan atau tanpa

pena. Wahyu-wahyu Ilahi yang diterima oleh manusia-manusia yang agung yang

siap dan suci jiwanya adalah tingkat tertinggi dari bentuk pengajara-Nya

walaupun tanpa alat dan tanpa usaha manusia (Shihab, 2012).


5

Penerapan sekolah merdeka ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya yaitu Yamin & Syahrir (2020) dengan hasil peneltiian dengan

penerapan pendidikan merdeka Belajar dalam telaah metode pembelajaran yaitu

sistem dan pengajarannya harus memenuhi kecenderungan dalam pendidikan di

era Revolusi Industri 4.0. Di era Revolusi Industri 4.0 kebutuhan utama yang

ingin dicapai dalam sistem pendidikan atau lebih khusus dalam metode

pembelajaran yaitu siswa atau peserta didik yaitu penguasaan terhadap literasi

baru.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh (Noor, 2020) bahwa penerapan

pembelajaran merdeka siswa lebih berani berkreasi memainkan, menggunakan

bahkan membuat instrumen alat musik dari lingkungan sekitar. Kreasi siswa

dipadukan dengan menyanyikan lagu daerah Kalimantan Selatan Ampar-Ampar

Pisang. Dengan adanya inovasi gebrakan kebijakan mampu menumbuhkan

kreativitas siswa yang jarang terlihat saat dalam proses belajar mengajar di kelas.

Berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu maka dengan penerapan

sekolah merdeka ini diharapkan peseta didik bersemangat dalam memulihkan

pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan dengan kurikulum merdeka dan

platform Merdeka Mengajar yang akan membantu guru dan kepala sekolah dalam

pelaksanaan pembelajaran.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, peneliti mengangkat

rumusan masalah pokok yaitu:


6

1. Bagaimana konsep sekolah merdeka di pesantern DDI Nurul Azis

Barobbo Jeneponto?

2. Bagaimana penerapan sekolah merdeka dalam meningkatkan kecerdasan

dan kreativitas peserta didik melalui penerapan sekolah merdeka di

pesantern DDI Nurul Azis Barobbo Jeneponto?

3. Bagaimana hasil belajar penerapan sekolah merdeka di pesantern DDI

Nurul Azis Barobbo Jeneponto?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah pokok di atas, tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan konsep sekolah merdeka di pesantern DDI

Nurul Azis Barobbo Jeneponto.

b. Untuk mendeskripsikan penerapan sekolah merdeka dalam

meningkatkan kecerdasan dan kreativitas peserta didik melalui

penerapan sekolah merdeka di pesantern DDI Nurul Azis Barobbo

Jeneponto.

c. Untuk mendeskripsikan hasil belajar penerapan sekolah merdeka di

pesantern DDI Nurul Azis Barobbo Jeneponto

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan ilmiah
7

Sebagai dasar untuk mengetahui bagaimana penerapan penerapan

sekolah merdeka di pesantern DDI Nurul Azis Barobbo Jeneponto dalam

meningkatkan kecerdasan dan kreativitas peserta didik.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian adalah sebagai tambahan informasi bagi

pihak-pihak yang membutuhkan. Penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan dan perluasan pengetahuan yang berkaitan dengan

penerapan sekolah mereka dalam peningkatan kecerdasan dan kreativitas

peserta didik pada pembelajaran pendidikan agama Islam.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah penerapan sekolah merdeka dalam

meningkatkan kecerdasan dan kreativitas peserta didik dengan upaya kepala

sekolah, guru, orang tua dan murid itu melakukan kolaborasi belajar untuk

mengikuti beragam program belajar dari sekolah.

E. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan Muhammad Yamin dan Syahrir (2020) yang

berjudul Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar (Telaah Metode

Pembelajaran). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan

merdeka belajar dalam telaah metode pembelajaran harus memenuhi

kecenderungan dalam pendidikan di era Revolusi Indusri 4.0, yaitu peserta didik

harus memiliki penguasaan literasi baru. Literasi baru tersebut adalah literasi data,

literasi teknologi dan literasi manusia. Jika peserta didik mampu menguasai ini,
8

maka akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul dalam

pembangunan masa depan Indonesia. Namun selain literasi baru, sistem

pendidikan merdeka belajar tetap melakukan pembangunan karakter pada peserta

didik, seperti kejujuran, religius, kerja keras/tekun, tanggung jawab, adil, disiplin,

toleran. Selain penguasaan literasi baru, pada guru perlu juga revitalisasi

kurikulum berbasis literasi dan penguatan peran guru yang memiliki kompetensi

digital. Maka metode Blended Learning, sangat ideal sebagai metode

pembelajaran di sistem pendidikan merdeka belajar.

Penelitian yang di lakukan oleh Adelia Miranti Sidiq dan Muqawin (2020)

yang berjudul: Pengembangan kreativitas Anak Melalui Konsep Merdeka Belajar

di Saggar Anak Alam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep merdeka

belajar dapat mengembangkan daya imajinasi dan potensi, sehingga kreativitas

muncul secara natural dan alamiah.

Paramita (2019) dengan judul Merdeka Belajar dalam Pendidikan Seni

untuk Meningkatkan Kreativitas. Hasil dari telaah penulis adalah uraian tentang

merdeka belajar di sekolah yang berkorelasi dengan pendidikan seni, dan upaya

peningkatan kreativitas dalam pembelajaran seni rupa di SMP berdasarkan

keterkaitannya dengan merdeka belajar, sehingga dapat dikatakan pembelajaran

seni dapat memberikan ruang bebas bagi pendidik dan siswa untuk lebih kreatif

dalam pembelajaran.
9

F. Komposisi Bab (outline)

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan

Kegunaan Penelitian, Fokus Penelitian, Kajian Pustaka , dan

Komposisi Bab (outline)

BAB II LANDASAN TEORETIS

Berisikan Landasan Teori, dan Kerangka Pikir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian, Sumber Data, Metode

Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis

Data.
10

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Landasan Teori

1. Kurikulum Merdeka

Stimulasi kurikulum merdeka dirancang dengan cara memperkaya

lingkungan yang akan menyuburkan interaksi anak dengan lingkungan di

sekitar, termasuk pendidik dan orangtua. Kurikulum berdasarkan pendekatan

konstruktivistik yang berasal dari teori Piaget dan Vygotsky juga percaya

bahwa pembelajaran perlu melibatkan anak dalam interaksi aktif antara diri dan

lingkungannya. Diharapkan proses stimulasi akan memberikan dampak yang

optimal pada peningkatan karakter, keterampilan, maupun pengetahuan anak.

