Anda di halaman 1dari 11

WILANGAN p-ISSN XXXX XXXX

Volume X, No. X, XXXX 2020 e-ISSN XXXX XXXX

http://www.jurnal.untirta.ac.id/index.php/wilangan

Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

Liani Nurfadillah, Cecep Anwar Hadi Firdos Santosa, Novaliyosi


Universitas Sultang Ageng Tirtayasa
lianinurfadillah@gmail.com

ABSTRAK

Flipped classroom merupakan model pembelajaran yang membalik siklus pembelajaran


yaitu pembelajaran yang biasanya dilakukan di dalam kelas menjadi dilakukan di rumah
oleh siswa, dan sebaliknya pekerjaan rumah dikerjakan di dalam kelas. Media
pembelajaran yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran flipped classroom
adalah Google Classroom. Pemilihan Google Classroom sebagai media pembelajaran
karena aplikasi tersebut gratis dan mudah digunakan, serta fitur yang terdapat dalam
Google Classroom terintegrasi dengan aplikasi Google lainnya. Pada tahapan
pembelajaran flipped classroom siswa dituntut untuk lebih aktif dan kritis selama proses
pembelajaran yang menyebabkan terjadinya proses memahami suatu konsep secara
mandiri menuju tingkatan proses pembelajaran yang lebih tinggi sehingga dinilai dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis. Penelitian ini merupakan
penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian the non equivalent pretest posttest
control group design. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif meliputi
statistika deskriptif dan statistika inferensial. Hasil penelitian yang diperoleh adalah
tidak terdapat perbedaan pencapaian akhir dan peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis
antara siswa yang menerapkan pembelajaran flipped classroom dengan siswa yang
menerapkan pembelajaran saintifik.

Kata kunci: model pembelajaran, flipped classroom, berpikir kritis

ABSTRACT

Flipped classroom is a learning model that reverses the learning cycle, that is, learning
that is usually done in class becomes done at home by students, and conversely,
homework is done in class. Learning media that can be used to support flipped
classroom learning is Google Classroom. The choice of Google Classroom as a learning
medium because the application is free and easy to use, and the features contained in
Google Classroom are integrated with other Google applications. At the flipped
classroom learning stage, students are required to be more active and critical during the
learning process which causes the process of understanding a concept independently to
a higher level of the learning process so that it is considered to be able to improve
mathematical critical thinking skills. This research is a quasi-experimental research
design with the non equivalent pretest posttest control group design. Data analysis
techniques in quantitative research include descriptive statistics and inferential statistics.
The results obtained are the final achievement and improvement of students'
mathematical critical thinking skills in the control class is better than the experimental
class. So it can be concluded that the mathematical critical thinking skills of students
who apply flipped classroom learning are no better than students who apply scientific
learning.

Keywords: learning model, flipped classroom, critical thinking

215
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

PENDAHULUAN (Berpikir kritis), dan Creativity


(Kreatif). Menurut Fristadi dan Bharata
Salah satu bidang studi yang (2015) suatu aktifitas untuk
wajib diberikan pada tiap jenjang mengumpulkan, menginterpretasi,
pendidikan adalah matematika. menganalisis, dan mengevaluasi yang
Matematika diberikan sejak sekolah bertujuan untuk mendapatkan
dasar sampai perguruan tinggi dengan kesimpulan yang bisa dipercaya dan
materi yang disesuaikan dengan valid disebut kemampuan berpikir
tingkatan perkembangan kemampuan kritis. Sedangkan kemampuan berpikir
berpikir siswa. Menurut Murtiyasa kritis matematis menurut Abdullah
(2015) matematika merupakan bidang (2013) adalah aktifitas berpikir yang
ilmu yang dapat digunakan sebagai alat dilakukan menggunakan langkah-
berpikir, berkomunikasi, memecahkan langkah metode ilmiah dalam bidang
berbagai persoalan dalam kehidupan matematika.
sehari-hari maupun pada saat Kemampuan berpikir kritis perlu
mempelajari ilmu lain. Matematika juga dikembangkan pada berbagai aspek
sangat berguna dalam mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari salah
kemampuan berlogika dan cara berpikir satunya dalam pembelajaran
siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh matematika. Sebagaimana yang
Sulistiani dan Masrukan (2016) bahwa diungkapkan oleh para penulis bahwa
matematika memiliki peranan penting berpikir kritis adalah salah satu
dalam membentuk dan mengebangkan kemampuan yang sangat diperlukan
keterampilan bernalar, berpikir logis, untuk mengatasi berbagai masalah yang
sistematis, serta kritis. Hasil penelitian timbul, serta diperlukan agar memiliki
yang dilakukan oleh para peneliti dalam alasan yang tepat dalam memecahkan
ATS21S (Assessment & Teaching of masalah dan didukung oleh bukti yang
21st Century Skills) menyatakan bahwa akurat (Kurniati et al., 2015). Materi
cara berpikir merupakan salah satu matematika dan kemampuan berpikir
kecakapan dalam pembelajaran abad 21. kritis adalah dua hal yang tidak bisa
Menurut Arifin (2017) dipisahkan. Sejalan dengan pendapat
kemampuan berpikir adalah suatu Sulistiani dan Masrukan (2016) bahwa
kemampuan olah pikiran untuk materi matematika dapat dipahami
menemukan, mengeksplorasi, dan melalui berpikir kritis. Berpikir kritis
mengambil keputusan. Kemampuan perlu dilatih melalui serangkaian proses
berpikir terbagi menjadi Low Order dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
Thinking Skill (LOTS) atau kemampuan kemampuan berpikir kritis sangat
berpikir tingkat rendah dan Higher penting untuk dikembangkan pada
Order Thinking Skill (HOTS) atau pembelajaran matematika.
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun pada praktiknya masih
Salah satu aspek dalam kemampuan banyak siswa yang mempunyai
berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan kemampuan berpikir kritis matematis
berpikir kritis. rendah. Beberapa penelitian
Berpikir kritis termasuk dalam menunjukkan hal tersebut, diantaranya
salah satu karakteristik pembelajaran yaitu hasil survei TIMSS dan PISA.
matematika abad 21 yang disebut Pada survei TIMSS (Trend in
dengan 4C, yaitu Comunication International mathematics and Science
(Komunikasi), Collaboration Study) yang dilakukan oleh IAE (The
(Kolaborasi), Critical Thinking International Association for the

216
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

Evaluation and Educational buku dan kurang kreatif. Tujuan


Achieveent) pada tahun 2015 yang pembelajaran matematika menjadi tidak
berfokus pada domain isi matematika sejalan dengan hal tersebut, yaitu
dan kognitif siswa diperoleh hasil melahirkan kemampuan bernalar
bahwa Indonesia berada pada peringkat peserta didik yang dapat tergambarkan
45 dari 50 negara peserta (Pribadi et al., melalui kemampuan berpikir logis,
2017). Sejalan dengan hasil survei PISA sistematis, kritis, dan memiliki sifat
(Programe for International Student objektif, jujur, dan disiplin dalam
Assessment) yang dilakukan oleh OECD memecahkan suatu persoalan dalam
(Organization for Economic bidang matematika maupun bidang lain.
Cooperation and Development) pada Sehingga diperlukan suatu inovasi
tahun 2018 menunjukkan bahwa pada pembelajaran yang bertujuan untuk
bidang matematika pelajar Indonesia membuat kemampuan berpikir kritis
berada pada peringkat 71 dari 78 negara matematis siswa menjadi lebih baik.
(Schleicher, 2018). Oleh sebab itu Menurut Shoimin (2014) salah
diperlukan adanya usaha untuk satu hal yang harus dilakukan oleh guru
meningkatkan kemampuan berpikir agar pembelajaran lebih hidup dan
kritis matematis siswa. bermakna adalah dengan melakukan
Pada Kurikulum 2013 suatu inovasi pembelajaran. Inovasi
digunakan pembelajaran dengan harus dilaksanakan terutama saat
pendekatan saintifik yang meliputi memasuki era digital yang semakin
ranah sikap (afektif), pengetahuan maju seperti sekarang. Hal ini sejalan
(kognitif), dan keterampilan dengan Nurdyansyah dan Fahyuni
(psikomotor). Beberapa karakteristik (2016) yang mengungkapkan bahwa
dari pendekatan saintifik juga beberapa tantangan dalam penerapan
mendukung berkembangnya Kurikulum 2013 yaitu waktu dan TIK
kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu (Teknologi Inforasi dan komunikasi).
pada Kurikulum 2013 materi Kurikulum 2013 menuntut
pembelajaran berdasar pada fakta atau dilaksanakannya penilaian otentik dan
fenomena yang bisa dijelaskan pembelajaran aktif. Diperlukan waktu
menggunakan penalaran atau logika yang lebih lama dalam pelaksanaan
tertentu serta memberi ide dan penilaian otentik dan pembelajaran aktif
mendorong siswa agar berpikir secara dibandingkan penilaian konvensional
kritis, analitis, dan tepat dalam dan pembelajaran yang berpusat pada
mengidentifikasi, memahami, guru. Selain itu sarana TIK merupakan
memecahkan masalah, dan salah satu sarana pembelajaran yang
mengaplikasikan materi pembelajaran dibutuhkan agar siswa melek teknologi.
(Shoimin, 2014). Namun fungsi serta Menurut Murtiyasa (2015) bagi guru
peran guru pada pembelajaran TIK adalah alat yang digunakan agar
matematika, utamanya pada cara dapat meningkatkan kualitas
penyampaian materi pelajaran tidak pembelajaran dan relevansi. Dalam hal
pernah berubah meskipun kurikulum ini TIK bisa dimanfaatkan unntuk
berganti (Murtiyasa, 2015). Sejalan mengembangkan media pebelajaran,
dengan Ariandari (2015) bahwa profesionalitas guru, serta
pembelajaran matematika saat ini di pengembangan sistem pengelolaan
sekolah bersifat lebih mengetahui belajar dan sumber belajar.
pengetahuan faktual saja atau Menentukan model
menghafal, cenderung berorientasi pada pembelajaran yang tepat merupakan

217
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

salah satu inovasi yang bisa dilakukan. penerapan pembelajaran flipped


Sejalan dengan Mukti dan Julianto classroom yang disampaikan oleh
(2018) yang berpendapat bahwa model Bergman dan Sams (2012) yaitu
pembelajaran bisa menentukan membantu siswa yang sibuk, dengan
keberhasilan dalam proses adanya kegiatan belajar di rumah
pembelajaran. Model pembelajaran melalui media pembelajaran yang
adalah suatu proses belajar mengajar mudah diakses oleh siswa membuat
yang disampaikan oleh guru yang siswa yang jarang berada di dalam kelas
tergambar sejak awal sampai akhir masih punya kesempatan untuk belajar
dengan kata lain model pembelajaran seperti siswa lain, dan dapat
meliputi dari penerapan suatu meningkatkan interaksi baik antar siswa
pendekatan, metode, dan teknik maupun dengan guru melalui proses
pembelajaran. Menurut Murtiyasa diskusi di dalam kelas, sehingga baik
(2015) kemajuan teknologi seperti siswa maupun guru dapat lebih
tersedianya peralatan smartphone dan mengenal satu sama lain.
laptop, membuat guru dapat Sebelum melakukan proses
menyiapkan dan memberikan materi pembelajaran berlangsung di dalam
pembelajaran secara online ataupun kelas, siswa telah memperoleh
offline sehingga dapat mudah diakses pengetahuan yang diperlukan untuk
oleh siswa. Materi pembelajaran bisa menunjang pebelajaran di dalam kelas.
diunggah oleh guru dalam bermacam Pengetahuan yang diperoleh bisa
bentuk dan format seperti dokumen, berasal dari berbagai sumber, seperti
audio, video, dan masih banyak lagi. buku, modul, website, dan video
Materi-materi tersebut bisa dilihat pebelajaran. Sebagaimana yang
secara langsung atau diunduh melalui diungkapkan oleh Bergman dan Sams
smartphone ataupun laptop siswa. (2012) hal ini bertujuan agar proses
Sehingga memungkinkan terjadinya pembelajaran di dalam kelas bisa
proses pembelajaran dengan berlangsung maksimal karena guru
menggunakan model pembelajaran memiliki lebih banyak waktu untuk
flipped classroom. menjelaskan materi atau membantu
Pembelajaran flipped classroom siswa dalam menyelesaikan
adalah suatu model pembelajaran yang permasalahan yang ditemui, sehingga
membalik siklus pembelajaran yaitu proses diskusi baik antar siswa maupun
pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan guru menjadi lebih bermutu dan
di dalam kelas menjadi dilakukan di bisa meningkatkan pengetahuan dan
rumah oleh siswa, dan sebaliknya kemampuan berpikir kritis siswa.
pekerjaan rumah dikerjakan di dalam Sejalan dengan pendapat Yulietri,
kelas. Sejalan dengan Bergman dan Mulyoto dan Agung (2015) yang
Sams (2012) bahwa pada dasarnya menyatakan bahwa dengan adanya
konsep flipped classroom adalah apa kegiatan mengerjakan tugas di sekolah
yang biasanya dilakukan secara diharapkan kesulitan yang dihadapi oleh
tradisional di kelas sekarang dilakukan siswa ketika belajar dapat langsung
di rumah, dan apa yang biasanya secara didiskusikan baik oleh para siswa atau
tradisional dilakukan sebagai pekerjaan dengan guru, sehingga permasalahan
rumah sekarang dilakukan di sekolah. yang dihadapi dapat langsung
Flipped classroom juga dapat dipecahkan.
mendekatkan yang jauh dan merekatkan Salah satu hal yang perlu
yang dekat, sejalan dengan manfaat disiapkan dalam penerapan

218
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

pembelajaran flipped classroom adalah berpikir kritis matematis siswa. Maka


memberikan materi pembelajaran dalam peneliti melakukan penelitian dengan
bentuk video pembelajaran dan file judul “Pengaruh model pembelajaran
materi pembelajaran. Menurut Ario dan flipped classroom terhadap kemampuan
Asra (2019) rekaman gambar hidup berpikir kritis matematis siswa”.
yang bertujuan untuk menyampaikan
materi pembelajaran agar siswa METODE PENELITIAN
mendapatkan tujuan pembelajaran
Penelitian ini menggunakan
disebut sebagai video pembelajaran.
pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian
Video pembelajaran dan file materi
yang digunakan yaitu kuasi eksperimen.
pembelajaran tersebut diunggah melalui
Populasi dala penelitian ini adalah siswa
media pembelajaran online yaitu
kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Serang
Google Classroom. Salah satu media
tahun ajaran 2019/2020 semester genap.
pembelajaran online yang bisa
Sampel dalam penelitian ini
dimanfaatkan dalam pembelajaran
menggunakan dua kelas, yaitu satu
flipped classroom adalah Google
kelas dijadikan sebagai kelas kontrol
Classroom, karena media pembelajaran
dan satu kelas lagi dijadikan sebagai
tersebut mudah digunakan dan gratis.
kelas eksperimen. Pada penelitian ini
Sebagaimana yang diungkapkan oleh
satu kelas bertindak sebagai kelas
Iftakhar (2016) bahwa Google
kontrol diterapkan pembelajaran
Classroom sangat mudah untuk dibuat
saintifik, sedangkan satu kelas lagi yang
dan digunakan karena fitur yang
bertindak sebagai kelas eksperimen
tersedia terintegrasi. Dengan ini guru
diterapkan pebelajaran flipped
bisa mengirim materi pembelajaran,
classroom. Instrumen yang digunakan
mengirim tautan untuk sumber belajar
dalam penelitian ini adalah instrumen
lain, mengirim tugas, membuat kuis
tes kemampuan berpikir kritis
online, dan memberikan penilaian
matematis.
langsung.
Variabel dalam penelitian yaitu
Melalui penerapan model
variabel bebas berupa model
pembelajaran flipped classroom siswa
pembelajaran flipped classroom dan
dituntut untuk belajar secara mandiri di
variabel terikat pada penelitian ini
luar jam pelajaran di dalam kelas.
adalah kemampuan berpikir kritis
Sesuai dengan salah satu tahapan
matematis siswa. Instrumen yang
pembelajaran flipped classroom yang
digunakan adalah tes kemampuan
diungkapkan oleh Bergman dan Sams
berpikir kritis matematis. Desain
(2012) terdapat tahapan diskusi materi
penelitian digunakan adalah the
yang sudah dipelajari sebelumnya. Pada
nonequivalent pretest-posttest control
tahapan ini siswa dituntut untuk lebih
group design yaitu terdapat kedua
aktif dan kritis selama proses
kelompok pada penelitian ini diberikan
pembelajaran. Ini menandakan bahwa
pretest dahulu sebelum dilakukan
telah terjadi proses memahami suatu
penelitian untuk mengetahui keadaan
konsep secara mandiri menuju tingkatan
awalnya. Selama penelitian
proses pembelajaran yang lebih tinggi.
berlangsung, satu kelompok diberi
Berdasarkan uraian tersebut
perlakuan dan kelompok lainnya tidak
penulis merasa perlu dilakukan sebuah
diberi perlakuan. Kelompok yang diberi
penelitian untuk mengetahui pengaruh
perlakuan dijadikan sebagai kelompok
dari penerapan model pembelajaran
eksperimen, sedangkan kelompok yang
flipped classroom terhadap kemampuan
tidak diberi perlakuan dijadikan sebagai

219
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

kelompok kontrol. Lalu di akhir 20


penelitian, kedua kelompok diberikan 15
posttest untuk melihat hasil akhirnya. 10
Teknik analisis data dalam Kontrol
5
penelitian kuantitatif meliputi statistika
0 Eksperimen
deskriptif dan statistika inferensial.
0 2 4 6 8 10 12
Statistik deskriptif menyajikan data s.d s.d s.d s.d s.d s.d s.d
yang telah diperoleh dari hasil pretest 1 3 5 7 9 11 13
dan posttest kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dengan menggunakan Diagram 1. Sebaran skor pretest KBKM
metode flipped classroom pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum Berdasarkan diagram diatas
dilakukan uji statistik inferensial, terlihat bahwa frekuensi tertinggi dari
terlebih dahulu dilakukan dengan uji kelas kontrol berada pada rentang skor 2
prasyarat yang terdiri dari uji normalitas sampai dengan 3 yaitu sebanyak 16
dan uji homogenitas. Pengujian orang, sedangkan frekuensi tertinggi
normalitas dilakukan dengan metode dari kelas eksperimen berada pada
Kolmogorov-Sminorv. Uji normalitas rentang skor 4 sampai dengan 5 yaitu
digunakan untuk mengetahui data sebanyak 15 orang. Pada kedua kelas
berdistribusi normal atau tidak, baik kelas kontrol maupun kelas
sedangkan uji homogenitas digunakan eksperimen frekuensi siswa yang
untuk mengetahui data berassal dari memperoleh skor dengan rentang 8
populasi yang homogen atau tidak. Uji sampai dengan 9 terhenti, namun untuk
homogenitas menggunakan uji F. frekuensi siswa kelas eksperimen yang
Selanjutnya dilakukan uji beda dua memperoleh skor 10 sampai dengan 11
rataan dan uji hipotesis. dan 12 sampai dengan 13 terdapat
masing-masing 1 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah analisis deskriptif
dilakukan, maka dilanjutkan dengan
1. Analisis data pretest melakukan analisis inferensial.
Data pretest digunakan untuk Dilakukan uji prasyarat yaitu uji
mendeskripsikan data pretest dan normalitas dan uji homogenitas pada
postest kelas eksperimen dan kontrol data pretest
digunakan teknik statistik yang meliputi Hasil uji normalitas data pretest
rata-rata (mean), titik tengah (median), kemampuan berpikir kritis matematis
modus, standar deviasi, varians, skor kelas eksperimen dan kelas kontrol
minimum dan skor maksimum. Hasil dapat disajikan pada Tabel 1 berikut.
analisis deskriptif skor pretest Tabel 1. Uji normalitas data pretest KBKM
kemampuan berpikir kritis matematis Kelas
siswa kelas eksperimen dan kontrol Statistik
dapat dilihat pada diagram berikut: Eksperimen Kontrol

𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 0,28 0,17

0,24
𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,25

Berdasarkan hasil perhitungan


seperti yang disajikan pada Tabel 1

220
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

diperoleh nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,28 dengan 10


nilai 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,25 untuk kelas 8
eksperimen, sedangkan untuk kelas 6
kontrol diperoleh nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,17 4 Kontrol
2
dengan nilai 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,24. Eksperimen
0
Berdasarkan perhitungan tersebut
7 11 15 19 23
diperoleh nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk s.d s.d s.d s.d s.d
kelas eksperimen, maka H0 ditolak, 8 12 16 20 24
sehingga dapat disimpulkan bahwa data
Diagram 2. Sebaran skor posttest KBKM
pretest kelas eksperimen tidak
berdistribusi normal. Sedangkan untuk Berdasarkan Diagram 2 dapat
kelas kontrol, diperoleh nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < terlihat bahwa frekuensi tertinggi kelas
𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka H0 diterima, sehingga kontrol berada pada rentang skor 15
dapat disimpulkan bahwa data pretest sampai dengan 16 dan 19 sampai
kelas kontrol berdistribusi normal. dengan 20 yaitu sebanyak 8 orang,
Karena data pretest kemampuan sedangkan frekuensi kelas eksperimen
berpikir kritis matematis siswa kelas berada pada rentang skor 11 sampai
eksperimen tidak berdistribusi normal, dengan 12 dan 13 sampai dengan 14
maka analisis data pretest dilanjutkan yaitu sebanyak 6 orang. Pada kelas
dengan uji non parametris. Uji non kontrol maupun kelas eksperimen,
parametris digunakan apabila data tidak frekuensi siswa yang mendapatkan skor
berdistribusi normal. Perhitungan uji 21 sampai dengan 22 terhenti, namun
non parametris yang digunakan adalah untuk frekuensi siswa yang memperoleh
uji Mann Whitney U dua pihak dengan skor dengan rentang 23 sampai dengan
taraf signifikansi 5% (𝛼 = 0,05). 24 pada kelas eksperimen terdapat
Berdasarkan hasil perhitungan sebanyak 3 orang.
yang telah dilakukan, diperoleh nilai Setelah analisis deskriptif
𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,08 dengan 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,65, dilakukan, maka dilanjutkan dengan
maka 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 2,08 > melakukan analisis inferensial.
1,65. Sehingga dapat disimpulkan Dilakukan uji prasyarat yaitu uji
bahwa H0 ditolak, yaitu terdapat normalitas dan uji homogenitas pada
perbedaan rata-rata kemampuan awal data posttest
siswa pada kelas eksperimen dan kelas Hasil uji normalitas data posttest
kontrol dalam berpikir kritis matematis. kemampuan berpikir kritis matematis
siswa kelas eksperimen dan kelas
2. Analisis Data Posttest kontrol dapat disajikan pada Tabel 2
Data posttest adalah data yang berikut.
diperoleh dari skor hasil tes akhir
kemampuan berpikir kritis siswa pada Tabel 2. Uji normalitas data posttest KBKM
kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas
Statistik
yang telah diberikan perlakuan berbeda Eksperimen Kontrol
pada masing-masing kelas sebelumnya. 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 0,15 0,14
Sebaran skor posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,25 0,24
disajikan secara lengkap melalui
Diagram 2 berikut. Berdasarkan hasil perhitungan
seperti yang disajikan pada Tabel 2

221
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

diperoleh nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,15 dengan


nilai 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,25 untuk kelas Berdasarkan hasil perhitungan
eksperimen, sedangkan untuk kelas seperti yang disajikan pada Tabel 4
kontrol diperoleh nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,14 tersebut aka diperoleh nilai 𝑡′ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
dengan nilai 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,24. 0,76 dengan nilai 𝑡′𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,05.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
diperoleh nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk maka diperoleh nilai −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ≤
kelas eksperimen dan kelas kontrol, 𝑡′ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡′𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka H0 diterima.
maka H0 diterima. Sehingga dapat Sehingga dapat disimpulkan bahwa
disimpulkan bahwa data posttest pada tidak terdapat perbedaan pencapaian
kelas eksperimen dan kelas kontrol akhir antara kelas kontrol dan kelas
berdistribusi normal. eksperimen.
Perhitungan uji homogenitas
yang digunakan adalah Uji F. Hasil uji 3. Analisis Data N-gain
homogenitas data posttest kemampuan Sebaran nilai N-gain kelas
berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan melalui Diagram 2 berikut.
disajikan pada Tabel 3 berikut.
10
Tabel 3. Hasil uji homogenitas data posttest 8
KBKM 6
4
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keputusan 2 Kontrol
0
1,87 1,86 Tolak H0 Eksperimen

Berdasarkan hasil perhitungan


seperti yang disajikan pada Tabel 3
tersebut maka diperoleh nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = Diagram 2. Sebaran frekuensi data N-gain
KBKM
1,87 dengan nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,86.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut Berdasarkan Diagram 2 terlihat
diperoleh nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka bahwa frekuensi tertinggi untuk kelas
H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan kontrol terdapat pada rentang nilai 0,51
bahwa varians data posttest kemampuan sampai dengan 0,60 yaitu sebanyak 9
berpikir kritis matematis siswa di kedua orang. Sedangkan frekuensi tertinggi
kelas tidak homogen. untuk kelas eksperimen terdapat pada
Karena data posttest kedua kelas rentang 0,31 sampai dengan 0,40 yaitu
berdistribusi normal namun varians sebanyak 8 orang. Pada kelas kontrol
datanya tidak homogen, maka dilakukan maupun kelas eksperimen, frekuensi
perhitungan uji hipotesis menggunakan siswa yang mendapatkan nilai dengan
Uji t’ dua pihak dengan taraf rentang 0,81 sampai dengan 0,90
signifikansi 5% (𝛼 = 0,05). Hasil uji terhenti, namun untuk frekuensi siswa
hipotesis kemampuan berpkir kritis yang mendapatkan nilai N-gain dengan
matematis dapat disajikan pada Tabel 4 rentang 0,91 sampai dengan 1,00 pada
berikut. kelas eksperimen terdapat sebanyak 3
orang.
Tabel 4. Hasil uji hipotesis KBKM
𝒕′𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕′𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keputusan
Hasil perhitungan uji normalitas
data N-gain kemampuan berpikir kritis
0,76 2,05 H0 diterima

222
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat disajikan pada Tabel 7
kelas kontrol dapat disajikan pada Tabel berikut.
5 berikut.
Tabel 7. Uji hipotesis data N-gain KBKM
Tabel 5. Uji normalitas data N-gain KBKM 𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keputusan
Kelas
Statistik 0,27 2,00 H0 Diterima
Eksperimen Kontrol
𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 0,15 0,08
𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,25 0,24 Berdasarkan hasil perhitungan
seperti yang disajikan pada Tabel 7
Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,27
yang disajikan pada Tabel 5 diperoleh
dengan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,00. Berdasarkan
nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,15 dengan nilai
hasil perhitungan tersebut diperoleh
𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,25 untuk kelas eksperimen, nilai −𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka
sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh H0 diterima. Sehingga dapat
nilai 𝐷ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,08 dengan nilai disimpulkan bahwa tidak terdapat
𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,24. Berdasarkan hasil perbedaan skor peningkatan
perhitungan tersebut diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis matematis
𝐷ℎ𝑡𝑖𝑢𝑛𝑔 < 𝐷𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk kelas antara siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen dan kelas kontrol, maka H0 eksperimen.
diterima. Sehingga dapat disimpulkan Berdasarkan analisis data
bahwa data N-gain pada kelas tersebut diperoleh hasil bahwa tidak
eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan skor pencapaian dan
berdistribusi normal. peningkatan kemampuan berpikir kritis
Hasil uji homogenitas data N- antara siswa kelas kontrol dan siswa
gain kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen. Sehingga dapat
matematis siswa kelas eksperimen dan disimpulkan bahwa tidak terdapat
kelas kontrol dapat disajikan pada Tabel perbedaan kemampuan berpikir kritis
6 berikut. matematis antara siswa yang
menerapkan pembelajaran flipped
Tabel 6. Uji homogenitas data N-gain KBKM classroom dengan siswa yang
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keputusan menerapkan pembelajaran saintifik.
1,76 1,86 H0 diterima Berdasarkan pengamatan
peneliti terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan pembelajaran flipped
Berdasarkan hasil perhitungan
classroom tidak berpengaruh signifikan
seperti yang disajikan pada Tabel 6
terhadap kemampuan berpikir kritis
tersebut maka diperoleh nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
matematis siswa, diantaranya yaitu
1,76 dengan nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,86. siswa belum terbiasa dengan model
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut pembelajaran yang digunakan, karena
diperoleh nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka pada saat pertemuan pertama
H0 diterima. Sehingga dapat menggunakan pembelajaran flipped
disimpulkan bahwa varians data N-gain classroom masih ada beberapa siswa
kemampuan berpikir kritis matematis yang kesulitan karena harus belajar
siswa kelas eksperimen dan kelas secara mandiri terlebih dahulu di rumah
kontrol homogen. masing-masing. Hal tersebut sejalan
Hasil uji hipotesis data N-gain dengan penelitian yang dilakukan oleh
kemampuan berpikir kritis matematis Nuryanti et al. (2018) bahwa siswa yang
siswa kelas eksperimen dan kelas

223
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

belum terbiasa disajikan pembelajaran matematika, namun harus diundur atau


aktif yang memaksimalkan potensi ditunda karena waktunya terambil oleh
berpikir menjadi penyebab rendahnya mata pelajaran lain.
kemampuan berpikir kritis siswa SMP
kelas VIII. SIMPULAN
Faktor lainnya adalah Berdasarkan hasil pengolahan
kemampuan siswa yang kurang pada dan analisis data hasil penelitian yang
dasar-dasar operasi hitung dalam dilakukan di MTs Negeri 1 Kota Serang
matematika dan siswa yang belum pada siswa kelas VIII tahun ajaran
terbiasa dengan tipe soal yang jarang 2019/2020 diperoleh kesimpulan yaitu
ditemui atau soal non rutin. Kondisi ini tidak terdapat perbedaan kemampuan
terbukti pada saat kegiatan berpikir kritis matematis antara siswa
pembelajaran berlangsung, khususnya yang menerapkan pembelajaran flipped
pada saat kegiatan diskusi materi, classroom dengan siswa yang
pertanyaan yang sering ditanyakan oleh menerapkan pembelajaran saintifik.
siswa seringkali berhubungan dengan Faktor yang mempengaruhi terjadinya
operasi hitung dan konsep mengenai hal tersebut adalah siswa yang belum
bangun datar yang belum matang. Pada terbiasa dengan pembelajaran aktif dan
saat peneliti melakukan diskusi dengan tipe soal non rutin.
guru mata pelajaran matematika juga
membenarkan keadaan tersebut bahwa DAFTAR PUSTAKA
siswa memang belum terbiasa dengan Abdullah, I. H. (2013). Berpikir kritis
soal-soal non rutin dan menyayangkan matematik. Jurnal Matematika
kondisi tersebut. Hal ini sejalan dengan Dan Pendidikan Matematika, 2(1),
penelitian yang dilakukan oleh Siregar 66–75.
et al. (2018) bahwa siswa SMP masih Ariandari, W. P. (2015). Seminar
lemah dalam memahami masalah Nasional Matematika dan
sehingga dapat menghambat siswa Pendidikan Matematika :
dalam menentukan strategi dalam Mengintegrasikan Higher Order
menyelesaikan suatu permasalahan Thinking Dalam Pembelajaran
dalam soal. Sesuai dengan hasil analisis Creative Problem Solving.
indikator kemampuan berpikir kritis Arifin, Z. (2017). Mengembangkan
bahwa siswa kelas eksperimen yang instrumen pengukur critical
diterapkan pembelajaran flipped thinking skills siswa pada
classroom masih kurang pada indikator pembelajaran matematika abad 21.
menganalisis dan memecahkan masalah. THEOREMES, 1(2), 92–100.
Kondisi demikian juga Ario, M., & Asra, A. (2019).
memberikan dampak terhadap proses Pengembangan video pembelajaran
penelitian peneliti yang pada saat itu materi integral pada pembelajaran
bertindak sebagai guru matematika yang flipped classroom. AKSIOMA:
sering mengalami hal tersebut. Jurnal Program Studi Pendidikan
Dibutuhkan kesabaran dalam menjawab Matematika, 8(1), 20–31.
pertanyaan yang diajukan siswa pada https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i1.
saat proses pembelajaran berlangsung. 1709
Terkadang juga ada beberapa guru mata Bergman, J., & Sams, A. (2012). Flip
pelajaran lain yang mengambil jam your classroom: Reach every
pelajaran matematika, sehingga disaat student in every class every day. In
seharusnya sudah memasuki pelajaran International Society for

224
WILANGAN: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika

Technology in Education. berpikir kritis siswa SMP. Jurnal


https://doi.org/10.1177/073989131 Pendidikan: Teori, Penelitian Dan
401100120 Pengembangan, 3(2), 155–158.
Fristadi, R., & Bharata, H. (2015). Pribadi, A., Somakim, & Yusup, M.
Meningkatkan kemampuan (2017). Pengembangan soal
berpikir kritis siswa dengan penalaran model TIMSS pada
problem based learning. Seminar materi geometri dan pengukuran
Nasional Matematika Dan SMP. Histogram : Jurnal
Pendidikan Matematika UNY, Pendidikan Matematika, 1(2),
597–602. 115–128.
Iftakhar, S. (2016). Google classroom : Schleicher, A. (2018). PISA : Insights
What works and how? Journal of and interpretation. OECD.
Education and Social Sciences, 3, Shoimin, A. (2014). 68 Model
12–18. https://www.jesoc.com/wp- Pembelajaran Inovatif dalam
content/uploads/2016/03/KC3_35. Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media.
pdf Siregar, I., Darhim, & Asih, E. C. M.
Kurniati, Kusumah, Y. S., Sabandar, J., (2018). Analisis kesulitan siswa
& Herman, T. (2015). SMP menghadapi soal berpikir
Mathematical critical thingking kritis dan kreatif matematis.
ability through contextual teaching Paundan Journal of Research Ini
and learning approach. IndoMS- Mathematics Learning and
JME, 6(1), 53–62. Education, 3(2), 82–92.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1 Sulistiani, E., & Masrukan. (2016).
079602.pdf Pentingnya berpikir kritis dalam
Mukti, S. H., & Julianto. (2018). pembelajaran matematika untuk
Penerapan model pembelajaran menghadapi tantangan MEA.
berpikir induktif untuk Seminar Nasional Matematika X
meningkatkan kemampuan berpikir Universitas Negeri Semarang,
kritis siswa kelas IV materi bentuk 605–612.
energi dan penggunaannya SDN Yulietri, F., Mulyoto, & Agung, L.
Sokalela Kadur Pamekasan. Jurnal (2015). Model flipped classroom
Pendidikan Guru Sekoah Dasar, 6, dan discovery learning
2054–2063. pengaruhnya terhadap prestasi
Murtiyasa, B. (2015). Seminar Nasional belajar matematika ditinjau dari
Matematika dan Pendidikan kemandirian belajar. Teknodika,
Matematika : Tantangan 13(2), 5–17.
Pembelajaran Matematika Era
Global.
Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016).
Inovasi Model Pembelajaran
Sesuai Kurikulum 2013. Nizamia
Learning Center.
Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro,
M. (2018). Analisis kemampuan

225

Anda mungkin juga menyukai