Anda di halaman 1dari 6

Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.

php/jpms
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 8 (1), 2020, 1-6

Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematis


Intan Mahyastuti1,*, Dwiyana1, Erry Hidayanto1
1
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
Jalan Semarang No. 5, Sumbersari, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia.
*Korespondensi Penulis. E-mail: intanmahyastuti@gmail.com

Abstrak
Salah satu kemampuan berpikir yang penting untuk dikuasai oleh siswa adalah kemampuan
berpikir analitis, karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sehingga
mereka dapat mengembangkan kemampuan mereka sendiri. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis
kemampuan berpikir analitis siswa SMP dalam memecahkan masalah matematis melalui pemberian
tes pemecahan masalah. Tiga siswa SMP kelas VII diambil secara acak untuk mewakili siswa
berkemampuan analitis. Hasil kajian menunjukkan bahwa ketiga siswa tersebut masih belum dapat
memecahkan masalah dengan sempurna. Sehingga tiap-tiap subjek yang dipilih adalah siswa yang
dapat mendeskripsikan setiap indikator kemampuan berpikir analitis yaitu differentiating, organizing,
dan atributing. S1 tidak menunjukkan perbedaan dalam menjawab masalah walaupun telah
memecahkan masalah matematika, S2 tidak hati-hati dalam mencari FPB, dan S3 dapat mengorganisir
masalah tetapi hanya berpikir sampai jumlah dua angka dibagi menjadi kelas yang sama. Kemampuan
berpikir analitis siswa masih kurang.
Kata Kunci: kemampuan kognitif, kemampuan berpikir analitis, pemecahan masalah matematis

Students’ Analytical Thinking Ability in Mathematical Problems Solving


Abstract
One of the important thinking skills is the ability to think analytically, because it can improve
students' high-order thinking skills so that they can develop their own abilities. This article aims to
describe the analytical thinking ability of junior high school students in solving mathematical
problems through the provision of problem-solving tests. Three high school students in grade VII were
choose at random to represent students with analytical abilities. The results of the study indicate that
the three students still can not solve the problem perfectly. So that each subject chosen is a student
who can describe each indicator of analytical thinking ability: differentiating, organizing, and
attributing: S1 did not show differentiating in answering the problem even though he had solved a
mathematical problem, S2 is not careful in finding GCD, and S3 can organize answers but only think
until the sum of two numbers is divided into the same class. The students' analytical thinking ability is
still lacking.
Keywords: cognitive abilities, analytical thinking skills, mathematical problem solving

How to Cite: Mahyastuti, I., Dwiyana, & Hidayanto, E. (2020). Kemampuan berpikir analitis siswa dalam
memecahkan masalah matematis. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 8(1), 1-6.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v8i1.19644

Permalink/DOI: DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v8i1.19644

berpikir mekanistis (Kemendikbud, 2014).


PENDAHULUAN
Berpikir analitis merupakan cara memproses
Kemampuan berpikir analitis pada setiap informasi tergantung karakteristik tugas yang
individu penting dikembangkan di sekolah. dipecahkan, sehingga penalaran menghasilkan
Berpikir analitis telah lama mendapat perhatian proses bertahap, atau dalam aktivitas pencarian
ahli pendidikan karena merupakan salah satu tersebar luas di mana proses paralel implisit juga
tujuan pembelajaran, yaitu pembelajaran terlibat (Macchi & Bagassi, 2012). Siswa
diarahkan melatih berpikir analitis bukan diharapkan mampu memecahkan masalah.

Copyright © 2020, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 8 (1), 2020, 2
Intan Mahyastuti, Dwiyana, Erry Hidayanto

Usaha siswa dalam memecahkan masalah METODE


matematika dapat mengembangkan kemampuan
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
mereka. Hal ini sesuai pernyataan Krathwohl &
kualitatif (Creswell & Creswell, 2017).
Anderson (2010) bahwa pemecahan masalah
Penelitian ini dilakukan dengan cara
dalam pembelajaran matematika dapat
mendeskripsikan dan menganalisis hasil saat
mengembangkan pola berpikir siswa. Siswa
penelitian. Instrumen yang digunakan yaitu soal
merancang, melaksanakan, dan menafsirkan
tes penyelesaian masalah matematika. Sebelum
jawaban pemecahan masalah yang dihadapinya
diujikan kepada siswa, instrumen divalidisai
menjadi tahapan terpisah sesuai permasalahan
dosen agar hasil tes sesuai dengan tujuan
yang telah diidentifikasinya. Kemampuan
penelitian. Penelitian di kelas VII A SMP
berpikir analitis meliputi: kemampuan
Brawijaya Smart School Malang yang terdiri
membedakan yaitu proses mengelompokkan
dari 30 siswa pada semester genap Tahun Ajaran
bagian relevan dari sebuah struktur, kemampuan
2017/2018. Penelitian diawali dengan pemberian
mengorganisasikan yaitu proses identifikasi
materi FPB di kelas VII A. Dilakukan
elemen yang sesuai dan proses mengenali
pengambilan data dengan memberikan TPMB
bagaimana elemen membentuk sebuah struktur
(Tes Pemecahan Masalah Bilangan) kepada 25
yang koheren, dan kemampuan menghubungkan
siswa. Setelah diperoleh hasil tes, kemudian
yaitu menentukan sudut pandang, pendapat,
penskoran untuk menentukan kemampuan
nilai, atau maksud yang mendasari bahan yang
berpikir analitis siswa.
disajikan (Krathwohl & Anderson, 2010).
Berdasarkan hasil penskoran, siswa dibagi
Selama pemecahan masalah, siswa
menjadi 3 kriteria yaitu tinggi, sedang, dan
menggunakan konsep yang didapat sebelumnya.
rendah sesuai tabel deskriptor yang
Masalah merupakan pertanyaan yang
dikembangkan dari indikator berpikir analitis
penyelesaiannya tidak dapat diselesaikan dengan
yang meliputi kemampuan membedakan yaitu
prosedur rutin (Cacciatori, 2012). Setiap
proses mengelompokkan bagian-bagian yang
individu pernah dihadapkan pada permasalahan
relevan atau penting dari sebuah struktur,
yang mengharuskan untuk memberikan
kemampuan mengorganisasikan yaitu proses
penyelesaian. Dalam memilih penyelesaian,
mengidentifikasi elemen-elemen yang sesuai
maka dilakukan dengan hati-hati secara matang.
dan proses mengenali bagaimana elemen
Lebih lanjut, Raiyn (2016) menyatakan berpikir
membentuk struktur yang koheren, dan
analitis ada pada keterampilan berpikir tingkat
kemampuan menghubungkan yaitu menentukan
tinggi yang diperlukan siswa untuk memecahkan
sudut pandang atau maksud yang mendasari
masalah, pengambilan keputusan dan pencarian
bahan disajikan (Krathwohl & Anderson, 2010).
pengetahuan, Dengan mengembangkan berpikir
Langkah selanjutnya memilih satu subjek
analitis, seseorang akan mencari kebenaran,
penelitian secara acak dari masing-masing
menganalisis masalah dengan baik, berpikir
kriteria. Kriteria tinggi adalah siswa yang
sistematis, dan berpikir mandiri dalam
mampu menjawab secara keseluruhan meliputi
menyelesaikan masalah.
semua diskriptor. Kriteria sedang adalah siswa
Kemampuan berpikir analitis matematika
yang mampu menjawab setengah bagian dari
siswa dikategorikan rendah. Rendahnya
semua diskriptor. Kriteria rendah adalah siswa
kemampuan berpikir analitis siswa ditunjukkan
yang mampu menjawab satu pertiga dari semua
rendahnya keberhasilan siswa memecahkan
diskriptor. Sementara itu, tahapan pemecahan
masalah. Berdasarkan hasil observasi dan
masalah dalam penelitian ini dapat disajikan
wawancara dengan guru SMP Brawijaya Smart
seperti pada Tabel 1. Selanjutnya, melakukan
School, guru kesulitan mengetahui kemampuan
wawancara berbasis tugas pada ketiga subjek
berpikir analitis siswa. Peneliti berinisiatif
terpilih. Wawancara ini dilakukan untuk
memberikan tes pemecahan masalah. Peneliti
mengetahui kemampuan berpikir analitis siswa
menganalisis kemampuan berpikir analitis siswa
dalam memecahkan masalah berdasarkan
dalam menyelesaikan permasalahan dan
tahapan Polya. Selanjutnya berdasarkan analisis
mewawancarai siswa. Peneliti juga
hasil wawancara dan pekerjaan siswa, peneliti
memunculkan kesulitan siswa yang mungkin
mendeskripsikan kemampuan analitis subjek
muncul dalam memecahkan masalah yang
saat memecahkan masalah matematika. Teknik
nantinya bisa digunakan sebagai bahan rujukan
analisis data yang digunakan adalah analisis
kemampuan berpikir memecahkan masalah.
kualitatif dengan indikator berpikir analitis.

Copyright © 2020, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 8 (1), 2020, 3
Intan Mahyastuti, Dwiyana, Erry Hidayanto

Tabel 1. Langkah pemecahan masalah


Keterangan
Tahapan
Indikator Deskripsi
Memahami Menguraikan masalah berkaitan Menjabarkan masalah lebih jelas dengan
Masalah memilah bagian penting dari menuliskan yang diketahui.
masalah (Differentiating)
Melakukan Identifikasi masalah yang Menunjukan langkah memilah bagian penting
Perencanaan diketahui (Organizing) dengan menuliskan masalah yang
diselesesaikan.
Merumuskan masalah dengan teori yang
dipelajari.
Menjelaskan sesuatu yang diidentifikasi pada
masalah.
Melaksanakan Menentukan penyelesaan Menentukan penyelesaan matematis atau cara
Rencana matematis terhadap masalah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
yang diidentifikasi (Organizing)
Menghubungkan masalah yang Menjelaskan hubungan identifikasi masalah
telah diidentifikasi dengan satu dengan penyelesaian matematis.
cara penyelesaian. (Organizing)
Memeriksa Menyelesaikan masalah Memeriksa, menyelesaikan dan memberikan
Kembali matematis berdasarkan kesimpulan terhadap masalah matematis.
submasalah (Atributing)

HASIL DAN PEMBAHASAN lanjut untuk mengetahui kemampuan berpikir


analitis siswa. Setelah itu, mewawancarai subjek
Penyusunan TPM
yang pertanyaannya disesuaikan dengan
Penelitian ini dilaksanakan pada 19 Maret indikator pemahaman kemampuan berpikir
2018 di kelas VII-A SMP BSS Malang, Jawa analitis. Jawaban yang diberikan siswa
Timur. Dua puluh lima siswa diminta untuk kemudian dianalisis sesuai hasil pengerjaan
menyelesaikan masalah bilangan yang terdiri siswa yang berkaitan indikator pemecahan
dari 1 butir soal. Ada 5 siswa yang berhasil masalah sesuai deskripsi indikator.
memecahkan masalah dengan benar. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Subject S1
Pemecahan Masalah Bilangan (TPMB) yang
disusun atas permasalahan materi bilangan yang S1 yaitu subjek pertama kelompok jawaban
berhubungan dengan FPB. Soal pemecahan semua benar. Tahap mengidentifikasi masalah,
masalah yang diberikan kepada siswa adalah, S1 dapat mengidentifikasi yang diketahui dan
“Dalam sebuah sekolah siswa kelas VII yang yang ditanyakan dengan baik dan benar. Akan
teridiri dari 391 siswa laki-laki dan 323 siswa tetapi, siswa S1 tidak menuliskan informasi pada
perempuan akan dibagi kedalam kelas terbesar lembar jawabannya. Peneliti menyimpulkan
yang mungkin. Bagaimana cara membagi kelas bahwa S1 mampu memahami fakta dasar dan
tersebut? Berapa banyak kelas yang terbentuk? dapat membangun makna masalah. Walaupun
Berikan penjelasan tentang pembagian siswa- siswa S1 tidak menyebutkan yang diketahui.
siswa kedalam kelas-kelas tersebut!”. Lebih lanjut, berikut ini kutipan wawancara
Masalah tersebut adalah masalah yang terhadap siswa S1 dalam memahami masalah.
melibatkan konsep FPB. Peneliti menganalisis “Q : Setelah membaca soal, informasi apa saja
kemampuan analitis siswa dalam memecahkan yang kamu dapat?”
masalah dan menggali kesulitan yang dialami “S1 : Dari masalah yang diketahui bahwa
siswa. Selanjutnya, lembar jawaban siswa terdapat 323 siswa perempuan dan 391
dianalisis dan dikelompokkan ke dalam 3 siswa yang akan dibagi ke dalam kelas
kategori sesuai indikator kemampuan berpikir terbesar yang mungkin.”
analitis dalam memecahkan masalah “Q : Kemudian?”
matematika. Responden yang dipilih sebagai “S1 : Siswa-siswa tersebut saya bagi ke dalam
subjek adalah siswa yang berasal dari kelompok kelas terbesar yang mungkin dengan cara
jawaban benar. Lembar jawaban dianalisis lebih mencari FPB-nya, Bu.”

Copyright © 2020, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 8 (1), 2020, 4
Intan Mahyastuti, Dwiyana, Erry Hidayanto

Siswa S1 dalam memahami informasi


dilakukan dengan menggunakan penyelesaian
matematis atau cara sesuai untuk menyelesaikan
permasalahan yang telah diidentifikasi seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1 berikut.
Gambar 3. S2 dalam mengidentifikasi masalah
Siswa S2 terlihat dalam memecahkan
masalah mampu mengidentifikasi permasalahan
dengan baik. Siswa mampu melihat kedua
Gambar 1. S1 dalam mencari FPB bilangan tersebut memiliki faktor persekutuan
Berdasarkan Gambar 1 terlihat siswa terbesar sehingga untuk mendapatkan jawaban,
dalam memecahkan masalah mampu siswa mencari FPB kedua bilangan 391 dan 323.
mengidentifikasi permasalahan dengan baik. Kemudian siswa menentukan banyak kelas yang
Siswa mampu melihat kedua bilangan memiliki terbentuk. Akan tetapi, siswa S2 salah dalam
faktor persekutuan terbesar sehingga untuk menyimpulkan jumlah kelas yang terbentuk. Hal
mendapatkan jawaban, siswa mencari FPB ini dapat ditunjukan seperti pada Gambar 4.
kedua bilangan 391 dan 323. Kemudian siswa
menentukan banyak kelas yang terbentuk yaitu
17 kelas. Siswa S1 juga menyebutkan bahwa
kelas terbesar yang terbentuk terdiri dari 23
siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Hasil
ini dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 2.

Gambar 4. S2 dalam memecahkan masalah


Siswa S2 dalam mencari kelas terbesar
dengan mencari faktor bilangan yang yang
diketahui. Namun dalam mencari faktor
persekutuan terbesar siswa tidak teliti, sehingga
Gambar 2. S1 dalam memecahkan masalah kesimpulan siswa dalam mencari kelas terbesar
salah.
Siswa membagi kelas terbesar sebanyak
17 kelas dan siswa dibagi menjadi 23 siswa laki- Subject S3
laki yang diperoleh dari pembagian 391 siswa
laki-laki dengan banyak kelas yang mungkin Subjek S3 merupakan subjek ketiga yang
yaitu 17 kelas. Selanjutnya, 19 siswa perempuan berasal dari kelompok siswa yang tidak mampu
setiap kelasnya diperoleh dari pembagian 323 memecahkan masalah. Pada tahapan
siswa perempuan dari 17 kelas. mengidentifikasi masalah, S3 mengidentifikasi
yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan
Subject S2 baik dan benar. Siswa S3 menuliskan informasi
Subjek S2 merupakan subjek kedua yang yang diketahui pada lembar jawabannya. Lebih
berasal dari kelompok siswa yang mampu lanjut, berikut ini kutipan wawancara terhadap
memecahkan masalah, tetapi memberikan siswa S3 dalam memahami masalah.
kesimpulan salah. Pada tahap mengidentifikasi “Q : Setelah membaca soal, informasi apa saja
masalah, S2 dapat mengidentifikasi hal-hal yang yang kamu dapat?”
diketahui dan yang ditanyakan dengan baik dan
benar. Siswa S2 menuliskan informasi yang “S3 : Saya menuliskan yang diketahui Bu, sesuai
diketahui dari soal pada lembar jawabannya. dari soal yang diberikan Ibu.”
Peneliti menyimpulkan bahwa S2 mampu “Q : Terus?”
memahami fakta dasar dan dapat membangun “S3: Saya menuliskan diketahui 323 siswa
makna dari masalah yang diberikan. perempuan dan 391 siswa laki-laki. yang
Selanjutnya, Siswa S2 dalam memahami akan dibagi ke dalam kelas terbesar yang
informasi melakukan penyelesaian matematis mungkin. Terus ditanya bagaimana cara
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 berikut. membagi kelas tersebut.”

Copyright © 2020, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 8 (1), 2020, 5
Intan Mahyastuti, Dwiyana, Erry Hidayanto

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, Siswa S3 tidak memecahkan masalah


peneliti menyimpulkan bahwa S3 mampu dengan FPB kedua bilangan 391 dan 323.
memahami fakta dasar dan dapat membangun Kemudian siswa menentukan banyak kelas yang
makna masalah yang diberikan seperti yang terbentuk. Akan tetapi, siswa S3 salah dalam
ditunjukan pada Gambar 5 berikut. menyimpulkan jumlah kelas yang terbentuk. Hal
ini dapat ditunjukan pada Gambar 7 berikut

Gambar 5. S3 dalam mengidentifikasi masalah


Selanjutnya, Siswa S3 dalam memahami
informasi melakukan penyelesaian matematis
dengan mencari kelas terbesar dengan
menjumlahkan kedua bilangan dan membaginya
dengan bilangan yang mungkin. Cara yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan Gambar 7. S3 dalam memecahkan masalah
dapat ditunjukkan pada Gambar 6 berikut.
Siswa S3 dalam mencari kelas terbesar
dengan mencari bilangan yang dapat membagi
714. Akan tetapi, dalam mencari faktor
persekutuan terbesar siswa S3 tidak melakukan
analisis, sehingga kesimpulan siswa salah dalam
mencari kelas terbesar. Lebih lanjut,
kemampuan berpikir analitis meliputi struktur,
Gambar 6. S3 dalam mengidentifikasi masalah kemampuan membedakan yaitu proses
mengelompokkan bagian yang relevan dari
Siswa S3 terlihat dalam mengidentifikasi
sebuah kemampuan mengorganisasikan yaitu
permasalahan dengan langkah yang berbeda dari
proses mengidentifikasi elemen-elemen yang
siswa S1 dan S2. Sementara itu, berikut ini
sesuai dan proses mengenali bagaimana elemen
merupakan hasil wawancara dengan siswa S3.
ini membentuk struktur yang koheren, dan
“P : Untuk mencari kelas terbesar yang kemampuan menghubungkan yaitu menentukan
mungkin, langkah apa yang kamu sudut pandang atau maksud yang mendasari
gunakan?” bahan yang disajikan (Sudibyo et al., 2016).
“S3: Saya membagi jumlah bilangan tersebut Siswa S1 mempunyai kemampuan
Bu.” berpikir analitis yang lebih baik daripada siswa
“P : Bagaimana cara membaginya?” S2 dan S3. Siswa S1 bisa mengidentifikasi
“S3: Saya membagi bilangan tersebut dengan permasalahan dan mampu menggunakan
bilangan bilangan yang lebih kecil Bu. pengetahuan cara memfaktorkan bilangan,
Pertama saya jumlahkan 391 degan 323 mencari FPB dari kedua bilangan sehingga
hasilnya 714. Terus saya bagi 714 dengan mampu menghasilkan jawaban benar. Akan
2, dengan 3, dengan 4, dan seterusnya.” tetapi, siswa S2 dan S3 tidak menyimpulkan
“P : Apakah ini hasilnya?” secara benar jumlah siswa terbesar yang
“S3: Iya Bu ini hasilnya. Tapi yang saya tuliskan mungkin pada permasalahan tersebut. Siswa S2
hanya yang bisa saja Bu.” bisa mengidentifikasi permasalahan, menguasai
“P : Lalu, berapakah kelas terbesar yang dan mampu menggunakan pengetahuan tentang
mungkin dapat dibentuk dari masalah yang cara memfaktorkan bilangan. Akan tetapi, siswa
kamu identifikasi?” berpikir bahwa kedua bilangan merupakan
“S3: Saya tidak tahu Bu. Kemarin saya pilih faktor prima. Siswa tidak melakukan analisis
kelas dengan pembagi 6 hasilnya 119.” lebih jauh, padahal bentuk kedua bilangan
“P : Kenapa?” bukanlah bilangan prima. Siswa S2 telah
“S3: Saya tidak tahu Bu. Saya merasa kelas menghubungkan informasi dengan bentuk
terbesar yang mungkin adalah kelas yang mencari faktor dan menemukan FPB, tetapi
dapat dibagi dengan sempurna seperti yang salah dalam menyimpulkan jawabannya.
saya tuliskan.”

