Anda di halaman 1dari 41

Strategi Pemenuhan Gizi

Untuk Pencegahan Stunting

dr. Dina Noerlaila Hadju, Sp.GK


FKIK UMGo
2024
PENDAHULUAN

Pertumbuhan adalah aspek


penting Kesehatan anak
Stunting adalah masalah serius di
Indonesia
Data UNICEF (2013)  Indonesia
peringkat ke-5 stunting di dunia
RISKESDAS (2018)  prevalensi
pendek dan sangat pendek 30%
PROPORSI STATUS GIZI SANGAT PENDEK DAN PENDEK (STUNTING)
PADA BALITA MENURUT PROVINSI, 2019

STUNTING
merupakan masalah
multidimensional
yang perlu diselesaikan
secara multisektoral
Sumber: SSGBI 2019

5 PILAR PENANGGULANGAN
STUNTING
1. Komitmen dan Visi
Kepemimpinan
2. Kampanye Nasional dan Sensitif
Perubahan Perilaku
3. Konvergensi Program 260 2021 460 2023 514
Pusat, Daerah dan Desa 360 kab/kota 514 Stunting
kab/kota kab/kota
4. Konvergensi Program INTERVENSISpesifik kab/kota kab/kota
Pusat, Daerah dan Desa 2020 2022 2024
5. Pemantauan dan Enabling
Evaluasi
Factor
KAB/KOTA PRIORITAS
TANTANGAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
2020
2020 2021
2021 Pelaksana (230)
(24,1%) (217)
(21,1%) Kemenkes, BKKBN, Kemendikbud, Kemensos,
KemenPU&PR, Kemendagri, Kementan,
Kemenperin, Kemenag, KKP, KemenPP&PA,
Kemenkominfo, BPOM, KemendesPDTT, 2023
2022 2023 2022
Kementerian PPN/Bappenas, KemenkoPMK, (194)
(18,4%) (16%) (205)
BPS, Kemendag, Kemensetneg, BATAN & Pemda
Angka Kematian Ibu
Stunting Balita (AKI)
(per 100.000
(persen) 2024 2024 Kelahiran Hidup)
14% (183)

Ibu hamil KEK 17,3 % Balita gizi kurang Obesitas dewasa 21,8 %
Anemia Ibu Hamil
10,2 %
48,9 %

2024 : 10 % 2024 : 7 % 2024 : tidak terjadi


2024 : 20 % kenaikan
Konsekwensi terhadap Ibu hamil KEK memiliki risiko Balita akan mengalami gagal Balita stunting akan berisiko kelebihan
perkembangan janin terhadap Berat badan bayi lahir tumbuh dan anak cenderung berat badan/obes di usia dewasa dan
rendah. pendek dibanding usianya. berisiko PTM
DEFINISI
Kondisi dimana tinggi badan menurut umur < -2 SD yang
disebabkan oleh malnutrisi kronik akibat kurangnya asupan
nutrisi dan adanya penyakit infeksi pada 1000 HPK

• Tidak semua perawakan


pendek adalah stunting
PENDEK STUNTING
STUNTING
adalah
kondisi GAGAL TUMBUH
pada anak balita akibat dari
KEKURANGAN GIZI KRONIS
sehingga anak terlalu PENDEK untuk
usianya.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017


Kekurangan gizi terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir
akan tetapi, kondisi stunting
baru nampak setelah bayi
berusia 2 tahun

Anak kelas 4 SD dengan umur yang sama


memiliki tinggi yang berbeda

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017


KAITAN STUNTING DENGAN
1000 HPK
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

• 1000 HPK adalah periode krusial tumbuh kembang anak


• 1000 HPK ditandai oleh proliferasi neuron (pertambahan dalam jumlah sel),
pertumbuhan dan diferensiasi (kompleksitas), myelinisasi dan
synaptogenesis (connectivity).
• 1000 HPK : periode otak paling rentan terhadap kekurangan nutrisi
DAMPAK MALNUTRISI PADA
PERKEMBANGAN OTAK
Dampak KURANG GIZI pada awal kehidupan terhadap kualitas SDM
Dampak Masalah Gizi pada Kesehatan
Kekurangan gizi tidak saja membuat stunting, tetapi juga menghambat kecerdasan,
memicu penyakit, dan menurunkan produktivitas

1. Gagal tumbuh Berat Lahir Rendah, kecil,


pendek, kurus

Hambatan Berpengaruh pada


2. perkembangan perkembangan otak dan
kognitif & motorik keberhasilan pendidikan

Perkembangan Meningkatkan risiko


Perkembangan 3. Gangguan
Otak Anak Otak Anak Sehat penyakit tidak menular
Stunting metabolik pada (diabetes, obesitas, stroke,
usia dewasa penyakit jantung)
Source:
• Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with
Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group
• www.GlobalNutritionSeries.org
Apa yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan cukup
gizi yang dibutuhkannya di Periode Emas ini ??

Pertumbuhan jasmani dan


Pertumbuhan otak
perkembangan kemampuan Anak menjadi lemah dan
terhambat, anak tidak
anak terhambat, dan anak mudah sakit
cerdas
menjadi pendek (stunting)

Setelah dewasa akan sulit


mendapatkan pekerjaan
Anak akan sulit mengikuti
atau melakukan pekerjaan
pelajaran saat bersekolah
dengan penghasilan yang
nantinya
baik seperti yang
diinginkannya
Intervensi untuk mencegah kurang gizi pada 1000 hari
pertama kehidupan bukan hanya dapat meningkatkan tinggi
badan seorang, tetapi juga dapat meningkatkan kesehatan
dan kelangsungan hidup seorang anak, meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, serta pertumbuhan otak yang optimum.
FAKTOR RISIKO STUNTING
FAKTOR RISIKO STUNTING
Bayi lahir prematur

Bayi berat lahir rendah

Ibu hamil yang kurang energi kronis (KEK) dan menderita anemia

Bayi yang tidak mendapat Air Susu Ibu

Makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak tepat

Pertumbuhan yang tidak dipantau

Penyediaan air bersih dan sanitasi yang tidak layak


PENYEBAB STUNTING
PENYEBAB STUNTING
DAMPAK STUNTING
DAMPAK STUNTING
Gangguan pertumbuhan sejak dalam kandungan 
mempengaruhi fisik , mental, dan intelektual bayi.
Anak perempuan stunting berisiko melahirkan bayi BBLR
dan juga stunting.
Stunting menghambat perkembangan kognitif, nilai
sekolah, dan keberhasilan Pendidikan anak.
Stunting menurunkan produktivitas anak kelak pada usia
dewasa
Stunting pada anak telah terbukti berkorelasi bermakna
dengan kejadian penyakit tidak menular saat dewasa.
PENCEGAHAN
DAN
PENANGGULANGAN
STUNTING
INDONESIA
• Bergabung dalam Scaling Up Nutrition (SUN)
Movement. SUN adalah gerakan global dengan prinsip
semua orang di dunia berhak mendapatkan makanan
dan gizi yang baik.
• Bulan September 2012, Pemerintah Indonesia
meluncurkan “Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan”
yang dikenal sebagai 1.000 HPK.
Kebijakan dalam Percepatan Perbaikan Gizi 71

Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Percepatan Perbaikan Gizi


1) Penurunan stunting fokus pada 1000 hari pertama kehidupan
2) Pendekatan multisektor

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
1) Aktivitas fisik
2) Konsumsi makanan sehat
3) Deteksi dini
4) Lingkungan sehat
5) Pendidikan kesehatan
6) Pola hidup sehat

Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi
1) Ketersediaan pangan
2) Keterjangkauan pangan
3) Pemanfaatan pangan
4) Perbaikan gizi masyarakat
5) Penguatan kelembagaan pangan dan gizi

2
Intervensi Kesehatan dan Gizi Berkelanjutan pada
Tahap Siklus Kehidupan

Kemenkes, 2016
INTERVENSI GIZI SPESIFIK

Kemenkes, 2018
REKOMENDASI 2023

1) Lanjut menyusui
2) Susu untuk anak yang tidak menyusu
3) Usia mengenalkan MPASI
4) Diversifikasi pangan
5) Terkait makanan dan minuman tidak
sehat
6) Suplemen nutrisi dan produk pangan
fortifikasi
7) Pemberian makanan secara
responsif
Rekomendasi 2
Susu untuk anak yang tidak menyusu
• Usia 6–11 bulan:
susu formula atau hewan dapat dikonsumsi.
(kondisional, bukti rendah)

• Usia 12–23 bulan:


susu hewan dapat dikonsumsi. Formula lanjutan
tidak direkomendasikan. (kondisional, bukti
rendah)
MPASI saat usia 6 bulan (180 hari)
ASI tetap dilanjutkan
Rekomendasi 4.
Keanekaragam pangan
• Bayi anak usia 6-23 bulan seharusnya mengonsumsi
makanan beranekaragam
• Makanan sumber hewani seperti: daging, telur, ikan
wajib seharusnya dikonsumsi tiap hari
• Buah dan sayur seharusnya dikonsumsi tiap hari
• Kacang, biji dan polong seharusnya sering
dikonsumsi khususnya ketika daging, ikan atau telur
dan sayuran terbatas
KELOMPOK BAHAN PANGAN
(WHO and UNICEF )

