Anda di halaman 1dari 89

MODUL

PENDIDIKAN IPA SD

OLEH :
NI LUH GEDE KARANG WIDIASTUTI, S.Pd.,M.Pd
NIDN. 08-1809-8602

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DWIJENDRA
DENPASAR
2018
i
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan Modul
mata kuliah Pendidikan IPA SD. Undang-Undang menyatakan bahwa pendidik
adalah tenaga professional yang mampu membangun pembelajaran yang
menyenakngkan dan sesuai dengan karakter peserta didik, melakukan bimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan
demikian, salah satu kompetensi yang mesti dimiliki seorang pendidik adalah mampu
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif.
Modul Pendidikan IPA SD ini disusun sebagai bahan ajar bagi mahasiswa di
lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Penguasaan terhadap materi modul ini
diharapkan memberi mereka kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran yang
ideal. Penulis menyadari bahwa di dalam modul ini mungkin saja masih terdapat
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Untuk itu masukan dari pembaca demi
perbaikan modul ini di masa yang akan datang sangat diharapkan. Kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini penulis ucapkan terima
kasih. Kiranya karya ini dapat memberi manfaat kepada pembaca, dan menorehkan
secercah manfaat bagi peningkatan kualitas mahasiswa sebagai calon pendidik yang
profesional.

Denpasar, 6 Agustus 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. HAKIKAT IPA..................................................................................... 1
1. Pengertian pembelajaran IPA di SD...................................................... 1
2. Hakikat IPA.......................................................................................... 4
3. Alasan IPA diajarkan di SD..................................................................... 5

BAB II. TEORI BELAJAR PIAGET DAN BRUNER SERTA


PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD.................. 7
1. Teori Belajar Piaget dan penerapannya dalam pembelajaran IPA SD….. 7
2. Teori Belajar Bruner dan penerapannya dalam pembelajaran IPA 13
SD…..

BAB III. TEORI BELAJAR GAGNE DAN AUSUBEL SERTA


PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD................ 20
1. Teori Belajar Gagne dan penerapannya dalam pembelajaran IPA SD..... 20
2. Teori Belajar Ausubel dan penerapannya dalam pembelajaran IPA SD.. 26

BAB IV. KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SEKOLAH DASAR……… 30


1. Pengertian keterampilan proses sains (IPA)………………………......... 30
2. Penilaian keterampilan proses sains (IPA)……………………………… 33
3. Pengertian kerja ilmiah dan cara penilaianya........................................... 38

BAB V. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD………….. 42


1. Pengertian dan prinsip pemilihan pendekatan pembelajaran IPA……… 42
2. Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA di SD………………... 44
3. Penerapan jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA…………… 46

BAB VI. METODE DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD………………… 50


1. Pengertian metode pembelajaran IPA………………………………….. 50
2. Jenis-jenis metode pembelajaran IPA di SD dan penerapannya……….. 52

BAB VII. MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SD…………………………….. 60


1. Pengertian media pembelajaran………………………………………… 60
2. Prinsip pemilihan dan pengguanan media pembelajaran......................... 61
3. Fungsi media pembelajaran…………………………………………….. 62
4. Jenis-jenis media pembelajaran IPA di SD…………………………….. 63

iii
BAB VIII. RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) IPA 67
SD………………………………………………………………….. 67
1. Pengertian rencana pelaksanaan pembelajaran………………………… 67
2. Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran………………………… 68
3. Prinsip penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran……………….. 69
4. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran…………………………

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 83

iv
1

BAB I

HAKIKAT IPA

A. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian
pembelajaran IPA, hakikat IPA sebagai proses, produk, dan sikap ilmiah serta alasan
IPA diajarkan di sekolah dasar.

B. POKOK-POKOK MATERI
1. Pengertian pembelajaran IPA di SD
2. Hakikat IPA
3. Alasan IPA diajarkan di SD

C. URAIAN MATERI
C.1 Pengertian Pembelajaran IPA di SD
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.
Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”.
Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan.
Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia
dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Menurut Trianto (2012: 136), IPA adalah suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut
sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Ilmu Pengetahuan
Alam sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya.
Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri
khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah
merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu
dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan
dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti
untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989).
Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang
dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah” perubahan kimia”
pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia,
mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat

1
2

benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat


semula.
b) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta
saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods)
yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically),
nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas, 2006).
c) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
d) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan
konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang
bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e) IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat
berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan
masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian
hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan
masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai IPA, dapat disimpulkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis yang berupa fakta-fakta yang diperoleh dari gejala-gejala alam yang
berkembang melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam
didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan
eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang
sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA, yaitu
kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, kemampuan untuk memprediksi apa
yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen,
serta dikembangkannya sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA sebagaimana tujuan pendidikan dalam taksonomi
Bloom, bahwa pembelajaran dapat memberikan pengetahuan (kognitif), sebuah
keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman,
kebiasaan, dan apresiasi (David R. Krathwohl, 2002: 261). Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

2
3

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses


penemuan.
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, sehingga prospek perkembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada
peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran
fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam
menguji auatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari
pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang membutuhkan pembuktian secara
ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika,
yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan
dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif
dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan
berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
Pembelajaran IPA pada sekolah terutama pada sekolah dasar (SD)
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang
masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran
kimia, biologi dan fisika (Sulistyorini, 2007). Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional bahwa standar kompetensi lulusan mata pelajaran IPA meliputi
aspek-aspek, antara lain:
a) Mahluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b) Benda, materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
Berdasarkan dari beberapa tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPA di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembelajaran IPA membekali
siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu, pengetahuan, meningkatkan
keterampilan proses, serta kesadaran untuk menghargai alam ciptaan Tuhan, dan
melestarikan lingkungan alam sekitar serta sebagai dasar untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3
4

C.2 Hakikat IPA


Menurut Puskur (2007: 6) menyebutkan bahwa hakikat IPA mengandung
empat unsur utama dalam IPA, dimana dari ke-4 unsur tersebut merupakan ciri utama
yang utuh, yaitu meliputi:
a) Sikap: misalnya rasa ingin tahu tentang fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang mendasari masalah di alam yang dapat
dipecahkan melalui prosedur ilmiah.
b) Proses: prosedur atau cara pemecahan masalah melalui metode ilmiah.
c) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
d) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Sujana (2013) hakikat IPA atau sains jika ditinjau dari sudut
ontologi, epistomologi, dan aksiologi ada tiga yaitu IPA atau sains sebagai produk,
IPA atau sains sebagai proses dan IPA atau sains sebagai sikap ilmiah. Adapun uraian
dari hakikat IPA atau sains tersebut yaitu sebagai berikut.
a) IPA sebagai Produk
Produk-produk yang dihasilkan oleh manusia pada dasarnya diperoleh dari
perkembangan ilmu pengetahuan, Sains dipandang sebagai produk karena isi
dari sains tersebut merupakan hasil kegiatan empiris dan analitis yang
dilakukan oleh para ahli. Produk-produk sains menurut Sarkim (1998) berisi
tentang fakta-fakta, prinsif-prinsif, hukum-hukum, konsep-konsep, serta teori
yang dapat digunakan untuk menjelaskan atau memahami alam serta
fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya.
b) IPA sebagai Proses
IPA sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan IPA. IPA sebagai
proses merupakan suatu tahapan untuk memperoleh produk IPA. IPA sebagai
proses sangat berkaitan erat dengan keterampilan proses sains. Keterampilan
proses sains merupakan cara untuk memperoleh ilmu (Sujana, 2013). Jadi IPA
sebagai proses merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan alam. Cara untuk memperolehnya yaitu melalui keterampilan
proses sains. Menurut Widodo, dkk. (2010) ada beberapa keterampilan proses
sains yaitu keterampilan mengamati, keterampilan merencanakan dan
melaksanakan percobaan, keterampilan menafsirkan dan menarik kesimpulan,
dan mengkomunikasikan.
c) IPA sebagai Sikap Ilmiah
Sikap sains atau sikap ilmiah berbeda dengan sikap terhadap sains. Sikap
ilmiah merupakan sikap para ilmuan dalam mencari dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, sedangkan sikap terhadap sains merupakan kecenderungan
seseorang (suka atau tidak suka) terhadap sains. Makna sikap pada IPA
dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak

4
5

usia SD/MI yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang
baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap
mawas diri, sikap bertanggungjawab, sikap berfikir bebas, sikap kedisiplinan
diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi
atau kegiatan di lapangan.

C.3 Alasan IPA Diajarkan di Sekolah Dasar


Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam penerapannya di dalam pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa alasan yang menyebabkan IPA
dimasukkan ke dalam kurikulum di SD/MI. Alasan itu dapat digolongkan menjadi
empat golongan, yakni:
a) IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar.
Kesejahteraan itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering
disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan.
b) Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis. Misalnya IPA diajarkan
dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini siswa dihadapkan
pada suatu masalah, umpamanya dapat dikemukan suatu masalah “dapatkah
tumbuhan hidup tanpa daun?”. Siswa diminta untuk mencari dan menyelidiki hal
ini.
c) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
siswa, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

D. RINGKASAN MATERI
Ilmu Pengetahuan Alam adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis yang berupa fakta-fakta yang diperoleh dari gejala-gejala alam yang
berkembang melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam
didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan
eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang
sebuah gejala yang dapat dipercaya. Menurut Sujana (2013) hakikat IPA atau sains
jika ditinjau dari sudut ontologi, epistomologi, dan aksiologi ada tiga yaitu IPA atau
sains sebagai produk, IPA atau sains sebagai proses dan IPA atau sains sebagai sikap
ilmiah. Ada beberapa alasan yang menyebabkan IPA dimasukkan ke dalam
kurikulum di SD/MI. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan, yakni:
(a) IPA berfaedah bagi suatu bangsa, (b) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang
memberikan kesempatan berfikir kritis, (c) IPA tidaklah merupakan mata pelajaran

5
6

yang bersifat hafalan belaka, dan (d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai
pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara
keseluruhan.

E. Tugas dan Latihan


1. Jelaskan apa yang Anda pahami mengenai pembelajaran IPA!
2. Menurut pendapat Anda apakah IPA penting untuk diajarkan di sekolah
dasar? Berikan alasan!

F. Rambu-rambu Jawaban
1. Pembelajaran IPA sebagaimana tujuan pendidikan dalam taksonomi Bloom,
bahwa pembelajaran dapat memberikan pengetahuan (kognitif), sebuah
keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman,
kebiasaan, dan apresiasi.
2. Pembelajaran IPA sangat penting diajarkan di sekolah karena pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
penerapannya di dalam pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari.

6
7

BAB II
TEORI BELAJAR PIAGET DAN BRUNER SERTA
PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

A. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu menjelaskan teori
belajar Piaget dan Bruner serta menerapkanya dalam pembelajaran IPA SD.

B POKOK-POKOK MATERI
1. Teori Belajar Piaget dan penerapannya dalam pembelajaran IPA SD
2. Teori Belajar Bruner dan penerapannya dalam pembelajaran IPA SD

C. URAIAN MATERI
C.1 Teori Belajar Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD
C.1.1 Teori Belajar Piaget
Jean Piaget adalah seorang pakar psikologi perkembangan yang paling
berpengaruh dalam sejarah psikologi. Lahir di Swiss tahun 1896-1980. Setelah
memperoleh gelar doktornya dalam biologi, dia menjadi lebih tertarik pada psikologi,
dengan mendasarkan teori-teorinya yang paling awal pada pengamatan yang seksama
terhadap ketiga anaknya sendiri. Piaget menganggap dirinya menerapkan prinsip dan
metode biologi pada studi perkembangan manusia, dan banyak istilah yang dia
perkenalkan pada psikologi diambil langsung dari biologi.
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-
kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-
objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri,
orang tua, dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokkan objek-objek untuk
mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk
membentuk perkiraan tentang objek-objek dan peristiwa tersebut.
Teori perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang
berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif
sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat
bahwa kita membangun kemampuan kognitif sebagai proses yang di mana anak
secara aktif membangun sistem pengertian dan pemahaman tentang realitas melalui
pengalaman dan interaksi mereka.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang
bagi Piaget berarti kemampuan untuk lebih tepat merepresentasikan dunia dan

7
8

melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata yaitu pola mental yang
menuntun perilaku, skemaTeorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan untuk lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata yaitu pola
mental yang menuntun perilaku, skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan saat seseorang memperoleh
cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Skema Piaget percaya
bahwa semua anak dilahirkan dengan kecendrungan bawaaan untuk berinteraksi
dengan lingkungan untuk memahaminya.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang
saling berhubungan, yaitu: organisasi, adaptif, dan ekuilibrasi.
a) Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan
pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem
pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin
akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan
menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini
(menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihat. Dalam
sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif
menjadi semakin kompleks. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu
gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
b) Adaptif/adaptasi
Merupakan cara anak untuk meyesuaikan skema sebagai tanggapan atas
lingkungan. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu asimilasi dan
akomodasi.
1) Asimilasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada memahami
pengalaman baru berdasarkan skema yang sudah ada. Seorang individu
dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut
menggabungkan informasi baru yang dia terima kedalam pengetahuan mereka
yang telah ada. Contoh asimilasi kognitif: ketika anda memberi kepada bayi
sebuah objek kecil yang tidak pernah dia lihat sebelumnya tetapi menyerupai
objek yang sudah tidak asing lagi, dia mungkin akan memegangnya,
menggigitnya, dan membantingnya. Dengan kata lain dia menggunakan
skema yang ada untuk memelajari benda yang belum dikenal ini.

8
9

2) Akomodasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada mengubah
skema yang telah ada agar sesuai dengan situasi baru. Jadi, dikatakan
akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui
akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang
mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh: jika anda memberikan telur pada bayi yang mempunyai skema
dengan membanting objek kecil, apa yang akan terjadi dengan telur tersebut
sudah nampak jelas, yaitu akan pecah. Karena konsekuensi yang tidak terduga
dari membanting telur tersebut, bayi itu mungkin akan mengubah skema tadi.
Pada masa mendatang, bayi itu mungkin akan membanting objek dengan
keras dan objek lain dengan lembut.
c) Ekuilibrasi
Yaitu proses memulihkan keseimbangan antarapemahaman sekarang dan
pengalaman baru. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur
dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Ketika ekuilibrium terganggu,
anak mempunyai kesempatan untuk tumbu dan berkembang. Pada akhirnya
muncul cara yang baru secara kualitatif untuk berpikir tentang dunia ini, dan
anak melangkah ke tahap perkembangan baru. Piaget percaya bahwa
pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan sangat berperan penting agar
terjadi perubahan perkembangan. Namun, dia juga percaya bahwa interaksi
sosial dengan teman sebaya, khususnya perdebatan dan diskusi, membantu
memperjelas pemikiran dan pada akhirnya menjadikannya lebih logis.
Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol,
kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas).
Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan
mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari
ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema
lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi
terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas.
Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan
ekuilibrium dan pertumbuhan.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya
melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia, yaitu: sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi
formal. Dia percaya bahwa semua anak melewati tahap-tahap tersebut dalam urutan
seperti ini dan bahwa tidak seorang anak pun dapat melompati satu tahap, walaupun
anak-anak yang berbeda melewati tahap-tahap tersebut dengan kecepatan yang agak
berbeda. Adapun tahap-tahap perkembangan kognisi menurut Piaget yaitu:

9
10

a) Periode Sensori Motor (0-2 tahun)


Periode sensori motor menempati dua tahun pertama dalam masa
kehidupannya. Selama periode ini anak mengatur alamnya didominasi oleh indera-
inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini bayi tidak
mempunyai konsepsi object permanence. Contohnya bila suatu benda
disembunyikan, ia gagal untuk menemukannya. Pengalaman terus bertambah selama
periode ini sampai mendekati akhir periode sensori motor, bayi mulai menyadari
bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada, dan ia mulai mencarinya sesudah
dilihatnya benda itu disembunyikan. Konsep-konsep yang tidak ada pada waktu lahir,
antara lain konsep-konsep ruang, waktu, kausalitas, berkembang dan terinkorporasi
(terjadi, tergabung) ke dalam pola-pola perilaku anak.
b) Periode Pra-operasional (2-7 tahun)
Rentang umur anak 2 sampai 7 tahun inilah yang disebut oleh Piaget sebagai
periode pra-operasional. Dinamakan pra-operasional karena pada rentang umur ini
anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang telah
dikemukakan terdahulu, seperti menambah, mengurangi dan yang lain-lain. Ciri-ciri
yang dapat dikenali dari periode pra-operasional ini adalah 1) kemampuan menalar
transduktif; 2) berpikir irreversibel (tidak dapat balik); 3) sifat egosentris, dan 4)
lebih berpikir statis tentang suatu peristiwa daripada transformasi suatu keadaan ke
keadaan lain.
c) Periode Operasional Konkret (7-11 tahun)
Periode ini merupakan awal dari berpikir rasional, artinya anak memiliki
operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret.
Operasi anak pada periode ini terikat pada pengalaman perorangan. Operasi-
operasiitu konkret bukan operasi-operasi formal. Anak belum dapat berurusan dengan
materi abstrak seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal. Berpikir operasional
konkret lebih stabil dibanding dengan berpikir statis yang terdapat pada anak pra-
operasional. Adapun ciri-ciri umum yang ditunjukkan oleh anak pada periode
operasional konkret yaitu: 1) mampu menyusun urutan seri objek, 2) mengalami
kemampuan berbahasa, 3) sifat egosentris berkurang, bergeser ke sosiosentris dalam
berkomunikasi, dan 4) sudah dapat menerima pendapat orang lain.
d) Periode Operasional Formal (11 tahun ke atas)
Periode ini ditandai oleh kemampuan anak dalam operasi-operasi konkret
untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Periode ini disebut juga
tahap adolesen. Anak mulai dapat memecahkan masalah verbal yang serupa.
Adapaun ciri-ciri umum anak pada periode operasional formal yaitu: 1) berpikir
hipotetis-deduktif (dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi
masalah, dan memeriksa data terhadap hipotesis untuk membuat kputusan yang
layak; tetapi belum dapat menerima atau menolak

10
11

hipotesis), 2) berpikir proposisional (dapat menangani pernyataan/proposisi-proposisi


yang memerikan data konkret, dan dapat menangani proposisi yang berlawanan
dengan fakta), 3) berpikir kombinatorial (berpikir meliputi semua kombinasi benda-
benda, gagasan-gagasan atau proposisi-proposisi yang mungkin), 4) berpikir refleksif
(dapat berpikir tentang berpikirnya)
Jadi berdasarkan teori ini, penerapannya dalam mengajar adalah bahwa
mengajar perlu memperhatikan tahap perkembangan intelektualnya. Setiap individu
dalam perkembangan intelektualnya selalu melalui tahapan-tahapan tersebut tetapi
yang dapat berbeda dalah kecepatan perkembangannya.

