Anda di halaman 1dari 28

Wafi Nur Muslihatun

PENALARAN ILMIAH SEBAGAI DASAR


PENGEMBANGAN ILMU DAN SIKAP
ILMIAH
APA BEDA
PENGETAHUAN DAN
ILMU PENGETAHUAN?
Pengetahuan (Knowledge)

Segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh


dari persentuhan panca indera terhadap
objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya
merupakan hasil dari proses melihat,
mendengar, merasakan, dan berfikir yang
menjadi dasar manusia dan bersikap dan
bertindak
 hasil tahu  sekedar menjawab “what”
Ilmu (Science)

 Tidak hanya menjawab “what” tetapi


menjawab “Why and How”
 Pengetahuan berkembang menjadi ilmu bila
memenuhi empat kriteria:
 Mempunyai objek kajian
 Mempunyai metode/pendekatan ilmiah
 Disusun sistematik
 Bersifat universal (mendapat pengakuan umum)
Ilmu Pengetahuan

Seluruh usaha sadar untuk menemukan,


menyelidiki dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai bentuk kenyataan
dalam alam manusia.
Pendekatan Ilmiah

 Kegiatan penelitian didasarkan ciri-ciri


keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis
(karakteristik ilmiah).
 Rasional berarti cara yang digunakan masuk akal,
sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
 Empiris berarti cara yang dilakukan dapat diamati
oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat
mengetahui cara yang digunakan
 Sistematis berarti proses yang digunakan
menggunakan langkah-langkah yang bersifat logis.
ILMU TEKNOLOGI
Fenomena
• Alam
- Teori ? • Sosial
- Fakta Empiris • Budaya

Tesis Masalah

Kerangka Teori
(Kepustakaan, dll)

Rasionalisme Kerangka Konsep


(Peneliti)

Empirisme Hipotesis
 Manusia mengembangkan pengetahuan
berdasarkan dua hal pokok:
 Bahasa/pengalaman indrawi
 Penalaran
 Penalaran (reasoning) merupakan proses
berpikir untuk menemukan
kebenaran/mengambil kesimpulan
 Berpikir logik/rasional
 Berpikir analitik/empiris
 Proses penalaran:
 Menyusun premis (pernyataan sebagai dasr untuk
membuat kesimpulan)
 Menentukan kesimpulan atas dasar hubungan premis-
premis
 Contoh:
 Premis:
 Logam 1 (besi) dipanasi, memuai
 Logam 2 (aluminium) dipanasi, memuai
 Logam 3 (emas) dipanasi, memuai
 Kesimpulan: semua logam dipanasi akan memuai
PROSES BERPIKIR BERDASARKAN PREMIS YANG BENAR AKAN
MENGHASILKAN KESIMPULAN YANG BENAR
Penalaran

 Deduktif
 Induktif
 Gabungan deduktif dan induktif
Penalaran Deduktif (Deductive reasoning)

 Penalaran yang berpangkal dari KAIDAH UMUM


untuk menyusun penjelasan suatu KEJADIAN
KHUSUS
 Asumsi umum diterapkan pada hal khusus
 Bentuk penalaran deduktif umumnya berupa
penarikan kesimpulan secara SILOGISME
 Silogisme adalah membandingkan suatu
permasalahan (premis minor) dengan pendapat
tertentu yang sudah diakui kebenarannya (premis
mayor)
 Contoh penalaran deduktif:
 Premis mayor: semua ibu hamil akan mengalami
penambahan berat badan
 Premis minor: bu Dwika adalah ibu hamil
 Kesimpulan: bu Dwika mengalami penambahan
berat badan

KESIMPULAN DEDUKTIF hanya benar jika kaidah umum


yang dipakai sabagi pangkal tolak itu benar.
 Kelemahan penalaran deduktif: tidak
menghasilkan pendapat/teori baru karena
sudah terangkum dalam kaidah umum yang
sudah ada  tidak banyak diterapkan dalam
pengembangan ilmu
 Kelebihan: kebenran lebih pasti
Penalaran Induksi (Inductive Reasoning)

 Penalaran berpangkal pada sejumlah fakta untuk menyusun


suatu kaidah yang berlaku umum
 Membuat kesimpulan umum berdasarkan pengamatan,
data, fakta spesifik untuk generalisasi
 Contoh:
 Ibu hamil yang diberikan suplemen tambah darah, kadar Hb
meningkat
 Remaja yang diberikan suplemen tambah darah, kadar Hb
meningkat
 Balita yang diberikan suplemen tambah darah, kadar Hb meningkat
Kesimpulan: individu yang diberikan suplemen tambah darah, kadar
Hb meningkat
 Kelemahan penalaran induktif:
 Tidak ada konklusi yang mempunyai kebenaran
pasti (kurang dapat dipercaya) karena
keterbatasan fakta
 Kelebihan:
 Banyak digunakan dalam pengembangan ilmu
berdasarkan fakta empirik berupa temuan baru
 Dapat menghasilkan pengetahuan baru, tidak
hanya berdasarkan teori yang sudah ada
Penalaran gabungan deduktif dan
induktif
 Ciri khas metode ilmiah  terdapat hipotesis
yang akan diuji
 Dalam menyusun teori keilmuan tentang
alam dan isinya, manusia menggunakan
kombinasi deduktif dan induktif dan
dijembatani dengan pengujian hipotesis 
DEDUKTO-HIPOTETICO-VERIFIKATIF
PENENTUAN MASALAH:
 Identifikasi dan
MASALAH Perumusan Masalah
 Tujuan Penelitian
 Kegunaan Penelitian

PENYUSUNAN KERANGKA
KAJIAN TEORITIS BERDASAR:
TEORI  Teori2 yg berkaitan
 Penelitian2 yg relevan
PENALARAN (MELALUI STUDI PUSTAKA)
DEDUKSI
PENYUSUNAN HIPOTESIS
BERDASAR KERANGKA
HIPOTESIS TEORITIS

PENGUJIAN HIPOTESIS
PENGUJIAN (PERCOBAAN/PENGAMATAN)
HIPOTESIS  Teknik Pengumpulan data
 Teknik Analisis data
PENALARAN
INDUKSI
HASIL PERCOBAAN:
HASIL  Hasil Penelitian
PENELITIAN  Penafsiran/Pembahasan
 Kesimpulan 17
Proses Penelitian

DEDUCTO HIPOTETIKO VERIFIKATIVE


1. Perumusan Masalah
2. Penyusunan Kerangka teori DEDUKTIF
3. Perumusan Hipotesis

4. Pengujian hipotesis INDUKTIF


5. Penarikan kesimpulan
Logical fallacies

 Suatu kesalahan dalam menyusun logika


berpikir yang tepat dalam sebuah argumen
 Kesalahan dalam penalaran atau argumen
yang mengarah pada kesimpulan yang
terlihat benar padahal sebenarnya salah
(American Psychological Association)
 Kesalahan dalam penalaran umumnya bisa
dibuktikan dengan fakta ilmiah
1. Slipperry slope argument

 Argumen yang menyimpulkan bahwa jika suatu


tindakan yang diambil, maka konsekuensi negatif
lainnya akan mengikuti.
 Merupakan suatu kesalahan berpikir mengenai sebab
akibat. 
 Contoh “Kalau kamu ngasih makanan satu orang,
maka kamu juga harus memberikan makanan kepada
semua orang.” Hal inilah yang merupakan bentuk
kesesatan berpikir yang harus diwaspadai. Sebab, tak
selamanya kita harus menyenangkan semua orang.
2. Circular argument

 Kesalahan berpikir yang membawa ke dalam


proses adu argumen yang akan terus
berputar-putar dan tidak ada habisnya.
 Contoh berdebat antara telur dan ayam,
mana yang lebih dulu ada?
 Argumennya akan terus berputar-putar di
sana tanpa ada opini lain yang menguatkan.
3. Hasty generalization

 Kesalahan berpikir yang terjadi ketika seseorang


membuat asumsi mengenai suatu hal berdasarkan
contoh yang kurang memadai atau secara terburu-buru.
 Contohnya, dalam suatu kelompok, lebih dari dua orang
mengatakan bahwa kelas biokimia sangat sulit untuk
diikuti. Dengan begitu, anggota kelompok lainnya akan
beranggapan yang serupa mengenai kelas biokimia”.
 Padahal pengalaman dari orang yang mengikuti kelas
biokimia di kelompok tersebut, tak cukup dijadikan
dasar dalam penarikan kesimpulan. 
4. Ad hominem

 Kesalahan berpikir yang menyerang kebenaran


dengan mengungkit atau menunjukkan sisi negatif
dari lawan bicara, tanpa memberikan bentuk bukti.
 Menyerang pribadi oleh orang yang suka
melontarkan sebuah argumen atau ad hominem
termasuk sebagai salah satu. Cara ini kerap sering
dilakukan dengan tujuan untuk melemahkan
argumen dari lawan bicaranya.
 Contoh, “Kamu siapa? Ga ngerti apa-apa kok sudah
main ngejelekin orang lain! “
5. Ad Ignoratorium

 Seseorang membuat anggapan tertentu pada


satu objek, kemudian membuat kesimpulan
yang sama pada objek lain yang ada di
komunitas objek pertama
 Contoh: Mahasiswa X angkatan 8, tidak suka
pada mahasiswa Y angkatan 9 karena
masalah pribadi. X menganggap semua
mahasiswa angkatan 9 kumpulan orang
bermasalah dan berkepribadian buruk
6. Argumen ad populum (bandwagon fallacy)

 Jika semua orang melakukan, pasti hal


tersebut benar
 Contoh: berjemur dapat meningkatkan
imunitas dan mempercepat kesembuhan dari
covid 19
7. Strawman Fallacy

 Salahsatu pihak membuat kesimpulan


argumen lawan bicaranya dengan pola pikir
yang salah  kesalahpahaman
 Contoh: percakapan suami istri, laki-laki
bilang capek ingin istirahat dulu! Istri
menganggap suami egois dan tidak sayang
lagi!
8. The Fallacy-fallacy

 Terjadi saat ada klaim yang salah dan menarik


kesimpulan secara salah juga, sehingga orang
menginterpretasikannya secara salah juga.
 Atau pernyataan tentang sesuatu hal itu benar
namun mengambil kesimpulan secara keliru, maka
klaim atas kesatuan hal tersebut menjadi salah.
 Contoh:
 “Pemerintah berkata bahwa kita harus tidak korupsi itu
keren. Rakyat kemudian berasumsi bahwa lebih baik
korupsi saja karena tidak peduli mau keren atau tidak,
yang penting kita kaya.

Anda mungkin juga menyukai