Anda di halaman 1dari 36

Asuhan keperawatan pada An.

S dengan Diangnosa penyakit AML (Acute


Myeloid Leukemia) di RSUP Dr.M. Djamil padang

MAKALAH

DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

proses keperawatan berfikir kritis

OLEH

PUTRI OKTAVIANI
NIM221212023

KELAS 1.A

DOSEN PENGAMPU

Ns.MIRA ANDIKA,M.Kep

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya,penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu telah
yang ditentukan. Selawat beriringan salam semoga tercurah kepada nabi
Muhammad SaW. Sebagai uswatun hasanah dari dunia sampai keakhirat.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari segala karunia dan nikmat Tuhan yang
senantiasa dierikan kepada penulis sehingga penulis makalah makalah ini
terencana dengan baik.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi Sebagian tugas mata kuliah proses
keperawatan berpikir kritis. Makalah ini berjudul ‘’ Asuhan keperawatan pada
An.S datang ke RSUP Dr.M. Djamil Padang melalui IGD dengan Diangnosa
penyakit AML (Acute Myeloid Leukemia) sejak Agustus 2019 dengan Keluhan
Demam Hilang timbul’’.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang
terdekat, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis
pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih untuk semuanya yang sudah mau
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.


Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima
dengan baik.

Padang,24 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......…...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN…….................................................................................
a) . Latar belakang................................................................................................
b). Tujuan penulisan (Tujuan Umum dan Tujuan Khusus).................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
a) . Konsep penyakit........ ....................................................................................
1) Defenisi..............................................................................................
2) Klafikasi (jika ada).............................................................................
3) Penyebeb............................................................................................
4) Tanda dan gejala /menifestasi klinis..................................................
5) Patofisiologi. ......................................................................................
6) Woc....................................................................................................
7) Penatalaksanaan.................................................................................
8) Pemeriksaan penunjang......................................................................
9) Komplikasi.........................................................................................
b). konsep asuhan keperawatan ..........................................................................
1) Penkajian............................................................................................
2) Diagnosa keperawatan.......................................................................
3) Intervensi,Implementasi,Evaluasi......................................................
BAB III LAPORAN KASUS (mulai dari pengkajian sampai evaluasi)..................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
a) Kesimpulan.................................................................................................
b) Saran...........................................................................................................
Bagian Akhir.............................................................................................................
a) Daftar Pustaka................................................................................................
b) Lampiran -lampiran.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Leukemia Mieloid Akut (LMA) adalah salah satu kanker darah yang
ditandai dengan transformasi ganas dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor
dari seri mieloid. Bila tidak diobati, penyakit ini akan mengakibatkan kematian
secara cepat dalam waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis
(Kurnianda, 2009).

Insiden LMA cukup jarang tapi termasuk salah satu penyumbang terbesar
angka kematian yang diakibatkan kanker. Angka kejadian LMA untuk semua
umur di dunia sebanyak 3,7 per 100.000 penduduk pertahun (Deschler & Lubbert,
2006). Angka kejadian meningkat menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun
berdasarkan jumlah kasus dan kematian pada tahun 2008 – 2012. Diperkirakan
pada tahun 2015 akan ada sekitar 20.830 kasus baru LMA di seluruh dunia
(SEER, 2012).

Penelitian di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta mendapatkan sebanyak 210


pasien didiagnosis LMA sejak tahun 1999 sampai dengan 2011. Rata-rata jumlah
per tahun adalah 16 pasien dengan jumlah tertinggi pada tahun 2010 sebanyak 27
pasien (Supriyadi et al, 2011).

Dari data rekam medis Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP DR. M.
Djamil Padang, jumlah pasien LMA rawat inap dari tahun 2008-2013 adalah
sebanyak 73 kasus.

Walaupun LMA dapat terjadi pada semua kelompok usia,LMA adalah


bentuk umum leukemia akut pada orang dewasa, insidennya makin sering
ditemukan sejalan dengan meningkatnya usia dan hanya Sebagian kecil (10-15%)
leukemia yang terjadi di masa anak (Hoffbrand & Moss, 2013). Rata-rata usia
pasien LMA di Amerika Serikat adalah 67 tahun (Sekeres, 2014). Dalam
penelitian terhadap 25 orang pasien LMA di poliklinik rawat jalan dan rawat inap
Bagian Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang serta RS swasta di kota
Padang pada tahun 2014 didapatkan nilai rerata usia pasien LMA adalah 39,5
tahun (Asputra H, 2015).

Untuk kejadian berdasarkan jenis kelamin, dalam suatu penelitian di


Amerika didapatkan bahwa prevalensi LMA pada pria berusia >65 tahun lebih
tinggi dari wanita >65 tahun. Namun tidak ditemukan perbedaan insiden
berdasarkan jenis kelamin pada pasien yang lebih muda (Turbeville, 2015).

Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang


menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda
blast, hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi sel blast tersebut di sumsum
tulang. Akumulasi ini akan menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan
pada akhirnya mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang yang ditandai
dengan sitopenia (anemia, leukopenia dan trombositopenia). Hal ini menyebabkan
munculnya tanda dan gejala utama LMA berupa rasa lelah, perdarahan dan mudah
infeksi. Selain itu bisa juga terjadi infiltrasi sel blast ke organ yang akan
menimbulkan tanda dan gejala bervariasi tergantung organ yang diinfiltrasi
(Kurnianda, 2009). Oleh karena itu pemeriksaan fisik, darah lengkap dan sumsum
tulang termasuk Langkah awal yang penting dalam diagnosis pasien LMA.

Keberhasilan pengobatan LMA di Indonesia masih sangat rendah bila


dibandingkan laporan penelitian dari negara lain. Faktor yang paling berperan
terhadap hal ini adalah kematian yang tinggi akibat infeksi berat atau sepsis
(Sjakti et al, 2012). Hal ini juga berkaitan erat dengan kualitas pelayanan
pendukung dan infrastruktur lainnya yang masih terbatas di negara berkembang
(Howard et al, 2008).
Saat ini penelitian mengenai LMA masih jarang dilakukan di Indonesia.
Meskipun kasusnya cukup jarang, namun progresifitas penyakit ini sangat cepat
sehingga berbahaya jika tidak segera dikenali dan ditatalaksana dengan tepat.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran karakteristik
pasien LMA yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil
Padang periode Juli 2015- Juni 2016 sebagai gambaran terbaru dari kasus-kasus
LMA di RSUP DR. M. Djamil Padang.

B.TUJUAN

1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini untuk penatalaksanaan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien Leukemia Mieloid
Akut (LMA)

2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian kepada pasien Leukemia Mieloid Akut
b. Untuk Analisa data pada pasien Leukemia Mieloid Akut
c. Merumuskan diagnosa keperawatan yg muncul
d. Merumuskan intervensi keperawatan
e. Melakukan evaluasi,implementasi Tindakan keperawatan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1) Definisi
Penyakit leukemia merupakan pantagonis dari sel pembuat
darah yang bersifat sistemik yang biasanya berakhir fatal.
Leukemia mrupakan penyakit daraeh yang terjadinya kerusakan
pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang bekerja
aktif membuat sel darah tetapi yang dihasikan adalah sel darah
yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah
yang normal. Berdasarkan morfologiksel terdapat 5 golongan besar
leukimia sesuai dengan 5 macam system hemopoietic dalam
sumsm tulang. (Ngastiyah, 2005).

Lima golongan besar leukimia :

- Lekimia system eritropoietik: mielosis eritremika atau penyakit


di Guglielmo
- Leukimia system granulopoietik :atau mielositik.
- Leukimia system trobopoietik : leukimia megakariositik
- Leukimia system 2 :leukimia limfositik
- Leukemia RES:retikuloendoteliosis yang dpat berupa leukimia
monositik, leukemia plasmositik (penykit Kahler),hisitiositosis,
dan sebagainya.
Pada umumnya gejala klinis dari berbagai leukimia hampir
sama hanya berbeda apakah akut atau kronik. Juga gejala
hematologis lain yang bergantung pada morfologis selnya.

Perbedaan darah noemal darah normal dan tidak normal

2) Klasifikasi
AML terbagi atas berbagai macam subtipe. Hal ini
berdasarkan morfologi, diferensiasi dan maturasi sel leukemia yang
dominan dalam sumsum tulang, serta penelitian sitokimia.
Mengetahui subtipe AML sangat penting, karena dapat membantu
dalam memberikan terapi yang terbaik.Klasifikasi AML yang
sering digunakan adalah klasifikasi yang dibuat oleh French
American British (FAB) yang mengklasifikasikan leukemia
mieloid akut menjadi 7 subtipe yaitu sebagai berikut.
Subtipe menurup FAB Nama Lazim
(French American British) ( % Kasus)
MO Leukimia Mieloblastik Akut
dengan diferensiasi Minimal
(3%)
M1 Leukimia Mieloblastik Akut
tanpa maturasi (15-20%)
M2 Leukimia Mieloblastik Akut
dengan maturasi granulositik
(25-30%)
M3 Leukimia Promielositik Akut
(5-10%)
M4 Leukimia Mielomonositik Akut
(20%)
M4Eo Leukimia Mielomonositik Akut
dengan eosinofil abnormal (5-
10%)
M5 Leukimia Monositik Akut (2-
9%)
M6 Eritroleukimia (3-5%)
M7 Leukimia Megakariositik Akut
(3-12%)

Klasifikasi AML menurut FAB


Gambaran mikroskopis AML M4

3) Penyebab Leukemia Mieloid Akut


Leukemia mieloblastik akut atau acute myeloid leukemia
terjadi karena perubahan atau mutasi DNA pada sel induk di dalam
sumsum tulang. Sel induk sendiri adalah sel yang menjadi cikal
bakal sel-sel darah. Perubahan DNA pada sel induk menyebabkan
gangguan pada fungsi sumsum tulang dalam memproduksi sel
darah sehat. Sebagai gantinya, sumsum tulang memproduksi sel
darah putih tidak sehat dan belum matang yang disebut myeloblast.
Myeloblast berkembang dengan cepat, kemudian
menggantikan sel darah sehat dalam sumsum tulang. Akibatnya,
penderita LMA rentan terhadap berbagai jenis infeksi. Hal ini
karena myeloblast tidak memiliki kemampuan untuk melawan
infeksi dalam tubuh.
Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya mutasi DNA
pada sel induk di dalam sumsum tulang. Namun, ada faktor-faktor
yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita leukemia
mieloblastik akut, yaitu:
 Berusia 65 tahun atau lebih
 Berjenis kelamin laki-laki
 Merokok
 Sering terpapar bahan kimia berbahaya, seperti benzena
Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena baru
menjalani transplantasi organ

 Menderita kelainan darah, seperti sindrom mielodisplasia


dan trombositosis
 Menderita kelainan genetik, misalnya sindrom Down
 Memiliki riwayat LMA dalam keluarga
 Pernah menjalani kemoterapi dan radioterapi sebelumnya
Gejala Leukemia Mieloblastik Akut
4) Tanda dan gejala Leukemia Mieloid Akut
Leukemia mieloblastik akut (LMA) tahap awal menimbulkan
gejala yang menyerupai flu, seperti:
 Demam
 Hilang nafsu makan
 Keringat berlebihan, terutama di malam hari
 Mudah lelah
 Sakit kepala
Jika sel leukemia telah menyebar ke bagian tubuh lain, maka gejala
yang dapat muncul adalah:
 Nyeri sendi dan tulang
 Penglihatan kabur
 Gangguan keseimbangan
 Mudah memar atau muncul ruam di kulit
 Sesak napas
 Kulit pucat
 Kejang
 Mimisan
 Gusi bengkak atau berdarah
 Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, pangkal paha
atau, ketiak

5) Patofisiologi leukemia
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna
dan perluasan klon-klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada
tingkat diferensiasi dan tidak bisa berkembang menjadi bentuk
yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis
pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid
dan induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid
akan membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan
berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit dan
megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi dapat terjadi
perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui
penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu,
sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan menekan
pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang. Sel
leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang
kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga menyebabkan
gangguan metabolisme sel dan fungsi organ.
AML merupakan neoplasma uniklonal yang menyerang
rangkaian mieloid dan berasal dari transformasi sel progenitor
hematopoetik. Sifat alami neoplastik sel yang mengalami
transformasi yang sebenarnya telah digambarkan melalui studi
molekular tetapi defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan
melalui progeni sel. Defek kualitatif dan kuantitatif pada semua
garis sel mieloid, yang berproliferasi pada gaya tak terkontrol dan
menggantikan sel normal. Sel-sel leukemik tertimbun di dalam
sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan sel-sel yang
menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian
dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya,
dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri.
Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat
6) WOC

dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis, anemia, gagal


hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya. Kematian pada
penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan penekanan
sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula
disebabkan oleh infiltrasi sel leukemik tersebut ke organ tubuh
penderita.
7) Penatalaksaan
Penatalaksanaan pasien AML adalah berupa terapi suportif,
simtomatis, dan kausatif. Tujuan dari terapi AML adalah untuk
menghancurkan sel-sel leukimia dan membirakan sumsum tulang
untuk berfungsi secara normal lagi. Terapi suportif dilakukan
untuk menjaga balance cairan melalui infus dan menaikkan kadar
Hb pasien melalu tranfusi. Pada AML, terapi suportif tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan. Sedangkan terapi
simptomatis diberikan untuk meringankan gejala klnis yang
muncul seperti pemberian penurun panas. Yang paling penting
adalah terapi kausatif, dimana tujuannya adalah menghancurkan
sel-sel leukemik dalam tubuh pasien AML. Terapi kausatif yang
dilakukan yaitu kemoterapi. Terapi yang kini digunakan untuk
pasien-pasien dengan AML adalah terapi induksi, terapi
konsolidasi dengan kemoterapi, dan transplantasi sel punca
hematopoietik. Karena penyakit ini berkembang dengan sangat
cepat, maka pasien yang sudah terdiagnosis harus segera diterapi.

Terapi untuk AML dapat dibagi menjadi 2 fase :


a. Terapi induksi
Terapi induksi bertujuan untuk mencapai remisi
komplit yang didefinisikan sebagai blast dalam
sumsum tulang 1.000/μL, dan trombosit ≥
100.000/μL. Terapi induksi biasanya menggunakan
kombinasi 2 jenis obat kemoterapi (cystosine
arabinoside atau cytarabine dan anthracycline
antibiotic). Untuk pasien usia 18-60 tahun terapi
yang diberikan adalah: Tiga hari anthracycline
(daunorubicin 60 mg/m2 , idarubicin 10-12 mg/
m2 , atau anthracenedione mitoxantrone 10-12
mg/m2 ), dan 7 hari cytarabine (100-200 mg/ m2
infus kontinu) atau dikenal dengan “3 + 7”
merupakan standar terapi induksi. Respons komplit
tercapai pada 60-80% pasien dewasa yang lebih
muda. Untuk pasien usia 60-74 tahun terapi yang
diberikan serupa dengan pasien yang lebih muda,
terapi induksi terdiri dari 3 hari anthracycline
(daunorubicin 45-60 mg/m2 atau alternatifnya
dengan dosis ekuivalen) dan 7 hari cytarabine 100-
200 mg/m2 infus kontinu). Penurunan dosis dapat
dipertimbangkan secara individual. Pada pasien
dengan status performa kurang dari 2 serta tanpa
komorbiditas, respons komplit tercapai pada sekitar
50% pasien.1,2 Kedua jenis obat ini dimasukkan
melalui CVC (Central venous catheter) atau central
line. Selama dilakukan terapi induksi, pasien juga
diberikan allopurinol. Allopurinol bukan obat
kemoterapi. Obat ini diberikan untuk membantu
mencegah pembentukan kembali produk-produk sel
leukimia yang sudah hancur dan membantu ginjal
untuk mengekskresikannya.
b. Terapi konsolidasi
Terapi konsolidasi atau pasca-induksi diberikan
untuk mencegah kekambuhan dan eradikasi
minimal residual leukemia dalam sumsum
tulang.Biasanya untuk mencegah kekambuhan,
digunakan regimen yang sama dan dosis kemoterapi
yang sama atau lebih tinggi seperti yang digunakan
pada terapi induksi. Pada beberapa kasus dimana
risiko kekambuhannya tinggi, kemoterapi yang
intensif perlu untuk dilakukan berbarengan dengan
transplantasi sel induk

8) Pemeriksaan penunjang
a. Marfologi
Aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari
pemeriksaan rutin untuk diagnosis AML. Pulasan darah
dan sumsum tulang diperiksa dengan pengecatan May-
Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk hasil
yang akurat, diperlukan setidaknya 500 sel Nucleated
dari sumsum tulang dan 200 sel darah putih dari perifer.
7,8 Hitung blast sumsum tulang atau darah ≥ 20%
diperlukan untuk diagnosis AML, kecuali AML dengan
t(15;17), t(8;21), inv(16), atau t(16;16) yang didiagnosis
terlepas dari persentase blast.

b. Immunophenotyping
Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry,sering
untuk menentukan tipe sel leukemia berdasarkan
antigen permukaan. Kriteria yang digunakan adalah ≥
20% sel leukemik mengekpresikan penanda (untuk
sebagian besar penanda)
c. Sitogenetika
Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55%
pasien AML dewasa. Pemeriksaan sitogenetika
menggambarkan abnormalitas kromosom seperti
translokasi, inversi, delesi, adisi.
d. Sitogenetika molekuler
Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in
situ hybridization) yang juga merupakan pilihan jika
pemeriksaan sitogenetika gagal. Pemeriksaan ini dapat
mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari
kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11,
fusi gen MLL dan EV11, hilangnya kromosom 5q dan
7q.
e. Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan
perluasan penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke
organ lain.Contoh pemeriksaannya antara lain X-ray
dada, CT scan, MRI.
9) Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan leukemia adalah sebagai berikut:
Infeksi: risiko infeksi meningkat pada leukemia
Gangguan perdarahan: autoimmune hemolytic anemia, disseminated
intravascular coagulation, leukostasi Richter Transformation pada CLL
Gangguan neurologis: massa intraparenkimal, infiltrasi meningeal
Perdarahan: intrakranial, pulmonari, gastrointestinal
Infertilitas: akibat dari regimen terapi kemoterapi dan radiasi
Osteonekrosis sendi pada anak dengan leukemia
Gagal jantung,Gangguan endokrin,Neoplasma lainnya
Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu :

a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure).


Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang
memadai, yaitu berupa :
• Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu
sedikit).
• Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih.
• Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.

b. Infeksi.
Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga
dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem
imun tidak efektif.

c. Hepatomegali (Pembesaran Hati).


Membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal.

d. Splenomegali (Pembesaran Limpa).


Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian
berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar
bahkan beresiko untuk pecah.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada 11 maret 2022 pukul 09.00 WIB,

di RSUD DJamil padang. Pasien An.S umur 3 tahun, jenis kelamin laki-

laki. Diagnose medis Leukemia Mieloid Akut, Dirawat sejak 8 februari

2022.

Pada tanggal 8 februari 2022, jam 13:32 WIB , oleh keluarga

dibawa ke RSUD Djamil padang deangan keluhan demam sejak dua hari

yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Orang tua An.s mengatakan

mengatakan demam sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dengan

keadaan demamnya hilang timbul. Pada saat masuk IGD tersebut suhu
An. S mencapai 40℃. Anak juga mengalami mual dan muntah. Orangtua

juga mengeluhkan BAB An. S cair sejak mengalami demam. An. S

tampak lemas.

Selama kurang lebih 1 bulan dirawat dirumah sakit orangtua

mengatakan An. S sering mengalami demam yang hilang timbul. Orangtua

An. S mengatakan rata-rata demam An. S selama 5 hari kemudian demam

turun dan demam bisa datang lagi. Orangtua mengatakan terdapat luka

dibagian kaki kanan An. S . Luka nya mengeluarkan darah dan terdapat

nanah. Orangtua mengatakan luka juga berlobang. Orangtua mengatakan

selama di rumah sakit anak tidak nafsu makan. An. S hanya mau minum

dengan susu saja.

Riwayat penyakit dahulu : keluarga pasien mengatkan sudah sejak Agustus 2019

sudah dikenal dengan penyakit AML ( Acute Myeloid Leukemia )

Riwayat kesehatan keluarga : ibu An.S mengatakan tidak ada anggota keluarga

yang menderita kanker atau tidak ada yang memiliki penyakit yang sama apa

dengan An.S.

Pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum tampak lemah RR 21x/i suhu

36,9°C BB 13 kg TB: 99 cm, nilai IMT : 13,1 keadaan kepala didapatkan kepala

simetris. Pada bgaian mata tampak konjungtiva An.S anemis. Pada bagian mulut

tampak mulut sedikit kotor. tampak adanya sariawan pada mulut An.S. Bibir An.

S tampak kering dan pecahpecah. Pada pemeriksaan pemeriksaan abdomen


tampak perut An.S datar, tidak teraba pembesaran pada hepar dan tidak ada nyeri

tekan. Saat di perkusi terdengar typani dan suara bising usus An.S 15x/i.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 Maret 2022, didapatkan Hb 8,6

g/dl, Leukosit 77.56 103 /mm3, Trombosit 55.000/ mm3, Hematokrit 26%.

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu D5 ¼ NS 2400 cc/hari atau 100cc/jam,

ceftriaxone 2x700 mg IV, PCT, gentamicin 2x32 mg, metronidazole 4x200 mg.

mtx 12 mg.

1. Diagnosa keperawatan

No Data pengkajian Masalah eteologi


keperawatan
1. Ds : Hipertemia Proses penyakit
1. Demam keluhan sejak (mis,infeksi)
2 hari yang lalu
sebelum
Masuk rumah sakit
2. Orangtua mengatakan
demam hilang timbul
3. Orangtua mengatakan
Rata-rata demam
Selama 5 hari
kemudian
Demam turun dan bisa
datang lagi

Do:
1. Saat masuk IGD suhu
An.s mencapai 40˚c
2. Tampak lemas
2 Ds : Gangguan Upaya itegritas
1. Orang tua mengatakan intregritas kulit / Jaringan
Luka dibagian kaki jaringan
Kanan
2. Orang tua mengatakan
Luka juga berlobang

Do : -
3 Ds : Resiko infeksi Kerusakan
1. Orang tua mengatakan itegritas kulit
Luka dibagian kaki
Kanan
2. Ibu mengatakan tidak
nafsu makan
Do:
1. Luka nya mengeluarkan
Darah dan terdapar
nanah

4 Ds : Defisit nutrisi Factor psikologis


1. Orang tua mengatakan (mis, keengganan
Anak tidak nafsu untuk makan)
makan
2. Ibu mengatakan hanya
minum susu kadang
susu tidak diabiskan
Do :
1. Tampak An. S hanya
minum susu
2. Tampak lemas dan
pucat
3. IMT kurang dari
normal
IMT=13,1
4. TB : 99 CM
BB : 13 KG
5. Suara bising usus 15x/i
5 Ds : Perfusi periper Penurunan
Ds : tidak efektif konsentrasi
1. Akral An.S teraba hemoglobin
sedikit dingin
2. Hb rendah 8,6 g/dl (hb
normal 11,5 hingga
13,5 g/dL
3. Kongjuktiva anemis

Diagnosa kepererawatan
No Diagnosa keperawatan Tanggal Ttd Tanggal Ttd
diteggak teratasi
1 Hipertemia b/d proses 23 desember 24 desember
infeksi 2022,jum’at 2022,sabtu
Jam 08-00 Jam 15-00
2 Gangguan intregritas 23 desember 25 desember
kulit /jaringan b/d 2022,jum’at 2022,minggu
upaya itegritas jaringan Jam 09-30 Jam 10-00
3 Resiko infeksi b/d 23 desember 25 desember
Kerusakan integritas kulit 2022,jum’at 2022,minggu
Jam 11-15 jam 16-30
4 Defisit nutrisi b/d 24 desember 26 desember
Factor psikologis 2022,sabtu 2022,senin
(keengganan makan) Jam 08 -00 Jam 10 -10

5 Perfusi peliper 25 desember 26 desember


tidak efekrik b/d 2022,minggu 2022,senin
penurunan konsentrasi Jam 07-00 Jam 15-00
homoglobin

2. intervensi,implementasi,evaluasi
No Diagnosa Slki Siki
1 Hipertemia b/d proses infeksi Setelah dilkukan Manajemen hipertemia
Intervensi keperawatan Observasi :
Selama 1x24 jam maka -monitor suhu tubuh
termoregulasi -monitor haluaran urine
diharapkan -indifikasi penyebab
Membaik dengan kreteia hipetermia dehidrasi
Hasil: Terapeik :
-suhu tubuh membaik -sediakan lingkungan
-tekanan darah membaik yang dingin
-longgarkan atau
Lepaskan pakaian
-basahi atau kipasi
Permungkaan tubuh
-Berikan cairan oral
Edukasi :
-anjurkan tirah baring
Kalaborasi
-kalaborasi pemberian
Cairan dan eletrolit,jika
perlu

2 Gangguan intregritas kulit Setelah dilkukan Perawatan integritas


/jaringan b/d Intervensi keperawatan kulit
upaya itegritas jaringan Selama 1x24 jam maka Observasi :
Integritas kulit -identifikasi penyebab
Diharapkan membaik Gangguan integrutas
Dengan kreteria hasil : kulit
-keruskan jaringan kulitTerapeutik :
Menurun -gunakan produk
-pendarahan menurun Berbahan ringan/alami
-nyeri menurun Edukasi :
-anjurkan minum air
yang cukup
-anjurkan
meningkatkan nutrisi
-anjurkan
meningkatkan buah
dan sayur
3 Resiko infeksi b/d Setelah dilkukan Manajemen imunisasi
Kerusakan integritas kulit Intervensi keperawatan /vaksinasi
Selama 1x24 jam maka Observasi :
tingkat infeksi menurun -Indentifikasi Riwayat
Dengan kreteria hasil: Kesehatan dan Riwayat
-nafsu makan meningkat alergi
-demam menurun -indentifiksi
-Drainase purulen kontraindikasi
menurun pemberian imunusasi
-kurtur darah membaik Teurapetik:
-kultur area luka -berikan suntikan pada
Membaik Bayi dibagian pada
anterolateral
-dokumentasikan
Informasi vaksinasi
-jadwalkan imunisasi
Pada interval waktu
yang tepat
Edukasi :
-jelaskan
tujuan,manfaa,reaksi yg
Terjadi,jadwal,dan,efek
Samping
-informasikan imunisasi
Yang melindungi
terhadap penyakit
umum
4 Defisit nutrisi b/d Setelah dilkukan Manajemen nutrisi
Factor psikologis Intervensi keperawatan Observasi :
(keengganan makan) Selama 1x24 jam maka -indentifikasi status
diharapkan stastus Nutrisi
nutrisi membaik dengan -indentifikasi alergi
kreteria Makanan
Hasil: -identifikasi makanan
-porsi makan yang Yang disukai
Dihabiskan meningkat -identifikasi kebutuhan
-verbalisasi keinginan Kalori dan jenis
untuk meningkatkan Nutrient
nutrisi meningkat -monitor asupan
-sariawan menurun Makanan
-berat badan membaik -monitor berat badan
-indeks masa tubuh -monitor hasil pemerik-
(IMT) membaik Saan laboraturium
-frekuensi makan Terapeutik :
Membaik -fasilitasi menentukan
-nafsu makan membaik pedoman diet
-bising usus membaik -sajikan makanan
-membran mukosa secara menarik dan
membaik suhu yang sesuai
-berikan suplemen
Makanan
Edukasi :
-anjurkan posisi duduk
,jika mampu
-ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
-Kolaburasi pemberian
Medikasi sebelum
Makan
-kolaburasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
Jumlah kalori dan jenis
nutriel

5 Perfusi peliper Setelah dilkukan Perawatan sirkulasi


tidak efektif b/d penurunan Intervensi keperawatan Observasi:
konsentrasi homoglobin Selama 1x24 jam maka -periksa sirkulasi
diharapkanperfusi Perifer
peliper meningkat -monitor panas
dengan kreteri hasil: Terapeutik :
-akral membaik -hindari penekanan dan
-penyembuhan pemasangan taumiquet
Luka membaik Pada area yang cedera
-pengisian kapiler -lakukan pencegahan
membaik Infeksi
Edukasi :
-infomasikan tanda-
Tanda gejala yang
harus
Dilaporkan ,rasa sakit
Yang tidak hilang saat
Istiraha,luka tidak
sembuh,hilangnya rasa)
BAB III
LAPORAN KASUS

A.Pengkajian keperawatan
Langkah awal dalam proses asuhan keperawatan adalah pengkajian,metode
yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien
sehingga dapat diketahui berbagai permasalahan yang dialami
pasie(Tembaru,2018).Penulis malakah ini pasien dijadikan kasus kelolaan
utama,yakni pasien yang didiagnosa AML (Acute Myeloid Leukemia ) di RSUD
DJamil padang sejak Agustus 2019. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien
didapatkan data sebagai berikut.
1. Identitas pasien
Nama : An.S
Umur : 3 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Tanggal masuk : 8 februari 2022
Alasan masuk : dengan keluhan demam sejak 2
hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit
Diangnosa medis : AML (Acute Myeloid Leukemia)
2. Riwayat kesehatan

a. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki Riwayat AML sejak


agustus 2019, Ibu mengatakan semenjak An.S didiagnosa penyakit
tersebut kemudian An.S menjalankan terapi kemoterapi dari tahun
2021.ibu An.S mengatakan An.S terakhir dirawat dirumah sakit pada
tanggal 27 januari 2022.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien datang dalam kondisi sadar diantar oleh keluarganya 8 februari
2022,
Pukul 13.32 WIB ke IGD RSUD Djamil padang. Dengan ke dengan
keluhan demam sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Orangtua An. S mengatakan demam sudah dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu dengan keadaan demamnya hilang timbul. Pada saat masuk IGD
tersebut suhu An. S mencapai 40℃. Anak juga mengalami mual dan
muntah. Orangtua juga mengeluhkan BAB An. S cair sejak mengalami
demam. An. S tampak lemas. Selama kurang lebih 1 bulan dirawat
dirumah sakit orangtua mengatakan An. S sering mengalami demam yang
hilang timbul. Orangtua An. S mengatakan rata-rata demam An. S selama
5 hari kemudian demam turun dan demam bisa datang lagi. Orangtua
mengatakan terdapat luka dibagian kaki kanan An. S . Luka nya
mengeluarkan darah dan terdapat nanah. Orangtua mengatakan luka juga
berlobang. Orangtua mengatakan selama di rumah sakit anak tidak nafsu
makan. An. S hanya mau minum dengan susu saja.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum tampak
lemah RR 21x/i suhu 36,9°C BB 13 kg TB: 99 cm, nilai IMT : 13,1
keadaan kepala didapatkan kepala simetris. Pada bgaian mata tampak
konjungtiva An.S anemis. Pada bagian mulut tampak mulut sedikit kotor,
tampak adanya sariawan pada mulut An.S. Bibir An. S tampak kering dan
pecah-pecah. Pada pemeriksaan pemeriksaan abdomen tampak perut An.S
datar, tidak teraba pembesaran pada hepar dan tidak ada nyeri tekan. Saat
di perkusi terdengar typani dan suara bising usus An.S 15x/i.
c. Riwayat Kesehatan keluarga
Pada Riwayat Kesehatan keluarga ibu An.S mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang menderita kanker atau memiliki penyakit yang sama dengan
An.S.

3. Hasil laboraturium

Hasil pemeriksaan Laboratorium An.S pada tanggal 10 Maret 2022,


didapatkan Hb 8,6 g/dl, Leukosit 77.56 10 3/mm3, Trombosit 55.000/ mm3,
Hematokrit 26%. Penatalaksanaan yang diberikan yaitu D5 ¼ NS 2400
cc/hari atau 100cc/jam, ceftriaxone 2x700 mg IV, PCT, gentamicin 2x32 mg,
metronidazole 4x200 mg. mtx 12 mg.

1. Implementasi keperwatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan
sebelummnya,implementasi keperawata pada pasien dilakukan pada
hari jum’at tanggal 23 desember 2022 mulai dari pukul 08.00 WIB
sampai tanggal 26 desember 2022 jam 15.00 WIB. Di RSUD Djamil
padang
No Tggl /jam Implementasi Respon Paraf
1 23-12-22 Hipertemia Ds :
08.00 -Demam keluhan
sejak 2 hari yang
WIB
lalu sebelum
Masuk rumah sakit
-Orangtua
mengatakan demam
hilang timbul
-Orangtua
mengatakan Rata-
rata demam Selama
5 hari kemudian
Demam turun dan
bisa datang lagi
Do :
-Saat masuk IGD
suhu An.s mencapai
40˚c
-Tampak lemas

2 23-12-22 Gangguan intregritas


DS:
kulit /
09.30 -Orangtua
jaringan
mengatakan
Wib
Luka dibagian kaki
Kanan
-Orangtua
mengatakan Luka
juga berlobang

3 23-12-22 Resiko infeksi Ds :


-Orangtua
11.15
mengatakan Luka
WIB dibagian kaki Kanan
-Ibu mengatakan
tidak nafsu makan
Do:
-Lukanya
mengeluarkan
Darah dan terdapar
nanah

4 24-12-22 Deficit nutrisi Ds :


-Orangtua
08.00
mengatakan
wib Anak tidak nafsu
makan
-Ibu
mengatakan hanya
minum susu kadang
susu tidak diabiskan
Do :
-Tampak An. S
hanya minum susu
-Tampak lemas dan
pucat
-IMT kurang dari
normal IMT=13,1
-TB : 99 CM
BB : 13 KG
Suara bising usus
15x/i
5 25-12-22 Perfusi periper tidak Ds :
Ds :
07.00 efektif
-Akral An.S teraba
wib sedikit dingin
-Hb rendah 8,6 g/dl
(hb normal 11,5
hingga 13,5 g/dL
Kongjuktiva anemis

2. Intervensi
rencana keperwatan yang dilakukan pada pasien mengacu pada SLKI
dan SIKI.berdasarkan diagnose keperawatan yang ditegakkan pada
pasien,perencanaan keperawatan yang dilakukan sebagi berikut:

No Diagnosa Slki Siki


1 Hipertemia b/d proses infeksi Setelah dilkukan Manajemen hipertemia
Intervensi keperawatan Observasi :
Selama 1x24 jam maka -monitor suhu tubuh
termoregulasi -monitor haluaran urine
diharapkan -indifikasi penyebab
Membaik dengan kreteia hipetermia dehidrasi
Hasil: Terapeik :
-suhu tubuh membaik -sediakan lingkungan
-tekanan darah membaik yang dingin
-longgarkan atau
Lepaskan pakaian
-basahi atau kipasi
Permungkaan tubuh
-Berikan cairan oral
Edukasi :
-anjurkan tirah baring
Kalaborasi
-kalaborasi pemberian
Cairan dan eletrolit,jika
perlu

2 Gangguan intregritas kulit Setelah dilkukan Perawatan integritas


/jaringan b/d Intervensi keperawatan kulit
upaya itegritas jaringan Selama 1x24 jam maka Observasi :
Integritas kulit -identifikasi penyebab
Diharapkan membaik Gangguan integrutas
Dengan kreteria hasil : kulit
-keruskan jaringan kulit Terapeutik :
Menurun -gunakan produk
-pendarahan menurun Berbahan ringan/alami
-nyeri menurun Edukasi :
-anjurkan minum air
yang cukup
-anjurkan
meningkatkan nutrisi
-anjurkan
meningkatkan buah
dan sayur
3 Resiko infeksi b/d Setelah dilkukan Manajemen imunisasi
Kerusakan integritas kulit Intervensi keperawatan /vaksinasi
Selama 1x24 jam maka Observasi :
tingkat infeksi menurun -Indentifikasi Riwayat
Dengan kreteria hasil: Kesehatan dan Riwayat
-nafsu makan meningkat alergi
-demam menurun -indentifiksi
-Drainase purulen kontraindikasi
menurun pemberian imunusasi
-kurtur darah membaik Teurapetik:
-kultur area luka -berikan suntikan pada
Membaik Bayi dibagian pada
anterolateral
-dokumentasikan
Informasi vaksinasi
-jadwalkan imunisasi
Pada interval waktu
yang tepat
Edukasi :
-jelaskan
tujuan,manfaa,reaksi yg
Terjadi,jadwal,dan,efek
Samping
-informasikan imunisasi
Yang melindungi
terhadap penyakit
umum
4 Defisit nutrisi b/d Setelah dilkukan Manajemen nutrisi
Factor psikologis Intervensi keperawatan Observasi :
(keengganan makan) Selama 1x24 jam maka -indentifikasi status
diharapkan stastus Nutrisi
nutrisi membaik dengan -indentifikasi alergi
kreteria Makanan
Hasil: -identifikasi makanan
-porsi makan yang Yang disukai
Dihabiskan meningkat -identifikasi kebutuhan
-verbalisasi keinginan Kalori dan jenis
untuk meningkatkan Nutrient
nutrisi meningkat -monitor asupan
-sariawan menurun Makanan
-berat badan membaik -monitor berat badan
-indeks masa tubuh -monitor hasil pemerik-
(IMT) membaik Saan laboraturium
-frekuensi makan Terapeutik :
Membaik -fasilitasi menentukan
-nafsu makan membaik pedoman diet
-bising usus membaik -sajikan makanan
-membran mukosa secara menarik dan
membaik suhu yang sesuai
-berikan suplemen
Makanan
Edukasi :
-anjurkan posisi duduk
,jika mampu
-ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
-Kolaburasi pemberian
Medikasi sebelum
Makan
-kolaburasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
Jumlah kalori dan jenis
nutriel

5 Perfusi peliper Setelah dilkukan Perawatan sirkulasi


tidak efektif b/d penurunan Intervensi keperawatan Observasi:
konsentrasi homoglobin Selama 1x24 jam maka -periksa sirkulasi
diharapkanperfusi Perifer
peliper meningkat -monitor panas
dengan kreteri hasil: Terapeutik :
-akral membaik -hindari penekanan dan
-penyembuhan pemasangan taumiquet
Luka membaik Pada area yang cedera
-pengisian kapiler -lakukan pencegahan
membaik Infeksi
Edukasi :
-infomasikan tanda-
Tanda gejala yang
harus
Dilaporkan ,rasa sakit
Yang tidak hilang saat
Istiraha,luka tidak
sembuh,hilangnya rasa)
3. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang


digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas
Tindakan yang diberikan catatan Tindakan yang diberikan catatan
perkembangan dilakukan sebagai bentuk evaluasi (Prabowo,2017).

Catatan perkembangan
1. Demam pada An.s sudah mulai turun

BAB IV
PENUTUP

a) KESIMPULAN
Acute Myeloid Leukima (AML) merupakan keganasan berasal dari sel-sel
mieloid imatur yang jika tidak diterapi, dapat berakibat fatal dalam beberapa
bulan. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada dewasa dan rata-rata didiagnosis
pada usia sekitar 67 tahun. AML tidak memberikan tanda dan gejala klinis yang
spesifik. Terapi terdiri dari terapi induksi, dimana terapi “3 + 7” masih menjadi
standar; dan terapi konsolidasi dengan kemoterapi atau transplantasi sel punca
hematopoietik. Walaupun telah terdapat perkembangan mengenai pemahaman dan
molekuler AML, pasien dapat mengalami kekambuhan. Belum semua terapi yang
dikembangkan memberikan hasil memuaskan, dan terapi-terapi lain masih terus
dikembangkan.

Dalam khasus ini, pasien yang berusia 3 tahun, kurang lebih sudah 3 tahun
yang lalu didiangnosis AML , Dengan ke dengan keluhan demam sejak 2 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Orangtua An. S mengatakan demam sudah
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dengan keadaan demamnya hilang timbul. Pada
saat masuk IGD tersebut suhu An. S mencapai 40℃. Anak juga mengalami mual
dan muntah. Orangtua juga mengeluhkan BAB An. S cair sejak mengalami
demam. An. S tampak lemas. Selama kurang lebih 1 bulan dirawat dirumah sakit
orangtua mengatakan An. S sering mengalami demam yang hilang timbul.
Orangtua An. S mengatakan rata-rata demam An. S selama 5 hari kemudian
demam turun dan demam bisa datang lagi. Orang tua mengatakan terdapat luka
dibagian kaki kanan An.S ,lukanya mengekuarkan darah dan terdapat nanah juga
berlobang. Pada pasien kemudian juga dilakukan terapi berupa kemotarpi yang
merupakan first line therapy dari penyakit ini. Kemoterapi untuk penderita AML
sendiri sesuai teori dibagi menjadi dua fase yaitu fase induksi dan fase
konsolidasi.
Hingga saat ini masih belum jelas penyebab pasti dari penyakit ini namun
diduga pada pasien ini berkaitan dengan genetik. Kondisi pasien saat ini sudah
membaik. Selain itu, penjelasan mengenai kepatuhan dan lamanya pengobatan
yang akan dijalankan oleh pasien harus dimengerti oleh pasien dan keluarga.
Pasien tentunya juga membutuhkan dukungan baik secara psikis, fisik, dan
material untuk dapat menjalankan pengobatannya dengan lancar.

b) Saran

Perawat harus lebih memperhatikan pasien, dalam memberikan asuhan


keperawatan hendaknya harus sesuai standar yang berlaku dan meningkatkan
kerja sama dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kurnianda. 2009. “

Anda mungkin juga menyukai