Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI INTERMEDIET

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KOTARAJA


(REVIEW JURNAL : MENGHITUNG UKURAN FREKUENSI DAN ASOSIASI)

OLEH

ITSNATUR RIZKIYAH APRILIYANTI 294221003

AISYAH NOER AULIYAH MADANI PERTIWI 294221011

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI MAGISTER EPIDEMIOLOGI
PEMINATAN MSEIK
SURABAYA
2022
29/09/2022

Ukuran Frekuensi dan Asosiasi


Pada Artikel Ilmiah
Oleh :
Itsnatur Rizkiyah Apriliyanti 294221003
Aisyah N.A.M. Pertiwi 294221001

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Kusta


di Puskesmas Kotaraja
Penulis Tahun Terbit Jurnal Publikasi
Katarina Lodia Tuturop 2022 Jambura Journal of
Natalia Paskawati Adimuntja Epidemiology
Dian Eva Borlyin

Jenis & Desain Populasi & Teknik Analisis


Penelitian Sampling Data
Observasional Analitik dengan Populasi penelitian merupakan Univariat dan Bivariat
Rancangan Case Control Study semua penderita kusta yang (Chi-Square)
berkunjung ke Puskesmas
Kotaraja tahun 2021 dengan
menggunakan Total Sampling

1
29/09/2022

Ukuran Asosiasi
 Ukuran asosiasi yang terdapat dalam
artikel ilmiah ini adalah Odd Ratio (OR)

 Odd Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi


paparan (faktor risiko) dengan
kejadian penyakit yang umumnya
digunakan pada penelitan dengan
desain kasus-kontrol (Roflin dan
Pariyana, 2022)

Rumus Menghitung & Interpretasi Nilai


Odd Ratio (OR)

Nilai sama dengan satu : Tidak ada asosiasi antara paparan dan penyakit
Nilai lebih dari satu : Paparan merupakan faktor risiko penyakit
Nilai kurang dari satu : Paparan memiliki efek protektif terhadap penyakit

Sumber: Roflin dan Pariyana, 2022

2
29/09/2022

Kejadian Kusta
Berdasarkan Kelompok Umur
Kejadian Kusta
Odd CI 95%
Kelompok Umur Odd Ratio
O LL-UL
Kasus Kontrol

23/24 0,958333333/2
16-65 Tahun 23 24
= 0,958333333 = 0,47
0,41-5,65
2/1 2/2
<25 dan >65 Tahun 2 1
=2 =1
 Hasil perhitungan kejadian kusta berdasarkan kelompok umur diperoleh nilai OR sebesar 0,47.
 Adapun nilai Lower Limit – Upper Limit (0,41-5,65) yang diperoleh dalam penelitian ini
mencakup nilai satu, maka dapat disimpulkan bahwa Kelompok Umur Bukan Merupakan Faktor
Risiko Kejadian Kusta.

Kejadian Kusta
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kejadian Kusta Odd CI 95%
Jenis Kelamin Odd Ratio
Kasus Kontrol O LL-UL

1,66666667/0,7
10/6
Laki-laki 10 6 89473684
= 1,66666667
= 2,11
0,62-7,13
0,789473684/0,
15/19
Perempuan 15 19 789473684
= 0,789473684
=1
 Hasil perhitungan kejadian kusta berdasarkan jenis kelamin diperoleh nilai OR sebesar 2,11.
 Adapun nilai Lower Limit – Upper Limit (0,62-7,13) yang diperoleh dalam penelitian ini mencakup
nilai satu, maka dapat disimpulkan bahwa Jenis Kelamin Bukan Merupakan Faktor Risiko
Kejadian Kusta.

3
29/09/2022

Kejadian Kusta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kejadian Kusta Odd CI 95%
Tingkat Pendidikan Odd Ratio
Kasus Kontrol O LL-UL

2,625/0,235294
21/8
Rendah 21 8 118
= 2,625
= 11,1
2,86-43,46
0,235294118/0,
4/17
Tinggi 4 17 235294118
= 0,235294118
=1
 Hasil perhitungan kejadian kusta berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh nilai OR sebesar 11,1.
Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendidikan rendah berisiko sebesar 11,1 kali
lebih besar untuk menderita kusta jika dibandingkan dengan responden yang memiliki
pendidikan tinggi.
 Adapun nilai Lower Limit – Upper Limit (2,86-43,46) yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
mencakup nilai satu, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pendidikan Merupakan Faktor
Risiko Kejadian Kusta.

Kejadian Kusta
Berdasarkan Riwayat Kontak
Kejadian Kusta Odd CI 95%
Riwayat Kontak Odd Ratio
Kasus Kontrol O LL-UL

24/16 1,5/0,111111111
≤ 2 Tahun 24 16
= 1,5 = 13,5
1,56-117,13
0,111111111/0,11
1/9
> 2 Tahun 1 9 1111111
= 0,111111111
=1
 Hasil perhitungan kejadian kusta berdasarkan riwayat kontak diperoleh nilai OR sebesar 13,5. Hal
ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat kontak ≤ 2 tahun berisiko sebesar 13,5
kali lebih besar untuk menderita kusta jika dibandingkan dengan responden yang memiliki
riwayat kontak > 2 tahun.
 Adapun nilai Lower Limit – Upper Limit (1,56-117,13) yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
mencakup nilai satu, maka dapat disimpulkan bahwa Riwayat Kontak Merupakan Faktor Risiko
Kejadian Kusta.

4
29/09/2022

Kejadian Kusta
Berdasarkan Keteraturan Berobat
Keteraturan Kejadian Kusta Odd CI 95%
Odd Ratio
Berobat Kasus Kontrol O LL-UL

1,90909091/0,2
21/11
Tidak Teratur 21 11 85714286
= 1,90909091
= 6,68
1,78-25,24
0,285714286
4/14
Teratur 4 14 /0,285714286
= 0,285714286
=1
 Hasil perhitungan kejadian kusta berdasarkan keteraturan berobat diperoleh nilai OR sebesar
6,68. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang tidak teratur berobat berisiko sebesar 6,68
kali lebih besar untuk menderita kusta jika dibandingkan dengan responden yang teratur
berobat.
 Adapun nilai Lower Limit – Upper Limit (1,78-25,24) yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
mencakup nilai satu, maka dapat disimpulkan bahwa Keteraturan Berobat Merupakan Faktor
Risiko Kejadian Kusta.

Kejadian Kusta
Berdasarkan Dukungan Keluarga
Kejadian Kusta Odd CI 95%
Dukungan Keluarga Odd Ratio
Kasus Kontrol O LL-UL

19/9 2,11111111/0,37
Tidak Mendukung 19 9
= 2,11111111 5 = 5,63
1,64-19,23
6/16 0,375/0,375
Mendukung 6 16
= 0,375 =1

 Hasil perhitungan kejadian kusta berdasarkan dukungan keluarga diperoleh nilai OR sebesar
5,63. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki dukungan keluarga berisiko
sebesar 5,63 kali lebih besar untuk menderita kusta jika dibandingkan dengan responden yang
memiliki dukungan keluarga.
 Adapun nilai Lower Limit – Upper Limit (2,86-43,46) yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
mencakup nilai satu, maka dapat disimpulkan bahwa Dukungan Keluarga Merupakan Faktor
Risiko Kejadian Kusta.

5
29/09/2022

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang Faktor Risiko Kejadian
Kusta di Puskesmas Kotaraja, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat pendidikan, riwayat kontak, keteraturan


berobat, dan dukungan keluarga adalah Faktor Risiko
Kejadian Kusta di Puskemas Kotaraja

2. Umur dan jenis kelamin bukan Faktor Risiko Kejadian


Kusta di Puskemas Kotaraja

Referensi
Roflin E. & Pariyana. (2022). Metode Penelitian Kesehatan.
Pekalongan: Nasya Expanding Management.

Tuturop, K. L., Adimuntja, N. P., & Borlyin, D. E. (2022).


Faktor Risiko Kejadian Penyakit Kusta di Puskesmas
Kotaraja. Jambura Journal of Epidemiology, 1 (1), 1-10.

6
Jambura Journal of Epidemiology 1 (1), 2022
Jambura Journal of Epidemiology
e-ISSN : 2963-7236, p-ISSN : 2962-3421
Hompage : https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje

Research Article

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KOTARAJA

Risk Factors for The Event of Leprosy in Kotaraja Health Center

Katarina Lodia Tuturop1*, Natalia Paskawati Adimuntja2, Dian Eva Borlyin3


1,2,3 Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Cenderawasih

Article Info : Abstrak


DOI : 10.37905/jje.v1i1.14622 Kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae.
Received March 2 2022; Yang menyerang berbagai bagian tubuh. Bila tidak ditangani, kusta sangat
Accepted April 1 2022; progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak
Published April 25 2022. dan mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian
penyakit kusta di puskesmas kotaraja. Jenis penelitian adalah
observasional, dengan rancangan case control study. Populasi kelompok
kasus yaitu penderita kusta dan populasi kelompok kontrol yaitu tetangga
*Corespodence author: penderita kusta dengan menggunakan Teknik purposive sampling, semua
Katarina Lodia Tuturop; populasi tahun 2021. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
Departemen Epidemiologi, sampling, jumlah sampel sebanyak 50 responden dengan kriteria 1:1 yaitu
Fakultas Kesehatan 25 kasus dan 25 kontrol. Data dianalisis menggunakan uji Odds Ratio (OR).
Masyarakat, Universitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada risiko antara tingkat pendidikan
Cenderawasih (OR= 11,1, 95% CI: 2,86-43,46) riwayat kontak (OR= 13,5 95% CI:1,55-
e-mail: 117,13),keteraturan berobat (OR=6,68,95% CI: 1,76-25,24), dukungan
katarinatuturop26@gmail.com keluarga (OR= 5,63, (95% CI:1,64-19,23) dengan kejadian kusta.
Sedangkan tidak risiko antara umur (OR=0,47, 95% CI: 0,41-5,65) jenis
kelamin (OR=2,11, 95% Cl: 0,62-7,13) dengan kejadian kusta
Kata Kunci : Kusta, Riwayat Kontak, Faktor Risiko.
Abstract
Leprosy is a disease caused by Mycobacterium leprae. Which attacks
various parts of the body. If left untreated, leprosy is very progressive
causing damage to the skin, nerves, limbs and eyes. This study aims to
determine the risk factors for the incidence of leprosy at the Kotaraja Public
Health Center. This type of research is observational, with a case control
study design. The population of the case group is people with leprosy and
the population of the control group is neighbors with leprosy using purposive
sampling technique, all populations in 2021. The sampling technique uses
total sampling, the number of samples is 50 respondents with 1:1 criteria,
namely 25 cases and 25 controls. Data were analyzed using the Odds Ratio
(OR) test. The results showed that there was a risk between education level
(OR= 11.1, 95% CI: 2.86-43.46) contact history (OR= 13.5 95% CI:1.55-
117.13), regularity treatment (OR=6,68,95% CI: 1,76-25,24), family support
(OR= 5,63, (95% CI:1,64-19,23) with the incidence of leprosy. While there is
no risk between age (OR=0.47, 95% CI: 0.41-5.65) gender (OR=2.11, 95%
Cl: 0.62-7.13) and the incidence of leprosy.
Keywords : Leprosy, Contact History, Risk Factors.

This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial (CC-BY-NC) 4.0 International License.
Copyright © 2021 Author(s)

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje 1
Tuturop K L, dkk.

PENDAHULUAN masih menjadi masalah, baik skala global maupun


nasional. WHO juga melaporkan bahwa Indonesia
Penyakit Kusta atau lepra disebut juga
memenuhi jumlah insiden kusta nomor 3 di dunia
Morbus Hansen (MH) sesuai dengan nama yang
dengan jumlah kasus sebesar (16.826 kasus)
menemukan kuman. Kusta merupakan penyakit
setelah India (385.485 kasus) dan Brazil (25.281
yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae.
kasus). Pada Tahun 2018 kasus kusta di
Kusta menyerang berbagai bagian tubuh
Indonesia kembali meningkat yakni sebesar
diantaranya saraf dan kulit. Penyakit ini adalah
17017 kasus.2
tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan
Berdasarkan bebannya, kusta dibagi
mukosa dari saluran pernafasan atas dan lesi
menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high
pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.
burden) dan beban kusta rendah (low burden).
Bila tidak ditangani, kusta sangat progresif
Provinsi disebut higth burden jika angka
menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf,
prevalensi <1 per 10.000 penduduk. Pada tahun
anggota gerak dan mata. Penatalaksanaan kasus
2019 sebanyak dua puluh enam provinsi telah
kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta
mencapai eliminasi kusta, bertambah satu provinsi
menjadi progresif, menyebabkan kerusakan
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Kalimantan
permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan
Utara. Provinsi yang belum mencapai eliminasi
mata.1
yaitu Sulawesi utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo,
M. leprae hanya dapat menyebabkan
Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua
penyakit kusta pada manusia tidak pada hewan.
Barat, dan Papua.1
Penularannya melalui kontak yang lama karena
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
pergaulan yang rapat dan berulang-ulang melalui
Provinsi Papua, jumlah kasus kusta berdasarkan
saluran pernapasan dan kulit (kontak langsung
laporan dari seluruh Kabupaten dan kota mulai
yang lama dan erat), kuman mencapai permukaan
mulai Bulan Januari-Desember tahun 2020
kulit melalui folikel, rambut dan keringat. Penyakit
sebanyak 1.358 kasus yang terdiri dari kusta tipe
Kusta menimbulkan masalah yang sangat
PB Anak berjumlah 126 kasus, dan kusta tipe MB
kompleks tidak hanya dilihat dari segi medis
Dewasa berjumlah 178 kasus. Sedangkan kusta
namun meluas sampai masalah sosial, ekonomi
tipe PB Dewasa berjumlah 226 kasus, dan kusta
dan budaya. Karena selain cacat yang
tipe MB Dewasa berjumlah 828 kasus. Angka
ditimbulkan, rasa takut yang berlebihan terhadap
Case Detection Rate (CDR) sebesar (41,12) per
kusta (leptophobia) akan memperkuat persoalan
100.000 penduduk.3
sosial ekonomi penderita kusta. Program
Berdasarkan laporan tahunan Dinas
Penanggulangan Penyakit (P2) kusta yang
Kesehatan Kota Jayapura pada tahun 2020,
dilaksanakan di Indonesia mempunyai tujuan
jumlah kasus kusta di seluruh Puskesmas yang
jangka panjang yaitu eradikasi kusta di Indonesia.
ada di wilayah kerja Dinkes Kota Jayapura yakni
Kusta dikenal ada dua macam tipe kusta
sebesar 321 kasus.4
yaitu tipe MB (Multi Bacillary atau kusta basah)
Puskesmas Kotaraja merupakan salah satu
dan tipe PB (Pausi Bacillary atau kusta kering).
Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Penularan kusta secara jelas masih belum
Kota Jayapura. Menurut data penyakit Puskesmas
diketahui tetapi sebagian besar dari penelitian
Kotaraja, Angka kasus kusta berjumlah 25 orang.
menyimpulkan bahwa penularan utama kusta
Berdasarkan hasil wawancara dengan
yaitu melewati kulit, namun perlu kontak yang
penanggung jawab program kusta di Puskesmas
akrab dan lama dengan penderita kusta hingga
Kotaraja, dijelaskan bahwa ada beberapa pasien
dapat terinfeksi penyakit kusta. Penyakit kusta
yang tinggal dalam waktu yang lama dengan

2 https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje
Jambura Journal of Epidemiology 1 (1), 2022

penderita kusta di rumah atau asrama, namun dengan kejadian penyakit kusta (p=0,016,
mereka tidak mengetahui bahwa mereka tersebut OR=4,571), artinya bahwa riwayat kontak menjadi
menderita penyakit kusta. Begitu juga dengan penyebab terjadinya penyakit kusta. Berdasarkan
pasien yang tinggal dalam waktu lama bersama uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik
keluarganya, mereka tidak tahu bahwa untuk melakukan penelitian terkait faktor risiko
keluarganya tersebut menderita penyakit kusta. kejadian penyakit kusta di Puskesmas Kotaraja.10
Hal tersebut dikarenakan penderita maupun
keluarganya tidak memahami seperti apa gejala METODE
dan penularan kusta.5
Penelitian ini adalah penelitian
Dukungan keluarga adalah suatu keadaan
observasional dengan rancangan case control
yang bermanfaat bagi individu yang diperolah dari
study. Penelitian dilakukan pada bulan September
orang lain yang dapat dipercaya, sehingga
tahun 2021. Populasi yang digunakan adalah
seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang
semua penderita kusta berkunjung ke Puskesmas
memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Kotaraja tahun 2021 dengan jumlah sebanyak 25
Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan
orang. Cara pengambilan sampel dengan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang
menggunakan total populasi. Analisis data
sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang
dilakukan secara univariat dan bivariat dengan
yang bersifat mendukung akan selalu siap
menggunakan uji Chi-square. Alat dan bahan
memberi pertolongan dan bantuan yang
yang di gunakan adalah Informed Consent,
diperlukan.6
kuesioner dan alat tulis.
Keteraturan berobat merupakan faktor yang
paling menentukan kesembuhan penderita kusta.
HASIL
penularan kusta juga dapat terjadi jika kontak
dengan penderita kusta yang minum obat tidak a. Analisis Karakteristik Umum Responden
teratur maupun yang tidak diobati karena masih Karakteristik umum responden ditunjukkan
banyak mengandung M. Leprae. Penderita yang dalam tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
tidak teratur minum obat maupun yang tidak responden di Puskesmas Kotaraja dari 25 kasus
diobati, kemungkinan diakibatkan karena tidak menunjukkan kelompok umur 15-65 tahun
adanya askes dalam mendapatkan obat maupun sebanyak 23 responden (46.0%) dan kelompok
tidak tersedianya obat tersebut padat unit umur <15 dan >65 tahun sebanyak 2 responden
pelayanan kesehatan di daerah.7 Penelitian yang (4.0%). Berdasarkan jenis kelamin dari 25 kasus
dilakukan oleh Christiana (2008 di Jepara, hasil menunjukkan yang berjenis kelamin laki-laki
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan sebanyak 10 responden (20.0%) dan yang
antara jenis kelamin (OR = 2,984), riwayat kontak berjenis kelamin perempuan sebanyak 15
(OR = 2,144) dengan kejadian kusta.8 responden (30.0%). Berdasarkan tingkat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Selum pendidikan dari 25 kasus menunjukkan tingkat
(2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan rendah sebanyak 21 responden
keteraturan berobat (p = 0,069) dengan kejadian (42.0%) dan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 4
kusta.9 responden (8.0%). Berdasarkan tipe kusta
Penelitian yang dilakukan di Kota Jayapura sebanyak dari 25 kasus menunjukkan responden
tentang faktor risiko yang berhubungan dengan terbanyak adalah tipe kusta basah sebanyak 16
kejadian penyakit kusta di Wilayah Kerja orang (32.0%) dan tipe kusta kering sebanyak 9
Puskesmas Abepura, Kota Jayapura, menemukan orang (18.0%).
bahwa terdapat hubungan antara riwayat kontak

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje 3
Tuturop K L, dkk.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis


Kelamin, Tingkat Pendidikan Dan Tipe Kusta Di Puskesmas Kotaraja.
Kejadian Kusta
Karakteristik Kasus Kontrol Total %
n % n %
Kelompok Umur
16-65 Tahun 23 46,0 24 48,0 47 94
<25 dan > 65 Tahun 2 4,0 1 2,0 3 6,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 20 6 13,0 16 32,0
Perempuan 15 30 19 38,0 34 68,0
Tingkat Pendidikan
Rendah 21 42,0 8 16,0 21 42,0
Tinggi 4 8,0 17 34,0 29 58,0
Tipe Kusta
Tidak Kusta 0 0 25 50,0 25 50,0
Kusta Basah 16 32,0 0 0 16 32,0
Kusta Kering 9 18,0 0 0 9 18,0
Sumber, Data Primer 2021

b. Analisis Bivariat Variabel Penelitian Berdasarkan hubungan tingkat pendidikan


Berdasarkan Tabel 2 tentang hubungan dengan kejadian kusta di Puskesmas Kotaraja
umur dengan kejadian kusta di Puskesmas menunjukkan dari 25 kasus, yang tingkat
Kotaraja menunjukkan dari 25 kasus, yang umur pendidikan rendah sebanyak 21 responden
15-65 tahun sebanyak 23 responden (46.0%) (42.0%) dan yang tingkat pendidikan tinggi
sedangkan yang umur <15 dan >65 tahun sebanyak 1 responden (2.0%). Hasil uji statistik
sebanyak 2 responden (4.0%). Hasil uji statistik didapatkan p-value sebesar 0.00 < 0.05
didapatkan p-value sebesar 1.00 > 0.05 menunjukkan Ho ditolak hal ini berarti dapat
menunjukkan Ho diterima hal ini berarti dapat diketahui terdapat hubungan antara tingkat
diketahui tidak terdapat hubungan antara umur pendidikan dengan kejadian kusta di Puskesmas
dengan kejadian kusta di Puskesmas Kotaraja. Kotaraja. Dengan nilai OR sebesar 11.1 (95% CI :
Dengan nilai OR sebesar 0.47 (95% CI : 0.41- 2.86-43.46) yang berarti tingkat pendidikan
5.65) yang berarti umur bukan faktor risiko. merupakan faktor risiko.
Berdasarkan hubungan jenis kelamin Berdasarkan tentang hubungan riwayat
dengan kejadian kusta di Puskesmas Kotaraja kontak menunjukkan Riwayat kontak > 2 tahun
menunjukkan dari 25 kasus, yang berjenis kelamin dengan penderita kusta pada kelompok kasus
laki-laki sebanyak 10 responden (20.0%) dan yang sebanyak 24 orang (48.0%), sedangkan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 responden yang memiliki Riwayat kontak >2 tahun
responden (30.0%). Hasil uji statistik didapatkan dengan penderita kusta pada kelompok kontrol
p-value sebesar 0.22 > 0.05 menunjukkan Ho sebanyak 16 orang (32.0%). Hasil analisis
diterima hal ini berarti dapat diketahui tidak diperoleh p-value sebesar 0,01 dan nilai OR
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan sebesar 13.5 (95% CI: 1.55-117,13) yang artinya,
kejadian kusta di Puskesmas Kotaraja. Dengan riwayat kontak merupakan faktor risiko yang
nilai OR sebesar 2.11 (95% CI : 0.65-7.13) yang signifikan, terdapat hubungan antara riwayat
berarti jenis kelamin merupakan faktor risiko. kontak dengan kejadian kusta di Puskesmas

4 https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje
Jambura Journal of Epidemiology 1 (1), 2022

Tabel 2 Analisis Bivariat Variabel Bebas Terhadap Kejadian Kusta Di Puskesmas Kotaraja.
Kejadian Kusta
OR
Variabel Kasus Kontrol p-Value
(CI95%, LL-UL)
n % n %
Kelompok Umur
16-65 Tahun 23 46,0 24 48,0 0,47
1,00
<25 dan > 65 Tahun 2 4,0 1 2,0 (0,41-5,65)
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 20 6 13,0 2,11
0,22
Perempuan 15 30 19 38,0 (0,62-7,13)
Tingkat Pendidikan
Rendah 21 42,0 8 16,0 11,1
0,00
Tinggi 4 8,0 17 34,0 (2,86 -43,46)
Riwayat Kontak
≤ 2 Tahun 24 48,0 16 32,0 13,5
0,01
> 2 Tahun 1 2,0 9 18,0 (1,55-117,13)
Keteraturan Berobat
Tidak Teratur 21 42,0 11 22,0 6,68
0,00
Teratur 4 8,0 14 28,0 (1,78-25,24)
Dukungan Keluarga
Tidak Mendukung 19 38,0 9 18,0 5,63
0,01
Mendukung 6 12,0 16 32,0 (1,64-19,23)
Sumber, Data Primer 2021

Kotaraja tahun 2021, dimana responden yang Berdasarkan tentang hubungan dukungan
memiliki riwayat kontak >2 tahun dengan keluarga dengan kejadian kusta di Puskesmas
penderita kusta baik serumah maupun tidak Kotaraja menunjukkan dari 25 kasus, yang
serumah berisiko sebesar 13,5 kali lebih besar dukungan keluarga tidak mendukung sebanyak 19
untuk menderita penyakit kusta dibandingkan responden (38.0%) dan yang dukungan keluarga
dengan responden yang kontak ≤ 2 tahun dengan mendukung sebanyak 6 responden (12.0%). Hasil
penderita kusta baik serumah maupun tidak uji statistik didapatkan p-value sebesar 0.01 < 0.05
serumah. menunjukkan Ho ditolak hal ini berarti dapat
Berdasarkan tentang hubungan keteraturan diketahui terdapat hubungan antara dukungan
berobat dengan kejadian kusta di Puskesmas keluarga dengan kejadian kusta di Puskesmas
Kotaraja menunjukkan dari 25 kasus, yang Kotaraja. Dengan nilai OR sebesar 5.63 (95% CI :
keteraturan berobat tidak teratur sebanyak 21 1.64-19-23) yang berarti dukungan keluarga
responden (42.0%) dan yang keteraturan berobat merupakan faktor risiko.
teratur sebanyak 4 responden (8.0%). Hasil uji
statistik didapatkan p-value sebesar 0.00 < 0.05 PEMBAHASAN
menunjukkan Ho ditolak hal ini berarti dapat
a. Umur
diketahui terdapat hubungan antara keteraturan
Kusta diketahui terjadi pada umur yang berkisar
berobat dengan kejadian kusta di Puskesmas
antara bayi sampai dengan usia lanjut atau
Kotaraja. Dengan nilai OR sebesar 6.68 (95% CI
dengan kata lain kusta dapat menyerang dari
1.76-25.24) yang berarti keteraturan berobat
umur tiga minggu sampai dengan umur lebih dari
merupakan faktor risiko.

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje 5
Tuturop K L, dkk.

70 tahun, namun penderita kusta yang terbanyak kelamin perempuan sebanyak 15 responden
adalah pada usia produktif.11 (30.0%). Berdasarkan hasil analisis diperoleh p-
Dari 50 responden yang dilakukan value sebesar 0.36 > 0.05 dan nilai OR sebesar
wawancara, terdapat 23 responden umur 15-65 2.11 (95% CI : 0.65-7.13) yang artinya tidak
tahun (46.0%) sedangkan yang umur <15 dan >65 terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
tahun sebanyak 2 responden (4.0%). Berdasarkan kejadian kusta di Puskesmas Kotaraja tahun 2021,
analisis diperoleh p-value sebesar 1.000 > 0.05 Dengan nilai OR sebesar 2.11 (95% CI : 0.65-
dan nilai OR sebesar 0.47 (95% CI : 0.41-5.65) 7.13) yang berarti jenis kelamin merupakan faktor
yang artinya, tidak terdapat hubungan antara umur risiko yang signifikan.
dengan kejadian kusta di Puskesmas Kotaraja Penelitian ini sejalan dengan penelitian
tahun 2021, dimana responden yang memiliki yang dilakukan oleh Marwali Harahap yang
umur 15-65 tahun berisiko sebesar 0.47 kali lebih menyatakan bahwa penyakit kusta dapat
besar untuk menderita kusta. menyerang semua orang. Laki-laki lebih banyak
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkena perbandingan dengan Wanita, dengan
yang dilakukan oleh Dewi Sendy Ramadhani dkk, perbandingan 2:1. Walaupun ada beberapa
tentang determinan kejadian penyakit kusta di daerah yang menunjukkan insiden ini hampir
wilayah kerja puskesmas kecamatan Limo Tahun sama bahkan ada daerah yang menunjukkan
2013, dimana hasil uji statistik menunjukkan penderita wanita lebih banyak.14
bahwa nilai p-value = 0,747 berarti p-value > 0,05,
c. Tingkat Pendidikan
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
Tingkat pendidikan merupakan salah satu
hubungan antara umur terhadap kejadian penyakit
unsur yang menentukan pengalaman dan
kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
pengetahuan seseorang, baik dalam ilmu
Limo, Kota Depok, Jawa Barat.12
pengetahuan maupun dalam kehidupan sosial.
b. Jenis Kelamin Tingkat pendidikan menurut Undang-undang No.
Jenis Kelamin merupakan secara fisik pria 20 Tahun 2003 adalah: Pendidikan dasar atau
cenderung untuk laki-laki lebih kuat dibandingkan rendah (SDSMP/MTs); Pendidikan
wanita, wanita sejak bayi hingga dewasa memiliki Menengah: SMA/SMK/ sederajat); dan
daya tahan lebih kuat dibandingkan laki-laki, baik Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi).
itu daya tahan akan rasa sakit dan daya tahan Dari 50 responden yang dilakukan
terhadap penyakit. Anak laki-laki lebih rentan wawancara, terdapat responden yang memiliki
terhadap berbagai jenis penyakit dan cacat tingkat pendidikan rendah sebanyak 21 orang
dibandingkan wanita. Selain itu, secara neurologis (42.0%) dan yang tingkat pendidikan tinggi
anak perempuan lebih matang dibandingkan anak sebanyak 1 orang (2.0%). Berdasarkan hasil
laki-laki sejak lahir hingga masa remaja dan analisis di peroleh p-value sebesar 0.00 < 0.05
pertumbuhan fisiknya pun lebih cepat. Wanita dan nilai OR sebesar 11.1 (95% CI : 2.86-43.46)
lebih cenderung hidup lebih lama daripada pria. yang artinya, terdapat ada hubungan antara
Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan tingkat pendidikan dengan kejadian kusta di
bahwa proporsi penderita kusta yang berjenis Puskesmas Kotaraja tahun 2021, yang berarti
kelamin lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan merupakan faktor risiko yang
perempuan.13 signifikan.
Dari 50 responden yang di lakukan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
wawancara, terdapat 10 responden (20.0%) yang yang dilakukan oleh Riyanto Martomijoyo tentang
berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

6 https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje
Jambura Journal of Epidemiology 1 (1), 2022

penyakit kusta pada penduduk di Kecamatan bahwa tipe kusta MB memiliki faktor risiko yang
Tukdana Kabupaten Indramayu tahun 2012. Hasil sangat besar dan bermakna terhadap timbulnya
uji statistik menunjukkan nilai p-value = 0,03 pada kejadian kusta.
α = 0,05. karena nilai p value < 0,05, berarti
e. Riwayat Kontak
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat
Riwayat kontak merupakan riwayat
pendidikan responden dengan kejadian kusta di
seseorang kontak dengan penderita kusta.
Kecamatan Tukdana.15
Penularan penyakit kusta dapat terjadi melalui
Studi faktor-faktor yang berhubungan
kontak langsung yang lama dan erat melalui
dengan kejadian kusta pada wilayah kerja
saluran pernapasan bagian atas dan melalui
Puskesmas Bakunase Kota Kupang Tahun 2017
kontak kulit. Kontak dengan penderita kusta
yang menyatakan ada hubungan antara tingkat
dikatakan berisiko jika >2 tahun dan tidak berisiko
pendidikan dengan kejadian kusta.16
jika kontak terjadi ≤2 tahun.19 Peristiwa kontak
Tingkat pendidikan sebagai salah satu
cenderung lebih sering dan intens pada kontak
unsur yang menentukan pengalaman dan
serumah dengan risiko penularan yang lebih
pengetahuan seseorang, baik dalam ilmu
tinggi. Kontak tetangga dan kontak sosial juga
pengetahuan maupun kehidupan sosial, oleh
berpengaruh terhadap penularan kusta meskipun
karena itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan
dengan risiko penularan yang lebih rendah. 20
rendah yang dimiliki penderita seharusnya
Dari 50 responden yang dilakukan dengan
berhubungan dengan kejadian kusta. Pada
wawancara, riwayat kontak >2 tahun terdapat 24
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
responden (48.0%) dan riwayat kontak ≥2 tahun 1
maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya,
responden (2.0%). Berdasarkan hasil analisis
dengan memberikan informasi tentang cara-cara
terdapatkan p value sebesar 0.01 < 0.05
mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan
menunjukkan Ho ditolak hal ini berarti dapat
kesehatan, cara menghindari penyakit dan
diketahui terdapat hubungan antara riwayat
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
kontak dengan kejadian kusta di Puskesmas
masyarakat tentang hal tersebut.17
Kotaraja tahun 2021. Dengan nilai OR sebesar
Berdasarkan penelitian di Indonesia, tingkat
13.5 (95% CI : 1.55-117.13) yang berarti riwayat
pendidikan mempunyai hubungan dengan
kontak merupakan faktor risiko yang signifikan.
pencegahan kusta. Jadi, semakin tinggi tingkat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di
pendidikan seseorang maka semakin rendah
Kabupaten Indramayu, hasil penelitian
peluang mereka kontak dengan penderita kusta. 18
menunjukkan bahwa responden yang memiliki
d. Tipe Kusta riwayat kontak dengan penderita kusta 38,5 kali
Berdasarkan tipe kusta sebanyak dari 25 berisiko lebih besar untuk menderita penyakit
kasus menunjukkan responden terbanyak adalah kusta dibandingkan responden yang tidak memiliki
tipe kusta basah sebanyak 16 orang (32.0%) dan riwayat kontak dengan penderita penyakit kusta.20
tipe kusta kering sebanyak 9 orang (18.0%). Hasil wawancara yang dilakukan peneliti,
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa didapatkan bahwa penderita kusta sebagian besar
responden paling dominan mengalami kusta tipe memiliki riwayat kontak erat dengan penderita
multibasiler (MB) dan kejadian kusta 16 orang kusta baik keluarga, tetangga, teman asrama,
(32.0%) yang berarti tipe kusta bukan faktor risiko teman sekolah, maupun teman kerja lebih dari 2
yang signifikan tahun. Riwayat kontak memiliki pengaruh yang
Penelitian ini sejalan dengan yang signifikan dengan kejadian kusta disebabkan
dilakukan oleh di distrik Arga yang menyebutkan penularan kusta melalui saluran pernafasan yaitu

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje 7
Tuturop K L, dkk.

mukosa hidung dan kulit (kontak langsung yang keteraturan berobat teratur sebanyak 4 responden
lama dan erat), bakteri kusta mencapai (8.0%). Berdasarkan hasil analisis terdapatkan p
permukaan kulit melalui folikel rambut dan kelenjar value sebesar 0.00 < 0.05 menunjukkan Ho ditolak
keringat. Kemungkinan penularan kusta tidak hal ini berarti dapat diketahui terdapat hubungan
hanya terbatas pada kelompok anggota keluarga antara keteraturan berobat dengan kejadian kusta
yang kontak serumah walaupun intensitas kontak di Puskesmas Kotaraja. Dengan nilai OR sebesar
terjadi lebih sering sehingga risiko lebih tinggi 6.68 (95% CI:1.76-25.24) yang berarti keteraturan
sering ditemukan. Namun kontak dengan tetangga berobat merupakan faktor risiko yang signifikan.
dan kontak sosial juga penting pada kasus kusta. 20 Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Basaria
Bakteri penderita yang tidak diobati atau yang menemukan hubungan keteraturan berobat
tidak teratur berobat merupakan sumber dengan kejadian kusta.21 Dalam buku Pedoman
penularan yang utama, sehingga penting adanya Nasional pengendalian penyakit kusta, disebutkan
pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan bahwa reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama
kusta yang diharapkan akan meningkatkan atau setelah pengobatan. Untuk mengurangi
kesadaran masyarakat untuk berobat dan patuh reaksi kusta, setiap penderita diberikan obat
terhadap saran tenaga kesehatan atau medis. Di penanganan reaksi dan tetap mengkonsumsi obat
samping itu, sangat penting adanya case holding kusta.22
dengan tertib pada penderita kusta untuk
g. Dukungan keluarga
menghindari adanya kasus mangkir berobat yang
Dukungan keluarga adalah semua bantuan
pada akhirnya akan meningkatkan jumlah
yang diberikan oleh anggota keluarga sehingga
penularan kusta disekitarnya dan untuk selalu
akan memberikan rasa nyaman secara fisik dan
patuh minum obat.20
psikologis pada individu yang sedang merasa
f. Keteraturan berobat tertekan atau stress akibat masalah yang
Penularan kusta juga dapat terjadi jika dihadapi. Penderita kusta yang mendapatkan
kontak dengan penderita kusta yang minum obat dukungan keluarga yang baik akan merasakan
tidak teratur maupun yang tidak diobati karena manfaat yaitu mengurangi stress dan depresi yang
masih banyak mengandung M. Leprae. Penderita dirasakan karena menderita kusta. Dalam suatu
yang tidak teratur minum obat maupun yang tidak keluarga ada beberapa fungsi yang harus
diobati, kemungkinan diakibatkan karena tidak dijalankan, salah satunya adalah fungsi perawatan
adanya askes dalam mendapatkan obat maupun keluarga yaitu memberikan perawatan kepada
tidak tersedianya obat tersebut padat unit anggota keluarga yang sakit.
pelayanan kesehatan di daerah.7 Proses penyembuhan pada penyakit kusta
Berdasarkan laporan P2 Kusta Kabupaten sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan
Lamongan tahun 2010 diketahui bahwa proposi oleh keluarga penderita kusta. Dukungan keluarga
penderita yang teratur minum obat pada waktunya mempunyai peran penting dalam pengobatan,
sebesar 52,4% pada tipe PB dan 13,5% pada tipe karena keluarga bisa memberikan dorongan baik
MB. Pada level nasional angka keteraturan fisik maupun mental bagi penderita. Dukungan
berobat sebesar 89,5% pada tipe PB dan 84% keluarga yang diperoleh penderita kusta di wilayah
pada tipe MB Capaian ini belum memenuhi target kerja Puskesmas Ajung dan Puskesmas Sumber
yang ditetapkan yaitu sebesar 90%. baru Kabupaten Jember berasal dari anggota
Dari 50 responden yang dilakukan dengan keluarganya yaitu suami, istri, ayah, ibu, anak,
wawancara, terdapat keteraturan berobat tidak maupun mertua.
teratur sebanyak 21 responden (42.0%) dan

8 https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje
Jambura Journal of Epidemiology 1 (1), 2022

Dukungan Emosional (Emotional Support), kejadian kusta di Puskesmas kotaraja.


dalam hal ini mencakup ungkapan empati, Bagi pihak puskesmas agar dapat
perhatian pada individu. Meliputi pemberian rasa melakukan penyuluhan tentang penyakit kusta
nyaman, pemberian rasa dicintai dan pemberian kepada masyarakat ataupun pada penderita.
rasa dipedulikan. Dukungan emosional dapat Penyuluhan yang rutin diharapkan dapat
dikatakan sebagai bentuk dukungan yang meningkatkan pengetahuan sehingga
membuat individu agar lebih menerima kondisi masyarakat dapat meningkatkan usaha
dan dapat mengontrol emosi diri. Dukungan pencegahan penularan penyakit kusta.
emosional dari kepala keluarga bagi penderita
kusta sangat dibutuhkan karena dengan adanya UCAPAN TERIMA KASIH
dukungan emosional dari kepala keluarga Ucapan terima kasih kami sampaikan
contohnya pemberian perhatian dan dicintai akan kepada pihak Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
dapat membuat penderita kusta lebih Kesehatan Kota, yang telah memberikan izin
bersemangat dalam menjalani hidup dan tentunya untuk menggunakan data sebagai sumber utama
penderita kusta akan dapat mengontrol emosi diri, referensi, Pimpinan dan staf Puskesmas Kotaraja
sehingga penderita kusta dapat lebih menerima yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
kondisi fisiknya saat ini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dan juga kepada responden yang telah
penelitian Widyastuti bahwa dukungan keluarga berpartisipasi dan memberikan waktu dan
yang dapat berasal dari sumber internal yang kesempatan kepada penulis untuk melakukan
meliputi dukungan dari suami, istri atau dukungan wawancara pengambilan data dalam penelitian.
dari saudara kandung dan keluarga besar.23
Dari 50 responden yang dilakukan dengan DAFTAR PUSTAKA
wawancara, terdapat sebanyak 19 responden 1. Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan
(38.0%) dukungan keluarga yang tidak Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian
mendukung dan yang dukungan keluarga Kesehatan RI.2020
mendukung sebanyak 6 responden (12,0%). 2. World Health Organization. (2019). Weekly
Berdasarkan hasil analisis diperoleh p-value Epidemiological RecordNOS. 35/36.Diakses
sebesar 0.01 < 0.05 menunjukkan Ho ditolak hal 30 Desember 2019, dari
ini berarti dapat diketahui terdapat hubungan https://www.who.int/wer/en/
antara keteraturan berobat dengan kejadian kusta 3. Dinkes, Papua (2020). Data Kasus Kusta
di Puskesmas Kotaraja. Dengan nilai OR sebesar tahun 2020. Dinas Kesehatan Provinsi
5.63 (95% CI : 1.64-19-23) yang berarti dukungan Papua. Jayapura
keluarga merupakan faktor risiko yang signifikan. 4. Dinkes Kota Jayapura (2020). Data Jumlah
Kasus Kusta Di 13 Wilayah Kerja Puskesmas
KESIMPULAN DAN SARAN
tahun 2020. Dinas Kesehatan Kota Jayapura.
Berdasarkan hasil penelitian dan 5. Puskesmas Kotaraja (2021). Data Profil
pembahasan tentang faktor risiko yang Puskesmas Kotaraja, Kota Jayapura:
berhubungan dengan kejadian kusta di Puskesmas Kotaraja.
Puskesmas Kotaraja, diperoleh kesimpulan 6. Setiadi. (2008). Konsep dan Proses
bahwa, tidak ada risiko antara umur dan jenis Keperawatan Keluarga. Edisi pertama.
kelamin bukan merupakan faktor risiko kejadian Yogyakarta. Graha Ilmu.
kusta di Puskesmas Kotaraja. Sedangkan
tingkat, riwayat kontak, keteraturan berobat, dan
dukungan keluarga merupakan faktor risiko

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje 9
Tuturop K L, dkk.

7. Rosa, 2020. Faktor-Faktor Yang 16. Muntasir, Muntasir; Salju, Edwinandro V.;
Berhubungan Dengan Tingkat Kecacatan Rulianti, Luh Putu. Studi Faktor-Faktor Yang
Penderita Kusta Di Rsud Dr.Pirngadi Medan Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Tahun 2015-2019. Skripsi: Fakultas Kusta Pada Wilayah Kerja Puskesmas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Bakunase Kota Kupang Tahun 2017. Jurnal
Utara. Info Kesehatan, 2018, 16.2: 197-213. DOI:
8. Maria Christiana, 2008, Analisis Faktor Risiko
https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.2
Kejadian Kusta (Studi kasus di Rumah Sakit 23.
Kusta Donorejo Jepara) Tahun 2008. Skripsi : 17. Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan:
Universitas Negeri Semarang.
Teori dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.
9. Wahyuni, C. U., & Selum, S. (2012). The Risk 18. Oktaria, Renti; Putra, Purwanto. Peran Orang
of Disability Among Leprosy Patients in
Tua Dalam Mencegah Penularan Pandemi
Pamekasan District, East Java Province. Covid-19 Pada Anak: Pembiasaan Dan
Indonesian Journal of Public Health, 8(3), Pendidikan Keluarga. al Huwiyah: Journal of
3911.
Woman and Children Studies, 2021, 1.2.
10. Elprida. Faktor Risiko yang berhubungan
19. Departemen Kesehatan RI, 2007, Profil
dengan Kejadian Kusta di Puskesmas Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Abepura, Kota Jayapura. Skripsi. 2018.
20. Akbar, H. (2020). Faktor Risiko Kejadian
11. Ditjen P2P Kementerian Pedoman Nasional Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas
Program Pengendalian Kusta Tahun 2012. Juntinyuat. Jurnal Wiyata.
Kesehatan RI. (2012). Buku: Pedoman 21. Hutabarat, B. (2007). Pengaruh Faktor
nasional program pengendalian penyakit Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan
kusta. Minum Obat Pada Penderita Kusta di
12. Dewi, dkk. 2015. Determinan Kejadian Kusta Kabupaten Asahan Tahun 2007. Tesis.
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lino Medan: Universitas Sumatera Utara
tahun 2013. 22. Depkes RI. Departemen Kesehatan RI, 2012,
13. Manyullei, et.al, 2012, Gambaran Faktor Yang Buku Pedoman Nasional Pemberantasan
Berhubungan Dengan Penderita Kusta Di Penyakit Kusta. Jakarta: Departemen
Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Kesehatan RI.
Indonesian Journal of Public Health, Vol. 1 No. 23. Widyastuti, S. Hubungan antara dukungan
1 : 10 – 17.
keluarga dengan harga diri penderita kusta di
14. Harahap, Marwali, ed. Mycobacterial skin
rawat inap RSUD Tugurejo. Skripsi. FIKKES-
diseases. Vol. 10. Springer Science &
Unimus, 2009.
Business Media, 1989.
15. Martomijoyo, Riyanto. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit kusta pada
penduduk di kecamatan tukdana Kabupaten
indramayu tahun 2012. Jurnal, 2014, 7.11.

10 https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje

Anda mungkin juga menyukai