Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat eksak dengan objek abstrak
yang meliputi prinsip, konsep, serta operasi yang ada hubungannya dengan suatu
bilangan (Soedjadi, 2000). Matematika identik dengan cara bernalar, penalaran
merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh individu dalam menarik kesimpulan
atas permasalahan yang dihadapinya. Wahyudin (dalam Usniati,2011)
mengemukakan bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan siswa gagal
menguasai dengan baik pokok-pokok bahasan dalam matematika yaitu siswa kurang
memahami dan menggunakan nalar yang baik dalam menyelesaikan soal yang
diberikan. Begitu juga dengan pendapat Rosnawati (Abidin ,dkk ,2016, hlm.1) yang
mengemukakan bahwa rata-rata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh
peserta didik di Indonesia adalah dalam domain kognitif pada level penalaran yaitu
17%. Padahal kemampuan penalaran menjadi salah satu tujuan dalam menarik
kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang didasarkan pada pernyataan
sebelumnya dan kebenarannya telah dibuktikan.
Berkenaan dengan kemampuan penalaran National Council of Teacher of
Mathematics (NCTM) dalam Sumartini (2015, hlm.2 ) menyatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran matematika, guru harus memperhatikan lima kemampuan
matematis yaitu : koneksi (connections), penalaran (reasoning), komunikasi
(communications), pemecahan masalah (problem solving), dan representasi
(representations). Oleh karena itu, guru memiliki peranan dalam menumbuhkan
kemampuan penalaran siswa baik dalam bentuk pembelajaran yang dipakai, maupun
dalam evaluasi berupa pembuatan soal yang mendukung.
Adapun indikator pembelajaran matematis menurut sumarno (Sumartini,2015,
hlm.4) sebagai berikut.
1. Menarik kesimpulan logis.
2. Memberikan penjelasan dengan model, fisika, sifat-sifat dan hubungan.
3. Memperkirakan jawaban dan proses solusi.
4. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis.
5. Menyusun dan mengkaji konjektur.\
6. Merumuskan dan mengikuti aturan inferensi dan memeriksa validitas
argumen.
7. Memeriksa dan menyusun validitas argumen.
8. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan induksi
matematis.
Selain kemampuan kognitif juga terdapat kemampuan afektif yang harus
dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa, seperti tercantum dalam tujuan
pembelajaran matematika di sekolah, yaitu memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan , sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dalam percaya diri dalam pemecahan
BSNP dalam (Widyasari, dkk,2016, hlm. 29). Hal ini dikarenakan, pembelajaran
matematika tidak hanya berkaitan tentang pembelajaran konsep, prosedural, dan
aplikasinya, tetapi juga terkait dengan pengembangan minat dan ketertarikan
terhadap matematika sebagai sebagai cara yang powerful dalam menyelesaikan
masalah Dahlan dalam Okviani (2019, hlm. 111). Pengembangan minat dan
ketertarikan terhadap matematika tersebut akan membentuk kecenderungan yang
kuat yang dinamakan self regulated learning.
Self regulated learning merupakan kegiatan memonitor dan mengontrol belajar
diri siswa itu sendiri. Mukhid dalam Maftuhah (2012, hlm. 18) Pengaturan belajar
memiliki beberapa komponen, seperti memotivasi, kepercayaan asal (epistemic)
siswa, metakognisi, strategi belajar, dan pengetahuan yang dimemiliki sebelumnya.
Self regulated learning dapat terwujud melalui cara mereka menghadapi tugas
dengan keyakinan, kemauan untuk mengekplorisasi alternatif,ketekunan, dan
kecenderungan mereka untuk merefleksikan pemikiran mereka sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tahapan penalaran siswa
dalam penyelesaian masalah selama ini masih rendah, karena beberapa keterampilan
penalaran masih belum dapat dilakukan secara optimal oleh siswa. self regulated
learning siswa juga belum berjalan dengan dengan baik. Menanggapi masalah di
atas, maka diperlukan sebuah pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan pola
interaksi siswa dengan guru yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Dalam proses pembelajaran inilah guru menggunakan model
pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah model pembelajaran cooperative
script.
Model pembelajaran cooperative script merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang
mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan
lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan
masyarakat yang lebih luas menurut Schank and Abelson dalam Hadi (2007, hlm.
10).
Berdasarkan situasi saat ini tidak memungkinkan untuk peneliti melakukan
penelitian secara luring sehingga penelitian ini dilaksanakan secara daring (dalam
jaringan). Menurut Sofyana dan Abdul, dalam Oktafia (2020, hlm. 498)
pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran yang dapat membantu proses
belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh. Tujuan dari adanya
pembelajaran daring ialah memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam
jaringan yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar
agar lebih banyak dan lebih luas. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah
dijelaskan, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan
Kemampuuan Penalaran Matematis dan Self Regulated Learning Siswa SMA
Melalui Model Cooperative Script Dalam Pembelajaran matematika Moda Daring.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pendapat Rosnawati (Abidin ,dkk ,2016, hlm. 460) yang mengemukakan bahwa
rata-rata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik di
Indonesia adalah dalam domain kognitif pada level penalaran yaitu 17%.
2. Tahapan penalaran siswa dalam penyelesaian masalah selama ini masih rendah,
karena beberapa keterampilan penalaran masih belum dapat dilakukan secara
optimal oleh siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh
model pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada siswa yang
memperoleh model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran moda daring?
2. Apakah peningkatan kemampuan Self Regulated Learning siswa yang
memperoleh model pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada siswa
yang memperoleh model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran moda
daring?
3. Bagaimana efektivitas model pembelajaran Cooperative Script terhadap
kemampuan penalaran matematis siswa dalam pemebelajaran moda daring?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa
yang memperoleh model pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada
siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran
moda daring.
2. Untuk mengetahui Apakah peningkatan kemampuan Self Regulated Learning
siswa yang memperoleh model pembelajaran Cooperative Script lebih baik
daripada siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran moda daring.
3. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Cooperative Script terhadap
kemampuan penalaran matematis siswa dalam pembelajaran moda daring.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pendidikan di Indonesia.
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut.
1. Secara Teoretis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
pembelajaran terutama pada pengaruh model pembelajaran Cooperative Script.
Secara khusus penelitian ini digunakan untuk menguji sejauh keberlakuan dan
keterandalan model pembelajaran Cooperative Script dalam peningkatan
kemampuan penalaran matematis dan Self Regulated Learning siswa.
2. Secara Praktis
1) Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan mengenai
kemampuan penalaran matematis dan Self Regulated Learning siswa melalui
model pembelajaran Coopeartive Script dalam kegiatan pembelajaran secara
daring.
2) Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan tentang
kependidikan dan sebagai sarana mengaplikasikan pengetahuan didunia
pendidikan.
3) Bagi peneliti berikutnya
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi peneliti-peneliti lain
untuk melakukan penelitian dimasa yang akan datang.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang digunakan, oleh karena itu
untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, berikut akan dijelaskan
beberapa pengertian istilah yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Kemampuan Penalaran Matematis
Kemampuan penalaran matematis merupakan suatu proses berpikir yang
dilakukan dengan cara untuk menarik kesimpulan. Kemampuan untuk bernalar
menjadikan siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya, didalam dan
diluar sekolah. Indikator kemampuan penalaran matematis yang akan digunakan
peneliti ini antara lain:
1) Mengambil kesimpulan yang logis.
2) Memberikan penjelasan dengan model dan sifat-sifat yang berhubungan.
3) Memperkirakan proses solusi dan jawabannya.
4) Menggunakan hubungan dan membuat pola untuk menganalisis situasi matematis.
5) Menyusun dan membahas kembali konjektur.
6) Merumuskan dan mengikuti aturan inferensi dan memeriksa validitas argumen
yang dibuat.
7) Memeriksa dan menyusun validitas argumen.
8) Menyusun pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan induksi
matematis.
2. Self Regulated Learning
Self Regulated Learning merupakan kegiatan memonitor dan mengontrol belajar
diri siswa itu sendiri. Pengaturan belajar memiliki beberapa komponen, seperti
memotivasi, kepercayaan asal (epistemic) siswa, metakognisi, strategi belajar, dan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Indikator Self Regulated Learning yang
perlu diperhatikan, diantaranya :
1. Inisiatif belajar,
2. Mendiagnosa kebutuhan belajar,
3. Menetapkan tujuan belajar,
4. Memonitor, mengatur dan mengontrol belajar,
5. Memandang kesulitan sebagai tantangan,
6. Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan,
7. Memilih dan menetapkan strategi belajar yang tepat,
8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar,
3. Model Pembelajaran Cooperatives Script
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Cooperative Script adalah
pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial
siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok
masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas (Schank dan Abelson dalam Hadi,
2007, hlm. 10).
Langkah- langkah model pembelajaran Cooperative Script, diantaranya sebagai
berikut.
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana/ materi setiap siswa untuk dibaca dan diringkas.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar
menyimak, mengoreksi ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu
mengingatkan ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi yang lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya, serta melakukan seperti yang diatas.
6. Kesimpulan guru.
4. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran biasa yang
digunakan guru sehari-hari sesuai dengan aturan kurikulum 2013. Dalam
pembelajaran ini guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan
mencatat penjelasan yang disampaikan guru, siswa belajar tidak berkelompok,
kemudian guru memberikan latihan dan siswa mengerjakan latihan yang diberikan
oleh guru, dan guru mempersilahkan siswa untuk bertanya ketika ada materi yang
kurang dimengerti.
5. Moda Daring
Pembelajaran moda daring merupakan pemanfaatan jaringan internet oleh siswa
dalam proses pembelajaran.
G. Sistematika Skripsi
Sistematika pembahasan pada skripsi ini bagian yang membuat kandungan setiap
bab, urutan penulisan, serta hubungan antar sub bab dalam membentuk sebuah
kerangka skripsi utuh. Agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata
urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini sebagai
berikut:
a) Bagian awal terdiri dari cover, lembar pengesahan skripsi, motto dan
persembahan, pernyataan keaslian skripsi, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Bagian isi membuat pokok-
pokok permasalahan yang peneliti teliti terbagi dalam lima bab.
b) BAB I Pendahuluan. Pada bab ini, dipaparkan latar belakang masalah, rumus
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi variabel, landasan teori,
sistematika skripsi.
c) BAB II Kajian Teori. Pada bab ini, dipaparkan mengenai kajian teori mengenai
kemampuan penalaran matematis dan self regulated learning siswa SMA
melalui model pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran
matematika moda daring
d) BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini, dipaparkan mengenai pendekatan
penelitian yang akan diambil, kehadiran, instrumen penelitian, sumber data,
prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
e) BAB IV Hasil Penelitian. Pada bab ini, dipaparkan mengenai penemuan data
dan pembahasan.
f) BAB V Simpulan dan Saran. Pada bab ini, berisikan mengenai kesimpulan dari
hasil penelitian dan saran untuk peneliti dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai