Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 4 PENELITIAN KUALITATIF

Nama : Leni Apriyanti


NIM : 41032151191021
Dosen Pengampu : Dr. Dinny Mardiana, M.Si
Catatan : Peneliti sedang melaksanakan tes diagnostik afektif dan kognitif dengan
target waktu pada tanggal 22 April 2022. Sehingga terdapat beberapa
informasi/fakta yang belum pasti serta belum dapat dicantumkan pada
tugas 4 ini.

PENDAHULUAN

A. Judul

Pengembangan Modul Ajar Materi SPL, Eliminasi Gauss-Jordan, dan SPLH Terkait
Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Islam
Nusantara

B. Latar Belakang

Kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perubahan akibat dari pandemi covid-19.


Keputusan Menteri pembelajaran serta kebudayaan Republik Indonesia no 719/P/2020 tentang
pedoman penerapan kurikulum pada satuan pembelajaran dalam keadaan spesial. Kurikulum ini
dinamakan kurikulum darurat yang di mana memiliki persamaan dengan kurikulum nasional.
Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional dengan tanpa mengurangi
substansi dari pembelajaran itu sendiri titik pada kurikulum tersebut dicoba pengurangan
kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru/dosen serta siswa/mahasiswa bisa
berfokus pada kompetensi esensial serta kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pendidikan di
tingkat berikutnya.

Setelah kurikulum darurat diberlakukan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan riset dan


teknologi (Kemendikbudristek) baru saja meresmikan kurikulum Merdeka yang sebelumnya
disebut kurikulum Prototype atau kurikulum paradigma baru. Masa pandemi 2021 sampai dengan
2022 Kemendikbud ristek mengeluarkan kebijakan penggunaan kurikulum 2013 kurikulum
darurat dan kurikulum Merdeka di sekolah penggerak dan SMK pusat keunggulan.
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No.1177 tahun 2020,
program sekolah penggerak bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan karakter yang sesuai
dengan profil dicantumkan belajar Pancasila. Sekolah penggerak yang menerapkan kurikulum
Merdeka, mendorong satuan pendidikan supaya dapat meningkatkan capaian hasil belajar peserta
didik dari aspek kompetensi kognitif dan non kognitif dalam rangka mewujudkan profil pelajar
Pancasila. Pendidik melaksanakan pembelajaran yang merdeka salah satunya didukung dengan
penggunaan Modul Ajar.

Pendidik dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran


yang akan digunakan (purwaningtyas 2017). Menurut Arsyad (2013) bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam
proses pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dalam belajar titik dalam rangka
pengimplementasian kurikulum Merdeka maka diperlukan sebuah media perantara yaitu modul
ajar yang dapat difungsikan untuk menyalurkan pesan merangsang pikiran perasaan dan kemauan
siswa atau mahasiswa untuk belajar.

Berdasarkan masalah yang ditemukan di lapangan mengenai modul ajar, bahwa dengan adanya
kurikulum merdeka maka pendidik dan calon pendidik harus mengalami membuat rencana
pembelajaran dan berfokus untuk pengembangan hasil belajar peserta didik secara holistik dengan
mewujudkan profil pelajar Pancasila yaitu salah satunya dengan mengembangkan modul ajar
sebagai sumber belajar peserta didik. Hasil yang ditemukan di lapangan melalui wawancara, studi
dokumen, dan tes diagnostik yang dilakukan peneliti di program studi pendidikan matematika
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas Islam nusantara ditemukan bahwa dalam
pembelajaran mata kuliah aljabar matriks dan vektor dosen pengajar belum memiliki modul ajar
pada materi matriks, pembelajaran jarak jauh yang dilakukan melalui WhatsApp Group belum
menggunakan media aja sehingga kurang efektif dalam pembelajaran, dan pemerolehan nilai
materi-materi cenderung rendah. Oleh karena itu, sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
mahasiswa pada mata kuliah aljabar matriks dan vektor.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan mengembangkan modul ajar
matematika. Menurut Kemendikbudristek (2021:39), “Modul ajar adalah sejumlah Alat atau
sarana media, metode, petunjuk dan pedoman yang dirancang secara sistematis dan menarik.
modul ajar merupakan implementasi dari alur tujuan pembelajaran yang dikembangkan dari
capaian pembelajaran dengan profil pelajar Pancasila sebagai sasaran”. Tujuan utama dari modul
adalah untuk meningkatkan efisien dan efektivitas pembelajaran, baik waktu dan fasilitas, maupun
tenaga guna mencapai tujuan secara optimal (Mulyasa 2010:43).

Fakta Empiris terkait kemampuan mahasiswa belum dapat dicantumkan karena peneliti
masih melaksanakan tes diagnostik afektif dan kognitif.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Pengembangan modul ajar materi SPL, Eliminasi Gauss Jordan, dan SPLH terkait
kemampuan Pemecahan Masalah mahasiswa pendidikan matematika Semester 1”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas pengembangan modul ajar materi SPL, Metode Gauss Jordan, SPL
Homogen terkait Kemampuan Pemecahan Masalah
2. Bagaimana tingkat kepraktisan modul ajar materi SPL, Metode Gauss Jordan, SPL
Homogen terkait Kemampuan Pemecahan Masalah
3. Bagaimana keefektifan modul ajar materi SPL, Metode Gauss Jordan, SPL Homogen
terkait Kemampuan Pemecahan Masalah

Agar pembahansan dalam penelitian ini tidak meluas, maka terdapat pembatasan masalah
dalam penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal ini peneliti membatasi beberapa masalah yang
akan diteliti yakni:

1. Modul Ajar yang dikembangkan sesuai kebijakan kurikulum merdeka dan


Kemendikbudristek No.162 Tahun 2021 modul ajar sekolah penggerak
2. Materi pembelajaran yang dikembangkan oleh modul ajar ini adalah materi SPL, Metode
Gauss Jordan, SPL Homogen
3. Penelitian ini terkait dengan Kemampuan Pemecahan Masalah
4. Metode penelitian menggunakan desain
5. Capaian pembatasan diharapkan peserta didik dapat menyelesaikan model matematika dan
memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi SPL, Metode Gauss Jordan, SPL
Homogen
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka penelitianIni bertujuan untuk:

1. Mengetahui validitas pengembangan modul ajar materi SPL, eliminasi Gauss-Jordan, dan
SPLH terkait Kemampuan Pemecahan Masalah
2. Mengetahui tingkat kepraktisan modul ajar materi SPL, eliminasi Gauss-Jordan, dan SPLH
terkait Kemampuan Pemecahan Masalah
3. Mengetahui keefektifan modul ajar materi SPL, eliminasi Gauss-Jordan, dan SPLH terkait
Kemampuan Pemecahan Masalah

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat memahami materi SPL, eliminasi Gauss-Jordan, dan SPLH.


2. Mahasiswa dapat melatih Kemampuan Pemecahan Masalah dengan menggunakan modul
ajar yang dilengkapi kegiatan pembelajaran.
3. Mahasiswa bisa belajar mandiri dengan bantuan modul ajar dalam melakukan penilaian
sendiri.
4. Modul ajar digunakan sebagai media pembelajaran untuk menunjang pendidik dalam
menjelaskan materi SPL, eliminasi Gauss-Jordan, dan SPLH.
5. Pendidik terbantu dalam kegiatan pembelajaran menggunakan modul ajar ini.
6. Penelitian ini sebagai bahan referensi tambahan yang relevan.
7. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman pengembangan modul ajar
materi SPL, eliminasi Gauss-Jordan, dan SPLH.
8. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah tafsir terhadap judul dari penelitian yang akan dilakukan, maka
dianggap perlu untuk diuraikan Beberapa definisi operasional sebagai berikut:

1. Modul Ajar
Menurut Kemendikbudristek (2021:39), “Modul ajar adalah sejumlah Alat atau sarana
media, metode, petunjuk dan pedoman yang dirancang secara sistematis dan menarik.
modul ajar merupakan implementasi dari alur tujuan pembelajaran yang dikembangkan
dari capaian pembelajaran dengan profil pelajar Pancasila sebagai sasaran”.
2. Sistem Persamaan Linier

Secara umum, sistem persamaan linier dari m persamaan dengan variabel yang
diketahui dapat ditulis sebagai:

𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏1


𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏2 }
… … … … …
𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑚

Solusi dari sistem persamaan linear dalam variabel tak diketahui 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 adalah
barisan dari n bilangan 𝑠1 , 𝑠2 , … , 𝑠𝑛 yang membuat masing-masing persamaan menjadi
pernyataan yang benar. Solusi umum dari sistem persamaan linear adalah:

𝑥1 = 𝑠1 , 𝑥2 = 𝑠2 , … , 𝑥𝑛 = 𝑠𝑛

3. Eliminasi Gauss-Jordan
Eliminasi Gauss Jordan adalah prosedur mereduksi matriks dalam bentuk eselon baris
tereduksi titik prosedur ini terdiri dari dua bagian, pertama tahap maju di mana nol muncul
di bawah satu utama, dan kedua tahap mundur di mana nol muncul di atas satu utama.
4. Sistem Persamaan Linier Homogen

Suatu sistem persamaan linier dikatakan homogen Apabila bentuk-bentuk


konstantanya semua nol yaitu suatu sistem yang memiliki bentuk:

𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 0


𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 0
… … … … …
𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 = 0

Setiap sistem persamaan linear homogen adalah konsisten karena semua sistem
memiliki 𝑥1 = 0 , 𝑥2 = 0 , … , 𝑥𝑛 = 0 sebagai solusinya. Solusi tersebut dinamakan solusi
trivial, jika terdapat solusi lain dinamakan solusi nontrivial.

5. Model Problem Based Learning


Menurut Ariyanti (Aji, 2019:49), “Model problem based learning adalah suatu
pembelajaran yang melatih kemampuan berfikir peserta didik secara optimal melalui
kegiatan pemecahan masalah bersama kelompok agar keterampilan berfikir peserta didik
bisa dikembangkan secara berkelanjutan”.
6. Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Saad dan Ghani (Cahyani dan Setyawati 2016:153), “Kemampuan pemecahan
masalah adalah suatu proses terencana yang harus diakukan supaya mendapatkan
penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak dapat dengan segera”.
Adapun Mulya Suryani dkk (2020:121), menyatakan bahwa “Kemampuan pemecahan
masalah ini penting dimiliki oleh siswa karena dengan mampunya siswa menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya, siswa mendapatkan pengalaman, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari”.
F. Tinjauan Pustaka
1. Pengembangan
Pengembangan menurut Borg & Gall adalah suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk dalam pendidikan. Definisi pengembangan secara
umum berarti pertumbuhan, perubahan secara perlahan, dan perubahan secara bertahap.
Menurut seels & Richey, pengembangan berarti sebagai proses menerjemahkan atau
menjabarkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk lain atau ungkapan lain, pengembangan
berarti roses menghasilkan bahan-bahan pembelajaran.
2. Modul Ajar
Menurut Kemendikbudristek (2021:39), “Modul ajar adalah sejumlah alat atau sarana
media, metode, petunjuk, dan pedoman yang dirancang secara sistematis dan menarik. modul
ajar merupakan implementasi dari alur tujuan pembelajaran yang dikembangkan dari capaian
pembelajaran dengan profil pelajar pancasila sebagai sasaran”. Modul ajar disusun sesuai
dengan fase atau tahap perkembangan peserta didik, mempertimbangkan apa yang akan
dipelajari dengan tujuan pembelajaran, dan berbasis perkembangan jangka panjang. Pendidik
perlu memahami konsep mengenai modul ajar agar proses pembelajaran lebih menarik dan
bermakna.
Menurut Kemendikbud Widdiharto (2021), Komponen-komponen yang menjadi dasar
dalam penyusunan modul ajar adalah sebagai berikut:
a. Informasi Umum
1) Identitas sekolah, Berisi tentang: Nama penyusun, institusi, tahun disusunnya,
jenjang sekolah (SD/SMP/SMA), kelas, alokasi waktu (penentuan alokasi waktu
yang digunakan adalah alokasi waktu sesuai dengan jam pelajaran yang berlaku)
2) Kompetensi awal, kompetensi awal adalah pengetahuan atau keterampilan yang perlu
dimiliki peserta didik sebelum mempelajari topik pembelajaran.
3) Profil Pelajar Pancasila, merupakan tujuan akhir dari suatau kegiatan pembelajaran
yang berkaitan dengan pembentukan karkter peserta didik. Profil pelajar pancasila
tidak perlu dicantumkan seluruhnya namun dapat diambil sesuai dengan kegiatan
pembelajaran dalam modul ajar.
4) Sarana dan prasarana, merupakan fasilitas dan bahan yang dibutuhkan untuk
menunjang keberlangsungan kegiatan pembelajaran. Sarana merujuk pada alat dan
bahan sementara prasarana didalamnya termasuk materi dan sumber bahan ajar lain
yang relevan.
5) Target Peserta didik, adapun peserta didik yang menjadi target dalam modul ajar
yaitu: Peserta didik regular/tipikal (tidak ada kesulitan dalam mencerna dan
memahami materi), Peserta didik dengan kesulitan belajar (memiliki gaya belajar
yang terbatas hanya satu gaya belajar misalnya dengan audio), dan Peserta didik
dengan pencapaian tinggi (peserta didik yang cepat dalam memahami dan mencerna
materi serta mampu mecapai keterampilan berpikir tingkat tinggi).
6) Model Pembelajaran, merupakan model atau kerangka pembelajaran yang
memberikan gambaran sistematis pelaksanaan pembelajaran. Misal model
pembelajaran problem based learning (PBL), project based learning (PBJL) dan
model pembelajaran lainnya.
b. Komponen Inti
1) Tujuan Pembelajaran, menentukan kegiatan belajar, sumber daya yang digunakan,
kesesuaian dengan keberagaman peserta didik dan metode asesmen yang digunakan.
Tujuan pembelajaran bisa dari berbagai bentuk, diantaranya: pengetahuan yang
berupa fakta dan informasi, dan juga prosedural, pemahaman konseptual, pemikiran,
dan penalaran keterampilan, dan kolaboratif dan strategi komunikasi.
2) Pemahaman Bermakna, pemahaman bermakna adalah informasi tentang manfaat
yang akan peserta didik peroleh setelah mengikuti proses pembelajaran. Manfaat
tersebut nantinya dapat peserta didik terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Pertanyaan Pemantik, dibuat oleh pendidik untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan
kemampuan berfikir dalam diri peserta didik. Pertanyaan pemantik memandu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4) Kegiatan Pembelajaran, urutan kegiatan pembelajaran dalam bentuk langkah-
langkah pembelajaran yang dituangkan secara konkret, secara berurutan sesuai
dengan durasi waktu yang direncanakan, yakni pendahuluan, inti dan penutup sesuai
dengan medol pembelajaran yang digunakan.
5) Asesmen, digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran di akhir kegiatan. Jenis-
jenis asesmen sebagi berikut: Asesmen sebelum pembelajaran (diagnostic), selama
pembelajaran (formatif), dan asesmen pada akhir proses pembelajaran (sumatif).
Adapun bentuk asesmen yang bisa dilakukan, diantaranya:
(a) Sikap (profil pelajar pancasila) dapat berupa: observasi, penilaian diri, penilain
teman sebaya;
(b) Performa (presentasi, drama, pameran hasil karya, jurnal, dan lain-lain);
(c) Tertulis (tes objektif: essay, pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah).
6) Pengayaan dan Remedial, pengayaan adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan
pada peserta didik dengan capaian tinggi agar mereka dapat mengembangkan potensi
secara optimal. Remedial adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik yang membutuhkan bimbingan untuk memahami materi atau
pembelajaran mengulang.
7) Refleksi peserta didik dan pendidik
c. Lampiran
1) Lembar Kerja Peserta Didik, ini ditunjukkan untuk peserta didik dan dapat
diperbanyak sesuai kebutuhan untuk diberikan kepada peserta didik.
2) Bahan Bacaan Pendidik dan Peserta didik, digunakan sebagi pemantik sebelum
kegiatan dimulai atau untuk memperdalam pemahaman materi pada saat berlangsung
atau akhir kegiatan pembelajaran.
3) Glosarium, merupakan kumpulan istilah-istilah dalam suatu bidang secara alfabetikal
yang dilengkapi dengan definisi dan artinya.
4) Daftar Pustaka, adalah sumber-sumber referensi yang digunakan dalam
pengembangan modul ajar. Referensi yang dimaksud adalah semua sumber ajar
(buku siswa, buku referensi, majalah, situs internet, dsb).
3. Materi Sistem Persamaan Linier
3.1 Persamaan Linier

Garis dua dimensi dalam sistem koordinat 𝑥𝑦 dapat dipresentasikan dengan bentuk
persamaan:

𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 (𝑎, 𝑏 ≠ 0)

Dan sebuah bidang tiga dimensi dalam sistem koordinat 𝑥𝑦𝑧 tetap dipresentasikan dalam
bentuk persamaan:

𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐𝑧 = 𝑑 (𝑎, 𝑏, 𝑐 ≠ 0)

Bentuk-bentuk di atas adalah contoh-contoh dari persamaan linier dimana yang pertama
dalam variabel 𝑥 dan 𝑦 sedangkan yang kedua dalam variabel 𝑥, 𝑦 dan 𝑧. Secara umum, sebuah
persamaan linear dalam variabel 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 dapat dipresentasikan dalam bentuk:

𝑎1 𝑥1 + 𝑎2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏

Di mana 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 dan 𝑏 adalah konstanta dan semua 𝑎 tidak nol. Dalam kasus di
mana 𝑛 = 2 atau 𝑛 = 3, akan sering digunakan variabel tanpa subscript dan persamaan linear
dalam bentuk:

𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑦 = 𝑏 (𝑎1 , 𝑎2 ≠ 0)

𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑦 + 𝑎3 𝑧 = 𝑏 (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ≠ 0)

Dalam kasus khusus dimana 𝑏 = 0 persamaan 𝑎1 𝑥1 + 𝑎2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏 menjadi:

𝑎1 𝑥1 + 𝑎2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥𝑛 = 0

Disebut persamaan linear homogen dalam variabel 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛

3.2 Sistem Persamaan Linier


Secara umum, sistem persamaan linier dari m persamaan dengan variabel yang diketahui
dapat ditulis sebagai:

𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏1


𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏2 }
… … … … …
𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑚

Solusi dari sistem persamaan linear dalam variabel tak diketahui 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 adalah
barisan dari n bilangan 𝑠1 , 𝑠2 , … , 𝑠𝑛 yang membuat masing-masing persamaan menjadi
pernyataan yang benar. Solusi umum dari sistem persamaan linear adalah:

𝑥1 = 𝑠1 , 𝑥2 = 𝑠2 , … , 𝑥𝑛 = 𝑠𝑛

solusi dari sistem persamaan linear dengan satu variabel tak diketahui dapat ditulis
sebagai:

(𝑠1 , 𝑠2 , … , 𝑠𝑛 )

Yang disebut sebagai pasangan ganda dan berurutan titik dengan notasi ini dapat dipahami
bahwa semua variabel muncul dalam urutan yang sama dalam setiap persamaan. Di mana
nama-nama variabel diabaikan titik notasi ini, membolehkan kita menginterpretasikan solusi
secara geometris sebagai titik-titik dalam ruang 2 dimensi dan 3 dimensi.

3.3 Sistem Persamaan Linier Dengan 2 dan 3 Variabel Tidak Diketahui

Sistem linear dalam dua variabel yang tak diketahui, muncul dalam hubungan dengan titik
potong dari garis garis tersebut sebagai contoh perhatikan sistem persamaan linear berikut:

𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 = 𝑐1

𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 = 𝑐2

Solusi sistem persamaan linear tersebut dapat dipresentasikan dengan grafik. Grafik-grafik
dari persamaan adalah garis-garis dalam bidang 𝑥𝑦. Setiap solusi 𝑥 dari sistem,
berkorespondensi pada suatu titik dari irisan garis-garis tersebut sehingga terdapat tiga
kemungkinan solusi yaitu:

1. Garis-garis mungkin saja paralel atau sejajar. Dalam kasus ini berarti sistem persamaan
linear tidak memiliki solusi.
2. Garis-garis mungkin saja berpotongan di satu; dalam kasus ini sistem persamaan linear
memiliki tepat satu solusi.
3. Garis-garis mungkin saja berhimpit, dalam kasus ini berarti sistem persamaan linier
memiliki tak hingga solusi.

Secara umum, suatu sistem linear adalah konsisten jika memiliki paling sedikit satu solusi
dan inkonsisten jika tidak memiliki solusi titik Dengan demikian, suatu persamaan linear
konsisten dari dua persamaan dengan dua variabel yang tidak diketahui memiliki satu solusi
atau solusi tak hingga. Hal tersebut berlaku untuk sistem persamaan linear dengan 3 variabel
yang tidak diketahui.

Solusi sistem persamaan linear tersebut dapat dipresentasikan dengan grafik. Grafik grafik
dari persamaan digambarkan dalam bidang titik solusi dari sistem, jika memang ada
berkorespondensi kepada titik-titik di mana ketiga bidang berpotongan. Jadi hanya terdapat
tiga kemungkinan yaitu tidak ada solusi, satu solusi, dan solusi tak hingga. Setiap sistem
persamaan linear memiliki nol, satu, atau tak hingga solusi. Tidak ada kemungkinan lain.

3.4 Solusi Sistem Persamaan Linier Dengan Perluasan Matriks dan Operasi Baris Elementer

Semakin banyak persamaan dan variabel yang tidak diketahuinya, semakin Kompleks
aljabar yang terlibat dalam menentukan solusinya. Perhitungan yang dibutuhkan dapat lebih
dikelola dengan menyederhanakan notasi dan prosedur standar titik sebagai contoh, tanda +, 𝑥
dan − dalam sistem persamaan linear tidak dituliskan tetapi tetap dijaga secara mental.

𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏1


𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏2
… … … … …
𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑚

Kita dapat meningkat sistem dengan hanya menuliskan angka-angka dalam matriks, yaitu:

𝑎11 + 𝑎12 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑏1


[ …21 + 𝑎…22 + ⋯
𝑎

+ 𝑎2𝑛 𝑏2 ]
… …
𝑎𝑚1 + 𝑎𝑚2 + ⋯ + 𝑎𝑚𝑛 𝑏𝑚

Metode dasar untuk memecahkan sistem persamaan linear adalah melakukan operasi
aljabar yang sesuai pada sistem yang tidak mengubah himpunan solusi dan menghasilkan
sistem suksesi yang semakin sederhana, Sampai suatu titik tercapai di mana dapat dipastikan
apakah sistem tersebut konsisten, dan jika ia Apa solusinya. Biasanya, operasi aljabar adalah
sebagai berikut:

1. Kalikan sebuah persamaan oleh konstanta bukan nol.


2. Tukar dua persamaan.
3. Kalikan sebuah konstanta ke satu persamaan dan tambahkan ke persamaan lainnya.

Operasi baris elementer pada matriks adalah pada baris matriks yang diperluas. Karena
baris (garis horizontal) dari matriks yang diperluas sesuai dengan persamaan dalam sistem
yang terkait, maka operasi baris elementer yaitu:

1. Kalikan sebuah oleh konstanta bukan nol.


2. Tukar dua baris.
3. Kalikan sebuah konstanta ke-1 baris dan tambahkan ke baris lainnya.
4. Materi Eliminasi Gauss-Jordan
4.1 Bentuk Eselon Baris Tereduksi

Bentuk eselon baris tereduksi adalah sebuah bentuk matriks eselon baris yang lebih
disederhanakan dengan tujuan agar lebih mudah dalam pencarian solusi dari suatu sistem
persamaan linear. Agar suatu materi dapat menjadi bentuk eselon baris tereduksi suatu matriks
harus memenuhi sifat-sifat berikut:

1. Jika suatu baris seluruhnya tidak mengandung 0, maka bagian pertama yang bukan nol
pada baris adalah 1 yang disebut 1 utama.
2. Jika terdapat suatu baris yang berisi semuanya nol, maka mereka akan berkelompok
bersama-sama di bagian bawah matriks.
3. Jika terdapat 2 baris berturut-turut yang semuanya tidak mengandung 0, maka 1 utama
pada baris bawah letaknya harus lebih jauh ke kanan daripada 1 utama pada baris atas.
4. Setiap kolom yang mengandung satu utama maka elemen-elemen lain selain satu utama
bernilai nol.
4.2 Metode Eliminasi Gauss-Jordan

Eliminasi Gauss Jordan adalah prosedur mereduksi matriks dalam bentuk eselon baris
tereduksi titik prosedur ini terdiri dari dua bagian, pertama tahap maju di mana nol muncul di
bawah satu utama, dan kedua tahap mundur di mana nol muncul di atas satu utama.
5. Materi Sistem Persamaan Linier Homogen
5.1 Sistem Persamaan Linier Homogen

Suatu sistem persamaan linier dikatakan homogen Apabila bentuk-bentuk konstantanya


semua nol yaitu suatu sistem yang memiliki bentuk:

𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 0


𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 0
… … … … …
𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 = 0

Setiap sistem persamaan linear homogen adalah konsisten karena semua sistem memiliki
𝑥1 = 0 , 𝑥2 = 0 , … , 𝑥𝑛 = 0 sebagai solusinya. Solusi tersebut dinamakan solusi trivial, jika
terdapat solusi lain dinamakan solusi nontrivial.

Apabila suatu sistem linear homogen selalu memiliki solusi trivial, maka hanya ada dua
kemungkinan untuk solusinya yaitu:

1. Sistem hanya memiliki solusi trivial.


2. Sistem memiliki solusi tak hingga selain solusi trivial.

Ada satu kasus di mana sistem persamaan linear homogen dipastikan memiliki solusi
nontrivial yaitu apabila variabel yang terlibat dalam sistem lebih banyak dari persamaannya.

5.2 Variabel Bebas Dalam Sistem Persamaan Linier Homogen

Terdapat dua teorema variabel bebas dalam sistem persamaan linear homogen yaitu:

1. Jika suatu sistem persamaan linear homogen memiliki variabel yang tidak diketahui dan
jika bentuk eselon baris tereduksi dari materi perluasan memiliki R baris Bukan nol, maka
sistem memiliki n-r variabel bebas.
2. Suatu sistem persamaan linear homogen dengan variabel yang tidak diketahui lebih banyak
dari persamaannya memiliki solusi tak hingga.

Teorema pertama memiliki suatu dampak penting untuk sistem persamaan linear homogen
dengan lebih banyak variabel yang tidak diketahui dari pada banyaknya persamaan. Jika suatu
sistem linear homogen memiliki persamaan dengan variabel yang tidak diketahui dan jika 𝑚 <
𝑛 maka pasti benar berlaki pula 𝑟 < 𝑛. Sehingga teorema ini memberi dampak bahwa terdapat
paling sedikit satu variabel bebas, dan implikasi ini selanjutnya menetapkan bahwa sistem
memiliki solusi tak hingga. Sehingga kita memperoleh hasil pada teorema kedua.

6. Model Problem Based Learning


Menurut Ariyanti (Aji, 2019:49), “Model problem based learning adalah suatu
pembelajaran yang melatih kemampuan berfikir peserta didik secara optimal melalui kegiatan
pemecahan masalah bersama kelompok agar keterampilan berfikir peserta didik bisa
dikembangkan secara berkelanjutan”. Sedangkan menurut Handayani (Koeswanti, 2018:7),
menyatakan bahwa model pembelajaran problem based learning membantu peserta didik
dalam mengembangkan kecakapan memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan, serta keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa problem based
learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu
masalah sehingga peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan penyelesaian masalah serta memperoleh pengetahuan baru terkait dengan
permasalahan tersebut. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nasir (2016) berjudul “Efektivitas
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Model problem based learning) Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik pada Pembelajaran Matematika” yang
menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning efektif terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik SMP dari pada model
konvensional.
7. Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Saad dan Ghani (Cahyani dan Setyawati 2016:153), “Kemampuan pemecahan
masalah adalah suatu proses terencana yang harus diakukan supaya mendapatkan penyelesaian
tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak dapat dengan segera”. Adapun Mulya
Suryani dkk (2020:121), menyatakan bahwa “Kemampuan pemecahan masalah ini penting
dimiliki oleh siswa karena dengan mampunya siswa menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya, siswa mendapatkan pengalaman, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki oleh peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah suatu
upaya dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan serta salah satu aspek
yang mengajarkan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.
Menurut Polya (Cahyani dan Setyawati 2016:153), ada empat tahap pemecahan masalah
yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melakukan perencanaan
masalah, dan melihat kembali hasil yang diperoleh. 4 tahapan Polya adalah sebagai berikut:
1) Memahami masalah (understand the problem) tahap pertama pada penyelesaian
masalah adalah memahami soal. Peserta didik perlu mengidentifikasi apa yang
diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan nilai-nilai yang terkait serta apa
yang sedang mereka cari. Beberapa saran yang dapat membantu peserta didik dalam
memahami masalah yang kompleks: memberikan pertanyaan mengenai apa yang
diketahui dan dicari, menjelaskan masalah sesuai dengan kalimat sendiri,
menghubungkannya dengan masalah lain yang serupa, fokus pada bagian yang penting
dari masalah tersebut, mengembangkan model dan menggambar diagram.
2) Membuat rencana (devise a plan) peserta didik perlu mengidentifikasi operasi yang
terlibat serta strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.
Hal ini bisa dilakukan peserta didik dengan cara seperti: menebak, mengembangkan
sebuah model, mensketsa diagram, menyederhanakan masalah, mengidentifikasi pola,
membuat tabel, eksperimen dan simulasi, bekerja terbalik, menguji semua
kemungkinan, mengidentifikasi sub-tujuan, membuat analogi, dan mengurutkan
data/informasi.
3) Melaksanakan rencana (carry out the plan) apa yang diterapkan jelaslah tergantung
pada apa yang telah direncanakan sebelumnya dan juga termasuk hal-hal berikut:
mengartikan informasi yang diberikan ke dalam bentuk matematika dan melaksanakan
strategi selama proses dan penghitungan yang berlangsung. Secara umum pada tahap
ini peserta didik perlu mempertahankan rencana yang sudah dipilih. Jika semisal
rencana tersebut tidak bisa terlaksana, maka peserta didik dapat memilih cara atau
rencana lain.
4) Melihat kembali (looking back) aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika
mengecek kembali langkah-langkah yang sebelumnya terlibat dalam menyelesaikan
masalah, yaitu: mengecek kembali semua informasi yang penting yang telah
teridentifikasi, mengecek semua penghitungan yang sudah terlibat,
mempertimbangkan apakah solusinya logis, melihat alternatif penyelesaian yang lain
dan membaca pertanyaan kembali dan bertanya kepada diri sendiri apakah
pertanyaannya sudah benar-benar terjawab.

Kemudian selanjutnya Menurut Wono Setya Budhi (Yohanes, 2019 : 29), kemampuan
peserta didik yang harus ditumbuh kembangkan agar peserta didik mampu dalam memecahkan
masalah adalah:

1) Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika.


2) Kemampuan untuk mencatat kesamaan, perbedaan, dan analogi.
3) Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih prosedur yang
benar.
4) Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan.
5) Kemampuan untuk menaksir dan menganalisis.
6) Kemampuan untuk memvisualisasi dan menginterpretasi kuantitas atau ruang.
7) Kemampuan untuk melakukan generalisasi.
8) Kemampuan untuk berganti metode yang telah diketahui.
9) Mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa senang terhadap matematik

Anda mungkin juga menyukai