Anda di halaman 1dari 8

EduMa Vol. 7 No.

2 Desember 2018
41
ISSN 2086 – 3918

MENAKAR KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI


CALON GURU MATEMATIKA MELALUI
LEVEL HOTS MARZANO

Ega Gradini, Firmansyah B, Julia Noviani


STAIN Gajah Putih
e-mail: ega.gradini@gmail.com/egagradini@stain-gp.ac.id

ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk menakar kemampuan berpikir tingkat tinggi calon guru Matematika. Penulis
menggunakan level HOTS Marzano yang terbagi dalam lima dimensi kemampuan berpikir; (1)pengambilan
keputusan, (2)Pemecahan masalah, (3)Analisis kesalahan, (4)abstraksi, dan (5) analisis dan klasifikasi perspektif.
Instrument yang digunakan diadaptasi dari Marzano Rubrics for Spesific task or Situations (1993). Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan melibatkan 34 mahasiswa program studi Tadris Matematika, STAIN
Gajah Putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi calon guru Matematika
berada pada level menengah dan rendah.

Kata Kunci : HOTS, Level Marzano, kemampuan berpikir

ABSTRACT
This paper aims to measure students' high-level thinking skills through the level of pre-service mathematics
teachers. The author used the Marzano HOTS level which is divided into five dimensions of thinking ability; (1)
decision making, (2) problem solving, (3) error analysis, (4) abstraction, and (5) perspective analysis and
classification. The instrument used was adapted from Marzano Rubrics for Specific Tasks or Situations (1993).
This research is a quantitative research that involved 53 students of the Mathematics Education Department,
STAIN Gajah Putih. The results of the study indicate that the ability to think on high-level of the pre-service teacher
are at the moderate and low levels.

Keywords: HOTS, Marzano Level, Thinking Skills

PENDAHULUAN pembelajaran matematika procedural masih


Perubahan penting dalam pengajaran membayangi pengajaran matematika di
matematika perlu dilakukan untuk Indonesia. Siswa hanya bergantung pada soal
mengakomodir perubahan demografi dan matematika dan bagaimana prosedur
siswa yang terus berlanjut dalam kelas penyelesaiannya. Siswa tidak menemukan
matematika. Matematika bukan lagi sebagai adanya makna matematika dalam kehidupan
alat (tool) tetapi aktivitas manusia (human sehari-hari yang berimplikasi pada
activity). Oleh karena itu sangat penting kemampuan literasi siswa Indonesia. Siswa
mengajarkan matematika sebagai aktivitas Indonesia terbiasa berpikir pada jajaran
yang relevan dengan kondisi riil di rendah atau dikenal dengan Lower Order
masyarakat. Beberapa ilmuwan telah Thinking Skills (LOTS). Fenomena ini
mengembangkan teori pedagogi yang relevan merupakan salah satu penyebab perubahan
dan meneliti proses belajar-mengajar dalam kurikulum nasional yang sebelumnya
paradigma kritis dan melalui hubungan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
eksplisit antara kehidupan riil siswa dan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.
materi pelajaran sekolah. Torres-Velasquez Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau
dan Lobo (2004) mengusulkan agar guru dikenal juga dengan Higher Order Thinking
mengkontekstualisasikan pembelajaran Skills (HOTS) merupakan tuntutan
matematika dengan menghubungkan konten Kurikulum 2013. Badan Standar Nasional
matematika dengan budaya dan pengalaman Pendidikan (BSNP) telah menyusun
kehidupan nyata siswa. Sayangnya, Asessmen Nasional Indonesia yang
EduMa Vol. 7 No. 2 Desember 2018
42
ISSN 2086 – 3918

menekankan daya saing anak-anak Sehingga perlu dilakukan penyelarasan


Indonesia dalam kecakapan hidup abad 21 antara proses pembelajaran dan penilaian
(21st century lifeskills). Asesmen Nasional dengan mengacu kepada standar nasional
Indonesia diarahkan kepada model asesmen pendidikan.
yang menuntut kemampuan berpikir yang Terdapat beberapa tes internasional yang
tidak hanya mengingat (recall), menyatakan digunakan selain untuk evaluasi pendidikan
kembali (restate), atau merujuk tanpa secara global juga digunakan untuk
melakukan pengolahan (recite). Kebijakan mengetahui apakah Indonesia sudah mampu
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk bersaing dengan negara-negara di
dinilai tepat untuk menerapkan soal yang dunia, dan dimanakah posisi Indonesia
mendorong peserta didik untuk melakukan diantara negara-negara di dunia, Dua
penalaran, tidak hanya sekedar pemahaman diantara tes tersebut adalah Programme for
dan penerapan. Asesmen modal HOTS International Student Asessment (PISA) dan
dilaksanakan untuk memunculkan hakikat Trends in International Mathematics and
pembelajaran matematika yang selama ini Science Study (TIMSS). Sejauh ini hasil PISA
dirasa kurang bermakna. Asessmen model dan TIMSS tidak menunjukkan hasil yang
HOTS juga dilakukan untuk mengejar memuaskan.
keterbelakangan bangsa Indonesia di tingkat PISA menyajikan masalah-masalah
internasional, khususnya yang terkait matematika yang memuat Content, Contexts,
dengan hasil Program for International dan Competencies. Masalah matematika yang
Student Assessment (PISA) yang disajikan berupa sebuah situasi di dunia
diselenggarakan tiga tahun sekali dan nyata yang menyediakan konteks untuk
Trends in International Mathematics and menerapkan matematika. Untuk
Science Study (TIMSS) yang diselenggarakan memecahkan masalah tersebut, siswa harus
4 tahun sekali. BSNP tidak menafikan memiliki tingkat kemampuan yang meliputi
kenyataan bahwa kemampuan guru-guru konten matematika yang relevan. Hasil PISA
dalam menyusun soal model HOTS masih 2015 menunjukkan beberapa perbaikan
perlu ditingkatkan. Namun tidak dipungkiri dalam keterampilan siswa Indonesia. Secara
ada prinsip-prinsip HOTS yang belum khusus, anak perempuan berperforma lebih
sepenuhnya diterapkan dalam menyusun baik daripada anak laki-laki dalam semua
soal ujian. Selain itu, guru dan siswa tidak mata pelajaran: Sains, Bahasa, dan
terbiasa mengerjakan soal HOTS meskipun Matematika. Pada mata pelajaran
soal-soal HOTS telah lama muncul pada buku Matematika, Indonesia berada di peringkat
ajar/teks Matematika di sekolah. Oleh karena 62 dari 72 negara, sedikit mengalami
itu penerapan soal model HOTS dalam UN peningkatan dibandingkan tahun 2013.
perlu diimbangi dengan peningkatan Siswa Indonesia menempati peringkat kedua
kemampuan guru dan siswa dalam proses terendah dalam peringkat PISA 2013 (71),
belajar mengajar. Hingga kini, telah lebih buruk dari peringkat mereka di tahun
dilakukan beberapa pelatihan penyusunan 2009, saat Indonesia berada di peringkat ke-
soal HOTS namun tidak dilakukan secara 57. Peningkatan kinerja anak perempuan
berkala dan melibatkan banyak guru telah membantu mengangkat ranking
matematika, terutama guru matematika di Indonesia. Namun, secara keseluruhan,
Madrasah. kinerja siswa Indonesia (anak perempuan
BSNP telah berkoordinasi dengan Balitbang dan anak laki-laki) dalam sains, matematika
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan membaca adalah salah satu yang
bahwa untuk mendorong berkembangnya terendah di antara negara-negara peserta
soal model HOTS ini, penskoran soal PISA dengan peringkat rata-rata 62 dari 69
dilakukan dengan mempertimbangkan negara. (Tiga dari 72 penilaian melibatkan
kompleksitas soal. Soal yang lebih kompleks pengelompokan kota: Buenos Aires
diberi bobot yang lebih tinggi. Dengan (Argentina), Beijing-Shanghai-Jiangsu-
demikian akan ada faktor pembeda antara Guangdong (China) dan Hong Kong (China)).
siswa yang mampu menjawab soal model TIMSS adalah studi internasional yang
HOTS dan siswa yang hanya mampu mengukur kemampuan siswa di bidang
menjawab soal yang mudah atau sedang. matematika dan sains. TIMSS bertujuan
EduMa Vol. 7 No. 2 Desember 2018
43
ISSN 2086 – 3918

untuk melihat bagaimana kurikulum yang 1999. Namun baru tahun 2015 target
dicanangkan oleh setiap negara populasinya kelas 4 SD/MI. Secara umum,
diimplementasikan dan capaian siswa siswa Indonesia lemah di semua aspek
khususnya pada bidang matematika dan konten maupun kognitif, baik untuk
sains. TIMSS diselenggarakan setiap 4 tahun matematika maupun sains. Pada bidang
sekali dan dikoordinasikan oleh IEA (the Matematika, Indonesia berada pada posisi 47
International Association for the Evaluation dari 50 negara peserta. Namun diagnosa
of Educational Achievement). Indonesia secara mendalam menemukan hal-hal yang
berpartisipasi pada studi TIMSS sejak tahun sudah dikuasai juga hal-hal yang perlu
mendapatkan perhatian lebih.

Gambar 1. Pencapaian siswa Indonesia dalam TIMSS

Di Indonesia, tes terstandarisasi yang (1)meningkatnya integritas pelaksanaan


digunakan untuk mengevaluasi kompetensi UNBK dan (2)munculnya soal HOTS pada
siswa Indonesia adalah Ujian Nasional (UN). soal UN. Di Kabupaten Aceh Tengah, nilai
Secara nasional, Nilai UN SMA /MA pada rata-rata UN pada matapelajaran
mata pelajaran Matematika menurun pada Matematika juga turun dibandingkan 2
tahun 2018. Merosotnya nilai UN tahun sebelumnya, sebagaimana terlihat
Matematika disinyalir disebabkan oleh pada tabel berikut.

Tabel 1. Nilai Matapelajaran Matematika pada UNBK 2018 di Kab.Aceh Tengah


Nilai Minimum Nilai Maximum Nilai Rata-Rata
16.53 47.91 27.98

Peneliti mengkonfirmasi data ini (2) Siswa tidak terbiasa mengerjakan


melalui wawancara dengan guru Matematika soal HOTS
di MAN 1 Takengon, SMA Negeri 1 (3) Guru menghindari soal HOTS dalam
Takengon, SMA Negeri 15 Takengon, dan pembelajaran
SMA Negeri 2 Takengon. Ditemukan bahwa (4) Guru dan siswa memiliki persepsi
penyebab ketidakmampuan siswa yang sama, yakni soal HOTS adalah
menyelesaikan soal HOTS baik pada soal yang sulit
pembelajaran sehari hari maupun UN (5) Siswa dan guru tidak mengetahui
diantaranya: bahwa soal HOTS akan dimasukkan
(1) Soal UN disajikan dengan computer dalam UN karena kisi-kisi soal yang
dan menggunakan beragam tipe soal diujiankan berbeda dengan yang
yang berbeda sehingga integritas diberitahukan oleh Kemdikbud.
pelaksanaan UNBK lebih tinggi
dibanding tahun sebelumnya
EduMa Vol. 7 No. 2 Desember 2018
44
ISSN 2086 – 3918

KAJIAN PUSTAKA atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh


peserta didik. Peserta didik dikatakan
Higher Order Thinking Skill (HOTS) mampu menyelesaikan suatu masalah
adalah salah satu komponen lifeskill abad 21 apabila peserta didik tersebut mampu
yang ditekankan dalam Kurikulum 2013 menelaah suatu permasalahan dan mampu
selain STEM (Science, Technology, menggunakan pengetahuannya ke dalam
Engineering, dan Mathematics) dan 4C situasi baru. Kemampuan inilah yang
(Communication; Collaboration; Critical biasanya dikenal sebagai Higher Order
Thinking and Problem Solving; Creativity Thinking Skills.
and Innovation). Namun pelaksanaannya Higher Order Thinking Skill (HOTS)
masih terbatas pada pemenuhan tuntutan merupakan suatu proses berpikir peserta
Kurikulum 2013. Baik guru maupun siswa didik dalam level kognitif yang lebih tinggi
mendapatkan tantangan dalam penerapan yang dikembangkan dari berbagai konsep
soal HOTS dalam pembelajaran matematika dan metode kognitif dan taksonomi
di sekolah. HOTS menggabungkan pembelajaran seperti metode problem
kemampuan berpikir kreatif dan berpikir solving, taksonomi bloom, dan taksonomi
kritis. pembelajaran, pengajaran, dan penilaian.
Matematika merupakan ilmu yang HOTS ini meliputi di dalamnya kemampuan
berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, pemecahan masalah, kemampuan berpikir
oleh karena itu penyajian materi matematika kreatif, berpikir kritis, kemampuan
dalam pembelajaran sering dikaitkan dengan berargumen, dan kemampuan mengambil
kehidupan sehari-hari dengan tujuan agar keputusan.
peserta didik mampu menemukan konsep Berikut disajikan perkembangan
dan mengembangkan kemampuan makna kemampuan berpikir tingkat tinggi
matematikanya berdasarkan pengalaman berdasarkan para ahli dari waktu ke waktu.

Tabel 2. Ragam Makna Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi


Sumber Tahun Definisi
King et al. 1998 “ mencakup pemikiran kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan
kreatif. Diaktifkan ketika individu menghadapi masalah yang
tidak dikenal, ketidakpastian, pertanyaan, atau dilema.”
NCTM 2000 “Menyelesaikan masalah/soal rutin”
Anderson and 2001 Proses- analisis, evaluasi, dan kreasi
Krathwohl
Lopez and 2001 “terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan
Whittington informasi yang disimpan dalam memori dan saling
berhubungan dan / atau mengatur ulang dan memperluas
informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan
jawaban yang mungkin dalam situasi yang membingungkan."
Weiss, E. 2003 Kolaboratif, otentik, Tidak Terstruktur, Masalah yang
menantang
Miri et al. 2007 “… Strategi - pengaturan meta-tujuan; sedangkan pemikiran
kritis, sistemik, dan kreatif adalah taktik - kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang dicanangkan. ”
Rajendran, N. 2008 Penggunaan pikiran yang diperluas untuk menghadapi
tantangan baru.
Thompson, T. 2008 “Berpikir –Non Algoritmik”
Thomas, A. and 2010 “… (Itu) membutuhkan pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi
Thorne, G. daripada hanya menyatakan kembali fakta. (Itu)
mengharuskan kita melakukan sesuatu dengan fakta. Kita
harus memahami mereka, menghubungkan mereka satu sama
lain, mengkategorikan mereka, memanipulasinya,
menyatukannya dengan cara baru atau baru, dan
EduMa Vol. 7 No. 2 Desember 2018
45
ISSN 2086 – 3918

Sumber Tahun Definisi


menerapkannya ketika kita mencari solusi baru untuk masalah
baru. ”
Kruger, K. 2013 melibatkan "pembentukan konsep, pemikiran kritis, kreativitas
/ brainstorming, penyelesaian masalah, representasi mental,
penggunaan aturan, penalaran, dan pemikiran logis."

Menurut taksonomi bloom, level siswa yaitu Lower Order Thinking Skills
kemampuan berpikir tingkat tinggi terletak (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills
pada level menganalisis (C4), mengevaluasi (HOTS). Maka dapat digolongkan level
(C5), dan mencipta (C6). Bloom menyatakan kemampuan menurut PISA dan Taksonomi
bahwa terdapat dua level berpikir matematis Bloom.

Tabel 3. Kaitan Taksonomi Bloom, PISA, HOTS, dan LOTS


Taksonomi Bloom PISA Level
C6 Level 6
Kemampuan memadukan unsur- Siswa menggunakan penalarannya
unsur menjadi sesuatu bentuk baru dalam menyelesaikan masalah
yang utuh dan luas, atau membuatt matematis, dapat membuat
sesuatu yang orisinil generalisasi, merumuskan serta
mengkomunikasikan hasil temuannya
C5 Level 5
Kemampuan menetapkan derajat Siswa dapat bekerja dengan model Higher Order
sesuatu berdasarkan norma, kriteria untuk situasi yang kompleks serta Thinking Skills
atau patokan tertentu dapat menyelesaikan masalah yang (HOTS)
rumit
C4 Level 4
Kemampuan memisahkan konsep Siswa dapat bekerja secara efektif
ke dalam beberapa komponen dan dengan model dan dapat memilih
menghubungkan satu sama lain serta mengintegrasikan representasi
untuk memperoleh pemahaman
atas konsep secara utuh
C3 Level 3
Kemampuan melakukan sesuatu Siswa dapat melaksanakan prosedur Lower Order
dan mengaplikasikan konsep dalam dengan baik dalam menyelesaikan Thinking Skills
situasi tertentu soal serta dapat memilih strategi (LOTS)
pemecahan masalah
C2 Level 2
Kemampuan memahami instruksi Siswa dapat menginterpretasikan
dan menegaskan ide atau konsep masalah dan menyelesaikannya
yang telah diajarkan dengan rumus
C1 Level 1
Kemampuan menyebutkan kembali Siswa dapat menggunakan
informasi yang tersimpan dalam pengetahuannya untuk
ingatan menyelesaikan soal rutin, dan dapat
menyelesaikan masalah yang
konteksnya umum.
EduMa Vol. 7 No. 2 Desember 2018
46
ISSN 2086 – 3918

METODE PENELITIAN (5)Analisis dan klasifikasi perspektif.


Penelitian ini merupakan penelitian Instrument yang digunakan adalah Rubric of
survey yang bertujuan untuk menakar Complex Thinking, diadaptasi dari Marzano
kemampuan berpikir tingkat tinggi calon Rubrics for Spesific task or Situations (1993).
guru matematika. Sejumlah 34 mahasiswa Analisa data dilakukan dengan menghitung
program studi Tadris Matematika, STAIN persentase dan frekuensi untuk menakar
Gajah Putih, dilibatkan sebagai responden level HOTS Marzano dari 34 mahasiswa.
penelitian. Penulis menggunakan level HOTS Level kemampuan berpikir tingkat tinggi
Marzano yang terbagi dalam lima dimensi calon guru matematika lalu diukur dengan
kemampuan berpikir; (1)Pengambilan indicator berikut.
keputusan, (2)Pemecahan masalah,
(3)Analisis kesalahan, (4)Abstraksi, dan

Tabel 4. Kategori level Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Heong, 2017)


Skor Rata-Rata Kategori
1.00 – 2.00 Rendah (Low)
2.01 – 3.00 Menengah (Moderate)
3.01 – 4.00 Tinggi (High)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
calon guru matematika berada pada level “Menengah (Moderate)” dan “Rendah (Low)”. Pemetaan
kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut terlihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Pemetaan Level Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Calon Guru Matematika
Level Marzano Low Moderate Tinggi
Comparing 23.53% 58.82% 17.65%
Classifying 17.24% 72.41% 10.34%
Inductive Reasoning 82.35% 14.71% 2.94%
Deductive Reasoning 36.36% 63.64% 0.00%
Analyzing Errors 91.18% 8.82% 0.00%
Constructing Support 47.06% 44.12% 8.82%
Analyzing Perspective 82.35% 17.65% 0.00%
Abstracting 91.18% 8.82% 0.00%
Decision Making 70.59% 29.41% 0.00%
Investigation 85.29% 14.71% 0.00%
Problem Solving 79.41% 20.59% 0.00%
Experimental inquiry 100.00% 0.00% 0.00%
Invention 100.00% 0.00% 0.00%

Tabel 6. Level Kemampuan berpikir tingkat Tinggi


Calon Guru Matematika (lanjutan)
Level Marzano Skor Kategori
Comparing 2.823529 Menengah/Moderate
Classifying 2.426471 Menengah/Moderate
Inductive Reasoning 1.794118 Rendah/Low
Deductive Reasoning 2.382353 Menengah/Moderate
Analyzing Errors 1.632353 Rendah/Low
Constructing Support 2.382353 Menengah/Moderate
Analyzing Perspective 1.764706 Rendah/Low
EduMa Vol. 7 No. 2 Desember 2018
47
ISSN 2086 – 3918

Level Marzano Skor Kategori


Abstracting 1.632353 Rendah/Low
Decision Making 1.941176 Rendah/Low
Investigation 1.720588 Rendah/Low
Problem Solving 1.808824 Rendah/Low
Experimental inquiry 1.5 Rendah/Low
Invention 1.5 Rendah/Low

Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa “rendah/low”. Dari 34 responden, 91.18%


pada kemampuan membandingkan berada pada level rendah dan 8.82% berada
(comparing), level kemampuan berpikir pada level menengah dalam mengidentifikasi
tingkat tinggi calon guru matematika berada dan mengartikulasikan kesalahan berpikir.
pada kategori “menengah/moderate”. Dari 34 Pada level ini, tidak ada responden yang
responden, 23.53% calon guru mampu mencapai level tinggi. Pada
matematika pada level rendah, 58.82% pada kemampuan mengkonstruksi dukungan
level menengah, dan 17.65% pada level tinggi (Constructing Support), level kemampuan
dalam mengidentifikasikan dan berpikir tingkat tinggi calon guru
mengartikulasikan persamaan dan matematika berada pada kategori
perbedaan antar objek. Pada kemampuan “menengah/moderate”. Dari 34 responden,
mengelompokkan (classifying), level 47.06% berada pada level rendah, 44.12%
kemampuan berpikir tingkat tinggi calon berada pada level menengah, dan 8.82%
guru matematika berada pada kategori berada pada level tinggi dalam membangun
“Menengah/moderate”. Dari 34 responden, sistem yang dukungan pernyataan.
17.24% pada level rendah, 72.41% pada level Pada kemampuan menganalisis
menengah, dan 10.34% pada level tinggi perspektif (Analyzing Perspective), level
dalam mengelompokkan benda/objek pada kemampuan berpikir tingkat tinggi calon
kategori terdefinisi/tertentu berdasarkan guru matematika berada pada kategori
sifat –sifat mereka. “rendah/low”. Dari 34 responden,
Pada kemampuan penalaran induktif 82.35%berada pada level rendah dan 17.65%
(Inductive Reasoning), level kemampuan berada pada level menengah dalam
berpikir tingkat tinggi calon guru mengidentifikasi berbagai perspektif tentang
matematika berada pada kategori suatu masalah dan memeriksa alasan atau
“rendah/low”. Dari 34 responden, 82.35% logika di balik masing-masing
pada level rendah, 14.71% pada level pernyataan/masalah. Pada kemampuan
menengah, dan 2.94% pada level tinggi dalam abstraksi (abstraction), level kemampuan
menyimpulkan generalisasi atau prinsip berpikir tingkat tinggi calon guru
yang tidak diketahui dari suatu informasi matematika berada pada kategori
atau observasi. Pada kemampuan penalaran “rendah/low”. Dari 34 responden, 91.18%
deduktif (deductive reasoning), kemampuan berada pada level rendah dan 8.82% berada
berpikir tingkat tinggi calon guru pada level menengah dalam mengidentifikasi
matematika berada pada kategori dan mengartikulasikan tema yang mendasari
“menengah/moderate”. Dari 34 responden, atau pola umum informasi.
36.36% pada level rendah, dan 63.64% pada Pada kemampuan pengambilan
level menengah dalam menggunakan keputusan (decision making), level
generalisasi dan prinsip untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi calon
menyimpulkan kesimpulan tak tertulis guru matematika berada pada kategori
tentang informasi atau situasi tertentu. Pada “rendah/low”. Dari 34 responden, 70.59%
level Marzano ini, tidak ada responden yang berada pada level rendah dan 29.41% berada
berada pada level tinggi. pada level menengah dalam menghasilkan
Pada kemampuan menganalisa dan menerapkan kriteria untuk memilih dari
kesalahan (analyzing errors), level antara alternatif yang tampaknya setara.
kemampuan berpikir tingkat tinggi calon Pada kemampuan investigasi (investigation),
guru matematika berada pada kategori level kemampuan berpikir tingkat tinggi
EduMa Vol. 7 No. 2 Desember 2018
48
ISSN 2086 – 3918

calon guru matematika berada pada kategori Education Students. International


“rendah/low”. Dari 34 responden, 85.29% Journal of Science and Humanity,
berada pada level rendah dan 14.71% berada Vol 1, No 2, July 2011
pada level menengah dalam mengidentifikasi King, F.J., Goodson, L., and Rohani, F. (1998)
dan menyelesaikan masalah yang Higher-Order Thinking Skills:
menimbulkan kebingungan atau kontradiksi. Definitions, Strategies, and
Tidak ada responden yang mencapai level Assessment. URL:
tinggi pada kemampuan ini. http://www.cala.fsu.edu/files/higher
Pada kemampuan memecahkan _order_ thinking_skills.pdf.
masalah (problem solving), level kemampuan Krathwohl, D. R. 2002. A revision of Bloom's
berpikir tingkat tinggi calon guru taxonomy: An overview. Theory into
matematika berada pada kategori practice 4
“rendah/low”. Dari 34 responden, 79.41% Kruger, K. (2013) Higher-Order Thinking.
berada pada level rendah dan 20.59% Hidden Sparks, Inc. New York, New
berada pada level menengah dalam York.
mengatasi kendala atau membatasi kondisi Anderson, L., and Krathwohl, D.
yang menghalangi tujuan. Pada kemampuan (eds.) (2001). A Taxonomy for
inkuiri eksperimen (experimental inquiry), Learning, Teaching, and Assessing: A
level kemampuan berpikir tingkat tinggi Revision of Bloom’s Taxonomy of
calon guru matematika berada pada kategori Educational Objectives. Longman
“rendah/low”. Seluruh responden berada Publishing Co., New York, New York.
pada level rendah dalam menghasilkan dan Krulik, S., & Rudnick, J. A. 1999. Innovative
menguji penjelasan dari fenomena yang Tasks to Improve Critical and
diamati. Demikian halnya pada kemampuan Creative Thinking Skills. Developing
penemuan (invention), level kemampuan Mathematical reasoning in Grades K-
berpikir tingkat tinggi calon guru 12, 138-145.
matematika berada pada kategori Marzano,RJ. D. J. Pickering, D. E. Arredondo,
“rendah/low”. Seluruh responden berada G. J. Blackburn, R. S Brandt, C. A.
pada level rendah dalam mengembangkan Moffett, D. E. Paynter, J. E. Pollock,
hasil atau proses unik yang memenuhi and J. S. Whisler, “Dimension of
kebutuhan yang diterima/dirasakan. Learning Trainer’s Manual,” 2nd
DAFTAR PUSTAKA Ed, Aurora, Colorado: McREL, 1997
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2010. Marzano, R. (2000). Designing Effective
Kerangka Landasan untuk Projects : Thinking Skills
Pembelajaran, Pengajaran, dan Frameworks Marzano ’ s New
Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Taxonomy
Pelajar. Marzano ’ s New Taxonomy. Physicist.
Baswedan, A. 2014. Gawat Darurat Retrieved from
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: http://www.mendeley.com/research/
Kementerian Pendidikan dan designingeffective-projects-
Kebudayaan Republik Indonesia. thinking-skills-frameworks-
Creswell, John W. 2010. Rancangan marzano-s-new- taxonomy-
Penelitian Metode Campuran Modern. marzano-s-new-taxonomy/
Pustaka Pelajar. Marzano, R. J., & Kendall, J. S. (2007). The
Gradini, E dan Firmansyah, F. 2018. new taxonomy of educational
Pembelajaran Matematika Berbasis objectives. The new taxonomy of
Budaya Lokal untuk meningkatkan educational objectives 2nd Ed
Kemampuan Literasi Matematis (Vol.2nd).doi:10.1207/s15430421
Siswa. Laporan Penelitian tip4104
Kompetitif BOPTN. Unpublished. Torres-Velasquez, D., & Lobo, G. (2004).
Takengon: STAIN Gajah Putih Culturally responsive mathematics
Heong, Y.,Othman, W., Yunos, J., et all. The teaching and English language learners.
Level of Marzano Higher Order Teaching Children Mathematics, 11, 249-
Thinking Skill among Technical 255.

Anda mungkin juga menyukai