Anda di halaman 1dari 11

TM.

VIII

Penyimpulan Langsung

Unit Pendidikan Kebangsaan dan Karakter


Universitas Airlangga

Tim MK. Logika dan Pemikiran Kritis


Dr. Achmad Chusairi, MA
Dr. Johny Alfian Khusyairi, MA
Fahrul Muzaqqi, S.IP., M.IP

UPKK
Penerapan Berfikir Kritis

1. Penarikan kesimpulan, penjelasan,


bukti, dan kredibilitas
2. Berfikir kritis dan ilmu pengetahuan
Tujuan berlogika adalah:

• Kita memiliki kemampuan untuk menilai apakah


premis-premis dari satu argumentasi cukup untuk
mendukung (adequately support) kesimpulan atau
memberi bukti (provide evidence for) bagi
kesimpulan yang diambil.
Satu argumentasi tidak mungkin valid sekaligus
tidak valid

• Satu argumen menjadi valid jika dan hanya jika menjadi tidak
mungkin apabila premis-premisnya benar namun kesimpulannya
salah (An argument is valid if and only if it is not possible that all
of its premises are true and its conclusion is false).

• Satu argument menjadi tidak valid jika dan hanya jika, mungkin
bahwa semua premisnya adalah benar dan kesimpulannya
adalah salah (An argument is invalid if and only if it is possible
that all of its premises are true and its conclusion is false).
Contoh argumentasi penalarannya valid/tidak
valid

Semua elang adalah burung.


Elang botak adalah elang. VALID
Maka, elang botak adalah burung.

Semua elang adalah burung.


Garuda adalah burung. INVALID
Maka, Garuda adalah elang.
Langkah menguji penalaran
1. Apa yang akan ditegaskan, atau apa pokok pernyataan
(statemen) yang diajukan? Ini kemudian kita sebut
“kesimpulan”.
2. Atas dasar apa sampai pada kesimpulan tersebut? Apa
titik pangkalnya? Apa alasan-alasannya? Istilah teknisnya
kemudian kita sebut “premis-premisnya”.
3. Bagaimana jalan pikiran yang mengaitkan alasan-alasan
yang diajukan dan kesimpulan yang ditarik? Bagaimana
langkah-langkahnya? Apakah kesimpulan itu “sah”
(memang dapat ditarik dari alasan-alasan itu?)
4. Apakah kesimpulan itu benar? Apakah pasti? Atau hanya
mungkin benar? Sangat mungkin tidak benar?
Langkah menguji penalaran

Seorang anak tenggelam di sungai; dalam keadaan


pingsan ia ditarik keluar dari air. Tetangga yang
melihatnya berkata, “Ia tidak bernafas lagi.” Ibunya
mulai menangis, “Anakku mati!”
Dirumuskan secara singkat: “Ia tidak bernafas lagi.
Berarti (jadi) ia mati”.
Penalarannya adalah sebagai berikut:
Pokok pernyataan/kesimpulan
Ia = mati
Alasan/premis
Ia = tidak bernafas lagi
Hubungan
karena ia tidak bernafas lagi, maka ia dikatakan sudah mati.
Titik pangkal
(yang secara implisit menjadi landasan untuk menarik
kesimpulan “Ia sudah mati”)

Barangsiapa yang sudah tidak bernafas lagi, berarti ia sudah


mati. Bernafas adalah tanda hidup, maka bila sudah tidak bernafas
= mati
Analisis lebih lanjut:
• Apakah kesimpulan tersebut benar? Apakah pasti? Kalau tidak,
mengapa? Apakah titik pangkalnya tepat? Apakah alasannya cukup kuat?
Apakah jalan pikirannya logis?
• Alasan sebenarnya mengapa “ia dikatakan mati (kesimpulan)” adalah:
hubungan antara tidak bernafas lagi dan mati. Hubungan tersebut tidak
dutarakan secara eksplisit, tetapi secara implisit (diam-diam).
• Jika kebenaran kesimpulan disangsikan, maka yang dipersoalkan bukan
apakah benar “ia tidak bernafas lagi”, melainkan apakah “tidak bernafas
lagi itu sudah pasti berarti mati?”
– Yang sudah mati jelas tidak bernafas (lagi), tetapi apakah “tidak
bernafas lagi” itu dengan sendirinya berarti “sudah mati”? Belum
tentu, tergantung pada berbagai hal, antara lain berapa lama ia tidak
bernafas lagi.
– Jadi, kesimpulan bahwa ia sudah mati hanya benar jika “tidak bernafas
lagi” itu benar-benar berarti “mati”.
Terapkan penalaran tersebut dalam proses
mengerjakan proyek kelompok

• Kelompok dapat mempertimbangkan poin-poin


tersebut/diatas dalam proses mengerjakan proyek
kelompok, khususnya pada saat mempertajam ide,
menuliskan proposal dan menuliskan laporan.
• Cobalah menerapkan proses bernalar tersebut dalam
kelompok
Terima
kasih!

Anda mungkin juga menyukai