Anda di halaman 1dari 25

TELAAH JURNAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“ PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN TREND ISSUE PADA PENYAKIT


TUMOR OTAK “

DOSEN PENGAMPU :
Trijati Puspita L, S.Kep., Ns., M.Kep

Di Susun Oleh Kelompok 01


5B Keperawatan :

1. Dewi Azmawiyah ( 1902012785 )


2. Dimas Febrian ( 1902012790 )
3. Dzakirotun Nafi’ah ( 1902012789 )
4. Elfiani Suharlindah ( 1902012787 )
5. Evi Jihan Sulistiyo Rini ( 1902012788 )
6. Ira Nurul Laili ( 1902012784 )
7. Wanda Aprilyasari ( 1902012785)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Telaah Jurnal yang berjudul “Penatalaksaan Keperawatan Dan Trend
Issue Pada Penyakit : Tumor Otak”. Telaah Jurnal ini disusun sebagai tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita dihari akhir
kelak.
Penulis makalah ini berbekal materi yang diperoleh dari kelas dan tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak serta kutipan materi diambil dari
internet dengan sumber yang tertera. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., M.Kes selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan
2. Arifal Aris, M.Kes selaku Dekan Fikes Universitas Muhammadiyah Lamongan
3. Suratmi S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan
4. Trijati Puspita L, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen PJMK dan Dosen Pengampu
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
5. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan
Telaah Jurnal yang berjudul “Penatalaksaan Keperawatan Dan Trend Issue Pada
Penyakit Tumor Otak”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan telaah jurnal ini masih perlu
penyempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan penyusunan telaah jurnal selanjutnya. Semoga Telaah Jurnal ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Lamongan, 28 Desember 2021

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB 2 JURNAL........................................................................................................................3
BAB 3 TELAAH JURNAL.....................................................................................................14
3.1 Judul Jurnal................................................................................................................14
3.2 Penulis Dan Sumber Jurnal........................................................................................14
3.3 Masalah Penelitian.....................................................................................................14
3.4 Tujuan penelitian.......................................................................................................14
3.5 Metode Penelitian......................................................................................................15
3.6 Intervensi...................................................................................................................15
3.7 Hasil penelitian..........................................................................................................15
3.8 Kelebihan...................................................................................................................15
3.9 Kekurangan................................................................................................................16
3.10 Aplikasi di Indonesia.................................................................................................16
BAB 4 KESIMPULAN............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kejadian tumor otak semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan
beberapa survei, saat ini angka mejadian tumor otak metastasis bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan tumor otak primer. Semakin tinggi angka kejadian tumor otak
tersebut, berkaitan dengan semakin banyak komplikasinya, baik itu komplikasi
neurologi maupun komplikasi non-neurologi. Hiperkoagulasi merupakan salah satu
komplikasi non-neurologi yang berkaitan dengan tumor otak. Telah diketahui bahwa
tumor berkaitan dengan resiko trombosis. Tumor otak memiliki presentase kejadian
trombosis paling tinggi dibandingkan dengan tipe keganasan yang lain, yaitu 26% (G,
M, & E, 2014).
Tumor otak Kejadian trombosis ditemukan sekitar 20% pada tumor otak
metastasis dan 20-30% pada glioma (O, D, N, & S, 2010).
Sel tumor dapat mengaktifkan sistem koagulasi darah melalui beberapa
mekanisme yaitu produksi aktivitas prokoagulan, fibrinolitik, proagregasi dan
pelepasan sitokin proinflamasi Tumor Necrosis Factor (TNF), Interleukin-1 (IL-1),
proangiogenik Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) serta interaksi langsung
dengan pembuluh vaskular host (selsel endothelial, leukosit, monosit, makrofag dan
platelet melalui molekul adhesi (G, M, & E, 2014; O, D, N, & S, 2010; S, 2012).
Aktivasi sistim koagulasi ditandai dengan (A H. J., 2005) peningkatan D-dimer
plasma. D-dimer merupakan produk degr ada sicross-link edfibrin, yang (C, D, R, J, P,
& et al, 2012) mengindikasikan aktivasi hemostasis dan fibrinolisis. Selama
pembentukan trombus, fibrinogen dikonversi menjadi fibrin monomer yang kemudian
berikatan (H, 2002) menjadi jaringan polimer. Fibrin polimer didegradasi oleh plasmin.
Fragmen E dan D merupakan produk (J & B, 2013).
Deksametason merupakan terapi medikamentosa awal yang paling sering
diberikan pada penderita tumor otak yang dirawat baik yang dirawat jalan maupun
dirawat inap. Deksametason dapat mengakibatkan down regulasi pada dua faktor
angiogenik utama yaitu Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Interleukin
sehingga dapat memperbaiki permeabilitas vaskular dan menurunkan nilai D-dimer
plasma pasien tumor otak (A, Pudjanarko, & D, 2015; A, Y, A, Y, & K, 2006).

1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran dan mengetahui bagaimana telaah jurnal
tentang “Penatalaksaan Keperawatan Dan Trend Issue Pada Penyakit : Tumor
Otak”.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti telaah jurnal tentang “Penatalaksaan
Keperawatan Dan Trend Issue Pada Penyakit : Tumor Otak”.
b. Mahasiswa mampu mengerti terkait “Perubahan Nilai D-Dimer Sebelum dan
Sesudah Pemberian Deksametason Pada Penderita Tumor Otak”.

2
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

BAB 2
JURNAL

Perubahan Nilai D-Dimer Sebelum dan Sesudah


Pemberian Deksametason Pada Penderita Tumor
Otak
Difference in D-dimer Level Before and After Administration of Dexametason in
Patients with Brain Tumor

Yunni Diansari*, Achmad Junaidi*, Selly Marisdina*, Mediarty Syahrir**,


Ida Maya*, Rafika Monalisa*, Dya Anggraeni*

*Departemen Neurologi FK Unsri/RSMH Palembang, **Divisi Hematoonkologi


Departemen Penyakit Dalam FK Unsri/RSMH Palembang

Abstrak

Latar Belakang : Tumor otak merupakan salah satu jenis tumor yang memiliki resiko cukup
tinggi terhadap angka kejadian trombosis sistemik. Tromboemboli merupakan salah satu
komplikasi non neurologi pada pasien dengan tumor otak. Hal ini dikaitan dengan adanya
kondisi hiperkoagulasi pada pasien dengan tumor. Salah satu mekanisme terjadinya
hiperkoagulasi pada penderita tumor adalah berkaitan dengan produksi dan pengeluaran
sejumlah sitokin proinflamasi normal di endotel vaskular. Adanya pengaktifan sistem
koagulasi darah ditandai dengan peningkatan D- dimer. Deksamatason merupakan golongan
anti inflamasi yang paling sering digunakan untuk tatakaksana edema serebri pada tumor
otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemberian deksametason
dengan nilai D-dimer pada pasien tumor otak

Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan design before and after pada
pasien tumor otak yang direkrut secara konsekutif dan tidak dalam kemoterapi, radioterapi
atau dengan riwayat penyakit serebrovaskular. Diagnosis tumor otak didasarkan hasil CT
Scan kepala atau MRI kepala. D-dimer plasma diambil dengan metode kuantitatif. Seluruh
pasien dengan gejala edema serebri pada saat masuk rumah sakit diberikan terapi
deksametason selama 7 hari. Nilai D-dimer diperiksa sebelum dan setelah 7 hari pemberian
deksametason. Uji Wilcoxon digunakan untuk melihat hubungan antara nilai D-dimer
sebelum dan sesudah pemberian deksametason.

Hasil : Subjek penelitian ini adalah perempuan sebanyak 32 orang dan laki-laki 20 orang.
Sebagian besar subjek penelitian berusia 20-59 tahun (82,7%) dengan lesi tumor yang paling
banyak soliter (69,2%) dan jenis tumor primer (71,2%). 76,9% subjek penelitian
memperlihatkan peningkatan nilai D-dimer pada pemeriksaan awal. Nilai D-dimer rerata
sebelum pemberian deksametason adalah 2,45 dan sesudah pemberian deksametason adalah
2,17. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata nilai D-dimer sebelum dan sesudah
pemberian deksametason ( P value

3
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran
= 0,379)

Kesimpulan : Pemberian deksametason pada pasien tumor otak tidak mempengaruhi


perubahan nilai D-dimer secara signifikan

Kata kunci : deksametason, D-dimer, tumor otak

Abstract

Background: Incidence of thromboembolic events are quite common in brain tumor patient
which thromboembolic event itself is one of non-neurologic complication in brain tumor. This
condition is correlated with hypercoagulated state in patient with malignancy. Activation of
coagulation system is marked with increasing of D-dimer level. One of mechanism
hypercoagulated condition in malignancy is associated with production and releasing of
proinflammatory cytokine in vascular endotel. Dexametason is one of antiinflamatory agent
that usually used to manage cerebral edema in brain tumor. The aim of this study is to analyse
the relationship between D-dimer level before and after dexametason administration in brain
tumor patient.

Methods: This is an experimental study with a before and after design on patients with brain
tumor, recruited consecutively and not receiving chemotherapy, radiotherapy nor
cerebrovascular events. Diagnosis of brain tumor is based on neuroimaging of the brain. D-
dimer plasma level is obtained with quantitative method. Dexametason is administrated to all
patients within 7 day. D-dimer level

were measured before dexametason administration dan the eight day after dexametason
administration. Wilcoxon test is used to analyse the relationship between D-dimer level before
and after dexametason administration.

Results: Subjects of this study is comprised of 32 women and 20 men. Most are in the group of
20- 59 years old (82,7%), with solitary tumor lesion (69,2 %) and primary brain tumor (71,2%).
76,9% of subjects show increasing of D-dimer level before dexametason administration. Mean
of D-dimer level before and after administration of dexametason are 2,45 and 2,17. There is
no significant difference in mean of D-dimer level (P value= 0,379)

Conclusion: Administration of dexametason in brain tumor patients does not affect D-dimer
level significantly.

Keywords: brain tumor, dexametason, D-dimer level.

4
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

PENDAHULUAN medikamentosa awal yang paling


sering diberikan pada penderita
Angka kejadian tumor otak semakin
tumor otak yang dirawat baik yang
meningkat setiap tahunnya.
dirawat jalan maupun
Berdasarkan beberapa survei, saat ini
dirawat inap.
angka mejadian tumor otak
Deksametason dapat mengakibatkan
metastasis bahkan lebih tinggi
down regulasi pada dua faktor
dibandingkan dengan tumor otak
angiogenik utama yaitu Vascular
primer. Semakin tinggi angka
Endothelial Growth Factor (VEGF)
kejadian tumor otak tersebut,
dan Interleukin sehingga dapat
berkaitan dengan semakin banyak
memperbaiki permeabilitas vaskular
komplikasinya, baik itu komplikasi
dan menurunkan nilai D-dimer
neurologi maupun komplikasi non-
plasma pasien tumor otak.4,5
neurologi. Hiperkoagulasi
Penelitian ini bertujuan untuk
merupakan salah satu komplikasi
mengetahui pengaruh pemberian
non-neurologi yang berkaitan dengan
tumor otak. deksametason selama satu minggu
Telah diketahui bahwa tumor terhadap perubahan nilai D-Dimer
berkaitan dengan resiko trombosis. pada penderita tumor otak.
Tumor otak memiliki presentase
kejadian trombosis paling tinggi METODOLOGI
dibandingkan dengan tipe keganasan
yang lain, yaitu 26%.1 Tumor otak Penelitian ini merupakan penelitian
Kejadian trombosis ditemukan eksperimental dengan desain before
sekitar 20% pada tumor otak and after dengan rancangan one
metastasis dan 20-30% pada glioma.2 group pretest dan posttest.
Sel tumor dapat mengaktifkan Pengambilan data dilakukan Januari
sistem koagulasi darah melalui 2018 sampai November 2018.
beberapa mekanisme yaitu produksi Kriteria inklusi adalah semua pasien
aktivitas prokoagulan, fibrinolitik, tumor otak yang dirawat inap di
proagregasi dan pelepasan sitokin bangsal Neurologi RSMH. Diagnosis
proinflamasi Tumor Necrosis Factor tumor otak ditegakkan berdasarkan
(TNF), Interleukin-1 (IL-1), hasil pemeriksaan CT scan atau MRI
proangiogenik Vascular Endothelial kepala. Pasien dengan riwayat
Growth Factor (VEGF) serta penyakit serebrovaskular atau
interaksi langsung dengan pembuluh mengkonsumsi golongan antiplatet
vaskular host (sel- sel endothelial, dan antikoagulan dikeluarkan dari
leukosit, monosit, makrofag dan penelitian ini. Pasien yang menjalani
platelet melalui molekul adhesi.1,2,3 kemoterapi dan radioterapi juga
Deksametason merupakan terapi dikeluarkan dari penelitian ini.

5
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

Pengukuran nilai D-dimer plasma Dikatakan hiperkoagulasi jika


awal dilakukan sebelum pemberian didapatkan nilai D-dimer >0,5.
deksametason. Pengukuran nilai D-
Dimer plasma akhir dilakukan 7 hari HASIL
setelah pemberian deksametason.
Deksametason diberikan pada saat Didapatkan 52 subjek, dengan jenis
penderita masuk rumah sakit dengan kelamin wanita sebanyak 61,5 %.
dosis awal 10 mg dilanjutkan 4 mg Mayoritas subjek penelitian ini tidak
setiap 6 jam. Penurunan dosis
memiliki riwayat merokok. Tumor
dilakukan secara bertahap setiap 3
hari. Darah vena diambil untuk otak primer merupakan tumor otak
dilakukan pengukuran nilai D-dimer. yang terbanyak pada penelitian ini.
Pemeriksaan D-dimer dilakukan Secara lengkap karakteristik subjek
dengan metode kuantitatif D-dimer penelitian ini dapat terlihat pada
latex agglutination. Nilai normal tabel 1.
rujukan D-dimer adalah 0,5.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n=52)


Karakteristik N (%)
Usia
- 20 - 59 tahun 43 82,7
- > 60 tahun 9 17,3
Jenis Kelamim
- Laki-laki 20 38,5
- Perempuan 32 61,5
Merokok
- Perokok 20 38,5
- Bukan perokok 32 61,5
Devisit Motorik
- Abnormal 51 98,1
- Normal 1 1,9
Jumlah Lesi Tumor
- Multiple 16 30,8
- Tunggal 36 69,2
Jenis Tumor
- Metastasis 15 28,8
- Primer 37 71,2
Trombosit
- > 400.000 6 11,5
- < 400.000 46 88,5
Leukosit
- > 10.000 34 65,4
- < 10.000 18 34,6

Pengukuran nilai D-dimer sebelum didapatkan rerata nilai D-dimer akhir


pemberian deksametason didapatkan yaitu 2,17 ± 3,38. Hasil analisis
nilai rerata 2,45 ± 3,63. Setelah selengkapnya disajikan pada tabel 2
pemberian deksametaon satu minggu

6
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

7
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

Tabel 2. Pengukuran nilai D-dimer


Nilai D Dimer N Rerata ± SD Median Rentang
(Minimum – Maksimum)
Nilai D-dimer 52 2,45 ± 3,63 1,18 0,26 – 19,53
Awal
Nilai D-dimer 52 2,17 ± 3,38 0,83 0,20 – 18,32
Akhir

Kategori nilai D-dimer penurunan jumlah subjek dengan


dikelompokkan menjadi tinggi (>0,5) nilai D-dimer yang tinggi. Tetapi
dan normal (< 0,5). Hasil analisis secara keseluruhan 71,2% subjek
didapatkan bahwa sebelum masih menunjukkan nilai D-dimer
pemberian deksameason sebagian dengan kategori tinggi setelah
besar subjek memiliki nilai kategori pemberian deksametason. Hasil
tinggi yaitu 76,5% sedangkan setelah analisis selengkapnya pada grafik
diberikan deksametason terdapat berikut ini:

76.9
80 71.2
70
60
50
40
Tinggi
28.8 Normal
30 23.1

20
10
0

D Dimer Awal D Dimer Akhir


Grafik 1. Pengukuran nilai D-dimer sebelum dan sesudah pemberian
deksametason

Hasil uji statistik didapatkan bahwa pemberian deksametason menurun


tidak terdapat perbedaan rerata nilai namun tidak signifikan dibandingkan
D-dimer sebelum dan setelah dengan nilai D-dimer awal. Hasil
pemberian deksametason (p value = analisis selengkapnya disajikan
0,379). Nilai D-dimer akhir setelah sebagai berikut:

Tabel 3. Perbedaan Rerata nilai D-dimer Sebelum dan Setelah Pemberian


Deksametason
Nilai D-dimer N Rerata±SD Median (Min – Mak) p value
Nilai D-dimer 52 2,45 ± 3,63 1,18 (0,26 – 19,53) 0,379
Awal

Nilai D-dimer 52 2,17 ± 3,38 0,83 (0,20 – 18,32)


Akhir
*Uji wilcoxon test

8
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

Analisis multivariat antara berbagai deksametason. Tabel 4


variabel perancu dilakukan untuk memperlihatkan tidak ada varibel
melihat apakah ada pengaruh faktor- yang berpengaruh secara bermakna
faktor tertentu terhadap nilai D- terhadap pengukuran nilai D-dimer
dimer awal sebelum pemberian awal.

Tabel 4. Hubungan berbagai variabel perancu dengan nilai D-dimer awal


Variabel Nilai D-dimer Total p-
Value
Tinggi Normal
n (%) n (%) n (%)

Usia
20-59 tahun 29( 14(32, 43 0,257
67,4) 6)
≥ 60 tahun 8 (88,9) 1 (11,1) 9
Jenis
kelamin 0,276
Laki-laki 12(60,0 8(40,0) 20
)
Perempuan 25(78,1 7(21,9) 32
)
Jumlah lesi
Multipel 13(81,3 3 (18,8) 16 0,340
)
Tunggal 24 12 36
(66,7) (33,3)
Jenis tumor
Metastasis 11 4 (26,7) 15 1,000
(73,3)
Primer 26 11(29,7 37
(70,3 )
Merokok
Perokok 13 7(35,0) 20 0,646
(65,0)
Bukan 24 8 (25,0) 32
perokok (75,0)
Leukosit
>10.000 28(82,4 6 (17,6) 34 0,300
)
≤ 10.000 12 6 (33,3) 18
(66,7)
Trombosit
>400.000 4 (66,7) 2 (33,3) 6 0,612
≤ 400.000 36 10 46
(78,3) (23,1)

105
9
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

DISKUSI bersama dengan trombosit, GP Ib,


GP IIb/IIIa, faktor von Willebrand
Peningkatan risiko trombosis
dan faktor jaringan (kolagen).
dikaitkan dengan perubahan aliran
Adanya trombus yang menyumbat
darah, cedera pada endotel vaskular
aliran darah membuat tubuh akan
dan perubahan dalam konstitusi
melakukan homeostasis untuk
darah yang disebut sebagai trias
menghancurkan trombus tersebut.
virchow. Telah diketahui bahwa
D-dimer merupakan hasil akhir
trombosis dan keganasan
pemecahan fibrin oleh plasmin.
dihubungkan oleh beberapa
Jadi pemeriksaan D-dimer akan
mekanisme patofisiologis yang
sangat bermanfaat baik secara
kompleks.6,7,8,9
langsung ataupun tidak
Sel tumor dapat mengaktivasi
langsung untuk mengetahui
sistem koagulasi darah melalui
adanya pembentukan maupun
beberapa mekanisme seperti
pemecahan trombus. 18,19 Kadar D-
produksi faktor prokoagulan,
dimer yang lebih tinggi dari nilai
aktivitas fibrinolitik, proagregasi,
normal rujukan
pelepasan sitokin
menunjukkan adanya produk
proinflamasi dan
degradasi fibrin dalam kadar yang
proangiogenik serta interaksi
tinggi, yang menunjukkan adanya
langsung dengan pembuluh vaskular
pembentukan dan pemecahan
dan sel darah melalui molekul
trombus dalam tubuh dan berkaitan
adhesi. Faktor prokoagulan yang
dengan kondisi hiperkoagulasi.
diproduksi oleh sel tumor adalah
Kadar D-dimer yang normal dapat
Tissue Factor (TF) dan Cancer
digunakan untuk menyingkirkan
Procoagulant (CP). 2,10,11,12 Selain itu
diagnosis banding gangguan
sel tumor juga memproduksi dan
pembekuan darah sebagai
mengeluarkan sejumlah sitokin
penyebab dari gejala klinik yang
proinflamasi normal di endotel
ada.7,19,20
vaskular, contohnya TNF-a dan IL-
Insiden hiperkoagulasi pada
1b.
keganasan bervariasi tergantung
Beberapa temuan terbaru
dari jenis keganasan itu sendiri.
menunjukkan kaitan antara proses
Tumor otak merupakan salah satu
angiogenesis dan keadaan
jenis keganasan yang memiliki
hiperkoagulasi pada keganasan,
angka kejadian hiperkoagulasi
seperti ekspresi TF di endotel
cukup tinggi. Pada penelitian ini
vaskular jaringan tumor terbukti
didapatkan hiperkoagulasi pada
berkorelasi kuat dengan inisiasi
76,9% subjek.
angiogenesis. Ekspresi TF juga telah
Telah diketahui bahwa
terbukti berkorelasi positif dengan
keganasan itu sendiri merupakan
kepadatan mikrovesel dan ekspresi
salah satu kondisi yang mendasari
modulator angiogenik (VEGF).
adanya hiperkoagulasi. Beberapa
VEGF menginduksi
faktor komorbid yang berpengaruh
hiperpermeabilitas dengan tindakan
terhadap hiperkoagulasi terkadang
langsung pada endotelium dan
dapat dijumpai bersamaan pada
mendorong aktivasi platelet dan
penderita keganasan seperti
adhesi secara in vitro. 9,13,14,15,16,17
kebiasaan merokok, imobilisasi,
Trombosis disebabkan oleh
trombositosis dan adanya infeksi
adanya sumbatan trombus atau
yang dapat ditandai dengan
embolus pada pembuluh darah.
peningkatan nilai
Trombus tersusun oleh fibrin

10
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

leukosit. Beberapa faktor komorbid paresis pada pasien memiliki resiko


yang kemungkinan mempunyai kejadian trombosis lebih tinggi
pengaruh terhadap peningkatan kadar dibandingkan pasien dengan
D-dimer dijumpai juga pada ambulasi normal. Hal ini dikarenakan
penelitian ini, seperti leukositosis pada paresis motorik dapat
dan defisit motorik yang didapatkan menyebabkan aliran balik vena akan
mayoritas pada subjek penelitian. menjadi lambat, sehingga
Meskipun demikian analisis statistik meningkatkan resiko trombosis pada
menunjukkan tidak ada hubungan ekstremitas.2,4
bermakna antara leukositosis dan Merokok dapat meningkatkan
defisit motorik dengan peningkatan agregasi trombosit karena zat kimia
nilai D-dimer pada penelitian ini. dalam rokok akan merangsang
Infeksi juga dapat mempengaruhi tromboksan A2. Tromboksan A2
kaskade koagulasi sehingga akan mengaktifkan produksi
instrinsic pathway teraktivasi ketika trombosit dan berperan pada kaskade
ada infeksi bakteri yang masuk koagulasi.16,30 (19,23) Penelitian yang
kedalam tubuh dan akan berujung dilakukan oleh Yu J dan kawan–
pada pembentukan trombin dan kawan yang menyatakan bahwa ada
fibrin yang menghasilkan cross korelasi positif antara merokok
linked. Menurut penelitian dengan viskositas darah.23 Pada
Kolodziejzyk dan kawan- kawan, sel penelitian ini tidak didapatkan
leukosit memberikan dampak pada hubungan merokok terhadap kadar
proses koagulasi darah dan sistem D- dimer. Hasil ini bertentangan
hemostatik dengan mengaktivasi dengan penelitian sebelumnya. Hal
platelet mengeluarkan neutrofil ini mungkin disebabkan oleh karena
elastase, sekresi jumlah populasi pasien penelitian
trombomodulin oleh sel endotelial lebih banyak perempuan dan
dan menghambat antitrombin.4,21 didapatkan bahwa semua sampel
Pada penelitian ini, sekitar 65,4% penelitian yang berjenis kelamin
pasien mengalami peningkatan perempuan pada penelitian ini tidak
jumlah leukosit. Hasil ini berbeda ada yang merokok.
bila dibandingkan dengan penelitian Trombositosis juga
Setiawan, di mana penelitian tersebut merupakan faktor yang berkaitan
menyatakan bahwa lebih banyak dengan resiko hiperkoagulasi. Pada
pasien yang memiliki leukosit penelitian ini juga menunjukkan
normal (58,5%) dibandingkan sebagian besar subjek (88,5%)
dengan yang meningkat sebanyak memiliki nilai trombosit dalam batas
41,2%. Pada pasien tumor otak, normal. Penelitian Setiawan dan
adanya defisit motorik yang kawan-kawan juga menunjukkan
menyebabkan imobilisasi juga bahwa mayoritas pasien memiliki
berkontribusi terhadap kondisi nilai trombosit normal sebanyak
hiperkoagulasi. Defisit motorik yang 88,1%. Menurut Suega dan kawan-
berat dapat menyebabkan penderita kawan, trombositosis ( trombosit >
tirah baring dalam waktu yang lama 400.0 / µl ) merupakan faktor
sehingga aliran balik vena menjadi resiko terbentuknya trombosis dan
lambat dan dapat meningkatkan
terjadi pada sekitar 35-50,6 % pasien
resiko trombosis yang
kanker. 2,4
mempengaruhi kadar D-
dimer. 4,19,20,22
Menurut penelitian
Setiawan dan kawan-kawan kondisi

11
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

107

12
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

Faktor tumor sendiri belum bisa mengalami perbaikan dan


ditentukan apakah jenis dan jumlah menurunkan permeabilitas sawar
lesi tumor itu berpengaruh terhadap darah otak sehingga dapat
kondisi hiperkoagulasi. Pada mengurangi edema otak. 4,5,7,23,16,24

penelitian ini jenis tumor dan jumlah Efek terapeutik deksametason yang
lesi tidak bermakna terhadap paling penting adalah
peningkatan nilai D-dimer. Temuan kemampuannya untuk
serupa didapatkan pada penelitian mengurangi respons
yang telah dilakukan Suega dan peradangan secara dramatis dan
kawan –kawan yang menjelaskan untuk menekan imunitas. Telah
bahwa jumlah lesi tumor tidak diketahui bahwa penurunan dan
memiliki korelasi bermakna antara penghambatan limfosit dan
penanda koagulasi dengan tipe makrofag perifer memegang
keganasan yang menggolongkan peranan, juga
pada tumor primer (tunggal) dan menghambat fosfolipase A2, secara
tumor sekunder (multipel). Penelitian tidak langsung jugamenghambat
Setiawan dan kawan-kawan juga pelepasan asam arakidonat, prekursor
mendapatkan hasil yang serupa. prostaglandin dan leukotrien, dari
Penelitian Suega dan kawan-kawan fosfolipid yang terikat pada
menunjukkan bahwa penggolongan membran. Salah satu mekanisme
tumor primer dan metastasis terjadinya hiperkoagulasi pada
memiliki kadar D-dimer preoperatif keganasan melalui disfungsi endotel
lebih tinggi pada pasien dengan akibat VEGF yang diproduksi sel
volume tumor yang lebih besar dan kanker. Deksametason diperkirakan
multiple. dapat memperbaiki disfungsi endotel
4,7
sehingga dapat menurunkan kadar D-
Kortikosteroid diperkenalkan dimer plasma pada pasien tumor
sebagai perawatan pasien tumor otak otak. Pada penelitian ini, setelah
hampir 50 tahun yang lalu pemberian deksametason selama
berdasarkan efektivitasnya pada satu minggu, 71,2% subjek masih
edema yang disebabkan tumor. menunjukkan nilai D-dimer diatas
Deksametason merupakan salah satu rujukan normal. Penurunan nilai
kortikosteroid sintetis yang paling D-dimer hanya
efektif dan direkomendasikan untuk didapatkan pada 5,7% subjek.
tatalaksana edema serebri pada tumor Analisis statistik menunjukkan
otak. Deksametason dapat bahwa tidak ada perbedaan
menurunkan ekspresi VEGF melalui bermakna terhadap perubahan nilai
aktivasi reseptor glukokortikoid D-dimer setelah pemberian
(Glucocorticoid Receptor/ GR), deksametason. Temuan ini serupa
sehingga memperbaiki disfungsi dengan penelitian Setiawan dan
sawar darah otak. Selain itu kawan-kawan yang menjelaskan
deksametason mempunyai afinitas bahwa tidak terdapat perbedaan
yang kuat pada GR, yang antara kadar D-dimer sebelum terapi
menimbulkan penurunan ekspresi deksametason dan sesudah
eNOS (endothelial nitric oxide pemberian terapi deksametason
synthase). Penurunan eNOS akan selama 4 hari.
mengakibatkan produksi NO oleh sel Penjelasan terhadap hasil tersebut
endotel menurun, sehingga tight karena kadar D-dimer dalam plasma
junctions pada sawar darah otak merupakan resultan dari beberapa
faktor yang berpengaruh yang tidak
dapat dikendalikan secara
keseluruhan dalam penelitian ini.
13
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

SIMPULAN 9. Aishiama K, Yoshimoto Y. Screening


strategy using seqeunsial serum D-
Pada penelitian ini memperlihatkan dimer assay for detection and
bahwa pemberian steroid tidak dapat prevention of
menurunkan resiko terjadinya venous
thrombosis. Olek karena itu thromboembolism after elective brain
tumor surgery. British Journal of
diperlukan pemberian terapi lain
Neurosurgery. 2013;27(3):348-54
untuk menurunkan resiko trombosis
pada pasien tumor otak yang 10. Van Zaane B, Nur E, Squizzato A,
mengalami hiperkoagulasi. Gerdes VE, Buller HR, Dekkers OM,
Brandjes DP. Systematic review on the
DAFTAR PUSTAKA effect of glucocorticoid use on
procoagulant, anti-coagulant and
1. Elyamany G, Alzahrani AM, Bukhary fibrinolytic factors. Journal of
E. Cancer-associated thrombosis: an Thrombosis and Haemostasis.
overview. Clinical Medicine Insights: 2010;8(11):2483-93.
Oncology. 2014;8:129-37.
11. Dietrich J, Rao K, Pastorino S, Kesari
S. Corticosteroids in brain cancer
2. Jenkins EO, Schiff D, Mackman N, Key patients: benefits and pitfalls. Expert
NS. Venous thromboembolism in Review of Clinical Pharmacology.
malignant gliomas. Journal of 2011;4(2):233-42.
Thrombosis and Haemostasis.
2010;8(2):221-27.
12. Kostaras X, Cusano F, Kline GA, Roa W,
3. Hawbaker S. Venous Easaw J. Use of dexamethasone in
thromboembolism in the cancer patients with high-grade glioma: A
population: pathology, risk, and clinical practice guideline. Current
prevention. Journal of The Advance Oncology. 2014;21(3):493-503.
Practional in Oncology. 2012;3(1):23-
33. 13. Ay C, Dunkler D, Pirker R, Thaler J,
Quehenberger P, Wagner O, Zielinsky
4. Setiawan A, Pudjanarko,Tugasworo D. C, Pabinger I. High D-dimer levels are
Pengaruh Pemberian Deksametason associated with poor prognosis in
Terhadap Kadar D Dimer Plasma pada cancer patients. Haematologica.
Pasien Tumor Otak. Medica Hospitalia. 2012;97(8):1158-64.
2015;3(1):25–31.
14. Chu AJ. Tissue Factor, Blood
5. Yano A, Fujii Y, Iwai A, Kageyama Y, Coagulation, and Beyond: An
Kihara K Glucocorticoids Suppress Overview. International Journal of
Tumor Angiogenesis and In vivo Infammation. 2011;2011:1-30.
Growth of Prostate Cancer Cells. Clin
Cancer Research. 2006;12(10):3003-9. 15. Roskoki R. Vascular endothelial
growth factor (VEGF) signaling in
6. Blann AD, Dunmore S. Arterial and tumor progression. Critical Reviews in
venous thrombosis in cancer patients. Oncology Hematology.
Cardiology Research 2007;62(3):179-213.
and Practice.2011;394740.
16. Olson JD. D-dimer: An Overview of
7. Suega K, Bakta IM. Correlation Hemostasis and Fibrinolysis, Assays,
between clinical stage of solid tumor and Clinical Applications. Advance in
and D dimer as a marker of Clinical Chemistry. 2015;69:1-46.
coagulation activation. Acta Medica
Indonesia. 2011;43(3):162-67. 17. Ay C, Dunkler D, Simanek R, Thaler J,
Koder S, Marosi C, Zielinski C, Pabinger
8. Jain S, Harris J, Ware J. Platelets: I. Prediction of venous
Linking hemostasis and cancer. thromboembolism in patients with
Arterioscler Thromb Vasc Biol. cancer by measuring thrombin
2010;30(12):2362-7. generation: Results from the vienna
14
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

15
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521
Jurnal Ilmiah Kedokteran

cancer and thrombosis study. Journal of Clinical Oncology. 2011;29(15):2099-

103

18. Barber M, Langhorne P, Rumley A, Lowe GDO, Stott DJ. D-dimer predicts early clinical progression in
ischemic stroke: Confirmation using routine clinical assays. Stroke. 2006;37(4):1113-15

19. Castellone D. Overview of hemostasis and platelet physiology. In: Cielsa B, ed. Hematology in Practice.
Philadelphia, USA; 2007:230-240.

20. Loof TG, Deicke C, Medina E. The role of coagulation/ fibrinolysis during Streptococcus pyogenes
infection. Frontiers in Celular and Infection Microbiology. 2014;4:1-8.

21. Kolodziejczyk J, Ponczek M. The role of fibrinogen, fibrin and fibrinogen degradation products (FDPs)
in tumor progression. Contemporary Onkology. 2013;17(2):113-19

22. Ay C, Pabinger I. Tests predictive of thrombosis in cancer. Thrombosis Research.


2010;125(2):12-15

23. Yu J, Li D, Lei D, Yuan F, Fei F, Zhang H, et al. Tumor-Specific d-Dimer concentration


ranges and influencing factors: A cross-Sectional study. PLoS One. 2016;11(11).

24. De Robles P, Fiest KM, Frolkis AD, Pringsheim T, Atta C, St Germain- smith C, et al. The
worldwide incidence and prevanlence of primary brain tumors: a systematic review and
meta- analisis. Neuro-Oncology. 2015;17(6):776-83.

16
BAB 3
TELAAH JURNAL

3.1 Judul Jurnal


Perubahan Nilai D-Dimer Sebelum dan Sesudah Pemberian Deksametason Pada
Penderita Tumor Otak

3.2 Penulis Dan Sumber Jurnal


Yunni Diansari, Achmad Junaidi, Selly Marisdina, Mediarty Syahrir, Ida Maya,
Rafika Monalisa, Dya Anggraeni.
Sumber Jurnal :
Jurnal Ilmiah Kedokteran
Volume 1, No 2,Maret 2019
ISSN : 2655-8521
URL:
https://www.academia.edu/download/60324440/Mbak_Yuni_Terbaru_20190818-6583-
4kpjic

3.3 Masalah Penelitian


Tumor otak merupakan salah satu jenis tumor yang memiliki resiko cukup tinggi
terhadap angka kejadian trombosis sistemik. Tromboemboli merupakan salah satu
komplikasi non neurologi pada pasien dengan tumor otak. Hal ini dikaitan dengan
adanya kondisi hiperkoagulasi pada pasien dengan tumor. Salah satu mekanisme
terjadinya hiperkoagulasi pada penderita tumor adalah berkaitan dengan produksi dan
pengeluaran sejumlah sitokin proinflamasi normal di endotel vaskular. Adanya
pengaktifan sistem koagulasi darah ditandai dengan peningkatan D-dimer.
Deksamatason merupakan golongan anti inflamasi yang paling sering digunakan untuk
tatakaksana edema serebri pada tumor otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara pemberian deksametason dengan nilai D-dimer pada pasien tumor
otak.

3.4 Tujuan penelitian


Untuk mengetahui pengaruh pemberian deksametason selama satu minggu
terhadap perubahan nilai D-Dimer pada penderita tumor otak.
VOL. 1, NO 2, MARET 2019

3.5 Metode Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan design before and after
pada pasien tumor otak yang direkrut secara konsekutif dan tidak dalam kemoterapi,
radioterapi atau dengan riwayat penyakit serebrovaskular. Diagnosis tumor otak
didasarkan hasil CT Scan kepala atau MRI kepala. D-dimer plasma diambil dengan
metode kuantitatif. Seluruh pasien dengan gejala edema serebri pada saat masuk rumah
sakit diberikan terapi deksametason selama 7 hari. Nilai D-dimer diperiksa sebelum dan
setelah 7 hari pemberian deksametason. Uji Wilcoxon digunakan untuk melihat
hubungan antara nilai D-dimer sebelum dan sesudah pemberian deksametason.

3.6 Intervensi
Dalam penelitian ini yaitu pemberian deksametason. Deksametason merupakan
terapi medikamentosa awal yang paling sering diberikan pada penderita tumor otak
yang dirawat baik yang dirawat jalan maupun dirawat inap. Deksametason dapat
mengakibatkan down regulasi pada dua faktor angiogenik utama yaitu Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Interleukin sehingga dapat memperbaiki
permeabilitas vaskular dan menurunkan nilai D-dimer plasma pasien tumor otak.
Pengukuran nilai D-dimer plasma awal dilakukan sebelum pemberian deksametason.
Pengukuran nilai D-Dimer plasma akhir dilakukan 7 hari setelah pemberian
deksametason. Deksametason diberikan pada saat penderita masuk rumah sakit dengan
dosis awal 10 mg dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam. Penurunan dosis dilakukan secara
bertahap setiap 3 hari. Darah vena diambil untuk dilakukan pengukuran nilai D-dimer.
Pemeriksaan D-dimer dilakukan dengan metode kuantitatif D-dimer latex agglutination.

3.7 Hasil penelitian


Subjek penelitian ini adalah perempuan sebanyak 32 orang dan laki-laki 20 orang.
Sebagian besar subjek penelitian berusia 20-59 tahun (82,7%) dengan lesi tumor yang
paling banyak soliter (69,2%) dan jenis tumor primer (71,2%). 76,9% subjek penelitian
memperlihatkan peningkatan nilai D-dimer pada pemeriksaan awal. Nilai D-dimer
rerata sebelum pemberian deksametason adalah 2,45 dan sesudah pemberian
deksametason adalah 2,17. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata nilai D-dimer
sebelum dan sesudah pemberian deksametason ( P value= 0,379)

3.8 Kelebihan
 Deksametason merupakan terapi medikamentosa awal yang paling sering diberikan
pada penderita tumor otak yang dirawat baik yang dirawat jalan maupun dirawat inap.

18
VOL. 1, NO 2, MARET 2019

 Deksametason dapat mengakibatkan down regulasi pada dua faktor angiogenik utama
yaitu Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Interleukin sehingga dapat
memperbaiki permeabilitas vaskular dan menurunkan nilai D-dimer plasma pasien
tumor otak.
 Deksametason merupakan salah satu kortikosteroid sintetis yang paling efektif dan
direkomendasikan untuk tatalaksana edema serebri pada tumor otak.
 Deksametason dapat menurunkan ekspresi VEGF melalui aktivasi reseptor
glukokortikoid (Glucocorticoid Receptor/ GR), sehingga memperbaiki disfungsi
sawar darah otak.
 Deksametason mempunyai afinitas yang kuat pada GR, yang menimbulkan
penurunan ekspresi eNOS (endothelial nitric oxide synthase). Penurunan eNOS akan
mengakibatkan produksi NO oleh sel endotel menurun, sehingga tight junctions pada
sawar darah otak mengalami perbaikan dan menurunkan permeabilitas sawar darah
otak sehingga dapat mengurangi edema otak.
 Deksametason diperkirakan dapat memperbaiki disfungsi endotel sehingga dapat
menurunkan kadar D-dimer plasma pada pasien tumor otak

3.9 Kekurangan
Berdasarkan penelitian di atas tidak menyebutkan kekurangan terkait
pemberian deksametason pada penderita tumor otak, tetapi deksametason dosis tinggi
mengakibatkan efek berbeda, yaitu meningkatkan kadar mRNA–vWF dan
peningkatan aktivasi platelet, yang mengindikasikan peningkatan risiko trombosis.

3.10 Aplikasi di Indonesia

Penelitian ini sudah bisa diterapkan di Indonesia karena deksamatason


merupakan golongan anti inflamasi yang dapat digunakan dan aman pada pasien
dengan kasus tumor otak. Dan banyak program pelayanan kesehatan atau bahkan
keluarga penderita yang sudah menerapkan pemberian deksametason pada pasien
tumor otak. Hal tersebut dibuktikan karena beberapa penelitian menjelaskan bahwa
sebagian Rumah Sakit di Indonesia sudah dilaksanakan pemberian deksametason
pada pasien tumor otak.

19
BAB 4
KESIMPULAN

Tumor otak merupakan salah satu jenis tumor yang memiliki resiko cukup tinggi
terhadap angka kejadian trombosis sistemik. Koagulasi darah melalui beberapa
mekanisme yaitu produksi aktivitas prokoagulan, fibrinolitik, proagregasi dan
pelepasan sitokin proinflamasi Tumor Necrosis Factor (TNF), Interleukin-1 (IL-1),
proangiogenik Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) serta interaksi langsung
dengan pembuluh vaskular host (sel- sel endothelial, leukosit, monosit, makrofag dan
platelet melalui molekul adhesi.
Peningkatan risiko trombosis dikaitkan dengan perubahan aliran darah, cedera
pada endotel vaskular dan perubahan dalam konstitusi darah yang disebut sebagai trias
virchow. Telah diketahui bahwa trombosis dan keganasan dihubungkan oleh beberapa
mekanisme patofisiologis yang kompleks. Sel tumor dapat mengaktivasi sistem
koagulasi darah melalui beberapa mekanisme seperti produksi faktor prokoagulan,
aktivitas fibrinolitik, proagregasi, pelepasan sitokin proinflamasi dan proangiogenik
serta interaksi langsung dengan pembuluh vaskular dan sel darah melalui molekul
adhesi. Faktor prokoagulan yang diproduksi oleh sel tumor adalah Tissue Factor (TF)
dan Cancer Procoagulant (CP).
Deksametason merupakan terapi medikamentosa awal yang paling sering
diberikan pada penderita tumor otak yang dirawat baik yang dirawat jalan maupun
dirawat inap. Deksametason dapat mengakibatkan down regulasi pada dua faktor
angiogenik utama yaitu Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan
Interleukin sehingga dapat memperbaiki permeabilitas vaskular dan menurunkan
nilai D-dimer plasma pasien tumor otak.
Efek terapeutik deksametason yang paling penting adalah kemampuannya
untuk mengurangi respons peradangan secara dramatis dan untuk menekan imunitas.
Telah diketahui bahwa penurunan dan penghambatan limfosit dan makrofag perifer
memegang peranan, juga menghambat fosfolipase A2, secara tidak langsung juga
menghambat pelepasan asam arakidonat, prekursor prostaglandin dan leukotrien, dari
fosfolipid yang terikat pada membran. Salah satu mekanisme terjadinya
hiperkoagulasi pada keganasan melalui disfungsi endotel akibat VEGF yang
VOL. 1, NO 2, MARET 2019

diproduksi sel kanker. Deksametason diperkirakan dapat memperbaiki disfungsi


endotel sehingga dapat menurunkan kadar D- dimer plasma pada pasien tumor otak.

21
DAFTAR PUSTAKA

A, H. J. (2005). Cancer and venous thromboembolism: scope of the problem. Cancer


Control, 12, 5-10.

A, S., Pudjanarko, & D, T. (2015). Pengaruh Pemberian Deksametason Terhadap Kadar D


Dimer Plasma pada Pasien Tumor Otak. Medica Hospitalia, 3(1), 25-31.

A, Y., Y, F., A, I., Y, K., & K, K. (2006). Glucocorticoids Suppress Tumor Angiogenesis and
In vivo Growth of Prostate Cancer Cells. Clin Cancer Research, 12(10), 3003-9.

C, A., D, D., R, P., J, T., P, Q., & et al, W. O. (2012). High D-dimer levels are associated
with poor prognosis in cancer patients. Haematologica, 97, 1-23.

G, E., M, A. A., & E, B. (2014). Cancer-associated thrombosis: an overview. Clinical


Medicine Insights: Oncology, 8, 129-137.

G, E., M, A. A., & E, B. (2014). Cancer-associated thrombosis: an overview. Clinical


Medicine Insights:Oncology, 8, 129-37.

H, S. D. (2002). The role of D-dimer in the diagnosis of venous thromboembolism. Lab Med,
2, 136-141.

J, K., & B, P. M. (2013). The role of fibrinogen, fibrin, and fibrin(ogen) degradation products
(FDPs) in tumor progressien. Wspolczesna Onkol, 17, 113-9.

O, J. E., D, S., N, M., & S, K. N. (2010). Venous thromboembolism in malignant gliomas.


Journal of Thrombosis and Haemostasis, 8(2), 221-27.

O, J. E., D, S., N, M., & S, K. N. (2010). Venous thromboembolism in malignant gliomas.


Journal of Thrombosis and Haemostasis, 8(2), 221-27.

S, H. (2012). Venous thromboembolism in the cancer population: pathology, risk, and


prevention. Journal of The Advance Practional in Oncology, 3(1), 23-33.

Anda mungkin juga menyukai