Anda di halaman 1dari 4

Pengembangan Buku Ajar Kimia Berbasis Computational Thinking untuk Melatihkan

Keterampilan Berfikir Kritis Peserta Didik

Sigit Purnomo – NIM 2107970500035

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tuntutan pendidikan pada abad 21 semakin meluas tidak hanya dalam penguasaan secara
kognitif, namun juga pengalaman ilmiah seorang peserta didik dalam implementasi penyelesaian
masalah – masalah. Center For Curriculum Redesign (CCR) menawarkan sebuah kerangka kerja
lengkap untuk menyongsong pendidikan di abad 21 melalui 4 dimensi yaitu pengetahuan,
kemampuan/keterampilan, karakter dan metakognitif. (Bialik,2014) US-based Partnership for 21st
Century Skills (P21), mengidentifikasi keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skills),
keterampilan berpikir kreatif(Creative Thinking Skills), keterampilan komunikasi (Communication
skills), dan keterampilan kolaborasi (Collaboration skills) sebagai kompetensi yang diperlukan di
abad ke-21. Kompetensi tersebut dikenal dengan kompetensi 4C. (Arsad, 2011)

Survei PISA 2018, menilai 600.000 siswa yang berusia 15 tahun dari 79 negara.
Berdasarkan survei tersebut, diperoleh nilai kemampuan matematika siswa Indonesia sebesar 379,
menduduki peringkat ke-7 dari bawah, sedangkan rata-rata negara anggota OECD untuk
matematika dan sains adalah 489 (Schleicher, 2019). Kemampuan dan penerapan komunikasi
matematis, pemecahan masalah serta penalaran siswa Indonesia masih belum optimal (Annizar,
2015).

Fauzi & Abidin (2019) mengungkapkan bahwa soal-soal PISA menuntut kemampuan
pemecahan masalah serta kemampuan dalam bernalar. Seorang siswa dapat dikatakan mampu
bernalar apabila mampu menerapkan pengetahuannya pada kondisi baru yang belum pernah di
kenalinya. Kemampuan inilah yang biasa dikenal dengan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis
adalah keterampilan dengan tujuan pemrosesan, penguraian, dan pembuatan hipotesis, umumnya
menggunakan lebih banyak beragam informasi (Brown, 2015). Berpikir kritis merupakan salah satu
kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengacu pada tujuan, penilaian yang menghasilkan interpretasi,
analisis, evaluasi, dan penyimpulan, serta penjelasan tentang pertimbangan yang mengandung
bukti, konseptual, metodologis, atau kontekstual (Guo, 2016).
Computational Thinking merupakan sebuah cara berpikir analitik, pendekatan berpikir matematis
secara umum yang mungkin digunakan dalam memecahkan sebuah masalah, pendekatan pemikiran
teknik secara umum yang memungkinkan merancang dan mengevaluasi sistem yang kompleks dan
besar yang ada di dunia nyata, serta pendekatan berpikir saintifik secara umum dalam memahami
kemampuan komputasi, kecerdasan, pikiran dan perilaku manusia( Wing, 2008). Berpikir
komputasi merupakan rangkaian proses yang dilakukan secara kreatif dalam menerapkan
penyelesaian masalah yang meliputi ide, tantangan, dan peluang yang ditemui guna
mengembangkan solusi yang dipilih (Fajri et al., 2019). Berbeda halnya menurut Munir (dalam
Malik et al., 2018), berpikir komputasi adalah berpikir menggunakan logika, melakukan sesuatu
secara bertahap, dan menentukan keputusan jika menghadapi dua kemungkinan yang berbeda. Jadi
dapat disimpulkan bahwa berpikir komputasi adalah proses berpikir dalam menyelesaikan masalah
yang kompleks dengan berbagai cara sederhana. Computational Thinking adalah sebuah metoda
dan proses berpikir untuk penyelesaian persoalan dengan menerapkan 4 inti konsep yaitu
dekomposisi, abstraksi, algoritma dan generalisasi (TOKI, 2018). Apabila siswa dapat
membiasakan diri dalam mengimplementasikan kemampuan berpikir komputasi guna
menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari, maka siswa tersebut akan lebih berpikir kritis
dalam memecahkan suatu permasalahan dengan efektif, dan efisien. Mufidah (2018).
Salah satu cabang dari sains adalah kimia. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,
Berdasarkan uraian diatas, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan
komposisi, sifat, perubahan, dinamika, dan energetika materi. Pembelajaran kimia sudah
seharusnya diarahkan memfasilitasi keterampilan berfikir kritis dalam rangka menyiapkan siswa
untuk kehidupannya di masa depan. Seiring dengan itu, penilaian hasil belajar kimia dengan
menggunakan teks yang kontekstual dan terintegrasi seperti pada tes PISA tentu akan menjadi lebih
bermakna (Seprianto, 2014).

Berdasarkan urian di atas diperlukan sebuah upaya untuk menginjeksi pembelajaran,


khususnya kimia, dengan proses berfikir komputasi yaitu dengan mengembangkan buku ajar kimia
yang didasarkan pada Computational Thinking untuk melatihkan keterampilan berfikir kritis
peserta didik.

1. 2 Rumusan Masalah : `

Secara garis besar dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu :“Bagaimana kelayakan Buku ajar
kimia berbasis Computational Thinking dalam melatihkan berfikir kritis siswa ?”.
Rumusan masalah tersebut dapat dijelaskan melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas Buku ajar kimia berbasis Computational Thinking dalam melatihkan berfikir
kritis siswa ?
2. Bagaimana keefektifan Buku ajar kimia berbasis Computational Thinking dalam melatihkan
berfikir kritis siswa?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan, penelitian ini memiliki tujuan
mendeskripsikan kelayakan Buku ajar kimia kimia berbasis Computational Thinking dalam
melatihkan berfikir kritis siswa yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan validitas Buku ajar kimia berbasis Computational Thinking dalam
melatihkan berfikir kritis siswa ditinjau dari segi isi dan konstruk.
2. Mendeskripsikan keefektifan Buku ajar kimia berbasis Computational Thinking dalam
melatihkan berfikir kritis siswa ditinjau dari peningkatan hasil belajar siswa

1. 4 Manfaat

1. Bahan ajar berbasis Computational Thingking dapat digunakan oleh guru dalam uoaya
melatihkan ketarampilan berfikir keitis siswa

2. Membiasakan diri pada siswa untuk berfikir komputasi dalam pemecahan masalah

Daftar Pustaka

Arsad, N. M., Osman, K., & Soh, T. M. T. (2011). Instrument development for 21st century skills
in Biology. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 15, 1470-1474.
Annizar, A. M. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Soal PISA Menggunakan Model
IDEAL Pada Siswa Usia 15 di SMA Nuris Jember
Fauzi, A. M., & Abidin, Z. (2019). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Tipe Kepribadian
Thinking-Feeling dalam menyelesaikan Soal PISA. Suska Journal of Mathematics Education,
5(1), 1–8
Fajri, M., Yurniwati, & Utomo, E. (2019). Computational Thinking, Mathematical Thinking
Berorientasi Gaya Kognitif pada Pembelajaran Matematika di Sekolah
Jeannette Wing, “Computational Thinking and Thinking about Computing,” Philosophical
Transactions. Series A, Mathematical, Physical, and Engineering Sciences 36, no. 6 (2008):
3717–3725
Maya Bialik and Charles Fadel, Skills for 21st Century What shoul Students Learn ?
(Boston : Center for Curriculum Redesign 2015)
Malik, S., Prabawa, H. W., & Rusnayati, H. (2018). Peningkatan Kemampuan Berpikir Komputasi
Siswa Melalui Multimedia Interaktif Berbasis Model Quantum Teaching and Learning.
November. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34438.8 3526
Schleicher, A. (2019). PISA 2018: Insights and Interpretations. OECD, 3–62.
Seprianto. (2014). Capaian literasi sains siswa sman di kota Padang dalam PISA-kimia ditinjau dari
benchmark nasional dan internasional. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai