Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BARISAN DAN DERET


MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED
DI SMP NEGERI 4 PEMULUTAN

Dina Renita¹, Ratu Ilma², Somakim³

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk memperbaiki proses


pembelajaran melalui pendekatan open-ended pada materi barisan dan deret di
SMP Negeri 4 Pemulutan, 2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
pembelajaran matematika melalui pendekatan open-ended di SMP Negeri 4
Pemulutan, 3. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada materi barisan dan deret melalui pendekatan open-
ended di SMP Negeri 4 Pemulutan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research), yang memiliki desain berupa daur`spiral
dengan empat langkah utama yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi
terhadap aktivitas dan tes. Dari hasil penelitian didapat rata-rata aktivitas siswa
pada siklus I 55,05% dan siklus II 74,80%, terjadi peningkatan sebesar 19,75%.
Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 65,24 dan siklus II 78,07, terjadi
peningkatan sebesar 12,83. Ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I
67,70% dan siklus II 85,30%, terjadi peningkatan sebesar 17,60%. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan open-ended
pembelajaran menjadi lebih baik, siswa menjadi lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat
pada materi barisan dan deret di SMP Negeri 4 Pemulutan.

Kata Kunci: Pemecahan Masalah, Pendekatan Open-Ended.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 23 tahun


2006 dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 1


Gambaran yang tampak dalam bidang pendidikan selama ini, pembelajaran
menekankan lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar untuk soal-soal
yang diberikan, proses pemikiran tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif jarang
dilatihkan. Tidak sedikit guru matematika merasa kesulitan dalam membelajarkan siswa
bagaimana menyelesaikan problem matematika. Kesulitan itu lebih disebabkan suatu
pandangan yang mengatakan bahwa jawaban akhir dari permasalahan merupakan tujuan
dari pembelajaran. Dalam menyelesaikan permasalahan, prosedur yang dilakukan siswa
kurang bahkan tidak diperhatikan oleh guru karena terlalu berorientasi pada kebenaran
jawaban akhir (Suherman, 2001:113).
Untuk mengatasi hal tersebut, di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang berlaku sekarang, fokus dalam pembelajaran matematika hendaknya
pendekatan pemecahan masalah. Masalah tersebut mencakup masalah tertutup dengan
solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan
berbagai cara penyelesaian. (Permendiknas Nomor 22: 2006)
KTSP mengisyaratkan agar tiap pembelajaran matematika di sekolah dimulai
dengan memberikan soal-soal kontekstual dengan solusi atau strategi penyelesaian tidak
tunggal. Tetapi pada kenyataannya berdasarkan pengalaman penulis di lapangan yang
selama ini diajarkan di sekolah kebanyakan adalah masalah-masalah matematika yang
tertutup. Dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika tertutup ini, prosedur yang
digunakannya sudah hampir dapat dikatakan standar. Akibatnya timbul persepsi yang
agak keliru terhadap matematika. Matematika dianggap sebagai pengetahuan yang pasti,
terurut dan prosedural. Jarang sekali siswa diajak menganalisis serta menggunakan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan yang timbul adalah bagaimana guru dapat menciptakan
pembelajaran seperti yang diharapkan, yaitu pembelajaran yang dapat meningkatkan
penguasaan konsep, dapat meningkatkan aktivitas, dapat meningkatkan komunikasi,
dapat meningkatkan pemecahan masalah dan yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa adalah dengan memilih pembelajaran yang relevan
dengan materi yang diajarkan. Selain itu menurut Pambudi (2007:40) salah satu cara

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 2


untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memecahkan masalah adalah dengan
menerapkan berbagai alternatif model dan pendekatan yang sesuai dengan paradigma
baru pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered)
dimana guru lebih banyak menjadi fasilitator dan motivator dalam membimbing siswa
melakukan kegiatan matematika (doing mathematics).
Pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa salah satunya adalah
pembelajaran dengan pendekatan open-ended. Pembelajaran open-ended menurut
Shimada (1997) adalah, pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang
memiliki metode atau penyelesaian lebih dari satu. Pembelajaran ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan,
mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa strategi.
Salah satu materi matematika yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari adalah barisan dan deret. Pokok bahasan barisan dan deret tercakup dalam ruang
lingkup bilangan yang dipelajari pada kelas IX SMP. Kemampuan yang diharapkan
dalam pokok bahasan barisan dan deret adalah memahami barisan dan deret bilangan
serta penggunaannya dalam pemecahanan masalah. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut secara maksimal, tidak cukup dengan memberikan soal-soal
tertutup yang terdapat dalam buku pelajaran matematika yang ada disekolah. Tapi
diperlukan juga pemberian soal-soal open-ended yang bisa mengembangkan pola pikir
kreatif siswa melalui permasalahan permasalahan matematika yang diberikan oleh guru,
yang selama ini tidak terdapat dalam buku pelajaran siswa.
Berdasarkan permasalah-permasalahan di atas yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui pendekatan open-
ended pada materi barisan dan deret, untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
pembelajaran matematika melalui pendekatan open-ended, dan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi barisan dan deret
melalui pendekatan open- ended di SMP Negeri 4 Pemulutan.

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 3


METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007:2). Metode yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah metode classroom action research atau penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis
reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh guru/peneliti,
mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas
yang berupa kegiatan belajar-mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dilakukan (Depdiknas, 2003:9).
Penelitian tindakan memiliki desain yang berupa daur spiral dengan empat
langkah utama, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dari desain
penelitian di bawah ini tampak bahwa penelitian tindakan merupakan proses perbaikan
secara terus menerus dari suatu tindakan yang masih mengandung kelemahan
sebagaimana hasil refleksi yang menuju ke arah yang semakin sempurna. Desain
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Desain Daur Spiral PTK (Suhardjono, 2006:74)

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 4


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi terhadap aktivitas
Data tentang keaktifan belajar siswa diambil dengan lembar observasi dan dibantu
oleh 2 observer. Pada penelitian ini keaktifan dinilai berdasarkan indikator-indikator
yang telah ditetapkan berupa aktivitas yang terlihat dalam proses pembelajaran.
2. Tes
Tes yang digunakan adalah tes tertulis bentuk uraian pada setiap akhir siklus. Tes ini
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes pada setiap siklus, sedangkan data
kualitatif berupa data dari hasil observasi.
1. Analisis Hasil Observasi
Data yang diperoleh melalui observasi dianalisis setiap akhir pertemuan di setiap
siklus. Data yang diperoleh melalui observasi, dihitung skor rata-rata setiap aspek
aktivitas dan dihitung persentasenya dengan rumus:
nm
× 100 %
H (Slameto, 1988:115)
Dimana:
nm = jumlah skor dari tiap aspek
H = jumlah skor maksimum dari tiap aspek
2. Analisis Hasil Tes
Data yang diperoleh dari lembar jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada
tes yang dilaksanakan di setiap akhir suatu siklus. Untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah pada setiap fase/aspek dan secara keseluruhan yang memuat
keempat fase pemecahan masalah. Data hasil belajar dianalisis dengan menggunakan
percentages correction (hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dari persentase
jawaban yang benar). Dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
R
× 100 %
S= N (Purwanto, 1990:112)
Dimana:

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 5


S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut
Untuk ketuntasan klasikal atau ketuntasan suatu kelas dapat dinyatakan dalam
bentuk persentase sebagai berikut:

∑ T × 100%
Persentase daya serap tuntas = ∑k
Dimana:
T = siswa tuntas
k = siswa klasikal
Hasil belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan KKM
yang telah ditentukan (KKM = 66), yaitu tuntas dan tidak tuntas. Proses pembelajaran
dikatakan tuntas secara klasikal apabila hasil belajar siswa yang tuntas minimal telah
mencapai 85%.

PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukakan pada bulan Maret 2012 di SMP Negeri 4 Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir kelas IX.1 dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang yang dibagi
menjadi 8 kelompok siswa secara acak yang terdiri dari 4-5 orang siswa dengan
kemampuan yang berbeda.
Rata-rata aktivitas dan hasil belajar siswa yang dicapai pada siklus I dan
siklus II disajikan pada tabel d bawah ini:
Tabel Rekapitulasi aktivitas Siswa, Hasil Tes dan Ketuntasan Belajar
Persentase Persentase
Jumlah Rata-rata Jumlah Siswa
Siklus Aktivitas Ketuntasan
Siswa Hasil Tes Tuntas Belajar
Siswa Belajar
I 34 55,05% 65,24 23 67,70%
II 34 74,80% 78,07 29 85,30%

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 6


Berdasarkan tabel di atas terjadi peningkatan aktivitas siswa sebesar 19,75%,
rata-rata hasil tes sebesar 12,83 dan peningkatan dalam ketuntasan belajar secara
klasikal sebesar 17,60%.
Dari hasil pengamatan pelaksanaan tindakan pada siklus I, secara keseluruhan
proses pembelajaran dengan pendekatan open-ended belum menunjukkan kemajuan
yang berarti, tetapi pada siklus ini siswa mulai beradaptasi dengan pendekatan open-
ended dan belajar berdiskusi kelompok. Siswa masih belum terbiasa belajar untuk
memahami suatu konsep dengan membahas suatu masalah. Selain itu siswa juga belum
terbiasa menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Dari
hasil pengamatan pada siklus I ini, rata-rata siswa hanya menghitung hasil dari masalah
yang diberikan, mereka belum memahami masalah yang diberikan sehingga mereka
belum dapat menyelesaikan masalah dengan benar, selain itu mereka juga belum
melakukan pengecekan atas apa yang telah mereka lakukan sehingga jawaban yang
mereka berikan belum sesuai benar dengan masalah yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata aktivitas siswa pada siklus I belum
begitu baik, masih banyak siswa yang belum berperan aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I, masih ada beberapa siswa yang belum dapat
menyelesaikan soal-soal open-ended. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I
ini belum memenuhi Kriteri Ketuntasan Minimal indikator maupun Kriteria Ketuntasan
Minimal mata pelajaran dan siswa yang tuntas belajarpun baru mencapai 67,70%,
sehingga pembelajaran pada siklus I ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Dilihat
dari kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka hasil yang didapat pada siklus I
belum mencapai kriteria keberhasilan. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan
penbelajaran yang menerapkan pendekatan open-ended dan pemecahan masalah serta
belajar dengan berdiskusi kelompok. Mereka sudah terbiasa dengan pembelajaran yang
terpusat pada guru, mereka hanya menunggu dan bersifat pasif. Belajar yang dimulai
dengan membahas masalah untuk memahami suatu konsep dan didiskusikan secara
kelompok jarang bahkan mungkin belum pernah dilakukan.
Hasil pengamatan tindakan pada siklus II, secara keseluruhan proses
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan open-ended ada peningkatan, khususnya

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 7


pemahaman siswa terhadap penyelesaian soal-soal open-ended. Siswa sudah dapat
menyelesaikan masalah yang diberikan dengan langkah-langkah pemecahan masalah.
Siswa sudah memahami masalah dengan menuliskan apa yang mereka ketahui dari
masalah yang diberikan, selanjutnya mereka merencanakan strategi yang akan
digunakan untuk menyelesaikan masalah dan menyelesaikan masalah sesuai dengan
apa yang telah mereka rencanakan. Tahap terakhir mereka melakukan pengecekan
terhadap apa yang telah mereka lakukan, apakah penyelesaian yang mereka dapat
merupakan penyelesaian yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata aktivitas siswa pada siklus II sudah
baik, siswa sudah berperan aktif dalam pembealajaran dan mulai terbiasa dengan
belajar kelompok serta berdiskusi. Terjadi peningkatan yang cukup besar pada rata-rata
aktivitas siswa yaitu sebesar 19,75%. Berdasarkan hasil tes pada siklus II nilai rata-rata
siswa juga meningkat dan sudah melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal indikator
maupun Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran. Ketuntasan belajar siswa secara
klasikal meningkat sebesar 17,60%, sehingga pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa
secara klasikal telah mencapai 85,30% . Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa
dengan pembelajaran pendekatan open-ended dan sudah mulai terbiasa dengan diskusi
kelompok, sehingga mereka bisa saling berdiskusi dan berbagi pengetahuan dengan
teman sekelompoknya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan.
Dari analisis data pada siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran menjadi lebih baik, siswa berpartisipasi lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan mereka dapat mengungkapkan ide-ide mereka dalam berdiskusi. Hal
ini dapat dilihat dari aktivitas siswa di setiap pertemuan yang semakin meningkat.
Selain itu siswa sudah dapat menyeleaikan masalah-masalah open-ended yang selama
ini belum pernah mereka temui dalam pembelajaran, siswa banyak mendapat
pengalaman memecahkan masalah dengan menerapkan konsep-konsep yang telah
mereka pelajari sebelumnya. Selain itu siswa telah menggunakan langkah-langkah
pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah-masalah open-ended. Hampir
semua siswa dapat merespon permasalahan yang diberikan dengan cara mereka sendiri,
yang merupakan salah satu keunggulan dari pendekatan open-ended.

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 8


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa terhadap materi yang diajarkan, yaitu barisan dan deret,
karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk memperkuat kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah, guru perlu memanfaatkan masalah-masalah real yang
bersifat open-ended yaitu masalah real yang mempunyai banyak cara menjawabnya atau
banyak jawaban. Melalui masalah yang bersifat open-ended siswa berlatih
menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri dan sekaligus berlatih memahami cara
yang digunakan siswa lain.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan
Open-Ended dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang terdiri
dari memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan
melakukan pengecekan kembali terhadap langkah yang telah dilakukan pada materi
barisan dan deret di SMP Negeri 4 Pemulutan. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata
aktivitas pada siklus I adalah 55,05%, rata-rata hasil belajar siswa adalah 65,24 dan
ketuntasan belajar secara klasikal adalah 67,70%. Pada siklus II rata-rata aktivitas siswa
adalah 74,8%, rata-rata hasil belajar siswa adalah 78,07 dan ketuntasan belajar secara
klasikal adalah 85,30%, terjadi peningkatan rata-rata aktivitas siswa sebesar 19,75%,
rata-rata hasil belajar sebesar 12,83 dan ketuntasan secara klasikal sebesar 17.60%.

2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bagi guru:
Agar dapat menggunakan pendekatan Open-Ended dalam pembelajaran matematika
yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan menjadikan
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, selain itu siswa mempunyai kesempatan

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 9


untuk mempraktekkan kemampuan dan ketrampilan matematika mereka serta siswa
dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
2. Bagi Sekolah:
Agar dapat mengembangkan pendekatan Open-Ended ini di sekolah, khususnya
mata pelajaran matematika, dan untuk mata pelajaran lainnya.
3. Bagi Peneliti Lain:
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk penelitian lanjutan
atau penelitian lain yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Suhardjono. dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi
Aksara, Jakarta.
Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
-------------. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005
tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
-------------. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta.
------------, 2001. Proses Belajar mengajar. Bumi Aksara, Jakarta.
Hudoyo, Herman, 2002. Mengajar Belajar Matematika. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 10


Nohda, N. 2001. A Study of Open-Appoach Method in School Mathematics Teaching-
Focusing on Mathematical Problem Solving Activities,
(http://www.nku.edu/~sheffeld/wgal.htm diakses 7 Januari 2010).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses.
Pambudi, Didik Sugeng. 2007. Berbagai alternatif Model Dan Pendekatan Dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 2. Juli
2007. Palembang: PPs Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya.
Pirdaus. 2010. Pengembangan Bahan Fasilitasi Pemberdayaan Kelompok Kerja
Guru Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran Matematika Berbasis Open-
Ended. Tesis.Pendidikan Matematika Pascasarjana UNSRI: Tidak
diterbitkan
Purwanto, Ngalim. 1990. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika. Tarsito, Bandung.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sawada, T. (1997). Developing Leson Plans. In Shimada, S. Dan Becker, J.P. (Ed) The
Open Ended Approach. A New Proposal for Teaching Mathematics. Reston: VA
NTCM.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Shimada, Sigeru. 1997. What is the Open-Ended Problem Solving?,
(http://mste.illinois.edu/users/aki/open_ended/WhatIsOpen-ended.html diakses 7
Januari 2010).
_______, 2007. The Significance of an Open-Ended Approach. In Becker, Jerry P. and
Shimada, Shigeru (editor). The Open-Ended Approach: A New Proposal for

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 11


Teaching Mathematics. Seventh printing (page 1). The National Council of
Theachers of Mathematics, Inc., Reston, Virginia.
Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti, Jakarta.
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo,
Bandung.
Sugiman dan Kusumah, Yaya S. 2010. Dampak Pendidikan Matematika Realistik
Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Journal On
Mathematics Education Vol 1. No. 1. Juli 2010. Palembang: PPs Pendidikan
Matematika Universitas Sriwijaya.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Suherman.E. dkk. 2001. Common Textbook: Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.
Syaban, M. 2008. Menggunakan Open-Ended untuk Memotivasi Berpikir Matematika.
Educare Online: Jurnal Pendidikan dan Budaya. Bandung: FKIP Universitas
Langlangbuana.
Vandewaele, Cohn. 2002. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan
dan Pengajaran. Erlangga, Jakarta.
Wahyudin, 2008. Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. IPA Abong, Jakarta.

Makalah Diseminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan , 19 Mei 2012. Page 12

Anda mungkin juga menyukai