Statika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada SMK
Bangunan, khususnya di SMK Negeri 1 Blitar. Dalam pelajaran statika siswa
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman. Banyak
anggapan dari siswa bahwa pelajaran statika sulit karena banyak soal-soal
hitungan dan gambar, sehingga mereka cenderung malas dan beranggapan statika
tidak menyenangkan dan sulit untuk dipelajari. Guru seharusnya memahami
bahwa pengajaran yang baik adalah dengan melibatkan siswa secara aktif ke
dalam proses pembelajaran (Dimyati dan Mujiono, 1994: 56). Tidak hanya
mengajar dengan cara guru yang aktif menerangkan, memberi contoh,
memberikan soal atau sekedar tanya jawab lisan dan siswa hanya duduk
mendengarkan dan mencatat. Kerumitan suatu materi yang akan disampaikan
kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media
1
2
pembelajaran dapat mewakili apa yang kurang mampu guru sampaikan melalui
kata-kata. Dengan model pembelajaran yang demikian, nilai hasil belajar siswa
menjadi rendah. Hal ini berdasarkan data nilai statika selama 3 tahun terakhir.
Pada tahun ajaran 2013/2014 presentase kelulusan sebesar 11%. Pada tahun
ajaran 2012/2013 presentase kelulusan sebesar 24%, sedangkan tahun ajaran
2011/2012 presentase kelulusan sebesar 0%. Seperti yang dijelaskan pada tabel
berikut ini.
Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai Siswa Mata Pelajaran Statika
pelajaran (Arifin, 2011: 13). Maka pemecahan masalah sangat penting dalam
pembelajaran statika. Peneliti juga mengembangkan strategi pemecahan masalah
dengan disertai umpan balik, selain dapat meningkatkan prestasi, siswa juga
memperoleh pengalaman belajar dari pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
dimiliki.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka diperlukan suatu
tindakan guru untuk menerapkan suatu strategi pembelajaran yang sekiranya
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Statika.
Harapannya untuk memudahkan siswa dalam belajar memahami mata pelajaran
Statika dan menjadikan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas karena penelitian ini
berangkat dari masalah yang ada di lapangan. Sedangkan pendekatan penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
karena pada saat pemaparan data, peneliti menggunakan bentuk narasi. Penelitian
ini bertujuan untuk memperbaiki dan memecahkan masalah di dalam proses
pembelajaran statika siswa kelas X TGB SMK Negeri 1 Blitar. Menurut
pengertiannya penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja di munculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Kristiyanto (2010: 18) menyatakan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah “suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek
pembelajaran dilaksanakan”.
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana pengumpulan
data, penganalisis, observer dan pelapor hasil. Peneliti juga berperan sebagai
rekan kerja guru statika bekerja sama dalam menyusun konsep tindakan yang
akan dilakukan. Jadi dalam menyusun konsep tindakan kelas tidak hanya
menyusun berdasarkan pemikiran-pemikiran peneliti saja melainkan juga harus
memperhatikan pemikiran-pemikiran guru statika. Kehadiran peneliti dalam
4
1 76%-100% Baik
2 56%-75% Cukup
3 40%-55% Kurang Baik
4 < 40% Tidak Baik
HASIL
Siklus 1
Berdasarkan data hasil observasi pada siklus 1, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1.2 Data Hasil Observasi Pengamatan Sikap Siklus 1
Nilai Sikap
Siklus I 68,44%
Kategori Cukup
Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai sikap masih
dalam kategori cukup dengan presentase sebesar 68,44 %.
Berdasarkan tabel 1.3 diatas dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas
belajar sebanyak 24 siswa dengan presentase sebesar 67%, dan yang tidak tuntas
belajar sebanyak 12 siswa dengan presentase sebesar 33%. Tabel juga tersebut
menunjukan pada siklus I ketuntasan belajar kelas X TGB belum tercapai, karena
ketuntasan belajar yang harus dicapai yaitu minimal sebesar 75%. Maka untuk
memperbaiki kekurangan pada siklus I ini, harus dilanjutkan pada siklus II.
Siklus 2
Berdasarkan data hasil observasi pada siklus 2, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1.4 Data Hasil Observasi Pengamatan Sikap Siklus 2
Nilai Sikap
Siklus II 81,11%
Kategori Baik
Berdasarkan tabel 1.4 diatas dapat diketahui bahwa nilai sikap masuk
dalam kategori baik dengan presentase sebesar 81,11 %.
Berdasarkan tabel 1.5 diatas dapat diketahui bahwa sudah ada peningkatan
hasil belajar dari siklus I ke siklus II, yaitu siswa yang tuntas belajar sebanyak 31
siswa dengan presentase sebesar 86% dan yang tidak tuntas belajar sebanyak 5
siswa dengan presentase sebesar 14%. Hal ini menunjukan pada siklus II tingkat
ketuntasan belajar kelas X TGB sudah tercapai, karena ketuntasan belajar yang
harus dicapai yaitu minimal sebesar 75%.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X
TGB pada mata pelajaran statika di SMK Negeri 1 Blitar dikarenakan pada kelas
tersebut hasil belajar siswa masih sangat kurang. Siswa juga merasa kurang
bersemangat, dan merasa takut dalam mengerjakan soal statika karena mereka
beranggapan statika merupakan pelajaran yang sulit.
Pada hasil observasi awal atau pra tindakan terkait suasana kelas dan hasil
belajar siswa kelas X TGB SMK Negeri 1 Blitar, diperoleh informasi bahwa, (1)
pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu ceramah dan pemberian tugas,
(2) siswa banyak yang pasif dan bergurau selama pembelajaran, (3) tingkat
kelulusan siswa hanya sebesar 15%, atau 5 siswa saja yang lulus dari total 36
siswa.
Untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran statika, peneliti
berdiskusi dengan guru statika SMK Negeri 1 Blitar dengan menerapkan strategi
pembelajaran pemecahan masalah dengan disertai umpan balik ke dalam
pembelajaran statika. Penggunaan strategi pemecahan masalah sangat cocok
untuk pembelajaran statika, seperti untuk mengembangkan ketrampilan tingkat
tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat Hamdani (2011: 84) “pemecahan masalah
mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran”.
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran statika dengan penerapan
strategi pembelajaran pemecahan masalah disertai umpan balik yang
dilaksanakan selama 2 siklus terdiri dari 4 kali pertemuan, peneliti dan guru
melakukan refleksi akhir. Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus 1 dan 2
adalah sebagai berikut: dalam penelitian ini, aspek yang dilihat adalah
keterampilan siswa dalam penyelesaian suatu masalah/soal dan peningkatan hasil
9
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan strategi pembelajaran pemecahan masalah disertai umpan balik
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TGB SMK Negeri 1 Blitar.
Peningkatan ini terlihat pada siklus I, presentase ketuntasan belajar didapat
sebesar 67% dan pada siklus II didapat presentase ketuntasan belajar sebesar
86%, atau mengalami peningkatan sebesar 19%. Peningkatan hasil belajar ini
terjadi karena proses pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah
pemecahan masalah yang terdiri dari: (1) analisis soal, (2) transformasi soal, (3)
operasi hitungan, (4) pengecekan dan interpretasi. Serta instrumen penelitian
yang menunjang pembelajaran telah diterapkan dengan baik. Dari peningkatan
akhir siklus II sudah dipastikan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran statika
ini baik.
10
Saran
Dari hasil temuan penelitian ini maka saran yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut:
1. Dalam penerapan strategi pemecahan masalah siswa harus didorong untuk
lebih aktif, karena dalam pembelajaran diperlukan keterlibatan banyak
siswa.
2. Guru harus mampu mengembangkan kemampuan berfikir siswa dengan
baik, karena siswa yang malas akan akan tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA