Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) FISIKA


BERBASIS SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINNERING AND
MATHEMATICS (STEM) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN
BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK SMA NEGERI 4 WAJO

DEVELOPMENT OF PHYSICS STUDENT WORKSHEETS (LKPD) BASED


ON SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING AND MATHEMATICS
(STEM) TO TRAIN CREATIVE THINKING SKILL STUDENTS IN SMA
NEGERI 4 WAJO

ANNISA EKA HANDAYANI


210008301029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................5
II. KAJIAN PUSTAKA .........................................................................................7
A. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ......................................................7
B. Pembelajaran Berbasis STEM ..............................................................11
C. Keterampilan Berpikir Kreatif ..............................................................14
D. Kerangka Konsep ..................................................................................20
III. METODE PENELITIAN ................................................................................22
A. Jenis Penelitian......................................................................................22
B. Lokasi Penelitian ...................................................................................22
C. Desain Penelitian...................................................................................22
D. Instrumen Penelitian .............................................................................28
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ..............................................30
F. Teknik Analisis Data .............................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................38

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menyebabkan

adanya perubahan hampir di seluruh aspek kehidupan, banyaknya

permasalahan saat ini sulit dipecahkan tanpa adanya bekal kemampuan dan

penguasaan IPTEK. Suatu bangsa dituntut untuk mengembangkan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) agar mampu ikut serta dalam persaingan global.

Dalam eksistensi kehidupan baik berupa pekerjaan maupun profesi lainnya

membutuhkan sumber daya yang memiliki keterampilan tingkat tinggi yang

mensyaratkan individu dan masyarakat agar memiliki kebiasaan untuk

senantiasa belajar, bernalar, berfikir kreatif, membuat keputusan dan

memecahkan masalah begitupun dalam dunia pendidikan.

Perubahan kurikulum merupakan salah satu upaya untuk menata dan

memperbaiki mutu pendidikan. Tuntutan pembelajaran kurikulum 2013

menghendaki suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi

peserta didik agar mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Potensi

yang terkait adalah aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan

keterampilan (psikomotor). Aspek-aspek tersebut menuntut peserta didik untuk

dapat menyiapkan diri agar memiliki keterampilan berpikir kreatif, produktif,

dan inovatif yang mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat dan

peradaban dunia (Ajeng Sulistyowati, 2019, h. 2)

Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa keterampilan berpikir kreatif

adalah salah satu kemampuan yang penting untuk ditingkatkan. Pembelajaran

1
sains termasuk di dalamnya fisika harus dapat membantu peserta didik dalam

mengembangkan suatu pemahaman dan kebiasaan berpikir dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya maupun mengatasi masalah yang dihadapinya mengingat

bahwa keterampilan berpikir kreatif tidaklah secara kebetulan akan tetapi

membutuhkan proses yang mendukung tercapainya kemampuan tersebut.

Untuk merangsang belajar kreatif, diperlukan persiapan antara lain dengan

menyiapkan suatu lingkungan kelas yang merangsang anak-anak untuk belajar

kreatif. Berfikir kreatif adalah cara baru dalam melihat dan mengerjakan

sesuatu yang memuat 4 aspek antara lain, fluency (kefasihan), flexybility

(keluwesan), originality (keaslian), dan elaboration keterincian)

Keterampilan berfikir kreatif yang dimiliki peserta didik dianggap penting

untuk mendukung peserta didik dalam upaya menggali pemahaman suatu

konsep. Namun dalam pembelajaran fisika saat ini, peserta didik cenderung

hapal rumus dalam menyelesaikan soal, dan tidak memahami konsep sehingga

mereka tidak mampu memecahkan masalah nyata yang dijumpai diluar kelas

(Nissa, 2017).

Hasil observasi dan wawancara terhadap guru fisika di SMA Negeri 4

Wajo menyatakan bahwa proses pembelajaran fisika di SMA Negeri 4 Wajo

dikatakan belum maksimal. Salah satu faktor pembelajaran fisika belum

maksimal dikarenakan guru masih menggunakan media yang hanya berasal

dari buku paket yang disediakan pemerintah. Buku tersebut juga hanya bisa

dipinjamkan ketika pelajaran berlangsung dan tidak bisa dipinjamkan untuk

belajar mandiri dirumah. Sehingga peserta didik kesulitan dalam memahami

2
pelajaran. Buku paket yang kurang menarik juga menjadi salah satu penyebab

peserta didik tidak tertarik pada pembelajaran fisika. Selain itu guru juga jarang

menggunakan media pendamping bahan ajar berbentuk Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) dalam pembelajaran di kelas. LKPD yang digunakan pun

langkah-langkahnya hanya mendikte peserta didik dalam menyelesaikan

LKPD, serta tidak adanya pemetaan materi sehingga peserta didik cenderung

belum maksimal dalam menyelesaikan masalah yang diberikan

guru(kelancaran), belum bisa memberikan jawaban yang bervariasi dalam

menyelesaikan masalah/ soal (luwes) hal ini mengakibatkan pada hasil belajar

dan keterampilan berpikir kreatif yang belum sesuai dengan yang diharapkan.

Melihat permasalahan di atas, maka peneliti mencoba memberikan

alternatif dengan mengembangkan LKPD berbasis STEM; Science,

Technology, Engineering, and Mathematics. STEM merupakan pendekatan

yang mengintegrasikan lebih dari satu disiplin ilmu. Pembelajaran

menggunakan STEM dapat membantu peserta didik memecahkan masalah dan

menarik kesimpulan dari pembelajaran sebelumnya dengan

mengaplikasikannya melalui sains, teknologi, teknik, dan matematika. Keadaan

tersebut menjadikan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang

lengkap, lebih terampil dalam menangani masalah kehidupan yang nyata dan

mengembangkan pemikiran kreatif peserta didik.

Penelitian yang dilakukan Sulistiyowati (2019) menunjukkan bahwa

LKPD berbasis STEM yang dikembangkan kemudian diujicobakan ke peserta

didik efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik,

3
dibuktikan dengan hasil uji gain sebesar 0,7 dengan kategori tinggi. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irfana, Yulianti, & Wiyanto,

(2019) berdasarkan uji coba kelompok besar, LKPD berbasis STEM dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif, yaitu pada aspek kelancaran,

keluwesan, elaborasi, dan keaslian yang ditandai dengan peningkatan nilai

pretest-posttest.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Fisika

Berbasis Science, Technology, Enginnering And Mathematics (STEM) Untuk

Melatih Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik SMA Negeri 4 Wajo”.

