Anda di halaman 1dari 6

Perubahan Lingkungan Perairan Danau Toba Akibat Budidaya Perikanan Dalam Perspektif Ekologi Politik

(Porman Juanda Marpomari Mahulae, Henri Sitorus, dan Fikarwin Zuska)

Hasil Penelitian

PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN DANAU TOBA AKIBAT


BUDIDAYA PERIKANAN DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI POLITIK

(ENVIRONMENT CHANGES OF TOBA LAKE WATER DUE TO


AQUACULTURE IN POLITICAL ECOLOGICAL PERSPECTIVE)

Porman Juanda Marpomari Mahulae, Henri Sitorus, Fikarwin Zuska


Universitas Sumatera Utara
Jl. Dr. T. Mansur No. 9, Medan, Sumatra Utara - Indonesia
email : pormanjuanda@gmail.com

Diterima: 09 Januari 2020; Direvisi: 17 Januari 2020; Disetujui: 23 Januari 2020

ABSTRAK

Studi ini adalah sebuah bahasan untuk memahami perubahan lingkungan perairan Danau Toba
akibat kegiatan budidaya perikanan berdasarkan perspektif ekologi politik. Studi ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi,
wawancara dan studi pustaka. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, analisis data yang
digunakan adalah analisis kualitatif. Studi menyimpulkan bahwa perubahan lingkungan yang
terjadi di perairan Danau Toba adalah sebagai akibat pertentangan institusi ekonomi dan ekologi
dalam pengaturan akses perairan danau untuk kegiatan budidaya perikanan. Pertentangan
tersebut telah membuat para aktor terkait terbagi dua menjadi kelompok pro budidaya dan pro
lingkungan hidup. Dualisme pengaturan tersebut berujung “pembangkangan” dan pengabaian
kepentingan lingkungan dalam hubungan ekonomi dan politik oleh para pelaku budiaya. Serta
melepaskan para pelaku KJA dari pengawasan yang membatasi operasional kegiatan tersebut agar
tidak melampaui daya dukung lingkungan. Korban utama dari perubahan lingkungan perairan
tersebut adalah masyarakat sekitar sebagai pemanfaat langsung air danau. Studi ini
merekomendasikan agar dilakukan peninjauan ulang setiap kebijakan pengelolaan yang pernah
ada. Berdasarkan tahapan-tahapan model pengelolaan sumber daya alam yang kolaboratif.

Kata kunci: Danau Toba, budidaya perikanan, ekologi politik

ABSTRACT

This study is a discussion to understanding the environment changes of the Lake Toba waters due
to fisheries aquaculture activities based on a political ecology perspective. This study is a
descriptive study with a qualitative approach. Data collected by observation, interview and
literature study techniques. In accordance with the approach used, the analysis of the data used
qualitative analysis. The study concluded that the environmental changes that occurred in Lake
Toba waters were a result of conflicting economic and ecological institutions in regulating lake
waters access to aquaculture activities. The conflict has made the actors divided into two groups
of pro-cultivation and pro-environment. The dualism of the arrangement leads to "defiance" and
the neglect of environmental interests in economic and political relations. As well as releasing the
the actors of aquaculture from supervision that limits the operational activities so as not to exceed
the carrying capacity of the environment. The main victims of the changes in the aquatic
environment are the surrounding communities as direct users of lake water. This study
recommends that a review of every management policy that ever made. Based on the stages of a
collaborative natural resource management model.

Keywords: Lake Toba, aquaculture, political ecology

PENDAHULUAN 2013). Ekosistem perairan Danau Toba telah


Kelayakan kualitas air danau toba sebagai mengalami penurunan kualitas air akibat dari
tempat hidup ikan membuat kegiatan budi daya berbagai limbah yang dibuang kegiatan budidaya
perikanan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) ikan tersebut (Barus, 2004; Lumban Tobing et al,
terus berkembang bahkan berlebihan (lukman, 2014; dan Siahaan et al, 2016). Hasil pengukuran

109
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 109-114

yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup ideal pengelolaan perairan berdasarkan
(DLH) Provinsi Sumatera Utara yang menyatakan perspektif ekologi.
bahwa Status mutu air Danau Toba telah berubah
dari “baik” pada tahun 1996 menjadi “cemar METODE
berat” pada tahun 2016, akibat tingginya kadar Metode yang digunakan dalam studi ini
Phospor dari kegiatan budidaya perikanan yang adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
kontribusinya mencapai 78%. Teknik pengumpulan data yang digunakan
Satria (2007) menyatakan bahwa didalam studi ini adalah obervasi (pengamatan),
persoalan sumberdaya alam tidak semata wawancara mendalam dan studi pustaka. Sesuai
persoalan teknis. Ada masalah-masalah sosial- dengan pendekatan yang digunakan, maka teknik
politik berkaitan dengan akses pemanfaatan dan analisis data yang digunakan adalah analisis
kontrol atas sumberdaya alam. Sejalan dengan kualitatif.
pernyataan Satria, White (2009) menyatakan Informan studi terdiri dari 4 unsur, yaitu:
permasalahan pengelolaan lingkungan Pemerintah, Pelaku KJA (masyarakat dan
disebabkan terutama bukan oleh kegagalan perusahaan), dan lembaga Non Pemerintah.
teknis tetapi oleh kegagalan politik. Ini berarti Pemerintah diwakili oleh Perangkat daerah yang
bahwa pendekatan dalam pengelolaan berkaitan dengan urusan Perikanan, Lingkungan
lingkungan yang bersifat sektoral, teknokratis, Hidup, dan investasi di tingkat Provinsi Sumatera
ekslusif dan elitis, tanpa memperhitungkan Utara dan Kabupaten di sekitar Danau Toba.
kekuatan ekonomi, sosial dan politik yang Pelaku KJA dari kelompok masyarakat diwakili
menjadi sebab utama dari kerusakan oleh Kelompok masyarakat pelaku KJA di
sumberdaya alam, tidak mungkin berhasil. White Kecamatan Haranggaol, Dolok Pardamean, dan
mengutip pernyataan Neumann (2005) bahwa Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun;
semua masalah ekologi sebenarnya merupakan di Kecamatan Ajibata dan Laguboti Kabupaten
masalah politik dan ekologi, sosial dan biofisik Toba Samosir; di Kecamatan Baktiraja
sekaligus. Merujuk pernyataan-pernyataan Kabupaten Humbang Hasundutan dan di
tersebut, patut diduga bahwa memburukknya Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
kualitas perairan Danau Toba akibat kegiatan KJA Perusahaan perikanan diwakili oleh PT.
bukanlah permasalahan teknis. Namun akibat Aquafarm Nusantara dan PT. Suri Tani Pemuka.
gagalnya politik mengelola ekosistem tersebut. Sedangkan kelompok lembaga non pemerintah
Pendekatan yang dapat digunakan untuk diwakili oleh Yayasan Pecinta Danau Toba
memahami sebuah perubahan lingkungan dan (YPDT).
menjadi pijakan dalam formulasi kebijakan
lingkungan adalah analisis Ekologi Politik (Satria, HASIL DAN PEMBAHASAN
2007). Asumsi pokok dalam ekologi politik Historis Keberadaan Budidaya Perikanan
bahwa perubahan lingkungan tidaklah bersifat dengan KJA di Danau Toba. Kegiatan budidaya
netral. Melainkan merupakan suatu bentuk perikanan dengan KJA bukanlah sebuah kegiatan
politized environment yang melibatkan banyak eksisting masyarakat sekitar Danau Toba.
aktor berkepentingan (Bryant & Bailey, 1997). Masyarakat sekitar yang mayoritas bersuku
Ekologi-politik dapat diartikan kajian politik batak dan memiliki hubungan erat dengan ikan
yang memahami relasi manusia dengan dalam peradatan, sebelumnya tidak terbiasa
perubahan lingkungan sebagai hasil dari proses- membudidayakan ikan. Secara turun temurun
proses politik (Dharmawan, 2007). masyarakat sekitar danau lebih memilih
Studi ini adalah sebuah bahasan untuk menangkap ikan secara tradisional
memahami perubahan lingkungan perairan menggunakan jala, pancing dan bubu untuk
Danau Toba dan menemukenali model memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan
pengelolaan berdasarkan perspektif ekologi menangkap ikan di danau merupakan suatu mata
politik, yang dapat ditawarkan untuk pencaharian penting bagi sebagian kelompok
menyeimbangkan berbagai kepentingan terkait masyarakat yang bermukim di pinggiran danau.
kegiatan budidaya perikanan di Danau Toba. Pembudidayaan ikan yang semula
Sesuai rangkuman Afiff (2009) tentang rangkaian menggunakan keramba tancap pada tahun 1986
tahapan penelitian berbasis ekologi politik. Maka dan berangsur berkembang menjadi KJA pada
studi ini dimulai dengan memahami keberadaan tahun awal tahun 1990-an, hadir sebagai sebuah
kegiatan budidaya perikanan dalam konteks pilihan kebijakan Pemerintah untuk mengatasi
historis di Danau Toba. Kemudian menelusuri masalah kemiskinan di kawasan Danau Toba.
berbagai aktor dan institusi yang berperan, serta Terpilihnya badan air sebagai media kegiatan
relasi dan dinamikanya dalam pengelolaan perekonomian tersebut, didasarkan atas
perairan Danau Toba untuk kegiatan budidaya pertimbangan akses sebagian masyarakat yang
perikanan. Selanjutnya akan dibahas pula model lebih terbuka pada lingkungan perairan.

110
Perubahan Lingkungan Perairan Danau Toba Akibat Budidaya Perikanan Dalam Perspektif Ekologi Politik
(Porman Juanda Marpomari Mahulae, Henri Sitorus, dan Fikarwin Zuska)

Ditambah adanya upaya Pemerintah untuk kelompok masyarakat. Sedangkan pengelolaan


mengalihkan kegiatan masyarakat di daratan yang diprakarsai Pemerintah cenderung
yang berpotensi merusak Daerah Tangkapan Air membatasi pilihan-pilihan pemanfaatan yang
(DTA) danau Toba melalui kegiatan perladangan dapat dilakukan oleh masyarakat. Namun hal
berpindah, perambahan hutan, dan tersebut tidak berlaku dalam konteks awal mula
pertambangan galian C. pengembangan KJA di Danau Toba. Karena
Sebagai sebuah kegiatan perekonomian, pilihan Pemerintah tersebut ternyata dianggap
kebijakan pengembangan pembudidayaan ikan sebagai sebuah solusi efektif bagi masyarakat
dengan KJA ternyata disambut baik oleh untuk keluar dari permasalahan sosial ekonomi
masyarakat sekitar danau Toba. Sebab kegiatan yang menghimpitnya.
pertanian darat yang sebelumnya menjadi Deskripsi sebelumnya menjelaskan bahwa
tumpuan tidak dapat diharapkan untuk berbagai pertimbangan untuk menghadirkan
menopang kebutuhan perekonomian akibat kegiatan budidaya perikanan dengan KJA di
terbatasnya lahan dan rentannya kegagalan Danau Toba, telah memadukan tujuan sosial,
panen. Dorongan untuk menggeluti usaha ini ekonomi dan ekologi yang merupakan tujuan
semakin besar seiring terbatasnya ketersediaan dari pengembangan perikanan yang
ikan endemik danau yang secara berangsur- berkelanjutan seperti yang dinyatakan oleh
angsur berkurang dan hilang. Hal ini ditandai Bappenas (2014) dan Ariadno (2011). Namun
dengan beralihnya sebagian besar masyarakat produksi ikan yang terus meningkat tidak selalu
yang semula berprofesi sebagai nelayan menjadi membawa konsekuensi yang positif tanpa
petani budidaya ikan dengan KJA. adanya pembatasan produksi berdasarkan daya
Tidak hanya sampai disitu, berkembangnya dukung dan daya tampung lingkungan yang
KJA di Danau Toba ternyata juga sangat didukung benar. Disamping itu, tanpa pengaturan akses
oleh kualitas perairan danau yang sangat cocok sumberdaya yang baik, kegiatan KJA yang syarat
menjadi media pembudidayaan ikan. Terbukti, modal menimbulkan kontestasi tidak sehat antar
ekosistem perairan tersebut juga menghadirkan pemilik modal dengan masyarakat yang
berbagai perusahaan pembudidaya ikan untuk bermodal terbatas. Hal ini menjadikan
mengembangkan usahanya di daerah tersebut. masyarakat sekitar danau dengan hak
Salah satunya adalah PT. Aquafarm Nusantara. pemanfaatan yang diperbolehkan namun tidak
Undangan pemerintah daerah Provinsi Sumatera memiliki modal cukup, terpinggirkan oleh para
Utara kepada PT. Aquafarm Nusantara yang pemilik modal yang diduga berasal dari luar
semula beroperasi di pulau Jawa untuk kawasan.
mengembangkan usahanya di Danau Toba, Pada perkembangannya, kehadiran KJA di
dengan tujuan untuk menciptakan lapangan Danau Toba telah bergeser dari yang semula
kerja dan menggerakkan perekonomian yang bertujuan meningkatkan derajat sosial dan
tengah mengalami krisis. Disambut baik pihak ekonomi masyarakat setempat, serta upaya
perusahan atas dasar hasil uji coba pada tahun pelestarian kawasan dengan menjaga kelestarian
1997 yang menyimpulkan bahwa peraian danau DTA Danau Toba. Berubah menjadi ajang
Toba sangat cocok sebagai media pembesaran pemburuan keuntungan pemilik modal. Property
ikan, dan menjadi sebuah peluang usaha yang perairan Danau Toba yang semula bersifat
menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan common property seakan berubah menjadi open
fillet Tilapia di pasar Asia, Eropa dan Amerika. acces. Praktek pluralisme hukum untuk
Pemanfaatan sumber daya perairan danau membenarkan perlakuan pemilik modal
sebagai media pengembangan perekonomian “berkedok” masyarakat setempat-pun terjadi.
masyarakat dan daerah di sekitar Danau Toba, Jumlah KJA yang semakin banyak dan tidak
adalah sebuah sistem pengelolaan yang terkendali berkonsekuensi pada penggunaan
diprakarsai pemerintah (base government) pakan yang harus dimasukkan ke badan air
dengan pendekatan top-down. Hadirnya KJA semakin besar dan melebihi ambang batas.
dikawasan Danau toba bukan atas dasar inisiatif Ditandai dengan berbagai kasus kematian ikan
masyarakat, walaupun sebenarnya masyarakat dan hasil penelitian kualitas air pada periode
sekitar merupakan pengguna badan air yang tahun 2000-an yang menunjukkan telah
diperbolehkan karena sifat danau Toba terjadinya kerusakan.
merupakan common property. deLeon dan Aturan kebijakan politik hukum
deLeon (2002) menjelaskan bahwa biasanya pengelolaan kawasan Danau Toba dalam Perda
prinsip pengelolaan atas dasar prakarsa nomor 1 tahun 1990 yang semula
Pemerintah sering berseberangan dengan menghawatirkan kerusakan perairan dari
kepentingan masyarakat. Sebab pengelolaan berbagai aktifitas di daratan sekitar DTA, mulai
yang dilakukan masyarakat cenderung digeser pada aktifitas di badan air. Diawali
menekankan pada interest yang dimiliki oleh dengan sebuah deklarasi dan penyusunan

111
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 109-114

dokumen Rencana Pengelolaan Ekosistem sebenarnya sudah menerbitkan sejumlah


Kawasan Danau Toba pada tahun 2004, yang peraturan yang menjadi dasar pengelolaan
merekomendasikan pengaturan dan danau Toba. Meskipun demikian, pelaksanaan
pengendalian penggunaan pakan dan obat- dari peraturan-peraturan tersebut masih jauh
obatan (fungisida) pada kegiatan KJA, untuk dari efektif yang disebabkan oleh sejumlah
menekan pencemaran perairan Danau Toba oleh faktor. Seperti tidak adanya koordinasi antar
limbah yang berasal dari kegiatan budidaya kelompok sehingga cenderung saling lempar
perikanan tersebut. Dilanjutkan dengan tanggung jawab, penyusunan program yang tidak
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 tepat, tidak adanya alokasi anggaran khusus
Tahun 2009 yang menetapkan baku mutu air untuk pengelolaan danau, dan tidak ada
danau toba sebagai kelas I dan pengawasan yang disertai dengan sanksi yang
merekomendasikan adanya batasan daya dukung tegas. Bukan hanya itu, perbedaan prinsip
dan daya tampung beban pencemaran terkait pengelolaan juga menimbulkan pertentangan
kegiatan KJA. yang berujung konflik antar kelompok institusi.
Perpres 81 tahun 2014 yang menetapkan Klaim kelompok lingkungan hidup bahwa
tujuan penataan ruang kawasan Danau Toba KJA telah mencemari perairan Danau, dibantah
untuk mewujudkan kawasan Danau Toba sebagai kelompok ekonomi dengan menyatakan bahwa
air kehidupan (Aek Natio), dan mengatur zonasi sumber pencemar terbesar danau berasal dari
perairan yang diperuntukkan bagi kegiatan KJA kegiatan domestik dan kegiatan perekonomian
hanya pada outlet Danau di bagian Kabupaten lainnnya di daratan. Status trofik danau sebagai
Toba Samosir. Hingga dua keputusan Gubernur Oligotrofik yang ditetapkan kelompok institusi
Sumatera Utara pada tahun 2017 yang mengatur kelompok lingkungan hidup, direkomendasikan
status trofik serta batasan daya dukung dan daya agar dirubah menjadi mesotrofik oleh kelompok
tampung Danau Toba, yang membatasi produksi ekonomi. Hingga ketetapan daya tampung dan
KJA hanya pada besaran 10.000 ton/tahun. Akan daya dukung danau untuk kegiatan KJA yang
tetapi bila melihat data perkembangan jumlah diinisiasi kelompok lingkungan hidup sebesar
dan produksi KJA Danau Toba pada periode yang 10.000 ton/tahun, juga dibantah kelompok
sama dengan lahirnya berbagai kebijakan politik ekonomi dengan menyatakan bahwa daya
hukum pengelolaan ekosistem sebelumnya. tampung dan daya dukung danau untuk kegiatan
Dapat dilihat bahwa ternyata tidak ada dampak KJA dapat mencapai 45.000 – 65.000 ton/tahun.
perubahan yang terjadi. Hal yang Pertentangan kedua kelompok institusi
mengindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut berdampak pada terbaginya para aktor
tersebut sama sekali tidak terimplementasikan yang berkaitan dengan kegiatan KJA di Danau
dengan baik. Toba, menjadi kelompok pro budidaya dan
Relasi dan Dinamika Para Aktor Dalam kelompok pro lingkungan hidup yang
Penguasaan dan Pengelolaan Peraian danau membentuk bundle of power. Kelompok pro
Toba. Uraian pengaturan pengelolaan sumber budidaya terdiri atas institusi pemerintah bidang
daya perairan untuk kegiatan pembudidayaan urusan investasi dan budidaya perikanan,
perikanan berdasarkan berbagai kebijakan perusahaan KJA yang berasosiasi dengan
politik hukum, telah merumuskan arah perusahaan pakan, dan masyarakat pelaku KJA.
pengelolaan sumber daya alam perairan tersebut Sedangkan kelompok pro lingkungan hidup
ke dalam dua kelompok prinsip kepentingan. terdiri atas Kementerian Lingkungan hidup dan
Yaitu 1) mendukung pembangunan ekonomi kehutanan, Dinas lingkungan hidup Pemerintah
(yang diutamakan untuk kesejahteraan daerah Provinsi dan Kabupaten, serta YPDT
masyarakat); dan 2) meningkatkan kualitas dan sebagai kelompok masyarakat yang mengkritisi
kelestarian lingkungan perairan. Terbaginya keberadaaan perusahaan KJA di Danau Toba.
arah pengelolaan tersebut menjadi dua Konsekuensinya adalah timbulnya
kelompok prinsip, menimbulkan konsekuensi “pembangkangan” dan pengabaian kepentingan
pengaturan hak akses pemanfaatan sumber daya lingkungan dalam hubungan ekonomi dan
perairan diatur oleh dua institusi negara yang politik. Serta melepaskan masyarakat pelaku KJA
berkaitan dengan kedua prinsip tersebut. Yaitu dan Perusahaan KJA dari pengawasan yang
institusi Negara (Pemerintah Pusat dan Daerah) membatasi operasional kegiatan tersebut agar
yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi, tidak melampaui daya dukung lingkungan. Yang
dan yang berkaitan dengan kepentingan berarti bahwa “dugaan” degradasai lingkungan
perlindungan lingkungan hidup. perairan Danau Toba akibat kegiatan KJA akan
Dalam upaya pengelolaan perairan dan terus berlanjut. Korbannya adalah masyarakat
menjaga kelestarian kawasan danau dari lokal Danau Toba sebagai penerima manfaat
kerusakan yang disebabkan oleh pemanfaatan langsung sumber daya danau. Yang merupakan
secara bebas. Kedua kelompok tersebut

112
Perubahan Lingkungan Perairan Danau Toba Akibat Budidaya Perikanan Dalam Perspektif Ekologi Politik
(Porman Juanda Marpomari Mahulae, Henri Sitorus, dan Fikarwin Zuska)

kelompok atau individu yang terkena dampak resources seperti danau adalah model
langsung dari perubahan kondisi danau tersebut. pengelolaan kolaboratif. Menurut Conley dan
Pengelolaan Perairan Danau Toba Untuk Moote (2003) narasi yang tepat untuk
Kegiatan Budidaya Perikanan dalam mendefinisikan model pengelolaan kolaboratif
Perspektif Ekologi Politik. Pengelolaan sumber adalah sebagai sebuah cara untuk mengurangi
daya alam memang sangat berkaitan dengan konflik di antara para pemangku kepentingan;
aspek ekonomi dan ekologi. Karena bidang membangun modal sosial; mempertimbangkan
ekonomi cenderung berbenturan dengan urusan masalah lingkungan, sosial dan ekonomi
lingkungan hidup (ekologi), oleh sebabnya ditangani secara bersamaan; dan menghasilkan
pengelolaan sumber daya alam selalu memiliki keputusan yang lebih baik. Artinya bahwa model
tantangan besar (Herdiansyah. 2018). ini adalah sebuah sistem pengelolaan sumber
Pembangunan ekonomi dan pelestarian ekologi daya alam yang ideal dalam perspektif ekologi
bagaikan dua sisi yang berlainan tapi sangat politik, dan dapat ditawarkan sebagai model
berkaitan. Karena di satu sisi pembangunan pengelolaan perairan Danau Toba untuk kegiatan
ekonomi perlu dilakukan untuk kepentingan budidaya perikanan.
kesejahteraan masyarakat tetapi di lain pihak Sebagai rujukan pedoman pelaksanaanya,
pembangunan ekonomi sedikit banyak akan Gunton (2003) menjelaskan bahwa perencanaan
membawa dampak bagi pelestarian ekologi dan pelaksanaan pengelolaan kolaboratif
(Burhanuddin, 2016). dilakukan dalam tiga tahapan besar. Pertama
Namun, menurut Moh. Fadli et al (2016) adalah prenegotiation. Tahapan ini dilakukan
pembangunan dan pertumbuhan tidak perlu dengan tiga langkah, yaitu 1) background
ditiadakan tetapi harus dicari solusi yang preparation (menyusun tim professional,
signifikan dengan menekan berbagai dampak indentifikasi stakeholder yang potensial,
yang ditimbulkan, dan bagaimana supaya penilaian konflik yang mengevaluasi sifat konflik
lingkungan dan sumber-sumber alam tidak serta opsi penyelesaiannya); 2) mengidentifikasi
mengalami kerusakan dan habis dalam program kelompok stakeholder yang akan berpartisipasi
pembangunan. Dengan demikian, (Shiva, 1988) dalam proses kolaborasi; 3) mempersiapkan
dalam (Jati, 2013) menyatakan bahwa secara draft peraturan dasar, kerangka acuan kerja,
politik diperlukan aturan dan pengambilan uraian tujuan, peraturan atau prosedur, aturan
kebijakan yang jelas dalam mekanisme tanggungjawab, timelines, dan logistik. Semuanya
pengelolaan sumber daya alam. Dalam perspektif harus melalui kesepakatan para stakeholder; dan
ekologi politik meliputi dua hal utama yakni 4) mengidentifikasi berbagai fakta dan informasi
pengelolaan sumber daya berbasiskan terkait. Tahap kedua adalah negotiation. Hal yang
masyarakat (the commons) dan adanya keadilan dilakukan dalam tahapan ini adalah : 1)
bagi lingkungan (environmental justice). mengidentifikasi keinginan para stakeholder; 2)
Dalam kasus Danau Toba, perlu dilakukan mengelompokkan berbagai pilihan dan resume
peninjauan ulang setiap kebijakan pengelolaan diskusi; 3) mengikat kesepakatan dengan para
perairan berdasarkan analisis yang dilakukan stakeholder. Tahapan terakhir adalah
secara terintegrasi antar kedua kelompok postnegotiation. Tahapan ini dimulai dengan
institusi yang berkepentingan. Analisis tersebut menyepakati perjanjian untuk memulai
dilakukan menggunakan pendekatan yang dapat implementasi. Kemudian menyusun tahapan
melihat kepentingan ekonomi dan ekologi monitoring untuk mengevaluasi
sebagai sebuah kesatuan. Dalam konteks ekologi pengimplementasian disertai dengan re-
politik, Jati (2013) menyatakan bahwa hal negosiasi poin-poin perjanjian yang mungkin
pertama yang perlu dilakukan dalam peninjauan perlu disepakati ulang.
ulang kebijakan pengelolaan sumber daya alam
adalah mengajak semua elemen masyarakat KESIMPULAN
untuk kembali memikirkan makna alam sebagai Faktor utama yang mempengaruhi
bentuk makhluk hidup. Kemudian meletakkan perubahan lingkungan perairan Danau Toba
esensi environmentalism dengan adalah pertentangan kepentingan antar institusi
mengedepankan isu lingkungan sebagai bentuk ekonomi dan ekologi yang mengatur akses
agenda yang diperjuangkan. Namun sebagai pemanfaatan perairan danau untuk kegiatan
catatan, kebijakan tersebut harus berbasis budidaya perikanan. Pertentangan tersebut telah
sinergitas antar aktor dan memberi manfaat bagi membentuk para aktor menjadi dua kelompok,
masyarakat secara adil dan berbagai pihak yaitu kelompok pro budidaya dan pro lingkungan
lainnya. hidup. Konsekuensinya adalah timbulnya
Endah dan Nadjib (2017) menyatakan “pembangkangan” dan pengabaian kepentingan
bahwa manajemen pengelolaan yang ideal untuk lingkungan dalam hubungan ekonomi dan
sumber daya yang bersifat common pool politik. Serta melepaskan para pelaku KJA dari

113
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 109-114

pengawasan yang membatasi operasional deLeon and deLeon. 2002. “What ever happened to
kegiatan tersebut agar tidak melampaui daya policy implementation? An alternative approach”.
dukung lingkungan. Korban utama dari Journal of Public Administration Research and Theory
perubahan lingkungan perairan tersebut adalah 12 (4) hal: 467-4
masyarakat sekitar sebagai pemanfaat langsung
Dharmawan, Arya. 2007. Dinamika Sosio‐Ekologi
air danau. Dalam perpektif ekologi politik, model
Pedesaan: Perspektif dan Pertautan Keilmuan Ekologi
ideal pengelolaan sumber daya perairan Danau Manusia, Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik.
Toba adalah pengelolaan kolaboratif. Untuk itu Sodality 1(1) hal: 2-37.
perlu dilakukan peninjauan ulang setiap
kebijakan pengelolaan yang pernah ada. Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara. 2016.
Berdasarkan tahapan-tahapan model Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
pengelolaan kolaboratif tersebut. Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016. Medan:
DLH Provsu.
REKOMENDASI
Pemerintah pusat dan daerah melakukan Endah Nur Hadiati dan M. Nadjib. 2017. Pemanfaatan
re-negosiasi setiap kebijakan pengelolaan Dan Peran Komunitas Lokal Dalam Pelestarian Danau
Maninjau. Jurnal ekonomi pembangunan. 25(1 ).
perairan Danau Toba, berdasarkan model
pengelolaan yang kolaboratif dengan melibatkan
Gunton Thomas. 2003. The theory and practice of
seluruh aktor yang berkepentingan terkait collaborative planning in resource and environmental
kegiatan budidaya perikanan dengan KJA. management. Environments. 31 (2).

UCAPAN TERIMA KASIH Herdiansyah Herdis. 2018. Pengelolaan Konflik


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sumber Daya Alam Terbarukan di Perbatasan dalam
berbagai pihak yang telah berpartispasi dalam Pendekatan Ekologi Politik. Jurnal Hubungan
setiap tahapan studi hingga terpublikasinya Internasional. 7(2).
tulisan ini.
Jati Wasisto Raharjo. 2013. Manajemen Tata Kelola
DAFTAR PUSTAKA Sumber Daya Alam Berbasis Paradigma Ekologi
Ariadno Melda Kamil. 2011. Sustainable Fisheries In Politik. Politika: Jurnal Ilmu Politik 3(2) hal: 98-111.
Southeast Asia. Indonesia Law Review. 1(3) hal: 292-
317 Lukman. 2013. Danau Toba: Karakteristik Limnologis
dan Mitigasi Ancaman Lingkungan dari
Afiff Suraya. 2009. Pendekatan Ekologi Politik: Sebuah Pengembangan Karamba Jaring Apung. Jakarta: LIPI
Pengantar. Tanah Air, 2009 (Oktober-Desember), hlm Press.
18-33
Lumban Tobing Sudoyo, Barus Ternala Alexander dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Desrita. 2014. Jurnal Aquacoastmarine. 5(4).
Perikanan. 2015. Balitbang Kp Rekomendasikan
Moratorium Dan Rasionalisasi Kja Danau Toba Dan McPherson Guy R dan Destefano. 2003. Applied
Waduk Citarum. [Online] Dari: Ecology and Natural Resource Management. New York:
brsdm.kkp.go.id/balitbang-kp-rekomendasikan- Cambridge University Press.
moratorium-dan-rasionalisasi-kja-dan. [Diakses: 19
Januari 2018] Moh. Fadli, Mukhlis, dan Mustafa Lutfi. 2016. Hukum
dan Kebijakan Lingkungan. UB Press Malang.
Bappenas. 2014. Kajian Strategi Pengelolaan
Perikanan Berkelanjutan. [Online] Dari: Satria Arif. 2007. Ekologi Politik. Di dalam: Ekologi
https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206 Manusia. Bagian I - Fondasi, Teori dan Diskursus
/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanjutan.pdf Ekologi Manusia. Bogor : Institut Pertanian Bogor. hlm
87-100.
Bryant. L. Raymond dan Bailey Sinead. 1997. Third
World Political Ecology. London and New York: Siahaan Naema, Soeprobowati Tri Retnaningsih dan
Routledge. Purnaweni Hartuti. 2016. Pertumbuhan Eceng Gondok
di Danau Toba Kabupaten Samosir. Prosiding Seminar
Burhanuddin. 2016. Integrasi Ekonomi Dan Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS
Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan Yang UNDIP. Semarang, 22 November 2016
Berkelanjutan. Jurnal EduTech 2(1) Maret 2016
White, B. 2009. Dibalik pertarungan sumber daya alam
Conley Alexander dan Moote Margaret A. 2003. Indonesia: ekologi politik dan penerapannya pada
Evaluating Collaborative Natural Resource studi dan perjuangan lingkungan hidup. Tanah Air,
Management. Society and Natural Resources No. 16 hal: 2009 (Oktober-Desember), hlm 3-9
371–386.

114

Anda mungkin juga menyukai