Stimulasi tersebut dilakukan pada semua aspek perkembangan anak, baik dari

aspek moral dan agama, fisik motorik, emosi dan sosial, bahasa, dan kognitif

melalui kegiatan bermain. Peran guru dan orang tua pada stimulasi anak usia

dini selaras dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu guru dan orang tua

berfungsi sebagai fasilitator, mentor, dan mitra anak dalam proses

perkembangannya. Selanjutnya guru perlu bekerja sama dengan orang tua

untuk memastikan keselarasan antara pendidikan di satuan PAUD

(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan di rumah dalam keseharian anak.

Kurikulum merdeka Belajar yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan

dan kebudayaan (Mendikbud) yaitu Nadiem Anwar Makarim pada hari

Senintanggal 01 Februari 2021. Dalam arahannya, Mendikbud mengatakan

Program Sekolah Penggerak (PPG) ini merupakan katalis untuk mewujudkan


11

visi pendidikan di Indonesia dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila (RI,

2021).

Sekolah penggerak merupakan sekolah yang mengedepankan

pengembangan hasil belajar peserta didik di mana di dalam sekolah penggerak

mengaitkan salah satu tema yakni profil pelajar pancasila. Sesuai dengan

namanya, maka dalam sekolah penggerak ini menggunakan kurikulum yang di

dalamnya mencakup salah satu aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa maupun bernegara (Alfiani, M. Miftah, & Fauziyah, 2020).

Program sekolah penggerak bertujuan untuk mendorong proses

perubahan satuan pendidikan agar dapat meningkatkan capaian hasil belajar

peserta didik secara holistic baik dari aspek kompetensi kognitif (literasi dan

numerasi) maupun non-kognitif (karakter) dalam rangka mewujudkan profil

pelajar pancasila. Dalam penerapan kurikulum sekolah penggerak terdiri

dari 5 (lima) intervensi yang saling berkaitan satu sama lain. Intervensi

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2. 1. Intervensi Program Sekolah Penggerak


(Sumber: RI, 2021)

a. Pendampingan yang bersifat konsultatif dan asimetris


12

Program sekolah penggerak merupakan kerja sama antara Kemendikbud

dan pemerintah daerah di mana Kemendikbud memberikan dampingan

implementasi sekolah penggerak. Kemendikbud melalui UPT di setiap

provinsi akan memberikan pendampingan bagi pemda provinsi dan kab/kota

dalam perencanaan Program Sekolah Penggerak. UPT kemendikbud di

setiap provinsi akan memberikan pendampingan kepada Pemda selama

program Sekolah Penggerak bergerak seperti memberikan fasilitas

kepada Pemda dalam sosialisasi terhadap pihak yang dibutuhkan hingga

mencarikan solusi terkait kendala di lapangan pada waktui

mplementasi berlangsung.

b. Penguatan SDM sekolah

Penguatan SDM sekolah termasuk kepada penguatan kepala sekolah,

pengawas, pemilik dan guru melalui program pelatihan dan pendampingan

yang intens (coaching) one to one dengan pelatih ahli yang telah disiapkan

oleh Kemendikbud. Pelatihan untuk kepala sekolah, pengawas sekolah,

pemilik dan guru terdiri dari; 1) Pelatihan implementasi pembelajaran

dengan paradigma baru bagi kepala sekolah, pengawas, pemilik dan

guru, 2) Pelatihan kepemimpinan pembelajaran bagi kepala sekolah,

pengawas, pemilik. Dilakukan 1 kali/tahun selama program. Latihan

nasional untuk perwakilan guru. Sementara guru lain dilatih sesuai dengan

materi pelatihan, waktu dan tempat pelatihan dengan keinginan peserta (in-

house training).
13

Pendampingan untuk kepala sekolah, pengawas sekolah, pemilik dan

guru terdiri dari; 1) in-house training, 2) loka karya tingkat

Kabupaten/Kota, 3) Komunitas belajar / praktisi (kelompok mata pelajaran),

4) Program Coaching. Dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu 2-4

minggu sekali selama program. Kemudian implementasi teknologi terdiri

dari; 1) Literasi Teknologi, 2) Platform Guru: Profil dan Pengembangan

Kompetensi, 3) Platform Guru: Pembelajaran, 4) Platform Sumber

DayaSekolah, 5) Platform Rapor Pendidikan.

c. Konsep pembelajaran dengan paradigma baru

Konsep belajar dengan paradigma baru dibentuk berdasarkan prinsip

pembelajaran yang terpisah sehingga setiap siswa belajar sesuai dengan

kebutuhan dan tahap perkembangannya. Beriman kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berakhlak mulia, Berkebinekaan Global, Mandiri, Bergotong

Royong, Bernalar Kritis dan Kreatif, ini merupakan profil belajar

Pancasila yang dipelajari melalui program kurikuler dan program

kokurikuler.

d. Rencana pembelajaran berbasis program

Dilakukan untuk memperbaiki kinerja para guru yang dilakukan melalui

program pendataan yang terencana dan terstruktur. Penerapan kurikulum

sekolah penggerak dapat dijadikan sebagai motivasi bagi sekolah-

sekolahlainnya agar mampu meningkatkan kualitas disatuan pendidikan

tersebut.

e. Digitalisasi sekolah
14

Bertujuan untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi penyelenggaraan

kurikulum sekolah penggerak mengingat seiring perkembangan zaman

hampIr semua sekolah menggunakan metode pembelajaran berbasis digital.

Ini juga bertujuan untuk memperkuat dan menjunjung nama baik sekolah

yang bersangkutan. Penggunaan platform digital bertujuan untuk

memudahkan, meningkatkan efisiensi, menambah inspirasi, dan pendekatan

yang customized.

Gambar 2. 2. Platform Digital


(Sumber: RI, 2021)

Program sekolah penggerak merupakan program yang memiliki tujuan

untuk meningkatkan kualitas belajar siswa yang terdiri dari 5 (lima) jenis

intervensi untuk meningkatkan sekolah bergerak 1-2 tahap lebih maju

dengan jangka waktu 3 tahun ajaran. Secara umum, hasil dari Program

Sekolah Penggerak yaitu akan menciptakan hasil belajar dengan lingkungan

belajar yang aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan. Melalui


15

pembelajaran yang berpusat pada murid, akan menciptakan perencanaan

program dan anggaran yang berbasis pada refleksi diri, refleksi guru,

sehingga terjadi perbaikan pada pembelajaran dan sekolah melakukan

pengimbasan (RI, 2021).

2. Transformasi Sekolah Melalui Program Sekolah Penggerak

Program sekolah penggerak bertujuan untuk menyempurnakan

program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak

merupakan program kerjasama yang dibentuk oleh Kemendikbud dengan

Pemerintah Daerah di mana tanggung jawab Pemda menjadi kunci utama,

intervensi yang dilakukan secara holistik, mulai dari SDM sekolah,

pembelajaran, perencanaan, digitalisasi, dan pendampingan Pemerintahan

Daerah, program yang memiliki ruang lingkup yang mencakup seluruh

kondisi sekolah, tidak hanya sekolah unggulan saja, baik negeri dan

swasta, pendampingan dilakukan selama 3 tahun ajaran dan sekolah

melanjutkan upaya transformasi secara mandiri, dan program yang

dilakukan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di

Indonesia menjadi sekolah penggerak (RI, 2021). Berikut merupakan bentuk

transformasi sekolah yang di jelaskan oleh Kemendikbud:


16

Gambar 2. 3. Tahapan Proses Transformasi Sekolah Di Indonesia


(Sumber: RI, 2021)

Kepala sekolah merupakan peran yang penting dalam pengaturan tata

kelola dan menjadi otak penggerak dari setiap satuan di pendidikan

sehingga terciptanya lingkungan dengan pembelajaran yang bermakna dan

menyenangkan melalui penerbitan sistem yang mendukung pada

peningkatan kualitas pendidikan. Dalam Undang-UndangNomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen mengartikan bahwa kepala sekolah

merupakan seorang guru yang diberi tugas tambahan untuk menjadi

pemimpin di sekolah. Dengan begitu kepala sekolah ialah guru yang mampu

mengumpulkan keahliannya sebagai guru dan keterampilannya sebagai

pemimpin administratif sekolah untuk mewujudkan visi sekolah, yang

berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa (Patilima, 2022).

Hal ini dapat membuktikan bahwa peran kepala sekolah sebagai

pemimpin menjadi parameter penting dalam terlaksananya pendidikan

yang bermutu. Dalam konteks pendidikan, pendidikan yang bermutu

mencakup; input, proses dan output.


17

a. Input adalah segala hal yang harus tersedia karena dibutuhkan dalam

berlangsungnya suatu proses.

b. Proses pendidikan adalah menciptakan situasi pembelajaran yang

menyenangkan, mampu memotivasi dan memicu minat belajar dan

mampu memberdayakan siswa.

c. Output pendidikan merupakan seberapa besar lulusan dari pendidikan

tersebut dapat diterima atau dipakai oleh stakeholders (Patilima, 2022).

Dengan meningkatnya kapasitas kepala sekolah akan membantu

warga sekolah untuk memeriksa permasalahan yang dihadapi dan

menyelesaikan masalah mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep

transformasi bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan akan mampu menemukan solusi dan memperbaki segala

permasalahan secara mandiri. Dengan adanya program sekolah penggerak

diharapkan dapat menciptakan perubahan secara terus-menerus dan

berubah menjadi sekolah yang menghasilkan Profil Pelajar Pancasila

(Patilima, 2022).

Setelah sekolah dapat melakukan perubahan, Sekolah Penggerak akan

menjadi sebuah contoh untuk sekolah lain disekitarnya. Sekolah Penggerak

akan menjadi aktivis dalam mempertemukan sekolah-sekolah sekitar untuk

berbagi solusi dan inovasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan

pendekatan gotong royong atau kerja sama akan memungkinkan kepala

sekolah dan guru dapat bertukar pengetahuan dan keahlian, serta mendorong

akan terciptanya peluang-peluang dalam meningkatkan mutu, tidak hanya


18

untuk sekolahnya sendiri, tetapi juga sekolah disekitarnya. Selain itu,

melalui system tolong-menolong ini, program Sekolah Penggerak juga

diharapkan mampu menciptakan perubahan, hinggake level daerah

maupun nasional (Patilima, 2022).

3. Ruang Lingkup Program Sekolah Penggerak

Ruang lingkup dari program sekolah penggerak dibagi menjadi 5

(lima) aspek yaitu:

a. Pembelajaran

Sekolah menerapkan model pembelajaran baru dengan capaian

pembelajaran yang bersifat lebih sederhana dan holistik, serta

menggunakan pendekatan TARL yaitu differentiated learning dan

Teaching at the Right Level. Demikan juga guru akan mendapatkan

pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan kapasitasnya dalam

menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran baru.

b. Manajemen sekolah

Program Sekolah Penggerak juga meningkatkan kompetensi kepala

sekolah. Kepala sekolah menyelenggarakan manajemen sekolah yang

berpihak kepada pembelajaran melalui pelatihan instructional leadership,

pendampingan, dan konsultasi. Selain itu, peningkatan kapasitas juga

termasuk dalam pelatihan dan pendampingan guru untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Program Sekolah Penggerak akan mengoptimalkan pemanfaatan

teknologi digital untuk memudahkan kinerja kepala sekolah dan guru.


19

d. Evaluasi diri dan perencanaan berbasis bukti

Program Sekolah Penggerak merancang data yang berhubungan

dengan hasil belajar siswa untuk digunakan sebagai perencanaan

program dan anggaran, serta memberikan pendampingan dalam

memaknai dan memanfaatkan data tersebut.

e. Kemitraan antara pemerintah pusat dan daerah melalui pendampingan

yang konsultatif dan asimetris. Dalam lingkungan daerah, Program

Sekolah Penggerak juga dapat meningkatkan kompetensi pengawas

untuk mendampingi kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan hasil

belajar peserta didik (Zamjani dkk, 2020:41).

Press (dorongan) 1. Memberikan


semangat
2. Pantang menyerah
Proses kreatif 1. Persiapan
2. Inkubasi
3. Luminasim
4. Verivikasi
Produk kreatif 1. Pengetahuan
2. Ketrampilan

4. Kecerdasan

Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik,

cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika

mendengar keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan

akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan

masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut

kemampuan fikiran (Daryanto, 2012).


20

Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari

bahasa Latin “intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan

satu sama lain (to organize, to relate, to bind together) (Wardiana, 2014).

Bagi para ahli yang meneliti, istilah inteligensi memberikan bermacam-

macam arti. Menurut mereka, kecerdasan merupakan sebuah konsep yang

bisa diamati tetapi menjadi hal yang paling sulit untuk didefinisikan. Hal ini

terjadi karena inteligensi tergantung pada konteks atau lingkungannya.

Menurut Dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu

secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses

belajar untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes

inteligensi, sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara

berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan

mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya. Howard

Gardner berpendapat kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan

atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu (Hari, 2015).

Alfred Binet merupakan seorang tokoh perintis pengukuran

inteligensi, menjelaskan bahwa inteligensi merupakan kemampuan individu

mencangkup tiga hal. Pertama, kemampuan mengarahkan pikiran atau

mengarahkan tindakan, artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk

dicapainya (goal setting). Kedua, kemampuan untuk mengubah arah

tindakan bila dituntut demikian, artinya individu mampu melakukan

penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu. Ketiga, kemampuan untuk


21

mengkritik diri sendiri atau melakukan auto kritik, artinya individu mampu

melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan (Safaria, 2015).

Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia

menyimpulkan terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping)

seseorang, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini

merupakan kecerdasan personal yang melekat pada pribadi seseorang

(Hanaf, 2015).

a. Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient)

Kecerdasan intelektual juga lazim disebut sebagai intelegensi yang

merupakan kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang untuk

menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan

selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik. Wechsler

mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan bertindak dengan

menetapkan suatu tujuan, untuk berfikir secara rasional dan untuk

berhubungan dengan lingkungan sekitarnya secara memuaskan.

Sedangkan Stern mengartikan inteligensi sebagai kemampuan untuk

mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berfikir abstrak,

kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku instingtif, serta

kemampuan menerima hubungan yang kompleks intelegensi dapat

dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu G faktor yang merupakan

kemampuan kognitif dan dipengaruhi oleh faktor bawaan atau genetis


22

dan S faktor kemampuan khusus yang dipengaruhi oleh lingkungan

(Anam, 2015).

Istilah inteligensi digunakan dengan pengertian yang luas dan

bervariasi, tidak hanya oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-

anggota berbagai disiplin ilmu, Sternberg berpendapat bahwa inteligensi

bukanlah kemampuan tunggal dan seragam tetapi merupakan komposit

dari berbagai fungsi. Istilah ini umumnya digunakan untuk mencakup

gabungan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan

maju dalam budaya tertentu. Menurut Stenberg (Sulistiya, 2016)

kecerdasan intelektual memiliki 3 aspek yaitu :

1) Kemampuan memecahkan masalah Individu yang memiliki

kecerdasan intelektual mempunyai kemampuan untuk menunjukkan

pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan

tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran

jernih.

2) Intelegensi verbal Individu yang memiliki kecerdasan intelektual

memiliki kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin

tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan.

3) Intelegensi praktis Individu yang memiliki kecerdasan intelektual

memahami situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia

sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.


23

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa aspekaspek

kecerdasan intelektual yaitu kemampuan memecahkan masalah,

intelegensi verbal dan intelegensi praktiis.

b. Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient)

Menurut Nelson dan Low, emosi adalah suatu keadaan perasaan

yang merupakan sebuah reaksi fisiologis berdasarkan pengalaman

sebagai perasaan-perasaan yang kuat dan adanya perubahan fisiologis

dimana tubuh siap untuk bertindak cepat. Perubahan-perubahan fisiologis

ini terlihat jelas dalam perubahan denyut jantung, ritme pernafasan,

banyaknya keringat dan sebagainya. Secara psikologis, emosi dialami

sebagai reaksi yang sangat menyenangkan atau reaksi paling tidak

menyenangkan yang digambarkan dengan kata-kata seperti bahagia,

marah dan sebagainya (Goleman, 2015).

Tidak seperti IQ yang memiliki berbagai macam alat ukur,

kecerdasan emosi atau EQ tidak dapat diukur dengan angka. Namun

dapat diukur menggunakan aspek-aspek kecerdasan emosi. Lima dasar

kecakapan emosi dan sosial menurut Goleman antara lain:

1) Kesadaran diri

Kesadaran diri lebih merupakan modus netral yang mempertahankan

refleksi diri bahkan di tengah badai emosi. Dalam aspek mengenali

emosi diri ini terdapat tiga indikator yaitu: mengenal dan merasakan

emosi sendiri, memahami penyebab perasaan yang timbul, mengenal

pengaruh perasaan terhadap Tindakan.


24

2) Pengaturan diri

Yaitu kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani

emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada

pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup

menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu

pulih kembali dari tekanan emosi.

3) Memotivasi diri sendiri

Kecenderungan emosi yang mengantarkan atau memudahkan

seseorang meraih sasaran. Orang yang memiliki ketrampilan ini

cenderung lebih produktif dalam upaya apapun yang dilakukannya

serta memiliki kegigihan dalam memperjuangkan tujuan walaupun

ada halangan dan kegagalan. Kemampuan ini meliputi dorongan untuk

berprestasi, komitmen dan optimis.

4) Empati

Merupakan kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan

orang lain. Orang yang empatik mampu merasakan yang dirasakan

oleh orang lain, lebih peka terhadap kehendak orang lain, mampu

memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling

percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe

hubungan

5) Ketrampilan sosial

Orang yang memiliki seni dalam membangun hubungan sosial mampu

menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan


25

orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat,

berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan ini untuk

mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan

perselisihan, serta bekerja sama dengan tim.

Berdasarkan uraian di atas, aspek-aspek kecerdasan emosional

terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan

ketrampilan sosial.

c. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)

Menurut Danah Zohar, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang

bertumpu pada bagian diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar

ego atau jiwa sadar. Dalam karya mereka Spiritual Intelligence Danah

Zohar dan Ian Marshal menjelaskan bahwa Spiritual Quotien (SQ) adalah

inti dari segala kecerdasan. Kecerdasan ini digunakan untuk

menyelesaikan masalah makna dan nilai, yaitu kecerdasan yang

digunakan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna

yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa jalan hidup seseorang

lebih bermakna dibanding orang lain (Walch, 2016).

Lebih lanjut menurut Sinetar yang di kutip oleh Agus Nggermanto,

kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mendapat inspirasi,

dorongan dan efektivitas yang terinspirasi, theis-ness atau penghayatan

ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian (Agustin, 2015).

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan, kecerdasan spiritual

adalah suatu kecerdasan manusia yang digunakan untuk menyelesaikan


26

permasalahan dalam kehidupan dengan melibatkan Tuhan, sehingga jalan

hidupnya semakin bermakna.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang keberadaan kecerdasan

spiritual (SQ) yang sudah bekerja secara efekftif atau SQ sudah bergerak

ke arah perkembangan yang positif di dalam diri seseorang, maka ada

beberapa aspek yang bisa diperhatikan, Zohar dan Marshall (Asteri,

2014) memberikan sembilan aspek dari kecerdasan spiritual yang telah

berkembang dengan baik antara lain:

1) Bersifat fleksibel Yaitu mampu beradaptasi secara aktif dan spontan.

Seseorang yang bersifat fleksibel, meskipun memiliki perbedaan

dengan lingkungan di sekitarnya akan mampu membawa diri dan

bertindak secara halus bahkan dapat mempengaruhi lingkungan

disekitarnya dengan tanpa menimbulkan kerusakan.

2) Memiliki kesadaran (self-awareness) yang tinggi

Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat

dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusannya

sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak ukur

yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

3) Memiliki kemampuan untuk menghadapi penderitaan dan mengambil

hikmah darinya.

Kemampuan seseorang dalam menghadapi ujian dan menjadikan

penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk mendapatkan

kehidupan yang lebih baik dikemudian hari. Individu yang mampu


27

menghadapi penderitaan memiliki kualitas sabar yang baik. Dalam

kandungan kualitas sabar, terdapat sikap yang istiqamah.

4) Ikhlas dan tawakal menghadapi dan mengatasi rasa sakit

Menurut al Qusyairi, ikhlas merupakan ketaatan seorang hamba

dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Allah semata tanpa yang

lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk

mencari pujian makhluk, yang ada hanya mendekatkan diri pada

Allah.

5) Cenderung melihat hubungan antar berbagai hal yang berbeda menjadi

sesuatu yang holistic

Kecerdasan spiritual membuat individu memiliki cara pandang yang

menyeluruh, karena hal keseluruhan adalah sebuah kesatuan yang

lebih penting daripada bagian-bagian yang membentuknya. Individu

dapat menemukan identitas dirinya, tujuan hidupnya dan makna hidup

melalui hubungan yang dijalin dengan masyarakat dan nilai-nilai

spiritual yang dimilikinya.

6) Cenderung untuk bertanya untuk mencari jawaban-jawaban yang

fundamental.

Fundamental dapat diartikan sebagai dasar, mendasar, atau pokok-

pokok ideologi. Orang-orang dengan kecerdasan spiritual cenderung

untuk bertanya mencari jawaban-jawaban yang mendasar sehingga

tidak bergantung pada oranglain.

7) Bertanggung jawab dan memberi inspirasi kepada orang lain


28

Orang yang bertanggung jawab berarti orang tersebut berupaya sekuat

tenaga melaksanakan kewajiban (amanah) sedemikian rupa sehingga

menghasilkan performance hasil kerja yang terbaik.

Dengan kecerdasan spiritual, individu dapat memiliki visi dan dalam

kehidupannya, artinya individu mengetahui apa yang benarbenar

memotivasi dirinya. Visi ini berkaitan dengan bagaimana ia menciptakan

korelasi yang sebaik-baiknya dengan Allah SWT. Ia merasakan keterikatan

antara dirinya dengan Allah SWT dalam setiap kondisi yang kemudian

menciptakan keyakinan bahwa Allah SWT adalah Maha segalanya.

5. Konsep Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Menurut kamus Webster dalam Anik Pamilu (2007:9) kreativitas

adalah kemampuan seseorang untuk mencipta yang ditandai dengan

orisinilitas dalam berekspresi yang bersifat imajinatif. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2005:599), kreativitas adalah kemampuan untuk

mencipta, perihal berkreasi dan kekreatifan.

Menurut James J. Gallagher dalam Yeni Rachmawati (2005:15)

mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an

individual crates new ideas or products, or recombines existing ideas

and product, in fashion that is novel to him or her “ (kreativitas

merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan

ataupun produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya yang

pada akhirnyakan melekat pada dirinya).


29

Menurut Supriadi dalam Yeni Rachmawati (2005:15)

mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata

yang relatif berbeda dengan apa yang tealah ada. Kreativitas merupakan

kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya

eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi,

diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara tahap perkembangan.

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau daya cipta

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 456), kreativitas juga dapat

bermakna sebagai kreasi terbaru dan orisinil yang tercipta, sebab

kreativitas suatu proses mental yang unik untuk menghasilkan sesuatu

yang baru, berbeda dan orisinil. Kreativitas merupakan kegiatan otak

yang teratur komprehensif, imajinatif menuju suatu hasil yang orisinil.

Menurut Semiawan dalam Yeni Rachmawati (2005:16)

mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk

memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan

masalah. Menurut Chaplin dalam Yeni Rachmawati (2005:16)

mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan

bentuk baru dalam seni, atau, dalam permesinan, atau dalam pemecahan

masalah-masalah dengan metode-metode baru.

Sedangkan menurut Munandar (1992:47) kreativitas adalah

kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,

informasi, atau unsur-unsur yang ada”. Sedangkan menurut Clarkl


30

Monstakis dalam Munandar (1995:15) mengatakan bahwa kreativitas

merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan

identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri,

alam dan orang lain.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat kita tarik kesimpulan

bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang

melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif

yang bersifat imajinatif, fleksibel, suksesi, dan diskontinuitas, yang

berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.

Jadi kreativitas merupakan bagian dari usaha seseorang. Kreativitas akan

menjadi seni ketika seseorang melakulan kegiatan. Dari pemikiran yang

sederhana itu, penulis melakukan semua aktivitas yang bertujuan untuk

memacu atau menggali kreativitas.

b. Ciri-ciri Kreativitas

Menurut Slameto (2003:17) dalam Supriadi mengatakan bahwa

ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif

dan non kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinilitas, fleksibelitas,

kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri non kognitif diantaranya

motivasi sikap dan kepribadian kreatif kreatif. Kedua ciri ini sama

pentingnnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif

tidak akan menghasilkan apapun.Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari

orang cerdas yang memiliki kondisi psikologi yang sehat. Kreativitas

tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan Kesehatan
31

mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif.

Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan

karya kreatif. Menurut Sri Narwati (2011:11) ciri-ciri guru kreatif adalah:

1) Guru yang fleksibel Kecerdasan majemuk, keragaman gaya belajar,

dan perbedaan karakter siswa menuntut guru harus fleksibel. Guru

harus luwes menghadapi segala perbedaan ini agar mampu

menumbuhkan segala potensi siswa.

2) Guru yang optimis Guru harus optimis bahwa setiap siswa memanag

memiliki potensi dan setiap anak adalah pribadi yang unik. Keyakinan

guru bahwa interaksi yang menyenangkan dalam pembelajaran akan

mampu memfasilitasi siswa berubah menjadi lebih baik dan akan

berdampak pada perkembangan karakter siswa yang positif.

3) Guru yang respect Kita tidak bisa meminta siswa berlaku hormat,

tetapi guru tidak memperlakukan siswa pula.

4) Guru hendaknya senantiasa menumbuhkan rasa hormat di depan siswa

sehingga mampu memacu siswa lebih mudah memahami materi

pembelajaran sekaligus hal-hal lain yang dipelajarinya.

5) Guru yang cekatan Anak-anak yang selalu aktif dan dinamis harus

diimbangi oleh guru yang aktif dan dinamis pula, sehingga bisa

muncul saling pemahaman yang kuat dan akan berdampak positif bagi

proses dan hasil pembelajaran.

6) Guru yang humor-humor yang dimunculkan guru disela-sela

pembelajaran tentunya akan menyegarkan suasana pemebelajaran


32

yang membosankan. Dengan humor-humor yang segar akan membuat

suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.

7) Guru yang inspiratif Fasilitasilah setiap siswa agar mampu

menemukan hal-hal baru yang bermanfaat. Jadikanlah setiap siswa

menjadi pribadi yang bermakna dengan menemukan sesuatu yang

positif untuk perkembangan kepribadiannya.

8) Guru yang lembut kelembutan akan membuahkan cinta,dan cinta akan

semakain merekatkan hubungan guru dengan para siswanya. Jika

siswa merasakan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru

maka hal ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.

9) Guru yang disiplin Ketika seorang guru membuat kebijakan

kedisiplinan, maka ingatlah tyujuan awal yang diharapkan terhadap

perubahan sikap siswa kearah yang lebih positif. Disiplin tidak harus

selalu identik dengan hukuman. Menurut Lou Nne Jonson metode

hukuman mungkin dapat mengubah perilaku siswa sementara waktu,

tetapi tidak mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas perbuatan

mereka.

c. Tujuan Pengembangan Kreativitas

Menurut Utami Munandar (2002:60) yang dituangkan pada salah

satu bukunya Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini, ada alasan

mengapa kreativitas penting untuk dimunculkan, dipupuk dan

dikembangkan dalam diri anak, antara lain :


33

Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya.

Perwujudan diri adalah salah satu kebutuhan pokok manusia.

Kedua, kemampuan berpikir kreatif dapat melihat berbagai macam

penyelesaian suatu masalah. Mengekspresikan pikiran-pikiran yang

berbeda dari orang lain tanpa dibatasi pada hakikatnya akan mampu

melahirkan berbagai macam gagasan.

Ketiga, bersibuk secara kreatif akan memberikan kepuasan kepada

individu tersebut. Hal ini penting untuk diperhatikan karena tingkat

ketercapaian kepuasan seseorang akan mempengaruhi perkembangan

sosial emosinya.

Keempat, dengan kreativitas memungkinkan manusia

meningkatkan kualitas hidupnya. Gagasan-gagasan baru sebagai buah

pemikiran kreatif akan sangat diperlukan untuk menghadapi masa depan

yang penuh tantangan.

Berdasarkan tentang teori 4 P (Pribadi kreatif, Press, Proses kreatif,

Produk kreatif) di atas penulis mengembangkan instrumen dari Utami

Munandar sebagai indikator instrumen penelitian ini, adapun indikatornya

sebagai berikut:

Tabel 2. 1. Indikator Kreativitas dalam Pembelajaran

Sub Variabel Indikator Dimensi

Aspek yang Pribadi kreatif 1. Percaya diri


Press 2. Ketekunan
dikembangkan dalam Proses kratif
Produk kreatif
teori Utami Munandar
34

4P dalam

pengembangan

kreativitas

B. Kerangka Pikir

Menjadi santri yang menghafalkan al Qur’an tentunya membutuhkan

kecerdasan untuk menghafalkan al-Qur’an tersebut. Kecerdasan yang dimaksud

bukan hanya kecerdasan intelektual, karena kecerdasan manusia beragam.

Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia menyimpulkan

terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping) seseorang, dapat dibagi

menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan

kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini merupakan kecerdasan personal yang

melekat pada pribadi seseorang, sehingga setiap individu memiliki kecerdasan

yang berbeda-beda. Meningkatkan kecerdasan peseta didk dalam menghafalkan

alQur’an, digunakan pembelajaran dengan sekolah merdeka. Dimanan sekolah

merdeka ini akan berdampak besar terhadap kemampuan menghafal dan perilaku

mereka sehari-hari dalam bergaul, mengelola emosi maupun mendekatkan diri

pada Allah, sehingga tercapai keberhasilan yang diinginkan.

Adapun kerangka piker dalam penelitian ini sebagai berikut:

Kecerdasan dan
Penerapan Kurikulum
Kreativtas dalam
Merdeka
menghafal Al Quran
35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif

yakni penelitian yang memberikan gambaran tentang situasi dan kejadian faktual

dan sistematis mengenai faktor-faktor, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena

yang dimiliki untuk mengetahui dasar-dasarnya saja (Moleong, 2015). Penelitian

ini menyajikan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dan informan dan

perilaku yang akan diamati, karena peneliti bertujuan untuk memberikan

pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti.

Penelitian deskriptif dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta

dan karakteristik subjek dan objek yang akan diteliti secara tepat, untuk

mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan

maupun tingkah laku manusia (Sukardi, 2018).

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif, lebih

mengutamakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan memiliki banyak

keistimewaan antara lain: sarana dalam menyajikan pandangan subjek yang akan

diteliti, menyajikan uraian yang menyeluruh dan mirip dengan apa yang dialami

oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari, memberikan penilaian atau konteks

yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks yang diteliti

(Muhajir, 2016).
36

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas; sumber data primer dan

sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Data primer atau data utama dalam penelitian ini bersumber dari

informasi yang diperoleh melalui wawancara terhadap informan kunci dan

hasil observasi terhadap berupa Tindakan atau kejadian dari situasi sosial

(aktor, aktivitas, dan tempat). Informan yang dipilih secara purposive, yaitu

informan yang paling erat kaitannya dengan masalah penelitian ini.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder atau data pendukung diperlukan untuk memperkuat

keterangan, informasi, atau data yang telah diperoleh melalui informan. Data

pendukung yang relevan dengan penelitian ini berupa dokumen yang

berhubung erat dengan masalah penelitian ini. Dokumen yang diperlukan

antara lain: (a) profil Pesantern DDI Nurul Azis Barobbo Jeneponto; (b)

kurikulum Pendidikan Agama Islam; (c) laporan proses penerapan

pembelajaran merdeka belajar; (d) laporan hasil produk peserta didik penilaian

bedeferensiasi sebagai penerapan merdeka belajar.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi
Observasi adalah pengamatan sistematis yang berkenaan dengan perhatian

terhadap fenomena yang tampak. Observasi adalah mengamati kejadian, gerak

atau proses. Dalam menggunakan teknik observasi, cara yang paling efektif
37

adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai

instrument format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah

laku yang terjadi. Observasi bukanlah sekedar mencatat, tapi juga tetap

mengadakan pertimbangan terhadap data yang akan diambil.

2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data untuk melakukan

studi pendahuluan dan menemukan permasalahan yang harus diteliti.

Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk

mendapatkan informasi (data) dan responden dengan cara bertanya langsung

secara bertatap muka (face to face) dengan sumber informasi tersebut.

Wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian.

3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan

sebagainya. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah administratif

yang berkaitan dengan pembahasan tesis ini, seperti sejarah berdirinya

Pesantern DDI Nurul Azis Barobbo Jeneponto, struktur organisasi dan data

lainnya.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat maka diperluka instrumen penelitian

yang dalam pengumpulan data yaitu:

1. Pedoman Observasi
38

Menurut Sutrisno Hadi, yang dikutip Sugiono menjelaskan bahwa

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun

dari berbagai biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan. Menurut Suharsini Arikunto Observasi

diartikan sebagai pengamatan yang berkenaan dengan perhatian terhadap

fenomena yang nampak. Observasi yaitu mengamati kejadian gerak atau

proses.

Sedangkan menurut Nasution observasi dilakukan untuk mendapatkan

informasi tentang kelakuan manusia sesuai realitas. Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan observasi terhadap semua unsur pembelajaran, diantaranya:

pendidik, peserta didik, tujuan belajar, asas belajar,dan metode belajar, untuk

mengamati bagaimana penerapan konsep merdeka belajar pada pembelajaran

dan apakah penerapan konsep merdeka belajar dalam unsur-untur pembelajan

tersebut dapat meningkatkan daya kreatifitas peserta didik pada pembelajaran

hafalan Al Quran.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara peneliti dengan seseorang untuk

mendapatkan beberapa informasi, dan seorang yang diasumsikan mempunyai

informasi penting tentang suatu objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan tanya jawab langsung kepada informan yang sudah dipilih

berdasarkan kriteria dari peneliti untuk memperoleh informasi dan data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Peneliti melakukan wawancara terhadap


39

kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, guru Pendidikan

Agama Islam dan peserta didik.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumentasi yang artinya barang-barang

tertulis, Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dokumentasi menurut

Ulfatin, 2014 yang dikutip Thaha Al-Hamid, Budur Anufia bahwa dokumen

dalam penelitian kualitatif adalah bertujuan untuk menyempurnakan data dari

hasil wawancara dan observasi yang sudah dilakukan peneliti.

Dokumen pada penelitian kualitatif dapat berupa: tulisan, gambar atau

karya monumental dari obyek yang diteliti. Pada instrumen penelitian

dokumentasi, peneliti mengambil informasi pada, dokumen diaplikasi-aplikasi

yang digunakan dalam pembelajaran contohnya, Googgle drive, classroom,

microsof office 365. Juga pada file-file penyimpanan hasil penilain

berdeferensiasi contohnya vidio-vidio pembelajaran, kesepakatan kelas dan

lain-lain. Juga pada buletin, majalah, surat kabar dan media-media yang telah

menggorbitkannya.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Mereduksi Data

Mereduksi data berarti merangkul, melihat hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
40

direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilihat dari sumbernya, termasuk keabsahannya.

Penyajian data akan bisa dilakukan dalam bentuk uraian dengan teks naratif.

3. Verifikasi Data

Verifikasi data adalah upaya mendapatkan kepastian apakah data tersebut dapat

dipercaya keasliannya atau tidak. Dalam verifikasi data lebih memprioritaskan

kepada keabsahan sumber data dan tinkat objektivitas serta keterkaitan antara

data dari sumber yang satu dengan sumber yang lainnya dan selanjutnya ditarik

satu kesimpulan.
41

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, A. G. (2015). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan
Spiritual ; Esq. Arga.
Alaika M. Bagus Kurnia PS, D. (2020). Menyorot Kebijakan Merdeka Belajar.
Pustaka Belajar.
Alfiani, M. Miftah, & Fauziyah, Y. (2020). Manajemen Kepemimpinan
Transformasional dalam Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik dan
Kependidikan. Urnal Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 1(19).
Anam, H. (2015). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Spiritual Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman. Jurnal
Sains Terapan), 2(1).
Arifin. (2015). Ilmu Pendidikan Islam. PT. Bumi Aksara.
Asteri, P. V. (2014). Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui
Pembelajaran Membaca Sastra. UB Press.
Daryanto. (2012). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Apollo.
Erdogan, T., Akkaya, R., & Akkaya, S. C. (2015). The Effect of the Van Hiele
Model Based Instruction on the Creative Thinking Levels of 6th Grade
Primary School Students. Theory & Pratice.
Goleman, D. (2015). Emosional Intelegence : Mengapa Eq Lebih Penting Dari
Pada Iq. PT. Gramedia.
Hanaf, R. (2015). Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa
Auditor. Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Hari, A. A. (2015). Psikologi Umum Dan Perkembangan. Mizan Publikasi.
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, L. J. (2015). Metode penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Muhajir, N. (2016). Metodelogi Penelitian kuantitatif Pendekatan Pasitivistik
Fenomenologik dan Realisme Metaphisik studi Teks dan Penelitian Agama.
Rake Suraju.
Muqawwim, A. M. sidiq dan. (2020). engembangan kreativitas Anak melalui
Konsep Merdeka Belajar di sanggar Anak Alam. Jurnal Program Studi
PGRA, 6(2).
Noor, M. F. (2020). Gebrakan Merdeka Belajar Mewujudkan Kreativitas Seni
Musik Siswa SMP di Banjarmasin. Seminar Nasional Seni Dan Desain
2020, 151–155.
https://proceedings.sendesunesa.net/pt/publications/333158/gebrakan-
merdeka-belajar-mewujudkan-kreativitas-seni-musik-siswa-smp-di-
banjarma
42

Nurkholis. (2015). Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknoklogi. Jurnal


Kependidikan, 1(1).
Paramita, R. (2019). Merdeka Belajar dalam Pendidikan Seni untuk
Meningkatkan Kreativitas. Pascasarjana: Universitas Negeri Surabaya,
157–162.
Patilima, S. (2022). Sekolah Penggerak Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pendidikan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 0(0), 228–236.
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/PSNPD/article/view/1069
RI, K. (2021). Surat edaran Nomor 6 Tahun 2021 tentang petunjuk teknis
pengelolaan dana bantuan operasional sekolah reguler.
Safaria, 4T. (2015). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan
Kecerdasan Interpersonal Anak. Amara Books.
Shihab, M. Q. (2012). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kasan dan Keserasian Al-
Qur’an. Lentera Hati.
Sukardi. (2018). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakarya.
Bumi Aksara.
Sulistiya, F. (2016). Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan
Kesehatan Pada Siswa Di Smpn 15 Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Walch, M. D. & M. (2016). Prinsip Spiritual Parenting : Bagaimana
Menumbuhkan Dan Merawat Sukma Anak Anda. Kaifa.
Wardiana, U. (2014). Psikologi Umum. PT. Bina Ilmu.
Yamin, M. & S. (2020). Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar (Telaah
Metode Pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(1).
Yamin, M., & Syahrir, S. (2020). Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar
(Telaah Metode Pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(1),
126–136. https://doi.org/10.36312/jime.v6i1.1121
43

Anda mungkin juga menyukai