Anda di halaman 1dari 14

ASKEP

COLLABORATIVE CARE DERMATOLOGIC PROBLEMS

“ELECTRODEICCATION AND ELECTROCOAGULATION, CURETTAGE, PUNCH BIOPSI, CRYOSURGERY”

DI SUSUN OLEH:

Andeni Madai (2019081024054)

Marti Heluka (2019081024026)

Selvi Rante Damai (2019081024054)

Lasmi Ruth A. Bubui (2018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAUKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyambut nama Tuhan yang MahaEsa, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada kami,

Sehingga kami dpat menyelesaikan makalah ini tentang “Askep Collaborative care Dermatologic
problems Electrodesiccation and Electrocoagulation,Curettage, Punch Biopsy, Cryosurgery”.

Makalah ini telah kami susun denngan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu membuat makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapaat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
para pembacaa.
DAFAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………………………………..

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………
b. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………..
c. Manfaat……………………………………………………………………………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Medis
a. Definisi……………………………………………………………………………………………………………………….
b. Anatomi Fisiologi……………………………………………………………………………………………………….
c. Etiologi……………………………………………………………………………………………………………………….
d. Manifestasi Kinis………………………………………………………………………………………………………..
e. Patofisiologi……………………………………………………………………………………………………………….
f. Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………………………………………………
g. Pemeriksaan Penunjang dan Interprestasi………………………………………………………………..
h. Web if coution (pathway)………………………………………………………………………………………….
2. Proses Keperawatan
a. Pengkajian…………………………………………………………………………………………………………………
b. Diagnosis Keperawatan (NANDA, SDKI)…………………………………………………………………….
c. Intervensi (EBNP)…………………………………………………………………………….……………............
a. Tujuan (NOC, SLKI)
b. Rencana Keperawatan (NIC, SIKI)

BAB III KESIMPULAN


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Elektrodesikasi adalah penghancuran jaringan kanker menggunakan energi listrik berfrekuensi tinggi


yang diaplikasikan dengan menggunakan jarum. 
Elektrodesikasi yang biasanya sering dikombinasikan dengan kuretase adalah prosedur yang
digunakan untuk mengobati tumor berisiko rendah dan lesi prakanker. skin tag adalah merupakan
tumor yang kecil, lunak, pedunkulasi dan hiperpigmentasi, Sering terjadi pada kelopak mata,leher
dan ketiak. Ada beberapa pengobatan untuk skin tag yaitu elektrodesikasi, shaving, laser ablasi,
dermabrasi dan fluorouracil. Kompleks tuberous sclerosis atau tuberous sclerosis complex (TSC)
merupakan kelainan multisistem autosomal dominan, yang menyebabkan timbulnya lesi jinak,
noninvasif dan sirkumskripta pada berbagai organ. Manifestasinya dapat berupa tumor hamartoma
yang sering menyerang otak, ginjal, hati, paru, mata dan kulit.1 Insiden TSC dilaporkan sebesar 1 dari
6000 kelahiran hidup, dengan rasio kejadian yang sebanding antara pria dan wanita serta pada
berbagai ras dan grup etnis. Keterlibatan organ kulit menjadi tanda utama dari kasus TSC. Triad
klasik berupa kejang, retardasi mental, dan angiofibroma hanya ditemukan pada 29% dari
keseluruhan kasus.3,4 Sekitar 65% kasus TSC disebabkan oleh mutasi spontan dari gen penekan
tumor (tumor suppressor genes), yaitu TSC1 yang berlokasi pada kromosom 9 (9q34), disebut
hamartin, serta TSC2 pada kromosom 16 (16p13.3), disebut tuberin.5 Hampir 100% individu dengan
TSC memiliki kelainan yang dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik pada kulit maupun gigi.
Penegakan diagnosis dilakukan menurut kriteria konferensi internasional konsensus TSC
internasional tahun 1998 dan direvisi pada tahun 2012, di mana diagnosis pasti dapat ditegakkan
jika ditemukan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor bersama dengan 2 kriteria minor.6 Tumor
Koenen adalah suatu fibroma ungual dan merupakan salah satu kriteria mayor untuk mendiagnosis
TSC. Kondisi ini pertama kali dideskripsikan oleh Koenen, seorang dermatologis dari Belanda pada
tahun 1932, pada sebuah keluarga dengan TSC. Umumnya tumor Koenen muncul di usia pubertas
atau sesudahnya dan membesar seiring waktu. Dari seluruh kejadian tumor Koenen, 68% ditemukan
pada rentang usia 15-29 tahun. Tumor Koenen sangat jarang terjadi pada anak di bawah usia 2
tahun. Tumor Koenen memiliki prevalensi sebesar 88% pada individu dewasa dengan TSC.
Penatalaksanaan tumor Koenen dilakukan dengan tindakan reseksi, walaupun angka kejadian
kekambuhannya tinggi.3,7 Tujuan laporan kasus ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai cara penegakkan diagnosis TSC serta penatalaksanaan tumor Koenen dengan
elektrodesikasi dan kuretase.

Elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi suspensi, emulsi, atau kontaminan terlarut dalam media
air dengan bantuan arus listrik. Dalam bentuk yang paling sederhana, sebuah reaktor
elektrokoagulasi dapat terdiri dari sel elektrolit dengan satu anoda dan satu katoda (Mollah, et.al.,
2001). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas proses elektrokoagulasi adalah pH,
waktu, tegangan, jarak antar elektroda, bahan elektroda yang digunakan, konsentrasi polutan,
konsentrasi anion, dan suhu.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode elektrokoagulasi sangat efisien dalam pengolahan
limbah industri kertas. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh pH, tegangan, jarak antar elektroda dan waktu elektrolisis pada set alat
elektrokoagulasi hasil rakitan dengan menggunakan tiga plat elektroda besi dan aluminium pada
larutan model lignin. Kemudian, sel elektrokoagulasi diaplikasikan pada limbah cair industri kertas.
Biopsi punch adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya kecurigaan dari sebuah diagnosa atau untuk
mengetahui tingkat keganasan jaringan abnormal tersebut. Pengambilan jaringan dari proses Biopsi
juga memiliki resiko seperti infeksi atau perdarahan. Jaringan yang akan diambil untuk di biopsi bisa
diambil dari bagian tubuh manapun. Kulit, usus, rahim, dan lain-lain.
Bila dokter mencurigai adanya kondisi tertentu, seperti kanker atau untuk melihat ganas atau
jinaknya sebuah tumor, dan melihat tingkat keganasan maka biopsi dilakukan. Namun banyak juga
yang enggan melakukan biopsi, karena khawatir kankernya akan bertambah ganas.
Kenapa sampai ada anggapan seperti itu ? karena ketika tumor-tumor tumbuh, tubuh akan terus
melawan hingga terbentuknya medan pertempuran antara sel abnormal dan sel baik. Nah tindakan
biopsi akan melukai area tersebut, jika setelah melakukan biopsi dilakukan tindakan pengobatan
lanjutan seperti operasi atau khemotheraphy maka biopsi akan menjadi salah satu cara yang tepat.
Tapi jika setelah di biopsi tidak melakukan tindakan lanjutan, bisa jadi jaringan tumor tersebut
menjadi lebih aktif dan ganas.
Tujuan utama dari biopsi untuk mengenal sifat dan jenis/ keganasan kanker atau tumor tersebut.
Dengan mengenali siapa musuh kita, kesempatan menang akan lebih besar. Dengan mengetahui
jenis kanker, dokter bisa mengantisipasi kemungkinan sifat kanker tersebut karena setiap jenis
kanker memiliki laju pertumbuhan maupun kecenderungan penyebarannya sendiri. Dengan
demikian pengobatan bisa lebih tepat sasaran.

B. Tujuan
Untuk mengetahui masalah colaboratif dermatologis elektrodesikasi, elektrokoagulasi, kuretase,
punc biopsy, cryosurgery.

C. Manfaat
Agar para pembaca dapat mengetahui secara langsung tentang masalah di dalam makalah ini yang
dibahas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Medis

a. Definisi
Elektrodesikasi adalah penghancuran jaringan kanker menggunakan energi listrik berfrekuensi
tinggi yang diaplikasikan dengan menggunakan jarum. Elektrodesikasi yang biasanya sering
dikombinasikan dengan kuretase adalah prosedur yang digunakan untuk
mengobati tumor berisiko rendah dan lesi prakanker.
Prosedur ini mampu menghilangkan jaringan abnormal yang terletak lebih dalam di dalam tubuh
dan menghentikan perdarahan. Prosedur elektrodesikasi sangat cepat dan murah. Saat
melakukan prosedur ini, pengidap akan diberikan anestesi lokal.
Elektrodesikasi dikenal sebagai tindakan pengobatan yang sangat efektif dalam mengatasi
karsinoma sel basal.
Elektrodesikasi yang dikombinasikan dengan kuretase berhasil menyembuhkan 91 persen
sampai 97 persen dari karsinoma sel basal berisiko rendah dan 96 persen karsinoma sel
skuamosa berisiko rendah. Prosedur ini bahkan mampu mengobati beberapa tumor sekaligus
dalam satu kali kunjungan.
Biopsi plong merupakan teknik biopsi kulit yang tersering dilakukan. Biopsi plong dapat
dilakukan pada lesi solid dengan ukuran berapa pun dan pada vesikel kecil yang dapat masuk ke
dalam alat punch. Ukuran plong yang disarankan adalah minimal 3 mm agar tidak ada fitur
penting lesi yang terlewat.
Biopsi kulit adalah prosedur pengambilan sampel kulit untuk mendiagnosis kelainan kulit,
misalnya kanker kulit berupa melanoma atau karsinoma sel basal, infeksi kulit, dan psoriasis.
Ada beberapa metode biopsi kulit, contohnya biopsi punch, biopsi shave, dan biopsi eksisi.
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan
patologis mikroskopik. Dilakukan apabila terdapat benjolan pada bagian tubuh yang tidak
diketahui penyebabnya. Banyak kondisi yang dapat didiagnosis dengan biopsi, misalnya
peradangan dalam organ dalam seperti hati, ginjal, yang dapat dilihat dari sampel biopsi. Kita
dapat mengetahui tingkat keganasan yang terjadi.
Elektrodesikasi dan kuretase Setelah diberikan anastesi lokal dengan lidokain, letakkan jarum
listrik pada puncak lesi dan tahan hingga jaringan mulai agak menggelembung. Selanjutnya lesi
dapat diangkat dengan kuret
b. Anatomi Fisiologi
Sistem integume merupakan bagian dari tubuh manusia, khususnya organ yang menutupi
permukaan atau bagian laut tubuhmanusia yang sering di sebut kulit.
Kulit merupakan bagian organ yang paling besar pada tubuh manusia dan terletak paling luar
sehingga mudah mengalami trauma atau terkontaminasi oleh mikroorganisme serta mudah
diliahat individu maupun orang lain.
Kulit merupakan jalinan pembuuh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semua
memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas kulit orang dewasa 1,5m dengan berat kira-kira
15% dari berat badan. Secara mikroskopis struktur kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan
epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutis.
a. Lapisa epidermis
Lapisan paling atas kulit sertaa tidak mengandung pembuluh darah dan saraf.
Bagian-bagian dari epidermis:
 Struktur korneum adalah lapisan tanduk yang berada paling luar, terdiri atas
beberapa lapis sel gepeng yang mati dan yang tidak berinti dengan
mengandung zat keratin.
 Stratum lucidum adalah lpisan yang terdapat langsung dibawak korneum,
merupakan merupakan lapisan sel gepeng tanpa ini dengan proroplasma
yang berubah menjadi protein yang disebut eleiden.
 Stratum granulosum merupakan lapisan epidermis yang mempunyai fungsi
penting dalam pembentukan protein dan ikatan kimia stratum korneum.
 Stratum spinosum merupakan lapisan yang mengalami proses mitosis.
 Stratum basale merupakan lapisan epidermis yang palin bawah.
b. Lapisan Dermis
 Pars papilaris (stratum papilar) yaitu baian menonjol ke epidermis. Bagian
ini berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah yang menyokong dan
memberi nutrisi pada epidermis. Lapisan papilar hampir tidak mengandung
jaringan ikat, memiliki serabut kolagen yang tipis. Lapisan ini dikenal dengan
lapisan subepitel karena dibawah lapisan epitel epidermis.
 Pars Retikularis lapisan retikularis terdiri dari jaringan ikat, memiliki serabut
kolagen yang kasar dan berkas serbut yang saling bersilangan membentuk
sepert i jaring. garis-garis serabut tersebut membentuk cleavageyang
penting dalam proses pembedahan dalam lapisan dermis juga terdapat akar
rambut dan kelenjar keringat yaitu:
1. Kelenjar ekrin yang berukran kecil terletak dibagian dangkal
dermisdengan secret yang encer. Kelenjar ini langsung brmuara
dipermukaan kullit.
2. Kelenjar apokrin, yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya
lebih kental.
Jenis rambut:
1. Rambut lanugo, dengan ciri pendek , tidak berpigmen, halus, dan
akarnya didalam lapisan dermis. Contoh rambut yang ada dipipi.
2. Rambut terminal, dengan ciri yang lebih panjang, lebih kasar,
berpigmen, berkumpul di daerah terntentu, dan akarnya didalam
subkutis.

c. Lapisan subkutis
Lapisan hypodermis atau apisan subkutan terdiri dari jaringan adipose, nayak mengalami
pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat gulungan kelenjar keringat dan
dasar dari foikel rambut. Tidak seperti lapisan epidermis dan lapisan dermis batas dermis
dengan lapisan ini tidak jelas.

c. Etiologi
Sinar UV dari mata hari tanning beds merupakan penyebab utama dari karsinoma sel basal.
Sinar UV merusak DNA dari kulit yang kemudian menyebabkan sel kulit bertumbuh
terkendali.

sinoma sel basal merupakan salah satu jenis kanker kulit yang ditandai dengan kemunculan
benjolan yang mudah berdarah dan dapat bertambah besar seiring berjalannya waktu.
Benjolan tersebut timbul pada area tubuh yang sering terpapar sinar matahari dan
umumnya tidak terasa nyeri.

 
Faktor Risiko Karsinoma Sel Basal
Beberapa faktor risiko karsinoma sel basal, antara lain:
 Terkena paparan sinar matahari yang sering dan lama.
 Sering beraktivitas di luar ruangan dan terpapar sinar matahari.
 Pernah menjalani terapi radiasi (radioterapi).
 Berusia di atas 50 tahun.
 Riwayat anggota keluarga pernah mengidap karsinoma sel basal.
 Menggunakan obat imunosupresif.
 Terpapar racun arsenik.
 Memiliki penyakit keturunan yang bisa memicu kanker kulit, seperti nevoid basal  penyebab
utama dari karsinoma sel basal adalah paparan sinar UV dari matahari atau tanning beds.
Sinar UV merusak DNA dari kulit yang kemudian menyebabkan sel kulit bertumbuh tidak
terkendali. Pada akhirnya, kondisi tersebut dapat menyebabkan pembentukan sel kanker
d. Manifestasi Klinis
Salah satu manifestasi yang sangat signifikan mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pada
pasien TSC adalah manifestasi neurologis. Pada 90-96% kasus didapatkan adanya riwayat
kejang dan pada sebagian besar pasien disertai juga dengan retardasi mental, autisme serta
peningkatan tekanan intrakranial. Kelainan ginjal dan paru juga berhubungan erat dengan
TSC. Delapan puluh persen pasien TSC memiliki angiolipoma sebagai lesi renal. Keterlibatan
paru relatif jarang, sedangkan lesi kardiovaskular sering menjadi diagnosis awal. Hamartoma
retina terjadi pada 40-50% pasien TSC.3,4 Berdasarkan hasil pemeriksaan EKG, rontgen
toraks, USG abdomen, dan funduskopi, pasien pada laporan kasus ini tidak memiliki
manifestasi ekstrakutan.
Tumor Koenen memiliki gambaran klinis sebagai papul dan nodul kemerahan. Tumor ini
dapat berbentuk lancip, perabaan keras dan hiperkeratotik, atau bentuk bulat dengan
perabaan lembut.3 Tumor lebih sering terlihat di kuku jari kaki dibandingkan jari
tangan.3,7,8 Lesi tumor dapat timbul dari bawah proksimal nail fold (periungual fibroma)
atau dari bawah nail plate (subungual fibroma). Umumnya tumor Koenen bersifat
asimtomatik, namun terkadang menyebabkan nyeri dan kelainan pada kuku. Diagnosis
sudah dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Apabila dijumpai kesulitan maka
dibutuhkan pemeriksaan penunjang histopatologi yang akan menunjukkan adanya akantosis
epidermal, hiperkeratosis, serta peningkatan jumlah dermal kapiler dan fibroblas.10
Walaupun tingkat kekambuhannya tinggi, tindakan eksisi dibutuhkan jika tumor Koenen
telah dirasa mengganggu baik secara estetik maupun fungsional.

e. Patofisiologi
Elektrodesikasi dan kuretase, serta prosedur MOHS, adalah teknik memangkas jaringan
tumor dengan menggunakan kuret hingga lapisan kulit normal, kemudian melakukan
denaturasi pada daerah tersebut menggunakan elektrodesikasi. Proses ini diulang berkali-
kali untuk memaksimalkan probabilitas ekstirpasi tumor secara komplit. Rekurensi tumor
bisa terjadi karena prosedur ini tidak dapat mengeradikasi sel atipikal yang berada di folikel
rambut atau dermis.
Prosedur ini cepat dan bersifat kurang invasif. Namun, terdapat beberapa kekurangan, salah
satunya, jaringan parut yang terbentuk setelah prosedur ini dapat menunda diagnosis dari
rekurensi tumor sehingga harus digunakan secara berhati-hati pada KSS kulit yang bersifat
invasif. Prosedur ini tidak dapat digunakan pada kelopak mata, genitalia, bibir dan telinga.
Bila pada saat melakukan prosedur didapatkan tumor mencapai subkutan, maka perlu
dilakukan eksisi.
f. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik, menunjukkan keadaan umum baik dan tanda vital dalam batas
normal. Status dermatologis pada regio fasialis menunjukkan papul hiperpigmentasi
multipel diskret yang dikenal dengan angiofibroma fasialis (Gambar 2). Pada regio gluteus
tampak makula hipopigmentasi dengan batas tegas, serta pada regio trunkus posterior
superior tampak makula hipopigmentasi multipel diskret, yang dikenal dengan makula
hipomelanotik dan lesi confetti. Regio trunkus posterior menunjukkan patch dan plak
hipopigmentasi irregular dengan permukaan tidak rata bergerombol yang dikenal dengan
shagreen patch (Gambar 4). Pada regio digiti-1 dan 5 plantar pedis dekstra dan sinistra
tampak papul dan nodul kemerahan dengan perabaan keras yang dikenal sebagai tumor
Koenen. Berdasarkan keluhan utama berupa daging tumbuh di sekitar jari kuku kaki, serta
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis banding pasien seperti ini adalah tumor
Koenen pada TSC, fibrokeratoma akralis, dan fibromiksoma akralis superfisial.
Terapi pasien dalam laporan kasus ini berupa tindakan desikasi dan kuretase setelah
sterilisasi dan anestesi blok proksimal dengan lidocaine 1%. Area jari dan kuku di sekitar
tumor diberi antibiotik topikal dan ditutup dengan dressing yang sesuai.21 Walsh dkk. telah
meneliti efek dari tindakan pengangkatan lesi pada area jari dan kuku. Enam bulan setelah
eksisi pada tumor Koenen, tidak dijumpai efek samping dan kekambuhan pada empat pasien
dengan TSC.22 Pada pasien dalam laporan kasus ini, dilakukan tindakan reseksi total pada
tumor di sekitar kuku jari kaki -1 dan -5 pada kaki kanan dan kiri. Prosedur diawali dengan
proses desinfeksi dengan povidone iodine dan NaCl 0.9%, kemudian anestesi blok proksimal
jari dengan lidocaine 1%. Setelah anestesi blok bekerja, tindakan reseksi dilakukan dengan
elektrodesikasi kemudian diikuti dengan kuretase. Perdarahan dikendalikan dengan kasa
steril. Oklusi luka menggunakan kasa steril dan hypafix setelah salep gentamicin
diaplikasikan. Berdasarkan keterangan dari pasien pascatindakan dilakukan, dirinya merasa
puas dengan hasil tindakan. Tidak timbul keluhan lain serta tidak dilaporkan terjadi
kekambuhan sampai dengan follow-up terakhir.

g. Pemeriksaan Penunjang dan Interprestasi


Pemeriksaan penunjang elektrokardiografi (EKG) menunjukkan gambaran sinus ritme
dengan heart rate (HR) 78 kali per menit, tanpa pembesaran ruang jantung. Pemeriksaan
darah lengkap menunjukkan hasil normal. Pemeriksaan foto toraks tidak menemukan
kelainan pada jantung dan paru. Dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen tidak
didapatkan kelainan pada organ intraabdomen. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
tidak dilakukan karena ditolak oleh pasien. Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
funduskopi. Pemeriksaan lengkap gigi geligi menemukan celah dental enamel dan fibroma
gingival (Gambar 6). Hasil histopatologi dari fibroma ungual pada jari ke-5 kaki kanan
tampak hiperkeratosis, akantosis, hiperplasia pseudoepiteliomatosa dan jaringan ikat fibrosa
padat yang dikelilingi banyak pembuluh darah. Tidak didapatkan tanda-tanda keganasan,
dengan kesimpulan sesuai dengan angiofibroma atau periungual fibroma.
Bedah listrik adalah teknik bedah yang menggunakan transmisi elektrik dengan tujuan untuk
memotong dan merusak jaringan. Dalam prosedur bedah kulit, bedah listrik dikategorikan
ke dalam enam modalitas yang berbeda yaitu elektrofulgurasi, elektrodesikasi,
elektrokoagulasi, elektroseksi, elektrokauter dan elektrolisis. Elektrodesikasi adalah
penghancuran jaringan menggunakan energi listrik frekuensi tinggi yang diaplikasikan
dengan elektroda berbentuk pipih. Teknik ini digunakan untuk menghilangkan lesi yang
tumbuh di bagian superfisial. Elektrodesikasi dapat dikombinasikan dengan kuretase untuk
menghilangkan jaringan abnormal yang terletak lebih dalam untuk menghentikan
perdarahan. Ujung elektroda aktif disentuhkan atau disisipkan dalam kulit untuk
menghancurkan jaringan. Walaupun perlukaan kulit lebih besar dibanding dengan
elektrofulgurasi, namun sebagian kerusakan jaringan tetap bersifat superfisial.
Elektodesikasi merupakan modalitas terapi yang efektif untuk tumor epidermis.
Tidak didapatkan tanda-tanda keganasan, dengan kesimpulan sesuai dengan angiofibroma
atau periungual fibrol.

2. Proses Keperawatan

a. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utma
Klien mengeluh tidak sembuh-sembuh
 Riwayat kesehatan sekarang
Adanya benjolan pada lokasi prakanker dikulit (leher, belakang dan exstremitas)
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga

b. Diagnosis Keperawatan (NANDA, SDKI)


Untuk melakukan diagnosis keperawatan, dokter akan melakukan wawancara medis dan
pemeriksaan fisik terhadap benjolan yang muncul pada kulit klien.
Pemeriksaan penunjang seperti biopsy (mengambil sampel jaringan) juga perlu
dilakukan untu diperisakan di laboratorim. Pemeriksaan sampel jaringan dapat
menentukan apakah terdapat el kanker.veruka, vulgaris dapat ditegakkan dengan
menemukan papul, bergas, padat, permukaan kasar, tidak teratur, tidak gatal dan tidak
sakit melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Penaganan veruka vulgaris dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
 Salep salisil 50% dengan plester
 Krioterapi dengan nitrogen cair
 Elektrodesikasi dan kuretase
 Jangan menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil selagi menggunakan
pada kuku yang sehat
 Jangan mengigit kuku jia kutil di dekat kuku
 Jangan mencunngkil kutil
 Jaga tangan agar kering sebisa mungkin, karena kutil lebih sulit dikendalikan di
lingkungan lembab.
 Cucilah tangan dengan baik setelah menyentuh kutil anda.

c. Intervensi (EBNP)
Gangguan integritas kulit b/d efek radiasi, proses malignansi.

1. Tujuan (NOC, SLKI)


Tujuan utama yang dapat dilakukan untuk mencegah karsinoma sel basal adalah dengan
menghindari apapran sinar UV berlebih. Terutama hindari sinar UVdari jam 10 pagi hingga 2
siang, ketika UVB sangat kuat.
Gunakan pakaian tertutup agar terhindar dari sinar matahari
2. Rencana Keperawatan (NIC, SIKI)
Ajarkan klien atau kepada keluarganteratur terapi dirumah
Dan diberitahukan kepada klien atau keluarga kapan akan kembali konsultasi kepada dokter

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri.
Ubah posisi dengan sering dan rentang Gerakan dan latihan menurunkan kekuatan
gerak pasif dan aktif sesuai indikasi. sendi dan kelelahan otot tetapi tipe latihan
tergantung pada loksi dan luas cedera.

Pertahankan suhu lingkungan nyaman, Sumber panas eksternal perlu untuk


berikan lampu penghangat, penutup tubuh mencegah mengigil.
hangat.

Kaji nyeri secara komprehesif (PQRST), Nyeri hamper selalu ada pada beberapa
keluhan nyeri, perhatikan lokasi/ karakter derajat beratnya keterlibatan jaringan
dan intensitas (skala0-10). kerusakan tetapi biasanya paling berat
selama pergantian balutan dan debridemen.
Perubahan lokasi/karakter intensitas nyeri
dapat mengindikasikan teerjadinya
komplikasi (contoh: iskemia tungkai) atau
perbaikan / kembalinya fungsi saraf sensai.

Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri Pernyataan memungkinkan pengungkapan


emosi dan dapat meningkatkan mekanisme.
BAB III

KESIMPULAN

A.kesimpulan

Pajanan sinar matahari merupakan etiologi utama dari pertumbuhan sel kanker pada kulit, sehingga kita
perlu memperhatikan kondisi kullit kita saat terpapar matahari.

Kanker kulit merupakan penyakit dimana kulit kehilanngan kemampuannya untuk tumbuh secara
normal.

Sel-sel kulit secara normal dapat membelah diri secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati
dan tumbuh kembali. Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu: paparan dari sinar
matahari ultraviolet (UV), kulit putih, paparan karsinogen, genetic / factor keturunan.
DAFTAR PUSTA

https://www.alomedika.com/penyaki/dermatovenerologi/karisnoma-sel-
skuamosa/penatalaksanaan
https://www.scribd.com/document/178609225/Kanker-Kulit-XxX
Doengoes.M.G.1999.Rncana Asuhan Keperawatan.
Jakarta:EGC. Price.S.A. 2005.
Patofisiologi. Edisi:6. Jakarta:EGC. Smelt.Z, Susanne.C.2001.

Anda mungkin juga menyukai