Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI DATAR


DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA KOGNITIF FIELD
DIPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Penyusunan Skripsi pada
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

SHOFI SRI MAYLA

NIM. 41032151191012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2022
A. Judul
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif
B. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang penting dalam dunia
pendidikan. Bukan hanya dipelajari di sekolah formal, bahkan matematika
juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, pada kenyataannya
matematika di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini dapat dilihat dari
hasil International Trends Test in Mathematics and Scientific Research
(TIMSS). Pada tahun 1999 Indonesia mengikuti tes tersebut dan Indonesia
berada di peringkat ke-32 dari 38 negara yang mengikuti test. Hal ini
membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah
(Purwanti et al., 2020).
Dalam mempelajari matematika, diperlukan kemampuan belajar
yang tinggi seperti kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif.
Sejalan dengan Wulandari et al., n.d. yang berpendapat bahwa matematika
merupakan salah satu pelajaran pokok sejak pendidikan dasar yang dapat
membentuk kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif.
Kemampuan tersebut merupakan kemampuan tingkat tinggi. Dalam
memepelajari matematika, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan
tingkat tinggi tersebut.
Salah satu kemampuan tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir
kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang
dibutuhkan dalam memperlajari matematika. Selain itu, kemampuan
berpikir kritis sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena kemampuan berpikir kritis berkaitan erat dengan proses dalam
mengambil keputusan. Selain itu, berpikir kritis mampu memberikan
arahan dalam berpikir, dan bertindak agar dapat menentukan keterkaitan
suatu masalah menjadi lebih akurat. Sumarmo (Zakaria et al., 2021)
mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam mempelajari
matematika sangat dibutuhkan untuk memahami dan memecahkan suatu
permasalahan yang berkaitan dengan soal mtematika yang menggunakan
penalaran, analisis, evaluasi dan interpretasi pikiran.
Proses kognitif diperlukan dalam berpikir kritis dan dapat
memengaruhi gaya kognitif seseorang. Proses kognitif merupakan sederet
tindakan berpikir siswa dalam menerima, mengordinasikan, dan
menginterpresentasikan wawasan-wawasan yang meliputi remember ,
understanding, applying, analyzing, evaluation, creating (Hasan, 2020).
Pada saat siswa mengambil tindakan, maka akan ada proses kognitif yang
terjadi dan ketika sudah mendapat keputusan, maka akan terlihat gaya
kognitif yang dimilikinya. Dalam menyelesaikan persoalan matematika
pun akan terjadi proses kognitif dan gaya kognitif yang dimiliki siswa
dapat mempengaruhi jawaban.
Gaya kognitif terbagi menjadi dua, yaitu : field dipendend, dan
field independend (Witkin dalam Saparuddin Nur & Palobo, 2018). Siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent dapat mengingat kembali
informasi dari ingatan. Mereka cenderung menggunakan strategi
pemecahan masalah yang bersifat analitik. Sedangkan, siswa yang
memiliki gaya kognitif field dipendent sulit mengingat kembali informasi
dari ingatan dan menggunakan strategi yang bersifat global. Selain itu,
mereka juga merasa objek keseluruhan dalam konteks yang disajikan dan
cenderung sulit memecahkan suatu item dari konteks keseluruhan
(Panjaitan, 2013)
Siswa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun
ruang sisi datar. Selain itu, proses penyelesaian masalah tersebut diduga
berkaitan dengan gaya kognitif nya. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Perbedaan Gaya
Kognitif”
C. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
bangun ruang sisi datar ditinjau dari perbedaan gaya kognitif?

Batasan Masalah :

Untuk menghindari perluasan pengkajian maka penelitian ini dibatasi


sebagai berikut :

1. Materi pelajaran yang menjadi pokok penelitian ini adalah materi


bangun ruang sisi datar
2. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII Semester Genap tahun 2022/2023
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
2. Mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
bangun ruang sisi datar ditinjau dari perbedaan gaya kognitif.

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Memberikan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang


berhubungan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada
siswa serta menjadi kajian lebih lanjut.
2. Memberikan referensi untuk memahami bagaimana siswa
mengorganisasikan dan merepresentasikan informasi

E. Definisi Operasional
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Saputra (2020) berpendapat bahwa kemampuan berpikir kritis
adalah kemampuan berpikir yang melibatkan proses kognitif dan
berpikir reflektif terhadap permasalahan. Sejalan dengan Purwati (Jiran
Dores et al., 2020) yang berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan
suatu reaksi dalam pengambilan keputusan yang logis tentang sesuatu
yang dipercaya dan dilakukan. Berpikir kritis merupakan proses
berpikir seseorang dengan rasional dan dengan sengaja memberikan
penilaian terhadap kualitas pemikirannya, dan pmenggunakan
pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan rasional (Ahmatika,
n.d.). Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan berpikir rasional yang bertujuan untuk
merespon suatu permasalahan dengan menganalisis fakta untuk
membuat keputusan yang logis.

2. Gaya Kognitif
Menurut Elena (Saparuddin Nur & Palobo, 2018) Gaya kognitif
merupakan penghubung kecerdasan dan karakter. Perbedaan gaya
kognitif berkenaan dengan bagaimana seseorang merasakan,
mempertimbangkan, memikirkan, menyelesaikan masalah dan
mengambil keputusan yang merefleksikan kebiasaan mengolah
informasi. Sejalan dengan Muhtarom (Rohmah et al., 2020) yang
mengatakan bahwa gaya kognitif merupakan cara seseorang
memperoleh, mengingat, dan berpikir atau cara-cara spesifik dalam
memperoleh, menyimpan, membangun, dan memanfaatkan fakta.
Selain itu, menurut Suhandono (Mawardi et al., 2020) gaya kognitif
didefinisikan sebagai cara belajar siswa yang khas dalam memperoleh,
mengorganisasikan, menyimpan, mendatangkan informasi dan
kebiasaan yang berkaitan dengan lingkungan belajarnya. Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpukan bahwa gaya kognitif merupakan cara
spesifik seseorang dalam memproses suatu permasalahan dan
pengolahan informasi.
F. Tinjauan Pustaka

Anda mungkin juga menyukai