Oleh :
NUNUNG LUSIANA
21112251056
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk mendapat gelar
Magister
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
untuk dikembangkan. Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki siswa sekolah
satu perangkat kemampuan dalam hidup pada abad 21 yang perlu dimiliki dan
kemampuan berpikir kritis sebagai sebuah situasi dimana kegiatan yang dapat
2
Kemampuan berpikir kritis pada anak menjadi situasi krusial bagi anak.
Hal ini dikarenakan skill berpikir kritis mendalami peran sebagai sebuah proses
dan sebagai sebuah koreksi diri (Paul, 2008). Selanjutnya, kemampuan berpikir
kritis krusial bagi anak usia sekolah dasar karena dalam pengembangan
memungkinkan anak untuk bisa mengevaluasi bukti, asumsi, dan logika yang
keputusan yang rasional dari sesuatu yang dapat dipercaya, tidak dapat
dipercaya atau disebut dengan pemikiran yang objektif, dan sampai pada
3
melatih siswa untuk memiliki sebuah pemikiran kritis sebagai kemampuan
untuk berpikir secara analitis dan dapat mensintesis kebenaran dan nilai
mempunyai skill berupa kemampuan berpikir kritis untuk melakukan hal hal
menegaskan bahwa interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, siswa dan
Kondisi ideal saat pembelajaran dapat dilihat dari suasana kelas yang
kondusif dan aktif. Kondisi ini akan meningkatkan konsentrasi siswa untuk
memiliki tujuan agar siswa dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan
4
oleh kurikulum dan merancang serta mengarahkan kehidupan siswa di masa
kritis siswa menjadi kondisi yang menantang bagi pendidik. Pendidikan pada
budaya yang progresif untuk masa depan anak yang bertujuan untuk mengatasi
pendidikan secara umum terletak di peringkat 67 dari 203 negara pada tahun
2023. Hal tersebut memperlihatkan kondisi tidak ideal dalam hal pendidikan
secara umum karena Indonesia tidak masuk dalam peringkat 20 teratas dalam
5
oleh Word Ecomonic Forum mengenai daya saing global index (CGI)
Indonesia menduduki peringkat ke-41 dari 138 negara di bawah CGI Malaysia
dan Thailand (Nababan, 2019). Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
tinggi pada siswa masih rendah. Berdasarkan analisis pada tiga sekolah dasar
tergolong rendah.
Potensi yang seharusnya muncul pada siswa kelas 5 pada aspek kognitif
mata pelajaran IPS adalah sudah harus memasuki tahap C4 atau tahap
mengajar menjadi hal yang terus dilakukan. Peran siswa didominasi hanya
dengan matang agar siswa dapat ikut aktif dalam pembelajaran. Kegagalan
pembelajaran, buku bacaan, dan lembar kerja siswa, serta sarana dan prasarana
6
lain yang mendukung kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa (Upadani
mengenai potensi yang dimiliki siswa untuk meningkatkan skill pada saat
kehidupan masa depan siswa (Turhan & Demirci, 2021). Jika kemampuan
berpikir kritis siswa akan berdampak pada level berikutnya. Siswa tidak akan
hari, dan itu akan terjadi terus-menerus dan dapat mempengaruhi mutu
pendidikan di Indonesia.
berpikir kritis sangat dibutuhkan sesuai dengan potensi yang siswa miliki. Guru
mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dan potensi apa yang dapat
dimanfaatkan untuk menunjang cita-cita tersebut (Sang et al., 2018). Hal ini
7
pembelajaran sosial (Ayhan et al., 2021). Kemampuan berpikir kritis menjadi
pemikiran kritis siswa (Fikriyatii et al., 2022). Oleh karena itu, guru berperan
dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa dan tak terkecuali
dalam pembelajaran sosial. Salah satunya adalah dengan melihat potensi yang
terlihat dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di beberapa
kurang. Padahal, saat wawancara dengan guru, guru menuturkan bahwa siswa
terdapat keluhan siswa bahwa buku yang dibaca hanya ada sedikit koleksi.
Terjadi kesenjangan antara kegemaran siswa pada buku dan fasilitas di sekolah.
rendah. Hal ini didukung oleh arsip data hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS. Arsip tersebut datang hasil belajar yang sesuai dengan kisi-kisi soal pada
8
setiap ujian siswa yang selalu terbagi menjadi soal HOTS dan LOTS. Rerata
nilai asli ujian yang mengandung soal HOTS atau High Order Thinking Skill
rendah. Sebanyak 75% dari jumlah siswa memiliki nilai kurang dari KKM
yang sudah ditetapkan oleh guru. Sebesar 15% sisanya mencapai nilai pas
dengan KKM. Sedangkan sisanya 10% melebihi nilai KKM. Hal tersebut
anak. Hal ini dikarenakan kurangnya media pembelajaran yang menarik minat
anak pada buku bergambar menjadi potensi yang dapat dikembangkan oleh
buku bacaan di perpustakaan tanpa ada muatan pembelajaran yang relevan atau
melihat teks panjang seperti pada pelajaran yang biasa pada pembelajaran IPS.
9
meningkatkan keingintahuan pada diri mereka.
terdapat beberapa siswa yang mengobrol. Di dalam kelas juga tidak nampak
buku lain selain buku pelajaran di pojok baca. Pembelajaran dilakukan tanpa
unsur materi IPS. Menurut guru, siswa pasif saat pelajaran IPS karena bosan,
guru juga menuturkan bahwa kepasifan siswa dalam pelajaran IPS membuat
hasil belajar tidak terjadi peningkatan dan hasil belajar dapat dikatakan rendah.
Guru juga menuturkan bahwa sebenarnya siswa memiliki minat baca yang
bagus pada buku dengan banyak gambar hanya saja kurang terfasilitasi.
membaca buku cerita guru wali kelas 5 menuturkan bahwa 80% siswa tidak
begitu tertarik dengan buku materi yang mengandung pemikiran secara kritis.
Hal ini karena mayoritas buku yang disediakan oleh sekolah hanya sebatas
buku tematik.
10
Wawancara berikutnya dilakukan kepada siswa kelas V. Sebagian
besar siswa menuturkan bahwa penyajian materi untuk pelajaran IPS disajikan
gambar yang menarik dan tidak dipenuhi oleh tulisan. Siswa juga menuturkan
bahwa menyukai buku bacaan yang memiliki banyak warna, gambar nyata,
gambar jelas, buku yang memiliki gambar yang mudah dipahami. Siswa kelas
V juga menyukai buku yang memiliki huruf tidak kaku dan tulisan sedang
SDN Klepu, nilai akademik pada mata pelajaran dengan muatan high thinking
analisis dan penalaran. Selain itu, permasalahan lain hadir dari fasilitas berupa
minim sekali mempunyai buku materi yang menarik sebagian besar hanya
mengajar yaitu yang student learning centre menjadi teacher learning centre.
kepada buku yang yang mengandung unsur cerita dan terdapat gambar yang
11
berwarna tajam dan jelas, buku yang memiliki gambar penuh atau banyak,
tidak kepada buku yang memuat banyak hafalan saja karena pada kompetensi
menghafal. Siswa menuturkan saat pelajaran IPS merasa bosan dan sering tidak
sejarah sehingga siswa banyak mengantuk dan sebagian besar mengakui bahwa
kemampuan berpikir kritis yang seharusnya menjadi tagihan utama dan sebagai
memilih pendekatan, teknik, metode, dan media yang tepat ketika proses
itu efisien dan berhasil. Upaya guru untuk membantu siswa belajar adalah
12
cerita, keterlibatan media buku bergambar bagi pembelajaran ternyata telah
beberapa kali dilakukan di dalam penelitian. Peran media sangat penting bagi
pembelajaran IPS.
Ellis (1995: 17) menyebutkan bahwa seorang guru IPS seharusnya akan
mengenai IPS, peta daerah, buku cerita, peta negara maupun dunia, permainan,
dan barang- barang lainnya sesuai konten materi yang akan diajarkan. Salah
buku buku pengetahuan yang diberikan oleh guru dengan kemasan yang
belajar siswa yang akan berakibat pada kemampuan berpikir kritis siswa.
media pembelajaran yang lebih lebih menarik perhatian dan minat siswa
pembelajaran praktis sebesar 80% hal ini didukung oleh wawancara yang telah
digunakan kapan saja tidak terkendala pemadaman listrik. Hal tersebut juga
13
proyektor dan membutuhkan media pembelajaran yang praktis dan kemudahan
media tersebut.
membuat siswa kurang konsentrasi. Hal ini karena letak lokasi yang strategis
anak. Hal ini didukung oleh penelitian Zaini (2016) yang menyebutkan bahwa
kenaikan hasil rerata nilai pre test dan post-test dengan hasil N-gain sebesar
14
0,7 yang memiliki kategori tinggi (Haqiqi et al., 2020). Keunggulan
menggunakan media modul fisika pada kemampuan berpikir kritis terlihat dari
aktivitas peserta didik yang menunjukkan rerata skor 3,625 dengan kategori
baik.
permasalahan serupa.
melalui bahan bacaan, ternyata lebih disukai dan didukung oleh orang tua
melalui wawancara dan studi survei menunjukkan bahwa sebagian besar orang
tua siswa melaporkan preferensi yang kuat untuk buku cetak dan cenderung
memiliki pandangan negatif tentang bacaan anak melalui layar tablet atau ipad.
15
menyelidiki sikap orang tua terhadap media digital dan bacaan anak anak di
memberikan konten atau isi sesuai dengan kebutuhan anak seperti bahasa
Common Sense Media Survey 2013-2017, Michael Cohen Survey 2014, Annual
melaporkan bahwa orang tua lebih suka membaca buku cetak dengan anak
dirumah dan secara besar orangtua dan guru secara aktif memilih buku cetak
daripada buku digital ketika membuat materi dengan bahan bacaan untuk anak
anak (Kucirkova & Flewitt, 2020). Keunggulan penggunaan media buku cetak
adalah mudah akses bagi anak untuk eksplorasi buku terutama pada gambar
gambar yang dapat menarik perhatian anak dan bagi anak-anak yang memiliki
akses sulit.
