Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BERBASIS LITERASI SAINS PADA MATERI BIOLOGI

KELAS X
(DEVELOPMENT OF THE SCIENTIFIC LITERACY ASSESSMENT ON BIOLOGY CONTENT GRADE 10)

Amilla Nita Pionova1, Zulyusri2, Irma Leilani2


1
Mahasiswa Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Padang
2
Dosen Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Padang
E-mail: amillanpionova@gmail.com

ABSTRACT
The research results showed that student’s achievement of scientific literacy in Indonesia especially
in West Sumatera were low. It is cased that the assessment instrument used in biology lessons in school
are not comply with all the scientific literacy aspects. This research aims to produce a scientific literacy
assessment on biology content Grade 10 which is valid and practical, support by reliability, distinguisher,
and level of difficulty. This research used the research development models by Plomp. The subject were
75 Grade 10 students of SMAN 1 Baso and SMAN 1 Ampek Angkek in Agam Regency. This research
produced a scientific literacy assessment on biology content Grade 10, those are logically valid (90.91%)
and empirically valid (0.33-0.77), practical in the use for teachers (81.76%) and for students (82.38%),
high reliability (0.75), poor distinguisher (43.13%), and middle difficulty (45.83%).

Key words : Assessment, scientific literacy, biology content Grade 10

ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukkan capaian literasi sains siswa Indonesia khususnya Sumatera Barat
tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena instrumen asesmen pembelajaran biologi di sekolah belum
memenuhi semua aspek literasi sains. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen asesmen
berbasis literasi sains pada materi biologi Kelas X yang valid dan praktis, didukung oleh reliabilitas tes,
daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Penelitian ini menggunakan model pengembangan Plomp.
Subjek penelitian adalah 45 orang siswa Kelas X SMAN 1 Baso dan 30 orang SMAN 1 Ampek Angkek
Kabupaten Agam. Penelitian ini menghasilkan instrumen asesmen berbasis literasi sains yang valid
secara logis (90.91%) dan valid secara empiris (0.33-0.77), praktis digunakan oleh guru (81.76%) dan
oleh siswa (82.38%), reliabilitas tinggi (0.75), daya pembeda soal jelek (43.13%), dan tingkat kesukaran
sedang (45.83%).

Kata kunci : Instrumen asesmen, literasi sains, materi biologi kelas X

1. PENDAHULUAN dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif


Pendidikan nasional Indonesia bertujuan mengembangkan potensi dirinya. Namun dalam
untuk mengembangkan potensi siswa agar pelaksanaannya di lapangan, masih dijumpai
menjadi manusia berkualitas, seperti yang berbagai masalah yang menghambat
termaktub dalam Undang-undang No. 20 Tahun terwujudnya tujuan pendidikan tersebut.
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Permasalahan pendidikan yang kerap terjadi
pendidikan merupakan usaha sadar dan tidak terlepas dari faktor rendahnya mutu
terencana untuk mewujudkan suasana belajar pendidikan di Indonesia.

1
Salah satu program yang digunakan untuk lingkungan, sehingga akan sangat membantu
mengukur mutu pendidikan dunia adalah PISA dalam mengasah literasi sains siswa.
(Programme International for Student Berdasarkan wawancara yang penulis
Assessment). PISA merupakan studi internasional lakukan pada tanggal 8 April 2017 dengan tiga
mengenai prestasi literasi membaca, matematika, orang guru biologi SMAN 1 Baso Kabupaten Agam,
dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun yang yakni dengan Ibu Dra. Yusniati, Ibu Dra.
diselenggarakan oleh OECD (Organization for Rostiviona dan Ibu Rabiatun Adawiyah, M.Pd.,
Economic Cooperation and Development). diperoleh informasi bahwa instrumen asesmen
Menurut OECD (2016: 1) sejak berpartisipasi biologi yang digunakan di sekolah saat ini belum
dalam PISA pada tahun 2000, pendidikan sains di sepenuhnya mengarah kepada soal-soal yang
Indonesia telah mengalami peningkatan. melibatkan kemampuan bernalar dan berpikir
Meskipun telah menunjukkan peningkatan, tingkat tinggi. Hasil wawancara ini didukung oleh
namun kemampuan literasi sains siswa Indonesia hasil analisis yang penulis lakukan bersama
masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan guru biologi di SMAN 1 Baso Kabupaten
kemampuan rata-rata literasi sains siswa Agam terhadap soal-soal ujian semester yang
internasional. dibuat oleh Tim MGMP Kabupaten Agam.
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi
Indonesia juga didukung oleh beberapa hasil tingkatan kognitif soal ujian semester untuk mata
penelitian yang dilakukan di salah satu provinsi di pelajaran biologi Kelas X SMA yang digunakan di
Indonesia, yakni Sumatera Barat. Penelitian oleh Kabupaten Agam masih didominasi oleh level C2
Anggraini (2014) di Kota Solok, Putra (2016) di (rendah) dan C3 (sedang). Padahal mengacu pada
Kota Padang, dan Yani (2017) di Kota Pariaman, PISA 2015 dalam OECD (2016: 39), distribusi soal
menunjukkan bahwa capaian literasi sains siswa literasi sains terbanyak seharusnya berada pada
tertinggi berada di bawah angka 50, dengan kata level kognitif tingkat tinggi (C4-C6). Hal ini
lain masih tergolong rendah atau kurang sekali. membuktikan bahwa tidak semua butir soal ujian
Penerapan literasi sains di sekolah salah semester yang digunakan oleh Kabupaten Agam
satunya dapat melalui mata pelajaran biologi, untuk Kelas X SMA dapat memenuhi kriteria
ditinjau baik dari segi materi, proses literasi sains, dimana soal-soal tersebut
pembelajaran, maupun dalam penilaian proses seharusnya dapat melayani kebutuhan siswa
hasil belajar siswa. Penilaian proses pembelajaran dalam menggunakan kemampuan bernalar dan
dapat dilakukan melalui pembuatan instrumen berpikir kritis dalam memecahkan soal-soal yang
asesmen atau berupa soal-soal berbasis literasi diujikan. Hal ini juga sejalan dengan analisis yang
sains. Menurut Yani (2017: 50), salah satu upaya penulis lakukan terhadap 80 butir soal ujian yang
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan digunakan di sekolah pada tahun pelajaran
kemampuan literasi sains siswa adalah 2016/2017. Hasil analisis membuktikan bahwa
membiasakan siswa berhadapan dengan soal-soal soal-soal ujian semester tahun pelajaran
berkarakteristik PISA. Ada beberapa materi 2016/2017 pada mata pelajaran biologi Kelas X
biologi di Kelas X yang sesuai dengan kriteria SMA yang digunakan di Kabupaten Agam sudah
pengembangan soal literasi sains, yaitu materi memuat ketiga aspek kompetensi literasi sains,
ruang lingkup biologi, keanekaragaman hayati, namun persentasenya masih sangat sedikit
ekosistem dan perubahan lingkungan. Materi- sehingga belum memenuhi kriteria kompetensi
materi tersebut sangat erat kaitannya dengan

2
literasi sains seperti yang ditetapkan oleh PISA Model pengembangan Plomp yang penulis
2015. gunakan dalam penelitian ini dilaksakan dalam
Berlandaskan dari permasalahan yang telah tiga tahapan, yaitu tahap investigasi awal
penulis kemukakan, maka perlu dilakukan (preliminary research phase), tahap
pengembangan instrumen asesmen yang pengembangan atau tahap pembuatan prototipe
memenuhi aspek-aspek literasi sains berdasarkan (development or prototyping phase), dan tahap
PISA untuk materi biologi. Berdasarkan penelitian penilaian (assessment phase). Pada tahap
yang dilakukan oleh Arbi (2015) dan Miswati investigasi awal dilakukan analisis kebutuhan
(2016), instrumen asesmen berbasis literasi sains melalui wawancara dengan guru dan siswa,
yang sebaiknya dikembangkan adalah memiliki analisis kurikulum menggunakan silabus
kriteria valid dan praktis, dengan didukung oleh Kurikulum 2013 revisi 2016, dan analisis
reliabilitas tes yang tinggi, daya beda yang baik, instrumen asesmen berbasis literasi sains yang
dan tingkat kesukaran soal yang bervariasi. Oleh akan dikembangkan.
sebab itu, penulis melakukan penelitian Pada tahap pengembangan dilakukan
mengenai “Pengembangan Instrumen Asesmen perancangan prototipe, kemudian dilanjutkan
Berbasis Literasi Sains pada Materi Biologi Kelas dengan evaluasi formatif terhadap prototipe.
X”. Tessmer (1993) dalam (Plomp, 2013: 116)
2. METODE PENELITIAN mengungkapkan bahwa evaluasi mempunyai
Jenis penelitian yang dilakukan adalah beberapa tahapan meliputi evaluasi diri sendiri
penelitian pengembangan (design research) (self evaluation) yang menghasilkan prototipe
dengan menggunakan model pengembangan revisi pertama, kajian ahli (expert review)
Plomp. Penelitian ini dilakukan di Fakultas menghasilkan prototipe revisi kedua, evaluasi
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) satu-satu (one to one evaluation) menghasilkan
Universitas Negeri Padang (UNP), SMAN 1 Baso protipe revisi ketiga, dan uji kelompok kecil (small
dan SMAN 1 Ampek Angkek di Kabupaten Agam. group) menghasilkan prototipe revisi keempat.
Produk yang dikembangkan adalah instrumen Pada tahap penilaian dilakukan uji praktikalitas
asesmen berbasis literasi sains pada materi dan analisis butir soal untuk mengetahui nilai
biologi Kelas X, yang terdiri atas materi ruang validitas empiris, reliabilitas tes, daya pembeda,
lingkup biologi, keanekaragaman hayati, dan tingkat kesukaran pada instrumen asesmen
ekosistem dan perubahan lingkungan. Produk ini yang dikembangkan.
divalidasi oleh dua orang dosen Jurusan Biologi Data penelitian untuk validitas logis dan
FMIPA UNP dan satu orang guru SMAN 1 Baso. praktikalitas instrumen asesmen yang
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas X dikembangkan dianalisis dengan menggunakan
SMAN 1 Baso sebanyak 45 orang dan siswa Kelas teknik analisis kualitatif dalam bentuk deskriptif,
X SMAN 1 Ampek Angek sebanyak 30 orang. dengan menggunakan angket validitas dan angket
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan praktikalitas. Data validitas empiris, reliabilitas tes,
data dalam penelitian ini berupa angket observasi daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen
guru, angket observasi siswa, lembar penilaian diri asesmen dianalisis menggunakan program
sendiri (self evaluation), angket evaluasi one to ANATES Pilihan Ganda versi 4.0.9 dan ANATES
one, serta angket validitas dan angket Uraian versi 4.0.5. Data ini diperoleh dari hasil
praktikalitas instrumen asesmen berbasis literasi analisis butir soal pada lembar jawaban yang
sains pada materi biologi Kelas X. telah diisi oleh siswa.

3
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN lingkungan. Dari keempat KD ini kemudian
3.1. Hasil Penelitian dilakukan perumusan indikator pembelajaran.
3.1.1. Tahap Investigasi Awal (Preliminary Analisis instrumen asesmen berbasis literasi
Research Phase) sains dilakukan dengan mengacu pada aspek-
Pada tahap ini penulis melakukan beberapa aspek literasi sains berdasarkan PISA 2015.
analisis yang meliputi analisis kebutuhan, analisis Analisis ini bertujuan untuk membuat perumusan
kurikulum, dan analisis instrumen asesmen soal berdasarkan penjabaran indikator yang
berbasis literasi sains. Analisis kebutuhan didapatkan saat melakukan analisis kurikulum.
dilakukan terhadap guru dan siswa menggunakan Perumusan soal dilakukan dengan
angket observasi guru dan angket observasi siswa. mempertimbangkan persentase pada tiap aspek
Berdasarkan hasil analisis angket observasi guru literasi sains yang dipersyaratkan oleh PISA.
dan pengadaan observasi lanjutan, diperoleh Berdasarkan hasil analisis instrumen asesmen
informasi bahwa pengembangan instrumen berbasis literasi sains yang dilakukan, maka
asesmen berbasis literasi sains pada materi berhasil dirumuskan sebanyak 78 rancangan soal
biologi penting untuk dilakukan. Hal ini sesuai yang telah memuat kriteria literasi sains
dengan tuntutan kurikulum yang digunakan di berdasarkan PISA. Hasil analisis ini selanjutnya
sekolah, dimana guru-guru diharuskan membuat digunakan untuk membuat rancangan kisi-kisi dan
instrumen evaluasi yang memuat soal-soal kerangka isi pada tahap pengembangan atau
dengan melibatkan kemampuan siswa untuk pembuatan prototipe.
berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi. 3.1.2. Tahap Pengembangan atau Pembuatan
Berdasarkan hasil analisis angket observasi yang Prototipe (Development or Prototyping
diisi oleh siswa, diperoleh informasi bahwa Phase)
pengembangan instrumen asesmen berbasis a) Tahap Perancangan Prototipe
literasi sains perlu diadakan untuk mengasahkan Perancangan instrumen asesmen berbasis
literate siswa terhadap sains dan penerapannya literasi sains pada materi biologi Kelas X dilakukan
dalam proses pembelajaran di sekolah serta dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office
dalam kehidupan sehari-hari. Word 2007 dan Kingsoft Writer 2013. Komponen-
Analisis kurikulum dilakukan agar instrumen komponen dalam instrumen asesmen ini meliputi
asesmen berbasis literasi sains yang dihasilkan kisi-kisi soal, perangkat soal, lembar jawaban dan
mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan kunci jawaban yang dilengkapi dengan pedoman
Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum yang penskoran. Perangkat soal terdiri dari sampul
berlaku. Kurikulum yang dijadikan acuan adalah (cover), halaman pembimbing dan validator,
Kurikulum 2013 revisi 2016. Berdasarkan analisis petunjuk pengerjaan soal, dan unit soal.
kurikulum dan indikator pembelajaran dalam b) Tahap Evaluasi Diri Sendiri (Self Evaluation)
silabus yang digunakan di sekolah, maka Pada tahap ini, penulis meninjau
perancangan instrumen asesmen berbasis literasi ketercapaian kriteria penilaian instrumen
sains difokuskan pada empat KD yang dipelajari asesmen yang telah dibuat menurut pandangan
penulis, dengan menggunakan Lembar Self
pada materi biologi Kelas X, yaitu KD 3.1
Evaluation. Berdasarkan hasil analisis akhir
mengenai ruang lingkup biologi, KD 3.2 mengenai evaluasi diri sendiri atau self evaluation ini, dapat
keanekaragaman hayati, KD 3.9 mengenai disimpulkan bahwa instrumen asesmen yang
ekosistem, dan KD 3.10 mengenai perubahan dikembangkan telah memenuhi setiap kriteria isi
dan konstruksi, kebahasaan, teknik dan penyajian.

4
Maka pada tahap ini telah selesai dilakukan revisi hasil evaluasi one to one ini dinamakan prototipe
yang menghasilkan prototipe revisi pertama. revisi ketiga.
c) Tahap Validitas (Expert Review) e) Tahap Evaluasi Small Group
Expert review dengan melibatkan validator Evaluasi tahap small group dilakukan
bertujuan untuk membuktikan bahwa instrumen terhadap duabelas orang siswa di SMAN 1 Baso
asesmen yang dikembangkan telah memenuhi dengan kemampuan akademik bervariasi dalam
kriteria valid dan sudah layak untuk diujikan populasi. Evaluasi pada tahap ini bertujuan untuk
kepada subjek penelitian. Setelah selesai mendapatkan penegasan dari evaluasi yang
melaksanakan berbagai revisi sesuai dengan dilaksanakan sebelumnya dengan menganalisis
saran-saran yang diberikan oleh validator, perolehan nilai siswa, serta menggunakan angket
selanjutnya dilakukan kegiatan validasi. Alat yang praktikalitas oleh siswa. Hasil uji praktikalitas
digunakan dalam kegiatan validasi ini adalah melalui evaluasi small group telah memenuhi
angket validitas. Hasil analisis validitas logis kriteria praktis (76.28%) dan sudah dapat
ditampilkan pada Tabel 1 berikut. diujicobakan ke populasi atau uji lapangan.
Tabel 1. Hasil Analisis Validitas Logis Instrumen Instrumen asesmen hasil evaluasi small group ini
Asesmen Berbasis Literasi Sains oleh dinamakan prototipe revisi keempat.
Validator. 3.1.3. Tahap Penilaian (Assessment Phase)
Nilai Validitas a) Praktikalitas Instrumen Asesmen Berbasis
No Aspek Kriteria
(%)
Literasi Sains
Syarat Isi Sangat
1 94.61 Praktikalitas instrumen asesmen
(Materi) Valid
Syarat Sangat dilakukan terhadap guru dan siswa. Praktikalitas
2 87.78 oleh guru melibatkan dua orang guru biologi
Konstruksi Valid
Syarat Sangat SMAN 1 Baso dan satu orang guru biologi SMAN 1
3 89.58 Ampek Angkek Kabupaten Agam. Data
Bahasa Valid
praktikalitas oleh guru diperoleh dengan
Syarat Sangat
4 91.67 menggunakan angket praktikalitas. Hasil analisis
Teknik Valid
praktikalitas oleh guru ditampilkan dalam Tabel 2
Total 363.64 Sangat
berikut.
Rata-rata 90.91 Valid
Tabel 2. Hasil Analisis Praktikalitas Instrumen
Instrumen asesmen yang telah memenuhi kriteria Asesmen Berbasis Literasi Sains oleh
valid ini disebut dengan prototipe revisi kedua. Guru
d) Tahap Evaluasi One to One Nilai Praktis
No Aspek Kriteria
Evaluasi one to one dilakukan dengan (%)
1 Petunjuk soal 79.17 Praktis
terlebih dahulu meminta tiga orang siswa yang
Kemudahan
memiliki kemampuan akademik pada tingkat 2 79.63 Praktis
penggunaan
tinggi, sedang, dan rendah di kelasnya Keefektifan Cukup
mengerjakan instrumen asesmen sesuai waktu 3 75.00
waktu praktis
yang disediakan, kemudian meminta respon dari Sangat
4 Pemeriksaan 91.67
tiga orang siswa tersebut menggunakan Angket praktis
Evaluasi One to One. Hal ini bertujuan untuk 5 Ekuivalensi 83.33 Praktis
mendapatkan respon dan perbaikan terhadap Total 408.80
Praktis
Rata-rata 81.76
instrumen asesmen yang dikembangkan dari
sudut pandang siswa dengan kemampuan Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2,
akademik yang bervariasi. Instrumen asesmen diketahui bahwa praktikalitas instrumen asesmen
berbasis literasi sains oleh guru adalah sebesar

5
81.76% dengan kriteria praktis. Hal ini dan 30 orang siswa SMAN 1 Ampek Angkek
menunjukkan bahwa instrumen asesmen berbasis Kabupaten Agam. Data hasil uji lapangan yang
literasi sains praktis digunakan oleh guru sebagai didapatkan dari kedua sekolah ini kemudian
alat evaluasi dalam proses pembelajaran biologi diperbandingkan. Hasil perbandingan analisis
khususnya pada materi ruang lingkup biologi, butir soal untuk tipe soal pilihan ganda, majemuk
keanekaragaman hayati, ekosistem dan dan uraian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
perubahan lingkungan. Tabel 4. Hasil Analisis Butir Soal Instrumen
Praktikalitas oleh siswa dilakukan dengan Asesmen Berbasis Literasi Sains
melibatkan 30 orang siswa Kelas X SMAN 1 Baso Menggunakan Program ANATES
dan 30 orang siswa kelas X SMAN 1 Ampek
Angkek Kabupaten Agam pada Tahun Pelajaran
2017/2018. Data praktikalitas oleh siswa
diperoleh dengan menggunakan angket
praktikalitas. Data hasil analisis praktikalitas oleh
siswa ditampilkan dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Analisis Praktikalitas Instrumen
Asesmen Berbasis Literasi Sains oleh
Siswa Kelas X SMAN 1 Baso dan SMAN 1
Ampek Angkek Kabupaten Agam
Nilai Praktis
No Aspek Kriteria
(%)
Sangat
1 Petunjuk soal 87.92
praktis
Kemudahan
2 80.76 Praktis
penggunaan
Keefektifan
3 78.75 Praktis
waktu
4 Ekuivalensi 82.09 Praktis
Total 329.52
Praktis
Rata-rata 82.38 3.2. Pembahasan
Berdasarkan data pada Tabel 3, diketahui Validitas instrumen asesmen berbasis literasi
bahwa nilai praktikalitas instrumen asesmen sains dilakukan oleh tiga orang validator.
berbasis literasi sains oleh siswa SMAN 1 Baso dan Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil
analisis validitas logis oleh validator, maka secara
SMAN 1 Ampek Angkek Kabupaten Agam adalah
umum instrumen asesmen berbasis literasi sains
sebesar 82.38% dengan kriteria praktis. Hal ini telah memenuhi kriteria sangat valid dengan nilai
menunjukkan bahwa instrumen asesmen berbasis rata-rata validitas adalah 90.91%. Hal ini sesuai
literasi sains telah praktis digunakan oleh siswa dengan kriteria penilaian validitas yang
dalam proses evaluasi pembelajaran. dimodifikasi dari Purwanto (2012: 103), bahwa
b) Analisis Butir Soal nilai validitas yang berkisar antara 86% hingga
100% merupakan validitas dengan kriteria sangat
Analisis butir soal bertujuan untuk
valid. Menurut Sudijono (2001: 163-164), suatu
mengetahui nilai validitas empiris, reliabilitas tes,
tes dikatakan telah memiliki validitas atau daya
daya pembeda, dan tingkat kesukaran pada
ketepatan ukur secara logis apabila setelah
instrumen asesmen yang dikembangkan. Data
dilakukan penganalisisan didapatkan hasil yang
untuk analisis butir soal diperoleh setelah
memang dengan tepat telah dapat mengukur apa
instrumen asesmen diujikan pada tahap field test
yang seharusnya diukur.
dengan melibatkan 30 orang siswa SMAN 1 Baso

6
Aspek-aspek yang diukur oleh validator maka gambar, grafik, atau tabel tersebut tidak
terhadap instrumen asesmen berbasis literasi berfungsi.
sains ini terdiri dari isi (materi), konstruksi, bahasa, Penilaian validitas logis dengan kriteria
dan teknik. Ditinjau dari aspek isi, instrumen sangat valid terhadap instrumen asesmen
asesmen ini memperoleh nilai validitas tertinggi berbasis literasi sains ini menandakan bahwa
yakni sebesar 94.61% dengan kriteria sangat valid. instrumen asesmen telah dapat digunakan
Hal ini menunjukkan bahwa instrumen asesmen sebagai salah satu alat evaluasi dalam proses
yang dikembangkan telah memenuhi aspek-aspek pembelajaran biologi di Kelas X. Namun, penilaian
literasi sains berdasarkan PISA 2015, yakni aspek ini harus mendapat penguatan terlebih dahulu,
konteks, kompetensi, pengetahuan dan sikap. dengan cara melakukan ujicoba atau evaluasi.
Pemenuhan aspek-aspek ini terlihat pada kisi-kisi Evaluasi dilakukan dengan cara uji satu-satu (one
instrumen asesmen berbasis literasi sains. to one) dan uji kelompok kecil (small group).
Aspek konstruksi instrumen asesmen Evaluasi one to one melibatkan tiga orang
berbasis literasi sains yang dinilai oleh validator siswa, yakni yang memiliki kemampuan akademik
memperoleh nilai 87.78% dengan kriteria sangat tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini bertujuan
valid. Hal ini membuktikan bahwa perumusan untuk mendapatkan respon terhadap instrumen
soal-soal dalam instrumen asesmen telah asesmen yang dikembangkan dari siswa dengan
sistematis, jelas, dan sesuai dengan rumusan kemampuan akademik bervariasi. Tiga orang
indikator dan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan siswa yang terlibat dalam evaluasi one to one ini
pendapat Sukardi (2011: 22) yang menyatakan diminta mengerjakan instrumen asesmen berbasis
bahwa, pokok soal harus dirumuskan dengan jelas literasi sains. Perolehan skor ketiga orang siswa
dan harus berkaitan dengan materi yang dianalisis untuk melihat capaian kompetensi
ditanyakan. Konstruksi soal juga sudah dilengkapi literasi sains masing-masingnya, yakni (I)
dengan petunjuk pengerjaan, wacana yang menjelaskan fenomena ilmiah, (II) mengevaluasi
bersifat kontekstual, dan kunci jawaban disertai dan merancang penyelidikan ilmiah, dan (III)
pedoman penskoran. menafsirkan data dan bukti ilmiah.
Aspek bahasa pada instrumen asesmen Berdasarkan analisis perolehan skor ketiga
berbasis literasi sains ini memperoleh nilai 89.58% orang siswa tersebut dinilai dari capaian
dengan kriteria sangat valid. Hal ini membuktikan kompetensi literasi sainsnya, diperoleh informasi
bahwa perumusan kalimat dalam instrumen
bahwa rata-rata siswa banyak menjawab benar
asesmen telah komunikatif, mudah dipahami,
menggunakan kata baku dengan EYD yang benar, adalah pada kompetensi mengevaluasi dan
rumusan soal tidak menimbulkan penafsiran merancang penyelidikan ilmiah, diikuti
ganda atau salah pengertian, dan tidak kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah, dan
mengandung kata-kata yang dapat menyinggung yang terakhir kompetensi menafsirkan data dan
perasaan. bukti ilmiah.
Aspek teknik pada instrumen asesmen Hasil analisis perolehan skor siswa dengan
berbasis literasi sains ini memperoleh nilai 91.67%
didukung respon yang diberikan oleh siswa pada
dengan kriteria sangat valid. Penilaian pada aspek
teknik ini terkait dengan penggunakan jenis dan Angket Evaluasi One to One digunakan sebagai
ukuran huruf pada soal, dan keberfungsian bahan pertimbangan revisi instrumen asesmen
gambar, grafik serta tabel yang termuat dalam berbasis literasi sains. Revisi dilakukan terhadap
soal. Hal ini sesuai dengan pendapat Surapranata perbaikan rancangan soal, penyesuaian
(2007: 187), bahwa gambar, grafik, atau tabel persentase aspek-aspek literasi sains berdasarkan
yang menyertai soal harus jelas, terbaca, dan PISA 2015, dan pengurangan jumlah soal agar
dapat dimengerti oleh siswa. Apabila soal
instrumen asesmen dapat diselesaikan sesuai
tersebut masih dapat dijawab tanpa melihat
gambar, grafik, atau tabel yang terdapat pada soal

7
dengan waktu ideal pengerjaannya, yaitu 120 praktis. Artinya, instrumen asesmen yang
menit. dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis
Evaluasi tahap small group dilakukan dan sudah dapat diujicobakan ke populasi atau uji
terhadap duabelas orang siswa dengan lapangan.
kemampuan akademik bervariasi dalam populasi, Praktikalitas instrumen asesmen dilakukan
yakni empat orang dengan tingkat akademik terhadap guru dan siswa. Berdasarkan hasil
tinggi, empat orang dengan tingkat akademik analisis praktikalitas oleh guru, didapatkan nilai
sedang dan empat orang lainnya dengan tingkat praktikalitas sebesar 81.76% dengan kriteria
akademik rendah. Evaluasi pada tahap ini praktis. Nilai praktikalitas ini merupakan nilai rata-
bertujuan untuk mendapatkan penegasan dari rata dari aspek petunjuk soal yang telah berfungsi
evaluasi yang dilaksanakan sebelumnya dengan dengan baik, kemudahan penggunaan instrumen
menganalisis perolehan skor siswa, serta untuk asesmen, keefektifan waktu pengerjaan
mengetahui praktikalitas instrumen asesmen instrumen asesmen, kemudahan pemeriksaan
pada populasi kecil dengan menggunakan angket jawaban, serta ekuivalensi atau kesetaraannya
praktikalitas oleh siswa. dengan tuntutan kurikulum yang diterapkan di
Berdasarkan hasil analisis perolehan skor sekolah. Persentase praktikalitas tertinggi
siswa terhadap kompetensi literasi sains pada tiap terdapat pada aspek pemeriksaan karena
butir soal dalam instrumen asesmen yang instrumen asesmen telah dilengkapi dengan kunci
dikembangkan, diperoleh informasi bahwa jawaban dan pedoman penskoran, sementara
perolehan skor tertinggi hanya mencapai 50%. praktikalitas terendah adalah pada aspek
PISA menetapkan nilai ketuntasan adalah 50% keefektifan waktu karena waktu yang disediakan
dari skor maksimum. Artinya, siswa dengan untuk mengerjakan instrumen asesmen dinilai
tingkat akademik tertinggi yang mengikuti kurang efektif mengingat jumlah soal yang banyak
evaluasi small group ini hanya dapat mencapai dan tingkat kesulitannya yang cukup tinggi.
kriteria ketuntasan minimum. Sementara itu, Namun secara keseluruhan, perolehan nilai rerata
siswa dengan tingkat akademik terendah praktis ini menunjukkan bahwa instrumen
memperoleh skor 18.75% dengan kriteria sangat asesmen berbasis literasi sains praktis digunakan
rendah. oleh guru sebagai alat evaluasi dalam proses
Perolehan skor rata-rata pada tahap ini jauh pembelajaran biologi khususnya karena dilengkapi
lebih rendah jika dibandingkan pada tahap oleh kunci jawaban dan pedoman penskoran.
evaluasi sebelumnya, yakni hanya mencapai Nilai praktikalitas instrumen asesmen
angka 35.21%. Rata-rata siswa banyak menjawab berbasis literasi sains oleh siswa SMAN 1 Baso dan
benar adalah pada kompetensi menjelaskan SMAN 1 Ampek Angkek Kabupaten Agam adalah
fenomena ilmiah, diikuti kompetensi mengevalua- sebesar 82.38% dengan kriteria praktis. Nilai
si dan merancang penyelidikan ilmiah, dan yang praktikalitas ini merupakan nilai rata-rata dari
terakhir kompetensi menafsirkan data dan bukti
aspek petunjuk soal yang telah berfungsi dengan
ilmiah. Rendahnya perolehan skor rata-rata pada
tahap evaluasi small group ini disebabkan oleh baik, kemudahan penggunaan instrumen asesmen,
faktor semakin beragamnya tingkat intelegensi keefektifan waktu pengerjaan instrumen asesmen,
dalam populasi. Dalam pengolahan data, ketika serta ekuivalensi atau kesetaraannya dengan
skor siswa tertinggi dibagi dengan skor siswa tuntutan kurikulum yang diterapkan di sekolah.
terendah, maka didapatkan perbedaan skor yang Praktikalitas dari aspek keefektifan waktu
cukup signifikan. memperoleh persentase terendah dengan kriteria
Hasil analisis praktikalitas instrumen
praktis. Penilaian ini menunjukkan kesetaraan
asesmen yang dilakukan pada populasi kecil
berjumlah 12 orang, memperoleh nilai rata-rata dengan praktikalitas oleh guru, dimana waktu
praktikalitas sebesar 76.28% dengan kriteria yang disediakan untuk pengerjaan instrumen
asesmen ini masih belum efektif. Ditinjau dari

8
aspek ekuivalensinya, sebagian besar siswa memahami pertanyaan dengan baik yang dapat
menyatakan bahwa soal-soal berbasis literasi memberikan jawaban dengan tepat. Sudijono
sains ini diperlukan oleh siswa sebagai salah satu (2001: 22) menyatakan bahwa, dengan
menggunakan tes uraian dapat dicegah
alat bantu dalam latihan mengerjakan soal-soal
kemungkinan timbulnya permainan spekulasi di
yang membutuhkan analisis tingkat tinggi. Hal ini kalangan siswa.
menunjukkan bahwa instrumen asesmen berbasis Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran
literasi sains telah praktis digunakan oleh siswa soal pilihan ganda, majemuk dan uraian yang
dalam proses evaluasi pembelajaran. dilakukan di dua sekolah di Kabupaten Agam,
Berdasarkan analisis butir soal terhadap diperoleh informasi bahwa rata-rata butir soal
validitas empiris dari instrumen asesmen yang dalam instrumen asesmen yang dikembangkan
telah diujikan di SMAN 1 Baso, diperoleh memiliki tingkat kesukaran sedang. Hal ini
sebanyak 19 soal valid dengan rata-rata terbukti dari perolehan persentase yang cukup
reliabilitas sebesar 0.68 (tinggi). Sementara hasil tinggi untuk kategori sedang, yaitu berkisar antara
uji di SMAN 1 Ampek Angkek diperoleh sebanyak 40-50%. Artinya, instrumen asesmen berbasis
26 soal valid dengan rata-rata reliabilitas 0.82 literasi sains ini tidak terlalu mudah dan tidak
(sangat tinggi). Tidak lanjut yang dilakukan terlalu sukar untuk dikerjakan. Sejalan dengan
terhadap hasil validitas instrumen asesmen secara pendapat Arikunto (2015: 207) yang menyatakan
empiris ini adalah mempertahankan sebanyak 44 bahwa, soal yang baik adalah soal yang tidak
soal dan sisanya sebanyak 16 soal dibuang. Soal terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
yang dipertahankan terdiri 8 soal tanpa revisi (3 terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
soal pilihan ganda, 5 soal majemuk dan uraian), mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya
dan 36 soal dengan revisi (22 soal pilihan ganda, soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa putus
14 soal majemuk dan uraian). Sementara soal asa dan tidak mempunyai semangat untuk
yang dibuang merupakan soal-soal dengan nilai mencoba lagi.
korelasi ≤0.20 dan kriteria validitas sangat rendah Hasil analisis tingkat kesukaran soal yang
di salah satu atau kedua sekolah. Menurut didapatkan tidak sejalan dengan perumusan kisi-
Arikunto (2015: 89), jika harga r terletak diantara kisi butir soal, dimana persentase tuntutan
0.00 sampai dengan 0.20, maka koefisien korelasi kognitif (tingkat kedalaman pengetahuan) untuk
ini diinterpretasikan memiliki reliabilitas sangat soal yang membutuhkan kemampuan berpikir
rendah atau sangat tidak reliabel.
tingkat tinggi adalah 51%, sementara tuntutan
Berdasarkan hasil analisis daya pembeda soal
pilihan ganda, majemuk dan uraian yang kemampuan berpikir sedang hanya 36%, dan
dilakukan di dua sekolah di Kabupaten Agam, rendah 13%. Ketidaksesuaian ini kemungkinan
diperoleh informasi bahwa daya pembeda butir disebabkan oleh pada pengerjaan beberapa soal
soal dengan kriteria jelek memiliki persentase yang seharusnya menuntut kemampuan berpikir
yang cukup tinggi terutama pada soal pilihan tingkat tinggi, ada beberapa orang siswa yang
ganda. Menurut Arikunto (2015: 232), butir soal
menurut kemampuan berpikirnya soal tersebut
ini jelek karena lebih banyak dijawab benar oleh
kelompok bawah dibandingkan dengan jawaban hanya membutuhkan tingkat kedalaman
benar dari kelompok atas. Ini berarti bahwa untuk pengetahuan sedang, sehingga persentase tingkat
menjawab soal dengan benar, dapat dilakukan kesukaran sedang menjadi meningkat.
dengan menebak. Sementara pada soal majemuk
dan uraian, daya pembedanya lebih baik karena
memiliki persentase yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan soal pilihan ganda. Hal ini
disebabkan karena untuk soal majemuk atau
uraian, hanya siswa yang memiliki kemampuan

9
4. PENUTUP Miswati. (2016). “Pengembangan Soal Biologi
4.1. Kesimpulan Berbasis Literasi Sains untuk Siswa SMA
Penelitian pengembangan instrumen Kelas X Semester I”. Tesis tidak diterbitkan.
asesmen berbasis literasi sains pada materi Padang: Universitas Negeri Padang.
biologi Kelas X ini telah menghasilkan seperangkat
OECD. 2016. PISA 2015: Draft Science Framework.
soal biologi berbasis literasi yang valid secara logis
https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/
dan empiris, praktis digunakan oleh guru dan Draft%20PISA%202015%20Science%20Fra
siswa, didukung oleh reliabilitas tes yang tinggi, mework%20.pdf (diakses 9 Maret 2017).
daya pembeda dengan persentase tertinggi
berada pada kategori jelek, serta tingkat Plomp, Tjeerd and Nienkee Nieveen. 2013.
kesukaran soal dengan persentase tertinggi Educational Design Research. Enscede:
University of Twenty.
berada pada kategori sedang. Instrumen asesmen
yang dihasilkan memiliki format soal dan aspek-
Purwanto, M. Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan
aspek literasi sains yang sesuai dengan PISA 2015. Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT.
Soal-soal dalam instrumen asesmen ini mencakup Remaja Rosdakarya.
materi ruang lingkup biologi, keanekaragaman
hayati, ekosistem, dan perubahan lingkungan. Putra, Hadi Hamzah. (2016). “Analisis Kemampuan
4.2. Saran Literasi Sains SMP Kelas VIII Kurikulum
Perlu dilakukan penelitian pengembangan 2013 di Kota Padang”. Skripsi tidak
diterbitkan. Padang: Universitas Negeri
instrumen asesmen berbasis literasi sains lebih
Padang.
lanjut di lokasi berbeda di Sumatera Barat dengan
cakupan materi biologi yang lebih luas, dan Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi
diharapkan instrumen asesmen yang dihasilkan Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
dapat dimanfaatkan sebagai alat evaluasi Persada.
pembelajaran biologi di sekolah untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Yani, Neli Handa. (2017). “Analisis Kemampuan
Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri
yang Berakreditasi A di Kota Pariaman”.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi tidak diterbitkan. Padang:
Universitas Negeri Padang.
Anggraini, Gustia. 2014. Analisis Kemampuan
Literasi Sains dan Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi (HOTS - Higher Order
Thinking Skill) Siswa SMAN Kelas X di Kota
Solok pada Konten Biologi. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar Evaluasi


Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.

Arbi, Yulisa. (2015). “Pengembangan Asesmen


Literasi Sais Untuk Siswa Kelas VII SMP”.
Skripsi tidak diterbitkan. Padang:
Universitas Negeri Padang.

10

Anda mungkin juga menyukai