Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH INSTRUMENTASI MEDIS

EEG (ELECTROENCEPHALOGRAPHY)

Disusun Oleh :

Nama : Elza Jamayanti

NIM : 011400379

Jurusan : Teknokimia Nuklir

Prodi : Teknokimia Nuklir

Semester : VI

Dosen : Suyatno, M.Eng

JURUSAN TEKNOKIMIA NUKLIR

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL YOGYAKARTA

2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkat dan rahmat-Nya serta hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “EEG (Elektroenselografi)”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Instrumentasi
Medis. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh dan
ibadah bagi kita semua dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

Yogyakarta, 14 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

a) Gelombang Otak Manusia ............................................ Error! Bookmark not defined.

b) Sejarah dan Perkembangan EEG .................................. Error! Bookmark not defined.

c) Prinsip Kerja EEG......................................................... Error! Bookmark not defined.

d) Sistem EEG ..................................................................................................................... 7

e) Kelebihan dan Kekurangan EEG .................................................................................. 10

f) Aplikasi EEG ................................................................................................................ 11

g) Prosedur Kerja EEG pada Pasien .................................................................................. 12

h) Interpretasi EEG Normal dan Abnormal ...................................................................... 13

i) Faktor yang Mempengaruhi EEG ................................................................................. 19

BAB III .................................................................................................................................... 21

PENUTUP................................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang kesehatan juga semakin
berkembang. Saat ini yang mendapatkan perhatian khusus di dunia kesehatan adalah
tumor. Tumor menjadi penyakit yang mendapat perhatian khusus karena terdapat
beberapa sifat tumor yang bersifat lethal (mematikan). Tumor merupakan suatu massa
jaringan yang tumbuh secara tidak normal. Tumor dapat bersifat jinak (benigna)
maupun bersifat ganas (maligna/kanker). Tumor ganas (kanker) merupakan
perkembangan massa jaringan tubuh yang tumbuh secara cepat dan tidak terkendali.
Menurut data dari statistic health WHO 2012 sebanyak 165 orang dari 100000
populasi orang indonesia yang meninggal akibat kanker setiap tahunnya (data 2008).
Kasus tumor otak yang terjadi di dunia adalah 2% dari keseluruhan kasus tumor di
dunia. Karakteristik tumor otak adalah bersifat ganas sehingga survival rate (angka
sembuh dari kanker) untuk tumor otak sangat rendah. Sekitar 13 orang yang
meninggal setiap harinya akibat tumor ini. Tumor di dalam otak disebut juga dengan
glioma merupakan jaringan tidak normal yang tumbuh dari sel sel penyusun jaringan
otak.
Dalam proses penanganan pasien kanker dapat menggunakan beberapa cara antara
lain bedah onkologis, kemoterapi, dan radioterapi, ataupun gabungan dari terapi terapi
tersebut. Pengobatan kanker dengan radioterapi merupakan teknik pengobatan dengan
memanfaatkan energi dari sumber radioaktif (misal : 137Cs, 60Co, dan 131Ir) maupun
gelombang elektromagnetik energi tinggi (misal : energi dari linier accelerator).
Terapi ideal suatu kanker adalah penghancuran sel-sel kanker tanpa merusak
jaringan normal di sekitarnya. Sebagian besar sel kanker seharusnya hancur melalui
terapi dan bantuan sistem kekebalan tubuh. Jika tidak, potensi tumor terbentuk
kembali dengan sendirinya menjadi sangat besar. Meskipun perlakuan terapi standar
yang ada saat ini seperti operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi telah berhasil
mengobati berbagai macam kanker, masih ada banyak kegagalan teknik-teknik
tersebut. Saat ini, terapi kanker yang lebih menjanjikan dan terus dikembangkan para
ilmuwan adalah metode BNCT (Boron Neutron Capture Therapy).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis gelombang otak yang dihasilkan pada manusia?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan EEG?
3. Bagaimana definisi dan prinsip kerja EEG?
4. Apa saja peralatan yang digunakan pada EEG?
5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan EEG?
6. Bagaimana aplikasi EEG pada bidang kesehatan?
7. Bagaimana prosedur kerja EEG pada pasien?
8. Bagaimana interpretasi EEG kondisi normal maupun abnormal?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi kerja EEG?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui jenis gelombang otak yang dihasilkan manusia.
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan EEG.
3. Mengetahui definisi dan prinsip kerja EEG.
4. Mengetahui beberapa peralatan yang digunakan pada EEG.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan alat EEG.
6. Mengetahui aplikasi EEG dibidang kesehatan.
7. Mengetahui prosedur kerja EEG pada pasien.
8. Mengetahui interpretasi EEG pada kondisi otak normal dan abnormal.
9. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja EEG.

2
BAB II
PEMBAHASAN

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

a) Apa itu BNCT?