Copyright © 2020, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 8 (1), 2020, 6
Intan Mahyastuti, Dwiyana, Erry Hidayanto

Detail temuan penelitian ini meliputi SIMPULAN


identifikasi dan tentukan masalah. Siswa dalam
Berdasarkan temuan penelitian ini, maka
memecahkan masalah tidak langsung menjawab
disimpulkan siswa mempunyai kemampuan
permasalahannya, tetapi membuat identifikasi
analitis yang rendah. Rendahnya kemampuan
masalah sebelum memecahkan masalah dengan
berpikir analitis siswa karena ada kesulitan yang
mendaftar hal-hal dari masalah yang diketahui.
dihadapi siswa. Kesulitan yang dihadapi siswa
Hal ini merupakan langkah pertama dari proses
dalam memecahkan masalah adalah karena ada
analitik yaitu untuk mengidentifikasi dan
siswa yang belum bisa memfaktorkan bilangan.
menentukan masalah. Melakukan rencana,
Kesulitan lain karena siswa tidak melakukan
setelah masalah telah ditentukan, selanjutnya
analisis soal secara mendalam, siswa panik
merancang rencana yang dibutuhkan untuk
mengerjakan soal, sehingga soal belum
menjawab pertanyaan yang diajukan dalam
terselesaikan. Selain itu, siswa belum terbiasa
analisis masalah. Melakukan analisis, data yang
menyelesaikan soal pemecahan masalah. Jadi,
diidentifikasi dikembangkan dengan langkah 2
guru perlu mempersiapkan pembelajaran
kemudian melakukan perhitungan dan
bermakna serta lebih variatif dalam memberikan
pencocokan. Misalkan menghubungkan masalah
masalah. Salah satunya adalah dengan
dengan melibatkan penerjemahan masalah
memberikan soal pemecahan masalah.
secara menyeluruh, sehingga aspek penting dari
masalah dapat dipertimbangkan untuk
memecahkan masalah. DAFTAR PUSTAKA
Masalahnya mungkin memerlukan Cacciatori, E. (2012). Resolving conflict in
analisis perhitungan yaitu dugaan sementara dari problem‐solving: Systems of artefacts in
kemungkinan berapa banyak jumlah siswa development of new routines. Journal of
dalam kelas yang akan dibagi ke dalam kelas Management Studies, 49(8), 1559-1585.
terbesar yang mungkin dan berapa banyak siswa
yang terbagi dalam setiap kelas dan berapa Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017).
banyak jumlah laki laki dan perempuan dengan Research design: Qualitative,
mendafar secara detail yang diketahui siswa. quantitative, and mixed methods
Dalam kasus lain, masalah memerlukan analisis approaches. Sage publications.
kualitatif untuk menentukan identitas yang tidak Kemendikbud. (2014). Materi pelatihan guru
diketahui. Misalkan siswa ingin mengetahui implementasi Kurikulum 2013 mata
banyak kelas dalam suatu sekolah. Siswa pelajaran matematika SMP/MTs.
mampu menghubungkan dengan kenyataan
kebanyakan jumlah siswa tidak lebih dari 50 Krathwohl, D. R., & Anderson, L. W. (2010).
siswa per kelas di sekolah. Setelah data telah Merlin C. Wittrock and the revision of
diperoleh, data diubah ke dalam interpretasi Bloom's taxonomy. Educational
yang berarti. Interpretasi data dimulai dengan Psychologist, 45(1), 64-65.
mengkonfirmasi identitas data yang diketahui Macchi, L., & Bagassi, M. (2012). Intuitive and
dengan melakukan pencocokan agar siswa dapat analytical processes problem solving: A
memecahkan permasalahan dengan tepat. psycho-rhetorical approach to reasoning
Memilih Solusi untuk masalah dengan study. Mind and Society, 11(1), 53-67.
tepat. Hal ini adalah titik puncak pemikir analitis
untuk pemecahan masalah. Merefleksikan hasil Raiyn, J. (2016). The role of visual learning in
yang diperoleh serta menjawab pertanyaan improving students' high-order thinking
apakah data yang diperoleh cukup untuk skills. Journal of Education and Practice,
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh 7(24), 115-121.
masalah. Jika tidak, lakukan data menyarankan Sudibyo, E., Jatmiko, B., & Widodo, W. (2016).
masalah baru itu perlu diatasi. Jika arah baru The effectiveness of CBL model to
harus diambil, maka proses analitis akan terjadi improve analytical thinking skills the
mulai lagi dengan langkah 1, di mana masalah students of sport science. International
ini akan didefinisikan dengan jelas dalam hal Education Studies, 9(4), 195-203.
pertanyaan yang bisa diatasi dengan analisis.
Kemudian setiap langkah dalam proses analitik
diikuti secara bergiliran.

Copyright © 2020, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458

Anda mungkin juga menyukai