Anda di halaman 1dari 33

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

C
DENGAN KASUS LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DI RUANG
MELATI RS BAITURRAHIM KOTA JAMBI TAHUN 2020

DOSEN PEMBIMBING:
M. HIDAYAT, S.KEP, M.BIOMED

DISUSUN OLEH:
DEVI SERLIANI (2018 11 004)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMESTER V


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahita’ala Wabarokatuh…


Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat  Allah Subhanahu Wa
Ta’äla Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya. Penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul :”Asuhan Keperawatan Pada Klien
An.C Dengan Kasus Leukemia Limfositik Akut Di Ruang Melati Rs Baiturrahim
Kota Jambi Tahun 2020”.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan. Selama
proses penyusunan laporan ini tentunya penulis tidak terlepas dari berbagai masalah.
Namun berkat arahan dan dukungan dari teman-teman D III Keperawatan akhirnya
laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
perkuliahan yang bersangkut yaitu M. Hidayat, S.Kep, M.Biomed yang telah
membimbing kami dalam proses pembelajaran. Penulis menyadari laporan ini masih
belum sempurna, baik dari isi maupun penjelasan, maka dari itu kami memohon maaf
yang sebesar-besarnya jika makalah ini masih banyak kekurangan dan apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini penulis mengucapkan
terima kasih, dan penulis akhiri Wabilahi taufiq walidayyah Wassalamu’alaikum
Warohmatullahita’ala Wabarokatuh…

Jambi, ………….. 2020

Penyusun
ABSTRAK

Latar belakang. Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembulu darah yang
sering ditemui pada anak- anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang
dan sistem limfatik (Wong et al, 2009).

Tujuan. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan anak dengan leukemia limfositik


akut di ruang melati RS Baiturrahim Jambi

Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dalam bentuk studi
kasus dengan pendekatan Asuhan Keperawatan

Hasil: Berdasarkan analisa data diperoleh kesimpulan terdapat persamaan diagnosa


yang muncul yaitu diagnosa nyeri akut, gangguan pola tidur, infeksi, serta terdapat
diagnosa lain yang muncul.

Kesimpulan: pada klien An.C dengan penyakit LLA masalah yang teratasi sebagian
yaitu nyeri akut

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Leukemia Limfositik Akut.


Daftar isi
Daftar isi.......................................................................................................................................4
Daftar gambar..............................................................................................................................5
Daftar table..................................................................................................................................6
Bab 1 Pendahuluan................................................................................................................7
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................................8
1.4 Manfaat penulisan........................................................................................................9
1.4.1 Bagi Instansi Rumah Sakit.....................................................................................9
1.4.2 Bagi Institusi pendidikan.......................................................................................9
1.4.3 Bagi keluarga........................................................................................................9
1.4.4 Bagi penulis..........................................................................................................9
Bab 2 Tinjauan Teori.............................................................................................................10
2.1 Definisi........................................................................................................................10
2.2 Anatomi dan Fisiologi.................................................................................................11
2.2.1 Anatomi..............................................................................................................11
2.3 Etiologi........................................................................................................................14
2.4 Patofisiologi................................................................................................................15
2.5 Manifestasi Klinis........................................................................................................16
2.6 Penatalaksanaan.........................................................................................................17
2.7 Pencegahan................................................................................................................17
2.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................18
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................................18
2.9.1 Pengkajian Keperawatan....................................................................................18
2.9.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................................20
2.9.3 Perencanaan Keperawatan.................................................................................21
Bab 3 Metodelogi penelitian................................................................................................29
Bab 4 Hasil dan pembahasan................................................................................................30
Bab 5 Kesimpulan dan saran................................................................................................31
Daftar pustaka............................................................................................................................32
Daftar gambar
Daftar table
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembulu darah yang sering di temui
pada anak- anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang dan sistem
limfatik (Wonget al, 2009). Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan jenis
leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari
sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali dan kegagalan organ. LLA sering
ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada umur dewasa (18%). Tanpa pengobatan
sebagian anak-anak hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosa diakibatkan oleh kegagalan
sumsum tulang (NANDA,2015).

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2013, insiden


kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 jadi 14,1 juta kasus tahun 2012 dan
kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012.
Leukemia merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi pada anak dengan insiden
31,5% dari semua kanker pada anak di bawah usia 15 tahun di Negara industry dan
sebanyak 15,7% di Negara berkembang, tipe leukemia yang paling sering pada anak-
anak adalah Leukemia Limfositik Akut (LLA), yang terjadi sekitar 80% dari kasus
leukemia dan diikuti hamper 20% dari Leukimia Mieloid Akut (LMA) (WHO,2009).
Data statistika LLA di peroleh pada tahun 2015 di Amerika Serikat memperkirakan ada
kasus baru yang di diagnosis Leukemia Limfositik Akut pada anak usia 0-14 tahun
sebanyak 45.270 kasus (American Cancer Society, 2015).

Menurut data National Cancer Institute pada tahun 2012. Kasus Leukemia
Limfositik Akut telah terjadi pada 47.150 orang. Leukemia adalah kanker yang paling
sering di temui pada anak-anak di Indonesia dengan persentasi 10,4% leukemia adalah
jenis kanker yang mempengaruhi sumsum dan tulang jaringan getah bening. Semua
kanker bermula di sel yang membuat darah dan jaringan lainya (WHO, 2012). Di
Indonesia, saat ini terdapat sekitar 80.000.000 anak yang berumur di bawah usia 15
tahun dan di perkirakan terdapat sekitar 3000 kasus LLA baru setiap tahun nya
(Rahimul, 2017).
Dampak terjadinya leukemia pada anak relatif lebih banyak ketimbang orang
dewasa, dan leukemia juga bisa berdampak menimbulkan beberapa dampak berbahaya
seperti jenis kanker darah lain untuk itu perlu mengetahui mengenai penyakit ini.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit


kanker pada jaringan pembulu darah yang sering di temui pada anak- anak disebabkan
karena penyakit ganas dari sumsum tulang dan sistem limfatik (Wonget al, 2009). LLA
sering ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada umur dewasa (18%). Tanpa
pengobatan sebagian anak-anak hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosa diakibatkan oleh
kegagalan sumsum tulang (NANDA,2015). Maka dari itu untuk mengatasi penyakit
Leukemia dibutuhkan asuhan keperawatan LLA.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang diangkat yaitu
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien An.C Dengan Penyakit Leukemia Di
Ruang Melati RS Baiturrahim Jambi Tahun 2020”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Asuhan
Keperawatan Anak Leukemia Limfositik Akut di Ruangan Melati RS Baiturrahim
Jambi. Melakukan pengkajian, analisa data dan perumusan masalah diagnosis pada
pasien leukemia, kemudian menetapkan rencana Asuhan Keperawatan, melakukan
implementasi, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan leukemia dengan membandingkannya secara teoritis.

1.3.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Mampu melakukan pengakajian dan membandingkan dengan teori mengenai asuhan


keperawatan pada klien An.C dengan Leukemia
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan membandingkan dengan teori
mengenai asuhan keperawatan pada klien An.C dengan Leukemia
c. Mampu menyusun rencana keperawatan (intervensi) dan membandingkan dengan
teori mengenai asuhan keperawatan pada klien An.C dengan Leukemia
d. Mampu melaksanakan dan membandingkan dengan teori tentang asuhan keperawatan
pada klien An.C dengan Leukemia
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan dan membandingkan
dengan teori asuhan keperawatan pada klien An.C dengan Leukemia Limfostik Akut.

1.4 Manfaat penulisan


1.4.1 Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi bagi instansi Rumah Sakit khususnya bagi perawat
ruangan anak dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan Leukemia
secara efektif guna mendapatkan hasil yang optimal dan mutu pelayanan perawatan di
masa yang akan datang.
1.4.2 Bagi Institusi pendidikan
Sebagai referensi dan menambah wawasan bagi pendidikan
Mahasiswa/mahasiswi STIKBA khususnya program studi D III Keperawatan dalam
menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan Leukemia Limfostik Akut.
1.4.3 Bagi keluarga
Sebagai bahan masukan bagaimana cara melakukan perawatan dan pencegahan
pada pasien dengan Leukemia limfositik akut di ruang melati rs baiturrahim kota jambi
tahun 2020.

1.4.4 Bagi penulis


Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penerapan dan
membandingkan antara konsep teoritis dan studi kasus yang ditemukan dilapangan yaitu
asuhan keperawatan pasien dengan Leukemia Limfostik Akut.
Bab 2 Tinjauan Teori

2.1 Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum
tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia
dkk, 2012).

Leukemia limfositik akut (LLA) adalah proliferasi maligna limfoblas dalam


sumsung tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistematik
(Smelrzer et sl, 2008).

Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang


berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit
immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal (Friehlig
et al, 2015).

Sel leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur
dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga mengganggu fungsi
sel normal lain (Permono, 2012).

Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dalam
sumsum tulang, menggantikan elemen-element sumsum normal (Baughman,2000 hal
336)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya


proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit
jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal.

Leukemia dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah

1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)


Dikarakteristikkan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi
pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi
sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan
organ lain.
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Sering menyerang anak-anak dengan presentase 75-80%. LLA menginfiltrasi
sumsum tulang oleh limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar dan
infeksi. Limfoblas biasanya ditemukan dalam darah tepi dan selalu ada di
sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegali,
dan hepatomegali, tetapi 70% anak dengan leukemia limfatik akut kini bisa
disembuhkan.
3. Leukemia Limfositik kronik (LLK)
Terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan peningkatan jumlah
leukosit disertai limfositosis. Perjalanan penyakit biasanya jinak dan indikasi
pengobatan adalah hanya jika timbul gejala.
4. Leukemia Mielositik Kronik (LMK)
Sering juga disebut leukemia granulositik kronik. gambaran menonjol adalah:
1. Adanya kromosom philadelpia pada sel-sel darah. Hal ini adalah kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang.

2. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tiba-tiba dari


jumlah besar mieloblast.

2.2 Anatomi dan Fisiologi


2.2.1 Anatomi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain itu sistem sirkulasi
merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru,
dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.
Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah
a. Jantung
organ berongga, berada di mediastinum diantara kedua paru-paru didalam rongga
dada diatas diafragma. Fungsinya dalah memompa darah daya oksigen ke dalam
sistem arteri dan menampung darah dari sistem vena dan meneruskannya ke paru
untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena dan pembuluh limfe adalah
membawa darah kedalam sel di seluruh tubuh.

b. Pembuluh darah
1) Arteri : meninggalkan jantung pada ventrikel kanan dan kiri
2) Kapiler : pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak, kecuali dibawah mikroskop. Kapiler
membentuk anyaman diseluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu
satu dengan yang lain menjadi pembuluh darah yang lebih besar yang disebut
vena
3) Vena : membawa darah kotor kembali ke jantung.

c. Darah
Merupakan suatu bentuk jaringan ikat kusus, terdiri atas elemen berbentuk sel-sel
darah dan trombosit dan suatu substansi intraseluler cair yaitu plasma darah. Ada 2
jenis utama sel-sel darah yang digambarkan menurut penampilannya dalam keadaan
segar tanpa pulasan yaitu darah merah dan sel darah putih (Leeson. 1997, hal134).
Proses pembekuan sel darah terdapat tiga yaitu:
1. Sum-sum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah
a. Tulang vertebrae
b. Sternum
c. Costa
2. Hepar, kelenjer terbesar dari beberapa kelenjer pada tubuh manusia
3. Limpa, terletak pada bagian kiri atas abdomen. Limpa berbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan. Limpa dalah organ berkapsula dengan berat normal 100-
150 gram. Limpa mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ limfoid dan
memfagosit materia tertentu sirkulasi darah merah yang rusak.

Fungsi darah secara umum adalah


1. Sebagai alat pengangkut, mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh, mengangkut CO2 dari jaringan untuk
dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk
diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan tubuh atau alat tubuh, mengangkat
atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadapa serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi atau zat-zat racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Darah terdiri dari dua bagian yaitu

1. Eritrosit
Sel yang telah berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi kusus untuk
transpor oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram bikonkaf dan bila dilihat pada
bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai
kemampuan berubah bentu. Sel darah merah berdiameter 7,6 mikrometer dan
tebalnya 1,9 mikrometer. jumlah eritrosit pada laki-laki terdapat 5-5,5 juta/mm 3 dan
pada wanita 4,5-5juta/mm3. Eritrisit berwarna kuning kemerah-merahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan
bertambah merah jika didalamnya benyak mengandung O2. fungsi dari eritrosit
adalah mengikat O2 dari paru untuk diedarkan keseluruh tubuh dan mengangkat
CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

2. Trombosit
Benda kecil yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat
dan ada yang lonjong. Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000-
450.000/mm3 . Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan darah njika
kurang dari normal. Apabila timbul luka darah tidak lekas membeku sehingga timbil
perdarahan terus menerus. Proses pembekuan darah dibantu oleh suatu zat yaitu
Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapatkan luka.
Jika tubuh terluka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat
yang disebut trombokinase. Trombokinase akan bertemu dengan protrombin dengan
bantuan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, berbentuk jaringan yang tidak teratur letaknya
yang akan menahan sel darah dengan demikian akan terjadi pembekuan.

3. Leukosit
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-rubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan
berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna bening. Banyaknya kira-kira 4000-
11000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh iatu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh yaitu
jaringan retikulo endotel sistem. Fungsi yang lain adalah sebagai pengangkut
dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa dan pembuluh darah. Ada golongan utama leukosit yaitu agranular dan
granular.
a. Leukosit agranular, mempunyai sitoplasma yang tampak homogen dan
intinya berbentuk bulat. Ada dua jenis leukosit agranular yaitu limfosit dan
monosit
b. Leukosit granular, mengandung granula spesifik sitoplasmanya dan
mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Ada
3 jenis leukosit granular yaitu netrofil, eosinofil dan basofil.

4. Plasma darah

Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening kenuningan hampir 90%
plasma darah terdiri dari firinogen, garam-garam mineral, protein darah, zat makanan,
hormon dan anti toksin.

2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : (Sibuea,2009).
1) Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
2) Radiasi
3) Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol
4) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia biasanya mengenai sel-sel
darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan
terhadap penyinaran radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain
obat anti kanker, meningalkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki
kelainan geneti tertentu (misalnya down sindrom dan sindrom fanconi) juga lebih peka
terhadap leukemia.

2.4 Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait dengan
sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari
leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat
asalnya (granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan menyebar ke
organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly,
hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan sel yang cepat dan ke
sitopenia (Friehling et al, 2015).

Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga
akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi, manifestasi akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi
sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor
pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada eksra medular
akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, dan nyeri persendian (Friehling et al,
2015)

Sel-sel leukemia menyusup ke dalm sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel


yang normal. Akibatnya timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang tidak
mencukupi. Timbulnya perdarahan akibat menurunya jumlah trombosit yang
bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit.
Penyusupan sel-sel leukemia ke dalam semua orgna-organ vital menimbulkan
hepatomegaly, splenomegaly dan lomfadenopati. Timbul disfungsi sum-sum tulang,
menyebabkan turunya jumlah eritrosit, neutrophil dan trombosit. Sel-sel leukemia
menyusipi limfonodus, limfa, hati, tulang dan susunan saraf pusat (David,2015).

Di semua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan
elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk
menghilangkan sel normal yangberfungsi sebagai nutrisi untukmetabolisme. Tanda dan
gejala dari leukemia merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3 manifesatsi
yaitu anemia dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan karena
produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukemia yang berangsur-angsur pada
sumsum menimbulkan nyeri.

2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang paling umum muncul pada LLA yang paling sering
muncul adalah demam (60%) lesu dan mudah lelah (50%), pucat (40%), manifestasi
perdarahan (petekie, purpura) (48%), serta nyeri tulang (23%). Hepatosplenomegali
terjadi kebanyakan penderita tetapi umumnya tidak menimbulkan keluhan. Pemeriksaan
laboratorium menunjukan anemia, trombositopenia dan neutropenia yang
menggambarkan kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel tersebut. Dapat
juga terjadi eosinophilia relative (Lanzkowsky, 2011).

Tanda dan gejala awal leukemia seperti demam, anemia, perdarahan, kelemahan,
nyeri tulang dan sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura merupakan hal yang
umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf
pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa menurun. Tampaknya juga terdapat hubungan antara
leukemia dan sindrom down:
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan
4. Perdarahn gusi
5. Mudah memar
6. Ptekia dan ekimosis
7. Nyeri abdomen yang tidak jelas
8. Berat badan menurun
9. Muntah
10. Sakit kepala (Hidayat, 2006, hal 45).

2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur, kromosom
dan tipe penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah kemotrapi terdiri dari 6 fase
yaitu:

1) Fase induksi

Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50% sel leukemia
pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi.

2) Terapi profilatik

Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf pusat.

3) Terapi konsolidasi

Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi lanjutan untuk
mencegah resistensi sel leukemia.

4) Kemoterapi

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase di


gunakan.

5) Radioterapi

Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-sel leukemia

6) Transplantasi sum-sum tulang


Transplantasi sum-sum tulang dilakukan untuk mengganti sum-sum tulang yang
rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi (penyinaran). Selain itu
transplantasi sum-sum tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak
karena kanker (NANDA, 2015).

2.7 Pencegahan
a. Salah satu faktor resiko leukemia limfostik akut adalah paparan radiasi benzena
dalam jumlah tinggi. Maka, dari itu dianjurkan untuk berhenti merokok agar
mengurangi paparan benzena yang terdapat di dalam asap rokok.

b. Ikuti standar prosedur saat beraktivitas. Misalnya, menggunakan alat pelindung


diri saat bekerja di lingkungan yang rentan terpapar bahan kimia.

c. Terapkan seks aman, yaitu dengan menggunakan kondom saat berhubungan


intim dan setia pada satu pasangan.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Darah tepi

Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran


darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogenamik untuk
leukemia.

2) Sum-sum tulang

Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu
hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem yang lain terdesak
(apanila skunder).

3) Pemeriksaan lain : Biopsi Limpa.

Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel
blast / sel primitive (NANDA, 2015).
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental sosial dan
lingkungan (Dermawan, 2012:36).

1) Identitas

Leukemia limfosit akut sering terdapat pada anak-anak usia dibawah 15 tahun
(85%), puncaknya berada pada usia 2-4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-
laki daripada anak perempuan.

2) Riwayat Kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya pada anak dengan LLA mengeluh nyeri pada tulang-tulang, mual muntah,
tidak nafsu makan dan lemas.

2. Riwayat penyakit dahulu

Biasanya mengalami demam yang naik turun, gusi berdarah, lemas dan dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat karena belum mengetahui tentang penyakit yang
diderita.

3. Riwayat penyakit keluarga

Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit LLA karena merupakan


penyakit ginetik (keturunan)

4. Riwayat pada faktor-faktor pencetus

Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-obatan tertentu secara kronis.

5. Manifestasi dari hasil pemeriksaan


Biasanya di tandai dengan pembesaran sum-sum tulang dengan sel-sel leukemia
yang selanjutnya menekan fungsi sum-sum tulang, sehingga menyebabkan gejala
seperti dibawah ini.

- Anemia

Ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise, kelemahan, dan
anoreksia.

- Trombositopenia

Ditandai dengan perdarahan gusi, mudah memar, dan petekie.

- Netropenia

Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di malam hari (Nursalam
dkk, 2008:100).

3) Pemeriksaan Fisik

Di dapati adanya pembesaran dari kelenjar getah bening (limfadenopati),


pembesaran limpa (splenomegali), dan pembesaran hati (splenomegali), dan
pembesaran hati (hepatomegali). Pada pasien dengan LLA precursor sel-T dapat
ditemukan adanya dispnoe dan pembesaran vena kava karena adanya supresi dari
kelenjar getah bening di mediastinum yang mengalami pembesaran sekitar 5% kasus
akan melibatkan sistem saraf pusat dan dapat ditemukan adanya peningkatan tekanan
intracranial (sakit kepala, muntah, papil edema) atau paralisis saraf kranialis (terutama
VI dan VII) (Roganovic, 2013).

4) Pemeriksaan Diagnostik

Untuk menegakkan diagnose, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu:

(1) Darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang


menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel belst, yang merupakan
gejala patogonomik untuk leukemia.
(2) Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan
gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik sedangkan
sistem yang lain terdesak (apanilaskunder).

(3) Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia darah, cairan cerebrospinal dan
sitogenik.

2.9.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnose keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang actual,
potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Dermawan, 2012:58).

Masalah keperawatan yang muncul menurut (NANDA, 2015)

1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan pengisian kapiler < 3 detik,
akral teraba dingin, warna kulit pucat, nadi perifer menurun atau tidak teraba.

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan proliferative gastrointestinal dan efek


toksik obat kemoterapi ditandai dengan berat badan menurun menimal 10% di
bawah rentang ideal.

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara biologis (infiltrasi leukosit


jaringan sistematik) ditandai dengan tanpak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, mengalami gangguan tidur, sulit tidur dan proses berfikirterganggu.

4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa nyaman (nyeri dan
prosedur pemeriksaan/tindakan kemoterapi) ditandai dengan mengeluh sulit
tidur, mengeluh sering terjaga dan mengeluh pola tidur berubah.

5) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur, kerusakan


integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang) di
tandai dengan kekuatan otot menurun, mengeluh sulit mengerakan ekstermitas.

6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampilan, dalam fungsi dan


peran.
2.9.3 Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, siapa
yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012:24).

Tabel 1.1
NO. DIAGNOSIS NOC NIC
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan 1. Monitor adanya daerah
efektifberhubungan asuhan tertentu yang hanya peka
dengan pengisian keperawatan selama 6 terhadap
kapiler < 3 detik, akral hari panas/dingin/tajam/
teraba maslah perfusi jaringan tumpul
dingin, warna kulit menjadi efektif. 2. Monitor adanya pretase
pucat, nadi 3. Instruksikan
perifer menurun atau Kriteria Hasil : keluarga untuk
tidak teraba. 1. Pengisian kapiler mengobservasi kulit jika
Batasan Karakteristik (CRT) < 2 detik ada lesi atau leserasi
: 2. Nadi perifer stabil, 4. Batasi gerakan pada
 Waktupengisian teraba kepala, leher dan
kapiler > 3 detik 3. Akral hangat punggung
 Akral teraba 4. Warna kulit 5. Observasi pengisian
 Warna kulit pucat kemerahan kapiler (<2 detik), akral
 Nadi perifer dan warna kulit
menurun atau tidak 6. Observasi TTV
teraba 7. Monitor adanya
tromboplebitis.
8. Kolaborasi pemberian
Analgetik.
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya elergi
berhubungan dengan asuhan makanan
proliferative keperawatan selama 6 2. Ajarkan pasien untuk
gastrointestinal dan hari Meningkatkan intake
efek toksik obat maslah deficit nutrisi, (pemasukan) Fe
kemoterapi ditandai nutrisi 3. Anjurkan pasien
dengan berat badan pasien tercukupi dan Untuk meningkatkan
menurun menimal adekuat protein vitamin C
10% di bawah rentang Ktiteria Hasil : 4. Berikan subtasi gula
ideal. 1. adanya peningkatan 5. Yakinkan diet yang
BB Dimakan mengandung
Batasan Karakteristik sesuai dengan tujuan tinggi
: 2. BB ideal sesuai serat untuk mencegah
 Berat badan 20% dengan konstipasi
atau lebih ringgi badan 6. Berikan makanan
dibawah BB ideal 3. Pasien mampu yang terpilih
 Kramobdomen mengidentifikasi (sudah di konsultasikan
 Nyeri abdomen kebutuhan nutrisi dengan ahli gizi)
 Kerapuhan kapiler 4. Dari hasil 7. Ajarkan pasien
 Diare pemeriksaan, Bagaimana membuat
 Bising usus tidak terdapat tanda- catatan
hiperaktif tanda makanan harian
 Kurang makan mal nutrisi 8. Monitor jumlah
 membran mukosa 5. Tidak terjadi nutrisi dan
pucat penurunan kandungan kalori
BB yang berarti pada 9. Berikan informasi
pasien tentang kebutuhan nutrisi
10. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang di butuhkan pasien
11. BB dalam batas
Normal
12. Monitor adanya
penurunan BB
13. Monitor interaksianak
atau orang tua selama
makan
14. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bisa
dilakukan
15. Monitor
lingkungan selama
makan
16. Monitor kadar
albumin, total
ptotein, Hb dan Ht
17. Monitor mual dan
muntah
18. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
19. Monitor pucat,
kmerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
20. Monitor kalori dan
pemasukan nutrisi
21. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik, papilla
lidah dan cavitas
oral
22. Catat jika lidah
berwarna magental
3. Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 6 1. Lakukan
dengan agen pencedara hari pengkajian nyeri
biologis (infiltrasi maslah nyeri pada (P,Q,R,S,T)
leukosit jaringan pasien 2. Observasi reaksi
sistematik) dapat diatasi, nyeri non verbal dari
ditandai dengan tanpak berkurang atau hilang ketidak nyamanan
meringis, gelisah, dengan skal 0-2 3. Gunakan teknik
frekuensi nadi Kriteria Hasil : komunikasi
meningkat, mengalami 1. Pasien dapat terapeutik untuk
gangguan tidur, sulit mengontrol mengetahui
tidur dan proses berfikir nyeri ( tahu penyebab pengalaman nyeri
terganggu. nyeri, mampu pasien
mengunakan teknik non 4. Kaji kultur yang
Batasan Karakteristik farmakologi untuk mempengaruhi
: mengurangi nyeri, respon nyeri
 Gangguan tidur mencari 5. Evaluasi
 Perubahan selera bantuan) pengalaman nyeri
makan 2. Pasien dapat masalampau
 Perubahan frekuensi melaporkan 6. kontrol lingkungan
pernapasan bahwa nyeri berkurang yang dapat
 Perilaku distraks dengan menggunakan mempengaruhi
(misal nya manajemen nyeri nyeri (suhu ruangan
berjalan mondar-mandir skala0-2 pencahayaan dan
mencari orang lain) 3. Pasien mampu kebisingan)
Mengekspreskan mengenali 7. kurangi faktor
perilaku (misal nya nyeri ( skala, intensitas, presipitasi
gelisa dan menangis) frekuensi, dan 8. ajarkan tehnik
 Terlihat meringis tandanyeri) nonfarmakologi
 Sikap melindungi 4. Pasien dapat 9. tingkatkan istirahat
nyeri menyatakan 10. kolaborasi pemberian
 Perubahan posisi rasa nyaman nyeri Analgetik
untuk berkurang
melindungi nyeri
 Melaporkan nyeri
secara verbal
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur
berhubungan asuhan 2. Jelaskan penting
dengan gangguan rasa keperawatan selama 6 tidur yangadekuat
nyaman (nyeri dan hari 3. Fasilitas untuk
prosedur pemeriksaan/ maslah gangguan pola mempertahankan
tindakan kemoterapi) tidur aktivitas sebelumtidur
ditandai dengan pada pasien , pola tidur 4. Ciptakan
mengeluh sulit tidur, menjadi normal lingkungan yang nyaman
mengeluh kembali, tidur 5. Monitor waktu
sering terjaga dan yang adekuat makan dan minum
mengeluh pola Kriteria Hasil : dengan waktu tidur
tidur berubah 1. Jumlah jam tidur 6. Monitor/catat
dalam kebutuhan tidur
Batasan Karakteristik batas normal 10-13 pasien setiap hari dan jam
: jam/hari 7. Kolaborasi
 perubahan pola tidur 2. Pola tidur , kualitas pemberian obat tidur
normal tidur
 mengeluh sulit tidur dalam batas normal
 mengekuh sering 3. Perasaan segar
terjaga setelah
 mengeluh pola tidur tidur atau istirahat,
berubah tidak
 menyatakan tidak mengantuk di pagi hari,
merasa cukup istirahat tidak terdapat lingkaran
hitam dibawah mata
4. Pasien mampu
mengidentifikasi hal-
hal
yang meningkatkan
tidur.
5. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur
fisik asuhan 2. Jelaskan penting
berhubungan dengan keperawatan selama 6 tidur yangadekuat
kontraktur, hari 3. Fasilitas untuk
kerusakan integritas maslah hambatan mempertahankan
struktur mobilitas aktivitas sebelum
tulang, penurunan fisik pada klien data tidur
kekuatan otot teratasi 4. Ciptakan
(depresi sumsum ,klien dapat melakukan lingkungan yang
tulang) di tandai aktivitas sehari-hari nyaman
dengan kekuatan otot secara 5. Monitor waktu
menurun, mandiro atau dengan makan dan minum
mengeluh sulit bantuan dengan waktu tidur
mengerakan Kriteria Hasil : 6. Monitor/catat
ekstermitas. 1. Klien meningkatkan kebutuhan tidur
dalam aktifitas fisik pasien setiap hari
Batasan Karakteristik 2. Klien mengerti dan jam
: tujuan dari 7. Kolaborasi
 Penurunan waktu peningkatan mobilitas pemberian obat
reaksi 3. Klien dapat tidur
 Kesulitan mengungkapkan NIC :
membolak-balikan perasaan Terapi Latihan :
posisi dalam peningkatan berpindah
 Melakukan aktivitas kekuatan dan 1. Monitoring tanda-
lain kemampaun tada vital sebelum
sebagi pengganti berpindah dan sesudah
pergerakan 4. Klien dapat latihan serta latih
( misalnya memperagakan respon pasien saat
meningkatkan pengunaan latihan
perhatian pada aktivitas alat bantu mobilisasi 2. Kaji kemapuan
orang lain, pasien dalam
mengendalikan mobilisasi
perilaku) 3. Latih pasien
 Dyspnea setelah dalam pemenuhan
beraktivitas kebutuhan jadwal
 Perubahan cara aktivitas sehari-
berjalan hari
 Keterbatasan 4. Damping pasien
kemampuan melakukan saat mobilisasi
motorik halus dan dan bantu
motorik kasar pemenuhan
 Pergerakan lambat kebutuhan sehari
dan tidak terkoordinasi hari klien
5. Berikan alat bantu jika
klien membutuhkan
6. Ajarkan klien
bagaimana
merubah posisi dan
berikan
bantuan jika diperlukan.

2.9.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan (kozier, 2011).

2.9.4 Evaluasi Keperawatan


Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnos keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah
berhasil dicapai. Meskipun tahapp evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan,
evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan (Dermawan,
2012).
1) Evaluasi Formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat
setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawatan, dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.

2) Evaluasi Sumatif SOAP

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu
pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.
Bab 3 Metodelogi penelitian
Bab 4 Hasil dan pembahasan
Bab 5 Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai