Anda di halaman 1dari 21

LOGIKA DEDUKSI VS

INDUKSI
Hamim Sudarsono
Logika
• Logika adalah ilmu evaluasi argumen yang mencakup Pernyataan deduktif merupakan
metode dan kriteria untuk menilai keandalannya. pernyataan yang sangat logis, tetapi
kebenarannya dipengaruhi oleh
• Argumen: sekelompok pernyataan terdiri dari bukti
keabsahan dari pernyataan
dan kesimpulan. premisnya.
• Pernyataan bukti disebut premis yang menjadi dasar
untuk menarik suatu kesimpulan.

Suatu hipotesis sesungguhnya


Semua A adalah B (premis 1) tidak pernah dibuktikan
PREMIS sepenuhnya karena selalu ada
Semua B adalah C (premis 2) kemungkinan suatu premis bisa
Oleh karena itu, semua A adalah C KESIMPULAN salah (Shuttleworth, 2008).
ARGUMEN INDUKTIF
Sering kali suatu induksi ilmiah tidak melibatkan generalisasi
dari perilaku sampel yang terpilih dari populasi …
…… namun argumen induktif berikut ini berawal dari argumen
bersifat umum ke khusus:

Meskipun banyak percobaan telah dilakukan sebelumnya,


tidak pernah diperoleh hasil yang memperlihatkan hubungan
antara variabel X dan Y. Oleh karena itu, penelitian ini tidak
mungkin menunjukkan hubungan antara X dan Y.
ARGUMEN DEDUKTIF
• Dalam argumen deduktif, kesimpulan harus selalu berdasarkan kepada premis yang ada;
(argumen induktif: kesimpulan mungkin berasal dari premisnya).
• Dalam argumen deduktif yang valid, jika premis benar, maka kesimpulan pasti benar.
(argumen induktif dinilai sebagai kuat atau lemah berdasarkan seberapa besar
kemungkinan premis menyiratkan kesimpulan yang benar).
• Argumen statistika selalu bersifat induktif.

Argumen berikut ini merupakan induktif


kuat tetapi merupakan deduktif yang tidak Standar yang berbeda diterapkan antara
valid: argumen deduktif dan induktif.

Tidak ada orang yang pernah hidup Argumen deduktif dinilai sah atau tidak
lebih dari 150 tahun. sah oleh standar hitam atau putih.
Oleh karena itu saya akan mati
sebelum usia 150 tahun.
DEDUKSI VS INDUKSI
• Perbedaan: deduksi bersifat pasti, sedangkan induksi bersifat terbatas dan tidak
pasti.

• Argumen deduktif maupun induktif dievaluasi dalam prosedur


dua langkah untuk memastikan dua hal, yaitu:
(1) apakah kesimpulan mengikuti premisnya;
(2) apakah premisnya benar.

Urutan kedua langkah tidak penting, biasanya yang ditempatkan pada bagian awal
adalah pertanyaan yang jawabannya lebih meragukan.

➢ Perbedaan antara induksi dan deduksi terletak pada hasil evaluasinya, yaitu
apakah kesimpulan mengikuti premisnya atau tidak.

➢ Terdapat dua kesalahan umum yang sering terjadi, yaitu pemahaman bahwa:
(1) deduksi ilmiah lebih unggul daripada induksi;
(2) bahwa induksi ilmiah lebih unggul daripada deduksi.
DESCARTES VS BACON

Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa kemajuan ilmiah yang pesat


terjadi ketika para ilmuwan menyadari bahwa deduksi dan induksi
keduanya merupakan aspek penting dari ilmu pengetahuan.
Descartes
Francis Bacon
Ilmu harus Namun demikian, perdebatan terus berlangsung
karena kesalahpahaman. Mayoritas
terbatas pada
penemuan-
hasil penalaran
penemuan ilmiah
deduktif.
Para ilmuwan teoritis lebih menyukai penalaran deduktif dan yang empiris
ilmuwan empiris lebih senang dengan penalaran induktif. merupakan
Namun demikian, pada akhirnya pilihan yang diambil oleh generalisasi
ilmuwan lebih berdasarkan kepada selera daripada induktif.
keunggulannya (Jarrard, 2001).
LOGIKA DEDUKTIF
semua A adalah B, Logika deduktif menggunakan simbol '∴’ = 'karena itu'.
tidak B,
Pernyataan premis: karena, oleh karena, mengingat bahwa, seperti
∴ tidak A.
yang ditunjukkan oleh, dalam hal itu.

Kesimpulan: oleh karena itu, akibatnya, dengan demikian, sesuai,


maka, sehingga, sebagai hasilnya, berikut bahwa, . . . dan sebagainya.

Dalam bahasa sehari-hari, seringkali suatu premis yang jelas justru dihilangkan
dari sebuah argumen.

Contoh:
Publish or perish! (Jika seorang ilmuwan tidak mempublikasikan karyanya
maka ia akan perish “mati”).
ARGUMEN LENGKAPNYA:
'semua ilmuwan sukses telah mempublikasikan makalahnya’
'menganggap seseorang yang tidak mempublikasikan makalah’.

Kesimpulannya adalah 'Seseorang itu (yang tidak mempublikasikan


makalahnya) bukan ilmuwan yang sukses'.
CONTOH ARGUMEN
Periksalah argumen berikut ini dan identifikasi mana premis, kesimpulan, dan pernyataan
yang tidak diperlukan.

Mengapa saya harus belajar sejarah? Saya seorang ilmuwan, saya sudah melakukannya
lebih dari cukup, saya tidak suka sejarah, dan sejarah tidak relevan dengan ilmu
pengetahuan.

Jika tafsiran kesimpulannya adalah 'Sejarah tidak relevan bagi saya,'


maka premis yang menonjol adalah:
• 'Sejarah tidak relevan untuk para ilmuwan’; dan
• 'saya seorang ilmuwan’. Logika yang digunakan
adalah sah, tetapi
Jika tafsiran kesimpulannya “Mempelajari sejarah adalah buang- beberapa premisnya
buang waktu untuk saya” maka premis pendukungnya adalah meragukan.
• ”Sejarah tidak relevan untuk para ilmuwan”,
• ''Saya seorang ilmuwan”, dan
• “Mempelajari sejarah akan mencegah saya dari melakukan
sesuatu yang lebih berharga".
KEABSAHAN LOGIKA DEDUKTIF

• Dalam logika deduktif, setiap pernyataan dalam argumen bisa


benar atau salah.

• Agar suatu kesimpulan menjadi kenyataan, dua prasyarat penting


harus dipenuhi. Pertama, premis harus benar. Kedua, bentuk
argumen harus sah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan sah
apabila kesimpulannya pasti benar jika premisnya benar.

• Keabsahan atau ketidakabsahan suatu kesimpulan bersifat


independen dari kebenaran premisnya. Keabsahan dan
ketidakabsahan itu tergantung hanya kepada bentuk argumen.
Prosedur ini disebut logika formal (formal logic).
Contoh argumen dalam logika deduktif (Jarrard, 2001).

Semua anjing adalah kucing Bentuk valid, tapi satu premisnya palsu,
Semua kucing adalah hewan sehingga argumen “Semua kucing adalah
Oleh karena itu, semua anjing adalah hewan” tidak benar (meskipun kesimpulan
hewan. benar)
Semua anjing adalah mamalia Bentuk yang valid, premis benar, sehingga
Semua mamalia adalah hewan argumen adalah benar dan kesimpulan
Oleh karena itu, semua anjing adalah pasti benar.
hewan
Semua anjing adalah mamalia Premis benar tetapi bentuknya salah,
Semua kucing adalah mamalia sehingga argumen salah dan tidak
Oleh karena itu, semua anjing adalah menghasilkan kesimpulan yang benar.
kucing
Logika Induktif
Induksi sesungguhnya merupakan suatu pengenalan pola dari suatu fenomena, suatu
cara mengambil kesimpulan berdasarkan pengamatan terbatas atau berdasarkan
data eksperimen dan kemudian menerapkannya dan memberlakukannya untuk seluruh
populasi.

Dibandingkan dengan teknik inferensi deduktif, inferensi induktif jauh lebih banyak
digunakan dan lebih bermanfaat. Secara disengaja ataupun tidak, hampir semua
pembentukan hipotesis sesungguhnya didasarkan pada teknik induksi (Jarrard,
2001).

Meskipun sangat umum digunakan dalam pembuktian ilmiah, inferensi induktif tidak
selalu valid secara logika. Alasannya, tidak ada jaminan bahwa bahwa suatu
prinsip umum adalah benar. Kelemahan ini tidak mengurangi manfaat dari
inferensi induktif dalam pembuktian ilmiah karena metode ini terbukti memberikan
banyak manfaat. Bahkan ahli matematika juga menggunakan inferensi induktif,
terutama untuk meneliti fenomena khusus dan untuk menilainya apakah fenomena
tersebut berlaku untuk semua kasus. Dalam hal ini maka inferensi deduktif digunakan
untuk mengujinya secara lebih ketat dan logis (Shuttleworth, 2008).
CONTOH LOGIKA INDUKTIF

A⇒B, B, ∴A
(A menyiratkan B; B benar terjadi, maka A juga pasti benar).

Bukti mungkin merupakan suatu konfirmasi yang secara induktif berguna. Namun demikian,
logika yang digunakan pada induksi tersebut merupakan kekeliruan deduktif (dikenal
sebagai penegasan konsekuensi), karena mungkin selalu ada faktor lain yang
menyebabkan terjadinya B. Meskipun konfirmasi suatu induksi tidak memberikan kepastian
penuh, hipotesis tersebut dapat dibantah dengan satu percobaan, melalui teknik deduktif
sebagai berikut:

A⇒B, -B, ∴ -A
(A menyiratkan B; B tidak terjadi, maka A juga tidak benar).
DUA POSTULAT UNTUK MENGURANGI
KESALAHAN DALAM INFERENSI INDUKTIF
Sampel yang representatif. Generalisasi • Postulat ini sangat penting, biasanya
dapat dicapai dengan mudah. Namun,
yang kita hasilkan akan benar hanya jika kita
postulat ini sering dilanggar dan hasil
menggunakan sampel yang benar-benar penelitian ilmiah tidak valid.
mewakili karakteristik populasi atau memiliki
perilaku serupa dengan populasi secara • Agar representative: pengacakan dan
keseluruhan. pengambilan sampel secara obyektif
(TIDAK BIAS).

Keseragaman. Mesikupun sampel


representative, sulit memastikan bahwa
• Diperlukan asumsi bahwa hukum-
sisa populasi yang tidak diamati
hukum alam berlaku secara
mempunyai berkarakteristik sama. Perlu konsisten. Tanpa asumsi ini, induksi
asumsi bahwa lingkungan seragam (sisa tidak dapat diberlakukan!
individu dalam populasi memiliki
karakteristik yang mirip dengan sampel)
TEKNIK INDUKSI MILL’S CANON
John Stuart Mill (1930), di dalam karyanya System of Logic membangun teknik induktif
“Kanon Mill” (Mill’s Canon): berisi lima metode untuk memeriksa variabel dan
mengidentifikasi hubungan kausalnya. Teknik ini sangat penting dan banyak digunakan
dalam percobaan ilmiah modern. Peneliti perlu mengetahui kekuatan dan keterbatasan
dari lima teknik tersebut, karena masing-masing teknik hanya tepat digunakan dalam
kondisi tertentu.

BEBERAPA ISTILAH PENTING


Masalah dalam induktif dinyatakan sebagai
Anteseden: kondisi atau pernyataan yang anteseden yang sesuai dengan konsekuensi.
dihasilkan sebelum hasil suatu eksperimen.
Variabel anteseden: variabel yang dapat Inti sebuah percobaan: untuk mencari anteseden
yang bersifat kausal (penyebab) bagi terjadinya hasil.
mempengaruhi hasil suatu eksperimen, baik yang
telah diketahui pengaruhnya ataupun belum. Variabel anteseden: simbol huruf a, b, c, . . .
Konsekuensi: kondisi setelah eksperimen.
Variabel konsekuensi: simbol huruf kapital Z, Y, X, . .
Variabel konsekuensi: variabel-variabel yang . dst.
nilainya dipengaruhi oleh percobaan.
(1) Metode Kesesuaian (Method of Agreement)

Prinsip: “Jika beberapa percobaan yang berbeda abc⇒Z, cde⇒Z, cfg⇒Z,


memberikan hasil yang sama, dan percobaan ini hanya ∴c⇒Z;
memiliki satu faktor (anteseden) yang sama, maka faktor
tersebut merupakan penyebab dari hasil yang diamati”. abc⇒ZYX, cde⇒ZW, cfg⇒ZVUT,
∴c⇒Z.

Individu Faktor Efek


Anteseden
#1 A B C D E F e
#2 A B C D E - e
#3 A B C D - F e
#4 A B C - E F e
#5 A B - D E F e
#6 A - C D E F e
(2) Metode Perbedaan (Method of Difference)
Jika suatu hasil percobaan diperoleh ketika
abc⇒Z, ab⇒Z, ∴c⇒Z; atau
faktor anteseden tertentu ada tetapi hasil
tersebut berbeda ketika faktor itu tidak ada, abc⇒ZYXW, ab⇒YXW, ∴c⇒Z.
maka faktor anteseden tersebut merupakan
faktor penyebab (kausal).

Faktor Efek “e” tidak muncul ketika anteseden “A” dihilangkan.


Contoh Efek
Anteseden Baris 1: A dan B dan C merupakan syarat cukup bagi
efek “ e”.
Baris 2: A merupakan syarat perlu bagi efek “e”; B dan C
#1 A B C e
bukan merupakan syarat cukup bagi efek “e”(B dan C
#1 - B C - sebagai syarat cukup tidak konsisten); Jadi, A
merupakan penyebab dari timbulnya efek “e”.
(3) Metode Gabungan Kesesuaian dan Perbedaan
(Joint Method of Agreement and Difference)
abc⇒ZYX,
“Jika sekelompok situasi hanya memiliki satu anteseden ade⇒ZWV, dan
sama dan semua menunjukkan hasil yang sama, dan jika afg⇒ZUT;
kelompok situasi yang lain tidak memiliki anteseden itu dan
bdf⇒YWU ,dan
menunjukkan hasil yang berbeda, maka anteseden tersebut
bceg⇒XVT,
sah menjadi penyebab timbulnya hasil tersebut”.
∴a⇒Z.
Contoh Faktor anteseden Efek
#1 A B C - e
#2 A e
#3 B - D e
#4 A - C D -
#5 - - E F -
#6 F G -
- - F -
(4) Metode Variasi Seiring (Method of
Concomitant Variations)

“Jika dua kejadian bervariasi atau berubah secara


beraturan, maka variasi pada suatukejadian
disebabkan oleh variasi padakejadian yang lain, atau
kedua kejadian tersebut dipengaruhi oleh satu atau
Faktor Anteseden Efek
lebih sebab yang sama”.
A B C e
A+ B C e+
A++ B C e++
abc⇒Z, abΔc⇒ΔZ, ∴c⇒Z; Faktor Anteseden Efek
atau A B C e
abc⇒WXYZ, abΔc⇒WXYΔZ, A- B C e-
∴ c⇒ Z A-- B C e--
Faktor Anteseden Efek
A B C e
A- B C e+
A-- B C e++
Kesimpulan: A adalah penyebab dari e
(5) Metode Residu (Method of Residues)

“Jika satu anteseden atau lebih sudah diketahui abc⇒WXYZ,


menyebabkan bagian dari efek yang kompleks, maka ab⇒WXY,
anteseden residual yang lain juga menyebabkan bagian ∴c⇒Z.
dari efek tersebut”.

Faktor Anteseden Efek


A B C e1 e2 e3 Analisis residu rambut …. dapat
- B C e1 e2 - memberikan perkiraan usia spesimen
Faktor Anteseden Efek dan rasio diet daging-sayuran selama
A B C e1 e2 e3 hidupnya. Rambut juga mungkin
A - - - - e3 memiliki informasi DNA secara utuh.
Faktor Anteseden Efek
- B C e1 e2 -
A - - - - e3
Kesimpulan: A adalah penyebab
dari e3
Secara umum, kelima metode Kanon Mill membangun
hubungan kausal yang jelas antarvariabel atau
antaratribut, tetapi mereka tidak lengkap jika tanpa
disertai dengan beberapa indikasi kepercayaannya.
Kepercayaan tersebut memerlukan tiga hal, yaitu:

(1)ukuran kuantitatif (ukuran statistik) yang menunjukkan


kekuatan hubungan dari variabel yang diamati, seperti
misalnya statistik korelasi;
(2)diskriminasi antara korelasi kausal dan sumber korelasi;
(3)nilai kekuatan atau nilai konfirmasi dari percobaannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai