Anda di halaman 1dari 36

METODE KEILMUAN

(SCIENTIFIC Method)
Rasionalisme & Empirisme

Dua pendekatan Keilmuan


• Rasionalisme :Penalaran adalah sumber
pengetahuan terlepas dari pengalaman
manusia (Reason is the source of knowledge)
• Empirisme : pengetahuan didapat dari
pengalaman dengan panca indera
(Knowledge comes through experiencing with
the senses)
Sukar mendapatkan konsensus
kebenaran (Yang benar bagi si A belum
tentu benar bagi si B)

Masalah Rasionalisme dapat menyebabkan


solipsism (pengetahuan yang benar
Pendekatan menurut anggapan masing-masing).
Berpikir
Menurut pandangan
Rasionalisme empirisme (lawan dari
“Pengetahuan tidak secara
apriori dalam benak kita,
melainkan harus diperoleh dari
rasionalisme): pengalaman”

:
Francis Bacon “Semua kekacauan dalam ilmu
disebabkan manusia terlalu
(pelopor kaum mendewakan kekuatan berpikir
dan melupakan alam yang
empirisme): sebenarnya dapat memberikan
pengetahuan yang benar”
• Gejala dari pengalaman (semua pengamatan dan
data), baru punya arti, jika kita memberikan tafsiran
Masalah terhadap gejala tersebut.
• Tidak ada jaminan, data didapatkan secara benar
pendekatan • Charles Darwin: ‘ Tanpa penafsiran, alam akan
mendustai kita
berpikir • Dengan hanya menggunakan pendekatan empiris
Empirisme akan gagal menemukan pengetahuan yang benar.
• Karena itu, data-data empiric harus ditafsirkan
dengan menggunakan logika (pendekatan rasional)
• Ilmu didapatkan melalui metode keilmuan.
• Syarat agar diperoleh pengetahuan ilmiah adalah
diperoleh dengan metode keilmuan
• Gabungan antara pendekatan rasionalism dan
empirisme membentuk metode keilmuan yang
Metode handal (metode ilmiah)
• Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang
Keilmuan koheren (konsisten dengan system pengetahuan
yang tersusun) dan logis (mengikuti kaidah logika)
• Empirisme memberikan kerangka pengujian dalam
memastikan suatu kebenaran.
• Benar secara keilmuan, berarti didukung oleh fakta-
fakta empirik.
• Metode berbeda dengan
metodologi keilmuan
• Metode merupakan suatu
prosedur/langkah/cara/sistemat
ikan untuk mengetahui sesuatu.
• Metodologi merupakan kajian
terhadap kaidah-kaidah dalam
metode keilmuan (bagian dari
epistimologi)
PENALARAN DALAM METODE
KEILMUAN
• Metode keilmuan menggabungkan dua
pola penalaran :
Penalaran induktif (Inductive
Reasoning) dan
Penalaran deduktif (Deductive
Reasoning)
• Metode ilmiah dikenal juga sebagai
proses: Logico-Hypothetico- Verifikatif
• Perumusan hipotesis melibatkan logika
deduktif, sedangkan pengujian (verifikasi)
hipotesis yang melibatkan logika induktif
• Tyndall ; Metode ilmiah
merupakan perkawinan yang
berkesinambungan antara
deduksi dan induksi
• Penalaran Induktif :
 Penarikan kesimpulan umum dari kasus kasus individual (Khusus
Umum).
 Penalaran dari kasus-kasus spesifik menuju kesimpulan umum,
namun kesimpulan masih mengandung ketidak-pastian.
• Penalaran Deduktif :
 Penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
kebenarannya telah dipastikan.
 Penalaran dimulai dari premis umum, yakni prinsip yang telah
diketahui menuju kesimpulan spesifik yang pasti.
 Logika berperan penting dalam proses deduksi
DEDUKSI INDUKSI
• Dikenal sebagai logika formal (silogisme)
• Dikenal sebagai logika informal atau
• Penalaran deduktif bergerak dari umum ke khusus
argument sehari-hari
(spesifik).
• Penalaran induktif bergerak dari khusus
• Melibatkan penalaran dari premis-premis yang
(spesifik) ke umum.
telah dipandang sebagai kebenaran, menuju
kesimpulan yang pasti. • Melibatkan inferensi tidak pasti, berbasis
penalaran probabilistic
• Kesimpulan yg diperoleh mengikuti premis-premis.
Jika “semua A ialah B” (premis mayor) dan “semua • Kesimpulan tidak mesti mengikuti premis
B adalah C” (premis minor), maka semua C adalah premis sebagaimana penalaran deduktif.
A (kesimpulan/silogisme) • Kesimpulan yang didapat bersifat boleh jadi,
• Kesimpulan dari deduksi bersifat pasti, tidak masuk akal, dapat dipercaya, dapat diterima
melibatkan peluang dan ketidakpastian • Inferensi induktif cocok untuk penelitian
• Inferensi deduktif cocok untuk penelitian teoritik empiric (empirical research), yaitu penelitian
(theoretical research), yaitu penelitian konfirmatori eksploratori  membangun teori
(untuk menguji kebenaran teori). berdasarkan fakta empiric.
• Penalaran induktif bersifat empiris, menarik kesimpulan bagi keseluruhan, setelah
kita memeriksa beberapa darinya
• Penalaran deduktif memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Contoh penalaran deduktif (dengan logika formal/silogisme):


Bila semua logam dipanaskan, maka akan memuai
dan bila X adalah sebatang logam, maka ketika X dipanaskan akan memuai.
“Semua logam dipanaskan memuai” disebut premis mayor
‘” X adalah sebatang logam” disebut premis minor
“ Oleh karena itu, X bila dipanaskan akan memuai disebut kesimpulan
(konsekuensi logis dari dua buah premis di atas .

Berdasarkan teori korespondensi*: suatu pernyataan dianggap benar jika sesuai


(berkorespondensi) dengan fakta.
1. Konsisten dengan teori- Logika Ilmiah
teori sebelumnya. Tidak merupakan
Syarat utama kontradiksi dengan teori gabungan dari
Teori Ilmiah ilmiah secara keseluruhan logika induktif
(Teori koherensi tentang
kebenaran) dan deduktif,
dimana
2. Cocok dengan fakta-fakta rasionalisme
empiris (Teori
korespondensi tentang dan empirisme
kebenaran bersinergi
• Sebelum teruji kebenarannya secara empiric,
semua penjelasan rasional yang dikemukakan
bersifat hipotetical, atau statusnya sebagai
hipotesis
• Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban
HIPOTESIS sementara terhadap masalah yang dihadapi
• Hipotesis berfungsi sebagai penunjuk jalan
dalam merancang dan melakukan eksperimen
• Hipotesis disusun secara deduktif dengan
menggunakan premis-premis dari pengetahuan
ilmiah sebelumnya.
1. Observasi untuk menemukan masalah
2. Identifikasi dan Perumusan masalah
3. Penyusunan Kerangka berpikir dalam
Tahap-tahap pengajuan hipotesis
4. Perumusan hipotesis
metode 5. Pengujian hipotesis  perencanaan dan
keilmuan pelaksanaan penelitian untuk pengumpulan
data
6. Pengolahan, analisis data, interpretasi data
7. Penarikan Kesimpulan
• Pengujian hipotesis sebagai proses falsifikasi
dengan mencari bukti yang kontra.
Pandangan • Satu bantahan saja cukup untuk menggugurkan
Karl Proper teori
• Tiap pernyataan teoritis harus disusun
(1902 – 1994) sedemikian rupa, sehingga seluas mungkin
terbuka untuk perbaikan-perbaikan
Metode ilmiah, penting Perbedaan metode ilmiah
bukan hanya dalam dari metode-metode
penemuan (discovery) Laporan penelitian ilmiah pengetahuan lainnya adalah
pengetahuan, melainkan juga perlu sistematik hakikat metode ilmiah yang
dalam mengkomunikasikan bersifat sistematik dan
penemuan ilmiah. eksplisit

Sifat eksplisit memungkinkan


komunikasi ilmiah Metode ilmiah tidak dapat Metode ilmiah membuat
berlangsung secara intensif diterapkan kepada demakarsi antara Science dan
di kalangan komunitas pengetahuan non ilmiah. NonScience.
ilmuwan
HAKEKAT
SAINS
Dr. Ida Farida, M.Pd.
WHAT IS SCIENCE ?
• Sains (Science) , berasal dari kata Latin Scire (to Know)
• Sains adalah pengetahuan tentang fenomena alam yang
bersifat kuantitatif, dapat diuji dan obyektif
• Sains adalah pengetahuan berbasis fakta dan prinsip yang
bertujuan menjelaskan fenomena alam di sekitar kita
• Sains ialah cara mengetahui yang berbasis bukti, observasi dan
eksperimen serta interpretasi terhadap bukti itu proses
inkuiri  scientific methods
• Science is what scientists do
• Longman dictionary: ‘Knowledge about the world, especially
based on examination and testing and on facts that can be
proved’
• Sains dikembangkan melalui proses scientific inqury (inkuiri
ilmiah)
Sains dilandasi anggapan:

1)kejadian di alam semesta terjadi di dalam pola-pola yang konsisten


dapat dipahami melalui studi yang sistematis dan seksama.
2)Dengan menggunakan akal dan logika serta bantuan instrument (alat
pengumpul data empiris) pola-pola di alam semesta dapat ditemukan
3)Alam semesta adalah suatu sistim tunggal yang mempunyai prinsip
dasarnya sama di manapun.
4)Pengetahuan yang diperoleh dari satu bagian dari alam semesta dapat
digunakan untuk bagian lain.
Scientific Inquiry (Inkuiri Ilmiah)

Pada hakekatnya berbagai disiplin ilmiah sama dalam hal :


 meyakini adanya satu kejadian menggunakan hipotesis, teori dan logika.
Namun demikian para saintis dapat berbeda dalam hal :
 fenomena yang diselidiki dan cara melakukan kerjanya ;
 keyakinan mereka terhadap data historis atau temuan eksperimen ;
 metode kualitatif dan kuantitatif ;
 sumber yang menjadi prinsip dasar ;
 berapa banyak menggunakan temuan dari ilmu lainnya.
Sains menuntut adanya fakta-fakta

Sains memadukan logika dan imajinasi


PRINSIP
UMUM Sains memberikan eksplanasi dan prediksi.
INKUIRI/KE
RJA ILMIAH Sains berusaha mengidentifikasi dan
menghindari bias

Sains tidak menganut paham kepatuhan


mutlak
Produ
STRUKT k
Proses
UR
SAINS
Sikap
TIGA DIMENSI
SAINS
Konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum,
dan teori-teori di dalam sains merupakan hasil
PRODUK rekaan manusia yang digunakan untuk Pengetahuan/
memahami dan menjelaskan berbagai Kognitif
fenomena yang terjadi di alam.

Metode untuk memperoleh pengetahuan itu


disebut metode ilmiah. Kerja/
PROSES Metode ini dalam IPA merupakan gabungan Inkuiri
antara metode induktif dan metode deduktif Ilmiah
 Inkuiri Ilmiah

Dimensi sikap ilmiah adalah berbagai


keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus Pembentuk
SIKAP dipertahankan oleh seorang ilmuwan an Sikap
khususnya ketika mencari atau Ilmiah
mengembangkan pengetahuan baru
STRUKTUR SAINS
PRODUK SAINS PROSES SAINS SIKAP ILMIAH

• FAKTA • MENGAMATI  CURIOSITY


• DATA • MENGUMPULKAN DATA  SKEPTISISME
• KONSEP • MEREDUKSI DATA  OPEN MINDEDNESS
• PRINSIP/AZAS
• MENAFSIRKAN DATA  RESPONSIBILITY
• MEMPREDIKSI
• TEORI  SELF CRITISM
• INTERPOLASI
• MODEL • EKSTRAPOLASI
 SELF DISCIPLINE
• HUKUM-HUKUM • MENGKLASIFIKASI  DILIGENCE (Ketekunan)
SAINS • BERHIPOTESIS  ACCURACY (Ketelitian)
 HONESTY, dll
• BEREKSPERIMEN
• INFERING
FAKTA DAN DATA
FAKTA DATA
◦ Peristiwa yang terjadi dan teramati ◦ Informasi dari fakta-fakta yang dikondisikan,
sama oleh para pengamat seringkali dikuantifikasikan (kuantitatif) yang
◦ Fakta bersifat obyektif (tidak dipandang relevan bagi suatu penyelidikan
mengandung bias pribadi) dan dikumpulkan dalam kondisi-kondisi
tertentu
◦ Sains berlandaskan fakta
◦ No personal bias objective.

Bedakan antara fakta dan opini !


Untuk mendapatkan data yang akurat, fakta-fakta diobservasi dengan :
1)Menggunakan panca indera dan instrumen yang relevan
2)Dilakukan dalam setting alami (misalnya ; di hutan) atau di
laboratorium
3)Mengobsevasi secara pasif atau aktif (memanipulasi obyek yang
diteliti)
4)Pengontrolan kondisi atau variabel yang berpengaruh (mis : suhu,
konsentrasi).
Namun pengontrolan variabel sulit dilakukan bila studi misalnya
berkaitan dengan bintang-bintang dan manusia.
KONSEP
◦ Suatu abstraksi gagasan, obyek atau peristiwa yang dikonstruksi secara mental
dengan melibatkan hubungan antar konsep (relational concepts) dan
mengelompokkan obyek, merespon obyek tersebut berdasarkan kesamaaannya
dan kemudian memberinya label (concept by definition)
◦ Secara umum ada dua jenis konsep:
◦ Konsep berdasarkan pengamatan (Concept by inspection)
◦ Konsep berdasarkan definisi (Concept by definition)  Teoritikal konsep
◦ Ada 8 jenis konsep kimia menurut Herron (1997):
◦ Konsep Abstrak, Konsp abstrak contoh kongkrit, Konsep kongkrit, konsep berdasarkan
prinsip, konsep yang menyatakan symbol, Konsep yang menyatakan nama proses, Konsep
yang menyatakan ukuran atribut, konsep yang menyatakan sifat dan nama atribut.
PRINSIP/AZAS (Scientific
Principle)
◦ Suatu pernyataan yang memprediksi hubungan antar konsep
◦ Prinsip empiris merujuk pada konsep berdasarkan observasi, dan tidak
memberikan penjelasan untuk hubungan yang diprediksi.
◦ Prinsip teoritik merujuk pada konsep teoritik dan menyediakan penjelasan
untuk hubungan yang diprediksi

Contoh :
◦ Prinsip (Azas) Le Chatelier
◦ Prinsip Larangan Paulli
TEORI
◦ Eksplanasi (penjelasan) beralasan terhadap fenomena yang diamati
dan temuan-temuan eksperimen
◦ Teori merupakan system penalaran yang dikonstruksi berdasarkan
asumsi-asumsi yang diterima
◦ Menjawab “ mengapa”
◦ Digunakan untuk memprediksi fakta-fakta baru
◦ Dapat diubah atau dimodifikasi dengan menggunakan bukti-bukti
baru (bersifat Tentatif)
◦ Teori dapat diturunkan dari hipotesis yang telah terverifikasi
kebenarannya
Teori
◦ Teori merupakan seperangkat proposisi. Dengan proposisi-proposisi
itu ihwal apa dan mengapa tentang suatu fenomena dapat diterangkan
secara logis.

◦ Fungsi teori: Mendeskripsikan, menerangkan, dan memprediksi


fenomena.

◦ Jenis teori: Teori deskriptif, teori eksplanatori, dan teori prediktif

29
HUKUM-HUKUM SAINS
(Scientific Laws)
◦ Mendeskripsikan apa yang terjadi
◦ Menggambarkan ‘bagaimana’
◦ Merangkum hasil observasi
◦ Diungkapkan dengan menggunakan bilangan dan persamaan (rumus)
matematis
◦ Representasi (penggambaran/cara penyajian) dari suatu
obyek atau peristiwa yang merujuk pada teori tertentu
◦ Dibuat untuk mengkonkritkan atau memvisualisasikan,
sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik
◦ Sering dipakai jika obyek real nya, terlalu besar, terlalu
MODEL
kecil atau terlalu rumit (disederhanakan).
◦ Berwujud dalam bentuk: Model fisik, diagram, model
komputer
◦ Mengamati: Menggunakan indera secara intensif untuk memperoleh
informasi
◦ Mengumpulkan data: cara memperoleh informasi yang relevan tentang
obyek yang diteliti dengan menggunakan alat pengumpul data (instrument)
dan teknik tertentu
◦ Mereduksi data: mengaplikasikan teknik statistika yang dirancang untuk
mengungkap pola-pola data
◦ Menafsirkan data: menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan
pola atau keteraturan dari satu seri pengamatan tentang kecenderungan data
ASPEK PROSES
◦ Memprediksi : memperkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan
suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada
SAINS
• Interpolasi: mengestimasi nilai-nilai antara diantara titik-titik yang telah
diketahui
• Ekstrapolasi: mengestimasi nilai-nilai di luar rentang data yang tersedia.
◦ Mengklasifikasi: Menggolongkan obyek, gagasan, dan peristiwa
berdasarkan kriteria yang dipikirkan paling sesuai dengan tujuan
penyelidikan (mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara
berbagai objek yang diamati untuk dikelompokkan berdasarkan
kriteria yang ditetapkan)
◦ Berhipotesis: Menyusun jawaban sementara atau dugaan tentang
permasalahan berdasarkan premis-premis/ teoritik yang dirujuk
◦ Bereksperimen: merencanakan, melaksanakan dan menganalisi
data-data hasil eksperimen
◦ Inferensi (Inferring): proses penarikan kesimpulan sementara
berdasarkan data yang tersedia.
◦ Biological sciences : Ilmu-ilmu hayat mencakup a.l :
Zoology, Botany, Ecology ..
◦ Physical Sciences: Ilmu tentang materi dan energy,
mencakup : Physics and Chemistry
◦ Earth and space Science: Ilmu tentang system bumi dan
alam semesta, mencakup, a.l: Geology, Meteorology,
Astronomy Bidang-bidang
Integrasi antar bidang Sains :
• Biokimia Sains
• Biofisika
• Kimia Fisika
• Geokimia
• Geofisika
• Astrofisika
◦ Sains Murni (pure science): menggali pengetahuan tanpa
memandang kemungkinan aplikasi praktisnya
◦ Sains Terapan (Apllied Science): mengkaji aplikasi
penegetahuan sains bagi lepentingan praktis
◦ Teknologi : Aplikasi pengetahuan sains terapan dalam
Sains Murni,
skala industry untuk menghasilkan produk-produk
komersial. Sains Terapan
◦ Keterkaitan sains dan teknologi: Teknologi
mengembangkan instrument baru untuk melakukan
dan Teknologi
penyelidikan terhadap fenomena alam. Sebaliknya temuan
baru dalam sains membuka kemungkinan berkembangnya
teknologi baru
 Etika sains merupakan salah satu bidang etika yang berbicara masalah-
masalah etis dalam penelitian dan aplikasi sains.
 Tugas etika sains adalah memberikan pertimbangan rasional tentang
dilemma dilemma etis yang berhubungan dengan penelitian dan
aplikasi sains.
 Thomas Kuhn & Michael Polanyi:
◦ Pengetahuan ilmiah tidak pernah netral, tetapi selalu bertumbuh
dalam konteks sosial, personal, ekonomi dan politik.
◦ Perasaan, keinginan kepentingan pribadi, sosial-budaya ikut
mewarnai dan mendorong penelitian ilmiah, misalnya: 1)
ETIKA SAINS
kepentingan etis religious dan minat ilmuwan; 2) nilai dan
kepentingan lembaga, 3) nilai dan ideologi.
 Kaidah-kaidah etika perlu digunakan dalam: 1) menentukan obyek
penelitian; 2) penerapan pengetahuan agar tidak terjadi kemunculan
dampak negative dari riset sains di masyarakat (kerusakan lingkungan
dan dehumanisasi)  PARADOKS SAINS

Anda mungkin juga menyukai