C.1.2 Penerapan Teori Belajar Piaget dalam Pembelajaran IPA SD


Teori Piaget ini banyak dipakai dalam penentuan proses pembelajaran di kelas
SD terutama pembelajaran IPA. Berdasarkan teori di atas, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan pembelajaran di kelas antara lain: bahwa Piaget
beranggapan anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siapun untuk diisi,
melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Suatu hal lagi,
teori Piaget mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa seluruh anak mengikuti
pola perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan
kemampuan anak secara umum. Hanya umur anak di mana konservasi muncul sering
berbeda. Poin yang penting ini menjelaskan kita mengapa pembelajaran IPA di SD
banyak menggunakan percobaan-percobaan nyata dan berhasil pada anak yang lemah
dan anak yang secara kebudayaan terhalangi.
Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak menangkap
dan menerjemahkan sesuatu secara berbeda. Sehingga walaupun anak mempunyai
umur yang sama tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai pengertian yang
berbeda terhadap suatu benda atau kejadian yang sama. Jadi setiap individu anak
adalah unik (khas). Implikasilainnya yang perlu diperhatikan, apabila hanya kegiatan
fisik yang diterima anak, tidak cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak
yang bersangkutan. Ide- ide anak harus selalu dipakai.
Piaget memberikan contoh sementara beliau menerima seluruh ide anak,
beliau juga mempersiapkan pilihan-pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak.
Sehingga apabila ada seorang anak yang mengatakan bahwa air yang ada di luar gelas
berisi es berasal dari lubang-lubang kecil yang ada pada gelas maka guru harus
menjawab pernyataan itu dengan “bagus”. Tetapi setelah beberapa saat guru harus
mengarahkan sesuai dengan apa yang seharusnya bahwa sebenarnya air yang ada di
permukaan luar gelas bukan berasal dari lubang-lubang kecil pada gelas, melainkan
berasal dari uap air di udara yang mengembun pada permukaan gelas yang dingin.
Jadi guru harus selalu secara tidak langsung memberikan idenya tetapi tidak
memaksakan kehendaknya. Dengan demikian anak akan menyadari bagaimana anak
tersebut bisa mendapatkan idenya. Dengan memberikan kesempatan kepada anak

11
12

untuk menilai sumber ide-idenya akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
menilai proses pemecahan masalah.
Adapun contoh pembelajaran ipa di sd berdasarkan teori piaget menurut
Zuriyani, 2019 yaitu:

Konsep yang diajarkan : Udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak


kegunaannya bagi kehidupan manusia.
Sub Konsep : Udara yang bergerak mempunyai tekanan yang lebih
rendah daripada udara diam.
Metode yang dipakai : Eksperimen

Alat dan bahan yang digunakan :


1) Dua bola pingpong (tenismeja)
2) Benang
3) Kayu, kira-kira 30 cm

Cara kerja :
1) Ikatlah kedua bola pingpong dengan benang yang ada.
2) Ikatkan kedua ujung benang secara berdekatan pada kayu yang telah disediakan,
sehingga tampak seperti gambar berikut.
3) Peganglah salah satu ujung kayu dan tiuplah kuat-kuat persis di tengah-tengah
antara kedua bola pingpong yang tergantung.
4) Amati apa yang terjadi.
Kegiatan guru yang penting adalah memperhatikan pada setiap siswa apa
yang mereka lakukan. Apakah mereka sudah melaksanakannya dengan benar.
Apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan? Dan guru harus berbuat apa yang
Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan anak untuk menemukan sendiri
jawabannya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila
sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran tentunya guru mengulas
kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu
yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa
asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from
the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it
fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the
process of assimilation”.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru

12
13

hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau


berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran (Zuriyani,
2019) yaitu:
a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget yaitu:
a) Menentukan tujuan Pembelajaran.
b) Memilih materi pembelajaran.
c) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif.
d) Menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik-topik tersebut, misalnya
penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi dan sebagainya,
e) Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas dan cara
berpikir siswa.
f) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran
IPA pokok bahasan Larutan buffer hendaknya guru mengimplementasikan teori
belajar piaget ini sehingga guru bisa membantu siswa untuk cepat memahami konsep
dari larutan buffer.

C.2 Teori Belajar Bruner dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD


C.2.1 Teori Belajar Bruner
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner seorang ahli psikologi
(1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi
kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada
pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai
perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh
pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan menstransformasi pengetahuan. Dasar
pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemeroses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang
diberikan kepada dirinya.

13
14

Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan
informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3)
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi
melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang
diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin
bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. Sedangkan
proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita
memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan.
Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih
abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses
internal. Kegiatana pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif itu sudah
banyakdigunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan
strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan
dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa,
sedangkan kegiatan belajarnya mengikuti pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya,
mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
b) Anak usia sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kognitif.
c) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
d) Untuk menarik minat dan meningkatkanretensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
si belajar.
e) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
f) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui
siswa.
g) Adanya perbedaan individual pada dirisiswa perlu diperhatikan, karena factor
ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut
misalnya, pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal
dan sebagainya. Dengan demikian, Bruner lebih banyak memberikaan

14
15

kebebasan kepada siswa untuk belajar sendirimelalui aktivitas menemukan


(discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa kepada bentuk belajar
induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan.
Menurut Bruner seiring dengan pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus
melalui tiga tahap intelektual, meliputi Tahap Enaktif, Ikonik dan Simbolik:
a) Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi terhadap
suatu objek. Dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan ketrampilan
dan pengetahuan motorik seperti meraba, memegang, mencengkram, menyentuh,
mengggit dan sebagainya. Anak-anak harus diberi kesempatan bermain dengan
berbagai bahan/alat pembelajaran tertentu agar dapat memahami begaimana
bahan/alat itu bekerja.
b) Ikonik, pembelajaran terjadi melalui penggunaan model- model dan visualisasi
verbal. Anak-anak mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk
perbandingan (komparasi) dan perumpamaan, dan tidak lagi memerlukan
manipulasi objek-objek pembelajaran secara langsung.
c) Simbolik, siswa sudah mampu menggabarkan kapasitas berpikir dalam istilah-
istilah yang abstrak. Dalam memahami dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui
simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Huruf dan lambing
bilangan merupakan contoh sistem simbol. Fase simbolik merupakan tahap final
dalam pembelajaran.

C.2.2. Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran IPA SD


Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar
dan sebagainya).
c) Memilih materi pelajaran.
d) Menentukan topic-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-
contoh ke generalisasi).
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f) Mengatur topic-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaklit, ikonik sampai ke simbolik.
g) Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.
Adapun penerapan teori Bruner dalam pembelajaran IPA menurut Zuriyani,
2014 yaitu:
Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan pada
siswa, ditinjau dari segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam
pembelajaran IPA.

15
16

1) Metode dan Tujuan


Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring tujuan
belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar
sepenuhnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat
melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan
memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh
pengetahuan melalui belajar penemuan.
Jadi kalau kita mengajar sains (IPA) misalnya, kita bukan akan menghasilkan
perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin
membuat anak-anak kita berpikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan
serta dalam proses pengetahuan Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu
produk.
2) Peran Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan
adalah:
a) Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b) Menyajikan materi pelajaran yang diperlukkan sebagai dasar bagi para siswa
untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukan sesuatu yang berlawanan.
Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbul
masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan
suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk menyelidiki masalah itu,
menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba menemukan konsep atau prinsip
yang mendasari masalah itu.
c) Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif
adalah melalui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan
(learning by doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal.
Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep.
Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
d) Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya
jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan
dipelajari, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai
seorang tutor, guru hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang
tepat.
e) Menilaia hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.
Secara garis besar belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-
generalisasi dengan menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan,
penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemehaman tentang konsep dasar,

16
17

dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situasi baru dan
situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.
f) Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses
pembelajara. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan
pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang dasar dan
penerapannya pada situasi yang baru.
Kesimpulan:
Proses pembelajaran IPA di tingkat SD/MI depat dilaksanakan dengan
menerapkan atau mengimplementasikan teori belajar Bruner. Adapun pelaksanaan
implementasi teori ini dapat diaplikasikan pada metode dan model pembelajaran serta
tingkah laku seorang guru saat dalam kelas maupun luar kelas.

D. RINGKASAN MATERI
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-
kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-
objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri,
orang tua, dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokkan objek-objek untuk
mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk
membentuk perkiraan tentang objek-objek dan peristiwa tersebut. Teori
perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam konstruktivisme teori ini berpendapat
bahwa kita membangun kemampuan kognitif sebagai proses yang di mana anak
secara aktif membangun sistem pengertian dan pemahaman tentang realitas melalui
pengalaman dan interaksi mereka. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk
memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia, yaitu: sensorimotor, praoperasi, operasi
konkret, dan operasi formal.
Teori Piaget ini banyak dipakai dalam penentuan proses pembelajaran di kelas
SD terutama pembelajaran IPA. Berdasarkan teori di atas, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan pembelajaran di kelas antara lain: bahwa Piaget
beranggapan anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siapun untuk diisi,
melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Suatu hal lagi,
teori Piaget mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa seluruh anak mengikuti
pola perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan
kemampuan anak secara umum. Hanya umur anak di mana konservasi muncul sering
berbeda. Poin yang penting ini menjelaskan kita mengapa pembelajaran IPA di SD
banyak menggunakan percobaan-percobaan nyata dan berhasil pada anak yang lemah
dan anak yang secara kebudayaan terhalangi.

17
18

Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan


manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada
dirinya.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan
informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3)
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi
melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang
diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin
bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. Sedangkan
proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita
memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan.
Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih
abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Menurut Bruner seiring dengan
pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus melalui tiga tahap intelektual, meliputi
Tahap Enaktif, Ikonik dan Simbolik.
Adapun langkah-langkah penerapan teori Bruner dalam pembelajaran IPA SD adalah
sebagai yaitu: a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran, b) Melakukan identifikasi
karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar dan sebagainya), c)
Memilih materi pelajaran, d) Menentukan topic-topik yang dapat dipelajari siswa
secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi), e) Mengembangkan bahan-bahan
belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari
siswa, f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaklit, ikonik sampai ke simbolik, dan g)
Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.

E. Tugas dan Latihan


1) Jelaskan tahap-tahap perkembangan kognisi menurut Piaget!
2) Deskripsikanlah langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget!
3) Jelakan tahapan intelektual menurut Bruner!
4) Deskripsikanlah langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner!

F. Rambu-Rambu Jawaban
1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan 4 tahapan seperti: 1) Periode Sensori
Motor (0-2 tahun), 2) Periode Pra-operasional (2-7 tahun), 3) Periode
Operasional Konkret (7-11 tahun), dan 4) Periode Operasional Formal (11
tahun ke atas).
2) Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) Menentukan tujuan
Pembelajaran, b) Memilih materi pembelajaran, c) Menentukan topik-topik
yang dapat dipelajari siswa secara aktif, d) Menentukan kegiatan belajar yang
sesuai dengan topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah,

18
19

diskusi, simulasi dan sebagainya, e) Mengembangkan metode pembelajaran


untuk merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa, dan f) Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa.
3) Jawaban Anda benar jika menjelaskan 4 tahapan seperti: 1) Eanktif, 2) Ikonik,
dan 3) Simbolik.
4) Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) Menentukan tujuan-
tujuan pembelajaran, b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa
(kemampuan awal, minat, gaya belajar dan sebagainya), c) Memilih materi
pelajaran, d) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi), e) Mengembangkan bahan-bahan
belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk
dipelajari siswa, f) Mengatur topic-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaklit, ikonik sampai
ke simbolik, dan g) Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.

19
20

BAB III
TEORI BELAJAR GAGNE DAN AUSUBEL SERTA
PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

A. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu menjelaskan teori
belajar Gagne dan Ausubel serta menerapkanya dalam pembelajaran IPA SD.

B POKOK-POKOK MATERI
1. Teori Belajar Gagne dan penerapannya dalam pembelajaran IPA SD
2. Teori Belajar Ausubel dan penerapannya dalam pembelajaran IPA SD

B. URAIAN MATERI
C.1 Teori Belajar Gagne dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD
C.1.1 Teori Belajar Gagne
Belajar menurut Gagne mencakup tiga unsur yaitu siswa yang belajar, situasi
stimulus, dan respons sebagai akibat dari stimulus. Menurutnya, belajar bukan
merupakan proses tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil
dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari
memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Kapasitas itu
diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang
dilakukan siswa.
Belajar menurut Gagne adalah suatu proses di mana suatu organisasi (siswa)
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan definisi ini,
diketahui bahwa belajar merupakan suatu proses yang akan memerlukan waktu untuk
melihat perubahannya. Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah perubahan
perilaku dari kurang baik menjadi lebih baik. Seorang siswa dikatakan telah belajar
jika telah terdapat perubahan dalam perilakunya. Dalam hal ini terdapat beberapa
macam hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karenabelajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut
bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi
stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat daristimulasi.

20
21

Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar,


sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta
aplikasi dalam pembelajaran. Menurut Robert M. Gagne, ada delapan tipe belajar
atau yang disebut sistematika delapan tipe belajar, yaitu:
a) Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat.
Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara.
Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian
tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar
semacam ini dilakukan dengan
merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan
emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat
tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.
b) Belajar Stimulus – Respons (Stimulus Respons Learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional.
Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan
S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Setiap respons
dapat diperkuat dengan reinforcement.
c) Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R
yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam
mengikat sepatu, makan, minum.
d) Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal.
Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui
berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal
terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti
yang lain.
e) Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti
membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
f) Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat
tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang
belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia,
burung, ikan. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan
diskriminasi.
g) Belajar Aturan (Rule Learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat
dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut

21
22

dalam segitiga sama dengan 1800. Setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus
dipahami artinya.
h) Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan
pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai
urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan
waktu, adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai
langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya
dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran.
Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba. Dengan ulangan-ulangan
masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya
ditemukan sendiri lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain.
Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah lain.
Selain sistematika delapan jenis belajar ada juga sistematika lima jenis belajar.
Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana
isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar.
Uraian tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar
yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah
menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan
sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu. Sistematika ini mencakup semua
hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan setiap hasil belajar atau
kemampuan internal satupersatu. Akan tetapi memgelompokkan hasil-hasil belajar
yang memiliki ciriciri sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari kategori
lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi lima kategori hasil
belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran
intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
a) Informasi verbal (Verbal information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan
dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber
yang juga menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi”cap
verbal” dan”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk
menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah
kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.
b) Kemahiran intelektual (Intellectual skill)
Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan
berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar).

22
23

c) Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)


Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan
berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan
kesulitan yang sama.
d) Keterampilan motorik (Motor skill)
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu.
e) Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam
mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.
Dalam mempelajari objek-objek belajar, menurut Gagne (Bell, 1978) ada
beberapa fase utama yang dilalui seseorang, yaitu:
1) Fase pengenalan (apprehendingphase)
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap
artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan
berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap
siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya
karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.
2) Fase perolehan (acqusitionphase)
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan
informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain pada fase
ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
3) Fase penyimpanan (storagephase)
Fase storage adalah fase penyimpanan informasi. Dalam hal ini ada informasi
yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang. Pengulangan
informasi dalam memori jangka pendek dapat memindahkannya ke memori jangka
panjang.
4) Fase pemanggilan (retrievalphase).
Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil
kembali informasi yang ada dalam memori.

C.1.2 Penerapan Teori Belajar Gagne dalam Pembelajaran IPA


Dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah, melibatkan siswa dan guru.
Siswa merupakan subjek yang akan belajar, sedangkan guru bertindak sebagai
pemandu siswa dalam proses belajarnya. Oleh karena itu, sangat perlu dipersiapkan
suatu rancangan pembelajaran yang akan menjadikan siswa belajar seperti yang
seharusnya.

23
24

Model mengajar menurut Gagne disebut kejadian-kejadian instruksional yang


ditujukan pada guru dalam menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa
(Puspita, 2014) meliputi:
1) Mengaktifkan Motivasi
Langkah pertama dalam pembelajaran adalah memotivasi para siswa untuk
belajar. Kerap kali ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi
pelajaran, dan mengemukakan kegunaannya. Expectancy dapat pula dianggap sebagai
motivasi khusus dari pelajar untuk mencapai tujuan belajar. Expectancy dapat
dipengaruhi sehingga dapat mengaktifkan motif-motif belajar siswa, misalnya motif
untuk ingin tahu (curiosity) atau motif untuk menyelidiki, dan motif untuk ingin
mencapainya.
2) Memberitahu Pelajar Tentang Tujuan-Tujuan Belajar
Kejadian instruksi kedua ini sangat erat kaitannya dengan kejadian instruksi
pertama. Sebagian dari mengaktifkan motivasi para siswa ialah dengan memberitahu
mereka tentang mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang
akan mereka pelajari. Memberi tahu tujuan belajar juga menolong memusatkan
perhatian para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran. Agar
seorang siswa secara komprehensif tahu tentang tujuan instruksional khusus yang
akan dicapainya setelah suatu pelajaran selesai diajarkan/dipelajari atau dalam buku
pelajaran sebaginya dicantumkan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai oleh siswa
setelah mempelajari buku tersebut.
3) Mengarahkan Perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian, diantaranya:
a) Perhatikan yang pertama berfungsi untuk membuat siswa atau pelajar siap
menerima stimulus atau rangsangan belajar.
b) Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif.
Dengan cara ini siswa memilih informasi yang akan diteruskan ke
memori jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan cara mengeraskan
suara pada suatu kata atau menggaris bawah suatu kata atau beberapa kata
dalam satu kalimat.
4) Merangsang Ingatan
Menurut Gagne bagian yang paling kritis dalam proses belajar adalah
pemberian kode pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang
disimpan dalam memori jangka panjang. Guru dapat berusaha untuk menolong siswa-
siswa dalam mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam
memori jangka panjang itu. Cara menolong ini dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan. Adapun
cara yang dilakukan guru untuk merangsang ingatan siswa, yaitu:

24
25

a) Guru dapat berusaha menolong siswa dalam mengingat atau memanggil


kembali pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang. Cara ini
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada siswa.
b) Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan yang diinginkan
guru, karena sudah lama dipelajarannya, maka sebaiknya guru dapat
menggunakan teknik bertanya dengan jalan membimbing.
5) Menyediakan Bimbingan Belajar
Untuk memperlancar masuknya infomasi ke memori jangka panjang,
diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk
mempelajari informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara
mengkaitkan informasi baru itu dengan pengalaman siswa. Untuk mempelajari
informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengn cara mengaitkan informasi
baru itu dengan pengalaman siswa. Bimbingan yang diberikan guru dapat berupa
pertanyaan, juga dapat berupa gambar-gambar atau ilustrasi.
6) Meningkatkan Retensi
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat diusahakan baik oleh
guru atau pun oleh siswa. Usaha yang dapat diusahakan agar materi yang diajarkan
dapat bertahan lama adalah dengan cara:
a) Mengulang pelajaran yang sama berulang kali.
b) Dengan memberi berbagai contoh atau ilustrasi yang sederhana dan dapat
dicerna oleh siswa, seperti menggunakan tabel-tabel grafik, dan gambar .
7) Membantu Transfer Belajar
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi
yang baru. Untuk dapat melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan telah
menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan. Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi kelompok guru dapat
membantu transfer balajar kepada para siswa.
8) Memperlihatkan/Perbuatan dan Memberikan Umpan Balik
Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu
sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu sebaiknya guru
tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan
kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka,
agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancar.
Cara-cara yang dilakukan adalah pemberian tes atau mengamati prilaku siswa umpan
balik bila bersifa positif menjadi pertanda bagi siswa bahwa ia telah mencapai tujuan
belajar.

25
26

C.2 Teori Belajar Ausubel dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD


C.2.1 Teori Belajar Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal
dengan teori belajar bermakna (meaningfull). Ausubel membedakan antara belajar
menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya
menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep
ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.
Menurut Ausubel (Burhanuddin, 1996; 112) pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah
struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi apabila
seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur
pengetahuan mereka. Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah
ia pelajari dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke
dalam struktur pengetahuan mereka.
Ada beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
1) Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya,
siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari
kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah
ada.
2) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3) Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian
pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang
telah dimiliki.
Menurut Ausubel dan Novak (Burhanuddin, 1996: 115) ada tiga kebaikan
belajar bermakna, yaitu :
1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
2) Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya
dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga
memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang
mirip.

26
27

3) Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih


meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi
pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:
1) Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki
strategi belajar bermakna.
2) Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.
3) Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan
intelektual siswa.

C.2.2. Penerapan Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran IPA SD


David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih
efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan
bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih
banyak.
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui oleh siswadalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitif dikumukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu:
1) Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan
konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
2) Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya
Langkah-langkah Belajar Bermakna Menurut Ausubel:
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya
belajar, dan sebagainya).
3) Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya
dalam bentuk konsep-konsep inti.
4) Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer
yang akan dipelajari siswa.
5) Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk
nyata/konkret.
6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

27
28

D. RINGKASAN MATERI
Belajar menurut Gagne mencakup tiga unsur yaitu siswa yang belajar, situasi
stimulus, dan respons sebagai akibat dari stimulus. Menurutnya, belajar bukan
merupakan proses tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil
dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari
memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Kapasitas itu
diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang
dilakukan siswa. Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar atau yang disebut
sistematika delapan tipe belajar, yaitu: a) Belajar Isyarat (Signal Learning), b) Belajar
Stimulus – Respons (Stimulus Respons Learning), c) Belajar Rangkaian (Chaining),
d) Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation), e) Belajar Diskriminasi (Discrimination
Learning), Belajar Konsep (Concept Learning), g) Belajar Aturan (Rule Learning),
dan h) Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning). Selain sistematika
delapan jenis belajar ada juga sistematika lima jenis belajar meliputi: a) Informasi
verbal (Verbal information), b) Kemahiran intelektual (Intellectual skill), c)
Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy), d) Keterampilan motorik (Motor
skill), dan
f) Sikap (Attitude).
Dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah, melibatkan siswa dan guru.
Siswa merupakan subjek yang akan belajar, sedangkan guru bertindak sebagai
pemandu siswa dalam proses belajarnya. Oleh karena itu, sangat perlu dipersiapkan
suatu rancangan pembelajaran yang akan menjadikan siswa belajar seperti yang
seharusnya.Model mengajar menurut Gagne disebut kejadian-kejadian instruksional
yang ditujukan pada guru dalam menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa
meliputi: a) Mengaktifkan motivasi, b) Memberitahu pelajar tentang tujuan-tujuan
belajar, c) Mengarahkan perhatian, d) Merangsang ingatan, e) Menyediakan
bimbingan belajar, f) Meningkatkan retensi, g) Membantu transfer belajar, dan h)
Memperlihatkan/perbuatan dan memberikan umpan balik.
Menurut Ausubel (Burhanuddin, 1996: 112) pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Ada beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu: a) Belajar dengan penemuan yang
bermakna, b) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan c) Belajar
menerima (ekspositori) yang bermakna.
Langkah-langkah Belajar Bermakna Menurut Ausubel meliputi: a)
Menentukan tujuan pembelajaran, b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa
(kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya), c) Memilih materi
pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-

28
29

konsep inti, d) Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance


organizer yang akan dipelajari siswa, e) Mempelajari konsep-konsep inti tersebut,
dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret, dan f) Melakukan penilaian proses
dan hasil belajar siswa.

E. Tugas dan Latihan


1) Jelaskan tahap-tahap perkembangan kognisi menurut Piaget!
2) Deskripsikanlah langkah-langkah pembelajaran menurut Gagne!
3) Jelakan tahapan intelektual menurut Bruner!
4) Deskripsikanlah langkah-langkah belajar bermakna menurut Ausubel!

F. Rambu-Rambu Jawaban
1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan delapan tipe belajar seperti: a) Belajar
Isyarat (Signal Learning), b) Belajar Stimulus – Respons (Stimulus Respons
Learning), c) Belajar Rangkaian (Chaining), d) Asosiasi Verbal (Verbal
Assosiation), e) Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning), Belajar
Konsep (Concept Learning), g) Belajar Aturan (Rule Learning), dan h)
Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning).
2) Adapun langkah-langkah pebelajaran menurut Gagne meliputi: a)
Mengaktifkan motivasi, b) Memberitahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar,
c) Mengarahkan perhatian, d) Merangsang ingatan, e) Menyediakan
bimbingan belajar, f) Meningkatkan retensi, g) Membantu transfer belajar, dan
h) Memperlihatkan/perbuatan dan memberikan umpan balik.
3) Jawaban Anda benar jika menjelaskan tiga tipe belajar seperti: a) Belajar
dengan penemuan yang bermakna, b) Belajar dengan penemuan yang tidak
bermakna, dan c) Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna.
4) Adapun langkah-langkah belajar bermakna menurut Ausubel meliputi: a)
Menentukan tujuan pembelajaran, b) Melakukan identifikasi karakteristik
siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya), c) Memilih
materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam
bentuk konsep-konsep inti, d) Menentukan topik-topik dan menampilkannya
dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa, e) Mempelajari
konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret,
dan f) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

29
30

BAB IV
KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SEKOLAH
DASAR
A. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan keterampilan proses sains
2. Menjelaskan penilaian keterampilan proses sains (IPA)
3. Menjelaskan pengertian kerja ilmiah dan penilaiannya

B POKOK-POKOK MATERI
1. Pengertian keterampilan proses sains (IPA)
2. Penilaian keterampilan proses sains (IPA)
3. Pengertian kerja ilmiah dan cara penilaianya

C. URAIAN MATERI
C.1 Pengertian Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan
memahami sains (Gagne, dalam Dahar, 1985). Untuk dapat memahami hakikat IPA
secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki ke-
mampuan keterampilan proses sains. Menurut Semiawan et al., (1990), keterampilan
proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait kemampuan-kemampuan
mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah,
sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Mundilarto dalam Widayanto (2007) mengemukakan keterampilan proses
sains merupakan langkah-langkah yang diturunkan dari langkah kerja saintis ketika
melakukan penelitian ilmiah. Keterampilan proses sains dapat juga diartikan sebagai
kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains
sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta. Senada dengan
pendapat diatas, Prasetyo (2011) mendefinisikan keterampilan proses sains sebagai
penggunaan beberapa langkah untuk belajar, sebagaimana para saintis berpikir dan
bekerja. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses
merupakan serangkaian peristiwa yang harus dilakukan oleh siswa dalam mencari,
dan memproses hasil perolehannya untuk kemudian dijadikan pengetahuan baru bagi
dirinya sendiri.
Keterampilan proses sains terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama
lain berkaitan dan sebagai prasarat, hal tersebut penting dimiliki guru untuk
digunakan sebagai jembatan dalam menyampaikan pengetahuan atau informasi baru
kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki
siswa. Keterampilan proses sains ini dapat diaplikasikan pada kegiatan praktikum.

30
31

Keterampilan proses sains pada pembelajaran sains lebih menekankan pemben-tukan


keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya.
Keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Ada berbagai Keterampilan dalam
keterampilan proses, keterampilan – keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-
keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi
(intregated skills).
Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni:
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari:
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data,
menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Funk, 1985 dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2002). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) bahwa keenam
aspek keterampilan proses sains dasar tersebut adalah: (1) mengamati, (2)
mengklasifikasikan, (3) mengkomunikasikan, (4) mengukur, (5) memprediksi, (6)
menyimpulkan.
Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar seperti
pada Tabel 1 dan keterampilan proses sains terpadu pada Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar


Keterampilan Indikator
Dasar
Observasi Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau,
(observing) pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati,
mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian
secara teliti dari hasil pengamatan.
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri,
(Classifying) mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar
penggolongan terhadap suatu obyek.
Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk
(measuring) menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu
benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume,
waktu, berat dan lain-lain.
Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan
pengukuran ke satuan pengukuran lain.
Pengkomunikasian Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam
(communicating) grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan
grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan,
menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan
jelas.
Menarik Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau

31
32

Kesimpulan fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan


(inferring) informasi
Memprediksi Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau
membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada
waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau
kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep,
dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

Tabel 2. Indikator Keterampilan Proses Sains Terpadu


Keterampilan Indikator
Terpadu
Merumuskan Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel,
hipotesis mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan
(Formulating mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan
Hypotheses) masalah
Menamai variabel Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan
(Naming Variables) dalam percobaan
Mengontrol variabel Mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi
(Controling hasil percobaan, menjaga kekonstanannya selagi
Variables) memanipulasi variabel bebas
Membuat definisi Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua
operasional (making faktor/variabel dalam suatu eksperimen
Operational
definition)
Melakukan Mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan yang
Eksperimen sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan
(Experimenting) mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional
variabel-variabel, mendesain sebuah eksperimen yang
jujur, menginterpretasi hasil eksperimen
Interpretasi Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan
(Interpreting) terhadap obyek untuk menarik kesimpulan, menemukan
pola atau keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam
tabel) suatu fenomena alam
Merancang Mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan dalam
penyelidikan suatu penyelidikan, menentukan variabel kontrol, variabel
(Investigating) bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan
ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang
mengarah pada pencapaian kebenaran ilmiah
Aplikasi konsep Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan
(Appling konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan
Concepts) konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

32
33

C.2 Penilaian Keterampilan Proses Sains (IPA)


Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan
sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai
kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains. Menurut Smith dan
Welliver dalam Mahmuddin, 2010, pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1) Pretes dan postes
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal
tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan yang telah
diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes kembali untuk
mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran sains.
2) Diagnostik
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal
tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian mana
siswa memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru
merencanakan pelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk
mengatasi kekurangan siswa.
3) Penempatan kelas
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah
satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki
kelas akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.
4) Pemilihan kompetisis siswa
Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai kriteria
utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba sains. Jika
siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba sains
dengan baik.
5) Bimbingan karir
Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian
keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.
Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau
tingkatan kelas (Rezba, 1999). Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus
direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo (2009),
penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.
2) Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.

33
34

3) Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur


(misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4) Membuat kisi-kisi instrumen.
5) Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains
berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan
konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan
proses sains (objek tes).
6) Melakukan validasi instrumen.
7) Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas
empiris.
8) Perbaikan butir-butir yang belum valid.
9) Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam
pembelajaran sains.
Pada langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas dan
reabilitas empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains yang
beresiko tinggi. Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah penilaian dalam
penelitian, penilaian dalam skala besar atau penilaian untuk tujuan tertentu.
Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes
(paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam
bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes
dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Menurut Bajah (2000),
penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis
dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi
kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap
keterampilan proses sains (Mahmuddin, 2010).

1) Penilaian Keterampilan Proses Melalui Tes Tertulis


Penilaian secara tertulis terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan
dalam bentuk essai dan pilihan ganda. Pertanyaan yang disusun dalam bentuk
pertanyaan konvergen dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai
memerlukan jawaban yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata. Jawaban yang
dituliskan oleh siswa akan lebih bersifat subjektif, yang berarti menggambarkan
pemahaman yang lebih indiviualistik.
Sebuah contoh konstruksi instrument penilaian secara tertulis dalam bentuk
tes essai, sebagai berikut: Sebuah percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
air terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Setelah dilakukan pengukuran dalam
selama tujuh hari, diperoleh data sebagai berikut:

34
35

Tabel 3. Rubrik Percobaan Laboratorium


Tinggi Tanaman (cm)
Hari Ke-
Disiram Air Setiap Hari Tidak Disiram Air
1 5 5
2 7 6
3 8,5 6,5
4 11 6,9
5 12,8 7,2
6 14 7,3
7 15,9 7,3
Pertanyaan:
1) Tuliskan rumusan masalah pada percobaan di atas! (skor 2)
2) Buatlah kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan di atas! (skor 2)

Pengukuran keterampilan proses yang dilakukan melakui tes yang dikontruksi


dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, kemungkinan jawaban atas pertanyaan sudah
disiapkan dan biasanya terdiri atas empat atau lima pilihan. Penilaian yang diperoleh
dengan menggunakan pilihan jawaban dapat memberikan hasil yang lebih obyektif,
sebab jawaban atas masalah yang ada telah ditetapkan. Menurut Arikunto (2009),
penilaian dalam bentuk pilihan ganda, lebih representative mewakili isi dan luas
bahan atau materi. Selain itu, dalam proses pemeriksaan dapat terhindar dari unsur-
unsur subjektivitas. Namun demikian, penggunaan penilaian model ini, cenderung
mengungkapkan daya pengenalan kembali dan banyak memberi peluang tebakan.
Hasil yang diperoleh pun dapat berbeda dengan kondisi siswa yang sesungguhnya.
Smith dan Welliver telah mengembangkan instrumen penilaian untuk
mengukur keterampilan proses sains bagi siswa sekolah dasar dan sekolah menengah.
Instrumen tes tertulis disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda. Untuk
menjawab soal ini, siswa terlibat dalam pemecahan masalah dan mengharuskan
menerapkan keterampilan proses yang tepat untuk setiap pertanyaan.

2) Penilaian Keterampilan Proses Melalui Bukan Tes


Penilaian melalui keterampilan proses sains melalui bukan tes dapat dilakukan
dalam bentuk observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilaian ini dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Selama proses kegiatan
pembelajaran sains dilaksanakan, guru dapat melakukan penilaian dengan mengamati
perilaku siswa secara langsung dalam menunjukkan kemampuan keterampilan proses
sains yang dimiliki. Selain itu, hasil-hasil pekerjaan tugas siswa atau produk hasil
belajar siswa juga dapat diamati untuk menilai keterampilan proses siswa secara
integrative.
Menurut Sumiati dan Asra (2008), Arikunto (2009) dan Widyatiningtyas
(2010), penilaian keterampilan proses dengan melalui bukan tes diperlukan lembar

35
36

pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan. Lembar
pengamatan ini dapat berupa rubrik, daftar chek atau skala bertingkat. Menilai siswa
dengan menggunakan rubrik, dapat mendeterminasikan kemampuan siswa
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Rubrik penilaian memuat kriteria
esensial terhadap tugas atau standar keterampilan proses sains serta level unjuk kerja
yang tepat terhadap setiap kriteria.
Sebuah contoh rubrik penilaian untuk mengukur kegiatan percobaan
laboratorium dapat disajikan, sebagai berikut:

Tabel 4. Rubrik Percobaaan Laboratorium


Skor
Kriteria 4 3 2 1
(sangat baik) (baik) (cukup) (kurang)
Tujuan Mengidentifikasi Mengidentifika Mengidentifi Salah
percobaan tujuan dan cirri si tujuan kasi sebagian mengidentifika
khusus tujuan si tujuan
Alat dan Melist semua alat Melist semua Melist Salah melist
Bahan dan bahan bahan beberapa bahan
bahan
Hypotesis Memprediksi Memprediksi Memprediksi Menebak-
dengan benar dengan benar dengan nebak
fakta dan fakta beberapa
membuat fakta
hipotesis
Prosedur Melist semua Melist semua Melist Salah melist
tahap dan detail- tahap beberapa tahap
detail khusus tahap

Hasil Data direkam, Data direkam, Data direkam Hasil salah atau
diorganisir, dan diorganisir tidak betul
digrafiskan
Simpulan Tampak Tampak Tampak Tidak ada
memahami memahami memahami kesimpulan
konsep dan konsep yang beberapa atau tampak
membuat telah dipelajari konsep miskonsepsi
hipotesis baru
untuk aplikasi
pada situasi lain.

Sebagaimana pada contoh di atas, sebuah rubric memuat dua komponen, yaitu
kriteria dan level unjuk kerja (performance). Pada setiap rubrik terdiri atas minimal
dua criteria dan dua level unjuk kerja. Criteria biasanya ditempatkan pada kolom
paling kiri, sedangkan level unjuk kerja ditempatkan pada baris paling atas dalam

36
37

tabel rubrik. Untuk memudahkan dalam penggunaannya, level unjuk kerja terdiri atas
level kuantitatif berupa angka (1, 2, 3, dan 4) dan level kualitatif.
Dalam rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor menyatakan
harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap criteria. Pada contoh
rubrik, dapat dilihat adanya perbedaan diskriptor antara tujuan kegiatan yang
dirumuskan dengan sangat baik dan tujuan kegiatan yang dirumuskan dengan baik.
Pada descriptor, siswa dapat melihat syarat unjuk kerja untuk mencapai sebuah level
kriteria. Bagi guru, descriptor dapat membantu guru untuk memberikan penilaian
secara konsisten pada hasil kerja siswa.
Dalam implementasinya, penilaian melalui observasi dengan menggunakan
rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik penilaian ini
dikomunikasikan kepada siswa di awal pembelajaran, ekspektasi terhadap pencapaian
level keterampilan proses dapat diidentifikasikan dan dipahami secara baik oleh
siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang konsisten dan obyektif. Selain
itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan balik (feedback) yang lebih baik. Hasil
penilaian dapat menunjukkan level khusus performans siswa selanjutnya yang harus
dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru dan siswa dapat mengetahui secara pasti, area
kebutuhan siswa yang perlu pengembangan.
Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk mengukur
keterampilan proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada siswa sebelum
pelaksanaan pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran dapat menentukan
target yang harus dicapai selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian pun
dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.

3) Waktu dan Subjek Penilaian


Selain perihal instrumen penilaian yang penting dirumuskan sebagai bagian
terintegrasi dari rencana penilaian pembelajaran, waktu dan subyek penilaian juga
harus direncanakan. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains, dapat
dilakukan di awal pembelajaran sebagai pretes, di akhir pembelajaran sebagai postes,
atau selama pelaksanaan pembelajaran sebagai penilaian proses (on going
assessment). Waktu pelaksanaan penilaian ini bersifat relative, dan sangat ditentukan
oleh aspek keterampilan proses sains yang diukur dan tujuan penilaian itu sendiri.
Jika penilaian dimaksudkan untuk melihat kemajuan perkembangan keterampilan
proses sains yang dicapai siswa selama pembelajaran, maka penilaian dapat dilakukan
dengan cara pretes/postes. Sedangkan penilaian keterampilan proses yang
dimaksudkan untuk mengukur secara langsung detail-detail pencapaian keterampilan
proses sains, maka penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi atau rubrik penilaian.
Perihal subyek penilaian dalam keterampilan proses sains juga dapat
disesuaikan dengan tujuan penilaian dilakukan. Pelaksanaan penilaian keterampilan

37
38

proses sains dapat dilakukan dalam bentuk tiga arah yaitu penilaian guru, penilaian
sebaya dan penilaian diri. Keterampilan proses sains umumnya dilakukan
penilaiannya oleh guru pengampuh mata pelajaran. Dalam hal ini, penilaian
merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru.
Namun, untuk tujuan tertentu penilaian keterampilan proses sains dapat melibatkan
siswa sebagai subyek penilaian.
Penilaian yang melibatkan siswa terhadap siswa lain dapat dilakukan dalam
sebuah kelompok. Selama proses belajar berlansung, siswa bekerja dalam kelompok
untuk sebuah percobaan. Keberadaan siswa dalam kelompok, tentu memiliki peran
tersendiri sehingga masing-masing memberikan konstribusi sebagai tim. Aktivitas
siswa selama bekerja dalam kelompok dan kontribusinya dalam mendukung hasil
kerja dapat dirasakan dan diamati secara persis oleh setiap anggota kelompok. Dalam
situasi ini, penilaian teman sebaya dapat digunakan sebagai data pembanding yang
dapat diekuilibrasikan dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru. penilaian
dengan melibatkan teman kelompok, dapat memberikan efek positif dalam
perkembangan sikap ilmiah siswa. Secara korelasional hal ini diharapkan dapat
meningkatkan peran siswa dalam kelompok sehingga berpengaruh kepada
perkembangan keterampilan proses sains siswa.
Sementara itu, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa
dalam menilai dirinya dapat digunakan untuk memberikan bahan refleksi langsung
bagi siswa. Dalam proses ini, siswa akan mengevaluasi kemampuan yang telah
dicapainya, dan secara sportif memberikan pengakuan terhadap diri sendiri. Proses ini
memiliki dampak psikologis yang diharapkan dapat memicu motivasi intrinsik siswa
untuk terus mengembangkan keterampilan proses sains yang telah dicapai. Namun
demikian, penilaian keterampilan proses sains yang melibatkan siswa hanya dapat
dilakukan secara sinergis dan optimal jika instrumen penilaian disiapkan dengan
kriteria yang jelas dan telah ditetapkan guru.

C.3 Pengertian Kerja Ilmiah dan Cara Penilaiannya


Kerja ilmiah merupakan cara memecahkan permasalahan dengan serangkaian
kegiatan yang berurutan atau sistematis (Wasis & Irianto, 2008). Dalam melakukan
kerja ilmiah seseorang dituntut memiliki beberapa keterampilan, keterampilan
tersebut meliputi keterampilan proses dan keterampilan penggunaan alat kerja.
Keterampilan proses merupakan kecakapan dalam setiap tahapan atau langkah kerja
ilmiah, misalnya terampil melakukan observasi, mengolah data, menafsirkan data,
dan melakukan eksperimen. Terampil menggunakan alat misalnya dapat
menggunakan voltmeter, mengencerkan larutan, menggunakan mikroskop, dan
membuat preparat dengan baik dan benar.
Kerja ilmiah menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan
konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Irama atau tindakan

38
39

belajar-mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi siswa belajar secara aktif
(Semiawan et al., 1990).
Semiawan et al., (1990) mengungkapkan, keterampilan-ketrampilan pada
kerja ilmiah adalah sebagai berikut:
1) Observasi, menggunakan indra untuk memilah-milahkan mana yang penting
dari yang kurang penting;
2) Klasifikasi, mencari atau menemukan persamaan dan perbedaan, atau
diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan;
3) Prediksi, mengajukan dugaan atau ramalan berdasarkan hasil observasi atau
penelitian yang memperlihatkan pola atau kecenderungan tertentu;
4) Berkomunikasi, menyampaikan hasil temuan kepada orang lain baik secara
lisan maupun tulisan;
5) Berhipotesis, dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara yang akan
diuji kebenarannya;
6) Merencanakan percobaan atau penyelidikan, harus memberi kesempatan
untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat atau bahan yang akan
digunakan, objek yang akan diteliti dan prosedur yang harus ditempuh;
7) Menerapkan konsep atau prinsip, menerapkan konsep yang telah dikuasai
untuk memecahkan masalah tertentu atau menjelaskan suatu peristiwa baru
dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, dan
8) Menyimpulkan, membuat kesimpulan sementara atau inferensi berdasarkan
informasi yang dimilki sampai suatu waktu tertentu.
Di dalam kegiatan pembelajaran selalu diakhiri dengan penilaian hasil belajar.
Devi (2010), menyampaikan karakteristik yang harus diperhatikan dalam menyusun
soal yang mengukur jenis-jens keterampilan proses sebagai berikut:
1) Observasi: dalam butir soal harus ada objek atau peristiwa yang dapat diamati;
2) Klasifikasi: dalam peristiwa harus disajikan objek atau peristiwa yang dapat
ditemukan atau dicari persamaan atau perbedaan dari objek tersebut, atau
diberi kriteria untuk melakukan pengelompokan;
3) Prediksi: dalam butir soal harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat
diajukan suatu dugaan atau ramalan;
4) Interpretasi: dalam butir soal harus disajikan sejumlah data untuk
memperlihatkan pola, dan
5) Komunikasi: dalam soal harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk
diubah kebentuk penyajian lainnya, misalkan bentuk uraian ke bagan, bentuk
tabel ke bentuk grafik.

39
40

B. RINGKASAN MATERI
Keterampilan proses merupakan serangkaian peristiwa yang harus dilakukan
oleh siswa dalam mencari, dan memproses hasil perolehannya untuk kemudian
dijadikan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. Ada berbagai Keterampilan dalam
keterampilan proses, keterampilan – keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-
keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi
(intregated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan,
yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari:
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data,
menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Funk, 1985 dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2002). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) bahwa keenam
aspek keterampilan proses sains dasar tersebut adalah: (1) mengamati, (2)
mengklasifikasikan, (3) mengkomunikasikan, (4) mengukur, (5) memprediksi, (6)
menyimpulkan.
Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan
sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai
kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains. Menurut Smith dan
Welliver dalam Mahmuddin, 2010, pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya: 1) Pretes dan postes, 2) Diagnostik, 3)
penempatan kelas, 4) Pemilihan kompetisis siswa, 5) Guru melaksanakan penilaian
keterampilan proses sains, dan 6) Bimbingan karir.
Kerja ilmiah merupakan cara memecahkan permasalahan dengan serangkaian
kegiatan yang berurutan atau sistematis (Wasis & Irianto, 2008). Dalam melakukan
kerja ilmiah seseorang dituntut memiliki beberapa keterampilan, keterampilan
tersebut meliputi keterampilan proses dan keterampilan penggunaan alat kerja.
Keterampilan proses merupakan kecakapan dalam setiap tahapan atau langkah kerja
ilmiah, misalnya terampil melakukan observasi, mengolah data, menafsirkan data,
dan melakukan eksperimen. Terampil menggunakan alat misalnya dapat
menggunakan voltmeter, mengencerkan larutan, menggunakan mikroskop, dan
membuat preparat dengan baik dan benar.

C. Tugas dan Latihan


1) Apa yang Anda pahami mengenai keterampilan proses sains?
2) Jelaskan bentuk-bentuk penlaian keterampilan proses sains?
3) Dalam melakukan kerja ilmiah, seseorang dituntuk untuk memiliki beberapa
keterampilan. Sebutkan dan jelaskan!

40
41

D. Rambu-Rambu Jawaban
1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan definisi keterampilan proses sains dan
menjelaskan bagian-bagian keterampilan proses sains dasar dan terintegrasi.
2) Jawaban Anda benar jika menjelaskan bentuk-bentuk penilaian keterampilan
proses sains seperti: 1) Pretes dan postes, 2) Diagnostik, 3) Penempatan kelas,
4) Pemilihan kompetisis siswa, dan 5) Bimbingan karir.
3) Jawaban Anda benar jika menjelaskan keterampilan proses dan keterampilan
penggunaan alat kerja.

41
42

BAB V
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

A. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan dan memahami pengertian dan prinsip pemilihan pendekatan
pembelajaran IPA
2. Menjelaskan dan memahami jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA di
SD
3. Menerapkan jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA

B POKOK-POKOK MATERI
4. Pengertian dan prinsip pemilihan pendekatan pembelajaran IPA
5. Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA di SD
6. Penerapan jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPA

D. URAIAN MATERI
C.1 Pengertian dan Prinsip Pemilihan Pendekatan Pembelajaran IPA
Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha
meninngkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Selain tu pendekatan
pembelajaran adalah arah suatu kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan. Pengertian lain
dari pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang digunakan oleh guru atau
pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar. Dari pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalahcara yang digunakan oleh guru
dalam menyajikan suatu materi yangmemungkinkan siswa belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Ada delapan komponen utama dalam pendekatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif
dalam mengembangkan minatnya secara individu, orang yang dapat bekerja
sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil
berbuat.
b) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work)
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks
yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan anggota
masyarakat.

42
43

c) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)


Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan; ada tujuannya, ada urusannya
dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada
produknya/hasilnya yang sifatya nyata.
d) Bekerja sama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
e) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan
kreatif; dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
f) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa memelihara pribadinya, mengetahui, memberi perhatian, memiliki
harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.
g) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi; mengidentifikasi tujuan
dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
h) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assesment)
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk
suatu tujuan yang bermakna.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach). Berdasarkan pendekatan
pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
a) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output)
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi
dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d) Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.