16
menyederhanakan mata pelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga dapat
gambar pada media pembelajaran menarik. Keunggulan lain dari penelitian ini
penggunaan gambar campuran antara gambar animasi dan gambar nyata pada
media buku bergambar tetap mengandung unsur edukatif dan elemen instruktif
17
berpikir kritis siswa kelas V di Kecamatan Kranggan Temanggung.
B. Identifikasi Masalah
kategori umum saja berpacu pada buku paket yang disediakan pemerintah.
7. Masih dijumpai siswa menjawab stimulus guru tidak dengan proses berpikir
18
9. Kurangnya fasilitas buku materi bergambar terutama pelajaran yang
berpikir kritis.
C. Pembatasan Masalah
hasil belajar siswa dan rendahnya kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas
kemampuan berpikir kritis siswa berupa buku bergambar yang menarik untuk
Temanggung.
D. Rumusan Masalah
masalah, maka rumusan masalah yang akan digunakan sebagai pijakan sebagai
berikut.
19
1. Bagaimanakah kelayakan buku materi bergambar yang dapat meningkatkan
Temanggung?
Temanggung?
E. Tujuan Pengembangan
20
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Adapun spesifikasi
Temanggung
dasar.
dalam Kehidupan.
ivory 230 untuk sampul dan hvs, disatukan dengan spiral samping (lubang
dalam gambar).
8. Huruf yang digunakan dalam buku bergambar adalah jenis Andika New
21
9. Pada Buku Materi Bergambar terdapat 35 halaman mengenai IPS Dengan
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
menjadi bahan ajar menarik bagi guru dan siswa dan dapat menambah
b. Bagi Guru
pembelajaran yang menarik untuk siswa tanpa hafalan dan text book dan
kualitas siswa.
c. Bagi Siswa
22
Produk yang dihasilkan dapat memberikan pengalaman belajar
d. Bagi Peneliti
H. Asumsi Pengembangan
bahwa membantu:
1. Siswa kelas B adalah siswa yang harus memiliki kemampuan berpikir kritis,
akan datang.
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
situasi dunia nyata. Proses merupakan sebuah tahapan penting dalam upaya
masuk akal terutama pada saat memutuskan untuk melakukan sesuatu atau
alasan yang tepat, logis, dan non subjektif, serta dapat memastikan
kesimpulan yang benar (Ali & Awan, 2021). Anak dengan kemampuan
didapatkan.
24
Karakteristik berpikir kritis dapat ditentukan oleh rumpun sesuai
sosial dibagi menjadi empat hal yaitu kemampuan berpikir kritis dalam
25
dilihat ketika anak didik menganalisis permasalahan dengan alasan logis
dan penyelesaiannya.
dan relevan. Menurut Sapriya dalam Mardiana (2017: 10) berpikir kritis
yang relevan dan mana yang tidak relevan, mana pendapat yang benar dan
26
Kemampuan berpikir kritis memiliki tujuan untuk belajar lebih
ekonomis yaitu bahwa apa saja yang diperoleh dalam pengajarannya akan
tahan lama dalam pikiran siswa (Latifa, 2019). Kemampuan berpikir kritis
juga cenderung akan menambah semangat belajar dan antusias baik pada
guru maupun pada siswa (Firmansyah & Rizal, 2019). Melalui kemampuan
berpikir kritis, diharapkan siswa dapat memiliki sikap ilmiah dan siswa
SD
(Cahyadi et al., 2022; Dores & Wibowo, 2020; Susanto et al., 2020).
1) Faktor Psikologis
a) Perkembangan Intelektual
lain dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus (Ermatiana, 2019;
27
mendalami soal yang diberikan. Siswa dengan tingkat intelektual
dan sebagian lain siswa unggul dalam memahami soal yang diberikan.
b) Motivasi
berpikir kritis pada siswa (Lusiana, 2021). Siswa dengan rasa ingin tahu
2018). Rasa ingin tahu memberikan siswa bertekad untuk belajar lebih
(Lusiana et al., 2022). Siswa dengan rasa ingin tahu tinggi pasti akan
c) Kecemasan
28
merasa terpuruk tanpa melakukan usaha (Dores & Wibowo, 2020).
Dalam hal ini. Kecemasan yang konstruktif lah yang menjadi faktor bagi
2) Faktor Fisiologis
dapat mengganggu kesiapan siswa dalam belajar. Ketika kondisi fisik siswa
di saat siswa merasa tidak siap pada kondisi fisiknya, dengan kondisi fisik
yang buruk hasil pemecahan masalah tidak mendalam, daripada siswa yang
kondisi fisiknya baik dan fokus. Maka kondisi fisik sangat mempengaruhi
3) Faktor Kemandirian
dengan kemandirian belajar baik dapat terlihat ketika siswa mampu secara
29
mandiri mengerjakan dan memahami soal yang diberikan tanpa meniru
kemandirian belajar baik, akan terlihat aktif di kelas tanpa harus ditunjuk
dan diarahkan oleh guru, berani bertanya kepada guru bila terdapat materi
yang belum ia kuasai tanpa harus disuruh oleh guru. Inti dari faktor
guru secara proaktif. Kemandirian belajar pada siswa juga menuntut siswa
4) Faktor Interaksi
individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok
interaksi yang baik antara guru dan siswa. Hubungan guru dan siswa dalam
kritis pada siswa. Suasana yang timbul akibat interaksi yang baik antara
30
berpikir kritis siswa kelas V terdapat empat faktor. Faktor psikologis siswa,
tersebut. Pada faktor psikologis, terbagi menjadi beberapa hal, yaitu tingkat
adalah faktor psikologis yang terbagi menjadi faktor motivasi dan faktor
tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu tinggi pasti akan memberikan usaha
melalui cerita, menghubungkan suatu hal dengan yang lain melalui gambar
yang tersedia dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus yang buku
31
Buku materi bergambar sesuai dengan faktor fisiologis, Buku materi
bergambar akan siap digunakan pada siswa dengan kondisi fisik yang baik.
Hal ini karena buku materi bergambar akan menuntun siswa untuk memiliki
untuk siswa agar merasa siap pada kondisi fisiknya ketika akan membaca
buku materi bergambar agar lebih fokus karena bacaan yang ringan pada
buku materi bergambar, bila kondisi siswa fokus dalam belajar maka
bergambar hadir sebagai bacaan sebelum siswa lebih siap dalam belajar
beberapa ahli. Salah satunya adalah Bloom yang diperbaiki oleh Anderson.
Thinking Skill dan C4-C6 merupakan tingkatan untuk High Order Thinking
32
Memahami; (3) Menerapkan; (4) Menganalisis; (5) Menilai; (6)
Menciptakan.
Appraisal (W-GCTA). Sejauh ini jenis tes berpikir kritis yang paling umum
kemampuan berpikir kritis yang paling populer. Tes ini paling sering
pertanyaan yang memuat hal hal berikut. (1) Menyimpulkan dengan benar;
33
diukur menggunakan salah satu dari banyak perbandingan persentil. Dalam
(4) Evaluasi; (5) Eksplanasi; (6) Induksi; (7) Deduksi; (8) Numerasi.
Analysis; (2) Interpretasi; (3) Inferensi; (4) Evaluasi; (5) Deduksi; (6)
Pada seri Educate Insight for Grade 3-5 dilakukan untuk mengukur
34
Berdasarkan uraian diatas, bila dituliskan dalam tabel terdapat lima
assessment tersebut.
untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis pada anak didik. Maka dapat
aspek yang diambil dari kelima penilaian berpikir kritis tersebut. Aspek
terpilih tersebut akan diturunkan menjadi soal tes uraian untuk mengetahui
a. Interpretasi
35
Interpretasi adalah proses menemukan, menentukan, atau
apa saja, misal pada pesan tertulis, grafik, diagram, peta, grafik, meme,
tertentu.
b. Analisis
alasan, tema, dan bukti yang digunakan dalam membuat argumen atau
c. Deduksi
yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan dalam konteks yang
36
ketat. Validitas deduktif menghasilkan kesimpulan yang sama sekali
tidak mungkin salah, jika asumsi atau premis yang individu mulai
d. Induksi
dasar yang kuat untuk keyakinan pada kesimpulan individu dan dasar
e. Mengevaluasi
37
Keterampilan penjelasan yang kuat dapat mendukung evaluasi
atau asumsi di balik klaim yang dibuat dan kesimpulan yang dicapai.
Aspek Indikator
38
Induksi Siswa dapat mempertimbangkan dengan dasar yang kuat
agar tidak terjadi penjajahan di Indonesia setelah kemerdekaan.
Mengevaluasi Siswa dapat menilai evaluasi argumen berdasarkan kelebihan
dan kelemahan upaya dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
deduksi akan diturunkan dalam dua indikator yaitu menentukan sintesis atau
dengan dasar yang kuat. yang terakhir yaitu aspek mengevaluasi akan
39
diturunkan menjadi indikator menilai evaluasi argumen berdasarkan
dikembangkan dan diterapkan oleh pendidik. Soal yang baik akan mampu
mungkin sehingga guru dapat melihat sejauh mana tingkat berpikir kritis
siswa dalam pemecahan masalah berupa soal uraian yang telah diberikan.
tingkat berpikir kritis pada siswa, maka peneliti akan menggunakan jenis
pengukuran berupa soal HOTS yang akan termuat dengan model uraian
40
penskorannya, bentuk soal uraian dibedakan menjadi soal uraian objektif
Soal uraian dalam penelitian ini merupakan jenis soal non objektif
jumlah materi atau pokok bahasan relatif terbatas waktu untuk memeriksa
jawaban lama.
yang sesuai. Dalam penelitian ini kriteria kelayakan pada soal uraian terbagi
Aspek Indikator
Materi Soal harus sesuai dengan indikator
Pokok soal harus logis ditinjau dari segi materi
Batasan pertanyaan dan jawaban yang
diharapkan jelas
Konstruksi Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan
tegas
41
Aspek Indikator
Rumusan pokok soal harus merupakan
pernyataan yang berkaitan dengan materi yang
diukur
Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah
jawaban
Stimulus berupa gambar, grafik, tabel,
diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus
menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai
Bahasa Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
komunikatif. Artinya, soal menggunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh peserta
didik
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat, terutama jika soal akan digunakan
untuk daerah lain atau nasional.
berikut.
pandangan pribadi peserta didik yang berbeda dapat diskor menurut uraian
42
jawaban, rentang skor semakin besar. Lebih memudahkan lagi dengan
membuat rincian di setiap skor. Misal untuk rentang 0-3 jawaban tidak
Jumlah skor tertinggi dari setiap rentang skor telah ditetapkan. Jumlah skor
dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimal dari satu soal.
berpikir kritis pada siswa dapat menggunakan tes jenis uraian. Hal ini
uraian juga dilakukan dengan validasi ahli dalam soal uraian berdasarkan
materi, konstruksi dan bahasa dalam pembuatan soal. Penskoran dalam tes
sudah ditentukan.
43
konstruktivisme dalam proses pembelajaran dapat diadopsi dengan
Anak didik kelas V SD dalam teori kognitivisme Piaget berada pada tahap
operasional konkret yaitu pada usia 7-11 tahun (Juwantara, 2019). Pada
terorganisir dan rasional. Pada tahap ini, anak memiliki pemikiran yang
pemikiran, perasaan, atau hal-hal yang ditangkap oleh panca indra (Amsari
yang ditangkap oleh panca indra mata yang akan menyalurkan pengalaman
melalui pemikiran kritis. Sedangkan respon ialah hasil stimulus atau reaksi
yang dihasilkan oleh anak ketika belajar yang akan merubah tingkah laku
44
Media pembelajaran buku materi bergambar Lorong Waktu
mensejajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerja sama untuk
terhadap buku. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku juga
untuk membaca cerita. Maka dari itu, gambar dalam cerita anak-anak harus
kuat melalui perpaduan antara kata-kata dan gambar. Slamet Suyanto juga
ukuran huruf yang relatif besar disediakan agar anak tertarik membaca
secara mandiri.
buku bergambar adalah suatu alat yang digunakan oleh guru sebagai sarana
untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi yang bertujuan secara real
45
informasi kepada penerimanya yang berupa buku bacaan anak yang di
atau hiburan saja, akan tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas
dan juga dapat menyentuh berbagai aspek pembentukan sikap anak didik.
tersebut dilakukan agar anak lebih termotivasi dalam hal belajar secara
mandiri. Anak juga lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika
gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan kesukaan anak, daya tarik yang
baik, tentu saja hal tersebut akan menambah semangat siswa dalam
Dalam hal ini terdapat beberapa jenis dari buku bergambar yang
1) Buku yang mengandalkan gambar atau ilustrasi dan teks hanya berfungsi
2) Buku yang gambar atau ilustrasinya hanya merupakan dekorasi atau hanya
sebagai elemen estetis dan memiliki sedikit hubungan dengan isi teks
46
1) Buku konsep merupakan buku yang dipergunakan untuk mendeskripsikan
berbagai dimensi dan jenis objek atau berbagai konsep yang abstrak
kepada anak.
4) Buku bergambar tanpa kata merupakan buku gambar cerita yang alur
47
komentar anak, guru dapat memahami suatu kebiasaan anak dalam
Kualitias produk yang dikemukakan oleh Van Den Akker (1999:10-11) dan
untuk pengelolaan dari proses hingga penerbitan buku yang dikelola oleh
pembentukan dan uji kelayakan buku terdapat uji kelayakan materi dan uji
48
merupakan aspek penilaian kelayakan buku menurut Pusat Perbukuan
Pendidikan 2023. Berdasarkan buku dalam penelitian ini yaitu Buku Materi
Indonesia dengan judul Lorong Waktu Nusantara maka jenis buku tersebut
1) Kelayakan Materi
legalitas yaitu penilaian dari sisi tidak mengutip secara ilegal dan
penghormatan terhadap hak cipta orang lain. Indikator pertama dalam aspek
jelas, baik anotasi pada badan teks maupun pada daftar pustaka dan daftar
paste karya orang lain baik sebagian maupun seluruhnya sehingga seolah
olah tulisan tersebut adalah ciptaan penulis sendiri. Suatu pengutipan tidak
langsung pada teks (anotasi/catatan) maupun pada daftar pustaka dan daftar
kredit gambar.
49
materi dari suatu karya orang lain yang dilindungi UU Hak Cipta harus
pada buku jenjang SD dan SMP tidak harus merupakan catatan sebagaimana
buku orang dewasa, tetapi cukup merujuk pada daftar pustaka. Sumber
kutipan teks dan/atau gambar dapat berasal dari buku, media berkala
promosi (poster, brosur, selipat, dsb.), situs web/blog, siaran radio, siaran
televisi, siaran aliran video (video streaming), dan media sosial (Facebook,
Sumber kutipan merupakan sumber primer dalam arti sumber pertama yang
memuat teks dan/atau gambar atau langsung dari pemegang hak cipta.
Untuk itu, penilai buku harus waspada terhadap pencantuman sumber yang
penerbit sebagai pemegang hak cipta. Sumber gambar yang berasal dari
50
sumber sebagai berikut: Dokumentasi Pribadi atau Dokumentasi Penerbit.
mengenai Teks dan/atau gambar bebas dari salah satu unsur berikut: a)
kebencian. Unsur yang terdiri atas butir (a) sampai dengan (g) merupakan
dan substansi meliputi, materi mengandung unsur kebenaran dari segi data
akurat dari segi keilmuan (sesuai dengan bidang ilmu), data, dan fakta
nama orang atau nama lembaga sehingga tidak sesuai dengan fakta
sebenarnya.
51
Indikator kedua Materi mendorong/menggerakkan pikiran dan
pembaca untuk mengembangkan dirinya secara lebih baik pada masa depan.
perbandingan dan landasan untuk menerima ide baru. Ciri materi yang
dengan gaya naratif (berkisah), tidak menggurui, dan disisipi materi yang
menggugah rasa ingin tahu. Penilai dapat melihat konteks ini pada bobot
tren, sedang menjadi isu (pembicaraan) orang banyak, atau baru saja terjadi.
yang baru (berdasarkan sudut pandang keilmuan) serta uraian materi yang
suatu bidang ilmu. Penilai harus mewaspadai buku-buku lama yang didaur
52
keterampilan, dan sikap yang diperlukan oleh pembaca sasaran. Contohnya,
pembaca sasaran, konsep, dan nilai rasa. Pemilihan kata (diksi) secara tepat
kata sulit) sesuai dengan jenjang pembaca sasaran dan mengandung nilai
53
Indikator kedua adalah Penulisan sesuai dengan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Cakupan penerapan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, yaitu kata, tata
memahami mana konteks bahasa yang harus disajikan secara baku dan
tidak kaku, tidak berbelit-belit, serta dapat dengan mudah dipahami sesuai
dan/atau gambar sistematis, runtut, serta koheren sebagai satu kesatuan alur
dengan pokok bahasan (judul dan subjudul). Koheren artinya saling terkait
54
sesuai dengan alur berpikir induktif (khusus ke umum) untuk membuat
dari yang mudah ke sukar atau dari yang sederhana ke kompleks sehingga
spasial, kronologis). Pola hierarkis umumnya diadopsi oleh buku teks dan
buku disajikan dalam langkah demi langkah proses melakukan sesuatu atau
menyajikan keterampilan.
pendek (esai, opini, feature) yang tidak saling terkait, tetapi masih dalam
satu kesatuan topik. Pola ini biasanya diadopsi pada buku kumpulan tulisan,
penilaian sistematis, runtut, dan koheren dapat dilihat pada setiap tulisan
55
Penjenjangan Buku yang memuat kategori teks/gambar sesuai dengan
dapat berupa foto, ilustrasi garis, tabel, peta, denah, diagram, bagan, dan
teks, baik secara materi dan warna maupun secara penempatannya. Gambar
menggugah minat baca dan rasa ingin tahu. Penyajian yang menarik
pertimbangan penilaian.
2) Kelayakan Media
aspek desain dan grafika. Pada Instrumen F terdapat 3 aspek penting yang
56
akan diturunkan ke beberapa indikator. Pada aspek pertama adalah desain
sampul buku. Penilaian berdasarkan desain sampul buku yang terdiri atas
sampul depan (front cover), punggung (spine), dan sampul belakang (back
menonjol, mudah terbaca, dan cocok dengan materi buku dengan maksimal
penggunaan tiga tipe/jenis font pada sampul depan, punggung, dan sampul
komunikasi visual (DKV), yaitu tipe/jenis font mewakili pesan pada judul,
ukuran, jenis) sesuai dengan prinsip harmonis. Tipografi judul harus juga
ornamen, warna, bingkai, ikon, atau gambar (ilustrasi dan foto) yang
(materi) di dalam buku. Desain sampul dapat terdiri atas (1) sampul yang
buku; dan (2) sampul yang hanya menggunakan Tipografi tanpa gambar.
57
Indikator ketiga adalah Desain sampul senada atau selaras dengan
desain isi, baik dalam hal tipografi, elemen grafis, dan pewarnaan.
Tipografi, elemen grafis, dan warna antara desain sampul buku dan desain
depan); Punggung: judul buku (judul utama), nama penulis/editor, dan logo
buku, jenjang buku, dan logo penerbit berikut alamat penerbit. Perlu
diperhatikan bahwa tidak semua unsur pada sampul buku dapat diadakan
seperti punggung buku untuk buku-buku yang dijilid kawat (saddle stitch)
berdasarkan desain halaman isi buku yang terdiri atas bagian awal
isi buku tidak lebih dari tiga tipe/jenis font dengan keterbacaan tinggi.
Ukuran font pada bagian isi terlihat proporsional (judul bab, judul subbab,
58
badan teks, takarir/keterangan gambar, nomor halaman, dan judul pelari
(running title). Penggunaan tipe/jenis font pada bagian isi ditoleransi sampai
tiga tipe yang dapat dilihat dari penggunaan font pada judul bab, judul
subbab, dan badan teks. Judul bab dapat menggunakan font dari keluarga
font dari keluarga Serif atau Sanserif (dengan pertimbangan khusus pada
buku anak atau buku orang dewasa). Penggunaan tipografi untuk bagian
ukuran font body teks. Demikian pula untuk bagian judul pelari (running
text). Ukuran font nomor halaman atau isi tabel dapat sama dengan badan
atau peta; 6) ikon; dan 7) infografik. Penggunaan gambar pada buku harus
garis (dengan jenis dan gaya yang sama). Demikian pula pada desain tabel
59
atau grafik sebaiknya menggunakan jenis dan gaya yang sama. Gambar
Indikator ketiga adalah Kualitas gambar sangat jelas dan tajam, baik
dari segi ukuran gambar, resolusi gambar, maupun objek gambar. Gambar
kekecilan); memadai dari segi resolusinya (tidak pecah); dan memadai dari
bawah halaman (widow line) dan pada bagian atas halaman (orphan line)
sudah tepat pada halaman teks di bagian rekto dan verso. Judul pelari
(running title) hanya terdapat di bagian isi dan bagian akhir. Judul pelari
tidak boleh dicantumkan di bagian awal (prelims) buku. Judul pelari juga
tidak terdapat di halaman awal bab. Ukuran font judul pelari harus lebih
kecil dari ukuran font teks. Aturan judul pelari: pada halaman verso (genap)
adalah judul buku dan pada halaman rekto (ganjil) adalah judul bab; pada
halaman verso (genap) adalah nama penulis dan pada halaman rekto (ganjil)
60
Indikator keenam adalah Penggunaan warna pada bagian isi buku,
baik teks maupun gambar mudah terbaca atau terlihat dan sesuai dengan
prinsip pewarnaan, Warna bagian isi buku dapat terdiri atas: 1) hitam dan
putih (BW); 2) dua warna di luar hitam (duotone); 3) berwarna (full color).
cetak dumi buku atau buku. Indikator pertama adalah Ukuran buku sesuai
Indikator kedua adalah Kualitas hasil cetak buku rata dalam hal
penintaan, jelas (terang dan tajam), dan presisi. Cukup jelas. Indikator
ketiga adalah pemilihan kertas cetak relevan dari segi penggunaan dan
kualitasnya. Kertas yang digunakan pada buku terdiri atas kertas isi dan
kertas sampul. Kertas isi berkualitas baik, tidak berbayang. Kertas isi dapat
gr. Art paper atau Matt paper minimal 100 gr. Kertas sampul dapat
merupakan jenis dan gramatur. Art Paper minimal 210 gr. Ivory minimal
210 gr. Penggunaan kertas sangat terkait dengan penggunaan warna pada
61
buku, daya tahan untuk jangka waktu yang lama, kesehatan mata, dan
buku: jahit kawat (saddle stitch); jilid lem (perfect binding); dan jahit
benang. Dalam ini terdapat juga kategori klasifikasi buku berdasarkan jenis
sampulnya, yaitu sampul lunak (soft cover) dan sampul keras (hard cover).
3) Kepraktisan
produk yang dihasilkan berpedoman pada pengguna atau para ahli lainnya
hasil telaah dengan cara melihat skala yang telah dipilih oleh ahli atau
4) Keefektifan
mempunya kelebihan dan kelemahan. Dalam hal ini seperti pada pendapat
62
Nurul Lailatul Azizah, mengungkapkan kelebihan dan kekurangan buku
masalah dalam bidang apa saja, tidak memerlukan biaya yang cukup besar
sebagai media yang paling efektif dan efisien dalam pengajaran, dengan
media anak merasa tidak bosan dengan yang diajarkan oleh guru jika tanpa
media tentunya anak akan merasa pembelajaran begitu terasa lebih jenuh.
melihat objeknya
63
berpikir kritis pada siswa karena dengan melihat gambar yang ada dibuku
imajinasi anak langsung tertuju pada objek gambar kemudian anak akan
berpikir kritis siswa seperti tanya jawab, bercerita, mengungkapkan ide atau
kejadian yang tidak mereka lihat bahkan oleh observer sekalipun. supaya
muncul melalui media tersebut. Menurut filsuf John Dewey dalam Assegaff
64
dan Sontani (2016: 41) bahwa masalah merupakan stimulus/perangsang
sehari-hari.
berpikir tingkat rendah sampai kepada tahap berpikir tingkat tinggi yaitu
2021)
Sesuai dengan penelitian Dilek Acer (2021) bahwa ilustrasi buku bergambar
65
dapat memberikan kesempatan untuk pemeriksaan kritis dari sebuah karya
seni. Ada semakin banyak penelitian yang berfokus pada bagaimana siswa
bisa menanggapi secara kritis dan kreatif ilustrasi dalam buku bergambar
elemen seni dalam buku bergambar tersebut (Acer & Gozen, 2019).
berpikir kritis.
konten pada tiga puluh buku bergambar mengenai ekologi. Kajian yang
bergambar anak anak yang diterbitkan dalam Bahasa Inggris dan Spanyol
kedua terletak pada objek kajian yang sama, yaitu sama sama mengandung
66
konten ekologi. Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian yang
penelitian yang dilakukan oleh Kelly (2018) sama halnya dengan yang
yang luas, sehingga perlunya adanya peran berpikir kritis untuk memahami
Indonesia.
67
untuk anak anak. Narasi mengenai buku bergambar I Wanna Iguana
buku bergambar didasarkan pada fakta bahwa tidak hanya anak anak saja
pada penelitian ini bahan kajian akan difokuskan pada materi perjuangan
Waktu Sejarah”.
belajar siswa karena terdapat peningkatan antara hasil pretest dan posttest
68
sebanyak 100% (Yanti & Syafitri, 2022). Persamaan penelitian yang
Perbedaan kedua dari penelitian Yanti (2022) penelitian ini yaitu terletak
pada materi yang di tertuang pada buku bergambar, pada penelitian yang
dilakukan oleh Yanti (2022) berisi mengenai materi rumah adat di Indonesia
bangun ruang yang dikemas menjadi sebuah cerita (Ajnikhah et al., 2020).
Hal ini senada dengan penelitian ini, selain metode yang sama yaitu
juga pada objek kelas yaitu kelas 5 sekolah dasar. Perbedaan kedua
69
memfokuskan pada materi perjuangan sebelum, saat, dan sesudah
kemerdekaan.
bergambar, selain itu perbedaan lain terdapat pada jenis penelitian, pada
C. Kerangka Pikir
70
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa di sekolah terutama pada
materi IPS. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu upaya yang
berpikir kritis siswa terutama pada materi pembelajaran IPS. Untuk itu,
bergambar merupakan media yang terdiri dari gambar dan teks yang saling
dengan buku cerita bergambar. BCB atau buku cerita bergambar juga terdiri
dari gambar dan teks namun dengan runtutan cerita dan terdapat alur cerita
berpikir kritis siswa kelas 5 dengan pengembangan yang logis dan ilmiah.
71
sebelum, saat, dan sesudah kemerdekaan disesuaikan dengan karakteristik
siswa. Hal ini dapat menjadi langkah yang potensial untuk meningkatkan
72
Pembelajaran IPS di Kelas V Sekolah Dasar Se Kecamatan Kranggan
Penyebab:
Dasar Pengembangan:
Solusi:
Keunggulan Produk
D. Pertanyaan Penelitian
74
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
menyempurnakan produk yang telah ada dengan rasa tanggung jawab (Aka,
2019).
al., 2003). Dalam penelitian R&D juga memiliki tujuan lain yaitu sebagai
75
B. Prosedur Pengembangan
karena terdapat salah satu tahapan yang terdiri dari adanya penelitian
permasalahan yang sedang terjadi dan kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh
produk.
sebagai berikut:
76
Research and Develop
Planning Preliminary
information preliminatery field testing
collecting form of product
77
masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru, serta mengetahui rata rata hasil
belajar IPS.
yang terjadi di kelas selama mata pelajaran IPS. Observasi juga dilakukan guna
bagaimana tingkat berpikir kritis siswa terhadap mata pelajaran IPS yang
terintegrasi dengan tematik. Selain itu dilakukan pula analisis literatur yang
terdiri dari teori Kemampuan berpikir kritis, media pembelajaran, dan literatur
antara lain siswa kesulitan dalam memahami materi IPS, guru membutuhkan
observasi siswa merasa kesulitan memahami materi IPS bila pembelajaran IPS
2. Rencana Pengembangan
78
3. Pengembangan Produk Awal
materi bergambar, bagaimana format desain, apa saja prinsip media buku
Media yang dikembangkan harus tepat dengan tujuan penelitian ini yaitu
produk.
dari guru dan siswa terhadap produk media buku materi bergambar di
dan tinggi. Siswa dan guru mengisi skala respons sebagai acuan dalam
media berhasil diperbaiki dan lolos uji validasi yang dilakukan oleh ahli
media dan ahli materi. Tahapan uji coba lapangan awal dilakukan untuk
respon siswa maupun guru. Subjek pada tahapan ini dilaksanakan oleh guru
dan semua siswa kelas V yang berjumlah 19 orang dengan kriteria yang
antara lain :
79
1) Siswa bersama guru diperkenalkan media yang dikembangkan yaitu
4) Data respon guru dan siswa yang didapat serta saran dari uji coba
bergambar dari hasil saran guru di uji coba lapangan akan dilakukan
perbaikan.
Tahap keenam adalah uji coba diperluas, pada tahap ini adalah
melakukan uji coba kembali setelah adanya revisi produk pada uji coba
kembali kepada siswa yang lebih banyak. Berdasarkan hasil diskusi dengan
jumlah siswa 15 orang dan SDN Pendowo 1 dengan jumlah siswa 20 siswa.
siswa yang terdiri dari tinggi sampai rendah. Proses uji coba siswa diminta
80
untuk menggunakan media buku bergambar dalam pembelajaran tematik
1-2 kali. Proses tersebut peneliti mengamati pelaksanaan uji coba lapangan
Hasil angket respon siswa merupakan dasar untuk merevisi buku materi
uji coba diminta untuk mengisi angket respon guru sebagai bahan dalam
merevisi produk.
tahapan ini dilaksanakan oleh guru dan semua siswa kelas V SDN Badran 2
siswa dengan kriteria yang sudah ditentukan. Beberapa langkah uji lapangan
4) Data respon guru dan siswa yang didapat serta daran dari uji coba
81
7. Revisi Hasil Uji Coba Diperluas
8. Uji Operasional
dijadikan kelas kontrol yaitu SDN Badran 1 dan dua SD akan dijadikan
akreditasi, dan jumlah siswa yang sama. Pemilihan kelas kelompok kontrol
operasional ini dilakukan oleh kelas V SDN Badran 1 dengan jumlah siswa
82
Pendowo 3 dan SDN Pendowo 2 dengan masing masing jumlah siswa, 20
dan 20 siswa.
design.
Exsperiment Group O1 X1 O2
O3 X2 O4
O5 X3 O6
83
Langkah –langkah yang dilaksanakan pada tahapan ini, antara lain:
operasional.
10. Diseminasi
84
C. Subjek Uji Coba dan Teknik Instrumen Pengumpulan Data
Badran 2
Pendowo 1, SD Pendowo 2.
(2016, 137) cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
1) Observasi
terbatas pada jumlah orang, namun observasi dapat diambil dari objek-objek
alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2016).
85
termasuk dalam participant observation. Penelitian ini merupakan peneliti
berpikir kritis melalui hasil belajar siswa dan proses pembelajaran siswa.
2) Wawancara
3) Angket
Data hasil angket berasal dari ahli materi, ahli media, respon guru,
dan respon siswa. Angket penilaian yang dibuat untuk ahli materi dan ahli
86
bergambar yang telah layak untuk diujicobakan pada siswa. Penilaian ini
yang diberikan kepada ahli materi dan ahli media. Kriteria penskoran pada
angket berupa skala likert 1 sampai 5 dengan rincian angka 5 untuk sangat
baik, 4 baik, 3 cukup, 2 kurang, 1 sangat kurang. Selain itu terdapat ankgket
respon siswa dan guru berfungsi untuk memberikan masukan pada saat
4) Tes
digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat berpikir kritis siswa sebelum
Setelah hasil diketahui maka akan dibandingkan antara hasil pretest dan
hasil posttest. Pembandingan ini akan berguna untuk melihat sejauh mana
berpikir siswa.
Kelas V SD
87
Pedoman observasi digunakan ketika studi pendahuluan dan pelaksanaan
panduan observasi terdiri dari sepuluh nomor yang akan menjadi panduan
6. Karakteristik siswa 10 1
Jumlah Butir 10 10
88
ditujukan untuk guru di SDN Pendowo 2, SDN Klepu, dan SDN Badran 2.
wawancara terhadap siswa dan guru. hal tersebut dijelaskan dalam tabel 5
sebagai berikut
kritis siswa.
6. Karakteristik siswa 10 1
Jumlah Butir 10 10
89
produk pada penelitian ini meliputi 5 skor. yaitu skor 5 untuk sangat layak,
skor 4 untuk layak, skor 3 untuk cukup layak, skor 2 untuk kurang layak,
dan skor 1 untuk skor sangat kurang layak. Kisi-Kisi lembar validasi buku
materi bergambar ditunjukan oleh tabel 6 untuk kelayakan materi dan tabel
legalitas, norma, materi, bahasa, penyajian yang terdiri dari lima belas
90
Teks dan/ gambar bebas dari
salah satu unsur berikut: a)
bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila; b)
Norma 3 1
diskriminasi terhadap
SARA; c) pornografi; d)
kekerasan; e) kebohongan; f)
fitnah; dan g) ujaran
kebencian.
Materi mendorong
menggerakkan pikiran
perasaan pembaca sasaran 5 1
untuk menerima gagasan baru
atau mendalami kembali
materi
91
Bahasa yang digunakan 12 1
komunikatif dan efektif.
Jumlah Butir 15 15
halaman buku, fisik buku cetak yang terdiri dari empat belas pertanyaan
Pernyataan
92
dengan materi buku dengan
maksimal penggunaan tiga tipe/jenis
pada sampul depan, punggung, dan
cover belakang.
Elemen lain pada kover, yakni garis, 2 1
ornamen, warna, bingkai, ikon, atau
gambar (ilustrasi dan foto) yang
digunakan pada kover mewakili isi
atau setidaknya menggambarkan isi
(materi) di dalam buku
Desain sampul buku tersusun secara 3 1
proporsional dengan memperhatikan
fungsi dan penempatannya
Anatomi sampul buku tersusun 4 1
secara proporsional dengan
memperhatikan fungsi dan
penempatannya
Desain Isi/ Tipografi (penggunaan font) pada 5 1
Halaman Buku bagian isi buku tidak lebih dari tiga
tipe/jenis font dengan keterbacaan
tinggi. Ukuran font pada bagian isi
teks terlihat proporsional (judul bab,
judul subab, badan teks,
takarir/keterangan gambar, nomor
halaman, dan judul pelari (running
title)
Gambar berupa foto atau ilustrasi 6 1
yang digunakan pada isi/ materi
buku relevan dengan isi/materi buku,
konsisten, membantu untuk
menjelaskan isi/materi buku
sehingga memenuhi prinsip desain.
Kualitas gambar sangat jelas dan 7 1
tajam, baik dari segi ukuran gambar,
resolusi gambar, maupun object
gambar.
Teks bebas dari baris tnggal 8 1
(widow/orphan) pada setiap halaman
naskah
Pencantuman judul pelari (running 9 1
title) sudah tepat pada halaman teks
di bagian rekto dan verso
93
Penggunaan warna pada bagian isi 10 1
buku, baik teks maupun gambar
mudah terbaca atau terlihat dan
sesuai dengan prinsip pewarnaan
Fisik Buku Ukuran buku sesuai dengan 11 1
Cetak peruntukannya menggunakan standar
internasional atau ukuran khusus
(custom) yang relevan
Kualitas hasil cetak buku rata dalam 12 1
hal penintaan, jelas (terang dan
tajam), dan presisi.
Pemilihan kertas cetak relevan dari 13 1
segi penggunaan dan kualitasnya
Penjilidan buku kuat dan rapi 14 1
Jumlah Butir 14 14
respons siswa terkait dengan media yang telah digunakan. Indikator dalam
Terdapat sepuluh butir pernyataan yang akan dijawab siswa dengan pilihan
jawaban “Ya” atau “Tidak” siswa hanya perlu memilih dari setiap
produk.
tersebut terletak pada penyesuaian materi dan judul buku. Namun, untuk
94
Tabel 8 Kisi Kisi Penilaian Respon Siswa
(dimodifikasi dari Penelitian Puspitarini, 2022)
guru terkait dengan media yang telah digunakan. Aspek dalam penilaian
belas butir pertanyaan. Penilaian produk yang dilakukan oleh guru disusun
yang dikembangkan oleh peneliti. angket respon guru akan diisi oleh guru
penilaian yang digunakan pada respon guru meliputi skor 5 untuk sangat
baik, skor 4 untuk baik, skor 3 untuk cukup baik, skor 2 untuk kurang baik,
dan terakhir adalah skor 1 untuk sangat kurang baik. Selain penilaian secara
pada buku dan judul buku materi bergambar. Namun, pada bagian indikator
95
dan nomor butir soal tidak dilakukan penyesuaian. Kisi-kisi instrumen
difokuskan pada materi IPS kelas V Sekolah Dasar pada tema 7 yaitu pada
induksi, mengevaluasi. tes yang digunakan adalah soal tes uraian yang terdiri
dari 9 soal. setelah dinyatakan valid maka instrumen tes ini diujicobakan
96
Tabel 10 Kisi Kisi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek Indikator
97
3. Teknik Hasil Penilaian Produk
Hasil data yang diperoleh dari validasi beberapa ahli terkait dengan
variable.
buku media bergambar. Desain penelitian yang digunakan adalah one group
pada satu kelompok. Data yang berupa skor sebelum dan sesudah
98
Interval skor Nilai Kategori
c. Uji Kelayakan
kelayakan ahli materi, ahli media, respon guru dan respon siswa. Untuk
Keterangan:
99
X = Skor yang diperoleh
nilai “B” dalam kriteria “layak”. Jika sudah memenuhi kriteria tersebut
lapangan.
d. Uji Kepraktisan
menjadi skala dengan rentang nilai 1-5 dan pengkategorisasian data dengan
rentang skor 1-5. Pada tabel 18 berikut ini ditunjukkan konversi skor angket
100
Pada tabel diatas menunjukan skor minimal pada indikator tampilan
media adalah dengan memperoleh skor antara 23,8 sampai atau sama
dengan 29,4 agar mendapat nilai B dan kategori “Baik”. Pada indikator
6,8 sampai atau sama dengan 8,4. Jika skor yang diperoleh belum memenuhi
mendapatkan skor minimal. Hasil dari konversi angket respon guru antara
lain:
nilai B yaitu kategori “Baik” jika skor total yang didapatkan belum
Data yang dihasilkan dari angket respon siswa terhadap media Lorong
skala dengan rentang nilai 1-5 dan pengkategorisasian data dengan rentang
101
skor 1-5. Pada tabel dibawah ini ditunjukan konversi skor angket respon
media adalah dengan memperoleh skor antara 2,4 sampai atau sama dengan
3,2 agar mendapat nilai B dengan kategori “Baik”. Pada indikator materi
minimal memperoleh skor antara 1,8 sampai atau sama dengan 2,4 sama
antara 1,8 sampai atau sama dengan 2,4. Jika skor yang diperoleh belum
mendapatkan skor minimal. Hasil dari konversi skor respon siswa antara
lain:
102
No Skor Nilai Kategori
3. 4<X≤6 C Kurang Baik
4. 2<X≤4 D Tidak Baik
5. X≤2 E Sangat Tidak Baik
kategori “Baik” atau B jika skor total memperoleh skor antara 6 sampai
sama dengan 8. Jika skor total yang di dapatkan belum memenuhi skor
e. Uji Keefektifan
yang diperoleh dari uji coba operasional. Data yang dianalisis adalah data
yang digunakan.
103
Setelah mendapatkan hasil nilai gain score, berikutnya dibuat
2) Uji Prasyarat
Uji prasyarat yang dilakukan dalam uji kelayakan ini adalah uji
a) Uji Normalitas
Hasil perhitungan pada SPSS jika taraf signifikansi (sig) < 0,05
104
H0 : Data yang diuji berdistribusi normal.
b) Uji Homogenitas
data yang digunakan penelitian berasal dari populasi yang homogen atau
tersebut lebih dari 0,05 maka disimpulkan bahwa data yang digunakan
untuk penelitian ini berasal dari populasi yang sama atau homogen. Pada
3) Pengujian Hipotesis
a) Uji t-Independen
105
H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa
106
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Studi Pendahuluan
Tahapan yang dilakukan dalam studi pendahuluan penelitian
dan dikaji atas dasar kebutuhan dari siswa dan guru tersebut menjadi latar
a. Studi Pustaka
produk media seperti buku, laporan hasil penelitian terdahulu, artikel dalam
mengenai kemampuan berpikir kritis, media buku bergambar, dan juga materi
Mengacu dari hasil analisis diketahui bahwa media yang tepat untuk
bergambar mengenai materi sejarah. Oleh karena itu studi pustaka yang
107
pada siswa kelas V. Pada penelitian ini hasil dari studi pustaka telah
Berdasarkan analisis silabus kelas V terdapat muatan materi IPS yang paling
sesuai terhadap kebutuhan media yang menarik. Muatan materi IPS tersebut
b. Studi Lapangan
1) Hasil Wawancara
108
sudah bisa mendalami soal dengan kesulitan yang tinggi. Meskipun
demikian di lapangan, siswa terbuai oleh soal dan buku yang kurang
sampai tiga orang yang dapat mengerjakan soal tingkat tinggi atau HOTS
dengan benar.
lebih memahami peristiwa yang terjadi dalam materi IPS. Meskipun buku
siswa, guru juga menuturkan bahwa sebagian besar siswa tidak tertarik
hanya diberikan buku teks yang kurang pengemasan yang baik hal ini juga
gambar menarik dan unik. Bilamana dipenuhi oleh teks, minimal ada
109
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SD Pendowo 2
belajar visual. Gaya belajar visual dibuktikan dengan siswa senang belajar
wawancara dengan guru dan siswa adalah, guru memiliki persepsi bahwa
dengan menarik, media buku tersebut harus menarik dan sesuai dengan
2) Hasil Observasi
pembelajaran.
110
Siswa mengalami kendala pemahaman mengenai materi dengan
tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa terlihat tidak
tertarik pada pelajaran IPS ketika guru menyampaikan materi IPS siswa
yang banyak dengan text book. Hal ini terlihat jelas di lapangan saat guru
yaitu terbatas hanya buku tematik saja dan kurangnya stimulus dari soal
penalaran. Pada hasil observasi ini, kemampuan siswa dapat dilihat dari
hasil belajar yang dimiliki oleh guru. Pada soal soal tertentu dengan
111
penalaran tinggi siswa nilai siswa rendah. 75% dari total siswa belum
kurangnya interaksi antara guru dan siswa juga menjadi perhatian dalam
terdapat beberapa siswa yang tidak mengumpulkan tugas IPS. Nilai ujian
112
merupakan media buku bergambar berupa teks narasi dan ilustrasi
Dasar
materi terlebih dulu ditentukan materi dengan cara diskusi bersama dosen
media buku bergambar adalah materi sejarah di buku siswa kelas V SD,
materi.
113
e. Membuat Draf Rancangan Media Buku Bergambar dan Instrumen
Penelitian
instrumen penilaian produk oleh ahli materi dan ahli media, skala respon
guru dan siswa, soal pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis kelas
V materi IPS.
meminta izin dan dukungan dari sekolah agar penelitian berjalan dengan
kepala sekolah dan guru kelas V yang digunakan untuk uji coba. Uji coba
a. Pengembangan Produk
2013.
114
1) Pengembangan Produk
disampaikan.
menggunakan kertas ivory tebal 250 gr untuk cover dan ivory 150
gr untuk isi.
2) Produk Awal
a) Cover/Sampul
115
Gambar 4 Sampul Depan
Sampul media buku bergambar materi masa
kelas V.
116
Gambar 5 Pembatas Materi
c) Isi materi
117
Gambar 7 Halaman Profil Penulis Dan Ilustrator
kategori “layak”. Jika skor media yang didapatkan dari ahli materi
118
No Indikator Jumlah skor
Jumlah Skor 64
Skor Maksimal 75
Nilai A
Kategori Sangat Layak
antara lain:
119
dikonversi penilaian kelayakan media untuk mengetahui kelayakan,
mendapat skor 47,6 sampai atau sama dengan 58,8 yaitu minimal
antara lain:
120
V SD dengan tambahan beberapa saran. Ahli media memberikan
Basic.
melaksanakan uji coba lapangan awal, serta siswa dan guru SDN Badran 2
siswa dan guru dari SDN Pendowo 2, SDN Pendowo 3, dan SDN Badran
Pada tahap uji coba lapangan awal dan uji coba lapangan utama
121
5. Hasil Uji Coba Lapangan Awal
melibatkan siswa kelas V dan guru wali kelas. Responden pada uji coba
Pada uji coba ini guru dan para siswa melaksanakan pembelajaran
Tabel 20 Data Hasil Angket Respon Guru pada Uji Coba Lapangan
Awal.
No Indikator Skor Nilai Kategori
1. Tampilan 27 B Baik
2. Materi 20 B Baik
3. Kebermanfaatan 7 B Baik
Jumlah Skor 54 B Baik
122
Pada tabel diatas, indikator tampilan media memperoleh skor
54. Dari semua skor mendapatkan nilai B dan termasuk kategori “Baik”
berikut adalah diagram hasil skala respon guru pada uji coba lapangan
awal.
123
dijadikan bahan perbaikan sebelum dilanjutkan pada tahap uji coba
lapangan utama.
ditunjukan data hasil skala respon siswa pada tahap uji coba lapangan
Tabel 21 Data Hasil Angket Respon Siswa pada Uji Coba Lapangan
Awal.
No Indikator Skor Rata-rata Nilai Kategori
7,89. Dari semua skor mendapat nilai B dengan kategori “Baik” kecuali
Baik”. Berikut adalah diagram hasil angket respon siswa pada uji coba
lapangan awal:
124
Hasil Respon Siswa Uji Coba Lapangan
Awal
9 Skor Perolehan Respon Siswa
8
7 Skor Minimal
6
5
4
3
2
1
0
1
Series1 6
Series2 7,89
Gambar 9. Hasil Angket Respon Siswa Tahap Uji Coba Lapangan Awal
Mengacu pada gambar diagram di atas skor total yang diperoleh
siswa mencapai 7,89 dengan nilai B “Baik”. Skor yang diperoleh lebih
tinggi dibandingkan skor minimal yaitu 6 sesuai rumus konversi skor. Dari
menarik. Komentar berupa saran dan masukan daripara siswa tersebut tentu
menjadi bahan revisi sebelum dilanjutkan pada tahap uji coba lapangan
utama.
siswa dan 14 siswa. Pemilihan responden pada uji coba lapangan utama telah
125
melibatkan semua jenis kelamin baik siswa perempuan dan siswa laki-laki
dan didukung oleh karakteristik siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
muatan IPS. Selanjutnya para siswa dan guru memberikan penilaian dan
komentarnya melalui skala respon siswa dan guru. Penilaian dan komentar
Nusantara yang dikembangkan, berikut data hasil skala respon siswa dan guru
Tabel 22. Tabel Respon Guru Tahap Uji Coba Lapangan Utama
No Indikator Skor Nilai Kategori
Guru 1
1. Tampilan 29 B Baik
2. Materi 21 B Baik
3. Kebermanfaatan 12 A Sangat Baik
Jumlah Skor 61 B Baik
Guru 2
1. Tampilan 33 A Sangat Baik
2. Materi 20 B Baik
3. Kebermanfaatan 13 A Sangat Baik
Jumlah Skor 66 A Sangat Baik
126
Pada tabel diatas, berdasarkan respon guru 1 terhadap media
127
Mengacu pada gambar diagram di atas skor total yang diperoleh
dan inovatif serta kreatif untuk bahan bacaan anak karena dapat menjadi
Nusantara. Responden pada uji coba ini yaitu 20 siswa dari SDN
data hasil angket responden siswa pada tahap uji coba lapangan utama
sebagai berikut:
128
Tabel 23. Respon Siswa Tahap Uji Coba Lapangan
No Indikator Skor Rata-rata Nilai Kategori
nilai 9,72. Berikut adalah diagram hasil angket respon siswa pada
Gambar 11. Hasil Skala Respon Siswa Tahap Uji Coba Lapangan
Utama
Mengacu pada gambar diagram di atas skor total yang diperoleh
siswa mencapai 9,72 dengan nilai A berkategori sangat baik. Skor yang
129
Lorong Waktu Nusantara sudah layak dan dapat digunakan sebagai
sedangkan kelas kontrol adalah siswa kelas V SDN Badran 1. Pada kelas
buku siswa.
memberikan pretest kemampuan berpikir kritis pada semua kelas. Pada uji
pada semua kelas. Pada uji posttest memiliki tujuan untuk mendapatkan
130
informasi mengenai kemampuan berpikir kritis siswa setelah mendapatkan
Penjelasan hasil uji lapangan operasional pada penelitian ini antara lain:
Pembelajaran
tabel kemampuan awal siswa dari ketiga sekolah pada uji coba operasional
utama.
dilihat dari nilai pretest secara berturut turut adalah kelas kontrol mendapat
nilai rata rata sebesar 61, kelas eksperimen I mendapat nilai skor sebanyak
131
Berdasarkan data tersebut akan lebih mudah dilihat tingkat kemampuan
kemampuan berpikir kritis, disusul oleh kelas kontrol pada urutan kedua
dan urutan tertinggi hasil pretest terlihat pada kelas eksperimen II.
Pembelajaran
kemampuan siswa dari ketiga sekolah pada uji coba operasional utama.
132
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kemampuan siswa
dilihat dari nilai posttest secara berturut turut adalah kelas kontrol
mendapat nilai rata rata sebesar 69, kelas eksperimen I mendapat nilai
sebanyak 84. Berdasarkan data tersebut akan lebih mudah dilihat tingkat
disusul oleh kelas eksperimen I pada urutan kedua dan urutan tertinggi
Sesudah Pembelajaran
133
informasi mengenai efektivitas media Lorong Waktu Nusantara yang
memiliki jumlah soal yang sama yaitu 9 butir soal dan memiliki tingkat
kritis siswa kelas V dilihat melalui hasil perolehan nilai pretest dan
peningkatan nilai.
angka dengan nilai Gain Score senilai 0,418 dengan kriteria sedang.
134
hasil menunjukkan nilai rata rata sebelum dan sesudah pembelajaran
angka dengan nilai Gain Score senilai 0,567 dengan kriteria sedang.
eksperimen I dan II. Peningkatan hasil nilai rata rata kelas kontrol
135
eksperimen I maupun kelas eksperimen II. Mengacu pada data
V.
8. Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
a. Uji Normalitas
Data hasil uji normalitas kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini
136
Berdasarkan tabel output SPSS di atas menunjukkan bahwa atas
menunjukkan bahwa hasil dari uji normalitas pada hasil pretest dan
posters pada ketiga kelas menunjukkan nilai lebih dari nilai alpha 0,05.
0,575 > 0.05. Hasil uji normalitas pada pretest eksperimen 2 juga
menunjukkan hasil melebihi 0,05 dengan nilai 0.471. Pada hasil uji
dari 0,05 dengan nilai 0,730. Sama halnya dengan uji normalitas pada
2, dan kelas kontrol melebihi nilai alpha 0.05. Pada uji signifikan
b. Uji Homogenitas
137
Kemampuan Based on mean .018 2 57 .982
Berpikir Kritis Based on Median .003 2 57 .997
Based on Median .003 2 55.623 .997
and with adjusted df
Based on trimmed .008 2 57 .992
mean
tersebut yaitu kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol lebih
besar dari nilai alpha 0,05. Pada data based on mean menunjukkan hasil
signifikansi sebesar 0,982 melebihi nilai alpha 0.05 yang dapat diartikan
c. Uji t-Independen
dan siswa di kelas kontrol yang tidak menggunakan media tersebut terhadap
138
Nusantara dengan siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan
signifikansi yang dihasilkan lebih dari 0.05. Sedangkan jika nilai signifikansi
jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti
tidak ada perbedaan rata rata hasil belajar siswa antara kelompok Eksperimen
dan kelompok Kontrol. Namun, jika nilai Sig. (2-tailed) 0,05 maka H0
Berdasarkan hasil output SPSS pada uji independent sample t-test antara kelas
eksperimen 1 dan kelas kontrol akan terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 29. Hasil Output Uji Independent t-Test Kelas Eksperimen 1 dan
Kelas Kontrol
Independen Sampel Test
T-Test for Equality Of Means
t df Sig Mean Std. 95% Convidence
(2- Differen Error Interval of the
taile ce Differe Difference
d) nt Lower Upper
Kemampu Equal 2.81 38 .008 5.90000 2.0965 1.6557 10.144
an varianc 4 5 5 25
Berpikir e
Kritis assume
d
Equal 2.81 37.99 .008 5.90000 2.0965 1.6557 10.144
varianc 4 8 5 5 25
es not
assume
d
139
Berdasarkan tabel output independent sample test pada bagian equal
variances assumed diketahui nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,008 < 0,05, maka
dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan atau yang nyata antara
Tabel 30, Hasil Output Uji Independent t-Test Kelas Eksperimen 1 dan
Kelas Kontrol
140
assume
d
variances assumed diketahui nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka
dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan atau yang nyata antara
9. Revisi Produk
yang dilakukan oleh dosen ahli media terkait dengan sampul, pemilihan
141
1) Pemilihan warna pada sampul kurang terang dan kurang menarik karena
dikombinasikan dengan warna yang lebih cerah. Tulisan dengan latar hitam
sudah diganti dengan warna merah agar lebih mencolok. Dari segi judul
buku juga diganti agar lebih menarik dari awalnya “Perjuangan Menuju
142
2) Diberikan alur cerita agar tidak monoton hanya materi.
buku tidak teks book dan agar buku bergambar tidak monoton.
3) Font pada isi buku diganti dengan font andika basic agar lebih rapi dan
143
Selanjutnya dilakukan revisi dengan mengganti semua font isi
maupun guru kelas V. Saran yang diberikan oleh guru adalah perlu
144
Sebelum di revisi Sesudah di revisi
Mengacu pada hasil need assessment pada kajian produk akhir melalui
berpikir kritis siswa tidak dapat ditingkatkan terutama pada mata pelajaran IPS.
145
Hasil wawancara juga diperoleh informasi bahwa sebagian siswa
menuturkan bahwa ketertarikan pada buku yang berisi gambar menarik dan
keingintahuan mengenai isi dari buku tersebut. Beberapa guru di sekolah yang
kemampuan berpikir kritis. Hal ini dikarenakan adanya banyak kendala salah
satunya siswa kurang antusias seperti halnya hasil wawancara, hasil observasi
kegiatan inti, siswa asyik bermain sendiri, melamun, menganggu teman, pasif
di kelas saat diberikan stimulus, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Siswa terlihat tidak tertarik pada pelajaran IPS ketika guru menyampaikan
materi IPS siswa terlihat mengantuk dan hanya bermain dengan alat tulisnya.
pemaparan guru wali kelas, diperkuat dengan temuan saat observasi dilakukan.
banyak dengan teks. Selain itu, siswa hanya dihadapkan pada satu pegangan
146
buku pemerintah dan kurangnya menstimulasi dari soal yang mayoritas
terindeks HOTS.
media pembelajaran yang menarik. Salah satunya adalah penelitian Nur Aeni
Cimanggu Kab. Cilacap terkait kemampuan berpikir kritis siswa, masih banyak
ditemukan jawaban sama ketika menjawab soal uraian. Sementara itu guru
dengan meminta siswa untuk membaca dan menghafal nama peristiwa, tokoh,
tanggal, dan seterusnya kemudian guru hanya mengajar dengan membaca apa
yang ada di dalam buku yang sudah disediakan pemerintah setelahnya guru
memberikan soal dan siswa menjawab, maka selesailah pelajaran materi sejarah
menyatakan tidak senang dengan pelajaran IPS karena terlalu banyak hafalan,
ketika pembelajaran IPS adalah suasana kelas yang pasif, guru monoton, dan
siswa tidak fokus dan malah asyik bercerita dengan temannya (Aeni et al.,
berpikir kritis pada siswa dengan penggunaan media pop up book pada kelas
eksperimen 82,86% sedangkan kelas kontrol 30% dengan uji-t dengan hasil
147
penggunaan media Pop Up Book memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
nilai akhir rata-rata hanya 36,5%, dengan hanya 2,09% yang lulus ujian
(NACE) pada tahun 2016 yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis
dalam aspek memecahkan masalah diberi peringkat penting oleh 144 pemberi
Employers, 2016). Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh
oleh Bassaham Irwin, Nardoem dan Wallace (2013) yang menunjukkan bahwa
kritis yang ada dalam diri peserta didik yang akan mengarah ke pemikiran
tingkat tinggi (Bassaham et al., 2013). Hal ini juga sesuai dengan (Costa &
Kallick, 2014) yang menyatakan hal tersebut. Kemampuan berpikir kritis secara
148
Permasalahan serupa juga ditemukan pada penelitian Estheria
kelas IV, aktivitas pengajaran di kelas masih didominasi guru, sehingga belum
konsep dari pelajaran IPA masih yang sifatnya pasif. Guru juga kurang
kritis. Hasil responden dari 30 siswa, ada sekitar 21 siswa lebih senang
membaca atau belajar melalui buku cerita IPA bergambar karena siswa lebih
dinyatakan layak digunakan untuk pembelajaran. Selain itu, media buku ini
dapat mendorong siswa cepat tanggap dalam merespon pembelajaran dan dapat
dengan gambar gambar yang unik merupakan salah satu jawaban yang dapat
149
memiliki kemampuan berpikir kritis. Tomkins (2015) mengindikasi bahwa
kritis. Oleh karena itu pentingnya mengembangkan buku yang unik dan menarik
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Burak & Gultekin, 2021)
menuturkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual memiliki ciri ciri yaitu
siswa lebih suka instruksi tertulis atau visual, siswa menikmati menonton dan
disajikan oleh gambar, diagram, gambar atau foto dengan baik, ciri lain yaitu
siswa dapat memberikan garis pada informasi yang menurut siswa penting.
dikategorikan menjadi tiga jenis, (1) hambatan ontogenik, yaitu hambatan yang
didaktis, yaitu kendala yang muncul dari pilihan guru melaksanakan praktik
pengetahuan itu sendiri. Berdasarkan teori tersebut maka kendala yang terjadi
150
Hal senada juga disampaikan oleh Rose & Nicholl (2022:13) untuk
menghadapi perubahan yang cepat, siswa perlu diberikan bekal tentang cara
belajar dan cara berpikir. Sangat tepat bila dari sekolah dasar sudah dibekali dan
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS. Hal ini untuk
yang tepat dan salah satunya adalah memberi soal HOTS (Rahmi & Azrul,
yang akan berujung pada kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Pentingnya
guru yang mampu menjadi fasilitator cerdas bagi siswanya. Melalui pendidikan
efektif dan bermakna akan terwujud generasi smart dengan kompetensi holistic
yang unggul, cendekia, dan bermartabat. Oleh karena itu dalam membelajarkan
bagi siswa dan guru. Taman baca di kelas kurang mendukung proses
151
terkait pembelajaran. Literasi informasi adalah kemampuan menyadari
Indonesia yang terdiri dari cerita dan gambar yang membuat siswa tertarik.
Ketertarikan siswa pada cerita dan gambar tersebut memuat materi IPS
dan warna disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki anak usia kelas V.
Media ini terdiri dari sampul buku, pendahuluan, petunjuk penggunaan buku,
prolog, isi buku berupa materi ketika sebelum merdeka, saat merdeka dan
sesudah merdeka, daftar pustaka, dan identitas penulis. Sebelum masuk pada
inti buku siswa mengenal tokoh dan alur yang tertulis pada prolog. Setelah itu
siswa memasuki cerita sejarah sehingga siswa merasa tertarik dan penasaran
apa yang terjadi selanjutnya pada buku bergambar tersebut. Ketertarikan siswa
tidak membosankan bagi siswa. sampul awalnya yang didominasi hanya warna
biru dan hijau kini terdapat sentuhan warna merah, pada isi draf awal belum
mencantumkan alur cerita, pada produk akhir setelah validasi media tersebut
152
buku ditambah dengan alur cerita. Produk yang dihasilkan adalah produk yang
sudah melewati beberapa proses yaitu melewati validasi ahli materi, validasi
ahli media, melalui hasil respon guru dan respon siswa sehingga produk yang
melalui font, kualitas kertas, dimensi, tata letak halaman, halaman sampul, dan
estetika yang positif terdapat buku untuk anak-anak (Djamaludin, 2019). Anak-
anak harus melihat unsur intrinsik di sampul, di elemen visual lainnya, atau di
buku secara keseluruhan saat anak-anak melihatnya (Cer & Sahin, 2016c).
Buku yang dihasilkan sesuai dengan konstituen utama pada tata letak
halaman antara keselarasan antara gambar dan teks dan margin. Kekayaan
visual sebuah halaman dapat dianggap sebagai variabel penting lainnya dalam
interaksi anak (Cer & Sahin, 2016c). Oleh karena itu, sampul buku dan halaman
anak-anak untuk membaca dan melihat buku. elemen pertama yang menarik
anak-anak ke sebuah buku adalah dunia visual dan alasan utama anak anak
memiliki banyak hal penting yang berfungsi khususnya membuat makna buku
153
Produk yang dihasilkan yaitu buku bergambar dengan gambar animasi
fiksi yang menarik. Kemenarikan buku fiksi berpotensi mengubah hidup anak
anak menurut Dewan Nasional Guru Bahasa Inggris (NCTE, 2016). Buku
dengan sentuhan fiksi mengundang imajinasi dan keajaiban sehingga anak ana
dengan kategori sangat layak. Buku materi bergambar dengan materi sejarah
Nusantara”. Hasil perolehan skor awal oleh ahli materi berkategori layak
dengan revisi. Buku materi bergambar mengalami beberapa revisi. Revisi awal
dilakukan pada saat melakukan validasi materi. Pada validasi materi terdapat
Indonesia Jilid 1-6 atau bisa menggunakan buku Indonesia dalam Arus Sejarah
gambar yang dikutip. Setelah melakukan revisi maka buku materi bergambar
media.
ahli media berkategori layak dengan revisi. Proses validasi ahli media dilakukan
dengan 2 kali revisi. Kali pertama dengan draf awal buku materi bergambar
mengganti judul buku agar lebih menarik dengan warna dan jenis font,
154
mengubah tata letak buku antara materi, dan gambar dan menambahkan
siswa dengan membaca buku tersebut karena masuk ke dalam cerita. mengganti
font sehingga diharapkan lebih rapi dan mudah terbaca oleh anak. Setelah
semua masukan validator tersebut maka akan dilanjutkan dengan merevisi dan
secara bertahap sesuai dengan alur pengembangan Borg and Gall. Proses
harus adanya dukungan sarana dan prasarana sebagai penunjang (Wijayanti &
Relmasira, 2019). Sarana dan prasarana salah satunya adanya adanya buku
penunjang. Buku penunjang tersebut harus divalidasi oleh ahli media dan ahli
2018).
diri dan kosa kata ditingkatkan dengan membaca buku buku tersebut. mereka
155
Bahasa dengan lebih baik, menggunakan kata sifat dan kata keterangan dalam
Wasik & Obligasi 2001). Kebermanfaatan lain yaitu anak berpartisipasi dalam
bertemu dengan buku-buku berkualitas sastra yang sesuai untuk mereka untuk
mereka.
(Cer & Sahin, 2016a) anak sebagai stimulus vital untuk anak. Kontribusi karya
sastra untuk anak yang berkualitas bagi perkembangan daya imajinasi anak
memperkenalkannya pada anak anak mengenai sisi kuat dan lemah, konflik, dan
kosa kata untuk terlibat dalam bertanggung jawab berpikir tingkat tinggi atau
berpikir kritis tidak dapat disangkal (Aslan, 2007; Diliduzgun, 2004; Sever,
2009).
meningkatkan tingkat harga diri pada siswa. Penelitian yang telah dilakukan
pada 93 siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen
156
diberikan buku yang berkualitas dan pada kelas kontrol diberikan buku tidak
peningkatan harga diri dibandingkan dengan siswa kelas kontrol dengan buku
tidak berkualitas (Cer & Sahin, 2016b). Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat
Hasil uji kepraktisan produk diketahui melalui hasil respon guru dan
respon siswa. Respon guru terbagi menjadi respon pada saat uji lapangan awal
dan uji lapangan utama yang keduanya memiliki peningkatan. Respon guru
pada uji lapangan awal dilakukan di SDN Bengkal 2 dengan perolehan skor
total nilai 54 dan mendapat nilai baik “B” kategori Baik meskipun masih
nilai tidak mencapai nilai A dengan kategori sangat baik dan masih ada saran,
maka buku bergambar diperbarui dan diujikan lagi untuk memperoleh respon
Tahap berikutnya adalah respon guru pada uji lapangan utama di SDN
dengan kategori baik dan guru kedua mencapai nilai 66 dengan nilai A
berkategori sangat baik. Dari kedua data tersebut yang dihasilkan dari kedua
Nusantara sudah layak dan dapat digunakan. Pada uji lapangan utama ini, guru
menarik dan buku sesuai dengan karakteristik anak sekolah dasar. Sedangkan
157
pada guru 2 memberikan apresiasi berupa media yang ditampilkan menarik,
inovatif, serta kreatif dan dapat menjadi bacaan referensi siswa di sudut baca
atau perpustakaan.
tersebut sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh ahli. Bahwa untuk
berupa rangsangan dari luar dan rangsangan dari dalam diri peserta didik
lima menurut Ali Mustadi (2019) terbagi menjadi dua faktor. Faktor pertama
adalah faktor internal. Pada faktor internal terbagi menjadi delapan faktor yaitu,
(1) kondisi fisik pada siswa, mengerti isi buku dan fungsi membaca. (2) sikap
membaca. (3) penglihatan dan pendengaran. (4) motivasi belajar dan tugas
perhatian guru, mengikuti teman sebaya. (2) ajakan teman sebaya, situasi
budaya, pengalaman ajaran agama. (3) variasi bacaan dari guru, aturan, dan
bacaan untuk mendapatkan bacaan. (4) alur bacaan. (5) kelengkapan bacaan, (6)
penyediaan bacaan dan ketersediaan tempat baca. (7) tekanan teman sebaya,
budaya dan iklim lingkungan. (9) ketersediaan membaca. (10) dorongan orang
158
Mengacu pada perolehan hasil dari validasi yang lolos uji maka dapat
diketahui bahwa media buku Lorong Waktu Nusantara layak untuk digunakan.
Tanggapan guru terkait dengan media tersebut yaitu siswa menjadi suka belajar
sejarah karena buku menarik dan jarang ditemui ada buku dengan bacaan yang
perhatian siswa pada materi serta meningkatkan respon awal siswa pada proses
pembelajaran (Siwi & Setiawan, 2021). Media buku bergambar juga dapat
“Lorong Waktu Nusantara” yaitu siswa menyukai media tersebut karena materi
sejarah tidak membosankan tetapi dipenuhi oleh gambar. Siswa juga tertarik
memperdalam isi dari buku. Atas dasar ketertarikan siswa membaca lagi setelah
sekolah. Manfaat lain dari buku bergambar adalah mudah digunakan baik
159
perorangan maupun kelompok, satu gambar dapat digunakan oleh siswa dalam
terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan guru atau pembelajaran untuk
tersebut terlihat dari signifikansi kenaikan skor pretest dan posttest siswa.
gambar dan materi yang dibalut cerita sehingga memudahkan siswa dalam
perhatian anak dan dapat memotivasi anak untuk lebih memahami pelajaran di
“Lorong Waktu Nusantara” daripada siswa hanya dengan buku siswa yang
160
biasa digunakan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis tersebut senada
dengan konsep konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Adapun makna
relevan dalam struktur kognitif siswa, baik dalam bentuk hubungan yang
bersifat abstrak dan mampu meningkatkan hasil maupun prestasi belajar. Hal
tersebut sejalan dengan teori belajar yaitu teori belajar Piaget (Santrock: 2007)
yang menyatakan bahwa anak sekolah dasar usia 11 tahun masih dalam tahap
161
pikiran anak terbatas pada objek-objek yang mereka jumpai dari pengalaman
langsung yang berarti bahwa anak dapat mengerti jika dibantu dengan bantuan
benda konkret. (Zakiyah et al., 2022). Benda kongret yang dapat dimanfaatkan
bergambar.
berpikir kritis siswa juga dilakukan oleh Zakiyah (2022). Menyebutkan bahwa
kemampuan anak dalam berpikir kritis. Sama seperti hasil analisis kemampuan
juga terjadi pada penelitian yang dilakukan di Texas. Kehadiran buku di kelas
dan perpustakaan mempunyai keuntungan bagi anak untuk dapat dipilih dan
grafis setelah membaca buku, menulis kreatif dari perspektif karakter dalam
buku adalah kegiatan yang dapat dikembangan untuk membuat siswa lebih
162
bahwa isu-isu imigrasi di Texas dapat diredam dan dipahami siswa melalui
dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar dapat memberi manfaat bagi
mencoba memahami dan menilai apa yang terjadi dalam cerita. Buku yang baik
adalah buku yang tidak mempengaruhi mereka secara negatif karakter yang
menakutkan. Buku untuk anak anak dibuat untuk membantu anak berpikir
kritis. Buku dengan nilai, penilaian, atau aturan masa lalu yang jauh tidak boleh
dibawa generasi ke generasi melalui anak anak (Cer & Sahin, 2016c). Nilai-
segi.
C. Keterbatasan Penelitian
163
1. Pada tahap analisis kebutuhan melalui wawancara, kurang banyak
belajar lain. Hal ini dimungkinkan akan berimbas pada kemampuan anak
dalam berpikir kritis karena media kurang relevan dengan gaya belajar
anak.
164
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
penilaian ahli media dan ahli materi. Hasil penilaian ahli media terhadap
masuk kategori “Sangat Layak”. Hasil penilaian ahli materi terhadap media
sekolah dasar kelas V. Hal ini didasarkan pada hasil perolehan skor dari guru
“Sangat Baik”. Kedua skor tersebut lebih tinggi dari skor minimal sehingga
angket respon guru praktis digunakan untuk siswa kelas V. Hasil penilaian
pada angket respon siswa mencapai 9,72 dengan kategori “Sangat Baik”
165
3. Hasil uji keefektifan media buku materi bergambar memperoleh hasil
Waktu Nusantara”. Perolehan nilai uji t-Independen sebesar 0,008 dan 0,001
produk buku materi bergambar sebagai salah satu alat bantu belajar pada
sampai kemerdekaan.
166
C. Diseminasi
167