Anda di halaman 1dari 33

KEBIJAKAN

SURVEILANS KELAINAN BAWAAN

Ketua Tim Kerja Surveilans Gizi dan KIA


Dr Mularsih Restianingrum, MKM

Disampaikan dalam Orientasi Penguatan Surveilans Kelainan Bawaan


Jumat, 24 Maret 2023
1. Situasi dan Kebijakan Gizi dan KIA di Indonesia
2. Kebijakan Surveilans Kelainan Bawaan
3. Konsep Surveilans Epidemiologi
OUTLINE
4. Surveilans Kelainan Bawaan
5. Pelaksanaan Surveilans Kelainan Bawaan
6. Gambaran Surveilans Kelainan Bawaan
SITUASI DAN KEBIJAKAN
SURVEILANS KELAINAN BAWAAN
ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) & BAYI (AKB) INDONESIA MASIH JAUH
DARI TARGET RPJMN & SDGS
AKI per 100.000 Kelahiran Hidup
Data AKI dan AKB saat ini didapat
390 360 359
334 dari survei, salah satunya melalui
307 305 hasil Sensus Penduduk ataupun
259 SUPAS
228
189 183

70

1994 1997 2000 2003 2007 2010 2012 2015 2020 2024 2030

Sumber: SDKI, SP, Target RPJMN Target SDGs


SUPAS
57
AKB per 1.000 Kelahiran Hidup
46

35 34 32
24
16.85 16
12

1995 1999 2003 2007 2012 2017 2020 2024 2030


Target SDGs
Target RPJMN
Catatan: Tahun 2018-2020 hanya tersedia data rutin jumlah kematian absolut bukan rasio
1. Laporan AKI AKB masih tidak lengkap
2. Tidak ada data riil kelahiran hidup
LOKASI DAN
PENYEBAB KEMATIAN

PENYEBAB KEMATIAN BAYI, SRS 2016


2.50% Komplikasi Neonatal
1.30%
3%
4.50% Pneumonia

Kelainan Kongenital
10.20%
36.90%
Diare

12.70% Kecelakaan termasuk


tenggelam
Perlukaan lainnya

Sepsis
36.40%
Sumber: SRS, 2016
Kanker
Presentase Kasus Birth Defect di Indonesia KELAINAN BAWAAN PRIORITAS
(Sept 2014 – Nov 2020) Jenis Kelainan Bawaan Insidens/Prevalensi
Neural-tube defect 1-2 per 1000 KH

Congenital Cataract 0.58 Total : 1913 kasus Orofacial cleft Prevalensi Indonesia 0,2%
Reduction Defects of Limbs 0.68 Congenital Rubella Syndrom 25% bayi yang ibunya terinfeksi
Microcephaly 2.30 rubella pada trimester pertama
Conjoint Twins 2.72 Club foot 1-2 per 1000 KH, laki-laki dua kali
lebih sering
Hypospadia/Epispadia 3.87
Thalasemia Prevalensi 9.5% pada bayi baru lahir
Neural tube defect 15.84
Orofacial Cleft 17.46 Sifilis Kongenital Prevalensi 0.1-5% ibu dengan tes
sifilis positif*
Talipes Equinovarus 17.77
Hipotiroid Kongenital insidensnya 1 per 3000-4000,
Abdominal Wall Defects 19.03 Laporan program tahun 2019
Atresia Ani 19.76 memberikan insiden sementara 1 :
6507
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
Critical Congenital Heart Disease 25% dari PJB/CHD. Insidensi CHD
sektar 8-10 dari 1000 KH
Outcome of babies with 2018 2019 2020 Jumlah RS yang melaporkan kelainan
birth defects bawaan
Sumber : Kebijakan dan Strategi : Pencegahan dan
Tahun 2018 : 19 Penanggulangan Kelainan Bawaan, 2020
Alive 382 (87,2%) 243 (87.4%) 64 (91,4%)
Tahun 2019 : 15
Died 56 (12,8%) 35 (12,6%) 6 (8,6%) Tahun 2020 : 10
Sumber : ina-registry Litbangkes
Total 438 278 70

Sumber : Data Sentinel Surveilans Kelainan Bawaan 2014 - 2020


REKOMENDASI PENURUNAN KELAINAN BAWAAN DI DUNIA DAN ASIA
TENGGARA
• Resolusi WHA 2010 : menganjurkan pelaksanaan upaya pencegahan primer dan
tatalaksana anak dengan kelainan bawaan
• WHO/SEARO mendorong 11 negara anggotanya, termasuk Indonesia, untuk mencapai empat target utama
regional :
1. Menurunkan sebanyak 35% prevalensi NTD.
2. Menurunkan jumlah bayi lahir dengan Thalasemia sebanyak 50%.

3. Menurunkan prevalensi congenital rubella syndrome (CRS).

4. Eliminasi sifilis bawaan.

• Rekomendasi pertemuan regional WHO/SEARO pada tahun 2019 tentang kelainan bawaan :
1. Menyediakan sumber pembiayaan dan sumber daya manusia di tingkat pusat dan di rumah sakit
agar dapat berkoordinasi mendapatkan data dan dukungan pemantauan.
2. Surveilans kelainan bawaan yang berkualitas dan dapat ditindaklanjuti secara konsisten.
3. Memperluas surveilans dan respon berbasis rumah sakit untuk kelainan bawaan dan
ISU PRIORITAS DALAM MEWUJUDKAN
SDM YANG BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING
“Titik dimulainya pembangunan SDM dimulai dengan menjamin kesehatan
ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak sekolah
karena merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia yang unggul.
Jangan sampai ada stunting, kematian bayi, kematian ibu yang meningkat.”

PENGUATAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL

1 2 3 4 5 6 7
Peningkatan
Upaya
kompetensi Penjaminan Regulasi,
Kesehatan Penelitian
tenaga ketersediaa Manajemen
yang dan Pembiayaan Pember-
kesehatan n obat- termasuk
berkualitas pengem- kesehatan dayaan
serta obatan dan Sistim
dengan bangan melalui JKN Masyarakat
distribusi alat Informasi
pendekatan kesehatan
SDM kesehatan Kesehatan
siklus
kesehatan
kehidupan
yang merata
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
KELAINAN BAWAAN DI INDONESIA
Bertujuan menurunkan morbiditas dan mortalitas (AKN dan AKB) terkait
dengan kelainan bawaan, serta meningkatkan kualitas hidup anak

TUJUAN KHUSUS
Memantapkan upaya
Meningkatkan upaya advokasi, kemitraan dan
mobilisasi sumber-sumber Memantapkan sistem
pencegahan, deteksi dini
dalam pencegahan, deteksi informasi (catpor,
dan tata laksana kelainan
dini dan tatalaksana surveilans, penelitian)
bawaan.
kelainan bawaan.
DASAR HUKUM

Undang-undang Dasar Undang-Undang Kesehatan Undang-Undang No. 35


1945, Pasal 28B Ayat 2 No. 36 Tahun 2009 pasal Tahun 2014
131 dan pasal 139
Permenkes RI No : Permenkes RI No :949 Permenkes RI No 25 Tahun Permenkes RI No 78 Tahun
1116/Menkes/SK/VIII/2003 Tahun 2004 tentang 2014 tentang Upaya 2014 tentang Skrining
tentang Pedoman Pedoman Pelaksanaan SKD- Kesehatan Anak. Hipotiroid Kongenital
Penyelenggaraan Sistem KLB.
Surveilans Epidemiologi
Kesehatan.

Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 52 Tahun
2017 tentang Eliminasi
Penularan Human
Immunodeficiency Virus,
Sifilis, dan Hepatitis B dari
Ibu ke Anak.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KELAINAN BAWAAN
Kebijakan : Strategi Operasional : Target 2021-2025 :
1. Penekanan pada upaya 1. Pemberian asam folat kepada remaja dan semua
1. Mempersiapkan pengelolaan upaya bumil; serta fortifikasi asam folat pada makanan
pencegahan
pencegahan dan penanggulangan yang banyak dikonsumsi masyarakat luas.
2. Prioritas : kelainan bawaan kelainan bawaan prioritas
berdampak besar terhadap 2. Peningkatan paling sedikit 50% tindakan korektif
kesehatan masyarakat 2. Menyusun rencana kegiatan jangka celah bibir/lelangit pada bayi.
pendek dan menengah untuk mencapai
3. Fokus pada 8 kelainan 3. Skrining karier Thalasemia pada bayi dengan
target 2021-2025
bawaan prioritas riwayat keluarga Thalasemia.
3. Advokasi berkelanjutan di setiap tingkat 4. Cakupan imunisasi rubella (MR) 95% pada anak
4. Upaya pencegahan dengan menggunakan data
diintegrasikan pada upaya usia 9 bulan, 18 bulan dan SD kelas 1, guna
kesehatan lainnya 4. Membangun surveilans kelainan bawaan mencegah sindrom rubella kongenital/CRS
prioritas dan memantapkan mekanisme 5. Skrining sifilis pada semua bumil, dengan tingkat
5. Pemantapan sistem informasi
kelainan bawaan monitoring dan evaluasi pengobatan 100% bagi ibu (dan pasangannya)
yang hasil tesnya positif.
6. Upaya pencegahan dan 5. Memastikan integrasi upaya pencegahan
penanggulangan dilakukan kelainan bawaan prioritas dengan 6. Peningkatan paling sedikit 50% tindakan korektif
melalui Kerjasama lintas program, kesehatan masyarakat terkait pada bayi lahir dengan kaki pengkor/club foot
sektor dan pihak terkait dengan pemasangan gips sejak usia 1-2 minggu.
6. Meningkatkan kapasitas nasional/daerah
7. Upaya penanggulangan dalam upaya pencegahan dan tatalaksana 7. Skrining hipotiroid kongenital pada semua
kelainan bawaan kelainan bawaan prioritas neonatus
dilaksanakan dengan
mempertimbangkan 7. Melakukan kajian dan penelitian tentang 8. Skrining penyakit jantung bawaan kritis dengan
kesetaraan dan hak anak berbagai aspek kelainan bawaan prioritas pulse oksimetri neonatus sebelum dipulangkan.
KEGIATAN POKOK PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KELAINAN BAWAAN DI INDONESIA

Meningkatkan kelengkapan
Mengintegrasikan upaya
data/informasi tentang kelainan
Memberikan fokus kepada pencegahan dan
bawaan yang didukung oleh
upaya surveilans kelainan delapan kelainan bawaan penanggulangan kelainan
prioritas bawaan pada program dan
bawaan dan
upaya yang ada
pencatatan/pelaporan rutin,
serta survei

Memantapkan kerjasama lintas


Membentuk jejaring pelayanan
program, lintas sektor dan Meningkatkan aspek etik,
dan advokasi dalam upaya
pihak terkait dalam upaya termasuk kesetaraan, hak azasi
pencegahan dan pencegahan dan
manusia dan hak anak dengan
penanggulangan kelainan
penanggulangan kelainan difabilitas
bawaan.
bawaan
KONSEP
SURVEILANS KELAINAN BAWAAN
SURVEILANS KELAINAN BAWAAN
proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan agar dapat mengambil tindakan yang tepat

TUJUAN
Memantau
Mengidentifikasi
Mendapatkan data dasar kecenderungan
populasi yang berisiko
mengenai kejadian prevalensi kelainan
tinggi terhadap kelainan
kelainan bawaan bawaan
bawaan

Mengidentifikasi adanya Mengetahui faktor risiko Memberikan dasar untuk


kluster kelainan bawaan terhadap terjadinya penelitian epidemiologi
di populasi kelainan bawaan dan program pencegahan
PRIORITAS KELAINAN BAWAAN
“Terdapat ribuan kelainan bawaan → Untuk penanggulangannya, berbagai negara
menetapkan prioritas kelainan bawaan yang dicakup dalam program nasional.”
Kriteria • Mempunyai dampak besar terhadap kesehatan masyarakat.
penentuan 1
kelainan • Mudah dikenali pada saat/segera setelah lahir dengan melihat langsung atau
bawaan 2 dengan menggunakan alat sederhana namun cukup akurat.
prioritas :
• Dapat dicegah dengan melakukan upaya pencegahan primer.
3

• Diagnosis serta tindakan dini terhadap kelainan bawaan sangat berpengaruh


4 terhadap derajat kesehatan dan kualitas hidup penderitanya.

• Mempunyai potensi : i) dapat dicegah; ii) dapat dideteksi dengan mudah


5 (seperti pada kelainan mayor atau melalui skrining); dan iii) dapat dikoreksi.
8 (DELAPAN) KELAINAN BAWAAN PRIORITAS

Neural Tube Defect Congenital Rubella


(NTD) Syndrome (CRS)
Celah bibir dan Club Foot
langit-langit (Congenital Talipes
(orofacial cleft) Equinovarus/ CTEV)

Thalasemia Hipotiroid
kongenital
Critical Congenital
Sifilis kongenital Heart Disease-
CCHD
FAKTOR RISIKO DAN PENYEBAB
KELAINAN BAWAAN
Sekitar 50% kelainan bawaan tidak diketahui penyebabnya, namun terdapat faktor risiko.

Status gizi ibu termasuk


Faktor genetik mikronutrien Dapat dicegah dan
Infeksi
(perkawinan antar (defisiensi iodium dan
(sifilis, rubella) dideteksi dini mulai
saudara dan lainnya) asam folat, obesitas,
DM) dari masa remaja,
pranikah dan
Faktor lingkungan
Faktor sosioekonomi prakonsepsi,
(paparan ibu hamil
(kemiskinan antenatal dan pasca
terhadap pestisida,
menyebabkan
limbah B3, obat,
malnutrisi, infeksi dll) persalinan atau masa
tembakau, alkohol, dll)
neonatal (siklus
hidup)
PRIORITAS KELAINAN BAWAAN
“Terdapat ribuan kelainan bawaan → Untuk penanggulangannya, berbagai negara
menetapkan prioritas kelainan bawaan yang dicakup dalam program nasional.”
Kriteria • Mempunyai dampak besar terhadap kesehatan masyarakat.
penentuan 1
kelainan • Mudah dikenali pada saat/segera setelah lahir dengan melihat langsung atau
bawaan 2 dengan menggunakan alat sederhana namun cukup akurat.
prioritas :
• Dapat dicegah dengan melakukan upaya pencegahan primer.
3

• Diagnosis serta tindakan dini terhadap kelainan bawaan sangat berpengaruh


4 terhadap derajat kesehatan dan kualitas hidup penderitanya.

• Mempunyai potensi : i) dapat dicegah; ii) dapat dideteksi dengan mudah


5 (seperti pada kelainan mayor atau melalui skrining); dan iii) dapat dikoreksi.
8 (DELAPAN) KELAINAN BAWAAN PRIORITAS

Neural Tube Congenital


Defect (NTD) Rubella
Syndrome (CRS) Club Foot
Celah bibir dan (Congenital
langit-langit Talipes
(orofacial cleft) Equinovarus/
CTEV)
Thalasemia Hipotiroid
kongenital
Critical
Sifilis kongenital Congenital Heart
Disease-CCHD
KELAINAN BAWAAN YANG DIDUKUNG OLEH KEGIATAN
SURVEILANS
ICD-10* Kelainan bawaan Mudah Dapat Dapat ICD-10* Kelainan bawaan Mudah Dapat Dapat
dikenal dicega diperbaik dikena dicega diper-
i h i li h baiki

1. Kelainan bawaan sistem saraf


Q 05 Spina bifida +++ +++ +/- 6. Kelainan bawaan saluran gastrointestinal
Q 00.0 Anencephaly +++ +++ - Q 42.2/ Atreasia ani dengan/ +/- - +++
Q 01 Meningo/Ensefalokel +++ +++ +/- Q42.3 tanpa fistula
Q03 Hidrocephalus kongenital Q 79.2 Omfalokel +++ - +++
2. Kelainan bawaan mata
Q 12.0 Congenital cataract +/- +++ +
Q 79.3 Gastroskisis +++ - +++
3. Celah bibir dan langit-langit 7. Kelainan bawaan lainnya
Q 35 Cleft palate ++ + +++
Q 89.4 Conjoined twins +++ - ++
Q 36 Cleft lip +++ + +++
Q 37 Cleft lip and palate ++ + +++ Microcephaly
4. Kelainan bawaan genitalia dan saluran kemih
A50.9 Sifilis kongenital
Q 54 Hipospadia +++ - +++
Q 64 Epispadia +++ - +++ Q24.9 Critical Congenital Hearth
Q 56.4 Ambigous genitalia Disease
Q 64.10 Extrophy Bladder
Q 64.12 Extrophy Cloaca
5. Kelainan bawaan sistem musculoskeletal
Q 66 Talipes +++ - +++
Q 73.8 Reduction deformity +++ - -
D48.0 Teratoma sacrococcygeal?
JENIS PROGRAM SURVEILANS
Program Surveilans menurut sumber datanya:
1. Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis Populasi
meliputi kelahiran dengan kelainan bawaan yang terjadi pada
populasi yang tinggal di suatu daerah tertentu.

2. Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis Rumah Sakit


meliputi kelahiran dengan cacat bawaan yang terjadi di rumah
sakit tertentu.

3. Surveilans Sentinel Kelainan Bawaan


biasanya program surveilans jenis ini dirancang di satu atau
beberapa rumah sakit untuk mendapatkan/ mengestimasi kejadian
Kelainan Bawaan secara cepat (mendapat rapid estimate dari
kelainan bawaan pada RS tingkat tersier)
JENIS PROGRAM SURVEILANS

Jenis Surveilans yang digunakan untuk Surveilans kelainan bawaan yang


dikembangkan ini adalah Surveilans Berbasis Rumah Sakit

Berdasarkan pengumpulan datanya, Surveilans Kelainan Bawaan ini


merupakan surveilans aktif.

Di setiap RS sentinel diharapkan terdapat koordinator yang:


➢➢ Bertanggung jawab terhadap pengumpulan data kelainan bawaan.
➢➢ Bertugas mengecheck ada atau tidaknya kasus di ruang operasi, ruang
bersalin, ruang perawatan bayi (perinatal ward), dan ruang kebidanan
(melalui pencatatan oleh petugas ruangan).
➢➢ Aktif melakukan pencarian kasus di ruang-ruang tersebut secara
berkala.
SURVEILANS KELAINAN BAWAAN
• Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis RS dilaksanakan untuk mendapatkan data dasar kondisi kelainan bawaan
di Indonesia dengan tujuan menurunkan angka kejadian kelainan bawaan melalui kegiatan surveilans.

• Surveilans Kelainan Bawaan


dilaksanakan oleh RS sentinel
terpilih :
⁻ RS rujukan nasional
⁻ RS Kab/Kota dengan jumlah
persalinan tinggi (FKTP
Tingkat II)
⁻ RS yang melaksanakan
Surveilans Congenital
Rubella Syndrome (CRS)
dibawah binaan Dit SKK,
Ditjen P2P Kemenkes
⁻ RS di daerah risiko
pencemaran lingkungan
(pertambangan, pertanian
dan perkebunan yang
menggunakan pestisida di
atas ambang referensi)
PERKEMBANGAN SURVEILANS
KELAINAN BAWAAN
2016 2017-2018 2019
2015 1. Pelatihan 9
2014 Rumah Sakit
Sentinel
1. Penyusuna 2. Regional 1. Pelatihan 7 Rumah
n pedoman meeting to Sakit Sentinel
Surveilans 1. Penyusunan draft review progress 2. Regional Meeting On
Kelainan Kebijakan dan in perinatal
Integrated Surveillance
Bawaan Strategi surveillance and
Pencegahan dan prevention of And Prevention Of Birth
(SKB) 1. Sosialisasi
2. Penyusuna SKB ke Penanggulangan birth defects , Defects, Stillbirth And
n instrument Provinsi, Kelainan Bawaan July 2017 Congenital Zika Virus
/aplikasi Kab/kota dan 2. Pelatihan 6 RS 3. Regional Infection To Accelerate
SKB RS swasta sentinel Meeting on Reduction In Newborn
3. Penyusuna 2. Laporan 3. Monitoring dan Reduction Mortality, Kathmandu,
n kurikulum Feedback Evaluasi Newborn
4. Regional Network
Nepal, 9 – 11 July 2019
dan modul SKB (3x) Mortality
Meeting to Review Focused on Birth 3. Workshop Evaluasi
pelatihan 3. Monitoring
SKB dan Evaluasi
Progress on defects, India, 8- Pelaksanaan Surveilans
Newborn-birth 11 Agustus 2018 Kelainan Bawaan dan
4. Pelatihan ke 6 RS Defects Database,
13 RS yang dihadiri oleh
4. Planning Pembahasan Draft
sentinel 11 negara ASEAN. Meetings for Pedoman Pencegahan
5. Monitoring Project of Kelainan Bawaan
and Research on
Evaluation Birth Defects,
Shina, 22 – 24
Oktiber 2018
2014 2016 2017 2019
35 RS YANG TELAH DILATIH SKB
dr. Zainoel Abidin

H Adam
Malik
dr. Pirngadi Prof. dr.
Kandou

Kota RSUD Chasan


Kota Dumai
Balikpapan Boesoirie
RSUD M.
Natsir
dr.
Pariama Mohammad Undata Jayapura
n Hoesin
RSUD Moch.
Ansari Saleh
dr. M Djamil
RSUD Sele
dr. Kariadi
Besolu
RSUD RSUD
Lebak Kab. dr. Soetomo
Pandeglang Brebes
dr. Saiful
dr. Cipto M
Anwar
Harapan Kita dr. Wahidin S
Hermina Jatinegara RSUD Prof. Dr
RSUD
Budi Kemuliaan WZ Johannes
Bunda Menteng
Cibinong

dr. Sardjito
dr. Hasan Sadikin Patut Patuh
Wates Sanglah NTB Prov. Patju
KASUS KELAINAN BAWAAN DI INDONESIA

Diagnosis Kelainan Bawaan 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Grand Total
Abdominal Wall Defects 13 36 38 35 56 46 26 38 9 297
Atresia Ani 6 19 26 22 37 20 26 36 4 196
Congenital Cataract 3 3 1 2 1 1 11
Conjoint Twins 8 12 4 8 4 6 12 11 65
Hypospadia/Epispadia 3 12 7 14 6 14 8 8 72
Microcephaly 6 14 8 6 7 9 50
Neural tube defect 17 42 36 42 42 28 31 39 8 285
Orofacial Cleft 21 37 42 50 58 37 45 41 13 344
Reduction Defects of Limbs 1 3 3 1 2 1 1 12
Talipes Equinovarus 22 41 43 55 75 37 49 32 5 359
Grand Total 91 205 208 241 289 197 205 215 40 1691
Jumlah Kasus Jumlah Kelainan Bawaan per Tahun yang Dilaporkan
Nama RS
sesuai Kriteria SKB 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah RS Budi Kemuliaan


RS Bunda
179
6
15
2
15
2
25
1
21
1
40 24 17 6 16

RS Hermina 28 2 9 4 3 2 5 3
RS Sentinel RSAB Harapan Kita
RSUD Berkah
288
8
12 32 15 12 28 28
2
137
2
9
1
15
3

Yang Melapor RSUD Brebes


RSUD Cibinong
64
8
18 11 8
3
10
1
7 10
4
(Sep 2014 – Des 2022) RSUD Dr H Moch Ansari Saleh 10 6 4
RSUD Dr Soetomo 128 6 17 6 10 26 8 22 16 17
RSUD Dr. Adjidarmo 31 5 1 3 8 14
RSUD dr. H. Chasan Boesoirie 5 1 1 3
Terdapat penurunan RSUD dr. Pringadi 20 9 6 3 1 1
RSUD Dr. Saiful Anwar 16 11 5
laporan jumlah kasus RSUD Dr. Zainoel Abidin
RSUD Kota Balikpapan 32 6 1 7 10 4 4
Kelainan Bawaan dari RS RSUD Kota Dumai 3 3
sentinel khususnya tahun RSUD Pariaman 11 6 5
RSUD Patut Patuh Patju 8 3 2 3
2021 - 2022 RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes 2 2
RSUD Prov. NTB 19 8 6 3 2
RSUD Undata 12 5 2 1 4
RSUD Wates 74 6 15 15 18 7 13
RSUDÂ Sele Be Solu 7 2 5
RSUP Dr Hasan Sadikin 158 4 20 21 30 25 15 2 19 22
RSUP Dr Kariadi 249 5 21 21 10 47 29 40 53 23
RSUP Dr M Djamil 31 2 2 6 3 2 16
RSUP Dr Sardjito 62 5 24 10 5 3 15
RSUP Dr Wahidin Sudiro Husodo 89 3 13 12 11 8 9 11 12 10
RSUP dr. Mohamad Hoesin 64 8 7 16 7 2 14 10
RSUP H Adam Malik 9 1 1 3 4
RSUP Prof. dr. RD Kandou 4 1 3
RSUP Sanglah 110 2 8 21 14 11 17 17 14 6
RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo 47 26 15 6
Jumlah Kasus 1782 82 178 177 218 254 188 289 195 201
Jumlah RS yg Melapor 11 12 18 25 19 17 18 21 20
Kelengkapan Data Denumerator per Tahun
No Nama RS
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Kelengkapan 1 RS Budi Kemuliaan 24 24 24 24 20 24 24 24 20
2 RS Bunda 24 24 24 12 24 22 24 0 0
Data Denominator 3 RS Hermina 22 24 22 24 24 24 24 24 20
4 RSAB Harapan Kita 24 20 24 24 24 10 0 0 0
5 RSUD Dr Soetomo 24 24 24 24 24 2 0 24 22
6 RSUP Dr Hasan Sadikin 24 24 24 24 24 24 24 24 24
7 RSUP Dr Kariadi 24 24 24 24 24 10 24 24 24
8 RSUP Dr M Djamil 6 24 24 24 24 24 24 24 0
9 RSUP Dr Sardjito 4 24 24 24 24 24 24 24 24
RS Sentinel 10 RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo 24 24 24 24 24 24 24 24 22
11 RSUP H Adam Malik 20 24 24 12 24 24 24 22 0
Yang Melaporkan 12 RSUP Sanglah 24 18 12 24 0 0 0 0 0
13 RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo 24 24 12 6 0 0 0 0 0
Jumlah Lahir Hidup 14 RSUD dr. Pringadi 24 24 0
dan Lahir Mati 15
16
RSUD Pariaman
RSUD Prov. NTB
24
12
24
12
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17 RSUD Wates 24 24 24 24 24 24 0
18 RSUP dr. Mohamad Hoesin 12 24 14 24 24 24 20
19 RSUP Prof. dr. RD Kandou 8 24 0 0 0 0 0
20 RSUD Brebes 24 24 24 24 24 24
21 RSUD Dok2 Jayapura 4 0 0 0 0 0
22 RSUD Dr Adjidarmo, Lebak 12 0 0 0 0 12
23 RSUD Dr Saiful Anwar 18 12 0 0 0 0
24 RSUD Dr. Zainoel Abidin
25 RSUD Kota Balikpapan 24 24 24 24 24 24
26 RSUD Kota Dumai 0 0 0 0 0 0
27 RSUD Patut Patuh Patju 8 0 24 24 24 14
28 RSUD Undata 24 24 0 24 24 0
29 RSUD Berkah, Pandeglang
30 RSUD Cibinong 4 24
31 RSUD Dr H Moch Ansari Saleh 24 24 16 0
32 RSUD dr. H. Chasan Boesoirie 20 24 24 16
33 RSUD M.Natsir, Solok
34 RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes
35 RSUD Sele Be Solu 24 24 24 0
PENUTUP
KESIMPULAN

1 Kelainan bawaan menyumbang penyebab kematian neonatal yang cukup besar

2 Kesehatan neonatal dipengaruhi oleh kesehatan ibu pada masa hamil

Terdapat 8 kelainan bawaan prioritas dalam pencegahan dan


3 penanggulangan kelainan bawaan

Pencegahan dan tatalaksana kelainan bawaan dilakukan secara berjenjang


4 mulai dari tingkat primer sampai dengan rujukan

Perlu Kerjasama semua pihak (lintas program, lintas sektor, Organisasi Profesi,
5 tenaga kesehatan, ormas, LSM, masyarakat) dalam penurunan kematian ibu dan
bayi serta peningkatan status gizi ibu dan balita
Harapan
1. Peningkatan dukungan RS untuk pelaksanaan surveilans kelainan bawaan
2. Peningkatan pencatatan pelaporan kasus kelainan bawaan oleh RS sentinel /
terlatih Surveilans Kelainan Bawaan melalui Ina-Registry
3. Pelaporan jumlah kelahiran (lahir hidup dan lahir mati) di RS sentinel/terlatih SKB
yang akan digunakan sebagai denominator dalam analisa data
4. Analisa data dapat dilaksanakan dan dimanfaatkan untuk kebijakan dan strategi
penurunan kematian bayi dan neonatal di Indonesia
Pedoman Surveilans
Kelainan Bawaan berbasis Buku Informasi Kelainan
RS Bawaan
Kurikulum dan Modul
Surveilans Kelainan
Bawaan berbasis RS

Laporan Umpan Balik dari Kemenkes ke


RS yang melaksanakan Surveilans
Kelainan Bawaan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai