Anda di halaman 1dari 17

MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN

SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN IPS SD


(Makalah)

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran IPS SD
Kode Mata Kuliah : KPD620303
Dosen Pengampu : Dr. Darsono, M. Pd.
Yoga Fernando Rizqi, M. Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Divana Oriza Sativa (2013053128)
2. Fara Nalya Hadhaini (2013053148)
3. Tamam Abdiella Sancari (2013053176)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
METRO
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan jadwal dan kesepakatan yang
telah ditentukan dengan pembahasan “Model Discovery Learning Dengan Pendekatan
Scientific Dalam Pembelajaran IPS SD”.

Makalah ini disusun dengan semaksimal mungkin dan dalam proses


pengerjaannya penulis mendapat banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu penyelesaian makalah ini. Terlepas dari itu semua penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasa. Oleh karenanya penulis memohon kritik dan saran dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, harapan penulis semoga makalah tentang “Model Discovery


Learning Dengan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran IPS SD” ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Meskipun makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan.

Metro, 23 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


2.1 Pengertian Pendekatan Scientific ............................................... 3
2.2 Pengertian Model Discovery Learning ...................................... 4
2.3 Langkah-langkah Model Discovery Learning ........................... 5
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning ........... 9
2.5 Implementasi Model Discovery Learning dalam Pembelajaran
IPS SD ....................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 12


3.1 Kesimpulan ................................................................................ 12
3.2 Saran .......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju terutama pada era
globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia merupakan prasyarat yang dibutuhkan untuk mencapai
pembangunan bangsa yang berkualitas. Salah satu cara yang dapat diambil untuk
meningkatakan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat melalui pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang tujuan pendidikan nasional adalah
untuk menumbuhkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dalam menggapai tujuan pendidikan tersebut, tentu tidak bisa terlepas dari
kurikulum pendidikan (Fadlillah, 2014:13). Kurikulum merupakan sebuah wadah
yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil tidaknya sebuah, pendidikan
sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk merenovasi sistem pendidikan di
Indonesia. Pola pendidikan dan kurikulum 2013 telah direkomendasikan untuk
seluruh wilayah. Menurut Fadlillah (2014:13), Kurikulum 2013 merupakan salah
satu kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam kurikulum
baru itu, IPS menjadi unsur yang penting dalam ilmu-ilmu sosial. IPS diharapkan
dapat mencapai potensi penuhnya sebagai mata pelajaran pada setiap tingkat dalam
sistem pendidikan (Kochhar, 2008:). Mata pelajaran IPS memiliki arti yang
strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta
pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air.

1
Kurikulum 2013 memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya penerapan pendekatan
saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajarannya. Kemendikbud memberikan
konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah atau scientific approach dalam
pembelajaran mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta (Kurniasih dan Sani, 2014:141).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Model Discovery Learning
dengan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran IPS”adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian dari pendekatan scientific?
1.2.2 Apa pengertian dari model discovery learning?
1.2.3 Bagaimana langkah-langkah model discovery learning?
1.2.4 Apa sajakah kelebihan dan kekurangan model discovery learning?
1.2.5 Bagaimana implementasi model discovery learning dalam pembelajaran IPS
SD?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah yang berjudul “Model Discovery Learning
dengan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran IPS” adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan scientific.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian dari model discovery learning.
1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah model discovery learning.
1.3.4 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model discovery learning.
1.3.5 Untuk mengetahui implementasi model discovery learning dalam
pembelajaran IPS SD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Scientific


Scientific pertama kali diperkenalkan melalui ilmu pendidikan Amerika pada
akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang
mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Rohandi, 2005). Pendekatan scientific learning
ialah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui
proses ilmiah. Dalam artian, apa yang dipelajari dan diperoleh peserta didik
dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri, sehingga mereka secara langsung
dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan pendekatan tersebut, peserta
didik mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik
(Fadlillah, 2014).
Pendekatan scientific merupakan suatu cara atau mekanisme untuk
mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode
ilmiah. Menurut Sigit (2014), pendekatan scientific merupakan mekanisme untuk
memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Bintari dkk (2014)
mengemukakan bahwa pembelajaran berpendekatan saintifik adalah pembelajaran
yang dirancang secara prosedural sesuai dengan langkah-langkah umum kegiatan
ilmiah. Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik yang diterapkan
dikurikulum 2013 menyesuaikan dengan peradaban zaman, dimana dalam proses
belajar membiasakan siswa untuk berperan aktif dalam mengumpulkan fenomena-
fenomena atau situasi spesifik yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan secara
keseluruhan.
Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan scientific bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan cara-cara ilmiah. Pendekatan scientific pada kurikulum 2013
yang diterapkan di Indonesia terdiri dari lima langkah yaitu: mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan (Permendikbud,
2013). Tujuan dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam

3
pembelajaran scientific, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di
ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Selain itu, guru
cukup bertindak sebagai fasilitator ketika siswa mengalami kesulitan, serta guru
bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal,
tetapi melalui contoh dan keteladanan. (Erny, Saleh Haji &Wahyu Widada, 2017).
Dengan demikian, siswa sebenarnya lebih tertantang untuk menemukan sendiri
informasi yang diperlukan, mampu mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya
terhadap pengetahuan baru, mampu menjawab setiap permasalahan dengan baik
dan dapat berkomunikasi dengan baik.

2.2 Pengertian Model Discovery Learning


Menurut Riyanto (2010:138) model Discovery Learning adalah “Belajar
mencari dan menemukan sendiri, dalam pembelajarannya siswa diberi peluang
untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaiannya dan
jawaban-jawabannya sendiri”. Senada dengan itu, Menurut Faisal (2014:102)
model Discovery Learning adalah “model pembelajaran yang mendefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa tidak disajikan dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasikan sendiri”. Hal ini menggambarkan
bahwa model Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
disajikan tidak dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi
sendiri(Amiyani & Widjajanti, 2019; Capuano & Toti, 2019; Syarafina &
Mahmudi, 2019).
Menurut Durajad (2008) model discovery learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan
dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Sedangkan menurut Effendi (2012) discovery learning merupakan suatu
pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam pemecahan masalah untuk
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa discovery learning merupakan
proses pembelajaran yang tidak diberikan keseluruhan melainkan melibatkan siswa

4
untuk mengorganisasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk
pemecahan masalah. Sehingga dengan penerapan model discovery learning dapat
meningkatkan kemampuan penemuan individu selain itu agar kondisi belajar yang
awalnya pasif menjadi lebih aktif dan kreatif. Sehingga guru dapat mengubah
pembelajaran yang awalnya teacher oriented menjadi student oriented.
Model discovery learning ini, siswa diajak untuk menemukan sendiri apa yang
dipelajari kemudian mengkonstruk pengetahuan itu dengan memahami maknanya.
Dalam model ini guru hanya sebagai fasilitator. Ciri utama dari model discovery
learning adalah; 1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; 2) berpusat pada siswa; 3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada. Menurut Wicaksono, dkk (2015: 190) “Discovery learning bermanfaat dalam;
1) peningkatan potensi intelektual siswa; 2) perpindahan dari pemberian reward
ekstrinsik ke intrinsik; 3) pembelajaran menyeluruh melalui proses menemukan; 4)
alat untuk melatih memori”. Menurut Puspita dkk (2016: 115) bahwa model
pembelajaran Discovery Learning menekankan pentingnya pemahaman suatu
konsep melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran ini menekankan pada pembentukan pengetahuan siswa dari
pengalaman selama pembelajaran. Penerapan model discovery learning dalam
pembelajaran diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar sehingga prestasi
belajar siswa menjadi lebih meningkat, khususnya siswa SD.

2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning


Menurut Kemendikbud (2013) Model pembelajaran discovery learning
memilikki dua langkah operasional yang harus dilaksanakan yaitu langkah
persiapan dan pelaksanaan.
1. Langkah Persiapan
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa
c) Memilih materi pelajaran

5
d) Menentukan topik yang harus dipelajari siswa secara induktif.
e) Mengembangkan bahan-bahan ajar.
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan model discovery learning menurut Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (2013) terdiri dari beberapa langkah yaitu Stimulation
Problem statement; Data collection; Verification; Generalization
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat
memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Problem statement (pernyataan/identifi kasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
b) Data collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan.
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

6
c) Data Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, semuanya diolah, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu.
d) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification
bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, pemahaman melalui contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
e) Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi)
Tahap generalisasi adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
Menurut Wulandari dkk (2015: 8) pembelajaran discovery learning mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Mengembangkan kemungkinan solusi (hipotesis)
3. Pengumpulan data
4. Analisis dan interpretasi data
5. Uji kesimpulan
Menurut Sinambela (2017) langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran
Discovery learning yaitu:
1. Stimulation (Pemberian Rangsangan).
Siswa diberikan permasalahan di awal sehingga bingung yang kemudian
menimbulkan keinginan untuk menyelidiki hal tersebut. Pada saat itu guru

7
sebagai fasilitator dengan memberikan pertanyaan, arahan membaca teks, dan
kegiatan belajar terkait discovery.
2. Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah).
Tahap kedua dari pembelajaran ini adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin kejadian-kejadian dari
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih
dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Berfungsi untuk membuktikan terkait pernyataan yang ada sehingga siswa
berkesempatan mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai, membaca
sumber belajar yang sesuai, mengamati objek terkait masalah, wawancara
dengan narasumber terkait masalah, melakukan uji coba mandiri.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang sebelumnya telah
didapat oleh siswa. Semua informai yang didapatkan semuanya diolah pada
tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification (Pembuktian)
Yaitu kegiatan untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan yang sudah
ada sebelumnya. yang sudah diketahui, dan dihubungkan dengan hasil data
yang sudah ada.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi).
Tahap ini adalah menarik kesimpulan dimana proses tersebut menarik sebuah
kesimpulan yang akan dijadikan prinsip umum untuk semua masalah yang
sama Berdasarkan hasil maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi.

8
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning
1. Kelebihan pada model discovery learning sebagai berikut:
a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan‐
keterampilan dan proses‐proses kognitif
b) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri
c) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur berdiskusi
d) Mampu menimbulkan perasaan senang dan bahagia karena siswa berhasil
melakukan penelitian
e) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti

2. Kekurangan pada model discovery learning sebagai berikut:


Menurut Kemendikbud (2013) adalah
a) Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan kognitif yang
rendah akan mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak atau yang
mengungkapkan hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau
lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b) Model ini tidak cukup efisien untuk digunakan dalam mengajar pada
jumlah siswa yang banyak hal ini karena waktu yang dibutuhkan cukup
lama untuk kegiatan menemukan pemecahan masalah.
c) Harapan dalam model ini dapat terganggu apabila siswa dan guru telah
terbiasa dengan cara lama.
d) Model pengajaran discovery ini akan lebih cocok dalam
pengembangkan pemahaman, namun aspek lainnya kurang mendapat
perhatian.

9
2.5 Implementasi Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPS SD
Dalam mengimplementasikan model Discovery Learning pendidik dapat
menggunakan media powerpoint pada pelajaran IPS dalam menampilkan gambar
serta video mengenai materi pembelajaran. Dengan menggunakan media tersebut
siswa dapat memahami materi yang akan disampaikan. Powerpoint digunakan
sebagai media yang menambah daya tarik siswa dalam mengikuti pembelajaran,
sehingga siswa mampu memahami materi yang diajarkan dengan lebih mudah serta
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa (Astawa, 2019).
Powerpoint yang berperan penting dalam menyampaikan materi pembelajaran bagi
siswa. Microsoft powerpoint merupakan salah satu program untuk membuat
presentasi dengan fasilitas yang ada dan dapat digunakan untuk membuat media
pembelajaran (Suprapti, 2016). Powerpoint memiliki kemampuan yang sangat baik
dalam menyajikan sebuah materi presentasi karena dapat mengolah teks, gambar,
warna, tampilan, dan animasi-animasi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Keunggulan penggunaan media power point adalah dapat membuat
penyampaian materi pembelajaran menjadi semakin menarik dan dapat diingat baik
oleh siswa karena pemaparan materi disertai dengan gambar-gambar serta animasi
(Radyana et al., 2017). Media powerpoint merupakan pilihan yang tepat digunakan
pada pelajaran IPS dalam menampilkan gambar serta video mengenai materi
pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami dengan jelas materi
yang disampaikan. Powerpoint digunakan sebagai media yang menambah daya
tarik siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga siswa mampu memahami
materi yang diajarkan dengan lebih mudah serta diharapkan mampu meningkatkan
hasil belajar IPS siswa (Astawa, 2019).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran dengan
model discovery learning untuk pembelajaran yaitu :
1) Guru sebaiknya menempatkan siswa yang ramai di depan sehingga guru lebih
mudah mengontrol siswa tersebut dan harus guru lebih tegas seta tidak
bosanbosan menegur siswa ketika ada siswa yang ramai dan tidak fokus ke
pembelajaran.

10
2) Guru harus lebih mengontrol siswa saat pembentukan kelompok, ketika
pembentukan kelompok sebaiknya guru membacakan nama siswa langsung
menuju tempat yang ditunjuk guru sehingga siswa tidak terlihat gaduh.
3) Guru harus lebih komunikatif dengan siswa sehingga siswa tidak takut untuk
bertanya pada guru.
4) Guru lebih memberikan semangat dan motivasi pada siswa terutama bagi siswa
yang masih malu-malu untuk presentasi dan terlihat pasif di dalam kelas,
sehingga mereka menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti
kegiatan diskusi kelompok.s
5) Guru memberikan peraturan dengan mengurangi poin ketika ada siswa dalam
kelompok yang tidak aktif dalam kegiatan kelompok dan ramai. Agar selalu
bekerja sama dengan baik.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran discovery learning menuntun peserta didik dalam proses
pembelajaran yaitu materi pembelajaran tidak disajikan dengan dalam bentuk
finalnya, tetapi peserta didik itu sendiri yang mengorganisasi sendiri atau
menyimpukan sendiri materi yang diajarkan. Dengan menerapkan model
pembelajaran tersebut secara berulang dan bertahap hal tersebut dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri peserta didik. Dalam mengaplikasikan
Model Pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Model
pembelajaran tersebut dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses pembelajara, namun hal tersebut
tergantung bagaimana cara belajar peserta didik. Adapun media pembelajaran yang
dapat digunakan dalam model pembelajaran tersebut yaitu menggunakan media
pembelajaran powerpoint. Media pembelajaran juga dapat berpengaruh dalam
pembelajaran nantinya. Pemilihan media pembelajaran harus yang bervariatif
sehingga tidak terkesan monoton pada saat pembelajaran.

3.2 Saran
Penggunaan model pembelajaran discovery learning akan berjalan baik apabila
guru dapat merancang sebuah pembelajaran dengan matang. Guru harus siap
membimbing serta mengarahkan siswa pada saat pembelajaran dan juga media
pembelajaran yang digunakan menarik minat siswa. Guru harus dapat merancang
tahap-tahap pembelajaran pada saat akan menerapkan mode pembelajaran tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asriningsih, N. W., Sujana, I. W., & Darmawati, I. G. (2021). Penerapan Model


Discovery Learning Berbantuan Media Powerpoint Meningkatkan Hasil Belajar
IPS Siswa SD. Jurnal Mimbar Ilmu. 9.
Desyandri, dkk. 2019. Development of integrated thematic teaching material used
discovery learning model in grade V elementary school. Jurnal Konseling dan
Pendidikan.Vol 2 (1) : 21-28.
Deswita, Ria. dkk. 2018. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Melalui Model Pembelajaran CORE dengan Pendekatan Scientific. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika.Vol 1 (1) : 35-43.
Fajri, Zaenol. 2019. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD. JURNAL IKA. Vol 7 (2) :
64-73.
Febriandi, Riduan. 2020. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN
PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR. Jurnal of Elementary School (JOES).Vol 3 (1) : 29-37.
Ghozali, Imam. 2017. PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Jurnal Pedagogik. Vol 42 (1) :
1-13.
Istiqomah, N., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T. PENERAPAN MODEL DISCOVERY
LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF. PGSD/FKIP/Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia. 130-138.
Pada, Krisna. dkk. 2021. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Biologi
Berbasis Pendekatan Scientific Materi Sistem Ekresi Pada Manusia Kelas VII
SMP Negeri 2 Maumere. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. Vol 7 (8) : 337-349.

13
Wahyuni, dkk. 2019. AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika AL-QALASADI. Vol 3 (1) : 56-63.
Wulandari, Yun Ismi, Sunarto, dan Salman Alfarisy Totalia. 2015. IMPLEMENTASI
MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATANSAINTIFIK
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITISDAN HASIL
BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMIKELAS XI IIS I SMA NEGERI
6 SURAKARTATAHUN PELAJARAN 2014/2015. Pendidikan Ekonomi, FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia.
Yuliana, Nabila. 2018. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
LEARNING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
DASAR. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran PPs Universitas Pendidikan
Ganesha.Vol 2 (1) : 21-28.

14

Anda mungkin juga menyukai