43
44

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.
d) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

C.2 Jenis-jenis Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA di SD


Beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
membelajarkan IPA di SD yaitu:
1) Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan
dan pengalaman. Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Melalui pendekatan konsep, guru
membimbing dan mengarahkan siswa untukmemahami suatu topik dengan cara
memahami konsep-konsep yang terkandung dalamtopik tersebut. Semua kegiatan
yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran diarahkan pada penguasaan konsep dan
sub konsep dalam topik tersebut.
Penggunaan pendekatan konsep berarti bahwa semua kegiatan yang dilakukan
selama pembelajaran (apapun metode yang digunakannya), diarahkan agar siswa
memahami konsep-konsep tersebut. Untuk kegiatan pembelajaran nantinya guru bisa
saja menggunakan satu atau beberapa metode pembelajaran yang sesuai, misalnya
metode ceramah, metode widyawisata, dan metode diskusi.
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan konsep adalah:
a) Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
b) Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah
dimengerti.
c) Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula
sampai konsep yang kompleks.
d) Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

44
45

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pendekatan konsep


adalah bahwaapapun yang dilakukan, fokusnya adalah pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yangterkandung dalam suatu topik/tema.
2) Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan adalah pendekatan proses dengan lingkungan sebagai
sarana atau media untuk memperkenalkan lingkungan kepada peserta didik dalam
mengembangkan aspek kognitif. Saat ini pendekatan lingkungan tidakhanya sekedar
mengembangkan aspek kognitif saja, tetapi lebih diutamakan untuk mengembangkan
aspek afektif, yaitu dengan tujuan supaya orang mau terlibat, mau menangani dan
mau memelihara lingkungan.
Pendekatan lingkungan dalam proses belajar dan pembelajaran IPA adalah
pemanfaatan lingkungan sebagai sarana pendidikan. Dalam pembelajaran IPA,
relevansi pembelajaran dengan lingkungannya dapat dicapai dengan memanfaatkan
lingkungan peserta didik sebagai laboratorium alam.
Pendekatan lingkungan dalam pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut (Dahar,1982):
a) Yang dimaksud dengan lingkungan, mencakup semua benda dan keadaan
yang mempengaruhi peserta didik.
b) Isi pelajaran disesuaikan dengan keadaan lingkungan peserta didik dan
penerapan-penerapan IPA.
c) Penyusunan bahan ajar berkisar pada suatu tema atau topik.
Pembelajaran IPA yang berorientasi pada lingkungan akan memberi
kesempatan peserta didik memahami proses IPA yang berkaitan dengan
lingkungannya, hal ini akan menumbuhkan kesadaran keberadaan peserta didik dalam
ekosistemnya. Selain hal tersebut di atas, lingkungan hidup sebagai sarana
pendidikan memberikan keuntungan dan kelebihan bagi peserta didik yaitu:
a) Pengamatan langsung akan memberikan dorongan untuk memiliki
pengetahuan lebih jauh tentang masalah yang dihadapi;
b) Alat atau bahan tidak perlu dibeli dengan biaya mahal;
c) Dapat digunakan setiap waktu dan terdapat di mana-mana.
Hal penting yang perlu diperhatikan tentang pendekatan lingkungan adalah
bahwa kegiatan pembelajaran senantiasa merujuk dan menggunakan sumber-sumber
belajar yang ada di lingkungan sekitar siswa. Penggunaan pendekatan lingkungan
tidak selalu mengharuskan siswa belajar di luar kelas dan sebaliknya sekalipun siswa
belajar di luar kelas kelas tidak otomatis berarti bahwa kegiatan pembelajaran
tersebut menggunakan pendekatan lingkung

3) Pendekatan Discovery
Pendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang memerlukan
proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga,

45
46

menjelaskan, dan mengambil kesimpulan. Pada kegiatan discovery guru hanya


memberikan masalah dan siswa disuruh memecahkan masalah melalui percobaan.
Keterampilan mental yang dituntut lebih tinggi dari pada discovery antara lain:
merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan
mengambil kesimpulan.
Pendekatan Discoveri memiliki beberapa keuntungan, yaitu: 1) pengetahuan
yang diperoleh dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, atau lebih mudah diingat,
dibandingkan dengan cara-cara lain, 2) dapat meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi
informasi untuk memecahkan permasalahan, 3) dapat membangkitkan keingintahuan
siswa, memotivasi siswa untuk bekerja terus sampai mereka menemukan jawabannya.
Pendekatan discovery (discovery approach) sebagai sebuah teori belajar yang dapat
didefinisikan sebagai belajar, yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan untuk mengorganisasikan sendiri.

4) Pendekatan Berbasis Kontruktivisme


Konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang relatif baru. Secara garis
besar ada lima prinsip tentang belajar dan mengajar yang merupakan dasar bagi
pendekatan-pendekatan berbasis konstruktivisme Widodo (2004).
a) Pertama, pembelajar telah memiliki pengetahuan awal. Tidak ada pembelajar
yang otaknya benar-benar kosong. Pengatahuan awal yang dimiliki
pembelajar memainkan peran penting pada saat dia belajar tentang sesuatu hal
yang ada kaitannya dengan apa yang telah diketahui.
b) Kedua, belajar merupakan proses pengkonstruksian suatu pengatahuan
berdasarkan pengatahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer dari suatu sumber ke penerima, namun pembelajar sendirilah yang
mengkonstruk pengetahuan.
c) Ketiga, belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar. Karena pembelajar
telah memiliki pengetahuan awal, maka belajar adalah proses mengubah
pengetahuan awal siswa sehingga sesuai dengan konsep yang diyakini “benar”
atau agar pengetahuan awal siswa bisa berkembang menjadi suatu konstruk
pengetahuan yang lebih besar.
d) Keempat, proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu
konteks sosial tertentu. Sekalipun proses pengkonstruksian pengetahuan
berlangsung dalam otak masing-masing individu, namun sosial memainkan
peran penting dalam proses tersebut sebab individu tidak terpisah dari
individu lainnya.
e) Kelima, pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Guru atau
siapapun tidak dapat memaksa siswa untuk belajar sebab tidak ada
seorangpun yang bisa “mengatur” proses berpikir orang lain. Guru hanyalah

46
47

menyiapkan kondisi yang memungkinkan siswa belajar, namun apakah siswa


benar-benar belajar tergantung sepenuhnya pada diri pembelajar itu sendiri.
Berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivisme, dikembangkanlah
pendekatanpendekatan pembelajaran, misalnya pendekatan interaktif. Pendekatan
interaktif memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk
kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka
ajukan.

C.3 Penerapan Jenis-Jenis Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA

1) Penerapan Pendekatan Konsep dalam Pembelajaran IPA


Adapun langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap
yaitu,
a) Tahap Enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
- Pengenalan benda konkret.
- Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
- Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
b) Tahap Simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka,
huruf, kode, Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap
apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta
defenisi.
c) Tahap Ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut
nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

2) Penerapan Pendekatan Lingkungan dalam Pembelajaran IPA


Pendekatan lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk mengajak peserta
didikmengadakan pengamatan langsung ke lapangan atau dengan jalan memindahkan
kondisi lapangan ke kondisi yang lebih ideal yaitu pengamatandan penelitian dalam
laboratorium (Novak, 1973). Pengamatan di dalam laboratorium alam bagi peserta
didik akan memberikan kesan dan pengertian yang lebih mendalam dibandingkan bila
suatu masalah didapat secara verbal saja. Melalui pengamatan, peserta didik
berkesempatan untuk melihat proses dan berkesempatan melakukan pekerjaan ilmiah,
yaitu membuat hipotesa, mengumpulkan data serta menguji kebenaran hipotesa yang
dibuatnya.
Sebagai contoh. Peserta didik mengamati proses terjadinya alkohol dalam
peragian singkong. Dalam proses pembuatan tape ini terjadi reaksi:
C6 H12 O6 → 2 C2 H5 OH + 2 CO2

47
48

Dalam proses pembelajaran ini peserta didik dapat mengamati: 1) reaksi


organik pada umumnya berjalan lambat; 2) pembentukan alkohol dapat dipercepat
dengan kenaikan suhu, atau sebaliknya proses diperlambat dengan penurunan suhu
yaitu dimasukkan dalam lemari es.

3) Penerapan Pendekatan Discovery dalam Pembelajaran IPA


Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan discovery
yaitu:
a) Identifikasi kebutuhan siswa;
b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi pengetahuan;
c) Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
d) Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta
peranan masing-masing siswa;
e) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
f) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
g) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
h) Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
i) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
j) Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
k) Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

4) Penerapan Pendekatan Berbasis Kontruktivisme dalam Pembelajaran IPA


Adapun langkah-langkah pembelajaran IPA menggunakan pendekatan
kontruktivisme salah satunya yaitu pendekatan interkatif sebagai berikut:
1) Persiapan
Pada tahap ini guru bersama-sama siswa memilih topik yang akan dikaji.
Pemilihan topik tentu saja tetap harus memperhatikan struktur kurikulum sekolah.
2) Pengetahuan
Pada tahap ini guru mengajukan sejumlah pertanyaan untuk menggali hal-hal yang
sudah diketahui (dan yang belum diketahui) siswa mengenai topik yang dikaji.
Langkah ini perlu dilakukan agar nantinya bisa dibandingkan dengan pengetahuan
siswa setelah mengikuti pelajaran.
3) Eksplorasi
Pada tahap ini ditampilan hal-hal yang bisa memancing rasa ingin tahu siswa.
Selanjutnya siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan berkaitan dengan topik
kegiatan tersebut.

48
49

4) Siswa merumuskan pertanyaan


Pada tahap ini pertanyaan-pertanyaan siswa diseleksi/dirumuskan kembali
sehingga muncul beberapa pertanyaan saja yang akan dicari jawabannya.
Seringkali pertanyaan yang diajukan siswa bukanlah pertanyaan yang
sesungguhnya ingin diketahui jawabannya. oleh karena itu guru harus bias
membantu siswa merumuskan pertanyaan yang bisa diteliti/dicari tahu
jawabannya.
5) Penyelidikan
Pada tahap ini guru membantu siswa melakukan penelitian/percobaan dalam
rangka menemukan jawaban pertanyaan mereka. Kegiatan ini mungkin
berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga tidak mencukupi apabila
hanya dilakukan di sekolah. Oleh karena itu guru dapat mendesain sebuah projek
penelitian yang bisa dilanjutkan di luar jam sekolah.
6) Pengetahuan akhir
Pada tahap ini siswa diminta mengungkapkan hal-hal yang kini mereka ketahui
berkaitan dengan topik yang dibahas. Selanjutnya mereka diminta untuk
membandingkan apa yang kini mereka ketahui dibandingkan dengan apa yang
sebelumnya mereka ketahui.
7) Refleksi
Pada tahap ini siswa diminta melakukan refleksi tentang apa yang telah mereka
lakukan, apa yang dulu mereka ketahui, apa yang sekarang mereka ketahui, dan
apa yang belum dan ingin mereka ketahui.
Pendekatan interaktif merupakan pendekatan pembelajaran yang didasarkan
pada pertanyaan-pertanyaan siswa. Untuk melakukan pendekatan interaktif
diperlukan keterampilan keterampilan bertanya pada diri siswa (terutama pertanyaan
produktif). Apabila diberi kesempatan, sesungguhnya siswa bisa mengajukan banyak
pertanyaan namun pada umumnya pertanyaan yang mereka ajukan belumlah berupa
pertanyaan yang “operasional” yang bisa dijawab melalui penelitian. Untuk itu
diperlukan kemampuan guru untuk membantu siswa merumuskan kembali
pertanyaan mereka menjadi pertanyaan yang dapat ditemukan jawabannya melalui
kegiatan.

D. RINGKASAN MATERI
Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha
meninngkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Selain tu pendekatan
pembelajaran adalah arah suatu kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan. Pengertian lain
dari pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang digunakan oleh guru atau
pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar.

49
50

Beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk


membelajarkan IPA di SD yaitu: 1) pendekatan konsep, 2) pendektan lingkungan, 3)
pendekatan discovery, dan 4) pendekatan berbasis kontruktivisme.

F. Tugas dan Latihan


1) Jelaskan komponen utama dalam pendekatan pembelajaran menurut
pemahaman Anda!
2) Sebutkan dan jelaskan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA SD!

B. Rambu-Rambu Jawaban
1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan delapan komponen pembelajaran
meliputi: 1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful
connections), 2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing
significant work), 3) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning), 4)
Bekerja sama (collaborating), 5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and
creative thinking), 6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the
individual), 7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards), dan
8) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assesment).
2) Jawaban Anda benar jika menjelaskan empat pendekatan pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran IPA SD meliputi: 1) pendekatan konsep,
2) pendektan lingkungan, 3) pendekatan discovery, dan 4) pendekatan
berbasis kontruktivisme.

50
51

BAB VI
METODE DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

A. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan dan memahami pengertian metode pembelajaran IPA
2. Menjelaskan dan memahami jenis-jenis metode pembelajaran IPA di SD dan
penerapannya.

B POKOK-POKOK MATERI
3. Pengertian metode pembelajaran IPA
4. Jenis-jenis metode pembelajaran IPA di SD dan penerapannya

E. URAIAN MATERI
C.1 Pengertian Metode Pembelajaran IPA
Metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan
bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara
teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu
dibawah kondisi yang berbeda. Penggunaan metode pembelajaran sangat penting
karena dengan metode guru dapat merencanakan proses pembelajaran yang utuh dan
bersistem dalam menyajikan materi pembelajaran.
Adapun ciri-ciri metode yang baik untuk proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut:
a) Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya yang sesuai dengan watak murid
dan materi.
b) Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktik dan mengantarkan
murid pada kemampuan praktis.
c) Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya mengembangkan materi.
d) Memberikan keleluasaan pada murid untuk menyatakan pendapat.
e) Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam
keseluruhan proses pembelajaran.
Sedangkan dalam penggunaan suatu metode pembelajaran harus
memperhatikan beberapa hal berikut:
a) Metode yang digunakan dapat membangkitkan motif, minat atau gairah
belajar murid.
b) Metode yang digunakan dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
murid.
c) Metode yang digunakan dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk
mewujudkan hasil karya.

51
52

d) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar


lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.
e) Metode yang digunakan dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri
dan cara memperoleh ilmu pengetahuan melalui usaha pribadi.
f) Metode yang digunakan dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas
dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
g) Metode yang digunakan dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
serta sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang
baik dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika seorang guru dalam memilih metode pembelajaran untuk


digunakan dalam praktik mengajar, maka harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a) Tidak ada metode yang paling unggul karena semua metode mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda dan memiliki kelemahan serta keunggulannya
masing-masing.
b) Setiap metode hanya sesuai untuk pembelajaran sejumlah kompetensi tertentu
dan tidak sesuai untuk pembelajaran sejumlah kompetensi lainnya.
c) Setiap kompetensi memiliki karakteristik yang umum maupun yang spesifik
sehingga pembelajaran suatu kompetensi membutuhkan metode tertentu yang
mungkin tidak sama dengan kompetensi yang lain.
d) Setiap siswa memiliki sensitifitas berbeda terhadap metode pembelajaran.
e) Setiap siswa memiliki bekal perilaku yang berbeda serta tingkat kecerdasan
yang berbeda pula.
f) Setiap materi pembelajaran membutuhkan waktu dan sarana yang berbeda.
g) Tidak semua sekolah memiliki sarana dan fasilitas lainnya yang lengkap.
h) Setiap guru memiliki kemampuan dan sikap yang berbeda dalam menerapkan
suatu metode pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip penentuan metode dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut:
a) Prinsip motivasi dan tujuan belajar
Motivasi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam proses belajar
mengajar. Belajar tanpa motivasi seperti badan tanpa jiwa. Demikian juga
tujuan, proses belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan yang jelas akan
tidak terarah.
b) Prinsip kematangan dan perbedaan individual
Semua perkembangan pada anak memiliki tempo yang berbeda-beda, karena
itu setiap guru agar memperhatikan waktu dan irama perkembangan anak,
motif, intelegensi dan emosi kecepatan menangkap pelajaran, serta
pembawaan dan faktor lingkungan.

52
53

c) Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis


Belajar dengan memperhatikan peluang sebesar-besarnya bagi partisipasi anak
didik dan pengalaman langsung akan lebih memiliki makna dari pada belajar
verbalistik.
d) Integrasi pemahaman dan pengalaman
Penyatuan pemahaman dan pengalaman menghendaki suatu proses
pembelajaran yang mampu menerapkan pengalaman nyata dalam suatu proses
belajar mengajar.
e) Prinsip fungsional
Belajar merupakan proses pengalaman hidup yang bermanfaat bagi kehidupan
berikutnya. Setiap belajar nampaknya tidak bisa lepas dari nilai manfaat,
sekalipun bisa berupa nilai manfaat teoritis atau praktis bagi kehidupan sehari-
hari.
f) Prinsip penggembiraan
Belajar merupakan proses yang terus berlanjut tanpa henti, tentu seiring
kebutuhan dan tuntutan yang terus berkembang. Berkaitan dengan
kepentingan belajar yang terus menerus, maka metode mengajar jangan
sampai memberi kesan memberatkan, sehingga kesadaran pada anak untuk
belajar cepat berakhir.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penentuan metode pembelajaran di
atas, diharapkan dalam proses belajar mengajar dapat lebih efektif dan efisien dan
dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan yang hendak dicapai, karena dengan
memperhatikan prinsip-prinsip tersebut seorang guru bisa mempertimbangkan mana
metode yang sesuai yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.

C.2 Jenis-jenis Metode Pembelajaran IPA di SD dan Penerapannya


Metode belajar yang dipilih menenetukan kegiatan belajar atau interaksi
antara guru dan siswa. Seorang guru harus menguasai metode pembelajaran untuk
mempermudah siswa dalam menguasai suatu materi. Berikut ini jenis – jenis metode
yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru
terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas
uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini dilakukan dengan cara
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau dengan
cara lisan. Penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian
pengajaran yang bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta didik. Metode
ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan
dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu metode ini boleh dikatakan sebagai metode
pengajaran tradisional karena sejak dulu metode ini digunakan sebagai alat

53
54

komunikasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam pelaksanaan ceramah


untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu media
pembelajaran seperti gambar dan audio visual lainnya.
Metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan
metode ceramah:
a) Guru mudah menguasai kelas.
b) Mudah dilaksanakan.
c) Dapat diikuti siswa dalam jumlah besar.
d) Guru mudah menerangkan banyak bahan pelajaran kepada siswa.
Kelemahan metode ceramah:
a) Siswa ia lebih tanggap dari sisi visual akan merasa dirugikan, sedangkan
siswa yang lebih tanggap terhadap kemampuan auditifnya, akan mendapatkan
manfaat lebih besar dari metode ini.
b) Bila terlalu lama metode ini akan membuat siswa merasa bosan.
c) Menyebabkan siswa menjadi pasif.
d) Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar siswa.

Dalam menerapkan metode ceramah di dalam pembelajaran IPA, adapaun


tahap-tahapnya yaitu:
1) Tahap persiapan
Yaitu tahapan dimana guru menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum
mengajar.
2) Tahap penyajian
Tahap ini merupakan tahap penyampaian materi pembelajaran.
3) Tahap asosiasi
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan
dan membandingkan bahan ceramah yang diterimanya. Pada tahap ini guru dan
siswa melakukan tanya jawab
4) Tahap generalisasi dan kesimpulan:
Tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah yang umumnya siswa mencatat
bahan yang diceramahkan
5) Tahap evaluasi
Merupakan tahap terakhir untuk melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa
tentang materi yang telah disampaikan oleh guru sebelmunya.

2) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang sering digunakan guru IPA
dalam mendemontrasikan sesuatu hal. Metode ini dilakukan dengan memperagakan
barang, kejadian aturan atau suatu tahapan menggunakan media atau alat peraga
yang ada yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

54
55

Tujuan metode demonstrasi:


a) Memperlihatkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai siswa.
b) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
c) Mengembangkan kemampuan indera penglihatan dan indera pendengaran
siswa.
Metode demonstrasi memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungan
dan kerugian yaitu sebagai berikut:
Keuntungan Metode Demonstrasi:
a) Pelajaran bisa menjadi lebih jelas sehingga terhindar dari verbalisme.
b) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
c) Melatih kemampuan mengamati siswa.
d) Ada materi pelajaran lain yang tidak bisa disajikan dengan metode lain.
Kerugian Metode Demonstrasi:
a) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
b) Memerlukan banyak waktu.
c) Kekurangan sumber belajar yang terjadi pada sekolah seringkali
mengakibatkan metode ini tidak bisa diterapkan.
Dalam menerapkan metode demonstrasi di dalam pembelajaran IPA, adapaun
urutan kegiatan menggunakan metode demonstrasi diawali dengan kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Kegiatan perencanaan dimulai dengan
menentukan tujuan pembelajaran, alat dan bahan yang dibutuhkan, menyiapkan
langkah – langkah pembelajaran demonstrasi. Pada tahap pelaksnaan yang dilakukan
adalah dengan siswa mengamati kegiatan demonstrasi yang diberikan guru,
melakukan Tanya jawab untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa,
selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mencoba sehingga mereka memahami dan
yakin terhadap materi tersebut. Pada tahap tindak lanjut, guru dapat memberikan
tugas kepada siswa untuk membuat kerangka laporan.

3) Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan pengembangan dari metode ilmiah yang
terdapat dalam IPA. Metode ini membantu siswa dalam memahami materi sesuai
dengan fakta yang sebenarnya, karena siswa dapat mengamati secara langsung fakta
yang ada pada sesuatu benda atau suatu proses. Metode eksperimen ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap ilmiah serta keterampilan
proses IPA siswa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen)
adalah sebagai berikut:
a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.
b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.

55
56

c) Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan


pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen
yang akan dilakukan.
d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan
percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat
diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.
e) Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara
tertulis
Metode eksperimen memiliki keuntungan dan kerugian. adapun keuntungan
dan kerugian yaitu sebagai berikut:
Kelebihan metode eksperimen:
a) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima
kata dari guru atau buku.
b) Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan study eksplorasi
(menjelajahi) ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang
ilmuwan.
b. Kelemahan metode eksperimen:
a) Tidak cukupnya alat-alat atau saran untuk bereksperimen, sehingga tidak
setiap siswa berkesempatan untuk mengadakan eksperimen.
b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, maka siswa harus
menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
teknologi.
Dalam menerapkan metode eksperimen di dalam pembelajaran IPA, adapaun
langkah-langkah metode ini meliputi:
a) Memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam
eksperimen
b) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dengan
eksperimen
c) Sebelum eksperimen di laksanakan terlebih dahulu guru harus menetapkan:
- Alat-alat apa yang diperlukan
- Hal-hal apa yang harus dicatat
- Variabel-variabel mana yang harus dikontrol
d) Setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow-up (tindak lanjut)
eksperimen contohnya:
- Mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut
- Mengadakan tanya jawab tentang proses
- Melaksanakan teks untuk menguji pengertian siswa.

56
57

4) Metode Diskusi
Menurut Sudjana (2013) Metode diskusi pada dasarnya merupakan kegiatan
tukar menukar informasi, pendapat dan unsur – unsur pengalaman secara teratur
dengan maksud mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti
tentang seusatu. Metode diskusi merupakan metode dengan mengembangkan
komunikasi untuk saling tukar menukar informasi pada suatu materi tertentu. Pada
metode ini diharapkan semua anggota memberikan sumbangan pemikiran untuk
hasil diskusi bersama. Metode diskusi mensyaratkan adanya beberapa hal
diantaranya, masalah yang akan dibahas, kumpulan siswa atau yang melakukan
diskusi, serta pemandu diskusi. Metode diskusi memiliki keuntungan dan kerugian.
adapun keuntungan dan kerugian yaitu sebagai berikut:
Kelebihan metode diskusi:
a) Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
dan bukan satu jalan.
b) Menyadarkan para siswa bahwa dengan berdiskusi, mereka bisa saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif, sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
c) Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat oranglain, sekalipun
berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
b. Kelemahan metode diskusi:
a) Tidak dapat dIPAkai pada kelompok yang besar.
b) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
Dalam menerapkan metode diskusi di dalam pembelajaran IPA, adapaun
langkah-langkah metode ini meliputi:
1) Persiapan
Merupakan tahapan perencaanaan sebelum melakukan diskusi, dimana guru
harus mampu menentukan tujuan pembelajaran, peserta diskusi, masalah yang
akan disampaikan kepada siswa serta waktu dan tempat yang dibutuhhkan
untuk diskusi
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan dimulai dari pembentukan kelompok diskusi beserta struktur
kelompoknya (ketua dan sekertaris), membagi tugas dalam diskusi,
merangsang siswa untuk berpartisipasi, mencatat ide yang penting,
menghargai setiap pendapat yang diajukan
3) Tindak lanjut diskusi
Pada tahap tindak lanjut berisi kesimpulan yang dilanjtkan presentasi hasil
diskusi. Sebagai seorang guru juga memberikan penilaian sebagai perbaikan
untuk diskusi yang akan datang,

57
58

5) Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA
untuk mengabstraksi kenyataan yang ada dengan pemeranan yang hadir dalam
bentuk peran (Wisudawati, 2012). Metode ini merupakan metode yang
menyenangkan yang membuat siswa merasa IPA sebagai pembelajaran yang
menyulitkan, karena siswa merasa memerankan sesuatu hal. Tugas pemeranan ini
membuat siswa merasa percaya diri, kreatif dan senang sehingga dapat memotivasi
siswa dalam belajar. Tujuan Metode simulasi:
a) Melatih keterampilan tertentu yang besifat praktis dalam kehidupan sehari
hari.
b) Mengembangkan sikap percaya diri pada anak.
c) Mengembangkan persuasi dan komunikasi.
d) Melatih siswa memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang dapat digunakan.
e) Meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip yang dipelajari.
f) Meningkatkan keaktifan belajar bagi siswa.
Metode simulasi memiliki keuntungan dan kerugian. adapun keuntungan dan
kerugian yaitu sebagai berikut:
Keuntungan Metode Simulasi:
a) Menciptakan kegairahan siswa untuk belajar.
b) Memupuk daya cipta siswa.
c) Melatih keberanian siswa tampil di depan orang banyak.
d) Siswa mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya yang
kemungkinan terpendam dengan pengajaran dengan metode lain.
e) Dapat ditemukan siswa yang bakat berakting (jika ada).
Kekurangan Metode Simulasi:
a) Memerlukan pengelompokkan siswa yang fleksibel dan ruang yang tidak
selalu tersedia.
b) Pengalaman yang disimulasikan tidak selalu tepat dan sempurna dengan
kenyataan di lapangan.
c) Suasana simulasi seringkali berubah menjadi ajang tempat bermain.
d) Memerlukan imajinasi yang tinggi bagi guru dan siswa.
e) Jika ada siswa yang merasa malu, ragu atau tidak percaya diri, maka ini
akan menghambat tercapainya tujuan simulasi.
Dalam menerapkan metode simulasi pada pembelajaran IPA, adapaun tahap-
tahapnya yaitu:
1) Orientasi
Guru dan peserta didik mendiskusikan arti penting simulasi, menjelaskan
tujuan yang ingin dicapai dari simulasi.

58
59

2) Persiapan peserta,
Guru dan siswa mempersiapkan skenario dan persolan yang akan dilakukan
simulasi
3) Perjalanan simulasi
Peserta didik diberikan kebebasan dalam melaksanakan simulasi dan guru
berperan memfasilitasi agar simulasi berjalan lancar
4) Diskusi
Pada akhir proses pembelajaran sebaiknya guru dan peserta didik bersama –
sama mendiskusikan tentang simulasi yang telah dilaksanakan.
Materi Pembelajaran IPA dapat menggunakan metode ini misalnya dengan
melakukan simulasi proses revolusi dan rotasi bumi. Dimana siswa
mensimulasikan proses tersebut dengan cara ada seorang siswa yang menjadi
bulan, bumi dan matahari. Siswa yang menjadi matahari tetap diam dan membawa
senter sedangkan siswa yang menjadi bumi dan bulan terus berputar sesuai proses
revolusi dan rotasi bumi. Sebelum melaksankan kegiatan ini diharapkan siswa
yang melakukan simulasi harus paham dengan materi yang akan disimulasikan
dengan perencanaan yang matang.

6) Metode Karyawisata
Metode karyawisata dalam hal ini bukan hanya karyawisata kunjungan ke
tempat yang jauh atau ke tempat wisata, namun karyawisata disini dapat diartikan
kunjungan atau belajar diluar kelas, misalnya siswa diajak guru untuk melakukan
pendataan ke dinas pendidikan setempat untuk mengetahui jumlah siswa laki-laki
dan perempuan untuk sekolah dasar lain lain.
Kegiatan karyawisata ini biasanya disukai oleh siswa, karena siswa belajar di
luar kelas. Namun saat kegiatan karyawisata ini dilakukan perlu perhatian yang
lebih besar kepada siswa, karena tingkat konsentrasi siswa di dalam kelas dan di
luar kelas berbeda. Saat di luar kelas siswa cenderung kurang kondusif
dibandingkan di dalam kelas,
Dalam menerapkan metode karyawisata pada pembelajaran IPA,
adapaun tahap-tahapnya yaitu:
1) Perencanaan karyawisata
Pada tahap perencanaan ini terdiri dari merumuskan tujuan pembelajaran,
menetapkan obyek karyawisata yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
menetapkan waktu pelaksanaan karyawisata, menyusun rencana belajar dan
merencanakan perlengkapan belajar.
2) Pelaksanaan karyawisata
Pelaksanaan disini adalah saat ditempat tujuan dan dibimbing oleh guru.

59
60

3) Tindak lanjut
Pada tahap ini siswa diminta untuk membuat laporan hasil kegiatan
karyawisata yang telah dilakukan sebelumnya. Laporan bagi siswa sekolah
dasar harus diberikan poin-poin atau aspek yang penting yang harus
dituliskan, untuk memudahkan siswa mengerjakan dan menyesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang telah dilakukan

D. RINGKASAN MATERI
Metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan
bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara
teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu
dibawah kondisi yang berbeda. Penggunaan metode pembelajaran sangat penting
karena dengan metode guru dapat merencanakan proses pembelajaran yang utuh dan
bersistem dalam menyajikan materi pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip penentuan metode dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut: 1) Prinsip motivasi dan tujuan belajar, 2) Prinsip kematangan
dan perbedaan individual, 3) Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis, 4)
Integrasi pemahaman dan pengalaman, 5) Prinsip fungsional, dan 6) Prinsip
penggembiraan.
Jenis – jenis metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu: 1)
metode ceramah, 2) metode demonstrasi, 3) metode eksperimen, 4) metode diskusi,
5) metode simulasi, dan 6) metode karyawisata.

E. Tugas dan Latihan


1) Jelaskan prinsip-prinsip penentuan metode dalam proses belajar mengajar
menurut pemahaman Anda!
2) Sebutkan dan jelaskan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA SD!

F. Rambu-Rambu Jawaban
1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan delapan komponen pembelajaran
meliputi: 1) Prinsip motivasi dan tujuan belajar, 2) Prinsip kematangan dan
perbedaan individual, 3) Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis,
4) Integrasi pemahaman dan pengalaman, 5) Prinsip fungsional, dan 6) Prinsip
penggembiraan.
2) Jawaban Anda benar jika menjelaskan enam metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA SD meliputi: 1) metode ceramah, 2)
metode demonstrasi, 3) metode eksperimen, 4) metode diskusi, 5) metode
simulasi, dan 6) metode karyawisata.

60
61

BAB VII
MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SD

A. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan dan memahami pengertian media pembelajaran IPA
2. Menjelaskan dan memahami prinsip pemilihan dan pengguanan media
pembelajaran
3. Menjelaskan dan memahami fungsi media pembelajaran dalam pembelajaran
4. Menjelaskan dan memahami jenis-jenis media pembelajaran IPA di SD

B POKOK-POKOK MATERI
5. Pengertian media pembelajaran IPA
6. Prinsip pemilihan dan pengguanan media pembelajaran
7. Fungsi media pembelajaran
8. Jenis-jenis media pembelajaran IPA di SD

C. URAIAN MATERI
C.1 Pengertian Media Pembelajaran IPA
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran sebagai
berikut:
1) Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
2) Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya.
Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-
dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
3) Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.
Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk
mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –
20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,
sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat
ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

61
62

Berdasarkan definisi dari beberapa para ahli maka media pembelajaran adalah
suatu perantara yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan dari penyampai
kepada penerima pesar dalam hal ini adalah guru agar pembelajaran berjalan lebih
efektif, Media pembelajaran juga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.

C.2 Prinsip Pemilihan dan Pengguanan Media Pembelajaran IPA


Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu harus
diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya antara lain:
1) Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral
dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang
berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya
dimanfaatkan sewaktu-waktu.
2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang
digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses
belajar-mengajar.
3) Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media
pengajaran yang digunakan.
4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media
pengajaran.
5) Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan
sembarang mengunakannya.
6) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media,
maka guru dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan
memperlancar proses belajar-mengajar dan juga dapat merangsang siswa
dalam belajar.
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media
pembelajaran, yakni:
1) Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
2) Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar.
3) Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
4) Media pengajaran juga harus sesuai denga kondisi individu siswa.
5) Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses
pembelajaran siswa.
Dalam merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran perlu melakukan
hal-hal berikut, yaitu: memahami karakteristik siswa, menentukan tujuan

62
63

pembelajaran, menentukan jembatan atau penghubung antara pengetahuan,


keterampilan, dan prilaku siswa dengan tujuan yang akan dicapai melalui
pembelajaran, menetukan metode dan format media yang cocok atau tepat,
menggunakan media, melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan
melakukan evaluasi dan revisi terhadap pembelajaran.
Format media adalah bentuk fisik yang berisi pesan untuk disampaikan atau
ditunjukan, misalnya: berupa clip charts, slide, audio, film video, atau komputer
multimedia, yang dapat bersifat visual tidak bergerak, visual bergerak, kata-kata yang
tercetak, atau kata-kata yang disimpan secara lisan. Setiap format memiliki kelebihan
dan kekurangan serta untuk memilih format harus memperhatikan antara lain :
1) Situasi atau setting pembelajaran (misalkan kelompok kecil, kelompok besar,
atau individu),
2) Variabel siswa (seperti kecenderungan sebagai pembaca, bukan pembaca).
3) Atau sifat dari tujuan pembelajaran seperti kognitif, efektif, psikomotor, atau
interpersonal.
Dalam menyediakan media pembelajaran, guru dapat dihadapkan pada 3 kondisi
yaitu:
1) Memilih dari bahan media yang sesuai benar dengan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan.
2) Memilih dari bahan media yang kurang sesuai dengan tuuan sehingga perlu
dimodifikasi, atau
3) Merancang media baru.
Untuk menggunakan media pembelajaran seorang guru haruslah memperhatikan:
1) Memahami media yang akan digunakan dan dengan menyajikan dan
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang media yang akan
digunakan.
2) Menyiapkan media dan mencobanya sebelum digunakan di depan kelas
3) Mengatur fasilitas dan lingkungan yang terkait dengan penggunaan media,
seperti tempat duduk, ventilasi, penerangan, suasana dan kondisi kelas
4) Menyiapkan siswa, misal dengan menyampaikan garis besar materi pelajaran,
latar belakangnya, keuntunganmempelajarinya, atau penekanan terhadap hal-
hal penting.
5) Menyediakan pengalaman belajar bagi siswa.

C.3 Fungsi Media Pembelajaran


Secara gari besar menurut Levie & Lentz dalam Azhar (2013) mengemukakan
empat fungsi media pembelajaran:
1) Fungsi atensi
Media dapat menarik dan mengerahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi
kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan
materi pelajaran. Dapat dicontohkan saat diawal pembelajaran, siswa

63
64

sebelumnya didalam kelas merasa bosan, namun dengan kedatangan guru


yang pada hari itu membawa kucing, maka siswa akan perhatian dan
penasaran terhadap media yang dibawa oeleh guru.
2) Fungsi afektif
Media dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya saat guru
memberikan gambar tentang korban banjir, akan membuat siswa akan merasa
iba (menggugah emosi).
3) Fungsi kognitif
Media pembelajaran dapat memperlancarpencapaian tujuan untuk memahami
dan mengingatinformasi atau pesan yang terkandung pada media, misalnya
materi tentang ciri khusus pada makhluk hidup, guru memberikan media
gambar tentang cicak yangmemiliki ciri khusus untuk diamati. Melalui
gambar tersebut mempermudah siswa untuk mengingat setiap detail ciri
khusus pada hewan cicak.
4) Fungsi kompensatoris
Media dapat mengakomodasikan fungsi siswa yang lemah dan lambat
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau verbal.

C.4 Jenis-jenis Media Pembelajaran IPA di SD


Adapun jenis-jenis media pembelajaran secara umum yaitu:
1) Media Visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti: foto, gambar,
poster, kartun, grafik serta lain sebagainya.
2) Media Audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja, seperti: kaset
audio, mp3, radio.
3) Media Audio Visual yaitu media yang dapat didengar sekaligus dilihat,
seperti: film bersuara, video, televise, sound slide.
4) Multimedia yaitu media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap,
seperti: animasi. Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan
pembelajaran berbasis komputer.
5) Media Realita yaitu media nyata yang ada di dilingkungan alam, baik
digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti: binatang,
spesimen, herbarium serta lain sebagainya.

Media yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD biasanya


menggunakan media seperti berikut:
1) Media Kongkrit/Nyata
Media kongkrit adalah benda apa adanya atau benda asli tanpa perubahan.
Dengan penggunaan benda konkrit siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA karena siswa tidak hanya belajar produk IPA saja tapi juga memperoleh

64
65

pengetahuan IPA melalui keterampilan proses. Contoh media benda kongkrit adalah
benda gas, rangkaian listrik, benda padat, pesawat sederhana, serta lain sebagainya.
2) Lingkungan Alam
Lingkungan alam sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi maupun
sebagai tempat untuk mengamati objek yang akan dipelajari berada atau hidup dalam
lingkungan alam tersebut. Contohnya adalah siswa mengamati bagian-bagian
tumbuhan air di danau toba.
3) Kit IPA
Kit IPA adalah alat bantu belajar IPA yang sering ditemui di laboraturium
yang terdapat dalam peti, dan dapat digunakan oleh guru untuk didemonstrasikan atau
dikerjakan oleh siswa-siswa. Jika siswa akan melakukan pengujian-pengujian maka
siswa tersebut biasanya menggunakan kit IPA untuk mempermudah pengujian
tersebut. Contohnya adalah gelas labu, tabung reaksi, corong, tetes obat, serta lain
sebagainya.
4) Charta, Slide Film, dan Film
Merupakan alat bantu guru dalam mempelajari pelajaran tentang benda atau
makhluk hidup yang jauh dari lingkungan siswa, sehingga siswa mudah dalam
mempelajari makhluk hidup tersebut. Film dapat membantu siswa untuk mengetahui
ekosistem yang ada didunia yang letaknya jauh dari lingkungan siswa. Contohnya
adalah film-film
5) Film Animasi
Merupakan alat bantu visualisasi tentang konsep-konsep tersebut guna
mempermudah siswa dalam mempelajarinya. Alat bantu ini jika yang dipelajari sulit
diamati dengan penglihatan dan objek yang diteliti sangatlah kecil. Contohnya adalah
film animasi tentang peredaran darah, proses pencernaan makanan, proses pembuatan
enegi, proses pembuatan DNA, serta lain sebagainya.
6) Model
Model adalah gambaran yang berupa bentuk asli yang berupa benda tiga
dimensi yang dapat dioperasikan oleh siswa agar mengetahui cara kerjanya dan
mempermudah dalam memahami pembelajaran. Contohnya adalah model alat
pernafasan manusia.
7) Torso
Torso adalah model yang tidak asli berupa potongan tubuh manusia yang
digunakan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari anatomi tubuh manusia.
Torso ini terbuat dari bahan selain logam yang tidakberbahaya bagi siswa dalam
penggunaannya.
8) Globe
Globe adalah bola dunia, globe ini merupakan bentuk bumi yang diperkecil
dan digunakan untuk membantu siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan bumi
dan antariksa (IPBA). Selain itu globe memiliki manfaat yang lain seperti siswa

65
66

mengerti posisi dan kesatuan politik, perbedaan ras dan budaya antar bangsa benua
dan pulau. Selain itu globe untuk merangsang minat siswa untuk mengetahui tentang
penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis terhadap manusia.
9) Infokus dan Reflector
Peralatan ini sering digunakan guru untuk membesarkan gambar dari benda
transparant atau buku dan menjadi kamera yang dapat menggambarkan suasana
dalam kelas. Selain itu guru dapat mempertunjukan segala sesuatu yang terdapat
dalam layar komputer atau video disk ke layar lebar.
10) Komputer
Komputer adalah alat elektronik yang saling berhubungan, komputer ini dapat
digunakan untuk membantu siswa mencari informasi dari internet. Selain internet
komputer dapat digunakan siswa untuk mengerjakan tugas termasuk tugas mata
pelajaran IPA.Komputer ini dapat digunakan mencari bahan serta informasi tentang
sains dari seluruh dunia. Komputer juga dapat mempermudah siswa dalam
mempelajari pembelajaran IPA dan lain sebagainnya.
11) Mikroskop dan Kaca Pembesar
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk mempermudah mengamati
objek-objek yang sulit diamati oleh mata telanjang. Mikroskop biasanya untuk
melihat sel-sel tumbuhan maupun hewan. Sedangkan pada kaca pembesar, kaca
pembesar tersebut untuk melihat benda-benda yang kurang jelas jika dilihat dengan
mata telanjang seperti spora.

D. RINGKASAN MATERI
Media pembelajaran adalah suatu perantara yang digunakan untuk
menyampaikan suatu gagasan dari penyampai kepada penerima pesar dalam hal ini
adalah guru agar pembelajaran berjalan lebih efektif, Media pembelajaran juga
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan
siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu harus
diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya antara lain: 1) Penggunaan media
pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran
dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan
bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu, 2) Media pengajaran
hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha
memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar, 3) Guru
hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang
digunakan, 4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu
media pengajaran, 5) Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara

66
67

sistematis bukan sembarang mengunakannya, dan 6) Jika sekiranya suatu pokok


bahasan memerlukan lebih dari macam media, maka guru dapat memanfaatkan multi
media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar-mengajar dan juga
dapat merangsang siswa dalam belajar.
Secara gari besar menurut terdapat empat fungsi media pembelajaran yaitu: 1)
fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif, dan 4) fungsi kompensatoris. Media
yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD biasanya menggunakan media yaitu:
1) media kongkrit/nyata, 2) lingkungan alam, 3) kit IPA, 4) charta, slide film, dan
film, 5) film animasi, 6) model, 7) model, 8) globe, 9) infokus dan reflector, 10)
computer, dan 11) mikroskop dan kaca pembesar.

E. Tugas dan Latihan


1) Sebutkan jenis-jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
IPA!
2) Jelaskan fungsi media dalam pembelajaran IPA!

F. Rambu-Rambu Jawaban
1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan sebelas media pembelajaran yang
dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA meliputi: 1) media kongkrit/nyata, 2)
lingkungan alam, 3) kit IPA, 4) charta, slide film, dan film, 5) film animasi, 6)
model, 7) model, 8) globe, 9) infokus dan reflector, 10) computer, dan 11)
mikroskop dan kaca pembesar.
2) Jawaban Anda benar jika menjelaskan empat fungsi media pembelajaran
yaitu: 1) fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif, dan 4) fungsi
kompensatoris.

67
68

BAB VIII
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) IPA
SD

A. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu memahami dan
merancang RPP IPA di SD sesuai dengan permendikbud No. 22 Tahun 2016.

B POKOK-POKOK MATERI
5. Pengertian rencana pelaksanaan pembelajaran
6. Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran
7. Prinsip penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
8. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran

C. URAIAN MATERI
C.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau
subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.

C.2 Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah, komponen yang harus dimuar dalam RPP meliputi:
1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3) Kelas/semester;
4) Materi pokok;
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
dalam silabus dan KD yang harus dicapai;

68
69

6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan


menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi;
9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber belajar lain yang relevan;
12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti,
dan penutup; dan
13) Penilaian hasil pembelajaran.

C.3 Prinsip Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Sesuai dengen Permendikbud No. 22 Tahun 2016 dalam menyusun RPP
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

69
70

C.4 Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SD Negeri 2 Sesetan


Tema : Benda-Benda di Sekitar Kita
Subtema : 3. Manusia dan Benda Lingkungan
Pembelajaran :1
Kelas/Semester : V/Dua
Materi Pokok : 1. Informasi yang disampaikan dalam paparan
iklan dari media cetak atau elektronik
2. Unsur atau senyawa pada benda
Alokasi waktu : 6 x 35 menit

A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan kegiatan mengamati gambar iklan, siswa dapat menyebutkan isi teks
paparan iklan media cetak secara lisan dengan percaya diri.
2. Dengan kegiatan membaca materi mengenai iklan, siswa dapat
mengidentifikasikan pengertian, tujuan, ciri-ciri, dan bentuk-bentuk iklan.
3. Dengan kegiatan membaca dan mengamati gambar tentang iklan dalam media
cetak, siswa dapat menyebutkan tujuan iklan, bentuk iklan, dan kesimpulan isi
teks paparan iklan dalam media cetak dengan benar.
4. Dengan kegiatan mengerjakan latihan mengenai zat tunggal, siswa dapat
mengelompokkan benda-benda kedalam unsur atau senyawa dengan tepat.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator


IPA
3.9 Mengelompokkan materi dalam 1. mengelompokkan benda-benda
kehidupan sehari-hari berdaarkan kedalam unsur atau senyawa
komponen penyusunnya (zat tunggal dengan tepat.
dan campuran).
4.9 Melaporkan hasil pengamatan sifat-sifat
campuran dan komponen penyusunnya
dalam kehidupan sehari-hari

70
71

Bahasa Indonesia 1. menyebutkan isi teks paparan


3.4 Menganalisis informasi yang iklan media cetak secara lisan
disampaikan dalam paparan iklan dari dengan percaya diri.
media cetak atau elektronik 2. mengidentifikasikan
4.4 Memeragakan kembali informasi yang pengertian, tujuan, ciri-ciri,
disampaikan dalam paparan iklan dari dan bentuk-bentuk iklan.
media cetak atau elektronik 3. menyebutkan tujuan iklan,
bentuk iklan, dan kesimpulan
isi teks paparan iklan dalam
media cetak dengan benar.

C. Materi Pembelajaran
Muatan Pelajaran Materi Pembelajaran
Bahasa Indonesia  Isi teks paparan iklan media cetak secara lisan
dengan percaya diri.
 Pengertian, tujuan, ciri-ciri, dan bentuk-bentuk
iklan
 Tujuan iklan, bentuk iklan, dan kesimpulan isi
teks paparan iklan dalam media cetak
IPA  Pengelompokkan unsur dan senyawa pada benda

D. Metode Pembelajaran
1. Metode : Penugasan, ceramah, diskusi, Tanya jawab
2. Pendekatan : saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan).

E. Media Pembelajaran
1. Alat tulis (misalnya, pensil dan pulpen)
2. Teks bacaan mengenai zat tunggal dan campuran,
3. Iklan dari berbagai media cetak.

F. Sumber Belajar
Buku tematik K-13

G. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 15 Menit
2. Guru menyiapkan siswa untuk belajar dan
mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai
pembelajaran.
3. Guru mengajak siswa bersama-sama menyanyikan
lagu wajib nasional “Dari Sabang Sampai Merauke”

71
72

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
4. Guru melakukan absensi siswa.
5. Guru melaksanakan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan.
a. Apakah kamu pernah melihat iklan dalam koran
atau media cetak lainnya?
b. Iklan apa yang pernah kamu lihat?
6. Guru meminta siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya secara percaya diri.
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
cakupan materi yang akan dipelajari hari ini.
Kegiatan Inti 1. Secara mandiri siswa diminta untuk mengamati 175 Menit
gambar iklan pada buku siswa.
2. Guru menstimulus daya analisis siswa melalui
pertanyaan seperti tercantum pada buku siswa
sebagai berikut.
3. Produk apa yang ditawarkan dalam iklan
tersebut?
4. Apa saja yang terdapat dalam iklan tersebut?
5. Bagaimana kesimpulanmu tentang isi teks
paparan iklan tersebut?
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan jawaban pertanyaan di depan
teman-teman.
7. Guru meminta siswa untuk menyampaikan
jawaban pertanyaan dengan percaya diri.
8. Siswa diajak berdiskusi untuk mengambil
kesimpulan mengenai isi iklan.
9. Secara mandiri siswa diminta untuk membaca
teks bacaan mengenai iklan.
10. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai
pengertian iklan, tujuan iklan, ciri-ciri iklan,
dan bentuk iklan.
11. Siswa mengamati contoh iklan baris dan iklan
kolom pada buku siswa.
12. Guru menstimulus daya analisis siswa dengan
mengajukan pertanyaan: Apa iklan yang pernah
kamu lihat?
13. Siswa mengemukakan pendapatnya mengenai
iklan yang pernah dilihat dengan percaya diri.
14. Guru meminta siswa untuk mencari satu contoh
iklan dalam media cetak.
15. Siswa mengidentifikasi tujuan iklan, ciri-ciri
iklan, dan bentuk iklan yang diperoleh dari
media cetak.

72
73

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
16. Guru memberi kesempatan kepada beberapa
siswa untuk mengungkapkan jawabannya
mengenai tujuan iklan, ciri-ciri iklan, dan
bentuk iklan yang diperoleh dari media cetak di
depan teman-teman.
17. Guru meminta siswa untuk menyampaikan
pendapatnya dengan percaya diri.
18. Guru mengapresiasi jawaban siswa.
19. Siswa telah mengetahui pengertian, tujuan, ciri-
ciri, dan bentuk iklan.
20. Selanjutnya, secara mandiri siswa diminta
untuk mengamati iklan di media cetak pada
buku siswa. Kemudian, siswa menjawab
pertanyaan berdasarkan iklan pada media cetak.
21. Secara mandiri, siswa mengamati iklan di
media cetak pada buku siswa.
22. Setelah membaca dan mengamati iklan, siswa
menjawab pertanyaan pada buku siswa
berdasarkan iklan.
23. Siswa telah mengetahui pengertian, tujuan, ciri-
ciri, dan bentuk iklan.
24. Selanjutnya, secara mandiri siswa diminta
untuk mengamati iklan di media cetak pada
buku siswa. Kemudian, siswa menjawab
pertanyaan berdasarkan iklan pada media cetak.
25. Secara mandiri, siswa mengamati iklan di
media cetak pada buku siswa.
26. Setelah membaca dan mengamati iklan, siswa
menjawab pertanyaan pada buku siswa
berdasarkan iklan.
27. Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali
materi mengenai zat tunggal dan campuran
yang telah dipelajari di subtema 1 dan subtema
2.
28. Guru menstimulus daya analisis siswa dengan
mengajukan pertanyaan.
a. Masih ingatkah kamu mengenai zat tunggal dan
campuran?
b. Apa yang dimaksud dengan zat tunggal dan
campuran?
29. Guru meminta siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya secara percaya diri.
30. Siswa membaca teks materi mengenai zat
tunggal dan campuran.

73
74

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
31. Guru memberi penjelasan mengenai zat tunggal
dan campuran.
32. Guru meminta siswa menyebutkan contoh zat
tunggal dan campuran di lingkungan sekitar.
33. Siswa menyampaikan pendapatnya dengan
percaya diri.
34. Guru mengapresiasi jawaban siswa.
35. Siswa telah memahami tentang zat tunggal.
36. Selanjutnya, siswa diminta melengkapi tabel
penggolongan unsur dan senyawa.
37. Guru mengarahkan siswa untuk mencari
informasi mengenai zat tunggal yang belum
diketahui dari berbagai sumber, misalnya buku
dan internet.
38. Selama proses kegiatan berlangsung, guru
berkeliling memandu siswa yang mengalami
kesulitan.
39. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan
jawabannya di depan guru dan teman-teman.
40. Guru meminta siswa untuk mengungkapkan
jawabannya secara percaya diri.
Penutup 1. Siswa diminta untuk mengingat kegiatan 20 Menit
pembelajaran hari ini dan kembali mengaitkan
dengan tema yang sedang mereka pelajari.
2. Siswa diminta untuk merefleksikan penguasaan
mereka tentang pembelajaran untuk kemudian
diberikan catatan dan komentar orang tua.
3. Sebagai tindaklanjut dari kegiatan ini, guru
memberikan Remedial dan Pengayaan sesuai
dengan tingkat pencapaian masing-masing siswa.

H. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap
Penilaian sikap yang dilaksanakan pada pembelajaran ini akan menilai 2
sikap yaitu dari KI-1 dan KI-2.
1) Penilaian sikap KI-1 diukur menggunakan lembar observasi yang
berpedoman pada rubrik penilaian KI-1.
2) Penilaian sikap KI-2 diukur menggunakan lembar observasi yang
berpedoman pada rubrik penilaian KI-2.

74
75

b. Penilaian Pengetahuan
1) Soal evaluasi
2) Penugasan
c. Penilaian Keterampilan
1) Kegiatan penulisan tujuan, bentuk, kesimpulan, isi teks paparan iklan
dalam media cetak dengan tepat dan rinci. (Bahasa Indonesia)
2) Kegiatan menggolongkan semua zat pada tabel ke dalam unsur atau
senyawa dengan tepat. (IPA)
2. Instrumen Penilaian dan Pedoman Penskoran
a. Penilaian Sikap
Instrumen yag digunakan dalam penilaian sikap adalah lembar observasi
dengan berpedoman pada rubrik penilaian, baik pada penilaian sikap
spiritual maupun sikap sosial.
1) Penilaian Sikap Spiritual
a) Rubrik penilaian sikap spiritual
Mulai Sudah
Belum Mulai
Berkemba Membuda
Terlihat Terlihat
Kriteria ng ya
(BT) (MT)
(MB) (SM)
1 2 3 4
Perilaku Tidak Kurang Kadang- Selalu
bersyukur pernah menunjukk kadang menunjukk
bersyukur an rasa menunjukk an rasa
syukur an rasa syukur
syukur
Berdoa Tidak Kadang- Hanya Selalu
sebelum berdoa kadang melakukan melakukan
dan sebelum melakukan doa doa
sesudah dan doa sebelum sebelum
melaksanak sesudah sebelum atau dan
an kegiatan melaksanak dan sesudah sesudah
an kegiatan sesudah melaksanak melaksanak
melaksanak an kegiatan an kegiatan
an kegiatan
Toleransi Tidak Kurang Kadang- Selalu
bertoleransi bertoleransi kadang bertoleransi
terhadap terhadap bertoleransi terhadap
berkeragam berkeragam terhadap berkeragam
an an berkeragam an
an

75
76

Kriteria penilaian:
Kriteria Keterangan
Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
BT
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam
(Belum Terlihat)
indicator
Apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
MT
adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan
(Mulai Terlihat)
dalam indikator tetapi belum konsisten
Apabila peserta didik sudah memperlihatkan
MB
berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam
(Mulai Berkembang)
indikator dan mulai konsisten
Apabila peserta didik terus menerus
SB
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam
(Sudah Berbudaya)
indikator secara konsisten

b) Lembar observasi sikap spiritual


Perubahan Tingkah Laku
Berdoa sebelum dan
Toleransi dalam
Nama Perilaku Bersyukur Sesudah Melakukan
No Beribadah
Siswa Kegiatan
BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
Dst

c) Pedoman penskoran sikap spiritual

Panduan konversi nilai:


Konversi Nilai
Predikat Klasifikasi
(skala 0-100)
81-100 A SB (sangat baik)
66-80 B B (baik)
51-65 C C (cukup)
0-50 D K (kurang)

76
77

2) Penilaian Sikap Sosial


a) Rubrik penilaian sikap sosial
Indikator penilaian:
Nilai Karakter yang
Definisi Indikator
Dikembangkan
Jujur Perilaku dapat - Tidak menyontek
dipercaya dalam dalam mengerjakan
perkataan, tindakan, ujian/ulangan
dan pekerjaan - Mengungkapkan
perasaan apa adanya
- Mengakui kesalahan
yang dimiliki
Santun Sikap baik dalam - Menghormati yang
pergaulan baik dalam lebih tua
berbahasa maupun - Tidak berkata-kata
bertingkah laku kotor, kasar, dan
takabur
- Tidak meludah di
sembarangan tempat
Disiplin Tindakan yang - Datang tepat waktu
menunjukkan perilaku - Patuh pada tata tertib
tertib dan patuh pada atau aturan sekolah
berbagai ketentuan dan - Mengerjakan atau
peraturan mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu
yang ditentukan

Kriteria penilaian:
Kriteria Keterangan
Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
BT
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam
(Belum Terlihat)
indicator
Apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
MT
adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan
(Mulai Terlihat)
dalam indikator tetapi belum konsisten
Apabila peserta didik sudah memperlihatkan
MB
berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam
(Mulai Berkembang)
indikator dan mulai konsisten
Apabila peserta didik terus menerus
SB
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam
(Sudah Berbudaya)
indikator secara konsisten

77
78

b) Lembar observasi sikap sosial


Perubahan Tingkah Laku
Jujur Santun Disiplin
No Nama
BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
Dst

c) Pedoman penskoran sikap sosial

Panduan konversi nilai :


Konversi Nilai
Predikat Klasifikasi
(skala 0-100)
81-100 A SB (sangat baik)
66-80 B B (baik)
51-65 C C (cukup)
0-50 D K (kurang)

b. Penilaian Pengetahuan
Instrumen yang digunakan dalam penilaian pengetahuan adalah dengan
memberikan soal evaluasi dan penugasan untuk dikerjakan di rumah.
1) Soal evaluasi
Teknik Penilaian : Test uraian
Instrumen Penilaian :
a) Butir soal
1. Apa yang dimaksud iklan baris?
2. Bagaimanakah ciri iklan yang baik dan benar?
3. Apa tujuan dari iklan?
4. Apa yang dimaksud zat tunggal?
5. Sebutkan contoh dari senyawa !

b) Kunci jawaban
1. Iklan kecil (singkat) berisi penawaran/informasi tentang
sesuatu yang terdiri atas beberapa baris saja. Iklan baris disebut
juga iklan mini.

78
79

2. Informatif, Komunikatif, Bahasanya singkat dan padat,


Menarik
3. a. Memberitahukan kepada khalayak ramai tentang suatu
produk jasa, b. Memengaruhi khalayak ramai tentang suatu
produk jasa, c. Menyarankan seseorang untuk membeli dan
menggunakan suatu produk jasa yang diiklankan, d. Memberi
informasi tentang produk jasa, e. Menarik khalayak ramai.
4. Zat yang terdiri dari sejenis materi. Zat tunggal dapat juga
disebut zat murni
5. Contoh senyawa yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari misalnya, garam dapur, gula pasir, asam cuka, soda
kue, dan vitamin c.

c) Pedoman penskoran

Panduan konversi nilai:


Konversi Nilai
Predikat Klasifikasi
(skala 0-100)
81-100 A SB (sangat baik)
66-80 B B (baik)
51-65 C C (cukup)
0-50 D K (kurang)
2) Penugasan
Guru memberikan siswa tugas rumah (PR)
c. Penilaian Keterampilan
Jenis Penilaian
1. Menjelaskan tujuan, bentuk, kesimpulan, isi teks paparan iklan dalam
media cetak dengan tepat dan rinci.
Bentuk Penilaian: Penugasan
Instrumen Penilaian: Rubrik
KD Bahasa Indonesia 3.4 dan 4.4
Tujuan Kegiatan Penilaian:
Mengukur pengetahuan siswa mengenai pemahaman tentang tujuan,
bentuk, kesimpulan, isi teks paparan iklan dalam media cetak

79
80

Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Perlu


4 3 2 Pendamipingan
1
Pengetahuan:  Menyebutkan  Menyebutkan  Menyebutkan  Belum dapat
Iklan dalam tujuan iklan tujuan iklan tujuan iklan menyebutkan
media cetak. dalam media dalam media dalam media tujuan iklan
cetak dengan cetak dengan cetak dengan dalam media
tepat dan tepat. kurang tepat. cetak dengan
rinci.  Menyebutkan  Menyebutkan tepat.
 Menyebutkan bentuk iklan bentuk iklan  Belum dapat
bentuk iklan dalam media dalam media menyebutkan
dalam media cetak dengan cetak dengan bentuk iklan
cetak dengan tepat. kurang tepat. dalam media
tepat dan  Menyebutkan  Menyebutkan cetak dengan
rinci. kesimpulan isi kesimpulan tepat.
 Menyebutkan teks paparan isi teks  Belum dapat
kesimpulan isi iklan dengan paparan iklan menyebutkan
teks paparan tepat. dengan kesimpulan isi
iklan dengan kurang tepat. teks paparan
tepat dan iklan dengan
rinci. tepat.
Keterampilan: Keseluruhan Keseluruhan Sebagian besar Hanya sebagian
Penulisan Hasil hasil penulisan hasil penulisan hasil penulisan kecil hasil
identifikasi yang sistematis yang sistematis yang sistematis penulisan yang
ditulis dengan dan benar dan benar dan benar sistematis
benar, menunjukkan menunjukkan menunjukkan dan benar
sistematis keterampilan keterampilan keterampilan menunjukkan
dan jelas, yang penulisan yang penulisan yang penulisan keterampilan
menunjukkan sangat baik, di baik. yang terus penulisan yang
keterampilan atas rata-rata berkembang. masih perlu
penulisan yang kelas. terus
baik. ditingkatkan.

80
81

2. Menggolongkan semua zat pada tabel ke dalam unsur atau senyawa


Bentuk Penilaian: Penugasan
Instrumen Penilaian: Rubrik
KD Ilmu Pengetahuan Alam 3.9 dan 4.9
Tujuan Kegiatan Penilaian:
Mengukur kemampuan siswa dalam menggolongkan semua zat pada tabel ke
dalam unsur atau senyawa

Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Perlu


4 3 2 Pendamipingan
1
Pengetahuan: Mampu Mampu Mampu Mampu
Penggolongan menggolongkan menggolongkan menggolongkan menggolongkan
unsur dan semua zat pada 75% zat pada 50% zat pada 25% zat pada
senyawa. tabel ke dalam tabel ke dalam tabel ke dalam tabel ke dalam
unsur atau unsur atau unsur atau unsur atau
senyawa senyawa senyawa senyawa dengan
dengan dengan dengan tepat.
tepat. tepat. tepat.
Keterampilan Keseluruhan Keseluruhan Sebagian besar Hanya sebagian
Penulisan: Hasil hasil penulisan hasil penulisan hasil penulisan kecil hasil
identifikasi yang sistematis yang sistematis yang sistematis penulisan yang
ditulis dengan dan benar dan benar dan benar sistematis
benar, sistematis menunjukkan menunjukkan menunjukkan dan benar
dan jelas, yang keterampilan keterampilan keterampilan menunjukkan
menunjukkan penulisan yang penulisan yang penulisan keterampilan
keterampilan sangat baik, di baik. yang terus penulisan yang
penulisan yang atas rata-rata berkembang. masih perlu terus
baik. kelas. ditingkatkan.

81
82

Pedoman penskoran

Panduan konversi nilai :


Konversi Nilai
Predikat Klasifikasi
(skala 0-100)
81-100 A SB (sangat baik)
66-80 B B (baik)
51-65 C C (cukup)
0-50 D K (kurang)

Mengetahui
Kepala SD Negeri 2 Sesetan Denpasar, 24 April 2018
Wali Kelas V

Ni Nyoman Senin, S.Pd ........................................................


NIP. 19651231 198606 2 032

82
83

D. RINGKASAN MATERI
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau
subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.

E. Tugas dan Latihan


1) Rancanglah rencana pelaksanaan pembelajaran dengan tema bebas!

F. Rambu-Rambu Jawaban
1) Jawaban Anda benar jika merancang RPP sesuai dengan permendikbud No.
22 tahun 2016 dengan format sesuai dengan contoh yang telah diberikan.

83
84

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.

Anak Ciremai. 2011. Pengertian Belajar Bermakna. Diakses pada 20 Maret 2017
pada: http://www.anakciremai.com/2011/11/pengertian-belajar-
bermakna.html.

Anshori & Achmad, (2003), IPA MTS Untuk Kelas 2, Penerbit Erlangga, Jakarta

Ausubel,D.P.(1980). Education for rational thinking: a critique, 1980AETS


yearbook, The Psychology for Teaching For Thinking and Creativity, Ohio:
The Ohio State University.Bandung.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. PT Rinerka Cipta : Jakarta.

Burhanuddin; Nur Wahyuni, Esa. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Penerbit Ar-Ruzz Media.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar, Jakarta: Penerbit Erlangga

Depdiknas (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA MTS
dan MA, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dina Octaria. Teori Belajar Bermakna dari David P Ausubel. Diakses pada 16 Maret
2017 pada: http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/15/teori-belajar-
bermakna-dari-david-p-ausubel/.

Dimyati & Mudjiono, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta

Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cita.

Hamalik,O.,2007, Preses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Iliasari. (2001).(edisi revisi). IPA 3, untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 3,


Jakarta: Balai Pustaka. Maret 2008.

Karyadi, B. (2000).(edisi revisi). IPA 2, untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 2,


Jakarta: Balai Pustaka.

Kevin Lehmann, 1996. Bad Chemistry. Dept of Chemistry, Princeton University, NJ.
Diakses pada 20 April pada:
2017. http://www.princeton.edu/~lehmann/BadChemistry.html

84
85

Mardhiyanti, D. 2010. Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel. (Online)


Diakses pada 9 April 2017 pada:
http://mardhiyanti.blogspot.com/2010/03/teori-belajar-bermakna-dari-david-
p.html

Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005

Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi
Aksara. 2000.

Sri Sulistyorini, 2007. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Dasar.


Unnes: Tiara Wacana

Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.

Suryani, Sri. 2019. Implementasi Pembelajaran Teori Piaget pada Materi IPA.
Diakses pada 6 Juni 2017 pada: https://bdkpalembang.com/implimentasi-
pembelajaran-teori-piaget-pada-materi-ipa/

Winataputra, S. Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka

85

Anda mungkin juga menyukai