KELOMPOK 1-3A
1.Marta Dahlia Lubis (P07520219024)
2.Masriati Sianturi (P07520219025)
3.Melida Br Manik (P07520219027)
4.Nandita N Samosir (P07520219028)
KATAPENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7
1.3 Tujuan Umum….........................................................................................7
1.4 Tujuan Khusus….......................................................................................7
1.5 Manfaat…....................................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan
2.1.1 Pengertian ...............................................................................................9
2.1.2 Anatomi dan Fisilogi................................................................................9
2.1.3 Etiologi.....................................................................................................11
2.1.4 Tanda Dan Gejala....................................................................................12
2.1.5 Patofisiologi.............................................................................................13
2.1.6 Pathway....................................................................................................15
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................15
2.1.8 Penatalaksanaan......................................................................................16
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Perilaku kekerasan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................................18
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................23
2.2.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................24
2.2.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................29
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................................29
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................30
3.2 Analisis Data................................................................................................34
3.3 Diagnosa Keperawatan...............................................................................35
3.4 Intervensi Keperawatan..............................................................................36
3.5 Implementasi & Evaluasi Keperawatan ....................................................38
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus….....................................................................................42
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................................52
5.2 Saran.............................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke hemoragik yang disebabkan oleh hipertensi harus segera diatasi agar
tidak terjadi edema serebri yang akan menyebabkan gejala seperti : sakit
kepala, kebingungan, pusing, mual, muntah, ngantuk berlebihan, kelemahan,
apatis, kejang, kehilangan kesadaran bahkan sampai koma (Aminoff dan
Josephson, 2014). Edema serebri sangat berbahaya bagi penderita stroke
sehingga harus diatasi dalam 6 jam pertama yang disebut dengan “golden
periode”. Apabila penderita stroke dapat ditangani dalam 6 jam , maka
sebesar 30-40 % penderita stroke dapat sembuh sempurna, namun apabila
dalam waktu tersebut pasien stroke tidak mendapatkan penanganan yang
maksimal maka akan terjadi kecacatan / kelemahan fisik (Levine, 2008).
Sedangkan penurunan tekanan darah diastole 5-6 mmHg dan systole 10-12
mmHg selama 2 sampai 3 tahun akan menurunkan risiko stroke antara 4,5-
7% (Rudd dalam Tarwoto 2013).
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan proses asuhan keperawatan pada pasien stroke
hemoragik di RSUD DRS. H. AMRI TAMBUNAN
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit
Stroke Hemoragik di RSUD DRS H AMRI TAMBUNAN
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan penyaki Stroke Hemoragik di RSUD DRS H AMRI TAMBUNAN
1.4 Manfaat
1. Bagi peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Stroke Hemoragik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.3 Etiologi
Pecahnya pembuluh darah yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% Kasus Stroke Hemoragik terjadi
pada penderita Hipertensi. Stroke Hemoragik , Yaitu:
a. Hipertensi.
b. Penyakit jantung.
c. Kolesterol tinggi.
d. Merokok.
e. Peminum alkohol.
f. Kurang olahraga.
(Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction).
Penyebab Stroke Hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di
dalam otak. Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicunya, antara
lain adalah:
a. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
b. Cedera kepala berat.
c. Ketidaknormalan pembuluh darah di otak sejak lahir (cacat
bawaan berupa malformasi pembuluh darah arteri dan vena).
d. Aneurisma otak.
e. Penyakit liver.
f. Kelainan darah, contohnya penyakit anemia sel sabit dan
hemofilia.
g. Tumor otak.
h. Efek samping penggunaan obat antikoagulan atau pengencer
darah, seperti warfarin.( dr.Willy)
Kondisi yang mempengaruhi pembuluh darah Anda dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan otak.
a. Tekanan darah tinggi.
b. Penuaan pembuluh darah.
c. Arteriovenous malformation (AVM).
d. Gangguan perdarahan.
e. Cedera kepala.
f. Pengencer darah.
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011) patofisiologi stroke yaitu: Infark serebri adalah
berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah
dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh
pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan
faktor penting untuk otak, thrombus dapat berasal dari plak
arterosklerosis, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat
aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus 14 dapat pecah
dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah. Trombus mengakibatkan:
a. Iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan.
b. Edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark
ini sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai
menunjukkan perbaikan. Karena trombosis biasanya tidak fatal, bila tidak
terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah serebri oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi
infeksi sepsis akan meluas pada dinding pembuluh darah, maka akan
terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan perdarahan serebri, jika aneurisma
pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebakan oleh rupture
arterosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebri
yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit serebrovaskuler, karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang
lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falks serebri atau lewat
foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,
hemisfer otak dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi
perdarahan kebatang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi
pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, thalamus, dan
pons.
Ketika suatu aneurisma pecah atau pembuluh darah yang melemah bocor,
darah kemudian tumpah ke dalam atau di sekitar otak dan mengganggu
jaringan otak, menyebabkan pembengkakan yangn dikenal sebagai
edema serebral. Darah akan menggenang dan mengumpul menjadi
massa yang disebut hematoma. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan
pada jaringan otak di dekatnya, mengurangi aliran darah vital ke daerah
tersebut, kemudian merusak sel-sel dan jaringan di otak.Pendarahan ini
juga dapat terjadi di dalam otak, di antara otak dan selaput yang
menutupinya, di antara lapisan penutup otak atau di antara tengkorak
yang meliputi otak.
2.1.6 PATHWAY
Hipertensi
PATHWAY STROKE HEMORAGI
Hemoragik serebral
Penambahan massa
Kompresi
Edema TIK ↑
Defisit motorik Oblongata Kesadaran ↓ Refleks Ggn. fungsi Ggn. pusat Ggn. persepsi
tertekan batuk ↓ Metabolisme anaerob↑ motorik bicara sensori
Gerakan inkoordinasi
Apatis - Asam laktat ↑ Kelemahan Ggn. bicara Penglihatan ↓
Ggn. pola koma Ggn. bersihan anggota gerak Peraba ↓
nafas jalan nafas Pendengaran ↓
Ggn. mobilitas fisik
Nyeri Disfasia Pengecapan ↓
Kematian Hemiplegi disartria
Ggn. Tirah
baring lama Ggn. rasa nyaman Perubahan
ADL Gg mobilitas Ggn.
komunikasi nutrisi:
fisik kurang dari
Dekubitus verbal
kebutuhan
Ggn. integritas kulit
2.1.8 Penatalaksanaan
Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan
pengisapan lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernapasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi
c. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
e. Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus lakukan secepat
mungkin.
f. Posisi klien harus diubah tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerakan pasif (Muttaqin, 2011).
Pengobatan Stroke Hemoragik dilakukan berdasarkan penyebab, tingkat
keparahan, serta lokasi di mana perdarahan tersebut terjadi. Penderita
Stroke Hemoragik akan dirawat di unit rawat intensif agar dapat dipantau
kondisinya secara ketat.
Penanganan Stroke Hemoragik bertujuan untuk mengendalikan
perdarahan dan mencegah terjadinya komplikasi.Penanganan dilakukan
dengan pemberian obat. Dalam kasus Stroke Hemoragik, pasien yang
rutin mengonsumsi obat pengencer darah, akan dihentikan sementara,
karena akan memperparah perdarahan. Bahkan bila perlu, diberikan obat
untuk membantu pembekuan darah. Di antaranya adalah pemberian
vitamin K, transfusi darah trombosit, atau faktor pembekuan.
Obat pereda nyeri juga bisa diberikan pada pasien guna meredakan sakit
kepala. Namun, obat antiinflamasi nonsteroid tidak dianjurkan untuk
pasien Stroke Hemoragik karena hanya akan memperburuk perdarahan.
Selain itu, obat pencahar juga dapat diberikan guna mencegah pasien 20
mengejan terlalu keras saat BAB, yang dapat meningkatkan tekanan pada
pembuluh darah di rangka kepala.
Untuk mencegah perkembangan perdarahan yang lebih parah, dokter
dapat memberi obat seperti antagonis kalsium. Pengobatan ini bertujuan
untuk menjaga tekanan darah tetap rendah agar tidak terjadi perdarahan
kembali. Jika pasien mengalami kejang, maka obat antikonvulsanakan
diberikan. Pada penderita perdarahan subarachnoid, dapat dilakukan
pemasangan selang dalam otak untuk mengeluarkan cairan serebrospinal.
Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan
mencegah hidrosefalus.
Untuk kasus Stroke Hemoragik yang sangat parah, dibutuhkan tindakan
operasi guna memperbaiki pembuluh darah dan menghentikan
perdarahan, terutama jika stroke terjadi karena malformasi (kelainan)
arteri-vena. Namun demikian, tindakan ini perlu diperhitungkan baik-baik
karena operasi sendiri dapat menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
Setelah menjalani pengobatan, pemulihan pasien tergantung dari tingkat
keparahan stroke dan kerusakan jaringan otak yang terjadi. Bagi penderita
Stroke Hemoragik yang tidak mengalami komplikasi, dapat pulih dalam
waktu beberapa minggu setelah pulang dari rumah sakit. Tapi bagi pasien
Stroke Hemoragik di mana telah terjadi kerusakan jaringan, dibutuhkan
terapi tambahan, seperti terapi fisik, kegiatan, atau terapi bicara. Terapi-
terapi tersebut dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi jaringan yang
rusak sehingga dapat bekerja secara normal kembali.
2.2 Asuhan keperawatan
2.2.1 PENGKAJIAN
a. Identitas pasien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan
kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang Serangan stroke infark biasanya didahului dengan
serangan awal yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala
awal sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada
serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat pasien melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
mellitus.
f. Riwayat psikososial Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas
emosi dan pikiran pasien dan keluarga
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran
samnolen, apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada
awal terserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan biasanya memiliki
tingkat kesadaran letargi dan compos metis dengan GCS 13-15
2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat tekanan darah
tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80
b) Nadi
Biasanya nadi normal
c) Pernafasan
Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada bersihan jalan
napas
d) Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke hemoragik
3) Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah
4) Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat.
Pada pemeriksaan Nervus V (Trigeminal) : biasanya pasien bisa
menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika diusap kornea
mata dengan kapas halus,
klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus VII (facialis) :
biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat alis, mengernyitkan dahi,
mengernyitkan hidung, menggembungkan pipi, saat pasien
menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan tergantung lokasi lemah
dan saat diminta mengunyah pasien kesulitan untuk mengunyah.
5) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, kelopak
mata tidak oedema.
Pada pemeriksaan nervus II (optikus) : biasanya luas pandang baik 90°, visus
6/6. Pada nervus III (okulomotoris) : biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil
kadang isokor dan anisokor, palpebra dan reflek kedip dapat dinilai jika
pasien bisa membuka mata . Nervus IV (troklearis) : biasanya pasien dapat
mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus VI (abdusen) :
biasanya hasil nya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke kiri dan
kanan
6) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan
cuping hidung. Pada pemeriksan nervus I (olfaktorius) : kadang ada yang bisa
menyebutkan bau yang diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan
biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda dan pada
nervus VIII (akustikus) : biasanya pada pasien yang tidak lemah anggota
gerak atas, dapat melakukan keseimbangan gerak tangan-hidung
7) Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan
mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada
pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah dapat mendorong pipi kiri
dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkan rasa manis dan asin. Pada
nervus IX (glossofaringeal) : biasanya ovule yang terangkat tidak simetris,
mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat merasakan rasa
asam dan pahit. Pada nervus XII (hipoglasus) : biasanya pasien dapat
menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan namun artikulasi
kurang jelas saat bicara
8) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus VIII
(akustikus) : biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan jari dari
perawat tergantung dimana lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat
mendengar jika suara keras dan dengan artikulasi yang jelas
9) Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke hemragik
mengalami gangguan menelan. Pada peemeriksaan kaku kuduku biasanya
(+) dan bludzensky 1 (+)
10) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sama antara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi: biasanya suara normal (vesikuler)
b) Jantung
Isnpeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi: biasanya suara vesikuler
11) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi: biasanya biasanya bising usus pasien tidak terdengar.
Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat perut pasien digores
biasanya pasien tidak merasakan apa-apa.
12) Ekstremitas
a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya
normal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanya
pasien stroke hemoragik tidak dapat melawan tahanan pada bahu yang
diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak
ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-))
dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek
bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari
tidak mengembang ketika diaeri reflek (reflek Hoffman tromer (+)).
b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bluedzensky I
kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores
biasanya jari tidak mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum
pedis digores biasanya jari kaki juga tidak beresponn (reflek caddok (+)).
Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya tidak ada respon
fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat betis diremas dengan
kuat biasanya pasien tidak merasakan apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat
dilakukan reflek patella biasanya femur tidak bereaksi saat di ketukkan (reflek
patella (+)).
h. Test diagnostik
1) Radiologi
a) Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik sperti
stroke perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya pada stroke
perdarahan akan ditemukan adanya aneurisma
b) Lumbal pungsi
Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan
lumbal maka terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu
akan menunjukkkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau pada
intrakranial
c) CT-Scan
Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil
pemerksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel
atau menyebar ke permukaan otak
d) Macnetic Resonance Imaging (MRI)
Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari heemoragik
e) USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis)
f) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
2) Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit,
Eritrosit.
Hal ini berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia.
Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar leukosit
diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang menyerang pasien.
b) Test darah koagulasi
Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin time,
partial thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio (INR) dan
agregasi trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur seberapa cepat
darah pasien menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan
perdarahan atau pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya sudah
menerima obat pengencer darah seperti warfarin, INR digunakan untuk
mengecek apakah obat itu diberikan dalam dosis yang benar. Begitu pun bila
sebelumnya sudah diobati heparin, PTT bermanfaat untuk melihat dosis yang
diberikan benar atau tidak.
c) Test kimia darah Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah,
kolesterol, asam urat, dll. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih,
bisa menjadi pertanda pasien sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua
penyakit ini termasuk ke dalam salah satu pemicu stroke (Robinson, 2014)
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola kebiasaan
Biasanya pada pasien yang pria, adanya kebiasaan merokok dan
penggunaan minumana beralkhohol
2) Pola makan
Biasanya terjadi gangguan nutrisi karena adanya gangguan menelan pada
pasien stroke hemoragik sehingga menyebabkan penurunan berat badan.
3) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena adanya kejang
otot/ nyeri otot
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien tidak dapat beraktifitas karena mengalami kelemahan,
kehilangan sensori , hemiplegi atau kelumpuhan
5) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus
6) Pola hubungan dan peran Biasanya adanya perubahan hubungan dan
peran karena pasien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara
7) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya pasien merasa tidak berdaya, tidak
ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif (Batticaca, 2008).
2. Tanda-tanda vital:
a. Irama pernafasan teratur
b.Tekanan darah normal (120/80mmHg)
c. Tekanan nadi normal (60-100 x/menit)
INTERVENSI
Manajemen jalan nafas
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas
c) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lender
d) Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
e) Auskultasi suara nafas
f) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
Monitor pernafasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
b. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu
pernafasan dan retraksi otot
c. Monitor suara nafas tambahan
d. Monitor pola nafas
e. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
f. Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi suara nafas
ronki di paru g. Monitor kemampuan batuk efektif pasien
h. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya nebulizer)
INTERVENSI
1. Kaji kemampuan motorik
2. Ajarkan pasien untuk melakukan ROM minimal 4x perhari bila mungkin
3. Bila pasien di tempat tidur, lakukan tindakan untuk meluruskan postur
tubuh
a. Gunakan papan kaki
b. Ubah posisi sendi bahu tiap 2-4 jam
c. Sanggah tangan dan pergelangan pada kelurusan alamiah
4. Observasi daerah yang tertekan, termasuk warna, edema atau tanda lain
gangguan sirkulasi
5. Inspeksi kulit terutama pada daerah tertekan, beri bantalan lunak
6. Lakukan massage pada daerah tertekan
7. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
8. Kolaborasi stimulasi elektrik
9. Kolaborasi dalam penggunaan tempat tidur anti decubitus
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi
keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana
3.1 PENGKAJIAN
1. Data Umum
Nama : Ny. N
Umur : 40 Tahun
Agama : ISLAM
Pendidikan : SMU/SMK
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : KAWIN
Bhasa Yang Digunakan : INDONESIA
Tanggal Masuk : 09 Maret 2022, pukul 19:44:55
Tanggal Dan Jam Pengkajian : 21 Maret 2022 , Pukul : 21.15 WIB
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 43 Tahun
Alamat : Dsn XI. Jl Kali serayu belakang cinta rakyat
Hubungan : suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien masuk ke RSUD . DRS. H. Amri Tambunan melalui IGD pada
tanggal 09 Maret 2022 pukul 19.45 WIB dengan keluhan penurunan
kesadaran selama 3 hari, kelemahan anggota gerak kiri, demam
selama 2 hari, batuk sesekali, sesak nafas dijumpai 1 hari ini. Setelah
dilakukan Tindakan di IGD, pasien langsung di pindahkan ke ruang
ICU. Pada saat di kaji pada tanggal 22 maret 2022. Keluarga
mengatakan pasien belum bisa diajak berkomunikasi, saat dinilai GCS
yaitu 9 ( E : 1, M : 5, V :3), Tekanan darah : 180/116 mmHg, frekuensi
nadi : 136x/menit, frekuensi nafas : 26x/meniit, suhu tubuh : 39,5 ° C,
BB : 55 Kg, terpasang infus asering 12 jam/kolf, terpasang NGT,
terpasang O2 5 lpm, auskultasi terdapat suara tambahan pernafasan
yaitu gargling, kekuatan otot
111 222
111 222
P : Lanjutkan Intervesi
Jumat, 25 Ketidakefektifan 1. Memantau frekuensi S : Pasien masih sesak nafas
Maret 2022 pola nafas pernafasan
berhubungan 2. Mengeluarkan O : - suara nafas gargling (+)
dengan tumpukan saliva dengan -tampak banyak penumpukan
hiperventilasi suction saliva
ditandai dengan 3. Auskultasi suara nafas
dispnea dan 4. Monitor TTV A : masalah belum teratasi
tanda-tanda vital
P : Intervensi Dilanjutkan
Jumat, 25 Hambatan 1. Monitor nilai kekuatan S : pasien masih belum sadar
Maret 2022 mobilitas fisik otot
berhubungan 2. Mengatur posisi O : - ADL dibantu perawat
dengan nyaman pada pasien -kekuatan otot 111 222
kelemahan otot 3. Membantu pasien 111 222
ditandai dengan miring kanan kiri setiap -GCS : 9 ( E: 1, M: 5, V: 3)
penurunan 2 jam
kesadaran. 4. Memasang pagar A : masalah belum teratasi
5. Melakukan personal
hyegiene
Sabtu, 26 Ketidakefektifan 1. Memantau tanda tanda S :Pasien masih terasa panas
Maret 2022 perfusi jaringan vital
serebral 2. Melakukan penilaian O : Tingkat kesadaran :
berhubungan GCS somnolent
dengan 3. Mengompres lipatan - GCS : 9 (E: 1, M: 5, V: 3)
peningkatan tubuh dengan handuk - TD : 160/110 mmHg
tekanan intra hangat - T : 39,1 ° C
kranial (TIK) 4. Memonitor adanya
ditandai dengan peningkatan TIK A : Masalah belum teratasi
melakukan Tindakan
5. Melakukan personal P : Intervensi dilanjutkan
hyegiene
Minggu, 27 Ketidakefektifan 1. Memantau tanda tanda S : Pasien masih terasa panas
Maret 2022 perfusi jaringan vital
serebral 2. Melakukan penilaian O: - demam naik turun
berhubungan GCS -TD : 170/90 mmHg
dengan 3. Mengompres lipatan - HR : 138x/menit
peningkatan tubuh dengan handuk - RR : 26x/menit
tekanan intra hangat - Tingkat kesadaran : somnolent
kranial (TIK) 4. Memonitor adanya - GCS :9 ( E : 1, M: 5, V: 3)
ditandai dengan peningkatan TIK
penurunan 5. Memonitor obat sesuai A : Masalah Belum teratasi
kesadaran kebutuhan
P : intervensi dilanjutkan
melakukan Tindakan
5. Melakukan personal P : Intervensi Dilanjutkan
hyegiene
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Wawancara
Hal-hal yang akan dikaji dengan cara wawancara adalah identitas pasien, keluhan
utama saat ini, riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, dan pola-pola kesehatan pasien
1) Identitas Pasien
Pasien berinisial Ny.Y ,Umur 40 Tahun, Agama ISLAM, Pendidikan
SMU/SMK, Pekerjaan IRT, Status Perkawinan Kawin, Tanggal Masuk 09 Maret
2022, pukul 19:44:55, Tanggal Dan Jam Pengkajian 21 Maret 2022 , Pukul 21.15
WIB
2) Keluhan Utama
Pasien masuk ke RSUD . DRS. H. Amri Tambunan melalui IGD pada tanggal
09 Maret 2022 pukul 19.45 WIB dengan keluhan penurunan kesadaran selama 3
hari, kelemahan anggota gerak kiri, demam selama 2 hari, batuk sesekali, sesak
nafas dijumpai 1 hari ini. Setelah dilakukan Tindakan di IGD, pasien langsung di
pindahkan ke ruang ICU. Pada saat di kaji pada tanggal 22 maret 2022. Keluarga
mengatakan pasien belum bisa diajak berkomunikasi, saat dinilai GCS yaitu 9 ( E :
1, M : 5, V :3), Tekanan darah : 180/116 mmHg, frekuensi nadi : 136x/menit,
frekuensi nafas : 26x/meniit, suhu tubuh : 39,5 ° C, BB : 55 Kg, terpasang infus
asering 12 jam/kolf, terpasang NGT, terpasang O2 5 lpm, auskultasi terdapat suara
tambahan pernafasan yaitu gargling, kekuatan otot
111 222
111 222
P : Lanjutkan Intervesi
Jumat, 25 Ketidakefektifan 5. Memantau frekuensi S : Pasien masih sesak nafas
Maret 2022 pola nafas pernafasan
berhubungan 6. Mengeluarkan O : - suara nafas gargling (+)
dengan tumpukan saliva dengan -tampak banyak penumpukan
hiperventilasi suction saliva
ditandai dengan 7. Auskultasi suara nafas
dispnea dan 8. Monitor TTV A : masalah belum teratasi
tanda-tanda vital
P : Intervensi Dilanjutkan
penurunan
kesadaran 10. Memonitor obat sesuai P : Lanjutkan Intervensi
kebutuhan
Sabtu, 26 Ketidakefektifan 5. Memantau frekuensi S : Pasien masih tampak sesak
Maret 2022 pola nafas pernafasan
berhubungan 6. Mengeluarkan O : - RR : 27X/Menit
dengan tumpukan saliva dengan -terdapat retraksi dinding dada
hiperventilasi suction
ditandai dengan 7. Auskultasi suara nafas A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Minggu, 27 Hambatan 6. Monitor nilai kekuatan S : pasien masih tampak lemah
Maret 2022 mobilitas fisik otot dan belum sadar
berhubungan 7. Mengatur posisi
dengan nyaman pada pasien O : - kekuatan otot 111 222
kelemahan otot 8. Membantu pasien 111 222
ditandai dengan miring kanan kiri setiap -ADL dibantu perawat
penurunan 2 jam - GCS : 9 ( E: 1, M : 5, V: 3)
kesadaran. 9. Memasang pagar
tempat tidur setiap A : Masalah Belum Teratasi
melakukan Tindakan
10. Melakukan personal P : Intervensi Dilanjutkan
hyegiene
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Hemoragik
selama 3 hari dengan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, Intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengkajian NY.N dengan stroke hemoragik ditemukan
keluahan atau Manifestasi klinis Keluarga klien mengatakan keluhan penurunan
kesadaran selama 3 hari, kelemahan anggota gerak kiri, demam selama 2 hari,
batuk sesekali, sesak nafas dijumpai 1 hari ini. Setelah dilakukan Tindakan di
IGD, pasien langsung di pindahkan ke ruang ICU. Pada saat di kaji pada tanggal
22 maret 2022. Keluarga mengatakan pasien belum bisa diajak berkomunikasi,
saat dinilai GCS yaitu 9 ( E : 1, M : 5, V :3), Tekanan darah : 180/116 mmHg,
frekuensi nadi : 136x/menit, frekuensi nafas : 26x/meniit, suhu tubuh : 39,5 ° C,
BB : 55 Kg, terpasang infus asering 12 jam/kolf, terpasang NGT, terpasang O2 5
lpm, auskultasi terdapat suara tambahan pernafasan yaitu gargling, Pengkajian
keperawatan keluarga NY.N dilakukan melalui wawancara, pemeriksaan fisik,
observasi, dan studi dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari hasil pengkajian yang
dilakukan pada NY.N penulis menegakkan atau mengangkat diagnosa
keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra kranial (TIK) ditandai dengan penurunan
kesadaran
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
hiperventilasi ditandai dengan dispnea dan tanda-tanda vital
3.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
ditandai dengan penurunan kesadaran.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi Ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral, Hambatan mobilitas fisik dengan tujuan berdasarkan
NOC.
4. Adapun Implementasi yang dilakukan pada NY.N adalah, Diagnosa I :.
Memantau tanda tanda vital,Melakukan penilaian GCS ,Mengompres lipatan
tubuh dengan handuk hangat, Memonitor adanya peningkatan TIK,
Memonitor obat sesuai kebutuhan Diagnosa II : Memantau frekuensi
pernafasan, Mengeluarkan tumpukan saliva dengan suction, Auskultasi suara
nafas. Diagnosa III : Monitor nilai kekuatan otot , Mengatur posisi nyaman
pada pasien, Membantu pasien miring kanan kiri setiap 2 jam, Memasang
pagar tempat tidur setiap melakukan Tindakan, dan Melakukan personal
hyegiene .
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada NY.N adalah tiga diagnosa
keperawatan dan belum teratasi.
5.2 Saran
1.Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat berguna pada Asuhan
Keperawatan berikutnya agar dapat meningkatkan hasilnya kearah yang lebih
baik, guna perkembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan.
2.Diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan mutu pengetahuan
kepeda mahasiswa keperawatan agar dapat menghasilkan tenaga-tenaga
keperawatan yang profesional.
3.Perawat harus profesional dalam memelaksanakan asuhan
keperawatannya sehingga dapat mengatasi masalah pasien dan mempercepat
proses penyembuhan.
4. Perlu adanya kerjasama yang baik dengannpasien dan keluarga dan juga
dengan tenaga kesehatan dalam keperawatan pasien.
5. Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat menerapkan standar perawatan
pasien sesuai dengan sarana dan prasarana yang baik dan benar agar dapat
memberikan pelayanan yang lebih optimal dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff, M.J., & Josephson, S.A. 2014. Aminoff’s Neurology and General Medicine.
Elsevier
Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Profil kesehatan tahun 2011. Diakses tanggal 23
Januari 2017 dari: http://www.bps.go.id/
Batticaca, F.B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika