Anda di halaman 1dari 16

Logika Deduktif

Disusun Oleh:
Itsnatur Rizkiyah A 294221003
Shalsabiila A 294221004
Abu Bakar Tarawally 294221017
Definisi Logika

➢ Logika dapat diidentifikasi sebagai studi tentang kesimpulan dan hubungan inferensial.
➢ Penggunaan praktis logika adalah untuk bernalar dan menarik kesimpulan dengan baik.
➢ Transisi dari premis atau sejumlah premis ke kesimpulan diatur oleh aturan inferensi.
Sejarah Logika

➢ Logika mempelajari perkembangan ilmu inferensi (logika) yang benar.


➢ Logika dikembangkan pada zaman kuno di Cina, India dan Yunani.
➢ Logika Yunani, khususnya logika Aristotelian, menemukan aplikasi dan penerimaan yang
luas dalam sains dan filsafat.
➢ Logika Aristoteles dikembangkan lebih lanjut oleh para filosof Islam dan Kristen pada
Abad Pertengahan, meneliti titik tertinggi pada pertengahan abad keempat belas.

Kemajuan dalam logika matematika pada beberapa dekade pertama abad kedua
puluh terutama karya Godel dan Tarski memiliki dampak signifikan pada filsafat
analitik dan logika filosofis dari tahun 1950-an hingga sekarang.
Jenis Logika
➢ Logika Informal
Menggunakan penalaran dalam argumen.
➢ Logika Formal
Menggunakan silogisme (deduktif) untuk membuat kesimpulan.
➢ Logika Simbolik
Menggunakan simbol untuk secara akurat memetakan argumen yang valid dan tidak valid.
➢ Logika Matematika
Menggunakan simbol matematika untuk membuktikan argumen teoritis.
Logika Deduktif
➢ Logika deduktif disebut juga penalaran deduktif atau penalaran top-down.
➢ Penalaran deduktif adalah pendekatan logis yang dimulai dari dari ide-ide umum ke
kesimpulan khusus.
➢ Logika deduktif sering dikontraskan dengan penalaran induktif yang dimulai dari
pengamatan khusus kemudian membentuk kesimpulan umum.
➢ Pada logika deduktif, kesimpulan diperoleh dari premis yang berbeda atau dengan kata
lain kesimpulan adalah pernyataan yang didukung oleh premis.
Ciri Logika Deduktif
Deduktif Induktif ➢Rasional adalah ciri dari logika
Jika semua premis benar, maka Jika semua premis benar, deduktif karena berangkat dari
kesimpulan pasti benar kesimpulan mungkin benar, tapi sebuah premis mayor (pikiran
tak pasti benar rasional), sedangkan empiris adalah
ciri dari logika induktif karena
Semua informasi sudah ada, Kesimpulan menurut informasi, berangkat dari pengalaman empiris
baik secara implisit dalam meski tak ada secara implisit di lapangan
premis dalam premis
➢Proses berpikir logika deduktif
Contoh: Contoh: yaitu dari pernyataan umum ditarik
Semua orang memiliki kepala Orang asia punya kepala kesimpulan yang bersifat khusus
Plato adalah orang Orang eropa punya kepala
Plato memiliki kepala Orang amerika punya kepala ➢Ketepatan penarikan kesimpulan
Orang afrika punya kepala tergantung dari tiga hal yaitu premis
Orang australia punya kepala mayor, premis minor, dan keabsahan
Semua orang punya kepala pengambilan kesimpulan
Langkah membuat Logika Deduktif
Proses logika deduktif meliputi:

➢ Asumsi awal/ Premis pertama: Logika deduktif dimulai dengan asumsi. Asumsi ini biasanya
merupakan pernyataan umum bahwa jika sesuatu itu benar, itu pasti benar dalam semua
kasus.
➢ Premis kedua: Premis kedua dibuat tentang asumsi pertama. Pernyataan terkait asumsi kedua
juga harus benar jika pernyataan pertama benar.
➢ Pengujian: Asumsi deduktif diuji dalam berbagai skenario.
➢ Kesimpulan: Informasi ditentukan valid atau tidak valid berdasarkan hasil pengujian.

Format logika deduktif yaitu “premis-premis-kesimpulan”


Contoh Logika Deduktif

Contoh 1
Premis Pertama: Semua serangga memiliki tepat enam kaki.
Premis Kedua: Laba-laba Premis memiliki delapan kaki.
Kesimpulan: Oleh karena itu, laba-laba bukanlah serangga.

Contoh 2
Premis Pertama: Kertas lakmus biru berubah menjadi merah dengan adanya asam.
Premis Kedua: Kertas lakmus biru berubah menjadi merah setelah saya menjatuhkan beberapa
cairan di atasnya.
Kesimpulan: Oleh karena itu, cairan bersifat asam.
Kriteria Menilai Logika Deduktif
➢Validitas adalah tentang cara premis-premis berhubungan satu sama lain dan kesimpulannya.
Konsep ini berbeda dari validitas penelitian.
➢Suatu logika dikatakan valid jika premis-premisnya secara logis mendukung dan berhubungan
dengan kesimpulan. Tetapi premis tidak harus benar agar logika menjadi valid.
➢Contoh logika deduktif yang valid, tetapi tidak benar:
Jika ada pelangi, penerbangan dibatalkan.
Ada pelangi sekarang.
Oleh karena itu, penerbangan dibatalkan.
➢Dalam logika yang tidak valid, premis bisa benar tetapi itu tidak menjamin kesimpulan yang
benar.
Contoh logika deduktif tidak valid:
Semua macan tutul memiliki bintik-bintik.
Tokek peliharaan saya memiliki bintik-bintik.
Oleh karena itu, tokek peliharaan saya adalah macan tutul.
Hukum Logika Deduktif
1) Hukum Identitas
Hukum tersebut dapat disebutkan dengan berbagai cara seperti:
“sesuatu adalah selalu sama dengan atau identik dengan dirinya, dalam Aljabar: A sama
dengan A.”

Dengan mengatakan bahwa sesuatu itu sama dengan dirinya, maka dalam segala kondisi
tertentu sesuatu itu tetap sama dan tak berubah. Keberadaannya absolut. Seperti yang
dikatakan oleh ahli fisika:
”Materi tidak dapat di buat dan dihancurkan. Materi selalu tetap sebagai materi.”
Jika sesuatu adalah selalu dan dalam semua kondisi sama atau identik dengan dirinya, maka
ia tidak dapat tidak sama atau berbeda dari dirinya. Kesimpulan tersebut secara logis patuh
pada hukum identitas: Jika A selalu sama dengan A.
Hukum Logika Deduktif
2) Hukum Kontradiksi
Hukum kontradiksi menyatakan bahwa A adalah bukan Non-A. Itu tidak lebih dari sebuah rumusan negatif dari
pernyataan posistif, yang dituntun oleh hukum pertama logika formal. Jika A adalah A, maka menurut
pemikiran formal, A tidak dapat menjadi Non-A. Jadi hukum kedua dari logika formal, yakni hukum kontradiksi,
membentuk tambahan esensial pada hukum pertama.
Beberapa contoh:
• Manusia tidak dapat menjadi bukan manusia;
• Demokrasi tidak dapat menjadi tidak demokratik;
• Buruh-upahan tidak dapat menjadi bukan buruh-upahan.

Hukum kontradiksi menunjukkan pemisahan perbedaan antara esensi materi dengan fikiran. Jika A selalu sama
dengan dirinya maka ia tidak mungkin berbeda dengan dirinya. Perbedaan dan persamaan menurut dua
hukum di atas adalah benar-benar berbeda, sepenuhnya tak berhubungan, dan menunjukkan saling
berbedanya antara karakter benda (things) dengan karakter fikiran (thought)
“Tidak ada proposisi yang sekaligus benar dan salah”.
Hukum Logika Deduktif
3) Hukum Tiada Jalan Tengah
Menurut hukum tersebut segala sesuatu hanya memiliki salah satu karakteristik tertentu.
• Jika A sama dengan A, maka ia tidak dapat sama dengan Non-A.
• A tidak dapat menjadi bagian dari dua kelas yang bertentangan pada waktu yang bersamaan.
Dimana pun dua hal yang berlawanan tersebut akan saling bertentangan, keduanya tidak dapat
dikatakan benar atau salah.
• A adalah bukan B; dan B adalah bukan A.
Kebenaran dari sebuah pernyataan selalu menunjukkan kesalahan (berdasarkan lawan
pertentangannya) dan sebaliknya.
Penerapan Logika Deduktif

➢ Metode ilmiah adalah proses menetapkan fakta secara objektif melalui pengujian dan
eksperimen.
➢ Proses dasar penerapan logika dalam penelitian ilmiah melibatkan pembuatan
1. Pengamatan
2. Membentuk hipotesis
3. Membuat prediksi
4. Melakukan percobaan
5. Menganalisis hasilnya
Penerapan Logika Deduktif
✓ Logika deduktif pada bidang ilmu kesehatan
diterapkan pada penelitian kuantitatif
✓ Penelitian dimulai dari logika berpikir dedukti
dengan pengajuan masalah penellitian, kemudian
dilakukan telaah teori, yang diakhiri dengan
penyusunan kerangka pikir.
✓ Dari kerangka pikir disusun hipotesis kemudian
dibuktikan dengan pengamatan
✓ Dari hasil telaah data, jika hasil dapat diaplikasikan
berarti proses pembuktiannya sudah benar sesuai
teori namun jika tidak maka proses pembuktiannya
salah
✓ Jika proses pembuktian salah maka dilakukab
penyemurnaan/pengulangan/perbaikan penyusunan
kerangka berpikir
Penerapan Logika Deduktif
Referensi
• Hakim, L. 2020. Filsafat Ilmu dan Logika:Dialektika Perubahan. Klaten: Penerbit Lakeisha.
• Hidayat, A. A. A. 2015. Metode Penelitian Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books
Publishing.
• Muslimin, J.M. 2022. Logika dan Penalaran. Tangerang: CV Pustakapedia Indonesia.
• Perez, Ngang. 2019. “Introduction To Logical Reasoning.” Chapter 1 Introduction To Logical
Reasoning.
• Sobur, H. A. K. 2015. Logika dan Penalaran dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan. Tajdid.
17(2).
• Van Fraassen, B. 1997. Logic and Scientific Methods: 511-530.

Anda mungkin juga menyukai