Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PABP

“MEMBIASAKAN BERPIKIR KRITIS SAN SEMANGAT MENCINTAI IPTEK“

KOMPETENSI KEAHLIAN

TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

• AHMAD KURNIA SYANDI


• ADITYA
• AFIF SOLAHUDIN

YAYASAN MANBAUL FALAH KH.SHIDDIQ

SMK MAMBAUL FALAH

Jl.Kudus-Muria Piji Dawe Kudus KM 10 Telp.(0291)2912752

Website : www.smkmambaulfalah.sch.id

Email : smkmafa07@yahoo.com

TAHUN 2023/2024
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk


kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh
tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para
ahli.

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir


kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan
penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan
sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan
sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000)

Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir
pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan
bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang
menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan
pertanyaan yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi,
memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang
paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang menentukan
keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan untuk para
pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan
berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai
dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai dengan
populasi siswa (Cotton K., 1991).
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di
Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian
menggunakan pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih
tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah
terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah
pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan
berikutnya untuk meluruskan a danya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang
belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada
program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal
hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih
dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004)

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berkembang semakin pesat harus
diiringi dengan peningkatan kualitas pendidikan sebagai upaya dalam menciptakan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas baik secara fisik, mental, dan spiritual.
Pemerintah telah melakukan upaya berkesinambungan dalam keberhasilan pendidikan
yaitu dengan penyempurnaan kurikulum. Kurikulum 2013 yang berlaku saat ini
merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum KTSP tahun 2006. Kurikulum 2013 ini
menghendaki bahwa semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap aspek
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa serta pengetahuan yang
diperoleh dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, pemerintah
sudah mempersiapkan pendidikan abad XXI dengan mengedepankan industry 4.0 yang
didalamnya terdapat 4C yaitu Crytical Thingking, Creativity, Colaboration dan
Communicaton. Dalam mempersiapkan siswa di abad 21 ini, siswa tidak cukup hanya
berpengetahuan saja akan tetapi harus dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis,
kreatif, berkarakter kuat yang didukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi
dan berkomunikasi.

Salah satu mata pelajaran di sekolah yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran di
kelas dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah matematika. Mata
pelajaran matematika merupakan sebuah ilmu dengan objek kajian yang bersifat abstrak.
Abstrak digambarkan sebagai benda yang tidak kongkret, tidak memiliki bentuk nyata
dan hanya terdapat dalam pikiran. Akan tetapi bukan berarti pembelajaran matematika
merupakan pembelajaran yang berupa khayalan. National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya
dilakukan dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah,
penalaran dan pembuktian, koneksi matematika, komunikasi matematika, dan
representasi (NCTM, 2000). Belajar matematika merupakan kegiatan untuk berlatih
berpikir logis dan sistematis dalam melihat situasi yang ada dan memecahkan
permasalahan tersebut dengan metode yang tepat. Sifat inilah yang membuat matematika
sering diterapkan dalam kehidupan nyata. Akan tetapi, kenyataannya siswa di Indonesia
masih mengalami kesulitan menjawab permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan
nyata. Misalkan permasalahan yang sederhana yaitu persamaan linear dua variable (A.
Nasriadi, 2017). Siswa sebagian besar mengalami kesulitan dalam merubah permasalahan
kedalam bentuk model matematikanya. Soal tersebut memiliki konteks pekerjaan yang
bisa dibayangkan oleh siswa karena peristiwa tersebut ada dalam kehidupan sehari-
harinya. De Lange (dalam Sari, 2016) menyatakan bahwa konteks

Nyata akan dapat membangun konsep matematika siswa dengan model yang
dibangunnya sendiri. Guru harus memikirkan dengan teliti agar permasalahan dalam
kehidupan nyata yang dibuat dapat dipahami oleh seluruh siswa dan proses
pembelajarannya menarik untuk diikuti. Selain membuat proses pembelajaran yang
menarik, guru juga harus menuntun siswa agar bisa menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dengan cara berpikir. Berpikir dapat terjadi pada siswa yang mengalami
masalah atau sedang dihadapkan pada masalah. Menurut Sugihartono dkk (2007),
berpikir merupakan suatu proses mental yang bertujuan untuk memecahkan suatu
masalah. Kemampuan berpikir kritis siswa sangan penting dalam abad 21 ini yaitu salah
satunya untuk menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

Kemampuan berpikir kritis pada siswa merupakan kemampuan yang dibutuhkan siswa
dalam menyelesaikan permasalahan. Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis dalam
Fischer (2001) menyatakan critical thinking is reasonable, reflective thinking that is
focused on deciding what to believe or do. Menurut Facione (2013) bahwa critical
thinking is thinking that has a purpose (proving a point, interpreting what something
means, solving a problem), but critical thinking can be a collaborative, noncompetitive
endeavor. Menurut Acharya (2016) bahwa Critical thinking is an ability to think outside
the ‘box’ or to look at the situation from another point of view and to think beyond the
limits that will result in very useful creative solutions. Berdasarkan beberapa pendapat
diatas kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan siswa berpikir dan aktif
menyelesaikan berbagai masalah melalui pengetahuan dan kemampuan intelektual yang
dimiliki.
Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengaruh dari berpikir
kritis terhadap prestasi siswa. Berdasarkan penelitian Surya Hasibuan (2016) bahwa
tingkat berpikir kritis siswa kelas X RPL SMK Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara
masih pada kategori sangat rendah, hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan
waktu dan kurang terbiasanya siswa berpikir kritis dan memiliki kebiasaan bepikir praktis
Sedangakan penelitian yang dilakukan oleh Yogita Shenny (2017) mendapatkan hasil
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa di Purwokerto masih rendah. Hasil survey PISA
pada tahun 2018 menentukkan bahwa prestasi belajar siswa di Indonesia pada mata
pelajaran matematika berada di peringkat 72 dari 78 negara.Kondisi ini membutuhkan
perhatian lebih karena dimasa yang akan datang masalah akan semakin kompleks untuk
dihadapi. Data UNESCO pada tahun 2015 (dalam Handayani, 2017) memaparkan
mengenai mutu pendidikan matematika di Indonesia yang salah satunya memberikan
fakta tentang rendahnya prestasi matematika siswa di Indonesia, yaitu peringkat ke-34
dari 38 negara yang diamati. Selain itu, hasil survei Trends In International Mathematics
and Science Study (2015) terhadap 49 negara dalam pembelajaran matematika, dimana
Indonesia mendapatkan peringkat ke-44. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan suatu
masalah berdasarkan peringkat dari data diatas terlihat masih kurang. Salah satu
penyebabnya adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yang mengakibatkan
rendahnya prestasi belajar siswa.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah definisi dari berfikir kritis?


2. Bagaimana komponen, indikator, dan pengukuran dari berfikir kritis?
3. Apa saja model berpikir kritis dalam kerohanian?
4. Bagaimana analisa berpikir kritis?
5. Apa contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis?
6. Bagaimana pembahasan mengenai kasus tersebut?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari berfikir kritis


2. Mengetahui model berpikir kritis dalam kerohanian dan demokrasi
3. Mengetahui analisa berpikir kritis
4. Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui dan memberikan contoh berpikir kritis dalam bidang kerohanian serta
pendidikan

Bab II

Isi

Konsep Teori 1.5

Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta
yang valid (sah) serta argumen yang akurat. Warga negara yang demokrat hendaknya
selalu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas sosial,budaya, dan politik)
maupun terhadap kenyataan supraempiris (agama, mitologi, dan kepercayaan). Sikap
kritis juga harus ditujukan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai
sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus didukung
oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa yang dekritisi.

Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung dengan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah secara damai. Masalah yang berasal dari perbedaan
pendapat dapat berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan penyelesaian masalah
dilakukan dengan damai bukan kekerasan.

Makna demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, kemudian
melindungi semua kepentingan rakyat. Jadi, islam sebenarnya identik dengan demokrasi,
tetapi demokrasi dalam islam memiliki perbedaan-perbedaan dengan demokrasi yang
dicetuskan.
1.6 Ayat-ayat Alquran tentang Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis

1. Surah Ali 'Imran Ayat 190-191

Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).

Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi
serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan
malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada
tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan
pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda bukti yang menunjukan
keesaan Allah Awt., kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya.

3.Surah ar-Rahman ayat 33

Artinya: ”Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan”
2. Surah Ali 'Imran Ayat 159

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah
membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).

Surah Ali 'Imran ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah. Ayat
ini diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah Saw. yang telah
menyepakati keputusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang Uhud, tetapi mereka
melanggar kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap melanggar dari keputusan musyawarah
dalam Perang Uhud, kaum muslimin menjadi sulit mengalahkan musuh.

1.7 Contoh Kasus Berpikir Kritis

Sebenarnya kita dapat melakukan banyak hal yang membutuhkan berpikir kritis,
seperti pada saat ujian. Disitu kita diwajibkan berpikir kritis untuk menjawab soal-soal dalam
ujian tersebut. Dalam menjawab soal-soal tersebut kita sudah menunjukkan bagaimana cara
kita berpikir kritis karena untuk menjawab soal-soal tersebut, sebelumnya kita pasti membaca
soal tersebut, lalu kita memahami soal tersebut dan kita berpikir apa jawaban yang tepat
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dengan cara itu kita sudah belajar bagaimana cara
berpikir kritis.

Contoh lainnya adalah pada saat kita bermusyawarah. Dalam bermusyawarah kita
juga melakukan hal-hal yang membutuhkan berpikir kritis. Disitu kita harus berusaha
mengeluarkan ide-ide yang ada di pikiran kita untuk dipertimbangkan oleh seluruh peserta
musyawarah. Dalam mempertimbangkan ide tersebut kita juga melakukan berpikir kritis
karena dalam mempertimbangkan ide tersebut kita pasti mempertimbangkan apakah itu baik
untuk dilaksanakan atau tidak.

Sebenarnya kegiatan berpikir kritis itu banyak dilakukan di sekitar kita. Jadi kita sebagai
penerus bangsa harus bisa berpikir kritis demi kemajuan bangsa Indonesia.

1.8 Berpikir Kritis Menurut Al-Qur’an

Dalam Al-qur’an kita sering membaca atau mendengar kata-kata, afalaa ta’qiluun,
afalaa tatazakkaruun, afalaa tasykuruun, dan sebagainya hingga yang paling tertinggi ialah
ulu al-bab. Semua itu kalau kita artikan ada indikasi atau perintah Allah SWT, supaya kita
berpikir. Berpikir yang tidak hanya satu objek, tapi berbagai objek lainnya.

Bagaimana konsep berpikir secara intelektualitas itu?,

Sengaja saya mengambil tema di atas, karena saya ingin berusaha membangunkan
orang-orang yang sedang tertidur, dan menghidupkan kembali akal yang telah mati. Dalam
artian, terjauh dari apa yang namanya justifikasi dan terbodohi. Seperti yang sudah
disebutkan di atas, bahwa dalam firman Allah SWT tercatat kata-kata ulul al-bab. Ulul Albab
adalah istilah khusus yang dipakai al-Qur’an untuk menyebut sekelompok manusia pilihan
semacam intelektual. Istilah Ulul Albab 16 kali disebut dalam al-Qur’an. Namun, sejauh itu
al-Qur’an sendiri tidak menjelaskan secara definitive konsepnya tentang ulul albab. Ia hanya
menyebutkan tanda-tandanya saja. Karena itulah, para mufassir kemudian memberikan
pengertian yang berbeda-beda tentang ulul albab.

Imam Nawawi, misalnya, menyebut bahwa ulul albab adalah mereka yang
berpengetahuan suci, tidak hanyut dalam derasnya arus. Dan yang terpenting, mereka
mengerti, menguasai dan mengamalkan ajaran Islam. Sementara itu, Ibn Mundzir
menafsirkan bahwa ulul albab sebagai orang yang bertaqwa kepada Allah, berpengetahuan
tinggi dan mampu menyesuaikan diri di segala lapisan masyarakat, elit ataupun marginal.
1.9 Ciri-Ciri Ulul Albab

Ciri-ciri ulul albab yang disebut dalam al-Qur’an adalah

1. Pertama, bersungguh-sungguh menggali ilmu pengetahuan. Menyelidiki dan


mengamati semua rahasia wahyu (al-Qur’an maupun gejala-gejal alam), menangkap
hukum-hukum yang tersirat di dalamnya, kemudian menerapkannya dalam
masyarakat demi kebaikan bersama.

2. Kedua, selalu berpegang pada kebaikan dan keadilan. Ulul Albab mampu
memisahkan yang baik dari yang jahat, untuk kemudian memilih yang baik. Selalu
berpegang dan mempertahankan kebaikan tersebut walau sendirian dan walau
kejahatan didukung banyak orang. "Tidak sama yang buruk (jahat) dengan baik
(benar), meskipun kuantitas yang jahat mengagumkan dirimu. Bertaqwalah hai ulul
albab, agar kamu beruntung" (QS, Al-Maidah, 100)

3. Ketiga, teliti dan kritis dalam menerima informasi, teori, proporsisi ataupun dalil yang
dikemukakan orang lain. Bagai sosok mujtahid, ulul albab tidak mau taqlid pada
orang lain, sehingga ia tidak mau menelan mentah-mentah apa yang diberikan orang
lain, atau gampang mempercayainya sebelum terlebih dahulu mengecek
kebenarannya. "Yang mengikuti perkataan lalu mengikuti yang paling baik dan benar,
mereka itulah yang diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah ulul albab" (QS, Az-
Zumar, 18).

4. Keempat, sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu. Sejarah adalah
penafsiran nyata dari suatu bentuk kehidupan. Dengan memahami sejarah kemudian
membandingkan dengan kejadian masa sekarang, ulul albab akan mampu membuat
prediksi masa depan, sehingga mereka mampu membuat persiapan untuk menyambut
kemungkinan- kemungkinan yang bakal terjadi.
5. Yakni, kelima, rajin bangun malam untuk sujud dan rukuk dihadapan Allah swt. Ulul
Albab senansiasa "membakar" singgasana Allah dengan munajadnya ketika malam
telah sunyi. Menggoncang Arasy-Nya dengan segala rintihan, permohonan ampun,
dan pengaduan segala derita serta kebobrokan moral manusia di muka bumi. Ulul
Albab sangat "dekat" dengan Tuhannya.

6. Keenam, tidak takut kepada siapapun, kecuali Allah semata. Sadar bahwa semua
perbuatan manusia akan dimintai pertanggungan jawab, dengan bekal ilmunya, ulul
albab tidak mau berbuat semena-mena. Tidak mau menjual ilmu demi kepentingan
pribadi (menuruti ambisi politik atau materi). Ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat
pedang bermata dua. Ia dapat digunakan untuk tujuan-tujuan baik, tapi bisa juga
digunakan dan dimanfaatkan untuk perbuatan-perbuatan yang tidak benar. Tinggal
siapa yang memakainya. Ilmu pengetahuan sangat berbahaya bila di tangan orang
yang tidak bertanggung jawab. Sebab, ia tidak akan segan-segan menggunakan hasil
teknologinya untuk menghancurkan sesama, hanya demi menuruti ambisi dan nafsu
angkara murkanya.

Bab III

Penutup

2.0 Kesimpulan

Setelah di atas menjelaskan tentang konsep ulul al-bab, maka pada dasarnya kita
sedang membicarakan tentang bagaimana konsep berpikir kritis. Bertanya, Tidak taqlid, tidak
mudah terhasut orang dan yang terpenting tidak toh langsung menjustifikasi salah dan benar.

2.7 Saran

Saran dari saya, jadilah orang yang bodoh untuk bertanya, dan janganlah menjadi orang yang
pintar yang membodohi dirinya.

Wallahu a’lam bishawab!!


DAFTAR PUSTAKA

https://app.emaze.com/mobile/@aloqwccqt?tgjs=0

https://klaten.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-2415540755/rangkuman-cara-berfikir-
kritis-dan-mencintai-iptek-dalam-islam

https://www.slideshare.net/ctsawab/01-membiasakan-berpikir-kritis-dan-semangat-
mencintai-iptekpptx

Anda mungkin juga menyukai