Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

JENIS KARANGAN DAN PEMARAGRAFAN

Di susun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas kelompok pada Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Topik Mulyana

oleh:

Riskal Setia Putra NIM 201411057

Sabila Noor Izatillah NIM 201411058

Kelas 1B-Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur seraya penyusun


panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemaragrafan”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Bahasa Indonesia. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan
tentang jenis-jenis karangan, pengertian paragraf, syarat paragraf,
pengembangan paragraf, dan hubungan logis paragraf.

Penyusun berterima kasih kepada Bpk. Topik Mulyana selaku dosen


mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan serta bimbingan,
dan juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari
semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
yang akan datang.

Cimahi, 18 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................5

1.4 Metode Pengumpulan Data....................................................................5

1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................7

2.1 Jenis Karangan........................................................................................7

2.1.1 Narasi................................................................................................7

2.1.2 Deskripsi...........................................................................................8

2.1.3 Eksposisi..........................................................................................10

2.1.4 Argumentasi...................................................................................12

2.2 Pengertian Paragraf dan Gagasan Utama dalam Paragraf............13

2.3 Syarat Paragraf.....................................................................................16

2.3.1 Kesatuan.........................................................................................16

2.3.2 Keterpaduan...................................................................................17

2.4 Pengembangan Paragraf......................................................................19

2.5 Hubungan Logis dalam Paragraf........................................................26

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................28

3.1 Kesimpulan............................................................................................28

3.2 Saran.......................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah
mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering
dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam
tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain
yang membentuk paragraf, paragraf merupakan satuan kecil sebuah
karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang
disampaikan oleh penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya
merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya
menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan
adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung
gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang
hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan.
Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap
sebagai pengecualian karena di samping bentuknya yang kurang ideal jika
ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam
tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih
luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf
sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal
yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa
kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang
mewujudkan sebuah karangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang berikut penulisan melakukan pembatasan
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja jenis-jenis karangan ?
2. Bagaimana syarat paragraf yang benar ?
3. Bagaimana jenis paragraf berdasarkan isi ?
4. Bagaimana jenis paragraf berdasarkan fungsi ?
5. Bagaimana menentukan jenis pengembangan paragraf ?

1.3 Tujuan Penulisan


Pada makalah ini penulis menguraikan tentang bentuk tulisan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis-jenis karangan;
2. Menjelaskan syarat paragraf yang benar;
3. Membedakan jenis paragraf berdasarkan isi;
4. Membedakan jenis paragraf berdasarkan fungsi;
5. Menentukan jenis pengembangan paragraf;
6. Menyusun/membuat paragraf yang benar.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas,
penulis dalam mengumpulkan data melakukan kajian literatur berupa buku
sumber, dan data dari internet.

1.5 Sistematika Penulisan


Pada makalah ini, penyusun menjelaskan pemaragrafan yang
dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang,
rumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab berikutnya yaitu bab dua, penyusun menguraikan secara rinci
berdasarkan data-data yang penyusun dapat dari buku dan internet
mengenai jenis-jenis karangan, pengertian paragraf, syarat paragraf,
pengembangan paragraf, dan hubungan logis paragraf.
Bab ketiga, merupakan bab kesimpulan dan saran dalam makalah
ini. Pada bagian ini, penyusun menyimpulkan uraian sebelumnya dan
memberikan saran agar para pembaca khususnya para mahasiswa untuk
lebih memahami mengenai penggunaan ejaan.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Jenis Karangan


Sebuah laporan berlaras ilmiah pasti dibangun oleh beberapa bagian
yang mengandung beberapa jenis tulisan. Pada dasarnya, laporan ilmiah
merupakan sebuah tulisan nonfiksi yang bertujuan untuk memberitahukan,
menjelaskan, atau membuktikan yang menyebabkan jenis tulisan pada
karya ilmiah merupakan eksposisi (memberitahukan, menjelaskan,
memaparkan) dan argumentasi (membuktikan). Dalam usaha untuk
menyampaikan laporan ilmiah secara akurat, laporan ilmiah acapkali juga
menampilkan jenis deskripsi (memberikan suatu keadaan atau seseorang)
dan naratif (menceritakan).
Berikut ini uraian jenis-jenis karangan yang lazim ditemukan dalam
laporan ilmiah.
2.1.1 Narasi
Narasi adalah penulisan yang sifatnya bercerita, baik
berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan pengalaman. Narasi,
dalam hal ini, bukanlah narasi rekaan atau imajinatif, tetapi narasi
yang merupakan himpunan peristiwa yang diuraikan secara berurutan
dan logis. Narasi berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau
kejadian secara kronologis [ CITATION Ker80 \l 1057 ]. Penulisan narasi
yang baik membutuhkan tiga hal, yaitu :
1) kalimat pertama dalam paragraf harus menggugah minat
pembaca,
2) kejadian disusun menurut urutan kronologis, dan
3) berfokus pada tujuan akhir yang jelas.

Narasi yang tersusun baik akan menunjukkan :


1) keterangan waktu,
2) keterangan yang berkaitan dengan pekerjaan atau peristiwa,
3) kata-kata peralihan yang mengungkapkan
a) kaitan pikiran,
b) kaitan waktu,
c) kaitan hasil,
d) pertentangan.
Contoh :
Pengujian mutu kayu pada kondisi I dilakukan dengan cara
balok
kayu benda uji diletakan di atas 2 tumpuan dengan jarak antar
tumpuan 244 cm kemudian dibebani dengan beban awal seberat 10
kg dan deflektometer distel pada angka nol, setelah itu dibebani
dengan beban standar seberat 40 kg dan diamati sampai jarum
deflektometer berhenti. Hasil lendutannya dicatat, sebagai data untuk
analisis mutu kayu. Balok kayu yang telah diuji pada kondisi I,
dibebani sebanyak 4 kali dengan pola pembebanan dibagi menjadi 2
kondisi, yaitu kondisi II dan III. Pada kondisi II, balok kayu yang
telah diketahui mutunya kemudian dibebani sebanyak 2 kali
pembebanan. Beban yang digunakan adalah pasir sebesar 450 kg/m
untuk menirukan beban yang sebenarnya di lapangan. Pembebanan
dilakukan dengan cara balok kayu benda uji diletakan di atas 2
tumpuan dengan jarak antar tumpuan 244 cm kemudian dibebani
dengan pasir selama 2 hari. Setelah 2 hari beban dihilangkan selama
8 hari kemudian dibebani lagi selama 2 hari. Setelah dibebani untuk
yang kedua kalinya kemudian dilakukan pengukuran lendutan seperti
pada kondisi I, dengan tujuan untuk mengetahui mutu kayu setelah
dibebani. Untuk pengujian pembebanan pada kondisi III, dilakukan
seperti langkah kerja pada kondisi II.

2.1.2 Deskripsi
Deskripsi adalah tulisan yang berusaha untuk menggambarkan
bentuk objek pengamatan: rupanya, sifatnya, rasanya, atau coraknya
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ada dua jenis deskripsi,
deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionistis. Deskripsi
ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis yang isinya merupakan
daftar perincian yang disusun menurut sistem atau urutan logis dari
objek yang diamati. Deskripsi impresionistis adalah deskripsi untuk
menstimulir pembaca, deskripsi ini lebih menekankan kesan saat
penulis melakukan observasi. Urutan yang digunakan adalah urutan
menurut kuat atau lemahnya kesan penulis terhadap objek yang
ditulis. Dalam menulis deskripsi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
1) harus ada penggambaran yang dominan yang dituangkan
dalam sebuah kalimat topik dalam paragraf,
2) suasana hati ditandai melalui pilihan kata yang baik,
3) pengembangan paragraf harus efektif, logis, dan, cermat.

Deskripsi orang, sebaiknya menggambarkan :


1) penampilan,
2) moral atau etika,
3) perilaku seseorang,
4) sifat,
5) suara atau cara berbicara,
6) sikap seseorang terhadap orang lain.

Deskripsi tempat sebaiknya menggambarkan :


1) penerapan seluruh pancaindra atau hanya berdasarkan
penglihatan,
2) satu saat tertentu,
3) perincian dalam urutan yang logis,
4) sudut pandang yang konsisten,
5) penggunaan kata sifat dalam deskripsi tersebut jelas dan tepat,
6) penggunaan kata kerja dan kata benda dengan tepat.
Deskripsi waktu harus mencakup
1) keterangan waktu yang tepat,
2) pengurutan yang kronologis dan logis, dan
3) mengandung gabungan unsur perian orang dan tempat.

Contoh :
Sesuai dengan namanya rumah ini benar-benar berbentuk
kubus. Satu buah kubus yang identik dengan satu unit hunian
diletakkan dengan kemiringan 45 derajat di atas sebuah core
berbentuk persegi delapan. Di sinilah letak keunikannya, rangkaian
38 unit hunian berupa kubus miring.
Setiap unit hunian dengan total luas lantai kurang lebih 100 m²,
terbagi menjadi tiga lantai. Core yang berisi tangga menuju ”kubus”
berfungsi sebagai entrance. Lantai pertama berfungsi sebagai ruang
keluarga dan pantry. Lantai kedua sebagai ruang tidur. Lantai
teratas berfungsi sebagai ruang duduk atau bermainan. Sebagai
konsekuensi dari selubung kubus yang miring, furnitur pada setiap
ruangan pun perlu didesain khusus mengikuti kemiringan dinding.
(Pikiran Rakyat, 2008)

2.1.3 Eksposisi
Pada saat berita berfungsi untuk memberitahukan dan
menjelaskan sesuatu, jenis tulisan yang digunakan adalah eksposisi
atau paparan. Eksposisi adalah tulisan yang berusaha memberi
penjelasan atau informasi. Tulisan yang ekspositoris akan
menguraikan sebuah proses, melukiskan proses pembuatan suatu yang
belum diketahui pembaca, atau proses kerja suatu benda [ CITATION
Ker80 \l 1057 ].
Pada dasarnya, dalam sebuah laporan ilmiah, eksposisi
menghimpun dua hal, penerapan alat indera (deskripsi) dan
penggalian referensi. Pada saat eksposisi melukiskan sesuatu, jenis
tulisan deskripsi akan muncul juga. Dalam usaha lainnya, seperti
menguraikan, menafsirkan, menjelaskan, eksposisi berusaha untuk
menguraikan atau merangkum sebuah hasil riset berdasarkan
percobaan, akumulasi data, perluasan pemikiran, atau pengamatan.
Dalam tulisan ekspositoris ada suatu bagian simpulan atau saran yang
akan mengakhiri tulisan tersebut.
Contoh :
Salah satu alasan orang mengonsumsi vitamin E karena vitamin
ini salah satu jenis yang berperan penting dalam tubuh untuk
mencegah penuaan. Namun, bila dikonsumsi dalam dosis tinggi,
vitamin E diduga dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Demikian salah satu laporan riset yang dipublikasikan awal Februari
tahun ini.
Penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan 77.000
partisipan itu mengindikasikan bahwa mengonsumsi 400 miligram
per hari dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko kanker
sehingga 28 persen , khususnya di antara para perokok.
Hasil riset yang dipublikasikan dalam American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine ini, memberikan peringatan
akan ancaman serupa dari beta-karoten bila dikonsumsi secara
berlebihan. Peneliti menganjurkan, asupan vitamin E sebaiknya tidak
diperoleh dari obat-obatan sintesis. Untuk mendapatkan manfaat
terbaik, vitamin E sebaiknya diperoleh dari sumber alami seperti
buah-buahan dan sayuran.
Dalam risetnya, peneliti memantau asupan per hari vitamin C,
asam folat, dan vitamin E para partisipan berusia 50 hingga 76
selama empat tahun. Sepanjang penelitian, tercatat 521 partisipan
mengalami kanker paru. Setelah menghitung dan menganalisis data
selama sekitar delapan tahun, peneliti menyimpulkan adanya
peningkatan risiko tambahan 7 persen dari setiap 100 miligram
vitamin E yang dikonsumsi per hari.
Manfaat vitamin E memang sudah dikenal luas, sebagai
antioksidan yang mampu melindungi sel-sel molekul dan radikal
bebas. Namun begitu, para peneliti di AS berspekulasi, dalam dosis
tinggi, vitamin ini justru dapat bersifat prooksidan, menyebabkan
oksidasi sehingga memicu kerusakan selsel.
”Bertolak belakang dengan banyaknya asumsi tentang
manfaatnya vitamin E, konsumsi vitamin ini sebagai suplemen
berhubungan dengan risiko penyakit kanker paru. Riset kedepan
mungkin akan fokus pada komponen lain pada buah-buahan dan
sayuran, yang mungkin dapat menjelaskan penurunan risiko kanker
yang berkaitan dengan buah dan sayuran,” ujar Dr. Christopher
Slatore dari Universitas Washington yang memimpin riset ini
(Pikiran Rakyat, 2008).

2.1.4 Argumentasi
Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk
meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi,
atau bahkan membujuk pihak lain agar pendapat pribadi penulis
diterima. Dalam karya ilmiah, bentuk argumentasi ini dianjurkan
dalam sajian yang objektif dan tidak mengandung opini penulis.
Argumentasi harus dibangun dengan menyusun alasan secara logis
untuk menunjang sebuah kalimat topik dalam paragraf. Alasan
disusun berdasarkan penjelasan atau kutipan fakta-fakta yang tepat.
Pada saat penyusunan sebuah laporan ilmiah, sebaiknya,
diperhatikan penggunaan berbagai jenis karangan ini. Dengan
demikian, karya ilmiah tidak akan menjadi sebuah tulisan ilmiah yang
kering dan menjemukan. Alasan dibangun atas berbagai paragraf yang
mengandung narasi, deskripsi, dan eksposisi. Dengan proses itu,
diharapkan bahwa pembaca akan dengan mudah memahami jalan
pikiran penulis.
Contoh :
Membangun kepercayaan (trust) bukanlah mengenai
bagaimana bersikap simpatik atau kemampuan ”mengambil hati”
belaka. Namun, jauh lebih dalam menyangkut ”kualitas diri” yang
occountable. Kepercayaan juga bukan hanya menyangkut loyalitas
membabi buta, tetapi lebih menyangkut kepedulian dan rasa memiliki
(belongingness).
Membangun kepercayaan tidak cukup dengan pendidikan,
pelatihan ataupun pengalaman saja. Diperlukan juga kesadaran
agar diri kita sebagai makhluk sosial yang membutuhkan sesama di
dalam hidup ini. Di samping itu, mau mengakui dan menerima
kelemahan dan kekurangan serta kelebihan dan kekuatan yang ada
pada diri kita.
Menyesali ”nasib diri”, menyalahkan orang lain dan
lingkungan tidak akan menyelesaikan masalah yang sedang kita
hadapi. Dengan demikian, membangun kepercayaan terhadap sesama
harus dimulai dengan usaha mengembangkan kualitas diri yang
merupakan sebuah proses sepanjang hidup.

2.2 Pengertian Paragraf dan Gagasan Utama dalam Paragraf


Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian
dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf
merupakan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari
kalimat. Sebuah gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang
akan menampilkan pokok pikiran secara lebih terarah.
Dalam sebuah wacana terdapat penanda yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sebuah paragraf. Penanda pertama, paragraf
ditandai dengan penulisan yang menjorok ke arah kanan (dalam) sekitar
lima sampai tujuh spasi dari margin sebelah kiri.
....................................................................
.............................................................................
.............................................................................
....................................................................
..............................................................................
..............................................................................
Penanda kedua, adanya peregangan antar spasi atas dan bawah
sebanyak dua spasi. Regangan ini memberikan jarak antara paragraf yang
satu dengan paragraf yang lain.

.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................

.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
Pembentukan paragraf dalam sebuah wacana berfungsi :
a. memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan
gagasan dengan gagasan lainnya;
b. memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal
untuk berhenti lebih lama daripada perhentian kalimat.

Hendaknya sebuah paragraf memiliki sebuah gagasan utama.


Gagasan utama tersebut dituliskan dalam kalimat topik. Setelah
menetapkan kalimat topik, barulah mengembangkan paragraf itu dengan
gagasan-gagasan bawahan dapat berupa penjelasan, perincian, penguraian
yang akan menunjang atau menjelaskan kalimat topik tersebut. Kalimat-
kalimat yang berisi pengembangan paragraf disebut kalimat bawahan.
Paragraf akan ditutup oleh sebuah kalimat penutup atau kalimat pengalih
yang akan mengalihkan perhatian pembaca kepada paragraf selanjutnya.

Berdasarkan penempatan kalimat topik dalam paragraf dapat


diletakkan sebagai berikut :

a. Di awal paragraf
Contoh :
Meski sudah mulai langka karena pasokan menurun,
bisnis hand phone (HP) seken ternyata masih menarik.
Keutungan lebih besar dari pada menjual HP baru.
Keuntungan menjual HP baru paling hanya Rp 15.000,00
sampai maksimal Rp 30.000,00, sedangkan HP seken bisa
mencapai Rp 45.000,00. Itulah sebabnya, di beberapa toko
HP, HP baru tidak didisplay.

b. Di akhir paragraf
Contoh :
Sektor pertanian akan tetap memegang peranan yang
strategis. Sektor ini masih akan merupakan sumber mata
pencaharian utama dari sebagian besar angkatan kerja, di
samping fungsinya untuk memenuhi kebutuhan pangan
rakyat yang terus meningkat. Karena itu, sektor pertanian
tetap harus ditumbuhkan terutama dengan meningkatkan
produktivitasnya.

c. Di awal dan akhir paragraf


Contoh :
Penanganan virus flu burung harus serius agar tidak
menyebar di seluruh masyarakat. Pasti tidak ada yang
menolak bahwa kita tidak boleh main-main dengan virus flu
burung. Keselamatan masyarakat harus menjadi
pertimbangan utama. Bahkan, bukan hanya masyarakat
Indonesia yang harus menjadi pertimbangan, tetapi juga
masyarakat dunia pada umunya. Karena itu, kita harus
dengan sungguh-sungguh membatasi perkembangan virus
mematikan itu agar tidak menjadi pandemi.

d. Di seluruh paragraf jika paragraf itu bersifat naratif/deskriptif


Contoh :
Puncak-puncak gunung yang hijau menambah
indahnya pemandangan. Air jernih tidak bergelombang
seperti kaca besar mengkilap disinari matahari. Di tepi
danau, tampak pohon-pohon dan bunga-bungaan yang
beraneka warna. Perahu-perahu kecil hilir mudik didayung
anak-anak. Tampaknya mereka mahir dan terampil
mengayuhkan dayungnya sehingga dalam sekejap mereka
sudah meluncur ke tengah.

Dalam karangan umumnya ada tiga jenis paragraf, yakni :

a. paragraf pembuka yang terletak di awal karangan atau bab,


b. paragraf isi yang membangun badan karangan atau bab, dan
c. paragraf penutup atau pengalih yang mengakhiri sebuah karangan
bab.

2.3 Syarat Paragraf


Paragraf yang baik terdiri atas beberapa kalimat yang saling
berhubungan/ bertautan erat, baik dalam kelogisan berpikir maupun secara
ketatabahasaan. Untuk itu, sebuah paragraf harus memiliki syarat sebagai
berikut.

2.3.1 Kesatuan
Sebuah paragraf harus memiliki hanya satu gagasan atau pokok
pikiran. Gagasan ini diperjelas atau dikembangkan oleh kalimat-
kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu tidak boleh
menyimpang dari gagasan utama. Dengan kata lain, kalimat-kalimat
penjelas itu harus sama-sama mendukung kalimat utama. Hal ini
dimaksudkan agar pembaca mudah memahami isi atau maksud
bacaan. Cermati contoh berikut ini. Dalam tabloid Bola terdapat dua
paragraf yang memiliki gagasan sama yang seharusnya dijadikan satu
paragraf.
Contoh :
Tengoklah mimpi yang dialami forward Boston Celtics, Paul
Pierce. Seperti yang dipaparkan Pierce kepada ESPN, ia mengaku
pernah didatangi sepasang anjing doberman. Pierce mengaku sangat
ketakutan, lantas memilih langkah seribu.
Kejar-kejaran seru pun terjadi. Dalam sekuen itu, Pierce tak
bisa berlari kencang karena memiliki sepasang kaki raksasa. Kedua
anjing itu akhirnya menerkam dan menerjangnya.

Kedua paragraf di atas memiliki satu gagasan , yakni mimpi Paul


Pierce. Karena memiliki gagasan yang sama, kedua paragraf itu
harus digabungkan menjadi satu paragraf.
Menjadi :
Tengoklah mimpi yang dialami forward Boston Celtics, Paul
Pierce. Seperti yang dipaparkan Pierce kepada ESPN, ia mengaku
pernah didatangi sepasang anjing Doberman. Pierce mengaku sangat
ketakutan, lantas memilih langkah seribu. Kejar-kejaran seru pun
terjadi. Dalam sekuen ini, Pierce tak bisa berlari kencang karena
memiliki sepasang kaki raksasa. Kedua anjing itu akhirnya menerjang
dan menerkamnya.

2.3.2 Keterpaduan
Sebuah paragraf harus memiliki kalimat-kalimat yang
mempunyai hubungan timbal balik yang baik (kompak). Keterpaduan
ini sangat penting karena dalam sebuah paragraf, kalimat-kalimat
yang ada bukanlah sebuah kalimat yang berdiri sendiri tanpa makna,
tetapi mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya untuk mendukung satu gagasan. Keterpaduan akan
tercapai apabila hubungan timbal balik antarkalimat itu sistematis,
logis, wajar, dan mudah dipahami. Keterpaduan paragraf akan
tercapai dengan cara berikut ini.
a. Penggunaan kata ganti (ia, dia, mereka, engkau, itu, ini) serta
penggunaan kata petunjuk (di atas , tersebut, hal itu, yang
demikian).
Contoh :
Dewasa ini pemakaian komputer sudah meluas. Benda
itu bisa kita jumpai bukan hanya di kantor-kantor, tetapi
sampai ke rumah-rumah. Kalau dahulu benda itu hanya
dipakai para sarjana atau orang yang dilatih khusus,
sekarang para pelayan, ibu rumah tangga, bahkan anak-anak
pun telah dapat memanfaatkannya. Hal tersebut disebabkan
semakin meningkatnya kebutuhan keinginan manusia untuk
dapat melaksanakan jenis pekerjaan dengan cepat dan tepat.
b. Penggunaan pengulangan kata dapat diterapkan pada kata-kata
kunci atau kata yang dipentingkan dalam kalimat topik
(gagasan).
Contoh :
Setiap sel mempunyai inti sel. Dalam setiap inti sel
terdapat butir-butir yang dapat mengisap zat warna. Karena
sifatnya itu, butir-butir tersebut diberi nama butir-butir
kromatin. Butir-butir kromatin itu membentuk jaringan yang
mempunyai jala. Akan tetapi, jaringan itu selama proses
pembelahan berubah menjadi benang-benang tebal yang
disebut kromosom.

c. Penggunaan kata sambung, seperti: dan, kemudian, lalu,


sehingga, karena, dan lain-lain.
Contoh :
Seorang anak bernama Heryanto sejak usia sembilan
tahun harus menjual es krim setiap pulang sekolah di pasar
kemudian untuk menambah penghasilannya ia pun
membawakan belanjaan Ibu-ibu sampai ke kendaraan ibu-ibu
tersebut. Setelah dua puluh tahun ia menjadi seorang sales
trainer. Namun, Heryanto lebih suka menyebut dirinya
salesman saja karena dia masih tetap melakukan selling.
Bedanya yang ia tawarkan sebagai trainer adalah buah
pikiran dan keahliannya dalam selling.

2.4 Pengembangan Paragraf


Paragraf dibangun oleh lebih dari satu kalimat. Pengembangan
paragraf adalah perincian dan pengurutan pikiran yang terpadu yang
diwujudkan melalui penataan kalimat-kalimat. Perumusan kalimat topik
yang tepat akan memudahkan mengembangkan gagasan yang terdapat
dalam kalimat topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangan
paragraf terdapat tiga persoalan, yakni :
a. kemampuan menentukan dan meletakkan kalimat topik secara
tepat;
b. kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama paragraf
ke dalam gagasan bawahan;
c. kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan
yang teratur.

Berikut ini sepuluh metode pengembangan paragraf.

a. Sudut Pandang. Untuk memperkaya sebuah uraian atau berita,


kita dapat menguraikan hasil penerapan pancaindera kita. Sudut
pandang akan memberi seseorang sebuah ruang, suasana, sebuah
benda, atau perasaan. Dengan demikian, kita dapat membangun
suasana hati pembaca.
Contoh :
Sampai di sekolah siswa-siswa dan tamu-tamu mulai
berdatangan. Ketika aku melewati mereka, tidak ada satu orang
pun yang tidak melirikku, semua orang di sekitarku menatap
dengan penuh pesona. Sampai di kelas, teman-temanku hampir
semua memuji kecantikanku. Begitu pula wali kelasku terkagum-
kagum. Tapi, dihati kecilku tetap sedikit ada rasa takut dan
khawatir. Jantungku sekali-kali berdegup kencang karena rasa
takut menghampiri diriku.

b. Contoh. Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan


beberapa contoh atau ilustrasi. Contoh itu, dapat pula diuraikan
dalam sebuah narasi atau deskripsi.

c. Klimaks dan Antiklimaks. Paragraf klimaks diawali dengan


gagasan bawahan yang tidak terlalu penting, diikuti oleh kalimat-
kalimat yang berangsur-angsur meningkat kepentingannya.
Paragraf diakhiri oleh kalimat yang paling tinggi tingkat
kepentingannya. Secara logis, perkembangan paragraf ini disebut
pengembangan induktif. Paragraf antiklimaks dibangun oleh
kalimat-kalimat yang berkurang kepentingannya. Paragraf akan
diawali oleh yang paling tinggi tingkat kepentingannya. Secara
logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai
pengembangan deduktif.
Contoh :
Karakteristik proses dalam membuat tanda tangan seseorang
seperti : percepatan, tekanan pena, hentakan, dan lain-lain dari
setiap orang adalah unik dan berbeda pada masing-masing
individu. Tulisan tandatangan merupakan satu rangkaian tulisan
dalam gerakan cepat untuk menuliskan nama atau simbol
pengesahan dari seseorang. Corak proses menandatangani
merupakan suatu sistem neuromuscular, yang menurut Van den
Bosch dalam bukunya Modeling Identification and Simulation of
Dynamical Systems di dasari oleh sejumlah besar neurons dan
serabut otot, yang membuat setiap tanda tangan yang sudah
dihafal dan dilakukan oleh individu mempunyai pola yang sama.
Dengan kata lain bahwa tanda tangan yang dibuat oleh seseorang
akan selalu mempunyai pola dasar yang sama, dalam hal ini
bentuk penulisan tanda tangan selalu mempunyai batas cakupan
tertentu yang dapat diprediksi. Pertanyaan yang muncul adalah
sejauh mana batasan cakupan pola tersebut, dan seberapa jauh
karakteristik keakuratan pendeteksian perubahan tanda tangan
tersebut.

d. Definisi luas. Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah


gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi
yang membutuhkan penjelasan. Jenis tulisan dalam paragraf seperti
ini adalah eksposisi.
Contoh :
Kata Demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos yang
berarti rakyat dan kratos yang berarti pemerintahan, demokrasi
berarti sistem pemerintahan kekusaan yang berada di tangan
rakyat. Walaupun penerapan sistem demokrasi berbeda-beda
antara negara satu dengan negara lain, pada prinsipnya
pemerintahan demokrasi selalu berpangkal pada kekuasaan
rakyat. Pemerintah atau penguasa hanya melaksanakan mandat
yang diberikan oleh rakyatnya.

e. Klasifikasi. Pengembangan ini berusaha mengelompokkan


berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu
kategori. Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu
menjadi luas. Paragraf dengan pengembangan klasifikasi ini, juga
merupakan jenis tulisan eksposisi.
Contoh :
Manusia adalah makhluk tertinggi dan terlengkap ciptaan
Tuhan. Benda-benda mati hanya terdiri dari satu unsur saja, yaitu
materi atau bahan. Tumbuh-tumbuhan atau flora terdiri atas dua
unsur yaitu unsur materi dan unsur hidup (pernapasan atau
pertumbuhan). Hewan atau fauna terdiri dari tiga unsur, yaitu
unsur materi, unsur hidup, dan nafsu atau kemauan, sedangkan
manusia memiliki unsur tambahan yaitu akal dan budi.
Karena akal dan budinyalah, manusia berbeda dari makhluk hidup
lainnya.

f. Perbandingan dan Pertentangan. Perbandingan dan pertentangan


dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah. Dalam
perkembangan paragraf ini, unsur-unsur yang sama dari dua hal
atau lebih diungkapkan dan diuraikan, diikuti dengan unsur-unsur
yang membedakan dua hal atau lebih. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bahwa perbandingan dan pertentangan itu dilakukan
berdasarkan tolak ukur yang sama. Pengembangan paragraf itu
merupakan sebuah cara agar pembaca sampai pada suatu penilaian
yang relatif sama mengenai dua hal atau lebih. Jenis tulisan yang
digunakan di sini adalah jenis tulisan eksposisi.
Contoh :
Kacang kedelai dikenal sebagai makanan terbaik kadar
proteinnya, dapat mencapai 35% dari beratnya. Dikatakan bahwa
kacang kedelai dibandingkan dengan beratnya dapat
menghasilkan dua kali protein daging, empat kali telor, empat kali
gandum, lima atau enam kali roti, dan dua belas kali susu.
Ternyata protein kacang kedelai bukan saja jumlahnya yang
banyak, tetapi juga mempunyai kualitas yang baik. Umumnya,
cukup dikenal bahwa protein hewani seperti daging, susu, dan
telor adalah protein yang lengkap, sementara protein nabati
adalah protein yang lengkap. Namun, ternyata protein kacang
kedelai, walaupun termasuk protein nabati, lebih mirip
menggambarkan protein hewani daripada protein nabati.

g. Analogi. Dalam pengembangan paragraf analogi, uraian


didasarkan pada kesamaan dari dua hal atau lebih. Dua hal atau
lebih dibandingkan secara sistematis untuk menemukan hal-hal
yang sama. Hal dibandingkan dapat berasal dari kategori yang
sama atau, bahkan, dari satu atau beberapa kelas yang berbeda.
Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah tulisan eksposisi.
Contoh :
Bisa saja kita tidak suka sebuah buku sewaktu melihatnya.
Namun, cobalah baca dulu buku dengan cermat dan analisis yang
terkandung di dalamnya. Mungkin rasa tidak suka akan berubah
menjadi suka. Begitu pula dengan manusia, kita jangan cepat
mengambil kesimpulan bahwa orang itu tidak bisa ajak
”ngobrol”, berhandai-handai, rasa antipati akan berubah menjadi
simpati. Jadi, mengenal seseorang sama halnya dengan sebuah
buku.

h. Sebab-Akibat. Dalam paragraf ini diuraikan hal-hal yang


menyebabkan suatu peristiwa terjadi atau, sebaliknya. Diuraikan
dahulu sebuah akibat baru diikuti oleh penyebabnya. Jenis
karangan yang digunakan di sini dapat berupa jenis narasi atau
eksposisi.
Contoh :
Jika Anda ingin tetap bersuara vokal, janganlah merokok
secara berlebihan. Sebab, hasil penelitian menunjukkan merokok
dapat menyebabkan disfonia. Tanda-tanda disfonia ini antara lain
suranya berubah. Jika gangguan itu serius, bisa menimbulkan
kanker pita suara yang dapat membuat Anda jadi bisu.
Penanggulangannya tergantung dari stadiumnya.
i. Proses. Pengembangan paragraf ini menguraikan proses
bagaimana sesuatu terjadi atau terwujud. Jadi, dalam
pengembangan ini ada urutan dari tindakan-tindakan untuk
menciptakan atau menghasilkan sesuatu; atau urutan suatu
peristiwa. Pengembangan paragraf ini juga dapat diisi dengan
kalimat-kalimat yang menguraikan sesuatu ke dalam unsur-unsur
yang membangunnya agar pembaca dapat lebih mudah memahami
hal itu. Jenis karangan yang digunakan dalam pengembangan
paragraf ini adalah eksposisi.
Contoh :
Pada proses pengendalian level air secara manual diawali
dengan menempatkan saklar dua posisi ke posisi manual, sehingga
keadaannya menjadi normally closed. Keadaan itu akan
mengaktifkan R1 (internal relay) sehingga ketika tombol ON
ditekan maka pompa pengumpan air (feed water pump) akan
bekerja. Pompa tersebut akan terus bekerja selama tombol ON
ditekan terus, ketinggian air belum mencapai high level dan saklar
stop belum diaktifkan. Selain itu, ketika keadaan tangki boiler
kosong (water empty) maka alarm akan berbunyi dan hanya akan
berhenti ketika air sudah melewati water empty level atau dengan
mengaktifkan saklar stop.

j. Umum-Khusus dan Khusus-Umum. Kedua cara pengembangan


paragraf ini merupakan cara yang paling umum digunakan. Dalam
pengembangan umum khusus, gagasan utama atau kalimat topik
diletakkan di awal paragraf, diikuti oleh kalimat-kalimat yang
mengandung gagasan bawahan. Secara logis, pengembangan
paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif.
Contoh :
Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat
diperkirakan terus meningkat mengingat semakin terbatasnya
waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri.
Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat,
serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan
masyarakat.
Dalam pengembangan khusus-umum, gagasan utama
diletakkan di akhir paragraf dengan sebuah kalimat kesimpulan.
Paragraf diawali oleh kalimat-kalimat yang mengandung gagasan
bawahan. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut
sebagai pengembangan paragraf yang induktif.
Contoh :
Pesona dan kemolekan alam Bali begitu termasyur ke
seluruh penjuru dunia. Mulai dari wisata bahari, wisata relegius
tersedia. Bahkan, terkadang wisatawan lebih mengenal Bali
daripada Indonesia. Begitu pula dengan keindahan alam bawah
laut di Bunaken, Manado, sangat mengagumkan. Oleh sebab itu,
kedua daerah wisata tersebut mampu menyedot wisatawan
mancanegara yang cukup besar.
Dapat pula, dilakukan variasi dengan menggabungkan kedua
jenis pengembangan paragraf ini ke dalam sebuah paragraf. Jadi,
paragraf diawali dengan sebuah kalimat topik yang umum diikuti
dengan kalimat-kalimat yang mengandung gagasan bawahan.
Kemudian, paragraf diakhiri dengan sebuah kalimat topik lagi yang
bersifat menyimpulkan. Dengan demikian, secara logis, paragraf
dikembangkan secara. deduktif-induktif
Contoh :
Tjut Nyak Dhien dan Panglima Besar Jendral Sudirman
adalah pejuang Indonesia .Tjut Nyak Dhien, pahlawan wanita asal
Aceh yang mampu menjaga Aceh dari serangan Belanda itu
berjuang mempertahankan Tanah Rencong hingga akhir hayatnya.
Meski kedua matanya buta, ia tetap bersemangat mengobarkan api
perjuangan kepada rakyat Aceh untuk tidak begitu saja
menyerahkan harga diri bangsa kepada imperialis Barat.
Panglima Besar Jendral Sudirman, Bapak TNI , bergerilya
melawan penjajah yang ingin kembali merebut tanah air tercinta.
Meski paru-parunya rontok hingga ia harus ditandu naik turun
gunung untuk bergerilya, itu tidak membuatnya surut membuktikan
kepada dunia bahwa Indonesia masih ada. Keduanya merupakan
pahlawan ngeri ini.

2.5 Hubungan Logis dalam Paragraf


Hubungan logis dalam paragraf adalah rangkaian kalimat-kalimat
yang ditata dengan baik dan masuk akal sehingga mudah dipahami oleh
pembaca. Dalam hubungan logis antarkalimat, pada dasarnya, kata
sambung yang digunakan harus menunjukkan pengacuan ke kalimat
terdahulu. Perlu dicatat bahwa tidak semua kata sambung dalam kalimat
dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam paragraf.
Kata sambung antarkalimat dapat juga digunakan untuk menghubungkan
paragraf yang satu dengan yang lain. Di dalam penulisannya, kata
sambung antarkalimat harus disertai koma.
Hubungan antarkalimat yang sering didapati dalam tulisan adalah
sebagai berikut :
a. Hubungan akibat menyatakan akibat. Hubungan ini ditandai
dengan kata akibatnya, walhasil, alhasil, karena itu, oleh
karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu, sebagai akibatnya.
b. Hubungan konsekuensi. Hubungan yang menyatakan
konsekuensi ini ditandai dengan kata sambung dengan
demikian, maka.
c. Hubungan sebab yang ditandai dengan kata sambung
alasannya, sebabnya.
d. Hubungan tujuan yang ditandai dengan kata sambung untuk itu,
untuk keperluan itu, untuk tujuan itu.
e. Hubungan perlawanan/konsesif yang ditandai dengan kata
sambung meskipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu,
kendati demikian/begitu, bagaimanapun, akan tetapi, dan
namun. Perhatikan : Jangan gunakan namun demikian karena
ungkapan ini tidak ada artinya (bandingkan dengan tetapi
demikian).
f. Hubungan pertentangan/kebalikan yang ditandai dengan kata
sambung sebaliknya, sementara itu.
g. Hubungan waktu dapat dibedakan atas:
a) hubungan keserempakan yang ditandai dengan kata
sambung sementara itu, dalam pada itu, pada saat itu, pada
saat bersamaan, ketika itu.
b) hubungan anteroritas yang ditandai dengan kata sambung
sebelumnya, sebelum itu.
c) hubungan posterioritas yang ditandai dengan kata sambung
sesudahnya, sesudah itu, setelah itu, kemudian.
h. Hubungan syarat yang ditandai dengan kata sambung jika
demikian halnya, kalau begitu.
i. Hubungan urutan yang ditandai dengan kata sambung
selanjutnya, demikian pula, Pertama … Kedua, …Ketiga, …
Terakhir, …atau Pertama-tama, …Kemudian, … Akhirnya.
j. Hubungan penambahan yang ditunjukkan dengan kata sambung
selain itu, tambah lagi, lagi pula, di samping itu.
k. Hubungan keinklusifan dan keeksklusifan yang menyatakan
dengan kata sambung kecuali itu, tanpa itu, Di satu pihak, …
dipihak lain, …,
l. Hubungan penegasan yang ditandai oleh kata sambung
malahan, bahkan, memang, apalagi, terlebih lagi, dengan kata
lain, singkatnya, singkat kata.
m. Hubungan penyimpulan yang ditandai kata sambung jadi,
kesimpulannya, demikianlah, maka.
n. Hubungan pembenaran yang dinyatakan dengan kata sambung
sesungguhnya, bahwasanya, sebenarnya.

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Paragraf merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih
tinggi dan lebih luas dari pada kalimat atau Alinea merupakan kumpulan
kalimat tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul melainkan
berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian
yang membentuk suatu kalimat. Karangan terdiri dari beberapa jenis yaitu
karangan eksposisi (memberitahukan, menjelaskan, memaparkan) dan
argumentasi (membuktikan). Dalam usaha untuk menyampaikan laporan
ilmiah secara akurat, laporan ilmiah acapkali juga menampilkan jenis
deskripsi (memberikan suatu keadaan atau seseorang) dan naratif
(menceritakan).
Penempatan kalimat dalam sebuah paragraf juga dapat dilihat
berdasarkan letaknya seperti di awal, di akhir, di awal dan di akhir, serta di
seluruh paragraf. Paragraf juga memiliki syarat-syarat seperti adanya
kesatuan, keterpaduan, dan penggunaan kata sambung. Dalam sebuah
paragraf juga mengalami pengembangan berdasarkan sudut pandang,
contoh, klimaks-antiklimaks, definisi luas, klasifikasi, perbandingan dan
pertentangan, analogi, sebab-akibat, proses, dan umum-khusus. Dalam
sebuah paragraf harus memiliki hubungan yang logis supaya kalimat yang
dibuat dapat dipahami dan masuk akal. Dalam sebuah paragraf diperlukan
hubungan antar kalimatnya seperti hubungan akibat, konsekuensi, sebab,
tujuan, pertentangan, waktu, syarat, urutan, penambahan, keinklusifan dan
keeksklusifan, penegasan, penyimpulan, dan pembenaran.

3.2 Saran
Dalam membuat suatu paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat
harus mengetahui terlebih dahulu kalimat yang akan disusun untuk
menjelaskan paragraf tersebut, harus memiliki hubungan yang erat dan
memenuhi syarat-syarat yang telah penulis uraikan di bab sebelumnya.
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat dan
menambah wawasan para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya materi dan
referensi yang kami dapat. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Guntur Leono Prayetyo. (2012, Desember 28). Blogspot.com. Dipetik November


19, 2020, dari Makalah Bahasa Indonesia Paragraf:
http://guntur66studentsitegunadarma.blogspot.com/2012/12/makalah-
bahasa-indonesia-paragraf_28.html

Keraf, G. (1980). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusantara.

Nida Azizah. (2016, Oktober 21).


https://id.scribd.com/document/328371969/Bab-IV-Paragraf. Diambil
kembali dari https://id.scribd.com/:
https://id.scribd.com/document/328371969/Bab-IV-Paragraf

Anda mungkin juga menyukai