C
DENGAN KASUS LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DI RUANG
MELATI RS BAITURRAHIM KOTA JAMBI TAHUN 2020
DOSEN PEMBIMBING:
M. HIDAYAT, S.KEP, M.BIOMED
DISUSUN OLEH:
DEVI SERLIANI (2018 11 004)
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan. Selama
proses penyusunan laporan ini tentunya penulis tidak terlepas dari berbagai masalah.
Namun berkat arahan dan dukungan dari teman-teman D III Keperawatan akhirnya
laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
perkuliahan yang bersangkut yaitu M. Hidayat, S.Kep, M.Biomed yang telah
membimbing kami dalam proses pembelajaran. Penulis menyadari laporan ini masih
belum sempurna, baik dari isi maupun penjelasan, maka dari itu kami memohon maaf
yang sebesar-besarnya jika makalah ini masih banyak kekurangan dan apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini penulis mengucapkan
terima kasih, dan penulis akhiri Wabilahi taufiq walidayyah Wassalamu’alaikum
Warohmatullahita’ala Wabarokatuh…
Penyusun
ABSTRAK
Latar belakang. Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembulu darah yang
sering ditemui pada anak- anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang
dan sistem limfatik (Wong et al, 2009).
Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dalam bentuk studi
kasus dengan pendekatan Asuhan Keperawatan
Kesimpulan: pada klien An.C dengan penyakit LLA masalah yang teratasi sebagian
yaitu nyeri akut
Menurut data National Cancer Institute pada tahun 2012. Kasus Leukemia
Limfositik Akut telah terjadi pada 47.150 orang. Leukemia adalah kanker yang paling
sering di temui pada anak-anak di Indonesia dengan persentasi 10,4% leukemia adalah
jenis kanker yang mempengaruhi sumsum dan tulang jaringan getah bening. Semua
kanker bermula di sel yang membuat darah dan jaringan lainya (WHO, 2012). Di
Indonesia, saat ini terdapat sekitar 80.000.000 anak yang berumur di bawah usia 15
tahun dan di perkirakan terdapat sekitar 3000 kasus LLA baru setiap tahun nya
(Rahimul, 2017).
Dampak terjadinya leukemia pada anak relatif lebih banyak ketimbang orang
dewasa, dan leukemia juga bisa berdampak menimbulkan beberapa dampak berbahaya
seperti jenis kanker darah lain untuk itu perlu mengetahui mengenai penyakit ini.
2.1 Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum
tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia
dkk, 2012).
Sel leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur
dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga mengganggu fungsi
sel normal lain (Permono, 2012).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dalam
sumsum tulang, menggantikan elemen-element sumsum normal (Baughman,2000 hal
336)
b. Pembuluh darah
1) Arteri : meninggalkan jantung pada ventrikel kanan dan kiri
2) Kapiler : pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak, kecuali dibawah mikroskop. Kapiler
membentuk anyaman diseluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu
satu dengan yang lain menjadi pembuluh darah yang lebih besar yang disebut
vena
3) Vena : membawa darah kotor kembali ke jantung.
c. Darah
Merupakan suatu bentuk jaringan ikat kusus, terdiri atas elemen berbentuk sel-sel
darah dan trombosit dan suatu substansi intraseluler cair yaitu plasma darah. Ada 2
jenis utama sel-sel darah yang digambarkan menurut penampilannya dalam keadaan
segar tanpa pulasan yaitu darah merah dan sel darah putih (Leeson. 1997, hal134).
Proses pembekuan sel darah terdapat tiga yaitu:
1. Sum-sum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah
a. Tulang vertebrae
b. Sternum
c. Costa
2. Hepar, kelenjer terbesar dari beberapa kelenjer pada tubuh manusia
3. Limpa, terletak pada bagian kiri atas abdomen. Limpa berbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan. Limpa dalah organ berkapsula dengan berat normal 100-
150 gram. Limpa mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ limfoid dan
memfagosit materia tertentu sirkulasi darah merah yang rusak.
1. Eritrosit
Sel yang telah berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi kusus untuk
transpor oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram bikonkaf dan bila dilihat pada
bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai
kemampuan berubah bentu. Sel darah merah berdiameter 7,6 mikrometer dan
tebalnya 1,9 mikrometer. jumlah eritrosit pada laki-laki terdapat 5-5,5 juta/mm 3 dan
pada wanita 4,5-5juta/mm3. Eritrisit berwarna kuning kemerah-merahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan
bertambah merah jika didalamnya benyak mengandung O2. fungsi dari eritrosit
adalah mengikat O2 dari paru untuk diedarkan keseluruh tubuh dan mengangkat
CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
2. Trombosit
Benda kecil yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat
dan ada yang lonjong. Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000-
450.000/mm3 . Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan darah njika
kurang dari normal. Apabila timbul luka darah tidak lekas membeku sehingga timbil
perdarahan terus menerus. Proses pembekuan darah dibantu oleh suatu zat yaitu
Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapatkan luka.
Jika tubuh terluka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat
yang disebut trombokinase. Trombokinase akan bertemu dengan protrombin dengan
bantuan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, berbentuk jaringan yang tidak teratur letaknya
yang akan menahan sel darah dengan demikian akan terjadi pembekuan.
3. Leukosit
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-rubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan
berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna bening. Banyaknya kira-kira 4000-
11000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh iatu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh yaitu
jaringan retikulo endotel sistem. Fungsi yang lain adalah sebagai pengangkut
dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa dan pembuluh darah. Ada golongan utama leukosit yaitu agranular dan
granular.
a. Leukosit agranular, mempunyai sitoplasma yang tampak homogen dan
intinya berbentuk bulat. Ada dua jenis leukosit agranular yaitu limfosit dan
monosit
b. Leukosit granular, mengandung granula spesifik sitoplasmanya dan
mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Ada
3 jenis leukosit granular yaitu netrofil, eosinofil dan basofil.
4. Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening kenuningan hampir 90%
plasma darah terdiri dari firinogen, garam-garam mineral, protein darah, zat makanan,
hormon dan anti toksin.
2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : (Sibuea,2009).
1) Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
2) Radiasi
3) Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol
4) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia biasanya mengenai sel-sel
darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan
terhadap penyinaran radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain
obat anti kanker, meningalkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki
kelainan geneti tertentu (misalnya down sindrom dan sindrom fanconi) juga lebih peka
terhadap leukemia.
2.4 Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait dengan
sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari
leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat
asalnya (granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan menyebar ke
organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly,
hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan sel yang cepat dan ke
sitopenia (Friehling et al, 2015).
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga
akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi, manifestasi akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi
sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor
pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada eksra medular
akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, dan nyeri persendian (Friehling et al,
2015)
Di semua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan
elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk
menghilangkan sel normal yangberfungsi sebagai nutrisi untukmetabolisme. Tanda dan
gejala dari leukemia merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3 manifesatsi
yaitu anemia dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan karena
produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukemia yang berangsur-angsur pada
sumsum menimbulkan nyeri.
Tanda dan gejala awal leukemia seperti demam, anemia, perdarahan, kelemahan,
nyeri tulang dan sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura merupakan hal yang
umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf
pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa menurun. Tampaknya juga terdapat hubungan antara
leukemia dan sindrom down:
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan
4. Perdarahn gusi
5. Mudah memar
6. Ptekia dan ekimosis
7. Nyeri abdomen yang tidak jelas
8. Berat badan menurun
9. Muntah
10. Sakit kepala (Hidayat, 2006, hal 45).
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur, kromosom
dan tipe penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah kemotrapi terdiri dari 6 fase
yaitu:
1) Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50% sel leukemia
pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi.
2) Terapi profilatik
Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf pusat.
3) Terapi konsolidasi
Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi lanjutan untuk
mencegah resistensi sel leukemia.
4) Kemoterapi
5) Radioterapi
2.7 Pencegahan
a. Salah satu faktor resiko leukemia limfostik akut adalah paparan radiasi benzena
dalam jumlah tinggi. Maka, dari itu dianjurkan untuk berhenti merokok agar
mengurangi paparan benzena yang terdapat di dalam asap rokok.
2) Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu
hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem yang lain terdesak
(apanila skunder).
Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel
blast / sel primitive (NANDA, 2015).
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental sosial dan
lingkungan (Dermawan, 2012:36).
1) Identitas
Leukemia limfosit akut sering terdapat pada anak-anak usia dibawah 15 tahun
(85%), puncaknya berada pada usia 2-4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-
laki daripada anak perempuan.
2) Riwayat Kesehatan
Biasanya pada anak dengan LLA mengeluh nyeri pada tulang-tulang, mual muntah,
tidak nafsu makan dan lemas.
Biasanya mengalami demam yang naik turun, gusi berdarah, lemas dan dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat karena belum mengetahui tentang penyakit yang
diderita.
Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-obatan tertentu secara kronis.
- Anemia
Ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise, kelemahan, dan
anoreksia.
- Trombositopenia
- Netropenia
Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di malam hari (Nursalam
dkk, 2008:100).
3) Pemeriksaan Fisik
4) Pemeriksaan Diagnostik
(3) Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia darah, cairan cerebrospinal dan
sitogenik.
1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan pengisian kapiler < 3 detik,
akral teraba dingin, warna kulit pucat, nadi perifer menurun atau tidak teraba.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa nyaman (nyeri dan
prosedur pemeriksaan/tindakan kemoterapi) ditandai dengan mengeluh sulit
tidur, mengeluh sering terjaga dan mengeluh pola tidur berubah.
Tabel 1.1
NO. DIAGNOSIS NOC NIC
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan 1. Monitor adanya daerah
efektifberhubungan asuhan tertentu yang hanya peka
dengan pengisian keperawatan selama 6 terhadap
kapiler < 3 detik, akral hari panas/dingin/tajam/
teraba maslah perfusi jaringan tumpul
dingin, warna kulit menjadi efektif. 2. Monitor adanya pretase
pucat, nadi 3. Instruksikan
perifer menurun atau Kriteria Hasil : keluarga untuk
tidak teraba. 1. Pengisian kapiler mengobservasi kulit jika
Batasan Karakteristik (CRT) < 2 detik ada lesi atau leserasi
: 2. Nadi perifer stabil, 4. Batasi gerakan pada
Waktupengisian teraba kepala, leher dan
kapiler > 3 detik 3. Akral hangat punggung
Akral teraba 4. Warna kulit 5. Observasi pengisian
Warna kulit pucat kemerahan kapiler (<2 detik), akral
Nadi perifer dan warna kulit
menurun atau tidak 6. Observasi TTV
teraba 7. Monitor adanya
tromboplebitis.
8. Kolaborasi pemberian
Analgetik.
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya elergi
berhubungan dengan asuhan makanan
proliferative keperawatan selama 6 2. Ajarkan pasien untuk
gastrointestinal dan hari Meningkatkan intake
efek toksik obat maslah deficit nutrisi, (pemasukan) Fe
kemoterapi ditandai nutrisi 3. Anjurkan pasien
dengan berat badan pasien tercukupi dan Untuk meningkatkan
menurun menimal adekuat protein vitamin C
10% di bawah rentang Ktiteria Hasil : 4. Berikan subtasi gula
ideal. 1. adanya peningkatan 5. Yakinkan diet yang
BB Dimakan mengandung
Batasan Karakteristik sesuai dengan tujuan tinggi
: 2. BB ideal sesuai serat untuk mencegah
Berat badan 20% dengan konstipasi
atau lebih ringgi badan 6. Berikan makanan
dibawah BB ideal 3. Pasien mampu yang terpilih
Kramobdomen mengidentifikasi (sudah di konsultasikan
Nyeri abdomen kebutuhan nutrisi dengan ahli gizi)
Kerapuhan kapiler 4. Dari hasil 7. Ajarkan pasien
Diare pemeriksaan, Bagaimana membuat
Bising usus tidak terdapat tanda- catatan
hiperaktif tanda makanan harian
Kurang makan mal nutrisi 8. Monitor jumlah
membran mukosa 5. Tidak terjadi nutrisi dan
pucat penurunan kandungan kalori
BB yang berarti pada 9. Berikan informasi
pasien tentang kebutuhan nutrisi
10. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang di butuhkan pasien
11. BB dalam batas
Normal
12. Monitor adanya
penurunan BB
13. Monitor interaksianak
atau orang tua selama
makan
14. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bisa
dilakukan
15. Monitor
lingkungan selama
makan
16. Monitor kadar
albumin, total
ptotein, Hb dan Ht
17. Monitor mual dan
muntah
18. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
19. Monitor pucat,
kmerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
20. Monitor kalori dan
pemasukan nutrisi
21. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik, papilla
lidah dan cavitas
oral
22. Catat jika lidah
berwarna magental
3. Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 6 1. Lakukan
dengan agen pencedara hari pengkajian nyeri
biologis (infiltrasi maslah nyeri pada (P,Q,R,S,T)
leukosit jaringan pasien 2. Observasi reaksi
sistematik) dapat diatasi, nyeri non verbal dari
ditandai dengan tanpak berkurang atau hilang ketidak nyamanan
meringis, gelisah, dengan skal 0-2 3. Gunakan teknik
frekuensi nadi Kriteria Hasil : komunikasi
meningkat, mengalami 1. Pasien dapat terapeutik untuk
gangguan tidur, sulit mengontrol mengetahui
tidur dan proses berfikir nyeri ( tahu penyebab pengalaman nyeri
terganggu. nyeri, mampu pasien
mengunakan teknik non 4. Kaji kultur yang
Batasan Karakteristik farmakologi untuk mempengaruhi
: mengurangi nyeri, respon nyeri
Gangguan tidur mencari 5. Evaluasi
Perubahan selera bantuan) pengalaman nyeri
makan 2. Pasien dapat masalampau
Perubahan frekuensi melaporkan 6. kontrol lingkungan
pernapasan bahwa nyeri berkurang yang dapat
Perilaku distraks dengan menggunakan mempengaruhi
(misal nya manajemen nyeri nyeri (suhu ruangan
berjalan mondar-mandir skala0-2 pencahayaan dan
mencari orang lain) 3. Pasien mampu kebisingan)
Mengekspreskan mengenali 7. kurangi faktor
perilaku (misal nya nyeri ( skala, intensitas, presipitasi
gelisa dan menangis) frekuensi, dan 8. ajarkan tehnik
Terlihat meringis tandanyeri) nonfarmakologi
Sikap melindungi 4. Pasien dapat 9. tingkatkan istirahat
nyeri menyatakan 10. kolaborasi pemberian
Perubahan posisi rasa nyaman nyeri Analgetik
untuk berkurang
melindungi nyeri
Melaporkan nyeri
secara verbal
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur
berhubungan asuhan 2. Jelaskan penting
dengan gangguan rasa keperawatan selama 6 tidur yangadekuat
nyaman (nyeri dan hari 3. Fasilitas untuk
prosedur pemeriksaan/ maslah gangguan pola mempertahankan
tindakan kemoterapi) tidur aktivitas sebelumtidur
ditandai dengan pada pasien , pola tidur 4. Ciptakan
mengeluh sulit tidur, menjadi normal lingkungan yang nyaman
mengeluh kembali, tidur 5. Monitor waktu
sering terjaga dan yang adekuat makan dan minum
mengeluh pola Kriteria Hasil : dengan waktu tidur
tidur berubah 1. Jumlah jam tidur 6. Monitor/catat
dalam kebutuhan tidur
Batasan Karakteristik batas normal 10-13 pasien setiap hari dan jam
: jam/hari 7. Kolaborasi
perubahan pola tidur 2. Pola tidur , kualitas pemberian obat tidur
normal tidur
mengeluh sulit tidur dalam batas normal
mengekuh sering 3. Perasaan segar
terjaga setelah
mengeluh pola tidur tidur atau istirahat,
berubah tidak
menyatakan tidak mengantuk di pagi hari,
merasa cukup istirahat tidak terdapat lingkaran
hitam dibawah mata
4. Pasien mampu
mengidentifikasi hal-
hal
yang meningkatkan
tidur.
5. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur
fisik asuhan 2. Jelaskan penting
berhubungan dengan keperawatan selama 6 tidur yangadekuat
kontraktur, hari 3. Fasilitas untuk
kerusakan integritas maslah hambatan mempertahankan
struktur mobilitas aktivitas sebelum
tulang, penurunan fisik pada klien data tidur
kekuatan otot teratasi 4. Ciptakan
(depresi sumsum ,klien dapat melakukan lingkungan yang
tulang) di tandai aktivitas sehari-hari nyaman
dengan kekuatan otot secara 5. Monitor waktu
menurun, mandiro atau dengan makan dan minum
mengeluh sulit bantuan dengan waktu tidur
mengerakan Kriteria Hasil : 6. Monitor/catat
ekstermitas. 1. Klien meningkatkan kebutuhan tidur
dalam aktifitas fisik pasien setiap hari
Batasan Karakteristik 2. Klien mengerti dan jam
: tujuan dari 7. Kolaborasi
Penurunan waktu peningkatan mobilitas pemberian obat
reaksi 3. Klien dapat tidur
Kesulitan mengungkapkan NIC :
membolak-balikan perasaan Terapi Latihan :
posisi dalam peningkatan berpindah
Melakukan aktivitas kekuatan dan 1. Monitoring tanda-
lain kemampaun tada vital sebelum
sebagi pengganti berpindah dan sesudah
pergerakan 4. Klien dapat latihan serta latih
( misalnya memperagakan respon pasien saat
meningkatkan pengunaan latihan
perhatian pada aktivitas alat bantu mobilisasi 2. Kaji kemapuan
orang lain, pasien dalam
mengendalikan mobilisasi
perilaku) 3. Latih pasien
Dyspnea setelah dalam pemenuhan
beraktivitas kebutuhan jadwal
Perubahan cara aktivitas sehari-
berjalan hari
Keterbatasan 4. Damping pasien
kemampuan melakukan saat mobilisasi
motorik halus dan dan bantu
motorik kasar pemenuhan
Pergerakan lambat kebutuhan sehari
dan tidak terkoordinasi hari klien
5. Berikan alat bantu jika
klien membutuhkan
6. Ajarkan klien
bagaimana
merubah posisi dan
berikan
bantuan jika diperlukan.
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat
setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawatan, dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu
pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.
Bab 3 Metodelogi penelitian
Bab 4 Hasil dan pembahasan
Bab 5 Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka