Anda di halaman 1dari 67

LANGKAH PENGENDALIAN &

UPAYA PERCEPATAN
PENURUNAN AKI & AKB
DI INDONESIA
Soerjo Hadijono dr SpOG(K) DTRM&B(Ch)
Kepala Bagian Obstetri Ginekologi Fak Kedokteran Univ. Diponegoro Semarang
Master Trainer Nasional Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi
Kolegium Obstetri & Ginekologi
TARGET SUSTAINED DEVELOPMENT GOALS
CALON INDIKATOR DATA ACUAN TARGET RPJMN & RENSTRA 2015- DATA ACUAN TARGET SUMBER
(UN Statistics, Nov 2015) 2030 2019 2019
3.1. Pada 2030, mengurangi Angka Kematian Ibu hingga dibawah 70 per 100,000 kelahiran hidup
3.1.1 Kematian ibu per 359/100,000 70/100,000 RPJMN 2015-2019:Angka 346/100,000 306/100,000 Direktorat
100,000 kelahiran hidup KH (SDKI, KH Kematian Ibu per 100,000 KH (SP, 2010) KH Bina
2012) kelahiran hidup Kesehatan
3.1.2 Proporsi kelahiran 86.8% Proporsi kelahiran yang 86.89 % Ibu,
ditolong oleh tenaga (Susenas, ditolong tenaga kesehatan (Susenas, Kemkes RI
kesehatan terampil 2014) terampil 2014)
K/L terkait:
RENSTRA KemKes RI 2015- 70.4 % (Dit 85 % BKKBN,
2019: Persalinan di Fasilitas Bina (Dit Bina Kemen PP
Pelayanan Kesehatan (FP) Kesehatan Kesehatan dan PA
Ibu) Ibu
CALON INDIKATOR DATA ACUAN TARGET RPJMN & RENSTRA 2015- DATA ACUAN TARGET SUMBER
(UN Statistics, Nov 2015) 2030 2019 2019
3.2 Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Perinatal setidaknya 12 per 1,000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita 25 per 1,000 KH
3.2.1 Angka Kematian Balita 40/1,000 KH 25/1,000 KH RPJMN 2015-2019:Angka 32/1,000 KH 24/1,000 Direktorat
per 1,000 kelahiran hidup (SDKI, 2012) Kematian Bayi per 1,000 (SDKI, 2012) KH (SDKI, Bina
kelahiran hidup 2012) Kesehatan
3.2.2 Angka Kematian 19/1,000 KH 12/1,000 KH RPJMN 2015-2019: (tidak 19/1,000 KH Target Ibu, Kemkes
Neonatal per 1,000 kelahiran (SDKI, 2012) ada) (SDKI,2012) 2025: RI
hidup Renstra 2015-2019: (tidak 9/1,000 KH
ada) (SDKI) K/L terkait:
INDONESIA NEONATAL BKKBN,
ACTION PLAN 2025 Kemen PP
Angka Kematian Neonatal dan PA
per 1,000 kelahiran hidup
ANALISIS MASALAH
MASALAH DALAM AKSELERASI PENURUNAN
ANGKA KEMATIAN MATERNAL
(Kemkes RI, 2017)
• 75% kematian maternal terjadi pada persalinan dan 48 jam
pasca persalinan, 58% kematian neonatal pada 48 jam pasca
persalinan
• Hanya ada 3 keadaan: perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), infeksi (6%), yang berperan pada 61% dari
semua kematian maternal.
• Deteksi dini komplikasi yang belum sesuai.
• Kerjasama tim yang belum “solid”
• Masalah keterbatasan dan distribusi sumber daya manusia
merupakan hambatan yang paling umum dilaporkan, diikuti oleh
isu-isu motivasi yang rendah dari petugas kesehatan.
• Ketidaktersediaan petugas kesehatan dalam 24 jam, kekurangan
dan tingginya angka ketidakhadiran petugas kesehatan.
• Ketersediaan obat esensial, peralatan dan darah, terutama pasokan
dan distribusi obat-obatan dan peralatan yang tidak memadai.
• Kurangnya pasokan darah yang aman untuk transfusi.
• Pedoman klinis yang tidak memadai atau lingkungan kebijakan
yang buruk.
• Isi pedoman klinis nasional serta diseminasi dan pelaksanaan
pedoman klinis yang tidak memadai.
• Tidak semua rumah sakit memiliki ICU yang memadai dan kamar
operasi yang melakukan pelayanan bedah secara teratur atau
tidak dapat diakses 24/7 jam/hari.
• Apabila kondisi ibu diidentifikasi memerlukan perawatan yang
lebih canggih, penyedia layanan kesehatan kadang-kadang tidak
dapat, atau lebih buruk, tidak mau melakukan rujukan.
• Komunikasi dan stabilisasi kasus rujukan yang belum sesuai.
• Rujukan balik yang belum dilakukan.
ANALISIS KONTRIBUTOR ANGKA KEMATIAN IBU
(EMAS, 2014)

PROVIDER BEHAVIOUR
36%

TIM WORK 13%

ORGANIZATIONAL & MANAGEMENT FAILURE 10%

KARAKTERISTIK PASIEN DAN MASYARAKAT


23%
0% 5%
10% 15%
20% 25%
30% 35%
40%
ANALISIS AKAR MASALAH
(EMAS, 2014)

KARAKTERISTIK PASIEN DAN MASYARAKAT ORGANIZATIONAL & MANAGEMENT FAILURE

Grande Multi para 17% hambatan OK 24 jam 0%

Tidak melakukan pemeriksaan kehamilan 0% hambatan ketersediaan ICU 0%

menolak dirujuk 50% hambatan ketersediaan darah 0%

ditolong dukun 17% terlambat merujuk 50%

terlambat mencari pertolongan 33% rujukan berlapis 0%


0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
ANALISIS AKAR MASALAH
(EMAS, 2014)

TEAM WORK PROVIDER BEHAVIOUR

Tidak dilakukan stabilisasi prarujukan 25% Tidak dilakukan stabilisasi prarujukan 25%

masalah dengan monitoring pasien 20%


tindakan terlambat 40%
kesulitan menghubungi spesialis lain 0%
pengambilan keputusan klinik tidak tepat 60%
kesulitan menghubungi Anestesi 20%

kesulitan menghubugi Obgyn 0% masalah dengan monitoring pasien 20%

0% 5% 10%15%20%25%30% 0% 20% 40% 60% 80%


200

180 188 186


PROPINSI JAWA TENGAH
160
159 156
ANGKA KEMATIAN IBU / 100.000 KH
149 149
140 143 141
137 136
130 129 128
120 125 123
121 120 117
115
108 108 106
ANGKA KEMATIAN IBU

100 103 101 101

80 89 88 88
84
75
60 69
56
52
40 48

20 27

0
I I I
N
G JO ES AN A L AL AN AL GA NG IR NG RA AR AL NG AT US EN RA AK NG AN AS NG EN AP BO EJO EN NG RA TA NG
G
A
L A TI
R B
A R E O G N D O L N G E G N G L A O G R A L O N Y E G R A P U D A G G A E M T A N G U M B A A T A C SO O R U M L A PA A R G U
E A H B OB KE OY LO A T LI MA ON A B A T A K SR E D A O Y M KL IL O W B GE JE AK G
G AL K O G N B L N E C N R E
A S R A
B K A O T B PE W S E M N M R A A R O U K A R AN
M A SU G R A . SE JA K B W P M U
S EM
TA O
T PE K PU TA A
R
A
B A
N P E
A T
T
K
O K K
O K K B TA O
O K
K
AKI Jawa Tengah
(sampai dengan bulan September 2015)
180
160 156.1 159.06
149.4 148.81
140 137.17 141.06 142.81
130.13 135.78
128.05
120 117
100.6 106
100
88.03
80
60
52
40 35 33 33 32 29 26 23 22 22 21 21
20 20 20
0

Absolut Column1
AKI Jawa Tengah
(sampai dengan bulan September 2015)
120

100 100.6
88.75
84.33 88.03 88.22
80
75.36
68.1
60
55.69
48.34 52.09
40
27.37 26 29
20
11 14 11 15
10 7 8
3 5
0
u ng arta ara ang e n
e jo
ob o
cap
te n
ang as
p el r um
ngg rak Je g bum wo nos
Cila Kla
m
b y
a ur Wo an
m
a Su Kab M K e
P ab Kab Re B
Te ab ab ab K ab
b K K K Kab
Kab K Kab
Ka

Absolut Column1
PERBANDINGAN AKI ABSOLUT TRIWULAN II 2015 DAN 2016
36

TW II 2016 = 366 TW II 2015 = 295

22 22 22

17 17
16 16
15
14 14
13 13
12 12 12 12 12 12
11 11 11 11
10 10 10 10 10 10 10
9 9 9 9 9 9 9
8 8 8 8
7 7
6 6 6 6 6 6 6
5 5 5 5 5
4 4
3 3 3 3
2 2 2 2 2
1
0
ANALISIS INTERVENSI
Beberapa intervensi yang harus dilaksanakan berdasarkan pada analisis
Audit Maternal Perinatal (AMP) diantara Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat 1, 2 dan 3
PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA

1 2 3
• Deteksi dini • Diagnosis
• Diagnosis • Fasilitas Intensive
• Stabilisasi
• Stabilisasi rujukan care
• Prosedur tetap
• Prosedur tetap • Komunikasi
• Perawatan ICU
• Penyediaan obat rujukan & rujukan
• Komunikasi rujukan & balik
• Puskesmas PONED rujukan balik
• Komunikasi rujukan
PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA
• Kesadaran masyarakat
• Pembiayaan
• Tren kejadian pada masa nifas
• Kejadian Edema pulmonum pada Eklampsia
menyebabkan perawatan kasus Preeklampsia Berat dan
terutama Eklampsia memerlukan Pelayanan Kesehatan
Tingkat 3 (Intensive Care Unit)
PERDARAHAN

1 •
2
Stabilisasi rujukan • Diagnosis
• Prosedur tetap • Pengawasan
• Kerjasama tim • Prosedur tetap
• Puskesmas PONED • Manajemen tim
• Komunikasi • Stabilisasi rujukan
rujukan
PENYAKIT LAIN
(khususnya penyakit jantung)

1 2 3
• Diagnosis • Fasilitas Intensive
• Deteksi dini
• Pengawasan care
• Rujukan
• Prosedur tetap • RUJUKAN BALIK
RECOGNITION
RECOGNITION or
or
EARLY
EARLY DETECTION
DETECTION REFERRAL RESPONSIVENESS

STABILIZATION
STABILIZATION
FAKTOR RESIKO
PREEKLAMPSIA / EKLAMPSIA
Faktor maternal
Inheren  Umur ibu < 20 atau 35–40  Diri / Kel. dengan riwayat
tahun PE/E atau penyakit
 Nulliparitas kardiovaskular
 Wanita yang terlahir PJT
Kondisi medis  Obesitas  APS
 Hipertensi Kronik  Peny Jaringan Ikat (SLE dsb)
 Penyakit Ginjal kronis  Thrombophilia
 DM (IR, type 1, danGDM)  Stress
Kehamilan  Kehamilan majemuk  Mola Hydatidosa
spesifik  Oocyte donation  Hydrops fetalis
 UTI  Anomali Struktural
 Janin dengan kelainan
FAKTOR RESIKO
PREEKLAMPSIA / EKLAMPSIA

Faktor paternal
Paparan  Barrier contraception
dengan semen  Pertama kali menjadi ayah
& sperma  Donor insemination
terbatas
Kondisi medis  Suami dengan riwayat preeklampsia / eklampsia dengan
pasangan terdahulu

Lancet 2001; 357: 209–15


FAKTOR RESIKO
PERDARAHAN POSTPARTUM

Faktor Risiko Ante partum:


• Riwayat PPH sebelumnya atau plasenta manual
• Solusio plasenta, terutama jika tidak terdeteksi
• Kematian fetus intrauterine
• Plasenta previa, akreta, inkreta dan perkreta
• Hipertensi dalam kehamilan dengan proteinuria
• Regangan berlebihan pada uterus (mis.
Makrosomia, Gemelli, Polihidramnion)
• Kelainan perdarahan sebelum kehamilan (mis. ITP)
FAKTOR RESIKO
PERDARAHAN POSTPARTUM

Faktor resiko Intrapartum


• Persalinan operatif – SC atau persalinan
pervaginam dengan alat
• Persalinan lama
• Persalinan cepat
• Induksi atau augmentasi
• Korioamnionitis / Infeksi
• Distosia bahu
• Koagulopati yang didapat (mis. HELLP, DIC)
FAKTOR RESIKO
PERDARAHAN POSTPARTUM

Faktor resiko Postpartum


• Laserasi atau episiotomi
• Retensi plasenta / plasenta abnormal
• Ruptura uteri
• Inversio uteri
• Koagulopati yang didapat (mis. DIC)
KEGIATAN AUDIT MATERNAL PERINATAL
PROPINSI JAWA TENGAH
Kegiatan AMP dilakukan dalam upaya melakukan Bimbingan Teknis
terhadap Kabupaten/Kota oleh Tim AMP Propinsi Jawa Tengah
KEGIATAN AUDIT MATERNAL PERINATAL PROPINSI JAWA TENGAH 2014
Kab. Purbalingga 9 Agustus 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Boyolali 18 Agustus 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Klaten 19 Agustus 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Sragen 4 Sept 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kota Surakarta 13 Sept 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kab. Demak 18 Sept 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Kudus 18 Sept 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kab. Jepara 25 Sept 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kab. Pati 25 Sept 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Grobogan 30 Sept 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Pekalongan 2 Okt 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kab. Pemalang 2 Okt 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Tegal (1) 13 Nov 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Brebes(1) 9 Okt 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Brebes(2) 6 Nov 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kab. Wonogiri 16 Okt 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kab. Magelang 16 Oktober 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Cilacap (1) 23 Oktober 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Cilacap (2) 13 Nov 2014 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kota Semarang (1) 15 Sept 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kota Semarang (2) 13 Oktober 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kota Semarang (3)  6 Nov 2014 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
KEGIATAN AUDIT MATERNAL PERINATAL PROPINSI JAWA TENGAH 2015
Kab. Cilacap 14 Agutus 2015 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Banyumas 13 Agustus 2015 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Banjarnegara 15 Agustus 2015 dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kab. Grobogan dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
6 Agustus 2015
Kab. Pati dr. Putri Sekar Wiyati, SpOG(K)
Kab. Kendal dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
11 Agustus 2015
Kab. Batang dr. Putri Sekar Wiyati, SpOG(K)
Kab. Pekalongan dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
30 Juli 2015
KabPemalang dr. Putri Sekar Wiyati, SpOG(K)
Kab. Tegal dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
3-Sep-15
Kab. Brebes dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, SpOG(K)
Kota Semarang 18 Agustus 2015 dr. Putri Sekar Wiyati, SpOG(K) 
Kota Magelang 1-Sep-15 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
KEGIATAN AUDIT MATERNAL PERINATAL PROPINSI JAWA TENGAH 2016
UNTUK DAERAH DENGAN RISIKO TINGGI KEMATIAN IBU / BAYI
Kota Pekalongan 18 Agustus 2016 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Pemalang 30 Agustus 2016 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Sukoharjo 23 Agustus 2016 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Boyolali 25 Agustus 2016 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
Kab. Blora  terjadwal  
Kab. Rembang  terjadwal  
Kab. Semarang 11 Agustus 2016 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)

Kota Salatiga 8 September 2016 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)


Kab. Tegal 15 September 2016 dr. R. Soerjo Hadijono, SpOG(K)
POLA PEMIKIRAN IMPROVEMENT COLLABORATIVE

POLINDES MANAJEMEN PUSKESMAS

PONEK 24
JAM
ASUHAN PERSALINAN
NORMAL KAB/KOTA ASUHAN PERSALINAN
NORMAL
+ RESUSITASI PONED
MTBS, MTBM

ASUHAN PERSALINAN RS KAB/KOTA


NORMAL
PONEK
MTBS, MTBM
IN-DEPTH ANALYSIS
AMP KOTA SEMARANG
Kotamadya Semarang dinyatakan sebagai Pilot Project Intervensi
Akselerasi Penurunan AKI/AKB dengan melakukan In-depth Analysis
Audit Maternal Perinatal
2015 September
2016
Sasaran ibu hamil 29,490 29,841
Sasaran Ibu hamil Resiko Tinggi 5,898 (20 %) 5,968 (20 %)
Hasil pendampingan Ibu hamil 13,610 (46.2 %) 11,568 (38.7 %)
Resiko Tinggi
DATA KOTA SEMARANG
(sampai dengan bulan September 2015)

• Dalam upaya untuk mencari penyebab penyerta kematian


maternal disamping upaya kuratif, dilakukan in-depth analysis
dan analisis epidemiologis kasus kematian maternal.
• Dari data Kota Semarang sampai dengan bulan September
2015 didapatkan beberapa kenyataan bahwa apabila jumlah
kematian diperbandingkan dengan jumlah ibu hamil risiko
tinggi, maka usia ibu > 35 tahun, jarak kehamilan < 2 tahun
serta jumlah anak > 3 tetap merupakan faktor yang ikut
berperan untuk meningkatkan kematian maternal.
Indikator Kesehatan
KOTA SEMARANG 2011-2015

350
314
300 293

251 253
250
229

200

150
119 122 128
108
100
77.1777.1877.1877.18 80

50 31 33 35
22 29
12 10 9 9 8
0
0

2011 2012 2013 2014 2015


Tabel 1
Kematian maternal berdasarkan kelompok umur tahun
2015
Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah ibu risiko
kematian ibu tinggi
Kelompok
umur   ibu 
kematian % hamil kematian %
ibu risti ibu
< 20 tahun 2 6.45 1,163 2 0.17
20 – 35 tahun 24 64.51 9,545 24 0.25
> 35 tahun 9 29.03 2,902 9 0.31
  35   13,610    
Tabel 1
Kematian maternal berdasarkan kelompok umur tahun
2016
Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah ibu risiko
kematian ibu tinggi
Kelompok
umur   ibu 
kematian % hamil kematian %
ibu risti ibu
< 20 tahun 0 0 831 0 0
20 – 35 tahun 17 56.0 8,459 17 0.20
> 35 tahun 13 44 2,278 13 0.57
  30   11,568    
Tabel 2
Kematian maternal berdasarkan jumlah anak tahun
2015

Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah ibu risiko


kematian ibu tinggi

Jumlah anak
  ibu 
kematian % hamil kematian %
ibu risti ibu
<4 30 85.71 13,260 30 0.23
>4 5 14.29 350 5 1.43
  35   13,610    
Tabel 2
Kematian maternal berdasarkan jumlah anak tahun 2016

Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah ibu risiko


kematian ibu tinggi

Jumlah anak
  ibu 
kematian % hamil kematian %
ibu risti ibu
<4 22 73 11,326 22 0.19
>4 8 27 242 8 3.3
  30   11,658    
Tabel 3
Kematian maternal berdasarkan jarak kelahiran 2015

Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah ibu risiko


kematian ibu tinggi

Jarak kelahiran
 
%  ibu %
kematian kematian
hamil risti
ibu ibu

Primi & < 2 16 45.71 1,443 16 1.1


tahun
< 2 tahun 12 34.28 4,353 12 0.27
> 2 tahun 7 20.01 7,814 7 0.08
  35   13,610    
Tabel 3
Kematian maternal berdasarkan jarak kelahiran 2016

Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah ibu risiko


kematian ibu tinggi

Jarak kelahiran
 
%  ibu %
kematian kematian
hamil risti
ibu ibu

Primi & < 2 11 37 1,847 11 0.59


tahun
< 2 tahun 9 30 6,945 9 0.13
> 2 tahun 10 33 2,776 10 0.36
  30   11,568    
Tabel 4
Kematian maternal berdasarkan tingkat pendidikan
tahun 2015
Berdasarkan jumlah
Berdasarkan jumlah ibu risiko tinggi
kematian ibu

Pendidikan
 kematian %  ibu hamil  kematian %
ibu dengan risti ibu

SD 2 5.71 1,102 2 0.18


SMP 6 17.14 2,274 6 0.26
SMA 21 60.01 8,325 21 0.25
D3 / S1 6 17.14 1,910 6 0.31
  35   13,610    
Tabel 4
Kematian maternal berdasarkan tingkat pendidikan tahun
2016
Berdasarkan jumlah
Berdasarkan jumlah ibu risiko tinggi
kematian ibu

Pendidikan
 kematian %  ibu hamil  kematian %
ibu dengan risti ibu

SD 3 0.3 998 3 0.3


SMP 4 0.17 2,140 4 0.18
SMA 18 2.18 5,483 18 0.32
D3 / S1 5 0.26 2,947 5 0.17
  30   11,658    
• Tingkat pendidikan ibu dengan kematian maternal didapatkan
pada pendidikan SD, SMA, D3/S1 memberikan gambaran
bahwa ibu hamil/bersalin tingkat pendidikan ini belum
memiliki pengetahuan yang cukup tentang risiko kehamilan
dan persalinan.
DATA UNMET NEED KOTA SEMARANG TAHUN 2015 & 2016 (%)
Kota Semarang 11.2
10.97

Candisari 10.83
14.06

Banyumanik 6.87
8.08

Tembalang 12.51
13.39

Pedurungan 8.8
9.12

Gajahmungkur 9.44
9.74

Ngaliyan 8.8
11.33

Gayamsari 9.03
10.01
2016
Tugu 12.63 2015
10.66

Mijen 12.11
13.03

Gunungpati 10.8
13.33

Genuk 9.79
11.39

Semarang Utara 12.35


13.07

Semarang Tengah 9.69


10.53

Semarang Barat 12.72


13.73

Semarang Selatan 13.5


15.76

Semarang Timur 12.75


13.94

0 2 4 5% 6 8 10 12 14 16 18
• Tingginya kasus unmet need memberikan gambaran masih
rendahnya tingkat pelayanan kontrasepsi di kota besar seperti
Kotamadya Semarang, yang memiliki jumlah sarana dan
petugas kesehatan mencukupi.
• Bagaimanapun keadaan ini menunjukkan bahwa apabila ibu
hamil yang sebenarnya tidak menghendaki adanya kehamilan
mendapatkan kontrasepsi, maka niscaya mereka tidak akan
masuk dalam risiko terjadinya kematian maternal.
PREVENTIVE
PREVENTIVE &
& RECOGNITION
RECOGNITION or
or
PROMOTIVE
PROMOTIVE EARLY
EARLY DETECTION
DETECTION REFERRAL RESPONSIVENESS

STABILIZATION
STABILIZATION
PENYEBAB KEMATIAN DAN FASE KETERLAMBATAN 2015
(Kota Semarang)

FASE KETERLAMBATAN
PENYEBAB TOTAL
KEMATIAN Tidak 1 3 1 dan 3 2 dan 3
terlambat
Preeklampsia /
Eklampsia 3 (18,8%) 1 (6,2%) 8 (50%) 3 (18,8%) 1 (6,2%) 16 (100%)
Perdarahan 0 (0%) 0 (0%) 7 (87,5%) 1 (12,5%) 0 (0) 8 (100%)
Infeksi 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%)
Lain-lain 3 (30%) 1 (10%) 6 (60%) 0 (0%) 0 (0%) 10 (100%)
JUMLAH 6 (17,1%) 2 (5,7%) 22 (62,8%) 4 (11,4%) 1 (2,9%) 35 (100%)
PENYEBAB KEMATIAN DAN MASALAH TEMPAT FASKES 2015
(Kota Semarang)

MASALAH TEMPAT FASILITAS KESEHATAN


PENYEBAB Tidak
berma- TOTAL
KEMATIAN salah BPM BPM &RS UGD ICU Bangsal Poli VK

Preeklampsia 4 1 2 2 3 2 2 0 16
/eklampsia (25%) (6,2%) (12,5%) (12,5%) (18,8%) (12,5%) (12,5%) (0%) (100%)
0 2 1 1 0 1 0 3 8
Perdarahan (0%) (25%) (12,5%) (12,5%) (0%) (12,5%) (0%) (37,5%) (100%)
0 0 0 0 0 0 0 1 1
Infeksi
(0%) (0%) (0%) (0%) (0%) (0%) (0%) (100%) (100%)
4 1 0 0 2 3 0 0 10
Lain-lain (40%) (10%) (0%) (0%) (20%) (30%) (0%) (0%) (100%)
8 4 3 3 5 6 2 4 35
JUMLAH
(22,8%) (11,4%) (8,67%) (8,67%) (14,3%) (17,1%) (11,4%) (11,4%) (100%)
Fasilitas Pelayanan PONED – PONEK Kota Semarang
(RUJUKAN VERTIKAL-HORIZONTAL)

RS PONEK :

1. RSUP Dr. Kariadi


2. RSUD Tugu 5
A
3. RSUD Kota Semarang 4
4. RS Citarum (Pantiwilasa)
6
5. RSI Sultan Agung
1 B
6. RS Telogorejo
F 2
7. RS Elisabeth
E 7
Puskesmas PONED :
3
A. Puskesmas Bangetayu
B. Puskesmas Halmahera C
C. Puskesmas Ngesrep
D
D. Puskesmas Gunungpati
E. Puskesmas Mijen
F. Puskesmas Mangkang
• Human resource issues were the most common barriers
reported across the literature
• the greatest problems relate in one way or another to training of
personnel
• educational opportunities for health workers were overwhelmingly
deficient due to the absence of continuing education programs,
adequate formal training and a habit of self-learning, as well as
poor access to up-to-date educational resources
• The next most cited barriers were staff shortages,
referenced in 26 articles, followed by staff motivation issues.
• Staff were variously identified as overworked and
underpaid; misusers of limited health resources for private
practice; lacking motivation to change the way they
practise and down-right dishonest.
• Motivation levels often affected the availability of staff.
Both doctors and midwives were found to be more
motivated by their private practices, with low wages and
poor conditions incentivising staff to work elsewhere,
often in cities rather than rural communities
• 24-hour availability of staff was inadequate. Staff
shortages and absenteeism almost certainly contributed
towards cases of sub-optimal supervision and high
workloads.
• Issues relating to the availability of essential drugs,
equipment and blood. Lack of safe blood supplies for
transfusion.
• Inadequate clinical guidelines or poor policy environment
as a factor contributing to sub-standard maternal care in
the population
• Poor hospital infrastructure was identified in 25 articles
and the most frequent barrier explicitly reported within
this category was a shortage of power and/or water.
• Orji et al. concluded that the major factor causing delay to
treatment is theatre-related.
• It is alarming that even when conditions are identified that
require more sophisticated care, providers are sometimes
unable to, or worse, unwilling to arrange referrals.
• Patient-side barriers contributed to maternal deaths once
women reach a medical facility.
UPAYA PROMOTIF PREVENTIF
Maternal deaths averted by
contraceptive use: an analysis of
172 countries
Saifuddin Ahmed, Qingfeng Li, Li Liu, Amy O Tsui
Lancet 2012; 380: 111–25 Published Online July 10, 2012
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(12)60478-4
Family planning directly reduces the number of maternal
deaths because it
• reduces the chance of pregnancy and the associated
complications (exposure reduction),
• lowers the risk of having an unsafe abortion (vulnerability
reduction),
• delays first pregnancy in young women who might have
premature pelvic development, and
• reduces hazards of frailty from high parity and closely
spaced pregnancies.
• Without contraceptive use, the number of maternal
deaths would have been 1 - 8 times higher (equivalent to
614 000 deaths) than with contraceptive use, which means
that contraceptive use averted 44.3% of maternal deaths
(272 040 of 614 000) or 38 maternal deaths for every
100,000 reproductive-age women using contraceptive
methods every year.
• In regions where contraceptive prevalence rates were high
(>65%), the proportion of maternal deaths averted was
almost 60%.
TAKE HOME MESSAGE
• Upaya akselerasi penurunan AKI harus dilakukan oleh
semua komponen kesehatan maupun masyarakat.
• Ketersediaan tenaga Spesialis Obstetri Ginekologi saja
tidak cukup untuk menimbulkan pengaruh yang bermakna
terhadap akselerasi penurunan angka kematian maternal.
• Harus tersedia tim yang lengkap (minimal spesialis
obstetri, anestesi, dan perinatologi) untuk dapat
menyelesaikan komplikasi kehamilan dan persalinan dalam
bentuk ketersediaan tenaga ahli, sarana dan perlengkapan
medis yang memadai.
• Oleh karena sebagian besar atau hampir semua kematian
maternal disebabkan oleh adanya kehamilan, maka upaya
untuk merencanakan dan mencegah kehamilan yang
tidak perlu menjadi salah satu langkah kongkrit yang
secara pasti akan menyebabkan penurunan secara
bermakna kematian ibu.
• Kemampuan deteksi dini komplikasi kehamilan dan
persalinan akan menjadi pemicu kesiagaan sistim rujukan,
terutama apabila diikuti dengan adanya komunikasi yang
baik diantara komponen mata rantai rujukan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal.
• Pelayanan rumah sakit PONEK tidak hanya meliputi
pelayanan kegawatdaruran obstetri, fungsi utamanya
adalah memiliki kemampuan pembinaan wilayah, rujukan
dan perbaikan/pengembangan kerjasama pelayanan
PONED/PONEK.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai