Anda di halaman 1dari 14

Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024, 52-65.

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Menggunakan E-Modul Berbasis


Pembelajaran Berbasis Masalah Dikombinasikan dengan Dialog Sokrates

Dewi Ekaputri Pitorini, Suciati and Harlita

Sebelas Maret University, Indonesia

Kata Kunci Abstrak


Keterampilan Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan e-modul berbasis Problem-Based Learning
Berpikir Kritis, E- yang dikombinasikan dengan Dialog Socrates pada topik perubahan lingkungan dalam meningkatkan
modul, kemampuan berpikir kritis siswa sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dan
Pembelajaran Berbasis Masalah,
menggunakan
Socrates
non-randomised control group, pre-test/post-test design. Teknik pengambilan
Dialog, sampelnya adalah cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas
perubahan eksperimen (n=72) dan dua kelas kontrol (n=72).
lingkungan Instrumen pengumpulan datanya berupa tes pilihan ganda dan angket.
Hasil pengujian dianalisis menggunakan uji t dan uji N-gain score. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Siswa yang menggunakan e-modul menunjukkan kemampuan berpikir kritis yang
lebih baik. Siswa yang menggunakan e-modul menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir
kritis yang lebih besar setelah proses pembelajaran, dibandingkan dengan siswa yang tidak
menggunakan e-modul. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa e-modul berbasis PBL yang
dipadukan dengan Dialog Socrates efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Perkenalan

Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk menghadapi tantangan
abad 21. Geisinger (2016) dan Tseng (2020) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan
salah satu kemampuan kognitif yang dibutuhkan pada abad ke-21. Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat
menyebabkan terjadinya pergeseran fokus lembaga pendidikan dari pengembangan ilmu pengetahuan
teoritis menjadi pengembangan kemampuan atau keterampilan berpikir, salah satunya adalah kemampuan
berpikir kritis (Memiÿ & Akkaÿ, 2020; Sadhu & Laksono, 2018). Guru sudah tidak mampu lagi membekali siswa
dengan segala pengetahuan dan informasi yang ada. Pembelajaran hendaknya melatih siswa untuk mampu
mengakses informasi yang akurat dan terpercaya serta mampu berpikir kritis terhadap informasi tersebut.
Pembelajaran pada abad 21 juga menuntut pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar.
Caton dkk. (2022) menyatakan bahwa teknologi telah mengubah lanskap pembelajaran dan mengubah cara siswa
dan guru berpikir, berinteraksi, dan memproses informasi. E-modul merupakan salah satu bentuk pemanfaatan
teknologi yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif, dapat dilakukan kapan
saja dan dimana saja serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Handayani et al., 2021).
Enke dkk. (2015) mendefinisikan modul sebagai bahan ajar yang disusun secara sistematis (meliputi
materi, metode dan evaluasi) dan mandiri untuk mencapai kompetensi tertentu yang diharapkan.

Perubahan lingkungan merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai siswa kelas X.
Haniyya dan Bintari (2017) menyatakan bahwa materi ini mempunyai peran penting dalam menanamkan kognitif

Diterbitkan oleh Commonwealth of Learning, Kanada


CC BY-SA 4.0
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 53

keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan di sekitar siswa. Perlunya
peningkatan kesadaran lingkungan tidak lepas dari krisis lingkungan akibat ulah manusia yang tidak bertanggung
jawab (Sueb & Damayanti, 2021). Pendidikan memainkan peran besar dalam mengajar siswa bagaimana mempelajari
dan menyelidiki lingkungan mereka dan membuat keputusan yang cerdas serta berdasarkan informasi tentang
bagaimana menjaganya (Frantz & Mayer, 2014).
Kajian penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Hasil dari
Tes awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa adalah
48,84. Hal ini didukung oleh tren hasil PISA siswa Indonesia yang masih di bawah rata-rata (OECD, 2014; 2016;
2019; 2023). Hasil penelitian sebelumnya oleh Elisanti dkk. (2018) dan Widodo dkk. (2019) juga menunjukkan bahwa
rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Biologi masih rendah (di bawah 50). Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru Biologi di sekolah diketahui bahwa pembelajaran di kelas masih didominasi
oleh guru dan kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan temuan Saputri dkk.
(2018) dan Suyamto dkk. (2018), yang menemukan bahwa pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru dan
belum cukup melatih siswa dalam keterampilan berpikir kritis untuk memenuhi tuntutan abad ke-21.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa bahan ajar utama yang
digunakan adalah buku teks. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Haka dkk. (2020)
dan Safitri dkk. (2021) yang mengungkapkan bahwa bahan ajar yang digunakan guru masih didominasi oleh buku
teks. Hasil analisis menunjukkan bahwa buku teks yang digunakan di kelas belum mampu menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil survei yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa 78,8% siswa berpendapat
bahwa buku teks yang digunakan dengan topik
perubahan lingkungan mempunyai keterbatasan dan kelemahan.
Keterampilan berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai.
Asyari dkk. (2016) dan Bezanilla dkk. (2019) menyatakan bahwa model pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dapat mendorong siswa berpikir kritis. Saat memecahkan
masalah, siswa harus membuat keputusan, yang mungkin membantu mereka belajar bersikap kritis terhadap
pilihan mereka. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi kedua kegiatan
tersebut sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Asyari et al., 2016; Sebatana & Dudu, 2021).
Dialog Socrates merupakan salah satu teknik bertanya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PBL.
Menurut Hung (2011), banyak siswa kesulitan dalam transisi dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran
berbasis PBL. Dalam pembelajaran PBL, guru menggunakan pertanyaan untuk membantu siswa mengatasi
tantangan yang ada. Menurut Katsara dan De Witte (2019), Dialog Socrates merupakan teknik bertanya yang
dapat membantu siswa belajar sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.

