Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN: 2549-5070

p-ISSN: 2549-8231

Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang


Volume 4, No. 1, 2020, pp. 11-21
https://doi.org/10.31331/medivesveteran.v4i1.941

Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah


Matematika Model PISA

Prahesti Tirta Safitri1, Eprilita Yasintasari2, Santi Adhitama Putri3*, Uswatun Hasanah4
1,2,3,4
Universitas Muhammadiyah Tangerang
* santiadhitama3399@gmail.com

Diterima: September 2019. Disetujui: Desember 2019. Dipublikasikan: Januari 2020

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi karena pentingnya kemampuan metakognisi sebagai salah satu
syarat penguasaan pemecahan masalah yang belum banyak mendapat perhatian dan
pengevaluasian oleh guru. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan metakognisi siswa kelas VIIA dalam memecahkan masalah matematika model
PISA. Dalam pemecahan masalah pada soal model PISA terdapat aspek-aspek yang meliputi
Planning, Monitoring, dan Evaluation. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian
dilakukan di MTS Al-Kamil pada siswa kelas VIIA semester genap tahun ajaran 2018/2019.
Subjek pada penelitian ini adalah 3 siswa kelas VIIA yang telah dipilih secara purposive
sampling yaitu 1 siswa dengan metakognisi sangat baik, 1 siswa dengan metakognisi baik,
dan 1 siswa dengan metakognisi tidak baik. Teknik pengumpulan data menggunakan tes
berupa soal model PISA, dan angket metakognisi yang telah diuji dengan menggunakan uji
kredibilitas data. Hasil penelitian diperoleh bahwa siswa dengan metakognisi sangat baik dan
siswa dengan metakognisi baik dalam menyelesaikan masalah soal model PISA tergolong
sedang karena siswa belum dapat memaksimalkan aspek-aspek metakognisi, sedangkan
siswa dengan metakognisi tidak baik dalam menyelesaikan soal PISA tergolong rendah
karena hampir semua aspek-aspek metakognisi tidak diperhatikan dengan baik.
Kata kunci: kemampuan metakognisi, pemecahan masalah, soal model PISA.

ABSTRACT

This research is motivated by the importance of metacognition abilities as one of the mastery
requirements for problem solving that has not received much attention and evaluation by the
teacher. International Student Assessment (PISA) is a system for measuring student’s ability
in problem solving. The research aimed to determine the metacognition ability of class VIIA
students in solving mathematical problems in the PISA model which include aspects of
Planning, Monitoring, and Evaluation. This qualitative research was conducted in VII class
of MTS Al-Kamil 2018/2019. The subjects in this study were 3 students of class VIIA who
were selected by purposive sampling, namely 1 student with very good metacognition, 1
student with good metacognition, and 1 student with poor metacognition. Data collection
techniques using tests in the form of PISA model questions, and metacognition
questionnaires. The results showed that students with very good metacognition and students
with good metacognition in solving problems with the PISA model were classified as
moderate because students had not been able to maximize the aspects of metacognition
abilities, however students with poor metacognition in completing PISA questions are
classified as low because almost all aspects of metacognition are not considered well.
Keywords: metacognition ability, problem solving, PISA model problems.

How to Cite: Safitri, P. T., Yasintasari, E., Putri, S. A., & Hasanah, U. (2020). Analisis Kemampuan
Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Model PISA. Journal of Medives: Journal of
Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 4(1), 11-21.
12 | Prahesti Tirta S., Eprilita Y., Santi A. P., Uswatun H. - Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa dalam Memecahkan ....

