Anda di halaman 1dari 2

(LOLA AYU OKTAVIA 

and Supriyanto,2020 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEA (MEANS ENDS


ANALYSIS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS

IV. Undergraduate thesis, Sriwijaya University.)


Universitas Negeri Surabaya Menurut Sapriya (2011:87) tujuan dari berpikir kritis yakni menganalisis
sebuah ide/ gagasan, dan di dalam kegiatan ini melakukan pertimbangan atau pemikiran yang ditujukan
kepada pendapat yang diajukan. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu keahlian yangndimiliki
oleh semua orang dalam menganalisisssuatu gagasan/ sebuah pemikiran untuk tujuan mencari lebih
spesifik dan lebih rinci dalam mengetahui bukti relevan mengenai dunia dengan melibatkan evaluasi
bukti. Dalam menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi dari permasalahan
tersebut.perlu adanya kemampuan berpikir kritis sehingga dalam pemecahan masalah dapat diatasi
dengan mudah.

(Siti Komariyah, Ahdinia Fatmala Nur Laili,(2018), Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil
belajar matematika, Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika)
berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses penggunaan keterampilan berpikir secara aktif dan rasional
dengan penuh kesadaran serta mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi. Sedangkan tujuannya
untuk mengambil keputusan. Jadi Berpikir kritis memiliki tujuan yaitu dapat memilih dan menimbang
manakah yang ingin di pilih untuk dijadikan suatu keputusan

(Suparni,Suparni(2016), Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa


Menggunakan Bahan Ajar Berbasis Integrasi Interkoneksi, Jurnal Derivat)
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa perlu dilakukan inovasi pembelajaran.
Dengan pembelajaran yang inovatif diharapkan mahasiswa menjadi pribadi pemikir kritis yang dapat
dilihat dari ketrampilannya menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan,
menjelaskan apa yang dipikirkannya dan membuat keputusan, menerapkan kekuatan berpikir kritis pada
dirinya sendiri, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap pendapat-pendapat yang
dibuatnya.
Mahasiswa semakin meningkat kemampuan berpikir kritisnya. Hal ini didukung oleh bahan ajar berbasis
integrasi interkoneksi, Integrasi dapat diartikan dengan “menghubungkan dan sekaligus menyatukan
antara dua hal atau lebih”, Interkoneksi adalah “mempertemukan atau menghubungkan dua hal atau
lebih”. Dan Mahasiswa juga semakin kreatif dalam diskusi kelompok dengan memberikan materi yang
didiskusikan berkaitan dengan keislaman dan berbeda dengan yang ada pada bahan ajar.

(Ramadhani, Hetti Sari(2017), EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SCL (STUDENT


CENTERED LEARNING) DAN TCL (TEACHER CENTERED LEARNING) PADA MOTIVASI
INSTRINSIK & EKSTRINSIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNTAG SURABAYA ANGKATAN
TAHUN 2014 – 2015, Jurnal Psikologi Indonesia)
Tujuan dari student centered learning Siswa mampu untuk mengembangkan materi belajar secara
mandiri, dimana saja, kapan saja, bukan hanya di kelas atau di tempat pengajar berada, Siswa mampu
merumuskan harapan mereka terhadap proses pembelajaran dan mengukur kinerja mereka sendiri, Siswa
dapat saling berkolaborasi satu sama lain Mahasiswa dengan program SCL dituntut untuk lebih aktif
dalam proses belajar dikelas seperti mencari literature, memahami materi secara mandiri untuk dibuat
presentasi dan diskusi yang terus menerus. Hal ini dikarenakan peran Dosen hanya sebagai fasilitator
yang memberikan arahan saat ada informasi yang kurang tepat

Anda mungkin juga menyukai