Tinjauan Literatur
Kemampuan berpikir kritis
Konsep berpikir kritis pertama kali dikemukakan oleh John Dewey yang mendefinisikan berpikir kritis sebagai
suatu proses pertimbangan aktif, gigih dan menyeluruh terhadap setiap keyakinan, berdasarkan alasan-alasan
yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan selanjutnya yang cenderung mengikuti (Dewey, 1933). . Facione
(1990) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah proses metakognitif yang berfokus pada penilaian yang bertujuan
untuk menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi dan inferensi, serta penjelasan berdasarkan pertimbangan
bukti, konsep, metode, kriteria atau konteks yang membentuknya. dasar keputusan itu. Menurut Facione (2015),
keterampilan berpikir kritis terdiri dari enam aspek: interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan dan
pengaturan diri.
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 54

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)


PBL merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa mengembangkan berbagai solusi
terhadap permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan nyata (Aslan, 2021; Suwono dkk., 2021; Tarhan &
Ayyildiz, 2015). Model PBL menggunakan masalah yang tidak terstruktur, yang memungkinkan siswa mengeksplorasi
beberapa solusi yang masuk akal dan menentukan solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut
(Hung, 2015). Masalah yang tidak terstruktur memungkinkan siswa untuk terlibat dalam proses berpikir kritis, seperti
mencari alternatif dan mempertimbangkan sudut pandang lain (Kim et al., 2013).
Model PBL menurut Arends (2012) terbagi dalam lima tahap pembelajaran: (1) mengorientasikan siswa
pada masalah; (2) pengorganisasian siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan independen dan kelompok; (4)
mengembangkan dan menyajikan artefak dan pameran; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. PBL tahap ketiga merupakan inti dari model PBL, dimana siswa melakukan kegiatan investigasi untuk
membuat penjelasan dan menentukan solusi (Arends, 2012).

Dialog Sokrates
Dialog Socrates merupakan metode yang bersumber dari kebiasaan percakapan yang dilakukan oleh filsuf
Yunani kuno Socrates, untuk membimbing siswanya memahami suatu konsep (Pangestika, dkk., 2017; Vyskoÿilová dan
Praško, 2012). Dialog Socrates merupakan suatu teknik pembelajaran dimana guru memanfaatkan serangkaian
pertanyaan untuk merangsang dan membimbing pemikiran siswa daripada memberikan siswa informasi dalam jumlah
besar melalui pengajaran langsung (Chin, 2007). Kategori pertanyaan dalam Dialog Socrates menurut Paul
(Lee et al., 2014) adalah pertanyaan klarifikasi, pertanyaan yang menyelidiki asumsi, pertanyaan yang menyelidiki alasan
dan bukti, pertanyaan tentang sudut pandang atau perspektif, pertanyaan yang menyelidiki implikasi dan konsekuensi
dan pertanyaan tentang pertanyaan itu.

Dialog Socrates menggunakan pertanyaan-pertanyaan eksplorasi sistematis untuk memicu pemikiran kritis
konsep yang kompleks (Martin et al., 2021; Paul & Elder, 2007). Pertanyaan eksplorasi mengundang tanggapan
tanpa jawaban yang telah ditentukan (Teo, 2016), sehingga memungkinkan siswa mengekspresikan diri secara bebas.
Cui dan Teo (2023) menyatakan bahwa melalui pertanyaan eksploratif, guru tidak hanya mengeksplorasi apa yang
diketahui siswa tetapi juga apa dan bagaimana pemikiran mereka. Guru lebih fokus pada penalaran dibandingkan
pengetahuan, sehingga mendorong berpikir kritis siswa.

Topik: Perubahan Lingkungan


Topik perubahan lingkungan memuat permasalahan lingkungan hidup yang dekat dengan kehidupan siswa. Materi
ini dapat mendorong siswa untuk menyadari dan memahami permasalahan lingkungan hidup yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari serta mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Priyadi dan Suyanto (2019)
menyatakan bahwa permasalahan dalam topik perubahan lingkungan merupakan permasalahan nyata yang harus
diselesaikan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip. Topik perubahan lingkungan mempunyai karakteristik
yang sesuai dengan model PBL. Topik perubahan lingkungan yang diterapkan pada PBL dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa melalui kegiatan penyelesaian permasalahan lingkungan hidup yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 55

Kerangka konseptual

Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Pada penelitian ini keterampilan berpikir
kritis dilatih melalui penerapan e-modul. Penelitian ini menggabungkan model PBL dengan soal-soal Dialog
Socrates yang kemudian diintegrasikan ke dalam e-modul. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tahapan
model PBL. Soal-soal Dialog Socrates disisipkan dalam tahapan PBL untuk membimbing siswa dalam
memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Pertanyaan Penelitian
Tujuan penelitian secara menyeluruh adalah untuk menguji keefektifan e-modul berbasis Problem-Based Learning
yang dikombinasikan dengan Dialog Socrates pada topik perubahan lingkungan dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Secara khusus, pertanyaan-pertanyaan berikut dirumuskan:

1. Apa perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan e-
modul dan yang tidak menggunakan e-modul?
2. Bagaimana perbandingan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran
pada kelas yang menggunakan e-modul dan yang tidak menggunakan e-modul?
3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan e-modul?

Metode
Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental. Desain penelitian yang digunakan adalah non-
randomized control group, pre-test/post-test design. Desain ini dipilih untuk penelitian ini karena dalam melaksanakan
penelitian tidak mungkin menetapkan subjek ke dalam kelompok perlakuan secara acak. Penelitian ini justru
menggunakan kelompok-kelompok yang sudah ada di sekolah, yaitu kelompok kelas (Ary et al., 2010), yang
kemudian dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran
dengan penerapan e-modul berbasis PBL yang dipadukan dengan Dialog Socrates. Kelas kontrol melakukan
pembelajaran PBL dengan menggunakan bahan ajar yang biasa digunakan di kelas.

Peserta
Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah menengah di Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari 12 kelas (n = 422). Usia siswa antara 15 dan 16
tahun. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah empat kelas yaitu dua
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 56

kelas eksperimen (n = 72) dan dua kelas kontrol (n = 72). Sebelum kelas sampel dipilih, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah setiap kelas dapat dijadikan sampel yang
mewakili populasi. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (ÿ = 0,05). Uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene (ÿ = 0,05). Pengujian dilakukan dengan SPSS 25.
Hasil pengujian menunjukkan populasi normal dan homogen.

Alat Pengumpul Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk memperoleh
data kemampuan berpikir kritis siswa. Instrumen tes disusun berdasarkan aspek keterampilan berpikir kritis menurut
Facione (2015) yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan pengaturan diri. Tes ini terdiri dari 24
soal pilihan ganda. Masing-masing aspek keterampilan berpikir kritis diukur dengan empat item. Instrumen tes diuji
validitasnya oleh ahli materi perubahan lingkungan dan ahli evaluasi pendidikan. Soal tes juga diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan menggunakan model Rasch. Seluruh butir soal memenuhi kriteria penilaian validitas butir yang
meliputi nilai outfit mean square (MNSQ), outfit Z-standard (ZSTD), dan point size korelasi (PTMEA Corr). Hasil uji
reliabilitas menunjukkan bahwa item mempunyai reliabilitas baik berdasarkan Cronbach’s alpha (0,70) dan reliabilitas
sangat baik berdasarkan reliabilitas item (0,91).

Teknik non tes digunakan untuk memperoleh data respon dari kelas eksperimen
siswa setelah penerapan e-modul berbasis PBL yang dipadukan dengan Dialog Sokrates. Instrumen yang
digunakan adalah angket. Kuesioner terdiri dari 16 item pernyataan. Angket berisi pernyataan mengenai penyajian
materi, kegiatan pembelajaran, soal-soal Dialog Sokrates, dan penggunaan e-modul. Pernyataan dalam
kuesioner diukur menggunakan skala likert dengan kriteria sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak
setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1).

Data utama dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa. Data uji memberikan gambaran umum tentang
tingkat kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran baik pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Data non tes digunakan sebagai data pendukung yang memperkuat hasil
tes siswa. Melalui data non tes dapat diketahui bagaimana respon siswa terhadap penerapan e-modul, apakah e-
modul mempermudah atau mempersulit proses pembelajaran.

Karakteristik e-Module berbasis PBL yang dipadukan dengan Dialog Socrates


E-modul yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan menurut Borg
dan Gall (1983). Kegiatan pembelajaran pada e-modul disusun berdasarkan lima tahapan PBL menurut Arends
(2012). Soal-soal Dialog Socrates disisipkan pada model PBL tahap pertama, kedua dan ketiga. Dialog Socrates
disajikan dalam bentuk serangkaian pertanyaan yang bertujuan untuk membimbing siswa dalam kegiatan
pembelajaran dan melatih mereka untuk memiliki kemampuan berpikir kritis.

E-modul terdiri dari komponen-komponen berikut: (1) halaman sampul; (2) halaman Fransiskus; (3)
daftar isi; (4) deskripsi e-modul; (5) panduan penggunaan e-modul; (6) kompetensi yang harus dicapai; (7) peta
konsep; (8) kegiatan pembelajaran; (9) glosarium dan (10) daftar pustaka.
E-modul dikembangkan dalam bentuk flipbook. Flipbook mudah diakses oleh pelajar dan dapat diakses
secara online maupun offline menggunakan smartphone atau laptop (Mutiara & Emilia, 2022; Sumarmi et al.,
2021). Flipbook lebih interaktif karena sebenarnya tidak
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 57

terbatas pada teks saja tetapi dapat juga berisi gambar, video, audio dan link (Mutiara & Emilia, 2022).

Prosedur
Penelitian diawali dengan memberikan pre-test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pre-test dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan treatment.
Perlakuan kemudian diberikan pada kelas eksperimen yaitu implementasi e-modul berbasis
PBL yang dipadukan dengan Dialog Socrates. Kelas kontrol melaksanakan pembelajaran PBL dengan
menggunakan bahan ajar yang biasa digunakan. Proses pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali dengan
durasi masing-masing 90 menit. Kemudian diberikan post-test kepada kedua kelas untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa setelah proses pembelajaran.
Kuesioner diberikan kepada kelas eksperimen setelah implementasi e-modul.

Analisis data
Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui keefektifan e-modul berbasis PBL yang dipadukan
dengan Dialog Socrates dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah uji t dan uji N-gain score.
Uji-t didahului dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (ÿ = 0,05). Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan
uji Levene (ÿ = 0,05).
Uji t (ÿ = 0,05) bertujuan untuk menguji signifikansi perbedaan kemampuan berpikir kritis
siswa. Uji t dilakukan dengan menggunakan SPSS 25. Uji t yang dilakukan merupakan uji t sampel
independen karena data berasal dari dua kelompok yang berbeda. Uji-t membandingkan hasil post-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol. H0 menyatakan tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
antara kelas eksperimen dan kontrol, sedangkan H1 menyatakan terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa antara kelas eksperimen dan kontrol. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan
keputusan hipotesis adalah nilai t. H0 ditolak apabila nilai thitung lebih besar dari ttabel (thitung>ttabel).

Tes N-gain score bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test. Uji N-gain score digunakan apabila terdapat
perbedaan hasil post-test yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rumus yang
digunakan untuk menghitung N-gain score adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan N-gain score kemudian diinterpretasikan menggunakan kategori (Hake,


1999) yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1: Kategori N-Gain Score

Skor N-Gain Kategori

g ÿ 0,7 Tinggi

0,7 > g ÿ 0,3 g Sedang

< 0,3 Rendah


Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 58

Temuan
Data keterampilan berpikir kritis yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Data Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Kelas Eksperimental Kelas Kontrol


Hasil Statistik
Pra-tes Pasca tes Pra-tes Pasca tes
N 72 72 72 72
Berarti 61,98 87,85 61.11 71.76
median 62.50 87,50 62.50 70,83
Perbedaan 46.43 55.14 56.23 50.00
Deviasi Standar 6.81 7.43 7.50 7.07
Minimum 45.83 70,83 45.83 58.33
Maksimum 75.00 100,00 83.33 87,50

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pre-test pada kelas eksperimen (61,98) dan
kelas kontrol (61,11) tidak jauh berbeda, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis awal siswa
pada kedua kelas adalah setara. Nilai rata-rata post-test kelas eksperimen (87,85) lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol (71,76). Nilai median post-test kelas eksperimen (87,50) juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (70,83).
Nilai maksimum dan minimum post-test kelas eksperimen (100 dan 70,83) lebih tinggi dibandingkan nilai post-test
kelas kontrol (87,50 dan 58,33). Berdasarkan hasil tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan e-modul lebih baik dibandingkan pada kelas kontrol.

Perbandingan hasil pre-test dan post-test antara kelas eksperimen dan kelas eksperimen
kelas kontrol untuk masing-masing aspek keterampilan berpikir kritis disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test antar Kelas Eksperimen


dan Kelas Kontrol pada Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 59

Berdasarkan Gambar 2 diketahui terjadi peningkatan rata-rata skor setiap aspek keterampilan berpikir kritis pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata post-test kelas eksperimen pada setiap aspek keterampilan berpikir
kritis lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pada post-test kelas eksperimen rata-rata skor tertinggi pada aspek analisis
(96,53) dan rata-rata skor terendah pada aspek regulasi diri (70,83). Data skor keterampilan berpikir kritis siswa kemudian
dianalisis menggunakan uji t dan N-gain

tes skor.

Pertanyaan Penelitian 1: Apa perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan
e-modul dan yang tidak menggunakan e-modul?

Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan skor postes data normal dan homogen, sehingga syarat uji
t telah terpenuhi. Hasil uji t disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Uji-t Nilai Post-test Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Tes
Kelas Berarti hitungan Mengatakan. t(0,05;142) Hasil
Keputusan

Eksperimental 87,85 13.314 0,000 1.97681 thitung > ttabel H0

Kontrol 71.76 ditolak

Tabel 3 menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (13,314 > 1,97681), sehingga H0 ditolak dan
dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata postes kelas eksperimen (87,85) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
(71,76), sehingga terlihat kemampuan berpikir kritis siswa lebih baik pada kelas yang menggunakan e-modul
berbasis PBL yang dikombinasikan dengan Dialog Sokrates.

Pertanyaan Penelitian 2: Bagaimana perbandingan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah
proses pembelajaran pada kelas yang menggunakan e-modul dan yang tidak menggunakan e-modul?

Hasil uji N-gain score disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Uji N-Gain Score Terhadap Nilai Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Eksperimental
Kelas dan Kelas Kontrol

Kelas Skor N-Gain Kategori


Eksperimental 0,68 Sedang
Kontrol 0,27 Rendah

Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor N-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen mempunyai skor N-gain sebesar 0,66 (sedang).
Kelas kontrol mempunyai skor N-gain sebesar 0,29 (rendah). Rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen
memperoleh peningkatan yang lebih besar setelah pembelajaran menggunakan e-modul dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 60

Pertanyaan Penelitian 3: Bagaimana respon siswa terhadap penerapan e-modul?


Hasil angket respon siswa terhadap penerapan e-modul disajikan pada Gambar 3.

96,88
1. E-modul mudah dipahami
3.13

94.10
2. E-modul bersifat kontekstual
5.90

3. Kegiatan belajar membantu untuk memahami 96,53


topik dengan lebih baik 3.47

4. Soal Dialog Socrates memudahkan 97,92


pelajari topiknya 2.08

5. Socrates Dialog Pertanyaan melatih kritis 96,53


kemampuan berpikir 3.47

95.14
6. E-modul melatih kemampuan berpikir kritis
4.86

96,53
7. Tampilan e-modul menarik
3.47
Ya Tidak (%)

Gambar 3: Respon Siswa Terhadap Penerapan E-Modul


Berdasarkan PBL Dikombinasikan dengan Dialog Socrates

Hasil angket pada Gambar 3 menunjukkan bahwa e-modul mudah dipahami siswa. Penjelasan
pada e-modul dilengkapi dengan gambar dan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga siswa lebih mudah memahami topik tersebut. Topik yang disampaikan berkaitan dengan
situasi dunia nyata siswa, dan kegiatan pembelajaran dalam e-modul mendorong siswa untuk
menghubungkan pengetahuannya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran pada e-modul juga membantu siswa memahami topik perubahan lingkungan
dengan lebih baik. Soal-soal Dialog Socrates dalam e-modul memudahkan siswa dalam
mempelajari topik tersebut. Soal-soal Dialog Sokrates berperan dalam membimbing siswa pada saat
kegiatan pembelajaran. Siswa berpendapat bahwa e-modul dapat memberdayakan keterampilan berpikir kritis.
Soal-soal Dialog Socrates dalam e-modul juga dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis.

Diskusi
Hasil uji-t yang dilakukan terhadap skor post-test menunjukkan adanya perbedaan keterampilan berpikir
kritis yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata postes kelas
eksperimen (87,15) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (71,53), sehingga terlihat kemampuan
berpikir kritis siswa lebih baik pada kelas yang menggunakan e-modul. Hasil uji N-gain score
menunjukkan bahwa kelas eksperimen mempunyai skor N-gain sebesar 0,66 (sedang),
sedangkan kelas kontrol mempunyai skor N-gain sebesar 0,29 (rendah). Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa lebih besar pada kelas eksperimen dibandingkan pada kelas ekspe
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 61

kelas kontrol. Hasil uji t-test dan uji N-gain score menunjukkan bahwa e-modul berbasis PBL yang dikombinasikan
dengan Socratic Dialogue efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
E-modul berbasis PBL dipadukan dengan Dialog Socrates yang diterapkan dalam penelitian ini
mendorong siswa menjadi pembelajar aktif. Dalam e-modul terdapat kegiatan pembelajaran dimana siswa
dibimbing untuk memecahkan permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya.
Gale dkk. (2022) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam seluruh aspek
pemecahan masalah. Pemecahan masalah tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur berpikir kritis.
Berpikir kritis berfungsi untuk membatasi bias dan mendorong sudut pandang yang tidak memihak (Lamont,
2020). Keterampilan berpikir kritis dapat membantu siswa memahami masalah secara mendalam dan
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah. Kemampuan ini juga membantu siswa menghasilkan hipotesis
yang tepat dan dapat menghasilkan solusi yang dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa e-modul pada penelitian ini menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui kegiatan pemecahan m
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Gholami dkk. (2016) dan Hursen (2021) menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis
yang signifikan setelah penerapan model PBL. Penelitian ini menerapkan model PBL secara digital yaitu
melalui e-modul yang dapat diakses menggunakan smartphone atau laptop. Mobil Tudor dkk. (2019)
menjelaskan bahwa PBL berbasis digital lebih efektif dalam mengembangkan keterampilan dibandingkan
pembelajaran tradisional. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail dkk. (2018) menunjukkan bahwa model
PBL yang diintegrasikan ke dalam aplikasi mobile memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Kinney (2022) dan Lee et al. (2014) menunjukkan bahwa penggunaan soal
Dialog Socrates efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Meskipun sudah banyak penelitian sebelumnya mengenai pemberdayaan keterampilan berpikir
kritis melalui penerapan model PBL atau Dialog Socrates, namun masih sangat sedikit penelitian yang
menggabungkan model PBL dan Dialog Socrates. Penelitian ini menggabungkan model PBL dan Dialog
Socrates ke dalam sebuah e-modul, yang bertujuan untuk memandu proses belajar siswa dan
mendorong kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai
titik tolak dan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai model PBL yang dipadukan dengan Dialog
Socrates.

kesimpulan dan rekomendasi


Hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa yang menggunakan e-modul menunjukkan kemampuan berpikir
kritis yang lebih baik. Siswa yang menggunakan e-modul menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir
kritis yang lebih besar setelah proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan e-
modul. Hasil angket menunjukkan bahwa e-modul membantu siswa memahami topik perubahan lingkungan
dengan lebih baik dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa e-modul berbasis PBL yang dipadukan dengan Dialog Socrates efektif meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian ini dibatasi pada materi perubahan lingkungan. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada topik lain di Biologi. Selain itu, penelitian ini fokus pada
pengukuran kemampuan berpikir siswa. Berpikir kritis yang efektif memerlukan kemampuan dan kemauan
(yaitu, disposisi berpikir kritis) untuk melaksanakan proses kognitif tingkat tinggi (Facione, 2000; Halpern,
1999). Individu yang memiliki disposisi kepribadian tertentu (misalnya keterbukaan pikiran,
keingintahuan intelektual, dan skeptisisme) lebih besar kemungkinannya untuk menerapkan keterampilan
berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari (Thomas & Hayes, 2021). Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan
untuk menyelidiki disposisi berpikir kritis siswa.
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 62

Referensi
Arends, RI (2012). Belajar mengajar (Edisi ke-9). McGraw-Hill.
Ary, D., Jacobs, LC, & Sorensen, CK (2010). Pengantar penelitian di bidang pendidikan (edisi ke-8). keterlibatan
Sedang belajar.

Aslan, A. (2021). Pembelajaran berbasis masalah di kelas online langsung: Prestasi belajar, pemecahan masalah
keterampilan, keterampilan komunikasi, dan interaksi. Komputer & Pendidikan, 171, 1-15. https://
doi.org/10.1016/j.compedu.2021.104237
Asyari, M., Al Muhdhar, MHI, Susilo, H., & Ibrohim. (2016). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui integrasi pembelajaran
berbasis masalah dan investigasi kelompok. Jurnal Internasional untuk Studi Pembelajaran dan Pembelajaran, 5(1),
36-44. https://doi.org/10.1108/IJLLS-10-2014-0042
Bezanilla, MJ, Fernández-Nogueira, D., Poblete, M., & Galindo-Domínguez, H. (2019). Metodologi belajar-mengajar berpikir kritis di
pendidikan tinggi: Pandangan guru. Keterampilan Berpikir dan Kreativitas, 33, 1-10. https://doi.org/10.1016/
j.tsc.2019.100584
Borg, WR, & Gall, MD (1983). Penelitian pendidikan: Sebuah pengantar (edisi ke-4). orang panjang.
Caton, A., Bradshaw-Wardis, D., Kinshuk, & Savenye, W. (2022). Arah masa depan untuk kelancaran literasi digital menggunakan
penelitian fleksibilitas kognitif: Tinjauan terhadap paradigma literasi digital terpilih dan kerangka teoritis. Jurnal
Pembelajaran untuk Perkembangan, 9(3), 381-393. https://doi.org/10.56059/jl4d.v9i3.818

Dagu, C. (2007). Pertanyaan guru di kelas sains: Pendekatan yang merangsang pemikiran produktif. Jurnal Penelitian
Pengajaran Sains, 44(6), 815-843. https://doi.org/10.1002/tea.20171

Cui, R., & Teo, P. (2023). Berpikir melalui pembicaraan: Menggunakan dialog untuk mengembangkan pemikiran kritis siswa.
Pengajaran dan Pendidikan Guru, 125, 1-11. https://doi.org/10.1016/j.tate.2023.104068
Dewey, J. (1933). Cara kita berpikir, merupakan pernyataan kembali hubungan berpikir reflektif dengan proses pendidikan. DC
Kesehatan.
Elisanti, E., Sajidan, S., & Prayitno, BA (2018). Profil kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA. Kemajuan dalam Penelitian Ilmu
Sosial, Pendidikan dan Humaniora, 218, 205-209. https://doi.org/10.2991/icomse-17.2018.36

Enke, J., Kraft, K., & Metternich, J. (2015). Desain modul pembelajaran berorientasi kompetensi. Procedia CIRP, 32, 7-12. https://
doi.org/10.1016/j.procir.2015.02.211
Facione, PA (2015). Berpikir kritis: Apa itu dan mengapa hal itu penting. Penilaian Wawasan, 1-28.
Facione, PA (2000). Disposisi terhadap berpikir kritis: Karakternya, pengukurannya, dan hubungannya dengan
keterampilan berpikir kritis. Logika Informal, 20(1), 61-84.
Facione, PA (1990). Berpikir kritis: Pernyataan konsensus para ahli untuk tujuan penilaian dan pengajaran pendidikan. https://
eric.ed.gov/?id=ED315423
Frantz, CMP, & Mayer, FS (2014). Pentingnya keterhubungan dengan alam dalam menilai program pendidikan lingkungan. Kajian
Evaluasi Pendidikan, 41, 85-89. https://doi.org/10.1016/j.stueduc.2013.10.001

Gale, AP, Chapman, JO, White, DE, Ahluwalia, P., Williamson, AKJ, Peacock, KR, Akagbosu, R., Lepine, TM, Arizor, I., Bone, LA,
Brown, J., Fahrngruber, AM, Goldberg-Flood, A., Kovirineni, S., Lamb-Laurin, SJ, Zia, N., Innocent, S., Lee, W.,
Moran, G.,… Cooke, SJ
(2022). Tentang penerapan konsep menjadi pemecah masalah lingkungan: Perspektif peserta pelatihan tentang
elemen kunci kesuksesan, keterampilan penting, dan pola pikir. Tinjauan Lingkungan, 30(1), 1-9. https://doi.org/10.1139/
er-2021-0040
Geisinger, KF (2016). Keterampilan abad ke-21: Apa saja keterampilan tersebut dan bagaimana kita menilainya? Terapan
Pengukuran dalam Pendidikan, 29(4), 245-249. https://doi.org/10.1080/08957347.2016.1209207
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 63

Gholami, M., Moghadam, PK, Mohammadipoor, F., Tarahi, MJ, Sak, M., Toulabi, T., & Pour, AH
(2016). Membandingkan efek pembelajaran berbasis masalah dan metode ceramah tradisional terhadap
keterampilan berpikir kritis dan kesadaran metakognitif pada mahasiswa keperawatan dalam mata kuliah
keperawatan perawatan kritis. Pendidikan Perawat Hari Ini, 45, 16-21. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2016.06.007
Haka, N.B., Anggoro, B.S., Hamid, A., Novitasari, A., Handoko, A., & Puspita, L. (2020). The
pengembangan modul biologi berbasis kearifan lokal Lampung Barat: Kajian materi ekosistem. Jurnal Fisika:
Seri Konferensi, 1467, 1-10. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1467/1/012013
Hake, RR (1999). Menganalisis skor perubahan/ perolehan. Asosiasi Riset Pendidikan Amerika.
Halpern, DF (1999). Mengajar untuk berpikir kritis: Membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan dan
disposisi seorang pemikir kritis. Arah Baru Belajar Mengajar, 80, 69-74.
Handayani, D., Elvinawati, Isnaeni, & Alperi, M. (2021). Development of guided discovery based
modul elektronik untuk pelajaran kimia pada materi reaksi redoks. Jurnal Internasional Teknologi Seluler
Interaktif, 15(7), 94-106. https://doi.org/10.3991/ijim.v15i07.21559
Haniyya, F., & Bintari, S.H. (2017). Pengaruh pembelajaran model PBL terhadap hasil belajar dan sikap peduli lingkungan
kelas X MA Miftahussalam Demak. Journal of Biology Education, 6(1), 26-
30. https://doi.org/10.15294/jbe.v6i1.14044
Digantung, W. (2015). Menumbuhkan pemecah masalah yang kreatif: Gaya PBL. Tinjauan Pendidikan Asia Pasifik,
16(2), 237-246. https://doi.org/10.1007/s12564-015-9368-7
Digantung, W. (2011). Teori dengan kenyataan: Beberapa permasalahan dalam penerapan pembelajaran berbasis
masalah. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pendidikan, 59(4), 529-552. https://doi.org/10.1007/s11423-011-
9198-1
Hursen, C. (2021). Pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah yang didukung web 2.0 tools terhadap prestasi
akademik dan kemampuan berpikir kritis dalam pendidikan guru. Teknologi, Pengetahuan dan
Pembelajaran, 26(3), 515-533. https://doi.org/10.1007/s10758-020-09458-2
Ismail, NS, Harun, J., Zakaria, MAZM, & Salleh, SM (2018). Pengaruh aplikasi mobile problem based learning DicScience
PBL terhadap berpikir kritis siswa. Keterampilan Berpikir dan Kreativitas, 28, 177-195. https://doi.org/
10.1016/j.tsc.2018.04.002
Katsara, O., & De Witte, K. (2019). Bagaimana menggunakan pertanyaan sokrates untuk mendorong pembelajaran
mandiri orang dewasa. Studi dalam Pendidikan Orang Dewasa, 51(1), 109-129.
https://doi.org/10.1080/02660830.2018.1526446
Kim, K., Sharma, P., Tanah, SM, & Furlong, KP (2013). Pengaruh pembelajaran aktif terhadap peningkatan pemikiran kritis
mahasiswa pada mata kuliah IPA umum sarjana. Pendidikan Tinggi Inovatif, 38, 223-235. https://doi.org/
10.1007/s10755-012-9236-x
Kinney, J. (2022). Meninjau kembali metode pengajaran sokrates untuk meningkatkan mahasiswa farmasi tahun ketiga
pemikiran kritis dan praktik farmasi tingkat lanjut mengalami kesiapan dalam pilihan perawatan kritis.
Arus Belajar Mengajar Farmasi, 14(4), 499-506. https://doi.org/10.1016/
j.cptl.2022.03.014
Lamont, P. (2020). Konstruksi “berpikir kritis”: Antara cara kita berpikir dan apa yang kita yakini.
Sejarah Psikologi, 23(3), 232-251. https://doi.org/10.1037/hop0000145
Lee, SAYA, Kim, H., & Kim, M. (2014). Pengaruh pertanyaan Socrates pada pemikiran kritis dalam pembelajaran
kolaboratif berbasis web. Pendidikan sebagai Perubahan, 18(2), 285-302.
https://doi.org/10.1080/16823206.2013.849576
Martin, TJ, Serrano-Estrada, L., & Esteve-Faubel, J.-M. (2021). Pemikiran kritis: Dasar pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan. Penelitian & Pengembangan Perguruan Tinggi, 40(2), 309-324. https://doi.org/
10.1080/07294360.2020.1752629
Memiÿ, EK, & Akkaÿ, BNÇ. (2020). Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam berpikir-diskusi-
siklus menulis: Pendekatan inkuiri berbasis argumentasi. Tinjauan Pendidikan Asia Pasifik, 21, 441-453.
https://doi.org/10.1007/s12564-020-09635-z
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 64

Mutiara, E., & Emilia, E. (2022). Mengembangkan bahan ajar berbasis flipbook pada program studi kuliner Unimed.
Jurnal Internasional Pendidikan Matematika, Sains dan Teknologi, 10(3), 650-662. https://doi.org/
10.46328/ijemst.2487
OECD. (2023). Hasil PISA 2022 (Volume I): Keadaan pembelajaran dan pemerataan pendidikan. https://
doi.org/10.1787/53f23881-en
OECD. (2019). Hasil PISA 2018 (Volume I): Apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa.
https://doi.org/10.1787/5f07c754-en
OECD. (2016). Hasil PISA 2015 (Volume I): Keunggulan dan pemerataan pendidikan. https://
doi.org/10.1787/9789264266490-en
OECD. (2014). Hasil PISA 2012 (Volume I): Apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa – kinerja siswa
matematika, membaca dan sains. https://doi.org/10.1787/9789264201118-en
Pangestika, I.W., Ramli, M., Nurmiyati, N., & Sapartiwi, S. (2017). Hasil belajar biologi siswa kelas XI MIPA melalui penerapan
dialog socrates. Proceedings Biology Education Conference, 14(1), 305-310.

Paul, R., & Penatua, L. (2007). Berpikir kritis: Seni bertanya Socrates. Jurnal Pendidikan Perkembangan, 31(1), 36-37.

Priyadi, AA, & Suyanto, S. (2019). Efektivitas pembelajaran berbasis masalah pada biologi dengan
diagram tulang ikan pada kemampuan berpikir kritis siswa SMA. Jurnal Fisika, 1397, 1-8. https://doi.org/
10.1088/1742-6596/1397/1/012047
Sadhu, S., & Laksono, EW (2018). Pengembangan dan validasi penilaian terpadu untuk
mengukur pemikiran kritis dan literasi kimia dalam kesetimbangan kimia. Jurnal Instruksi Internasional, 11(3),
557-572. https://doi.org/10.12973/iji.2018.11338a
Safitri, A., Noorhidayati, & Amintarti, S. (2021). Pengembangan bahan ajar konsep sistem peredaran darah manusia
biologi SMA dalam bentuk booklet digital. BIOMA: Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 3(2), 13-30.
https://doi.org/10.31605/bioma.v3i2.1246
Saputri, AC, Sajidan, & Rinanto, Y. (2018). Profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA dalam pembelajaran biologi. Jurnal
Fisika: Seri Konferensi, 1006, 1-5. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1006/1/012002

Sebatana, MJ, & Dudu, WT (2021). Realitas atau fatamorgana: Meningkatkan keterampilan abad ke-21 melalui
pembelajaran berbasis masalah sambil mengajarkan sifat partikulat materi. Jurnal Internasional Pendidikan
Sains dan Matematika. https://doi.org/10.1007/s10763-021-10206-w
Sueb, S., & Damayanti, J. (2021). Pengaruh modul keanekaragaman makrozoobentos berbasis pembelajaran
berbasis masalah terhadap sikap lingkungan siswa SMP. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 10(3), 400-406.
https://doi.org/10.15294/JPII.V10I3.30766
Sumarmi, Aliman, M., & Mutia, T. (2021). Pengaruh digital eco-learning pada LKS
flipbook untuk literasi proyek lingkungan dan kompetensi pedagogi. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Sains,
11(2), 357-370. https://doi.org/10.3926/jotse.1175
Suwono, H., Permana, T., Saefi, M., & Fachrunnisa, R. (2021). Pembelajaran berbasis masalah (PBL) biologi untuk
meningkatkan literasi kesehatan pada siswa sekolah menengah. Jurnal Pendidikan Biologi, 1-15.
https://doi.org/10.1080/00219266.2021.1884586
Suyamto, J., Masykuri, M., & Sarwanto, S. (2018). Analisis profil awal kritis siswa
keterampilan berpikir dalam pembelajaran sistem sirkulator pada siswa kelas XI SMA N 1 Gondang Sragen.
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, 267,
53-57. https://doi.org/10.2991/aecon-18.2018.12
Tarhan, L., & Ayyildiz, Y. (2015). Pandangan mahasiswa S1 tentang penerapan pembelajaran berbasis
masalah pada mata kuliah biokimia. Jurnal Pendidikan Biologi, 49(2), 116-126. https://doi.org/
10.1080/00219266.2014.888364
Teo, P. (2016). Menjelajahi ruang dialogis dalam pengajaran: Sebuah studi tentang pembicaraan guru di kelas pra-
universitas di Singapura. Pengajaran dan Pendidikan Guru, 56, 47-60. https://
doi.org/10.1016/j.tate.2016.01.019
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran untuk Pembangunan 11(1), 2024 65

Thomas, CL, & Hayes, AR (2021). Menggunakan model persamaan struktural eksploratif untuk menyelidiki validitas konstruk
skala disposisi berpikir kritis. Jurnal Penilaian Psikoedukasi, 39(5), 640-648. https://doi.org/
10.1177/0734282921990564
Tseng, S.-S. (2020). Menggunakan kegiatan pemetaan konsep untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada a
sekolah menengah di Taiwan. Peneliti Pendidikan Asia Pasifik, 29(3), 249-256. https://
doi.org/10.1007/s40299-019-00474-0
Mobil Tudor, L., Kyaw, BM, Dunleavy, G., Smart, NA, Semwal, M., Rotgans, JI, Low-Beer, N., &
Campbell, J. (2019). Pembelajaran berbasis masalah digital dalam profesi kesehatan: Tinjauan sistematis dan meta-
analisis oleh kolaborasi pendidikan kesehatan digital. Jurnal Penelitian Internet Medis, 21(2), e12945. https://doi.org/
10.2196/12945
Vyskoÿilová, J., & Praško, J. (2012). Dialog Socrates dan penemuan terpandu dalam pengawasan perilaku kognitif.
Aktivitas Nervosa Unggul Rediviva, 54(1), 35-45.
Widodo, AS, Sunarmo, W., & Maridi. (2019). Analisis profil awal pemikiran kritis siswa pada tahun
sistem materi sirkulasi pada kelas XI MIA SMA Surakarta. Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan, 243, 1-6.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/243/1/012125

Catatan Penulis
https://orcid.org/0000-0001-9505-4367
https://orcid.org/0000-0003-2436-4119
https://orcid.org/0000-0003-2456-5826

Dewi Ekaputri Pitorini is a student in the Master Program of Biology Education at Sebelas Maret
University, Indonesia. Email: dewiekaputri@student.uns.ac.id

Suciati adalah dosen Program Magister Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret, Indonesia.
Email: suciatisudarisman@staff.uns.ac.id

Harlita adalah dosen Program Magister Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret, Indonesia. Email:
harlita@staff.uns.ac.id

Dikutip sebagai: Pitorini, DE, Suciati, & Harlita. (2024). Keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan e-modul berbasis
pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan dengan Dialog Socrates. Jurnal Pembelajaran untuk
Pembangunan, 11(1), 52-65.

Anda mungkin juga menyukai