1) ASI
• lainnya:
2) makanan hewani (daging, ikan,
unggas, hati daging) • Produk hewani
• Buah dan sayur
3) produk susu dan turunannya • Polong, kacang dan biji-bijian,
4) telur akar dan umbi.
5) kacang dan polong
6) buah dan sayur kaya vitamin A
7) buah dan sayur lain
8) biji-bijian, akar-akaran, dan umbi-
umbian
Produk pangan hewani
 Kaya makro dan mikronutrien dan memberikan kualitas protein lebih
tinggi (asam amino lebih lengkap)
 Mikronutrient lebih tinggi (vitamin A, B12, riboflavin, calcium, zinc, dan
zat besi)
 Lemak tidak jenuh ganda rantai Panjang, DHA yntuk neurogenesis,
neurotransmisi, myelinisasi, plasitas sinaps
 Telur kaya akan kolin, nutrisi sangat penting untuk jalur pertumbuhan,
neurotransmisi, memori dan proses belajar juga untuk ekspresi gen
 Biovailibilitas lebih tnggi
 Sumber utama vitamin B12
Produk pangan hewani
6-8 9-11 12-24
B U L A N B U L A N B U L A N
• Makanan pokok • Makanan pokok • Makanan pokok
1/3  1 1/2- 1-1 ½ ½-3/4 - 1 ½ - 2
• Lauk hewani • Lauk hewani ½
2/3 2/3 • Lauk hewani 1 
2 2 3
• Lauk nabati • Lauk nabati • Nabati ¼ ½-1
¼ ¼ • Minyak 2 sdt  6
½-1 ½-1 • Sayur lebih banyak
• Minyak 1 sdt  • Minyak 1 sdt 
3 3
M A K A N A N
• LSayur
U M A T L• Sayur
E M B I K K E L U A R G A
pengenalan pengenalan
Terlalu
cair
Lumat
kental
Rekomendasi 5
Makanan dan minuman yang tidak sehat
A. Makanan tinggi gula, garam dan lemak trans sebaiknya tidak
dikonsumsi
B. Minuman yang dimaniskan dengan gula sebaiknya tidak
dikonsumsi
C. Pemanis non-gula sebaiknya tidak dikonsumsi
D. Konsumsi jus buah 100% sebaiknya dibatasi
Rekomendasi 6
Suplemen nutrisi dan produk makanan fortifikasi
Dalam kondisi dimana kebutuhan nutrisi tidak dapat dipenuhi hanya
dengan makanan yang tidak difortifikasi saja, anak usia 6–23 bulan dapat
memperoleh manfaat dari suplemen nutrisi atau produk makanan yang
difortifikasi.
A. Serbuk multi mikronutrien dapat memberikan tambahan sejumlah vitamin
dan mineral tertentu tanpa menggantikan makanan lain dalam makanan.
B. Bagi masyarakat yang sudah mengonsumsi makanan pelengkap berbahan
dasar biji-bijian dan tepung campuran, fortifikasi sereal ini dapat
meningkatkan asupan mikronutrien, meskipun konsumsinya tidak
dianjurkan.
C. Suplemen nutrisi berbasis lipid dalam jumlah kecil mungkin berguna
pada populasi rawan pangan yang menghadapi kekurangan nutrisi yang
signifikan
Rekomendasi 7
Pemberian makan yang responsif

Praktik pemberian makan yang mendorong anak


untuk makan secara mandiri dan sebagai
respons terhadap kebutuhan fisiologis dan
perkembangan, yang dapat mendorong
pengaturan diri dalam makan dan mendukung
perkembangan kognitif, emosional dan sosial.
Pemberian makan responsif :

1. Anak memberi sinyal lapar dan kenyang


melalui tindakan motorik, ekspresi wajah,
atau vokalisasi
2. Pengasuh mengenali isyarat dan merespons
dengan cepat dengan cara yang
mendukung secara emosional
3. Pemberian makan yang responsif telah
terbukti mendorong pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat untuk mencegah
pemberian makan yang kurang dan
berlebihan.
•Komponen:
pengenalan rasa lapar dan kenyang
• tidak memaksa anak untuk makan
• memuji
• mendorong makan sendiri
• lingkungan makan keluarga yang menyenangkan dan merangsang
ATURAN MAKAN/ FEEDING
RULES
Responsive feeding
• Jadwal makan termasuk snack teratur dan
TERJADWA terencana
L • Lama makan maksimum 30 menit

• Tidak dipaksa meskipun hanya makan 1-2 suap


LINGKUNGA • Jangan memberikan makanan sebagai hadiah
N • Tidak sambil bermain atau nonton televisi,
NETRAL
• Porsi kecil
• Jika 15 menit bayi menolak makan, mengemut,
PROSEDU hentikan pemberian makan
R • Bayi di stimulasi untuk makan sendiri
MAKAN • Membersihkan mulut hanya stlh makan
selesai
Simpulan
1. Double burden permasalahan gizi
2. Masa pemberian MPASI merupakan masa
kritis sehingga perlu MPASI yang tepat
berkualitas dan strategi pemberian MPASI
yang responsive
3. Protein hewani sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan harus
selalu ada dalam MPASI
4. ASI terus dilanjutkan saat pemberian
MPASI
Semoga

Anda mungkin juga menyukai