BNCT merupakan kombinasi metode kemoterapi dan radioterapi untuk
menghancurkan sel-sel kanker ganas. Boron (bukan logam) adalah golongan
unsur utama ke-3 dalam sistem periodik yang memiliki dua isotop yang stabil
secara alami yaitu 11B dan 10B. Keberadaan keduanya di alam cukup melimpah,
yaitu sekitar 19,8 %, sehingga sangat layak digunakan dalam proses penangkapan
neutron.
Dalam BNCT, senyawa yang mengandung 10B akan terkonsentrasi di dalam
sisi sel tumor. Sel tumor ini diradiasi menggunakan neutron. Neutron selanjutnya
berinteraksi dengan 10B di dalam sel kanker untuk menghasilkan 2He4yang
berenergi sangat besar dan melepaskan inti 3Li7 dengan radiasi gamma dan energi
kinetik sebesar 2,4 MeV. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
10 + 0n1 → [5B11] → 2He4 + 3Li7 + 2,4 MeV + radiasi gamma
5B

Partikel 3Li7 and 2He4 berukuran sangat kecil (sekitar satu diameter sel) dan
menyebabkan kerusakan yang sangat signifikan terhadap sel yang
mengandungnya. Dengan cara ini penghancuran sel kanker dapat dilakukan tanpa
menyerang jaringan sel sehat lainnya. Targetnya hanyalah sel kanker yang telah
diinjeksi dengan senyawa boron. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya atom

3
boron dan neutron itu sendiri tidaklah beracun, tetapi dengan kombinasi senyawa-
senyawa lainnya mereka bisa berbahaya. Oleh karena, itu beberapa penelitian
dikembangkan untuk mengombinasikan boron dengan senyawa yang tidak
beracun dan bisa diterima tubuh dengan ramah, misal boron dikombinasikan
dengan beberapa jenis asam amino ataupun gula (glukosa dan turunannya).

b) Sejarah BNCT
Setelah penemuan awal neutron pada tahun 1932 oleh Sir James Chadwick,
H. J. Taylor pada tahun 1935 menunjukkan bahwa inti Boron-10 memiliki
kecenderungan untuk menangkap neutron termal. Hal ini mengakibatkan
terjadinya fisi nuklir dari inti Boron-11 menjadi Helium-4 (partikel alfa) dan ion
Lithium-7. Pada tahun 1936, G.L. Locher, seorang ilmuwan di Institut Franklin di
Pennsylvania, mengakui potensi terapi penemuan ini dan menyarankan bahwa
penangkapan neutron dapat digunakan untuk mengobati kanker. W. H. Manis,
dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, pertama kali diusulkan teknik untuk
mengobati tumor otak ganas dan percobaan BNCT terhadap paling ganas dari
semua tumor otak, Glioblastoma Multiforme, menggunakan boraks sebagai agen
pengiriman (carrier) pada tahun 1951. Sebuah uji klinis dimulai dalam sebuah
kolaborasi dengan Brookhaven National Laboratory di Long Island, AS dan
Massachusetts General Hospital di Boston pada tahun 1954.

c) Uji Klinis BNCT


Pada tahun 1951, Sweet, sebagai penggagas pertama kali metode NCT
menyatakan bahwa NCT sangat berguna untuk terapi kanker otak sebagai metode
pengobatan dengan terapi secara terus menerus terhadap sel kanker yang paling
ganas sekalipun dari semua tumor otak glioblastomamultiforme (GBM).
Gambar di bawah ini menunjukkan skema prinsip dasar NCT untuk
pengobatan tumor otak dan fasilitas terapi BNCT yang ada di Finlandia.

4
Pertama-tama pasien diberikan suntikan intervena yang berisi senyawa
terboronasi yang akan berikatan secara selektif terhadap sel tumor. Dalam uji
klinis sejauh ini neutron dibangkitkan di dalam reaktor nuklir. Akan tetapi,
partikel pemercepat dapat juga digunakan untuk bertumbukan dengan proton
menjadi molekul target yang terbuat dari litium maupun berilium. Neutron akan
melewati tabung neutron moderator yang bentuk spektrum energinya cocok
digunakan untuk perlakuan BNCT. Sebelum mengenai pasien, berkas neutron
diarahkan oleh kolimator. Saat melewati jaringan pasien, neutron diperlambat
oleh tumbukan dan menjadi neutron yang berenergi rendah (proses ini disebut
termalisasi). Neutron termal ini bereaksi dengan inti boron-10 membentuk boron-
11 yang tereksitasi dalam jangka waktu yang sangat singkat (10-12 detik) yang
akan pecah menjadi Li-7 dan partikel alfa. Kedua partikel ini (litium dan alfa)
menghasilkan spesies terionisasi yang langsung bereaksi dengan kisaran ukuran
5-9 mikrometer (kira-kira ketebalan 1 diameter sel). Berikut skema terapi NCT
yang ada dio Otaniemi, Finlandia :

5
Teknik ini dinilai menguntungkan karena terjadinya radiasi dalam rentang
waktu sangat singkat sehingga jaringan sel normal dapat terhindar dari radiasi.
Selain itu, dengan metode selective targeting tidak akan berbahaya bagi sel-sel
normal lainnya. Hanya sel-sel kanker saja yang hancur akibat radiasi neutron
tersebut. Metode BNCT telah diuji terutama sebagai pengobatan alternatif untuk
tumor otak ganas (glioblastoma), kanker payudara, dan kanker leher. Meskipun
sudah cukup berumur dan banyak laporan suksesnya metode ini, terapi kanker
dengan BNCT belum memasuki penggunaan klinis secara rutin. Para Ilmuwan
masih terus mengembangkan metode maupun senyawa boron yang ideal untuk
menunjang berhasilnya metode ini di masa mendatang.

d) Zat Pembawa Boron (Boron Delivery Agents)


Zat pembawa merupakan suatu senyawa yang dapat berfungsi membawa
Boron ke daerah sel tumor yang akan dilakukan terapi. Terdapat beberapa zat
pembawa yang dapat digunakan ke dalam sistem BNCT. Persyaratan bagi zat
pembawa Boron antara lain :

6
e) Sistem EEG
1) Amplifier

Amplifier digunakan karena EEG harus memiliki penguatan yang tinggi


dan karakteristik noise yang rendah sebab amplitudo tegangan EEG sangat
rendah. Amplifier yang digunakan harus bebas dari interferensi sinyal dari
kabel listrik atau dari peralatan elektronik yang lain. Noise sangat berbahaya
di dalam kerja EEG karena gelombang elektroda yang dilekatkan pada kulit
kepala hanya beberapa mikrovolt ke amplifier. Amplifier digunakan untuk
meningkatkan amplitudo hingga beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali dari
sinyal yang lemah yang hanya beberapa mikrovolt.
2) Kontrol Sensitivitas
Keseluruhan sensitivitas dari sebuah alat EEG adalah penguatan dari
amplifier dikalikan dengan sensitivitas dari alat penulisan. Jika sensitivitas
alat penulisan adalah 1 cm/V, amplifier harus mempunyai keseluruhan
penguatan 20.000 untuk 50 μV sinyal untuk memantulkan untuk
menghasilkan nilai penguatan diatas.
Langkah-langkahnya adalah kapasitor digabungkan. Sebuah alat EEG
mempunyai dua tipe dari kontrol penguatan. Pertama adalah variabel kontinu
dan digunakan untuk menyamakan sensitivitas semua channel. Kedua adalah
kontrol beroperasi sejalan dan dimaksudkan untuk meningkatkan atau

7
mengurangi sensitivitas dari suatu channel oleh sesuatu yang dikenal.
Kontrol ini biasanya dikalibrasi dalam desibel. Penguatan amplifier
normalnya diset sehingga sinyalnya sekitar 200 μV dipantulkan pena diatas
daerah linearnya.
3) Filter
Ketika direkam oleh elektroda, EEG mungkin berisi kerusakan otot dalam
kaitannya dengan kontraksi dari kulit kepala dan otot leher. Kerusakannya
besar dan tajam sehingga menyebabkan kesulitan besar dalam klinik dan
interpretasi otomatis EEG. Cara paling efektif untuk mengurangi kerusakan
otot adalah dengan menyarankan pasien untuk rileks, tapi ini tidak selalu
berhasil. Kerusakan ini umumnya dihilangkan menggunakan low pass filter.
Filter pada alat EEG mempunyai beberapa pilihan posisi yang biasanya
ditandai dengan tetapan waktu. Suatu nilai satuan tetapan waktu yang diset
untuk kontrol frekuensi rendah adalah 0,03; 0,1; 0,3; dan 1,0 detik. Tetapan
waktu ini sesuai dengan 3 dB menunjuk pada frekuensi 5,3; 1,6; 0,53; dan
0,16 Hz. Di atas frekuensi cut-off dan dikontrol dengan filter frekuensi
tinggi. Beberapa nilai dapat dipilih, diantaranya adalah 15, 30, 70, dan 300
Hz.
4) Sistem Penulisan

Sistem penulisan pada EEG umumnya menggunakan sistem ink writing


tipe direct-writing ac recorder yang menyediakan respon frekuensi hingga 60
Hz pada 40 mm puncak ke puncak. Tipe umum dari direct-recorder adalah
tipe stylus yang langsung menulis pada kertas yang digerakkan di bawahnya.
Pada umumnya di dalam sistem direct-writing recorder, digunakan

8
galvanometer yang mengaktifkan lengan penulis yang disebut pen atau
stylus.
Mekanismenya dimodifikasi dari pergerakan D’Arsonval meter. Sebuah
kumparan dari kawat tipis berputar pada suatu bingkai aluminium segi-empat
dengan ruang udara antara kutub suatu magnet permanen. Poros baja yang
dikeraskan dikaitkan dengan bingkai kumparan sedemikian sehingga
kumparan berputar dengan friksi minimum. Paling sering, jewel dan poros
digantikan oleh taut- band sistem. Suatu pen ringan terikat dengan kumparan.
Spring berkait dengan bingkai mengembalikan pen dan kumparan selalu ke
suatu titik acuan. Ketika listrik mengalir sepanjang kumparan, suatu medan
magnet timbul yang saling berhubungan dengan medan magnet dari magnet
permanen. Hal itu menyebabkan kumparan mengubah sudut posisinya seperti
pada suatu motor listrik. Arah perputaran tergantung dari arah aliran arus di
dalam kumparan. Besar defleksi dari pen adalah sebanding dengan arus yang
mengalir melalui kumparan.
5) Noise
Amplifier EEG dipilih untuk level minimum derau yang dinyatakan dalam
kaitan dengan ekuivalen tegangan masuk. Dua mikrovolt sering dinyatakan
dapat diterima oleh perekam EEG. Noise berisi komponen dari semua
frekuensi dan perekaman noise dapat meningkatkan bandwith dari sistem.
Oleh karena itu, penting untuk membatasi bandwith yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sinyal.
6) Penggerak Kertas
Hal ini disediakan oleh suatu motor sinkron. Sebuah mekanisme
penggerak kertas yang stabil dan akurat perlu dan normal untuk mempunyai
beberapa kecepatan kertas yang tersedia untuk dipilih. Kecepatan pada 15,
30, dan 60 mm/s penting. Beberapa mesin juga menyediakan kecepatan di
luar daerah ini.

9
7) Saluran

EEG direkam secara serempak dari sebuah susunan yang terdiri atas
banyak elektroda. Elektroda dihubungkan untuk memisahkan amplifier dan
sistem penulisan. Mesin EEG komersial dapat memiliki sampai 32 saluran,
walaupun 8 atau 16 saluran lebih umum.

f) Kelebihan dan Kekurangan EEG

EEG memiliki beberapa sisi keunggulan dari alat yang lainnya untuk
mendeteksi aktivitas otak. Di antaranya, EEG memiliki resolusi temporal yang
cukup tinggi, bisa sampai ukuran seperseribu detik (milidetik). Selain itu, EEG
cukup praktis dan lebih murah dibandingkan dengan CT scan atau MRI/fMRI.
Dari sisi risiko EEG juga cukup aman, tidak ada risiko medis yang berarti karena
10
EEG hanya mengukur sinyal yang dihasilkan dari otak. EEG tidak
membangkitkan atau memberikan sinyal listrik pada otak. EEG tidak juga
melibatkan zat radioaktif atau material berbahaya lainnya. Kelemahan EEG
adalah kurang memiliki resolusi spasial yang tinggi. Oleh karenanya, kadang kala
EEG digabung dengan metode pencitraan yang lain seperti MRI untuk
menghasilkan data yang memiliki resolusi temporal dan sekaligus resolusi spasial
yang tinggi.

g) Aplikasi EEG
1) Aplikasi dalam Bidang Kesehatan
Setidaknya sampai saat ini aplikasi EEG yang paling penting adalah untuk
bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan, EEG secara umum digunakan
untuk mendiagnosis, memonitoring dan menganalisis kelainan otak atau cara
kerja otak. EEG sangat umum digunakan untuk mendiagnosis epilepsi. Selain
untuk epilepsy, EEG juga digunakan untuk mendeteksi dan menganalisis
kelainan tidur (sleep disorder), koma (coma), kerusakan pada otak, dan yang
lainnya. EEG juga memiliki potensial untuk mempelajari atau melakukan
terapi pada anak yang menderita autisme, attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD) atau anak yang mengalami gangguan kemampuan belajar.
2) EEG dalam BCI (Brain Computer Interface) dan Robotik
Dalam bahasa yang sederhana, BCI dapat diartikan sebagai antarmuka
yang memungkinkan komunikasi secara langsung antara otak dengan
komputer atau perangkat yang lainnya. EEG dan BCI sangat erat kaitannya,
misalnya untuk mempelajari atau “membaca” aktivitas otak atau pikiran
manusia secara langsung. Sebaliknya, EEG dan BCI juga bisa digunakan
untuk mengakses komputer atau peralatan yang lain, seperti menggerakkan
robot hanya dengan menggunakan sinyal otak atau pikiran. Tentunya ini
harus ditunjang dengan alat dan metode pengolahan sinyal yang memadai.
Contohnya pada tahun 2009, seorang peneliti dari Inggris, Alex Blainey,
berhasil menggunakan Emotiv EPOC yang berbasis EEG untuk menggerakan
robot dengan 5 axis. EEG juga dapat digunakan untuk menggerakkan kursi
roda atau alat lain bagi orang-orang yang memiliki cacat tubuh.
3) Aplikasi yang lain

11
Banyak sekali aplikasi yang lainnya dari EEG. Misalnya untuk
mendeteksi kebohongan atau dikental dengan lie detector. EEG juga dapat
digunakan sebagai alternatif untuk mengakses computer seperti menggerakan
kursor tanpa menggunakan keyboard atau mouse. EEG juga dapat digunakan
untuk edukasi dan hiburan (misalnya game). Perusahaan Emotiv (dan
Neurosky mengembangkan dan memroduksi berbagai alat berbasis EEG
yang dapat digunakan untuk edukasi, game, maupun untuk riset.

h) Prosedur Kerja EEG pada Pasien

a) Sebelum melakukan prosedur perekaman EEG sebaiknya diketahui Standard


Minimal.
b) Perekaman EEG menurut The American EEG Society Guidelines in EEG,
yaitu memakai minimal 16 channel yang bekerja secara simultan. Setiap area
di otak bisa memberikan pola yang sama atau berbeda pada waktu yang
bersamaan, dan menurut pengalaman diperlukan perekaman pada minimal 8
area di otak secara simultan untuk mendapatkan distribusi pola EEG.
Perekaman dengan 8 channel secara simultan diperkirakan cukup mencakup
permukaan otak untuk menghindari misinterpretasi.
c) Memakai minimal 17 elektrode pencatat. Semua elektroda ini harus
mencakup area frontal, central, parietal, oksipital, temporal, auricular atau
mastoid, vorteks dan elektroda ground.
d) Kedua system monopolar (referensial) dan bipolar (diferensial) harus
digunakan secara rutin. Setiap system montage mempunyai keunggulan dan

12
kekurangan, sehingga penggunaan kedua system sekaligus adalah esensial
untuk mendapatkan informasi yang akurat.
e) Harus ada prosedur buka tutup mata. Aktifitas alfa dapat memberi informasi
tentang fungsi abnormal otak. Aktifitas paroksismal dapat pula dicetuskan
oleh prosedur ini.
f) Mesin EEG harus dikalibrasi di awal dan di akhir rekaman. Perubahan setting
alat selama perekaman harus dicatat.
g) Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar. Bila ada
prosedur stimulasi fotik, hiperventilasi dan tidur maka lama perekaman harus
ditambah. EEG adalah sample waktu dari kehidupan seseorang, dan waktu 20
menit adalah waktu yang sangat singkat untuk menarik suatu kesimpulan dari
suatu kerja atau suatu fungsi otak seseorang. Oleh karena itu semakin lama
perekaman maka semakin besar kemungkinan kita untuk menemukan
abnormalitasnya.

i) Interpretasi EEG Normal dan Abnormal


a) Interpretasi Normal

Salah satu penemuan Hans Berger adalah bahwa kebanyakan EEG


orang dewasa normal mempunyai irama dominant dengan frekuensi 10
siklus per detik, yang di sebutnya sebagai irama alfa. Pada umumnya
kini yang dimaksud dengan irama alfa adalah irama dengan frekuensi antara
8-13 spd, yang paling jelas terlihat di daerah parietal-oksipital, dengan
voltase 10-150 mikrovolt, berbentuk sinusoid, relative sinkron dan
simetris antara kedua hemisfer.

13
Suatu asimetri ringan dalam voltase adalah normal, mengingat adanya
dominasi hemisfer. Pada umumnya suatu perbedaan voltase 2 : 3 adalah
dalam batas-batas normal, asalkan voltase yang lebih tinggi terlihat pada
hemisfer non dominant. Yang lebih penting maknanya adalah bila terdapat
perbedaan frekuensi antara kedua hemisfer. Suatu perbedaan frekuensi yang
konsisten dari 1 spd atau lebih antara kedua hemisfer mungkin sekali
diakibatkan suatu proses patologis di sisi dengan frekuensi yang lebih
rendah.
Irama alfa terlihat pada rekaman individu dalam keadaan sadar dan
istirahat serta mata tertutup. Pada keadaan mata terbuka irama alfa akan
menghilang, irama yang terlihat adalah irama lamda yang paling jelas terlihat
bila individu secara aktif memusatkan pandangannya pada suatu yang
menarik perhatiannya. Ditinjau dari irama alfanya dapat dibedakan tiga
golongan manusia, sekelompok kecil yang memperlihatkan sedikit sekali
atau tidak mempunyai irama alfa, sekelompok kecil lagi yang tetap
memperlihatkan irama alfa walaupun kedua mata dibuka, dan diantara kedua
ekstrem ini terletak sebagian besar manusia yang menunjukkan penghilangan
irama alfa ketika membuka mata. Berturut-berturut ketiga kelompok ini
disebut sebagai kelompok alfa M (minimal atau minus), alfa P
(persisten), alfa R (responsive).
Suatu irama yang lebih cepat dari irama alfa ialah irama beta yang
mempunyai frekuensi di atas 14 spd, dapat ditemukan pada hamper semua
orang dewasa normal. Biasanya amplitudonya daopat mencapai 25
mikrovolt, tetapi pada keadaan tertentu bisa lebih tinggi. Pada keadaan
normal terlihat terutama di daerah frontal atau presentral. Irama yang
lebih lambat dari irama alfa adalah tidak jarang pula ditemukan pada orang
dewasa normal. Irama teta mempunyai frekuensi antara 4-7 spd. Suatu
irama yang lebih pelan dari teta disebut irama delta adalah selalu
abnormal bila didapatkan pada rekaman bangun, tetapi merupakan
komponen yang normal pada rekaman tidur. Frekuensi irama delta ialah ½ –
3 spd.
Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. Perhatian
cenderung untuk menghapuskan irama alfa, merendahkan voltase secara
umum dan mempercepat frekuensi. Termasuk perhatian ini adalah usaha