LKPD ini diharap bisa digunakan bagi pendidik dan mempermudah

penyampaian materi ke peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penilaian pakar terhadap LKPD fisika berbasis STEM yang

telah dikembangkan?

2. Bagaimana penilaian praktisi terhadap LKPD fisika berbasis STEM yang

telah dikembangkan?

3. Bagaimana efektivitas penggunaan LKPD fisika berbasis STEM terhadap

keterampilan berpikir kreatif fisika yang telah dikembangkan?

4
C. Tujuan Penelitian

Merujuk pada latar belakang dan perumusan masalah tersebut,

maka penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis:

1. Penilaian pakar terhadap lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis

STEM pada pembelajaran Fisika yang telah dikembangkan.

2. Penilaian praktisi terhadap lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis

STEM pada pembelajaran Fisika yang telah dikembangkan.

3. Efektivitas penggunaan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis STEM

terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, memberikan pengetahuan dan pengalaman nyata tentang

mengembangkan LKPD berbasis STEM untuk melatih keterampilan

berpikir kreatif peserta didik.

b. Bagi Peserta Didik, memberikan media pembelajaran alternatif untuk

memecahkan masalah dalam keterbatasan memahamai konsep fisika

pada materi fluida statis

c. Bagi Pendidik, meningkatkan variasi perangkat pembelajaran, menjadi

bahan pertimbangan untuk menggunakan LKPD yang dikembangkan

sebagai pendukung pembelajaran dalam meningkatkan ketertarikan

5
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

2. Manfaat Teoritis
LKPD fisika berbasis STEM ini dapat dijadikan sebagai refleksi untuk

terus mengembangkan inovasi dalam pengembangan LKPD serta bahan ajar

dalam pembelajaran fisika SMA yang interaktif dan dekat dengan lingkungan

peserta didik. Sehingga peserta didik dapat melihat bagaimana konsep Fisika

secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

6
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

1. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

LKPD merupakan salah satu bahan ajar dalam bentuk lembaran-

lembaran materi yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang disusun

secara sistematis bertujuan membantu peserta didik belajar dengan baik

(Mukti, Connie, & Medriati, 2018). LKPD menurut (Trianto, 2010)

merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi tugas yang di

dalamnya berisi petunjuk dan langkah- langkah untuk menyelesaikan tugas.

Lembar kerja peserta didik (student worksheet) merupakan kumpulan

lembaran yang memuat perintah yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

LKPD merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang digunakan sebagai

pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran

(Prastowo, 2014).

LKPD adalah sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat

membantu peserta didik maupun guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran, yang termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi

cetak.

2. Fungsi Lembar Kerja Pesesrta Didik (LKPD)

Prastowo (2015) menyatakan LKPD memiliki empat fungsi sebagai

berikut.

a) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun lebih

7
mengaktifkan peserta didik.

b) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik memahami materi

yang diberikan.

c) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.

d) Memudahkan pelaksanaaan pengajaran kepada peserta didik

3. Tujuan Penyusunan lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Prastowo (2015) menyatakan tujuan penyusunan LKPD seperti

berikut.:

a) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk

berinteraksi dengan materi yang diberikan.

b) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik

terhadap materi yang diberikan.

c) Melatih kemandirian belajar peserta didik.

d) Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

e) Memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran dan ketercapaian

indikator serta kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuai dengan

kurikulum yang berlaku.

f) Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Standar LKPD yang Baik

Trianto (2010) LKPD dikatakan berkualitas baik bila memenuhi sebagai

berikut :

a. Syarat-syarat Didaktik

LKPD sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya PBM haruslah

8
memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKPD harus mengikuti asas- asas

belajar-mengajar yang efektif, yaitu :

1) Memperhatikan adanya perbedaan individual.

2) Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep.

3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta

didik.

4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional,

moral, dan estetika pada diri peserta didik.

5) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi

peserta didik dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.

b. Syarat-syarat Konstruksi

Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan

penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan

kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat

dimengerti oleh pengguna yaitu peserta didik.

1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta

didik.

2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat

kemampuan peserta didik.

4) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka.

5) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan

keterbacaan peserta didik.

9
6) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada

peserta didik untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada

LKPD.

7) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.

8) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.

9) Dapat digunakan untuk semua peserta didik, baik yang lamban

maupun yang cepat

10) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber

motivasi.

11) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.

c. Syarat-syarat Teknis

1) Tulisan

2) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin atau

Romawi.

3) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa

yang diberi garis bawah.

4) Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.

5) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban

peserta didik.

6) Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar

serasi.

10
B. Pembelajaran Berbasis Science, Technologi, Engineering and

Mathematics (STEM)

STEM merupakan gabungan ilmu pengetahuan yang sudah dipadu seperti

ilmu sains, teknologi, teknik, dan matematika serta pemilihan alat yang dipakai

mudah terjangkau (Ramizah, Adlim, & Mursal, 2015, h. 240). STEM merupakan

suatu pendekatan yang mengintegrasikan empat disiplin ilmu pengetahuan,

teknologi, teknik, dan matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

dalam konteks dunia nyata (Sariah, 2016).

STEM merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk secara kolektif

pengajaran dan pendekatan lintas disiplin ilmu,yaitu Sains, Teknologi, Teknik,

dan Matematika. Pendekatan STEM merupakan suatu pendekatan pengajaran dan

pmbelajaran antara dua atau lebih dalam komponen STEM atau antara satu

komponen STEM dengan disiplin ilmu lain (Becker & Park, 2011).

Pengintegrasian pembelajaran STEM dalam pengajaran dan pembelajaran

boleh di jalankan pada semua tingkatan dosenan mulai dari sekolah dasar sampai

universitas, karena aspek pelaksanaan STEM seperti kecerdasan, kreatifitas dan

kemampuan mendesain tidak tergantung kepada usia, oleh karena itu STEM

menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan pembelajaran ini.

National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat menyatukan sains,

teknologi, teknik rekayasa sains, dan matematika yang kemudian menciptakan

pembelajaran dengan integrasi STEM. STEM dalam konteks Indonesia merujuk

pada empat bidang ilmu pengetahuan yaitu sains, teknologi, Teknik rekayasa sains,

dan matematika. Pembelajaran dengan integrasi STEM ialah suatu pembelajaran

11
secara terintegrasi empat aspek dalam kehidupan untuk mengembangkan

keterampilan berpikir peserta didik dalam pembelajaran abad 21.

Dikutip dalam artikel penelitian oleh Almuharomah, Mayasari, & Kurniadi

(2019) pembelajaran dengan aspek STEM adalah salah satu pembelajaran dan

strategi yang dipandang sebagai suatu pendekatan yang dapat membuat perubahan

yang signifikan pada abad ke 21. Adapun empat aspek dalam pembelajaran STEM

yaitu;

a. Sains (science)

Sains atau ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mempelajari hukum-

hukum alam yang terkait dengan fisika, kimia, dan biologi serta perlakuan

atau penerapan fakta, prinsip, konsep, dan konvensi yang terkait dengan

disiplin ilmu ini. Ilmu pengetahuan dari sains berperan menginformasikan

proses rancangan teknik. Ilmu pengetahuan juga merupakan keterampilan

menggunakan pengetahuan dan proses sains dalam memahami gejala alam

dan manipulasi gejala tersebut sehingga dapat dilaksanakan.

b. Teknologi (technology)

Teknologi adalah keterampilan peserta didik dalam mengetahui

bagaimana teknologi baru dapat dikembangkan, keterampilan menggunakan

teknologi dan bagaimana teknologi dapat digunakan dalam memudahkan

kerja manusia. Banyak teknologi modern adalah produk sains dan teknik,

dan alat teknologi digunakan di kedua bidang. Teknologi merupakan inovasi

atau penemuan yang dapat berupa perangkat lunak dan keras sebagai sarana

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia, sehingga dapat

12
mempermudah pekerjaan manusia untuk kehidupan yang lebih maju.

c. Teknik Rekayasa Sains (engineering)

Teknik merupakan konsep dalam sains, matematika dan alat-alat

teknologi. Aspek ini diimplementasikan sebagai keterampilan dalam

menggunakan alat dan menyusun suatu rancangan untuk mencapai suatu

tujuan seperti keterampilan memasukkan bahasa matematis dalam bahasa

program.

d. Matematika (mathematics)

Matematika adalah keterampilan yang digunakan untuk menganalisis

memberikan alasan, mengomunikasikan idea secara efektif, menyelesaikan

masalah dan menginterpretasikan solusi berdasarkan perhitungan dan data

dengan matematis. Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan

antara jumlah, angka dan ruang. Matematika digunakan dalam sains, teknik

dan teknologi.

Dari keempat aspek di atas jika digabungkan dalam suatu pembelajaran

maka akan membuat pembelajaran tersebut akan menjadi lebih berwarna dan

lebih berkesan dalam ingatan peserta didik dalam jangka waktu yang panjang.

Ketika keempat aspek tersebut diintegrasikan pada sebuah pembelajaran di

sekolah, maka pembelajaran akan lebih bermakna dan pembelajaran bisa

disiapkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0 pada abad 21 ini. Pembelajaran

STEM juga dapat membuat peserta didik menghasilkan produk dari sebuah

pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut siap untuk menghadapi tantangan

yang datang pada abad 21 mendatang.

13
C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Berfikir kreatif dan kreativitas tidaklah sama walaupun keduanya berelasi

secara konseptual. Sumarmo (2010) menyatakan kreativitas merupakan konstruk

payung sebagai produk kreatif dari individu yang kreatif, memuat tahapan proses

berfikir kreatif dan lingkungan yang kondusif untuk berlangsungnya berfikir

kreatif. Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik

dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang

semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya

Sedangkan berfikir kreatif melibatkan kognitif dan memuat aspek

kemampuan kognitif, afektif dan metakognitif. Kemampuan berfikir kreatif

diartikan sebagai kemampuan untuk melihat atau melakukan sesuatu dengan

berbagai cara yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam konsep, pengertian,

dan penemuan. Alvino menyatakan bahwa berfikir kreatif adalah cara melihat atau

melakukan sesuatu (Sumarmo, 2010)

Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking) yaitu keterampilan individu

dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru,

konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun

persepsi, dan intuisi individu (Handoko, 2017, h. 87).

Di samping itu, Sumarmo (2010) merinci keterampilan yang terlibat dalam

berfikir kreatif antara lain keterampilan kognitif: mengidentifikasi masalah dan

peluang, menyusun masalah yang baik dan berbeda, mengidentifikasi data yang

relevan dan yang tidak relevan, masalah dan peluang yang produktif;

14
menghasilkan banyak ide (fluency), ide yang berbeda (flexybility) dan produk atau

ide yang baru (originality), memeriksa dan menilai hubungan antara pilihan dan

alternatif, mengubah pola pikir dan kebiasaan lama, menyusun hubungan baru,

memperluas dan memperbaharui rencana atau ide.

Keterampilan afektif yang termuat dalam berfikir kreatif antara lain:

merasakan masalah dan peluang, toleran terhadap ketidak pastian, memahami

lingkungan dan kekreatifan orang lain, bersifat terbuka, berani mengambil resiko,

membangun rasa percaya diri, mengontrol diri, rasa ingin tahu, menyatakan dan

merespon perasaan dan emosi dan mengantisipasi sesuatu yang tidak diketahui.

Sedangkan keterampilan metakognitif yang termuat dalam berfikir kreatif antara

lain: merancang strategi, menetapkan tujuan dan keputusan, memprediksi dari

data yang tidak lengkap, memahami kekreatifan dan sesuatu yang tidak dipahami

orang lain, mendiagnosa informasi yang tidak lengkap, membuat pertimbangan

multipel, mengatur emosi dan memajukan elaborasi solusi masalah dan rencana.

1. Ciri-Ciri Berfikir Kreatif

Berfikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang.

Kemampuan tersebut akan dapat diidentifikasi kalau kemampuan tersebut

tercermin melalui prilaku seseorang. Ciri-ciri prilaku yang ditemukan pada orang-

orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat

digambarkan sebagai berikut: berani dalam pendirian/keyakinan, melit (ingin

tahu), mandiri dalam berfikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus

dengan kerjanya, intuitif, ulet, dan bersedia menerima pendapat dari otoritas

begitu saja (Santoso, 2012).

15
Alvino, Zizaho, and Keisswetter (Sumarmo, 2010) mengidentifikasi

individu yang kreatif sebagi individu yang memiliki rasa percaya diri (self

confident), mampu mengatur diri sendiri (self-regulated), menghasilkan sesuatu

yang asli (originality), dan berfikir secara fleksibel (flkesibelity think).

2. Indikator Berfikir Kreatif

Berfikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang

bukan serta merta ada atau melekat sejak lahir. Namun kemampuan tersebut ada

karena adanya proses latihan. Untuk melihat seseorang telah memiliki

kemampuan berfikir kreatif, tentunya dibutuhkan suatu indikator yang dapat

dijadikan sebagai patokan dalam menilai kemampuan tersebut.

Ada empat karakteristik berfikir kreatif, sebagai sebuah proses yang

melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibelitas dan elaborasi.

Keempat dari karakteristik tersebut didefinisikan sebagai berikut.

a. Orisinalitas

Kategori orisinalitas mengacu pada keunikan dari respon apapun yang

diberikan. Orisinalitas yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa,

unik dan jarang terjadi. Berfikir tentang masa depan bisa juga memberikan

stimulasi ide-ide orisinil. Jenis pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk

menguji kemampuan ini adalah tuntutan penggunaan-penggunaan yang

menarik dari objek-objek umum. Misalnya: (1) desainlah sebuah komputer

impian masa depan; (2) pikirkan berapa banyak kabel yang anda gunakan?

16
b. Elaborasi

Elaborasi merupakan kemampuan untuk menguraikan sebuah objek

tertentu. Elaborasi adalah jembatan yang harus dilewati oleh seseorang untuk

mengkomunikasikan ide “kreatifnya” kepada masyarakat. Faktor inilah yang

menentukan nilai dari ide apapun yang diberikan kepada orang lain di luar

dirinya. Elaborasi ditunjukkan oleh sejumlah tambahan dan detail yang bisa

dibuat untuk stimulus sederhana untuk membuatnya lebih kompleks,

tambahan-tambahan tersebut bisa dalam bentuk dekorasi, warna, bayangan,

atau desain.

c. Kelancaran

Kelancaran merupakan kemampuan untuk menciptakan banyak ide

atau gagasan. Ini merupakan salah satu indikator yang paling kuat dari

berfikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka semakin besar

kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan.

d. Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan kemampuan seorang individu untuk mengubah

perangkat mentalnya ketika keadaan memerlukan itu, atau kecendrungan

untuk memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai perspektif.

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental,

mengubah pendekatan untuk sebuah masalah, tidak terjebak dengan

mengasumsikan aturan-aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan

pada sebuah masalah.

17
Menurut Guilford aspek keorisinilan dalam berfikir kreatif termasuk pada

aspek adaptive flexibility. Nilai keorisinilan adalah kemampuan dalam membuat

dan menyusun keterhubungan atau keterkaitan baru, perspektif baru dan

merupakan aspek tersendiri dalam berfikir kreatif. Menurut Setiawati, aspek

orisinilitas sangat tepat ditempatkan sebagai aspek tersendiri dalam berfikir kritis,

hal ini disebabkan karena nilai originalitas bukan hanya kemampuan untuk

menyesuaikan diri (adaptive fleksibility), namun harus memiliki nilai kebaruan.

Nilai originalitas dapat bersifat benar-benar baru atau mengadaptasi sesuatu

menjadi lebih baru (Setyawati, 2014)

Skala disposisi berpikir kreatif disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku

kreativitas yang dikemukakan oleh Munandar (2002). Menurut Munandar, aspek

kreativitas terdiri dari :

a. Keterampilan berfikir lancar (fluency), indikatornya:

1) Mengajukan banyak pertanyaan.

2) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.

3) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

4) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lainnya.

5) Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau

situasi.

b. Keterampilan berfikir luwes (Fleksibility), indikatornya:

1) Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu

objek.

18
2) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar,

cerita atau masalah.

3) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

4) Memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan

orang lain.

5) Dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi

yang bebeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok.

6) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang

berbeda untuk menyelesaikannya.

7) Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori yang berbeda-beda)

8) Mampu mengubah arah pemikiran.

c. Keterampilan berfikir orisinal (Originality), indikatornya:

1) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang

lain.

2) Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara

baru.

3) Memilih simetri dalam membuat gambar atau desain.

4) Memilih cara berfikir yang lain dari yang lain.

5) Mencari pendekatan yang baru dari stereotip.

6) Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk

menemukan penyelesaian yang baru.

7) Lebih senang mensintesa daripada menganalisis sesuatu.

d. Keterampilan memperinci (Elaboration), indikatornya:

19
1) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah

dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

2) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

3) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh.

4) Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan

penampilan yang kosong atau sederhana.

5) Menambahkan garis-garis, warna-warna dan detil-detil (bagian-bagian)

terhadap gambarannya sendiri atau gambar orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa keterampilan berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang melihat

atau melakukan sesuatu dengan konsep berbagai cara untuk melahirkan sesuatu

yang baru baik berupa gagasan atau karya nyata. Menurut Munandar (2001)

indikator aspek berpikir kreatif yaitu: keterampilan berpikir lancar (fluency),

keterampilan berpikir luwes (fleksibility), keterampilan berpikir asli (originality),

keterampilan berpikir rinci (elaboration).

D. Kerangka Konsep

Pembelajaran fisika saat ini menjadi momok peserta didik karena

kebanyakan menggunakan rumus. Fisika dianggap pelajaran yang sangat sulit,

apalagi proses pembelajaran yang kebanyakan masih menggunakan sumber

belajar yang memberikan informasi secara langsung kepada peserta didik tanpa

memberi kesempatan peserta didik menemukan sendiri konsep fisika melalui kerja

ilmiah membuat peserta didik terkesan pasif.

20
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa

dan fenomena alam sehingga pelajaran fisika merupakan salahsatu pelajaran yang

menarik karena langsung berkaiatan dengan kejadian nyata dan dapat

diaplikasikan dalam kehidupan seharihari, namun pada kenyataannya peserta

didik kurang bisa memahami konsep fisika dan kesulitan dalam mengaitkan

konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Perlu adanya pengembangan sumber belajar yang digunakan oleh guru agar

pembelajaran fisika lebih bermakna yaitu sumber belajar berbasis STEM.

Pengaplikasian sumber belajar berbasis STEM dapat melalui pengembangan

bahan ajar yaitu LKPD sehingga diharapkan LKPD berbasis STEM ini dapat

meningkatkan dan melatih kemampuan berpikir kratif peserta didik dalam

pembelajaran fisika sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.

Pembelajaran Fisika

Pembelajaran Fisika dengan menggunakan


LKPD berbasis STEM

Menggunakan LKPD dapat LKPD menfasilitasi peserta didik


menumbuhkan rasa penasaran dapat membangun pemahaman
sehingga rasa keingintahuan mengunakan berbagai representasi
meningkat. Dan kemampuan yang ada
berpikir lebih kreatif dan
meningkat. LKPD yang menarik
menimbulkan perasaan senang dan
tertarik pada LKPD.

Pembelajaran Fisika dengan menggunakan


LKPD berbasis STEM
Gambar 2.2. Kerangka Pikir

21
III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D)

yang dilakukan untuk menghasilkan LKPD fisika berbasis STEM untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Wajo, Kecamatan

Maniangpajo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

C. Desain Penelitian

Prosedur pengembangan LKPD fisika berbasis STEM menggunakan

model pengembangan ADDIE. Adapun tahap-tahap penelitian dan

pengembangan ADDIE dapat dilihat pada Gambar 3.1:

Gambar 3.1 Konsep Model Pengembangan ADDIE (Branch, 2009)

22
Branch, (2009) menjelaskan ada lima tahapan model pengembangan

ADDIE. Dapat dilihat pada Gambar 3.1 dimana model ADDIE memberi peluang

untuk melakukan evaluasi terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap.

Hal ini berdampak positif terhadap kualitas produk yang dikembangkan. dampak

positif yang dihasilkan yaitu meminimalisir tingkat kesalahn atau kekurangan

produk pada tahap akhir model ini. Dengan demikian tahap kelima pada model ini

yaitu tahap evaluasi merupakan tahap evealuasi terhadap keseluruhan produk

pengembangan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Tegeh, Jempel, &

Pudjawan, 2014). Berdasarkan konsep pengembangan ADDIE yang dikemukakan

oleh Branch, berikut adalah langkah-langkah dalam penelitian ini yang harus

dilakukan sesuai urutan dan tidak bisa acak.

1. Analysis (Analisis Kebutuhan)

Pengembangan LKPD berbasis STEM diawali dengan menganalisis

permasalahan atau kebutuhan sekolah yang diperlukan dalam meningkatkan

pembelajaran fisika. Konsep pada tahap ini adalah analisis kebutuhan untuk

menentukan masalah dan solusi yang tepat serta menentukan kompetensi peserta

didik yang merupakan dasar atau acuan dalam pengembangan LKPD fisika

berbasis STEM. Penelitian pendahuluan ini diharapkan memperoleh aspek analisis

kebutuhan meliputi:

a. Analisi awal-akhir, merupakan gambaran yang bertujuan untuk

memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang diperlukan dalam

pengembangan perangkat pembelajaran, dalam hal ini LKPD berbasis

STEM.
b. Analisis kurikulum, yaitu menganalisis kurikulum yang berlaku di SMA

Negeri 4 Wajo.

c. Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui tingkah laku dan

karakteristik peserta didik meliputi latar belakang pengetahuan,

perkembangan kognitif peserta didik serta kemampuan dalam berpikir

kreatif.

d. Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi pokok

yang tercantum dalam silabus mata pelajaran fisika kelas XI MIPA pada

kurikulum 2013 yang digunakan di SMA Negeri 4 Wajo untuk

pembuatan LKPD berbasis STEM.

Selanjutnya tahap analisis akan evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan

yaitu evaluasi formatif yang digunakan sebagai umpan balik untuk mengadakan

perbaikan sebelum memasuki tahap perancangan LKPD.

2. Design (Desain Produk)

Pada tahap desain adalah tahap perencanaan terhadap LKPD berbasis STEM

yang akan dikembangkan, dimana mencakup identifikasi sarana dan prasaran,

pemilihan format, dan perancangan awal LKPD STEM. Adapun tahap desain

pada LKPD berbasis STEM sebagai berikut:

a. Identifikasi Sarana dan Prasarana

Identifikasi ini dilakukan untuk melihat ketersediaan sarana dan prasana

sebagai penunjang produk agar nantinya produk dapat digunakan sehingga

tercapai tujuan dari pengembangan LKPD berbasis STEM.

b. Pemilihan Format
Pemilihan format penting dilakukan untuk menyesuaikan format LKPD

sesuai dengan kebutuhan. Format yang digunakan dalam pengembangan LKPD

berbasis STEM adalah adaptasi dari format penyusunan LKPD berbasis STEM

berdsarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 yang disesuaikan dengan

sintaks STEM. Format LKPD berbasis STEM berdasarkan sintaks STEM meliputi

tahap kontak yang dituliskan sebagai bahan bacaan pada LKPD, tahap kuriositi

yang dituliskan sebagai kasus pada LKPD, tahap elaborasi yang dituliskan sebagai

praktikum pada LKPD, tahap pengambilan keputusan yang dituliskan sebagai ayo

menjawab pada LKPD, tahap nexus yang dituliskan sebagai proyek pada LKPD

dan tahap evaluasi yang diambil ketika peserta didik melakukan percobaan dan

berdasarkan hasil kerja peserta didik.

c. Perancangan Awal LKPD

1) Halaman Sampul Luar

Sampul pada LKPD dibuat agar peserta didik tertarik dengan LKPD yang

dikembangkan. Selain itu pada halaman sampul memuat judul LKPD berbasis

STEM, gambar dari penerapan konsep yang berkaitan dengan konsep pada

LKPD dan sasaran LKPD (SMA/MA Kelas XI).

2) Kata Pengantar

Kata pengantar pada LKPD berisikan ucapan syukur kepada Allah SWT,

latar belakang penyusunan LKPD, serta penjelasan singkat tentang LKPD.

3) Daftar Isi

Daftar isi berisi urutan LKPD yang dilengkapi dengan judul LKPD dan

nomor halaman. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam
mencari bagaian-bagian pada LKPD.

4) Sampul Dalam LKPD

Sampul bagian dalam LKPD berisikan judul dari percobaan pada LKPD,

kolom identitas peserta didik dan kompetensi dasar yang digunakan dalam

penyusunan LKPD

5) Bahan Bacaan

Bahan bacaan yang dimaksud pada LKPD adalah bagian dari tahap

kontak pada sintaks STEM yang berisikan peristiwa yang terjadi di sekitar

peserta didik kemudian dikaitkan dengan materi fisika yang dipelajari.

6) Kasus

Kasus yang dimaksud pada LKPD adalah bagian dari tahap kuriositi pada

sintaks literasi sains yang berisikan permasalahn berupa pertanyaan-

pertanyaan yang dapat mengundang rasa penasaran dan keingintahuan peserta

didik.

7) Praktikum

Praktikum yang dimaksud pada LKPD adalah bagian dari tahap

elaborasi pada sintaks STEM yang berisikan kegiatan praktikum yang dapat

membantu peserta didik dalam pembentukan dan pemantapan konsep

melalui praktikum.

8) Ayo Menjawab

Ayo menjawab yang dimaksud pada LKPD adalah bagian dari tahap

pen gambilan keputusan pada sintaks STEM yang berisikan pertanyaan

pertanyaan berkaitan dengan praktikum untuk melatih peserta didik dalam


pengambilan keputusan bersama dari permasalahan yang dimunculkan serta

membuat kesimpulan.

3. Pengembangan (Development)
Tahapan ini merupakan tahapan pembuatan LKPD berbasis STEM yang

bertujuan untuk menguji kevalidan LKPD yang telah dirancang untuk

digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya dilakukan validasi produk

yang telah dibuat, validasi produk dilakukan oleh 3 (tiga) validator yang

berkompeten untuk menilai LKPD yang dikembangkan dan memberikan

masukan atau saran. Berdasarkan hasil penilaian dan saran jika dinyatakan tidak

valid maka dilakukan revisi terhadap LKPD awal sehingga diperoleh LKPD

baru dan kemudian dilakukan kembali validasi oleh pakar/ahli sampai LKPD

dinyatakan valid dan layak untuk diuji cobakan.

4. Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi LKPD berbasis STEM yang telah dikembangkan akan

di uji cobakan kepada sejumlah responden. Subjek uji coba dalam penelitian

pengembangan LKPD berbasis STEM yaitu peserta didik kelas IX IPA SMA

Negeri 4 WajoTahun Ajaran 2021/2022. Adapun desain uji coba yang

digunakan yaitu “Post-test only design”. Dalam desain ini tes dilakukan satu

kali yaitu setelah pemberian perlakuan. Tes yang dilakukan setelah pemberian

perlakuan (O1) disebut post-test. Menurut Arikunto (2017) desain uji coba ini

digambarkan sebagai berikut:


O1

Gambar 3.2 Desain Uji Coba Penelitian

Keterangan :

X : Perlakuan (variable bebas)

O1 : Post-test (setelah penerapan LKPD)

5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil penilaian pakar, respon

guru, respon peserta didik terhadap LKPD berbasis STEM yang

dikembangkan. Setelah LKPD berbasis STEM dinyatakan valid dan layak untuk

digunakan selanjutnya dilakukan tes kemampuan berpikir kreatif untuk melihat

keefektifan LKPD berbasis STEM yang telah dikembangkan.

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitin ini sebagai

berikut:

1. Lembar Validasi

a. Lembar Validasi LKPD Berbasis STEM

Lembar validasi LKPD berbasis STEM memberikan data tentang kualitas

dan kelayakan LKPD berbasis STEM yang dinilai oleh pakar atau tim ahli.

Informasi yang diperoleh melalui instrumen ini digunakan sebagai masukan

dalam melakukan perbaikan terhadap LKPD berbaisi STEM yang

dikembangkan. Pada lembar validasi LKPD berbasis STEM validator

menuliskan penilaian terhadap masing-masing aspek yang menjadi kriteria yang


harus dipenuhi pada LKPD berbasis STEM agar dapat digunakan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

b. Lembar Validasi Angket Penilaian Praktisi Terhadap LKPD Berbasis

STEM

Lembar validasi angket penilaian praktisi terhadap LKPD berbasis STEM

memberikan data tentang kualitas dan kelayakan angket penilaian praktisi

terhadap LKPD berbasis STEM yang dinilai oleh pakar atau tim ahli. Informasi

yang diperoleh melalui instrumen ini digunakan sebagai masukan dalam

melakukan perbaikan terhadap angket penilaian praktisi terhadap LKPD

berbasis STEM yang dikembangkan.

c. Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Lembar validasi tes kemampuan berpikir kreatif memberikan data tentang

kualitas dan kelayakan tes yang dinilai oleh pakar atau tim ahli. Informasi yang

diperoleh melalui instrumen ini digunakan sebagai masukan dalam pembuatan

atau penyusunan tes kemampuan berpikir kreatif yang akan dikerjakan oleh

peserta didik.

2. Angket Penilaian Praktisi Terhadap LKPD berbasis STEM

Angket penilaian praktisi memberikan masukan terhadap

pengimplementasian atau penggunaan LKPD berbasis STEM. Teknik

pengumpulan data hasil penilaian LKPD dilakukan dengan cara melakukan

pembelajaran dengan memberikan peserta didik masing-masing LKPD

berbasis STEM, kemudian melihat pelaksanaan uji coba dan diberikan lembar

penilaian kepada peserta didik dan guru. Selanjutnya peserta didik dan guru
memberikan penilaian berdasarkan pernyataan untuk masing-masing aspek

penilaian untuk LKPD bebasis STEM.

3. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes kemampuan berpikir kreatif yang digunakan akan memberikan data

kemampuan pemecahan masalah dimana akan dijadikan sebagai acuan untuk

melihat keefektifan LKPD berbasis STEM yang telah diuji coba pada peserta

didik kelas XI IPA SMA Negeri 4 Wajo.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data adalah tahapan yang dilakukan setelah

tahapan perencanaan penelitian dilakukan. Tahapan ini berisikan proses

dalam mengumpulkan data untuk mendukung penelitian.

a. Wawancara dan Dokumentasi

Data wawancara digunakan untuk memperoleh informasi awal

mengenai bagaimana proses pembelajaran di sekolah tersebut. Hasil

wawancara akan dijadikan sumber informasi untuk penelitian ini. masalah,

kemudian melihat pelaksanaan uji coba dan diberikan lembar penilaian

kepada peserta didik dan guru. Selanjutnya peserta didik dan guru

memberikan penilaian berdasarkan pernyataan untuk masing-masing aspek

penilaian untuk LKPD berbasis STEM.


b. Lembar Validasi Ahli

Data validasi perangkat dari para ahli dianalisis secara deskriptif

dengan menelaah hasil penilaian para ahli terhadap LKPD pembelajaran

fisika yang dikembangkan. Hasil telaah digunakan sebagai masukan untuk

merevisi atau menyempurnakan LKPD yang dikembangkan.

c. Lembar Angket Praktisi LKPD Berbasis STEM Oleh Pendidik

Pada penelitian ini digunakan bentuk kuesioner tertutup yaitu dengan

menggunakan skala Likert yang dapat dipilih responden yaitu sangat setuju,

setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun pada

penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mendapatkan data kualitas LKPD

berbasis STEM yang diisi oleh pendidik fisika.

d. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (Posttest)

Data kemampuan pemecahan masalah diperoleh dari hasil posttest

peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 4 Wajo, dimana peserta didik

diberikan soal tes berpikir kreatif setelah diberikan LKPD pembelajaran

fisika berbasis STEM

b. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu: 1). Tahap

persiapan sebelum penelitian dimulai, 2). Tahap penyusunan dan 3) tahap

pengembangan yang merupakan kegiatan pada saat penelitian berlangsung.

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Mengurus surat izin penelitian


2) Menganalisis kurikulum yang sedang berlaku khususnya pada materi

fisika untuk kelas XI IPA. Adapun kurikulum yang digunakan pada

sekolah tersebut yaitu Kurikulum 2013

3) Menganalisis kurikulum yang sedang berlaku dan mempertimbangakan

materi yang berkaitan dengan berpikir kreatif untuk memilih

kompetensi dasar, indikator dan materi yang akan dijadikan isi dari

bahan ajar LKPD fisika berbasis STEM

4) Menganalisis sumber belajar (buku ajar) yang digunakan di sekolah

menengah atas khususnya SMA Negeri 4 Wajo pada mata pelajaran

fisika kelas XI. Analisis ini diperlukan untuk dilakukan, sebab

berhubungan dengan permasalahan yang ingin ditemukan solusinya

yaitu mengenai buku ajar berupa LKPD pembelajaran fisika berbasis

STEM.

b. Tahap Penyusunan

Tahap penyusunan meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun instrumen penelitian LKPD fisika berbasis STEM yaitu

berupa lembar validasi pakar, lembar angket peserta didik, lembar

angket penilain kualitas bahan ajar LKPD berbasis STEM oleh guru

dan tes kemampuan berpikir kreatif.

2) Konsultasi dengan dosen pembimbing

3) Merevisi instrumen penelitian yang dianggap kurang

4) Memvalidasi semua instrumen penelitian dengan tim validator ahli

5) Merevisi kembali instrumen penelitian yang dianggap kurang dan


divalidasi kembali oleh tim validator ahli kemudian siap diuji cobakan.

c. Tahap Pengembangan

Tahap penelitian pengembangan ini menggunakan model ADDIE dengan

tahapan-tahapan pengembangan sebagai berikut:

1) Tahap analisis meliputi analisis kebutuhan dimulai dengan

menganalisis karakteristik peserta didik, menganalisis kurikulum yang

berlaku dan menganalisis buku ajar yang berlaku di sekolah, dengan

menentukan subjek penelitian yaitu kelas XI IPA SMA Negeri 4 Wajo

2) Tahap desain, pada tahap ini peneliti menyusun format LKPD, desain

LKPD, instrumen penilaian LKPD fisika berbasis STEM yang sudah

divalidasi oleh pakar.

3) Tahap pengembangan, pada tahap ini dilakukan pengumpulan desain

isi LKPD, pengumpulan materi dan pembuatan sampul yang disusun

berdasarkan pendekatan STEM dan kemudian dilakukan validasi

bahan ajar fisika berbasis STEM oleh ahli kemudian dilakukan revisi

produk pengembangan sesuai arahan validator.

4) Tahap implementasi, pada tahap ini LKPD fisika berbasis STEM yang

telah divalidasi oleh ahli dan dinyatakan valid kemudian dilakukan uji

coba produk yang telah dikembangkan. Pada tahap uji coba terbatas

dilibatkan peserta didik dan guru untuk menganalisis respon terhadap

LKPD fisika berbasis STEM. Uji coba ini bertujuan untuk melihat

kualitas produk pengembangan.

5) Tahap evaluasi, pada tahap ini merupakan tahap akhir dimana LKPD
fisika berbasis STEM telah diujicoba dan dilakukan tes kemampuan

berpikir kreatif untuk melihat kemampuan berpikir kreatif peserta

didik setelah penggunaan LKPD fisika berbasis STEM serta LKPD

yang telah dikembangkan dapat diyatakan valid dan layak digunakan.

F. Teknik Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Analisis Data Validasi

Data berupa hasil validasi LKPD berbasis STEM, validasi angket

penilaian praktisi dan validasi tes kemampuan berpikir kreatif dianalisis dengan

mempertimbangkan masukan, komentar, dan saran-saran dari pakar. Hasil

analisis tersebut disajikan sebagai pedoman untuk merevisi perangkat

pembelajaran dan instrumen yang digunakan dalam penlitian. Kriteria yang

digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian memiliki derajat validitas yang memadai adalah nilai rata-rata

validitas untuk keseluruhan aspek minimal berada dalam kategori valid. Jika

tidak demikian, maka perlu proses revisi kembali berdasarkan saran dari pakar

atau dengan melihat kembali aspek yang dinilai kurang.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat relevansi oleh tiga

orang pakar digunakan koefisien validitas isi (Aiken’s V). Formula Aiken’s V

digunakan untuk menghitung koefisien validitas isi yang didasarkan pada hasil

penilaian dari masing-masing pakar terhadap suatu item dengan menggunakan

persamaan 3.1 (Azwar, 2012)



V= ( )
(3.1)

Keterangan : V = Indeks kesepakatan pakar mengenai validasi butir

s = r – Io = Selisih skor yang ditetapkan setiap pakar dengan skor

terendah dalam kategori yang dipakai

r = Skor tetapan rater

Io = Angka penilaian terendah

n = Banyaknya pakar

c = Angka penilai validasi yang tertinggi

Syarat uji Aiken, setelah dilakukan perhitungan jika V 0,4 maka indeks

kesepakatan pakar dikatakan valid

2. Analisis Data Penilaian Praktisi Terhadap LKPD Berbasis STEM

Data tentang penilain praktisi terhadap LKPD berbasis STEM yang

dinyatakan dalam lembar angket dianalisis menggunakan rumus menurut

Trianto (2010) sebagai berikut:



…. (3.2)

Keterangan:

PRS : Persentase banyaknya praktisi yang memberikan respon terhadap

kategori yang dinyatakan dalam insturmen

∑A : Total skor yang diperoleh setiap kategori yang dinyatakan dalam angket

∑B : Skor maksimum dari setiap kategori yang memberikan respon terhadap

angket

Menghitung persentase penilaian praktisi untuk setiap pernyataan dengan


kriteria yang ditentukan melalui prosedur penskalaan menghasilkan angka- angka

pada level pengukuran sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Skor Penilaian Praktisi

Interval Skor Kategori


Skor Terendah X ( ) Sangat Rendah
( ) X ( ) Rendah
( ) X ( ) Sedang
( ) X ( ) Tinggi
( ) X Skor tertinggi Sangat Tinggi
Sumber: (Arifin, 2017)

Keterangan :

rerata hipotetik :


deviasi standar hipotetik :

3. Analisis Efektivitas LKPD Berbasis STEM untuk Menigkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif

Keefektifan LKPD berbasis STEM diukur melalui tes kemampuan berpikir

kreatif. Pemberian skor tiap soal didasarkan pada pedoman penilaian. Setelah

diberi skor, skor tersebut dianalisis menggunakan persamaan 3.3 untuk

memperoleh nilai akhir dengan aturan sebagai berikut:

(3.3)

Setiap nilai yang diperoleh peserta didik akan dikelompokkan sesuai

dengan kriteria skor kemampuan berpikir kreatif pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik

Persentase Kriteria
80<X ≤100 Sangat Baik
60<X≤80 Baik
40<X≤60 Cukup
20<X≤40 Kurang
X≤20 Sangat Kurang
Sumber: (Ariani, Hartono, & Hiltrimartin, 2017)

Adapun keefektifan LKPD berbasis STEM dapat dilihat dari skor

kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah diuji cobakan LKPD berbasis

STEM. Apabila kemampuan berpikir kreatif peserta didik berada diatas nilai

KBM (75) pada mata pelajaran fisika, maka LKPD berbasis STEM yang telah

dikembangkan dapat dikatakan efektif dan layak untuk digunakan dalam proses

belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Almuharomah, F., Mayasari, T., & Kurniadi, E. (2019). Pengembangan Modul


Fisika STEM Terintegrasi Kearifan Lokal “Beduk” untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. 1Berkah Ilmiah Pendidikan
Fisika 7 (1), 1-10.

Ariani, S., Hartono, Y., & Hiltrimartin, C. (2017). Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematika Siswa pada Pembelajaran Matematika Menggunakan
Strategi Abduktif-Deduktif di SMA Negeri 1 Indralaya Utara. Jurnal
Elemen Vol 3 No. 1.

Arifin. (2017). Evaluasi Pembelajaran Edisi ke 10. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Arikunto. (2017). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi


Aksara.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Becker, K., & Park, K. (2011). “Effects of integrative approaches among science,
technology, engineering, and mathematics (STEM) subjects on students’
learning: A preliminary meta-analysis. Journal of STEM Education.

Branch, R. (2009). Instructional Design The ADDIE Approach. New York:


Springer.

Handoko, H. (2017). Pembentukan Keterampilan Berpikir Kreatif Pada


Pembelajaran Matematika Model Savi Berbasis Discovery Strategy Materi
Dimensi Tiga Kelas X. EduMA Vol 6 No.7, 85-95.

Irfana, S., Yulianti, D., & Wiyanto. (2019). Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik Berbasis Science, Technology, Engineering, and Mathematics untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik. UNNES
Physics Education Journal, 84-89.

Mukti, F., Connie, & Medriati, R. (2018). Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa SMA Sint Carolus Kota Bengkulu . Jurnal
Kumparan Fisika, 57-63.

Munandar, S. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi


Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Utama.
Nisa, L. H. (2017). Pengembangan LKPD Fisika dengan Strategi Pembelajaran
Induktif untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa MAN
Godean pada Materi Pokok Gerak Lurus. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Tinjauan Teori dan


Praktik). Jakarta: Kencana.

Ramizah, S., Adlim, & Mursal. (2015). Pengembangan STEM (Science,


Technology, Engineering, and Mathematics) Dalam Meningkatkan
Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa SMA Negeri 1 Beutong Pada Materi
Induksi Elektromagnetik. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia.

Santoso. (2012). Keterampilan Berpikir Kreatif Matematis dalam Pembelajaran.


Madiun: Universitas Widya Mandala.

Sariah. (2016). Panduan Pelaksanaan Sains, Teknologi, Kejuruteraan dan


Matematik (STEM) dalam Pengajaran dan Pembelajaran. Malaysia:
Kementerian Pendidikan Malaysia.

Setyawati, E. (2014). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan


Habits of Mind Matematis Melalui. Pembelajaran Berbasis Masalah.
Bandung: UPI Repository.

Sulistiyowati, A. (2019). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis


STEM (Science, Technology, Engineering, And Mathematics) Pada Materi
Getaran Harmonis Kelas X SMA/MA. Semarang: UIN Walisongo.

Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan


Bagaimana Dikembangkan Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu , Konsep, Strategi dan


Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai