Anda di halaman 1dari 8

Elastisitas

BAB VIII
ELASTISITAS
Pada bab ini kita akan mengkaji salah satu kasus dimana materi atau obyek dalam
keadaan alamiah, yaitu keadaan seimbang baik translasi maupun rotasi. Karena sifat
inersia (kelembaman), keadaan ini selalu berusaha dipertahankan oleh obyek. Namun
jika jumlah gaya luar (eksternal) yang bekerja pada obyek makin besar. Maka suatu
saat obyek mengalami deformasi, atau bahkan bisa patah yakni pada saat gaya-gaya
luar lebih besar dari gaya ikat antara atom-atom yang menyusun obyek (gaya
internal). Keadaan deformasi pada obyek juga dapat terjadi jika vektor gaya-gaya
yang bekerja tidak berada pada garis yang sama.
8.1 Elastisitas, Tegangan (Stress), Regangan (Strain)
Jika sebuah gaya dikenakan pada sebuah obyek, misalnya sebuah benda yang
digantungkan pada ujung logam pada Gambar (8.1), panjang obyek (logam) berubah.
Jika obyek elongasi L adalah kecil dibandingkan dengan
panjang obyek, eksperimen menunjukkan bahwa L sebanding
dengan
L
m

berat

atau

gaya

yang

dikenakan

pada

obyek

[dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke (1635-1707)].


Kesebandingan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan :

Gambar 8.1
F = -k L

(8.1)

Dengan F menyatakan gaya atau berat tarik pada obyek, L adalah pertambahan
panjang dan k adalah konstanta kesebandingan.
Persamaan (8.1) yang sering disebut Hukum Hooke, berlaku untuk semua material
padat, tetapi hanya berlaku hingga titik tertentu. Jika gaya terlalu besar, obyek akan
terus bertambah panjang dan akhirnya putus. Gambar (8.2) menunjukkan suatu tipe
grafik elongasi terhadap gaya. Hingga titik yang disebut batas kesebandingan
persamaan (8.1) merupakan pendekatan terbaik untuk beberapa jenis material, dan
kurvanya adalah garis lurus. Meskipun demikian hingga titik paling ujung kurva yang
Fisika Dasar

VIII-1

Elastisitas

disebut batas elastis, obyek akan kembali ke panjang semula jika gaya yang bekerja
dihilangkan. Dari titik 0 hingga batas elastis disebut daerah elastis:, jika obyek terus
bertambah panjang melampaui batas elastis, daerah diluar daerah elastis disebut
daerah plastis. Jika elongasi mencapai daerah ini maka obyek akan mengalami
deformasi secara permanen. Elongasi maksimum dicapai pada titik putus disebut
kekuatan ultimasi (ultimate strength) dari material.
Suatu benda tegar jika kerjakan gaya (tekan atau tarik), maka untuk satu satuan luas
permukaan benda dimana gaya bekerja mengalami tegangan (stress). Tegangan dapat
dibedakan atas: tegangan lurus (tensile stress) dan tegangan puntir (shearing stress)
Tinjau suatu batang logam yang mula-mula panjangnya lo, setelah gaya F bekerja,
maka panjang batang menjadi l sehingga regangan lurus didefenisikan sebagai:
l l o l

lo
lo

dan tegangan lurus

F
.
A

Besar perpanjangan dari suatu obyek, seperti batang yang ditunjukkan pada Gambar
8.1, tidak hanya bergantung dari gaya yang dikenakan padanya, tetapi juga
bergantung pada jenis material dan dimensi obyek. Jika kita bandingakan batang yang
terbuat dari material yang sama tetapi berbeda panjang dan luas penampangnya,
ditemukan bahwa bilamana gaya yang dikenakan sama, besar pertambahan panjang
L sebanding dengan perkalian antara gaya dan panjang mula-mula serta berbanding
terbalik dengan luas penampangnya.
L

FLo
YA

(8.2)

dimana Lo, A dan 1/Y masing-masing menyatakan panjang mula-mula obyek, luas
penampang dan konstanta kesebandingan. Y dikenal sebagai modulus elastis,
(Modulus Young) yang harganya bergantung pada jenis material. Harga Modulus
Young untuk beberapa jenis material diberikan pada Tabel 8.1. Persamaan (8.2) lebih
sering digunakan untuk perhitungan praktis dari pada persamaan (8.1) karena tidak
bergantung pada ukuran dan bentuk obyek.

Fisika Dasar

VIII-2

Elastisitas

Gaya F

Daerah plastis
Titik putus
Batas elastisitas
Perpajangan L

Gambar 8.2 Perpanjangan terhadap gaya


Persamaan (8.2) dapat ditulis kembali seperti berikut:

A stress
L
strain
Lo

(8.3)

Batang yang ditunjukkan pada Gambar 8.1 dikatakan berada di bawah tegangan
merenggang (tensile stress). Bentuk tegangan lain adalah tegangan menekan
(compressive stress), yang merupakan lawan dari tensile stress, dan tegangan
memuntir (shear stress) yang terdiri dari dua gaya yang sama tetapi arahnya
berlawanan dan tidak segaris (lihat Gambar 8.3). Persamaan 8.2 dapat diterapkan baik
untuk tegangan menekan maupun tegangan memuntir, untuk tegangan memuntir kita
dapat tulis persamaan menjadi:
L

FL

o
GA

(8.4)

tetapi L,L, dan A harus di interpretasikan ulang sebagaimana ditunjukkan pada


Gambar 8.3c. Bahwa A adalah luas dari permukaan paralel terhadap gaya yang
dikenakan, L tegak lurus terhadap Lo, konstanta porposionalitas adalah 1/G, dengan
G dikenal sebagai Modulus Puntir (shear modulus) dan umumnya mempunyai
harga setengah hingga sepertiga harga modulus Young Y (lihat Tabel 8.2). Kalau
obyek ternyata dalam keadaan seimbang, berarti harus ada dua gaya yang bekerja
padanya yang membuat jumlah torsi sama dengan nol. Satu gaya bekerja ke arah
vertikal ke atas di sisi kanan, dan yang lain ke arah vertikal ke bawah pada sisi kiri
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.4. Pada Tabel 8.1 disajikan harga kekuatan
ultimasi untuk beberapa jenis material.

Fisika Dasar

VIII-3

Elastisitas

Jika pada sebuah obyek bekerja gaya-gaya dari semua sisi maka volume obyek akan
berkurang. Keadaan seperti ini umumnya terjadi jika obyek berada di dalam fluida
dimana obyek akan mendapat tekanan di semua arah. Tekanan didefinisikan sebagai
gaya persatuan luas (F/A) dan merupakan ekivalen dari tegangan (stress). Untuk
keadaan ini perubahan volume V, ditemukan sebanding dengan volume mula-mula
Vo dan penambahan tekanan P.

F
L

L
Lo

Lo

Lo
F

Gambar 8.3 Tipe-tipe Tegangan : (a) Merenggang (b) Menekan (c) Memuntir

Gambar 8.4 Keseimbangan Gaya-gaya dan Torsi untuk Tegangan Memuntir


Kita peroleh hubungan yang sama seperti persamaan (8.2) tetapi dengan konstanta
proporsionalitas

1/B, dimana

B adalah

Modulus

koli (bulk modulus).

Dalam hal ini :


V
P

Vo
B

atau

(8.5)

P
V
Vo

Tanda minus menunjukkan bahwa volume berkurang dengan bertambahnya tekanan.


Harga-harga Modulus Bulk untuk beberapa jenis material diberikan pada Tabel 8.2.

Fisika Dasar

VIII-4

Elastisitas

Selanjutnya inversi Modulus Bulk (1/B), disebut kompresibilitas (conpressibility),


diberikan simbol K yaitu :

Vo
1

B
P

(8.6)
Tabel 8.1 Kekuatan ultimasi dari beberapa material (gaya/luas)
Material
Besi
Baja
Kuningan
Aluminium
Beton
Batu bata
Marmer
Granit
Kayu cemara
(paralel urat)
(tegak lurus urat)
Nilon
Tulang

Kekuatan
Merenggang
(N/m2)x106
170
500
250
200
2

Kekuatan
Menekan
(N/m2)x106
550
500
250
200
20
35
80
170

Kekuatan
Memuntir
(N/m2)x106
170
250
200
200
2

40

35
10

500
130

170

Tabel 8.2 Nilai Modulus Young, Modulus Puntir dan Modulus Bulk beberapa jenis
material
Modulus Young Y Modulus Puntir G Modulus Bulk B
Material
(N/m2)x106
(N/m2)x106
(N/m2)x106
Padat
Besi
100
40
90
Baja
200
80
140
Kuningan
100
35
80
Aluminium
70
25
70
Beton
20
Batu bata
14
Marmer
50
70
Granit
45
80
45
Kayu cemara
(paralel urat)
10
(tegak lurus urat)
1
Nilon
15
Cair
Air
2,0
Alkohol
1,0
Fisika Dasar

VIII-5

Elastisitas

Air raksa
Udara, H2,H8,CO2
Contoh :

2,5
1,01

1. Balok dengan luas penampang A ditarik pada kedua ujungnya dengan gaya F
yang sama. Pandang sebuah bidang yang membentuk sudut seperti terlihat pada
gambar.

a.

Hitunglah tegangan tarik pada bidang tersebut, dan tuliskan dalam F, A, dan

b.

Hitunglah tegangan geser pada bidang tersebut, dan tuliskan dalam F, A, dan

c.

Untuk harga berapa, tegangan tarik maksimum ?

Jawab :

Fn=F cos

Ft=F sin

A=a b A=ab

a
a
A
A
b A
cos
cos
cos

a. Tegangan tarik pada A :

Fn F cos F cos 2
A '

A A
A
cos
'

b. Tegangan geser pada A :

A'
c.

Ft F sin F sin cos F sin 2

A' A
A
2A
cos

Tegangan tarik maksimum, bila cos2 = 1,


cos =1 dengan 1=0 dan 2=180o (salah) karena 90o

Fisika Dasar

VIII-6

Elastisitas

2. Sebuah kawat piano dari baja panjangnya 1,60 m memiliki diameter 0,20 cm.
Berapa besar tegangan pada kawat jika kawat bertambah panjang 0,30 cm setelah
direnggangkan?
Jawab :

L
0,0030m
A 2,0 x1011 N/m 2
3,14 x10 6 m 2
Lo
1
,
60
m

F 1200 N
F Y

3. Suatu bahan logam mempunyai modulus Young Y. Dari bahan tersebut yang
berupa kawat yang panjangnya L dengan luas penampang A kemudian digulung
menjadi pegas. Bila perubahan transversal kawat gulungan kawat itu diabaikan,
tunjukkan bahwa tetapan pegasnya diberikan oleh YA/Lo.
Jawab :
Sepanjang deformasi terjadi pada daerah hukum Hooke, maka akan berlaku F = k
x. Berdasarkan persamaan (8.5), F = Y A L/Lo. Dalam hal ini x =L, sehingga
dari kedua persamaan di atas diperoleh

k L = Y A L/Lo atau

k = Y A/Lo.

4. Volume minyak di dalam sebuah alat tekan hidrolik adalah 5 m3. Berapa
penyusutan volumenya bila minyak itu menderita tekanan sebesar 136 atm?
Kompresibilitas minyak tersebut 20 x 10-6
Jawab :
V
, atau
VP
V V K P
K

20x10 6 atm 1 x 5m 3 x 2000 N/m 2


20x10 6 atm 1 x5m 3 x 136 atm
0,0136m 3 .

5. Sebuah balok uniform massanya 1500 kg dan panjangnya 20,0 m ditindih oleh
15.000 kg peti besi, lihat gambar
F2

F1
CG

(1500kg) g

10m
Fisika Dasar

5m

5m

(15.000kg) g

VIII-7

Elastisitas

a. Hitung gaya pada setiap tiang penyangga vertikal.


b. Berapa luas penampang minimum dari kedua tiang untuk menyanggah balok,
anggap tiang terbuat dari beton dengan faktor keselamatan (safety factor) 6?
c. Berapa strain yang dialami oleh tiang sebelah kanan.
Jawab:
a. Di titik gaya Fi, = 0
(r1 x W1) + (r2 x W2) + (r2 x F2) = 0
-(10m)(1500kg)g-(15m)(15.000kg)g+(20)F2 = 0
(20)F2 = (10m)(1500kg)g + (15m)(15.000kg)g
F2 = (12.000kg)g=118.000 N dengan g =9,8 kg/m2
Untuk menghitung F1, kita gunakan Fy=0
Fy=F1 - (1500kg)g - (15.000kg)g + F2 = 0
F1 = (1500kg)g + (15.000kg)g + (12.000)kg
F1 = (4500kg)g = 44.100N 0,4 x 105N
b. Berdasarkan Tabel 8.1 kekuatan menekan ultimasi untuk material beton
adalah 2,0 x 107 N/m2. Karena faktor keselamatan 6, maka stress maksimum
yang diperbolehkan adalah (1/6)( 2,0 x 107 N/m2) = 3,3 x 106 N/m2 = F/A
Karena F = 1,2 x 105 N, maka
A = (1,2 x 105N) / (3,3 x 106 N/m2) atau 360 cm2
c. Strain = L/Lo=(1/E)(F/A) = (1/(2,0 x 1010 N/m2)) (3,3 x 106 N/m2)
= 1,7 x 10-4

Fisika Dasar

VIII-8

Anda mungkin juga menyukai