14
introspeksi dan kerja mental (misalnya berhitung). Demikian pula setiap
stimulus visual, auditorik dan olfaktorik akan merendahkan amplitudo dan
menimbulkan ketidak teraturan irama alfa. Penurunan kadar O2 dan atau
CO2 darah cenderung menimbulkan perlambatan, sebaliknya peninggian
kadar CO2 menimbulkan irama yang cepat.
Faktor usia juga mempunyai pengaruh penting pula dalam EEG.
Rekaman dewasa sebagaimanadigambarkan di atas pada umumnya
dicapai pada usia 20-40 tahun. Rekaman neonatus berusia di bawah satu
bulan memperlihatkan amplitude yang rendah dengan irama delta atau teta.
Antara usia 1-12 bulan terlihat peninggian voltase, walaupun irama masih
tetap delta atau teta. Antara 1-5 tahun terlihat amplitudo yang tinggi, irama
teta yang meningkat dan mulai terlihat irama alfa, sedangkan irama
delta mengurang.
Antara 6-10 tahun amplitude menjadi sedang, irama alfa menjadi lebih
banyak, teta berkurang, delta berkurang sampai hilang. Antara 11-20 tahun
voltase terlihat sedang sampai tinggi, dominsi alfa mulai jelas, teta
minimal, delta kadangkadang masih terlihat di daerah belakang. Di atas
40 tahun mulai lagi terlihat gelombang lambat 4-7 spd di daerah temporal
dan di atas 60 tahun rekaman kembali melambat seperti rekaman anak-anak.
Perubahan tahap-tahap tidur berpengaruh besar pula terhadap rekaman
EEG. Dalam keadaan mengantuk terlihat pengurangan voltase dan timbul
sedikit perlambatan. Pada keadaan tidur sangat ringan dapat terlihat
adanya gelombang-gelombang mirip paku bervoltase tinggi, bifasik dengan
frekuensi 3-8 spd, simetris dan terjelas di daerah parietal (parietal humps).
Gambaran ini paling jelas pada usia 3-9 tahun dan terus terlihat sampai usia
40 tahun. Pada keadaan tidur ringan terdapat (sleep spndle) terdapat
gelombang tajam berfrekuensi 12-14 spd yang sifatnya simetris. Pada
keadaan tidur sedang sampai dalam rekaman didominir oleh gelombnag-
gelombang lambat tak teratur dengan frekuensi ½ – 3 spd.

15
b) Interpretasi Abnormal

EEG sampai saat ini masih digolong-golongkan atas dasar hubungan


frekuensivoltase, dengan frekwensi sebagai parameter utama. Berbagai
penyelidikan mengungkapkan bahwa tidak semua individu normal
memperlihatkan EEG yang normal dan sebaliknya tidak semua abnormalitas
dalam EEG berarti ada abnormalitas pada individu yang bersangkutan. EEG
abnormal disebut spesifik bila gelombang yang timbul mempunyai
gambaran yang khas dan berkorelasi tinggi dengan kelainan klinik tertentu,
disebut nonspesifik (aspesifik) bila gelombangnya tidak khas dan dapat
ditimbulkan oleh banyak kelainan-kelainan neurologik atau sistemik.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hasil pemeriksaan EEG yang
penting dari kelainan-kelainan neurologik, yaitu :
1. EEG pada Penyakit Konvulsif
EEG paling banyak digunakan untuk mendiagnosa dan
mengklasifikasikan epilepsy. Paroksismal merupakan pemunculan yang
episodic dan mendadak suatu gelombang atau kelompok gelombang
yang secara kuantitatif dan kualitatif berbeda dengan gambaran irama

16
dasarnya. Tipe aktivitas paroksismal yang timbul ketika serangan,
sampai derajat tertentu mempunyai korelasi dengan tipe klinis.
Petit mal dalam serangan ditandai oleh aktivitas spike and wave
dengan frekuensi 3 spd, menyeluruh disemua saluran, bersifat sinkron
dan simetris dengan voltase yang tinggi yang dapat mencapai 1000
mikrovolt. Grand mal dalam serangan sangat sulit direkam karena
terganggu oleh gerakan-gerakan motorik individu; gambaran kejangnya
adalah berupa aktivitas cepat yang menyeluruh bervoltase tinggi
berbentuk polyspike dengan frekuensi 8-12 spd, diselingi
gelombang-gelombang lambat dari 1,5-3 spd. Epilepsi psikomotor
ditandai oleh aktivitas spike didaerah temporal depan.
Kebanyakan rekaman penderita epilepsy merupakan rekaman di
luar serangan (interictal), yang tidak jarang tidak memperlihatkan
abnormalitas, walaupun klinis jelas merupakan suatu epilepsy.
Karenanya usaha-usaha provokatif dipergunakan untuk merangsang
timbulnya aktivitas EEG abnormal yang tak terlihat secara spontan.
Keadaan tidur (alamiah maupun akibat induksi obat) mengaktifkan
paroksismalitas yang umum maupun fokal.
Dalam keadaan tidak tidur hanya kira-kira sepertiga individu
dengan diagnosa klinik epilepsy memperlihatkan paroksismalitas
spesifik, 15 % memperlihatkan EEG yang normal dan sisanya
memperlihatkan perlambatan atau percepatan yang spesifik. Dalam
keadaan tidur gambaran serangan dua kali lebih sering terlihat, terutama
untuk epilepsy psikomotor. Hiperventilasi paling efektif dalam
mengaktifkan gelombang-gelombang serangan petit mal; kadang-
kadang hiperventilasi dapat mengaktifkan abnormalitas yang bersifat
fokal atau menimbulkan gambaran kejang yang partial. Stimulasi
fotik dapat menimbulkan paroksismalitas menyeluruh berupa
kompleks spike and wave yang disebut “photoparoxysmal response”.
Korelasi gambaran rekaman diluar serangan adalah tertinggi untuk
petit-mal (90%), kemudian tipe psikomotor dan pada tipe grand-mal
korelasinya adalah tidak begitu tinggi. Jadi jelaslah tidak adanya
gambaran epileptiform dalam rekaman tunggal tidaklah menyingkirkan
kemungkinan penyakit konvulsif.

17
2. EEG pada Tumor Intracranial
Pentingnya pemeriksaan EEG pada tumor otak ditegaskan oleh
Walter, yang menyebutkan irama lambat berfrekuensi kurang dari 4
spd (irama delta). Irama delta ini umumnya terlihat fokal, karenanya
dapat dipakai untuk menentukan lokalisasi tumor. Jaringan otak sendiri
tidak memberikan lepas muatan listrik, gelombang-gelombang lambat
yang dicatat oleh EEG berasal dari neuron-neuron di sekitar tumor atau
ditempat lain yang fungsinya terganggu secara langsung atau tidak
langsung.
Tumor otak tidak memberikan gambaran yang spesifik, kiranya
rekaman serial adalah lebih bernilai dari pada rekaman tunggal. Tumor
infra tentorial memberikan gambaran EEG yang berbeda dengan tumor
supra tentorial. Gambaran karakteristik tumor infra tentorial adalah
berupa perlambatan sinusoidal yang ritmik berfrekuensi 2-3 spd
atau 4-7 spd, dapat bersifat terus menerus ataupun paroksismal.
Berbeda dengan tumor infra tentorial, tumor supra tentorial pada
umumnya memberikan gambaran yang bersifat fokal teta maupun delta,
sehingga penentuan lokalisasi lebih dimungkinkan. Kadang-kadang
dapat pula ditemui gambar spike atau gelombang tajam yang fokal.
Suatu ketentuan yang banyak dianut tentang tumor otak mengatakan
bahwa suatu EEG yang normal menyingkirkan sebesar 97% tumor
kortikal dan sebesar 90% tumor otak pada umumnya.
3. EEG pada Lesi Desak Ruang Lain
Secara EEG, abses otak memberikan gambaran yang sama dengan
tumor 90-95% memperlihatkan aktivitas teta atau delta yang menyeluruh
dengan focus frekuensi terendah diatas daerah abses. Fokus perlambatan
ini seringkali sangat rendah sampai 0,3 spd dan bervoltase sangat tinggi
sampai 500 mikrovolt. Subdural hematom yang kronik 90%
memperlihatkan EEG yang abnormal, sehingga penemuan EEG
yang normal menyingkirkan kemungkinan hematom secara cukup kuat.
4. EEG pada Ruda Paksa Kepala
EEG berkorelasi dengan hebat dan luasnya rudapaksa kepala.
Commotio cerebri EEG umunya normal. Memar otak akut
memperlihatkan penurunan voltase yang diffuse, diikuti pembentukan

18
aktivitas delta bervoltase rendah yang menyeluruh. Pada area
kontusi aktivitas cepat ditekan dan seringkali ditemui asimetri dalam
amplitude irama alfa. Setelah fase akut aktivitas delta relative akan
terlokalisir di daerah kontusi. Setelah kira-kira 2 minggu terlihat
peninggian frekuensi dan penurunan voltase dari fokus delta tersebut.
Dapat dilihat pula fokus spike di daerah kontusi. Pada masa
penyembuhan hiperventilasi akan menimbulkan perlambatan umum
sampai 30 hari setelah trauma.
5. EEG pada Infeksi Otak
Meningitis akut memberikan abnormalitas perlambatan yang difus
berupa irama delta, baik pada bentuk purulent maupun serosa. Biasanya
kelainan EEG berkaitan erat dengan tingkat kesadaran individu. Suatu
perlambatan fokal yang timbul pada rekaman ulangan individu
dengan meningitis mungkin sekali menandakan pembentukan abses.
Ensefalitis memberikan perlamabatan umum, biasanya dengan
frekuensi yang lebih rendah dari meningitis. Dapat pula terlihat fokus
perlambatan dan gelombang tajam.
6. EEG pada Kelainan Metabolic dan Elektrolit
Hipoglikemia (<50 mg%) akan selalu memberikan kelainan EEG
berupa perlambatan, yang mulanya bersifat frontal kemudian juga
temporal. Dengan makin merendahnya glukosa darah makin banyak
dan makin tinggi voltase aktivitas delta yang terlihat. Setelah koma
diabetikum, perlambata menyeluruh dapat terlihat 2-3 minggu. Pada
keadaan koma hepatikum, dengan makin dalamnya koma, pada
mulanya terlihat irama teta yang difus yang makin melambat
dengan makin dalamnya koma. Koma yang moderat terlihat gambaran
khas yang disebut liver wave, yang dominant di daerah frontal.
Gambaran ini mempunyai sifat trifasik yaitu terdiri dari dua gelombang
elektro negative dipisahkan oleh satu gelombang elektro positif
beramplitudo tinggi, satu atau lebih komponen dapat berbentuk paku
atau mirip paku.

j) Faktor yang Mempengaruhi EEG

19
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil test menggunakan EEG, antara
lain:
a. Kelebihan bergerak (kepala, badan, mata, atau lidah).
b. Ketidakmampuan untuk bekerja sama
c. Ketenangan
d. Obat-oabatan (antiepilepsi, penenang, dan obat tidur).
e. Tidak sadar akibat obat-obatan atau hypothermia
f. Rambut yang kotor, berminyak, atau pemakaian hairspray.

20
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
EEG merupakan cara untuk menilai pola listrik pada permukaan kulit kepala
dengan menggunakan elektroda. Pola yang terbentuk mencerminkan aktivitas listrik
otak-gelombang otak. EEG sering digunakan untuk mendeteksi area kerusakan otak
dengan menentukan lokasi area dimana terdapat perubahan pola gelombang.
Kegunaan klinis terutama untuk mendiagnosis epilepsi, kematian otak, tumor otak,
dan riset mengenai tidur.
Gelombang otak terjadi pada berbagai frekuensi, ada yang cepat dan ada yang
lambat. Empat pola gelombang otak yang jelas adalah:
1. Alfa (8-10 Hz) cepat. Gelombang alfa terjadi saat mata tertutup dan
menggambarkan keadaan relaks atau tidak melakukan apa-apa. Gelombang alfa
menghilang jika seseorang banyak pikiran (keadaan mental sibuk) atau menjadi
mengantug.
2. Beta (5-10 Hz) kecil dan cepat, waspada secara mental dan terstimulasi.
3. Delta (1-2 Hz) gelombang yang lambat, tidur dalamdan pada bayi, kerusakan
otak.
4. Teta (4-6Hz) lambat, pada keadaan tidur.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://alifis.wordpress.com/2011/06/02/gelombang-gamma-beta-alpha-tetha-dan-delta-
dalam-otak/ diakses pada tanggal 14 Maret 2017
http://kipmi.or.id/mengenal-eeg-and-aplikasinya.html diakses pada tanggal 14 Maret
2017
http://mediasehat123.blogspot.co.id/2015/05/pemeriksaan-electro-enchepalografi-
eeg.html diakses pada tanggal 14 Maret 2017
https://alvivo23.wordpress.com/2012/06/04/eeg/ diakses pada tanggal 14 Maret 2017

22

Anda mungkin juga menyukai