PENDAHULUAN pedoman dalam menentukan sejauh


Pendidikan merupakan media mana tingkat kemampuan siswa
yang sangat berperan penting untuk Indonesia dengan siswa di negara lain.
menciptakan manusia berkualitas dan Salah satu tes internasional yang diikuti
berpotensi. Pendidikan juga salah satu oleh Indonesia adalah Program for
kebutuhan setiap individu di dunia yang International Student Assesment (PISA).
tidak dapat dipisahkan dari manusia. Keterlibatan Indonesia dalam Program
Melalui pendidikan, manusia mampu for International Student Assesment
untuk lebih maju dan menyesuaikan diri (PISA) adalah dalam upaya melihat
terhadap perubahan yang terjadi di sejauh mana program pendidikan di
sekitarnya. Melalui pendidikan akan negara kita berkembang jika dibanding
terjadi proses pendewasaan diri sehingga dengan negara lain. Melalui program itu
di dalam proses pengambilan keputusan pula, Indonesia dapat belajar dan
terhadap suatu masalah yang dihadapi memperbaiki sistem Pendidikan dengan
selalu disertai dengan rasa tanggung acuan negara lain yang memiliki
jawab yang besar. Proses tersebut peringkat lebih tinggi.
terdapat di dalam pembelajaran matema- Lebih lanjut, Program for
tika pada setiap jenjang Pendidikan International Student Assesment (PISA)
(Rusffendi, 2006). adalah studi internasional tentang
Matematika adalah ilmu penge- prestasi literasi membaca matematika
tahuan alam yang memerlukan proses dan sains. Laporan hasil akhir PISA pada
berpikir untuk mengontrol apa yang tahun 2015 diketahui siswa Indonesia
dipikirkan dan apa yang dikerjakan. berada di peringkat 67 dari 75 negara
Proses pengontrolan ini berkaitan yang berpatisipasi. Indonesia measih
dengan kemampuan metakognisi. berada negara Singapore, Jepang. Dan
Menurut (Desmita, 2014) metakognisi China Taipei yang berasal dari Asia.
adalah pengetahuan dan kesadaran Rata-rata literasi matematika yang
tentang suatu proses kognisi atau ditentukan oleh OECD yaitu 490,
pengetahuan tentang pikiran dan cara sedangkan skor yang di dapat Indonesia
kerjanya. Metakognisi merupakan cara hanya 368. Melalui hasil tersebut
berpikir yang melibatkan komponen- diketahui Indonesia paling lemah dalam
komponen perencanaan (function plan- proses merumuskan masalah (OECD,
ning), pengontrol (self-monitoring), dan 2019). Maka dari itu, diperlukan
evaluasi (self-evaluation) (Desmita, kemampuan matematika lebih baik
2014). Kemampuan siswa dalam bidang dalam menyelesaikan soal atau masalah
matematika perlu untuk terus ditingkat- yang diberikan. Fokus dari PISA itu
kan. Diperlukan suatu evaluasi untuk sendiri adalah menekankan pada
terus memperbaiki sistem pendidikan keterampilan kompetensi siswa yang
yang ada di Indonesia. Evaluasi diperoleh dari sekolah yang dapat
dilakukan baik dengan skala nasional digunakan dalam kehidupan sehari-hari
maupun internasional. Berbagai jenis tes dan dalam berbagai situasi.
diselenggarakan untuk dijadikan sebagai
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 4, No. 1, 2020, pp. 11-21 | 13

Berdasarkan pernyataan sebelum- Buron (Chrobak, 1999) bahwa meta-


nya, diperlukan suatu proses berpikir kognisi memiliki empat karakteristik
secara sadar dalam menyelesaikan yaitu: (1) mengetahui tujuan yang ingin
masalah. Kesadaran berpikir tersebut dicapai melalui proses berpikir secara
dikenal dengan nama metakognisi. sungguh-sungguh, (2) pemilihan strategi
Menurut (Amri, 2010) metakognisi untuk mencapai tujuan, (3) mengamati
adalah kesadaran berpikir tentang apa proses pengembangan, pengetahuan diri
yang diketahui dan apa yang tidak sendiri untuk melihat apakah strategi
diketahui. Dalam konteks pembelajaran, yang dipilih sudah tepat, (4) meng-
siswa mengetahui bagaimanan untuk evaluasi hasil apakah tujuan telah
belajar, mengetahui kemampuan modali- tercapai.
tas belajar yang dimiliki, dan Kemampuan metakognisi dapat
mengetahui strategi belajar terbaik untuk membantu siswa membuat keputusan
belajar efektif. yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan
Menurut (Paidi, 2019), metakogni- mempertimbangkan dari berbagai sudut
si merupakan salah satu penggabungaan pandang. Menurut (Fauzi, 2019) meng-
dari tingkatan domain kognitif seseorang ungkapkan kemampuan metakognisi
dan merupakan salah satu tipe memiliki peran yang strategis untuk
pengetahuan yang harus dimiliki oleh memecahkan masalah-masalah dalam
seseorang. Dengan demikian perlu pembelajaran matematika.
diungkap melalui tes atau tugas berupa Dengan alasan tersebut kemampu-
pemecahan masalah. Memecahkan an metakognisi dipandang perlu oleh
masalah merupakan salah satu bentuk siswa SMP kelas VII dalam proses
berpikir kritis. Kemampuan untuk pemecahan masalah. Jika kemampuan
melakukan pemecahan masalah bukan tersebut kurang dimiliki oleh siswa,
saja terkait dengan ketetapan solusi yang mengakibatkan siswa pada kebiasaan
diperoleh, melainkan kemampuan yang melakukan berbagai kegiatan tanpa
ditunjukan sejak mengenali masalah, mengetahui tujuan dan alasan melaku-
menemukan alternatif-alternatif solusi, kannya. Penelitian ini bertujuan untuk
memilih salah satu alternatif sebagai mengetahui kemampuan metakognisi
solusi, serta mengevaluasi jawab yang siswa kelas VII dalam memecahkan
telah diperoleh (Paidi, 2019). masalah matematika. Soal pemecahan
Menurut (Polya, 2004) tahap masalah yang dirasa cocok untuk melihat
pemecahan masalah meliputi: (1) mema- kemampuan metakognisi siswa adalah
hami masalah, (2) membuat rencana soal pemecahan masalah model PISA,
penyelesian, (3) melaksanakan rencana, dengan begitu hasil penelitian ini
(4) melihat kembali. Dalam pemecahan diharapkan dapat dijadikan sebagai
masalah menurut Polya telah menjadi bahan evaluasi bagi para guru dalam
dasar pengembangan strategi metakogni- meningkatkan kemampuan metakognisi
si. Bagi pelaksanaannya, aktivitas dan siswa pada proses pembelajaran
keterampilan tersebut dapat dicirikan terutama membantu siswa untuk
oleh karakteristik yang diungkapkan mengembangkan pengetahuan dalam
memecahkan masalah. Maka dari itu C diminum 1 kali sehari pada waktu siang hari setelah
penulis tertarik mengungkap kemampu- makan. Jika mengikuti resep dokter, pasien tersebut
diperkirakan akan sembuh ketika sudah menghabis-
an metakognisi siswa kelas VII SMP kan 100 obat B (dengan ketentuan obat A dan C juga
dengan judul penelitian “Analisis mengikuti sesuai aturan). Harga obat A = Rp
Kemampuan Metakognisi Siswa Dalam 50.000,00 per butir, obat B = Rp 100.000,00 per butir,
Memecahkan Masalah Matematika dan obat C = Rp 200.000,00 per butir. Berdasarkan
resep dokter tentukan:
Model PISA”.
1. Setelah berapa hari pasien sembuh?
2. Berapa banyak obat A dan C yang harus diminum
METODE PENELITIAN pasien?
Jenis penelitian ini adalah 3. Berapakah biaya yang dikeluarkan pasien untuk
penelitian dengan pendekatan kualitatif membeli obat yang diresepkan oleh dokter?
4. Perhatikan gambar berikut!
dengan metode deskriptif yaitu ucapan
atau tulisan dan perilaku yang dapat
diamati oleh subjek itu sendiri (Sugiono,
2018). Prosedur penelitian meliputi
empat tahap di antaranya tahap persiap-
an, pelaksanaan, analisis data, dan
Daerah yang diarsir dibentuk oleh himpunan ....
pembuatan laporan.
(jawaban boleh lebih dari satu)
Penelitian ini dilaksanakan di MTS
Al-Kamil Kabupaten Tangerang pada (Untuk Soal Nomor 5-8)
semester genap tahun ajaran 2018/2019.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII
A di MTS Al-Kamil. Instrumen peneliti-
an yang digunakan terdiri dari dokumen-
tasi, tes model PISA untuk penyelesaian
masalah dan angket metakognisi yang
diadopsi dari Schraw dan Dennison
(1994) dengan menggunakan alat
metakognisi berupa Metacognitive
Awareness Inventory (MAI).
Berikut adalah soal PISA yang
dijadikan intrumen penelitian.
Perhatikan denah berikut!
(Untuk Nomor 1-3)
Seorang pasien mengikuti program pengobatan
seorang dokter untuk menyembuhkan suatu penyakit
kronis. Dokter tersebut menuliskan resep sebagai
berikut. Obat A diminum 3 kali sehari pada waktu pagi,
siang dan malam setelah makan. Setiap setelah Denah tersebut menunjukkan jalur angkutan umum
meminum obat selama 3 hari berturut-turut, pasien dalam suatu kota. Nyatakan rute berikut dalam bentuk
harus beristirahat dan tidak meminum obat A selama aljabar.
1 hari. Kemudian melanjutkan meminum kembali 5. 1 – 2 – 3 – 4
dengan pola yang sama. Obat B diminum 2 kali sehari 6. 1 – 6 – 5 – 4
pada waktu pagi hari dan malam setelah makan, obat 7. Apakah kedua rute tersebut sama? Jelaskan!
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 4, No. 1, 2020, pp. 11-21 | 15

8. Carilah dan ceritakan contoh nyata dalam Tabel 1. Kriteria Kemampuan Metakognisi
kehidupan sehari-hari yang serupa dengan Sangat Pengetahuan deklaratif, prosedural,
masalah tersebut! baik dan kondisional sangat baik.
9. (Suhu celcius dapat ditentukan dengan mengon- Keterampilan merencanakan,
versi suhu Fahrenheit. Kalian bisa menggunakan memantau, dan evaluasi sangat baik
Baik Pengetahuan deklaratif dan
rumus berikut
procedural sangat baik tetapi
= ( − ) kondisional baik. Keterampilan
merencanakan dan evaluasi sangat
untuk mengkonversi suhu dari Celcius ke baik tetapi memantau baik
Fahrenheit dan sebaliknya.) Tidak Pengetahuan deklaratif baik tetapi
Pada Desember 2014, suhu rata-rata di Provinsi baik procedural dan kondisional tidak
NTT adalah 30 C. Bagaimana cara kalian baik. Keterampilan perencanaan baik
mengubahnya menjadi derajat Fahrenheit. tetapi keterampilan memantau dan
evaluasi tidak baik
Jelaskan jawaban kalian!

Tabel 2. Interval Tingkat Komponen


Sangat Tidak
Baik
Subjek penelitian ini adalah siswa Baik Baik
(B)
satu kelas yang terdiri atas 1 siswa (SB) (TB)
Pengetahuan
dengan kemampuan pemecahan masalah 6-8 3-5 0-2
deklaratif (PD)
model PISA yang tinggi, 1 siswa dengan Pengetahuan
5-6 2-4 0-1
kemampuan pemecahan masalah model procedural (PP)
Pengetahuan
PISA yang sedang, dan 1 siswa dengan 4-5 2-3 0-1
kondisional (PK)
tingkat kemampuan pemecahan masalah Keterampilan
merencanakan 6-7 2-5 0-1
model PISA yang rendah. Teknik (KR)
pengambilan sampel dalam penelitian ini Keterampilan
6-7 2-5 0-1
menggunakan purposive sampling yaitu memantau (KM)
Keterampilan
pengambilan dengan mencari subjek 4-5 2-3 0-1
evaluasi (KE)
yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Adapun kriteria tersebut Langkah-langkah dalam penelitian
sebagai berikut: (1) siswa kelas VII ini adalah sebagai berikut.
semester genap, (2) siswa dengan 1. Memberikan angket metakognisi
metakognisi sangat baik, baik, dan tidak kepada siswa yang berisi 38
baik, dan (3) dapat memecahkan masalah pertanyaan.
dalam soal model PISA yang telah 2. Melakukan observasi dengan menge-
disediakan peneliti. lompokan siswa dengan kriteria
Dalam kemampuan metakognisi metakognisi siswa sangat baik, baik,
terdapat pengetahuan deklaratif, penge- dan tidak baik berdasarkan nilai dari
tahuan prosedural, pengetahuan kondi- hasil pekerjaan siswa.
sional, keterampilan merencanakan, 3. Pengambilan sampel sebagai penen-
keterampilan memantau, dan keteram- tuan subjek penelitian.
pilan evaluasi. Tabel 2 menyajikan 4. Pemberian soal pemecahan masalah
interval penilaian dari setiap komponen model PISA
kemampuan metakognisi. 5. Memberikan skor pada terhadap
penyelesaian masalah soal model
PISA kepada setiap subjek berdasar- metakognisi baik, dan metakognisi tidak
kan indikator-indikator tertentu baik. Selanjutnya pada penelitian ini,
6. Melakukan wawancara peneliti memberikan soal pemecahan
7. Menganalisis karakteristik kemampu- masalah model PISA dan melakukan
an metakognisi siswa dalam menye- wawancara kepada kelompok siswa
lesaikan soal model PISA siswa yang terpilih sebagai subjek.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4. Hasil Pengerjaan


Kode Lembar Jawaban Soal PISA
Peneliti menganalisis kemampuan
S1
metakognitif berdasarkan jawaban dari
siswa yang dijadikan subjek. Arkham
(2014) mengemukakan peraturan kog-
nisi mengaju pada kegiatan metakognitif
yang membantu mengontrol pemikiran
seseorang atau belajar. Tabel 3 adalah
data angket kemampuan metakognisi
siswa kelas VIIA dengan jumlah siswa
15 siswa.

Tabel 3. Data metakognisi siswa kelas VIIA


Kode PD PP PK KR KM KE KET
S1 SB SB SB SB SB SB SB
S2 SB SB B SB B SB B
S3 SB SB B SB B SB B
S4 SB SB B B SB SB B
S5 SB SB B SB B SB B
S6 B TB TB B TB TB TB
S7 B SB SB SB SB SB SB
S8 SB SB B SB B SB B S5
S9 B TB TB B TB TB TB
S10 SB SB B SB B SB B
S11 SB SB B SB B SB B
S12 SB SB SB SB SB SB SB
S13 SB SB B SB B SB SB
S14 B TB TB B TB TB TB
S15 SB SB B SB B SB B

Tabel 3 menunjukan kemampuan


metakognitif siswa kelas VIIA melalui
angket yang diberikan maka, didapatkan
sebanyak 3 anak memiliki kemampuan
metakognisi yang sangat baik, 9 siswa
memiliki kemampuan metakognisi yang
baik, dan 3 siswa memiliki kemampuan
metakognisi tidak baik. Peneliti memilih
satu dari setiap kelompok metakognisi
yaitu satu siswa yang memiliki
metakognisi sangat baik, satu kelompok
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 4, No. 1, 2020, pp. 11-21 | 17

Kode Lembar Jawaban Soal PISA Kode Angket Metakognisi


S9 S5

Berdasarkan Tabel 4 dan 5,


peneliti dapat menjabarkan setiap
S9
jawaban siswa dalam aspek-aspek
kemampuan metakognisi, yaitu:
planning, monitoring, dan evaluation.
Berikutnya pada Tabel 6 disajikan
analisis data kemampuan metakognisi
berdasarkan hasil tes.

Tabel 4. Hasil Angket Metakognisi


Kode Angket Metakognisi
S1

Pada Tabel 6, peneliti meng-


identifikasi setiap tahap penyelesaian
berdasarkan indikator kemampuan
metakognisi siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Analisis Data memikirkan untuk mencari berapa
Kemampuan dalam Memecahkan Masalah Siswa strategi yang tepat dalam menyelesaikan
Kode PR PM E
soal, (3) siswa kesulitan dalam memikir-
S1 KM KM KM kan konsep matematika yang dapat
Memahami
Masalah membantunya dalam menyelesaikan
S5 KM KM KM
suatu permasalahan pada soal, (4) siswa
S9 TM TM TM kesulitan dalam merencanakan waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan
Merencanakan

S1 KM KM KM
Penyelesaian

soal, siswa tidak memperdulikan durasi


S5 KM KM KM yang diberikan.
Pada tahap memahami masalah
S9 KM TM KM dengan indikator pemantauan, Subjek S1
dan S5 kurang mampu melakukan
S1 KM M M
Melaksanakan

Penyelesaian

pemantauan cara yang dilakukan dalam


Rencana

S5 M M TM merencanakan suatu penyelesaian. Ter-


lihat dari banyaknya indikator yang tidak
S9 TM TM TM
terpenuhi. Sedangkan Subjek S9 tidak
S1 M M KM melakukan pemantauan.
Memeriksa

Pada tahap memahami masalah


Kembali

S5 M M KM dengna indikator evaluasi, Subjek S1


dan S5 kurang mengevaluasi cara yang
S9 M M KM
digunakan dalam memahami masalah
Keterangan: tersebut. Sedangkan Subjek S9 tidak
M = Melaksanakan
KM = Kurang Melaksanakan
melakukan evaluasi.
TM = Tidak Melaksanakan Pada tahap merencanakan penye-
PR = Perencanaan lesaian dengan indikator perencanaan,
PM = Pemantauan Subjek S1, S5, dan S9 kurang mampu
E = Evaluasi merencanakan pemahaman suatu masa-
lah. Hal yang menyebabkan siswa tidak
Pada tahap memahami masalah memenuhi indikator, di antaranya: (1)
dengan indikator perencanan, Subjek S1 siswa kesulitan dalam memikirkan
kurang mampu merencanakan penye- hubungan antara yang diketahui dengan
lesaian, Subjek S5 kurang mampu yang ditanyakan, terlihat dari penyele-
merencanakan penyelesaian, dan Subjek saian jawaban yang diselesaikan, (2)
S9 tidak melaksanakan perencanaan siswa kesulitan dalam memikirkan untuk
penyelesaian. Hal yang menyebabkan mencari berapa strategi yang tepat dalam
siswa tidak memenuhi indikator, di menyelesaikan soal, (3) siswa kesulitan
antaranya: (1) siswa kesulitan dalam dalam memikirkan konsep matematika
memikirkan hubungan antara yang yang dapat membantunya dalam menye-
diketahui dengan yang ditanyakan, lesaikan suatu permasalahan pada soal,
terlihat dari penyelesaian jawaban yang (4) siswa kesulitan dalam merencanakan
diselesaikan, (2) siswa kesulitan dalam waktu yang digunakan untuk menyele-
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 4, No. 1, 2020, pp. 11-21 | 19

saikan soal, siswa tidak memperdulikan berbeda dalam permasalahan yang telah
durasi yang diberikan. diselesaikan dan subjek yakin bahwa
Pada tahap merencanakan penye- strategi yang digunakan merupakan
lesaian dengan indikator pemantauan, strategi yang efektif. Sedangkan Subjek
Subjek S1 dan S5 kurang melakukan S5 dan S9 tidak melakukan evaluasi.
pemantauan cara yang dilakukan dalam Pada tahap memeriksa kembali
pemahaman suatu penyelesaian. Terlihat dengan indikator perencanaan, Subjek
dari banyaknya indikator yang tidak S1, S5, dan S9 merencanakan untuk
terpenuhi. Subjek S9 tidak melakukan memeriksa kembali setiap langkah yang
pemantauan. dilakukan.
Pada tahap merencanakan penye- Pada tahap memeriksa kembali
lesaian dengan indikator evaluasi, dengan indikator pemantauan, sama
Subjek S1, S5, dan S9 kurang melakukan halnya dengan perencanaan, Subjek S1,
evaluasi cara yang seharusnya diguna- S5, dan S9 memeriksa kembali ketepatan
kan dalam memahami masalah. jawaban sesuai dengan yang ditanyakan.
Pada tahap melaksanakan rencana Pada tahap memeriksa kembali
penyelesaian dengan indikator peren- dengan indikator evaluasi, Subjek S1,
canaan, Subjek S1 kurang mampu dalam S5, dan S9 kurang mampu memeriksa
merencanakan. Antara lain, kesulitan langkah penyelesaian kembali, terlihat
dalam memikirkan hubungan yang dalam penyelesaian suatu permasalahan.
diketahui dan ditanyakan serta tidak Jika subjek telah menyelesaikan satu
memikirkan untuk mencari strategi yang permasalahan subjek akan berlanjut
berbeda dalam penyelesaian masalah. mengerjakan soal yang lain tanpa
Subjek S5 lebih mampu merencanakan mengevaluasi kembali penyelesaian
dibanding subjek S1. Namun Subjek S9 yang dikerjakan.
tidak melakukan perencanaan. Kemampuan metakognisi dalam
Pada tahap melaksanakan rencana memecahkan masalah pada subjek S1
penyelesaian dengan indikator peman- terlihat paling baik diantara S5 dan S9.
tauan, Subjek S1 dan S5 melakukan Perbedaan pada S1 dan S5 tidak begitu
pemantauan setiap langkah dalam yang signifikan diantara keduanya. Beda
dilakukan. Namun subjek tidak meman- halnya dengan S9, memiliki perbedaan
tau pilihan strategi yang berbeda dalam yang cukup signifikan dengan S1 dan S5.
permaslahan yang diberikan. Sedangkan Secara keseluruhan, rata-rata siswa
Subjek S9 tidak melakukan pemantauan. kurang melakukan evaluasi pada setiap
Pada tahap melaksanakan rencana tapahan dalam memecahkan masalah.
penyelesaian dengan indikator evaluasi, Berdasarkan data di atas, dapat
Subjek S1 mengevaluasi cara yang dilihat bahwa siswa yang memiliki
digunakan dalam memahami masalah kemampuan metakognisi dengan
dengan memutuskan jawaban yang kategori sangat baik dan baik mampu
dipilih subjek adalah jawaban yang menyelesaikan pemecahan masalah
tepat. Namun subjek belum mampu lebih baik dibandingkan dengan siswa
memutuskan bahwa ada startegi yang yang memiliki kemampuan metakognisi
tidak baik. Dengan demikian terlihat kan rencana penyelesaian, dan memerik-
adanya kaitan antara kemampuan sa kembali dengan menggunakan aspek
metakognisi dengan pemecahan masa- planning, monitoring, maupun evalua-
lahan matematika yang dilakukan siswa. tion dengan maksimal secara keseluruh-
Sejalan dengan hasil penelitian an. Aspek-aspek kemampuan metakog-
sebelumnya, hasil penelitian ini nisi terhadap pemecahan masalah siswa
didukung oleh penelitian yang dilakukan ini masih tergolong sedang karena
oleh Nurhayati, et al (2016) bahwa siswa beberapa indikator tidak terpenuhi
yang dapat memanfaatkan kemampuan dengan baik.
metakognisinya dengan baik mampu Siswa dengan metakognisi tidak
menyelesaikan masalah matematika baik dalam menyelesaikan masalah soal
dengan baik. Begitupun sebaliknya, model PISA belum dapat memahami
siswa yang tidak dapat memanfaatkan masalah, merencanakan penyelesaian,
kemampuan metakognisisnya dengan melaksanakan rencana penyelesaian, dan
baik tidak mampu menyelesaikan memeriksa kembali dengan mengguna-
masalah matematika dengan baik juga. kan aspek planning, monitoring, maupun
Peneliti Fauzi, et al (2009) juga evaluation dengan maksimal pada setiap
mengungkapkan bahwa siswa yang permasalahan soal model PISA.
sadar akan kemampuan metakognisinya, Berdasarkan penelitian yang di-
akan berpikir dengan lebih baik dan lakukan maka disarankan agar guru lebih
strategis dibanding siswa yang tidak memperhatikan kemampuan meta-
sadar. kognisi siswa dengan melatih siswa
menganalisis informasi dalam soal.
PENUTUP
Siswa dengan metakognisi sangat DAFTAR PUSTAKA
baik dalam penyelesaian masalah soal Amri, S. d. (2010). Proses Pembelajaran
PISA belum dapat memahami masalah Inovatif dan Kreatif Dalam Kelas .
belum dapat menggunakan aspek Jakarta: Prestasi Pustaka.
planning, monitoring, maupun evalua- Arkham, H. P. (2014). Tingkat
tion secara maksimal, begitu juga Kemampuan Metakognisi Siswa
merencanakan penyelesaian, melaksana- Berdasarkan Scraw dan Dennison
kan rencana penyelesaian, dan pemerik- Pada Mata Pelajaran Matematika.
Surabaya: Universitas Islam
saan kembali yang masih belum
Negeri Sunan Ampel.
dilakukan dengan maksimal. Aspek-
aspek kemampuan metakognisi terhadap Chrobak. (1999). Metacognition
pemecahan masalah siswa ini masih Didactic Tools In Higher
Education. Buenos Aires:
tergolong sedang karena beberapa
Comahue National University.
indikator tidak terpenuhi dengan baik.
Siswa dengan metakognisi baik Desmita. (2014). Psikologi
dalam penyelesaian masalah soal PISA Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
belum dapat memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, melaksana-
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 4, No. 1, 2020, pp. 11-21 | 21

Fauzi, M. A. (2019, Mei 23). Peranan Jambi. FKIP Universitas Jambi:


Kemampuan Metakognisi Dalam http://repository.fkip.unja.ac.id
Pemecahan Masalah Matematika
Sekolah Dasar. Retrieved from Sugiono. (2018). Metode Penelitian
Majalah Ilmiah Kultura: Kuantatif, Kualitatif, dan R&D.
http://tip.Psycology.org/meta.html Bandung: Alfabeta.

Jacob dan Paris Schraw (Schraw, 199: Sulisyawan. (2019, Mei 17). Analisis
354-355) Tidak ditemukan Metakognitif Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Dimensi
Nurhayati, Agung Hartono, dan Tiga. Universitas Muhammadiyah
Hamdani. (2016). Kemampuan Surakarta: eprints.ums.ac.id
Metakognisi siswa dalam
Pemecahan Masalah Pada Materi
Bangun Datar di Kelas VII SMP.
Untan. (jurnal.untan.ac.id) di akses
pada 5 Mei 2019.
OECD. (2019, 05 15). PISA Result.
Retrieved from Result-in-Focus:
https://www.oecd.org/pisa/pisa-
2015-results-in-focus.pdf
Paidi. (2019, Mei 20). Model
Pemecahan Masalah Dalam
Pembelajaran Biologi Di SMA.
Retrieved from
http://satff.uny.ac.id/sites/default/f
iles/132048519/artikel%semnas%
20FMIPA201020UN
Polya. (2004). How To Solve It. New
Jersey: Princeton University Press.
Risnanosanti. (2008). Melatih
Kemampuan Metakognisi Siswa
Dalam Pembelajaran Matematika.
Universitas Muhammadiyah
Bengkulu
Rusffendi. (2006). Pengantar Kepada
Pembantu Guru Mengembangkan
Kompetensi Dalam Pengajaran
Matematika Untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Simamora, M. (2014). Analisis
Kemampuan Metakognisi Siswa
Dalam Pembelajaran Biologi
Melalui Assesment Pemecahan
Masalah Di SMA Negeri 5 Kota

Anda mungkin juga menyukai